Anda di halaman 1dari 2

Analisis pengetahuan dan tingkat pendidikan perawat dalam pemberian

tindakan keperawatan pasien gawat darurat di instalasi gawat darurat

A. Latar Belakang
Indonesia sebagai negara berkembang terus menerus melakukan pembangun fisik di
segala bidang. Hal ini kerap menimbulkan kecelakaan kerja mulai dari drai near accident
sampai dengan fatal accident. Bertambahnya kendaraan bermotor dan semakin
berkembangnya fasilitas transportasi telah meningkatkan angka accident kegawatdaruratan
karena kecelakaan lalu lintas. Berdasarkan SKRT tahun 2013 Prevalensi cedera secara
nasional adalah 8,2 persen, dengan prevalensi tertinggi ditemukan di Sulawesi Selatan
(12,8%) dan terendah di Jambi (4,5%). Perbandingan hasil Riskesdas 2007dengan Riskesdas
2013 menunjukkan kecenderungan peningkatan prevalensi cedera dari 7,5persen menjadi 8,2
persen. Penyebab cedera terbanyak, yaitu jatuh (40,9%) dan kecelakaan sepeda motor
(40,6%). Proporsijatuh tertinggi di Nusa Tenggara Timur (55,5%) dan terendah di Bengkulu
(26,6%). Dibandingkandengan hasil Riskesdas 2007, Riskesdas 2013 menunjukkan
kecenderungan penurunan proporsi jatuh dari 58 persen menjadi 40,9 persen. Berdasarkan
karakteristik, proporsi jatuh terbanyak pada penduduk umur <1 tahun, perempuan, tidak
sekolah, tidak bekerja, di perdesaan, dan pada kuintil terbawah. Penyebab cedera transportasi
sepeda motor tertinggi ditemukan di Bengkulu (56,4%) dan terendah di Papua (19,4%).
Proporsi terbanyak terjadi pada umur 15-24 tahun, laki-laki, tamat SMA, status pegawai, dan
kuintil teratas. Dibandingkan dengan hasil Riskesdas 2007, Riskesdas 2013 menunjukkan
kecenderungan peningkatan proporsi cedera transportasi darat (sepeda motor dan darat lain)
dari 25,9 persen menjadi 47,7 persen. Adapun urutan proporsi terbanyak untuk tempat
terjadinya cedera, yaitu di jalan raya (42,8%), rumah (36,5%), area pertanian (6,9%) dan
sekolah (5,4%). Tingginya angka kematian dan kecacatan ini diakibatkan karena sytem yang
tidak atau belum terintegrasi serta pengathuan dan pemahaman dari petugas atau penolong
yang belum memahami system ini dengan tepat. Adapun penyakit tidak menular, terutama
hipertensi terjadi penurunan dari 31,7 persen tahun 2007 menjadi 25,8 persen tahun 2013.
Asumsi terjadi penurunan bisa bermacam-macam mulai dari alat pengukur tensi yang
berbeda sampai pada kemungkinan masyarakat sudah mulai datang berobat ke fasilitas
kesehatan. Terjadi peningkatan prevalensi hipertensi berdasarkan wawancara (apakah pernah
didiagnosis nakes dan minum obat hipertensi) dari 7,6 persen tahun 2007 menjadi 9,5 persen
tahun 2013. Hal yang sama untuk stroke berdasarkan wawancara (berdasarkan jawaban
responden yang pernah didiagnosis nakes dan gejala) juga meningkat dari 8,3 per1000 (2007)
menjadi 12,1 per1000 (2013). Demikian juga untuk Diabetes melitus yang berdasarkan
wawancara juga terjadi peningkatan dari 1,1persen (2007) menjadi 2,1 persen (2013) (SKRT,
2013).

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut
yaitu masih tingginya angka kematian dan kecacatan yang ditimbulkan baik dari korban
kecelakaan maupun dari penyakit tidak menular seperti diabetes mellitus (DM), hipertensi,
Stroke, dll yang mengancam keselamatan jiwa. Maka sejauh mana pengetahuan dan tingkat
pendidikan yang dimiliki perawat dapat memberikan pertolongan/penaganan pada pasien
yang mengalami keadaan gawat darurat.

C. Tujuan
1. Tujuan umum
a. Untuk mengatahui tingkat pengetahuan dan pendidikan perawat dalam pemberian
asuhan keperawatan khusunya dalam keadaan gawat darurat
2. Tujuan khusus
a. Diketahuinya distribusi tingkat pendidikan perawat
b. Diketahuinya tingkat pengetahuan perawat
c. Diketahuinya sejauh mana system pertolongan yang diberikan kepada pasien
gawat darurat dapat memberi kesempatan/peluang hidup yang lebih tinggi
berdasarkan konteks dan kaidah dalam pemberian pertolongan gawat darurat.

Anda mungkin juga menyukai