Anda di halaman 1dari 29

BAGIAN ILMU KESEHATAN THT-KL LAPORAN KASUS

FAKULTAS KEDOKTERAN AGUSTUS 2016


UNIVERSITAS PATTIMURA

TUMOR NASOFARING

Konsulen
dr. Rodrigo Limmon, Sp. THT-KL

Oleh
Fransisca Rilia Tupamahu
(2011– 83 – 002)

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITRAAN KLINIK


BAGIAN ILMU KESEHATAN THT-KL
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
2016
PENDAHULUAN
Karsinoma Nasofaring (KNF) merupakan keganasan yang muncul pada daerah
nasofaring (area di atas tenggorok dan di belakang hidung).

Prevalensi karsinoma nasofaring paling banyak dijumpai di antara tumor ganas


THT di Indonesia,terutama pada pria usia produktif (perbandingan pasien pria
dan wanita adalah 2,18:1) dan 60% pasien berusia antara 25 hingga 60 tahun.

Penanggulangan karsinoma nasofaring sampai saat ini masih merupakan suatu


problem, hal ini karena etiologi yang masih belum pasti, gejala dini yang tidak
khas serta letak nasofaring yang tersembunyi, sehingga diagnosis sering
terlambat.
IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. S.S


Umur : 57 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Masohi
Agama : Kristen
Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil
Waktu Pemeriksaan : Jumat, 05-08-2016
Tempat Pemeriksaan : Poli Klinik THT RSUD dr. M. Haulussy Ambon
ANAMNESIS
• Keluhan Utama : Tenggorokan terasa tidak enak
• Anamnesis Terpimpin :
Keluhan telah dialami sejak 1 bulan yang lalu. Keluhan disertai
dengan adanya rasa penuh ditelinga dan hidung tersumbat sehingga
sulit bernapas. Akibat sumbatan pada hidung, pasien sering
memaksa dan memencet hidung sehingga keluar darah dari dalam
mulut, hidung, dan diikuti rasa penuh pada telinga disertai dengan
penurunan pendengaran. Pasien juga menyatakan bahwa terdapat
benjolan pada leher bagian kiri yang timbul sejak 2 minggu lalu.
Riwayat penyakit dahulu : kira – kira 1 tahun yang lalu pasien
pernah mengalami rasa penuh pada telinga kanan
PEMERIKSAAN FISIK

VITAL SIGN
• Keadaan Umum :
• Kesadaran : Compos Mentis
• Vital sign :
Tensi : 110/80 mmhg
Nadi : 90x/m
Respirasi : 22x/m
Pemeriksaan Telinga
a. Inspeksi Telinga: normal
b. Otoskopi
Kanan Kiri
Daun Nyeri Tragus (-) Nyeri Tragus (+)
Telinga Nyeri Tarik Aurikula (-) Nyeri Tarik Aurikula (-)
Liang Lapang, Sekret(-), massa (-), Lapang, hiperemis (+), massa
Telinga hiperemis (-). Udem (-) (-), serumen (-)

Membran Intak, refleks cahaya (+) Intak (-), reflex cahaya (-)
Timpani

c. Pemeriksaan pendengaran

Kanan Kiri
Rinne (-) (+)
Weber Lateralisasi (-) Lateralisasi (-)
Swabach Memendek Memendek
Kesimpulan Tuli campuran Tuli sensorineural
Pemeriksaan Hidung
a. Rhinoskopi Anterior
Kanan Kiri

Cavum Normal Normal


Chonca edema (+), hipertrofi (+), edema (+), hipertrofi (+), hiperemis
hiperemis (+) (+)

Septum Deviasi (-) Deviasi (-)

b. Rhinoskopi posterior: massa (+), PND (+)

Pemeriksaan Tenggorokan
a. Tonsil : T1/T1 tenang
b. Dinding faring : Massa (+)
c. Uvula : letak ditengah, hiperemis (-), sekret (-)
Pemeriksaan Leher

a. Kelenjar Limfe : Tampak ada pembesaran KGB regio

submandibular kiri

b. Kelenjar Tiroid : Tidak teraba pembesaran

c. Nodul : Terdapat massa pada daerah leher bagian

submandibula kiri sebesar biji bakso.


Pemeriksaan penunjang : CT-scan kepala, dan biopsi PA
Diagnosis: Tumor nasofaring
Diagnosis Banding :
•Tumor kelenjar parotis
•Neurofibroma
•Angiofibroma
Terapi :
•Ciprofloxacin 2 x 1
•Metilprodnisolon 2 x 1
Gambaran Pembesaran Pada Leher bagiam Kiri
ANATOMI NASOFARING
• Nasofaring merupakan bagian paling atas
dari faring yang berada di belakang
hidung.
• Atap : berhubungan dengan dasar
tengkorak yang dibentuk oleh lantai sinus
sphenoid di medial dari fibrokartilago
foramen laserum di lateral.
• Anterior : berhubungan dengan rongga
hidung melalui koana dan tepi belakang
septum nasi.
• Posterior : dinding nasofaring melengkung
ke supero-anterior dan terletak di bawah
os sfenoid, sedangkan bagian belakang
nasofaring berbatasan dengan ruang
Gambar 1. Daerah nasofaring retrofaring, fasia pre vertebralis dan otot-
(Sumber : Asroel HA. Penatalaksanaan radioterapi pada karsinoma otot dinding faring.
nasofaring. Medan : Bagian THT-KL Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara; 2002.) 5
DEFINISI

Karsinoma nasofaring adalah keganasan pada sel epitel yang


menutupi permukaan nasofaring.

Karsinoma Nasofaring ( KNF ) adalah tumor ganas kepala dan


leher yang paling banyak dijumpai di Indonesia. KNF termasuk
lima besar tumor ganas.
EPIDEMIOLOGI

• Kejadian karsinoma nasofaring termasuk jarang di populasi dunia,


sekitar kurang dari satu per 100.000 penduduk per tahun, namun
relatif tinggi di Cina Selatan, Asia Tenggara dan Afrika Utara.

• Pada daerah Asia Timur dan Tenggara didapatkan angka kejadian


yang tinggi. Angka kejadian tertinggi di dunia terdapat di propinsi
Cina Tenggara yakni sebesar 40 – 50 kasus KNF diantara 100.000
penduduk.
ETIOLOGI

• IDIOPATIK

• Dugaan : EBV  diperantai beberapa mediator :

 Zat Nitrosamin.

 Keadaan sosial ekonomi yang rendah, lingkungan dan


kebiasaan hidup.

 Zat-zat karsinogenik

 Ras dan Genetik


PATOGENESIS
PATOGENESIS
PATOLOGI
• Biasanya berupa lesi kecil disertai jaringan nekrotik. Terbanyak dijumpai di
dinding posterior nasofaring atau fossa Rossenmuller
• Tipe ini sering tumbuh progresif infiltatif, meluas pada bagian lateral, atap
Ulseratif nasofaring dan tulang basis kranium.

• Biasanya berbentuk anggur atau polipoid tanpa adanya ulserasi tetapi kadang-
kadang terjadi ulserasi kecil.
• Lesi terbanyak didaerah tuba, dapat meluas pada retrospenoidal dan tumbuh
Nodular disekitar saraf kranial

• Biasanya non-ulseratif, tumbuh pada satu sisi nasofaring, kadang-kadang


bertangkai dan permukaan licin.
Eksofitik • Tumor muncul dari bagian atap, mengisi kavum nasi dan mudah nekrosis
MANIFESTASI KLINIS

• Telinga : sumbatan tuba, nyeri


telinga hingga perforasi MT
DINI
• Hidung : tersumbat dan epistaksi
Khas : pilek kronis

GEJALA

• Pembesaran KGB
LANJUT
• Metastasis
DIAGNOSIS
• Pemeriksaan CT-scan daerah kepala dan leher dapat
mengetahui tumor primer dan arah perluasannya.
• Pemeriksaan serologi lg A anti EA dan lg A anti VCA
(Viral Capsid Agent) untuk infeksi EBV
• Diagnosa pasti ditegakkan dengan melakukan biopsi
nasofaring.
HISTOPATOLOGI

Klasifikasi gambaran histopatologi yang direkomendasikan Organisasi


Kesehatan Dunia (WHO) sebelum tahun 1991, dibagi atas 3 tipe, yaitu:
• Karsinoma sel skuamosa (KSS) berkeratinisasi (Keratinizing Squamous
Cell Carcinoma).
• Karsinoma non-keratinisasi (Nonkeratinizing Carcinoma)  Pada tipe ini
dijumpai adanya diferensiasi, tetapi tidak ada diferensiasi sel skuamosa
tanpa jembatan intersel. Pada umumnya batas sel cukup jelas.
• Karsinoma tidak berdiferensiasi (Undifferentiated Carcinoma)  Pada
tipe ini sel tumor secara individu memperlihatkan inti yang vesikuler,
berbentuk oval atau bulat dengan nukleoli yang jelas.
STAGING
T N M
T0 = Tidak tampak tumor Nx = Pembesaran KGB tidak Mx = Metastasis jauh
T1 = Tumor terbatas di dapat dinilai tidak dapat dinilai
nasofaring\ No = Tidak ada pembesaran M0 = Tidak ada
T2 = Tumor meluas ke jaringan N1 = Metastasis KGB unilateral M1 = Terdapat
luna dengan ukuran ≤ 6 cm di atas metastasis jauh
T2a = Perluasan tumor ke fossa supraklavikula
orofaring dan atau rongga hidung N2 = Metastasis KGB bilateral
tanpa perluasan ke parafaring\ dengan ukuran ≤ 6 cm di atas
T2b = Disertai perluasan ke fossa supraklavikula
parafaring N3 = Metastasis KGB bilateral
T3 = Tumor menginvasi struktur dengan ukuran ≥ 6 cm atau
tulang dan atau sinus paranasal terletak didalam fossa
T4= Tumor dengan perluasan supraklavikula.
intrakranial dan atau terdapat N3a = ukuran > 6 cm
keterlibatan saraf kranial, fossa N3b = di dalam fossa
infratemporal, hipofaring, orbita supraklavikula
atau ruang mastikator
Stadium

Stadium 0 T1 N0 M0
Stadium I T2 N0 M0
Stadium IIa T2a N0 M0
Stadium IIb T1 N1 M0
T2a N1 M0
T2b N0,N1 M0
Stadium III T1 N2 M0
T2a,T2b N2 M0
T3 N2 M0
Stadium IVa T4 N0,N1,N2 M0
Std. IVb semua T N3 M0
Std. IVc semua T semua N M1
DIAGNOSA BANDING
• Hiperplasia Adenoid
• Angiofibroma juvenilis
• Neurofibroma
• Tumor kelenjar parotis
• Chordoma
PENATALAKSANAAN
Terapi dapat mencakup radiasi, kemoterapi,
kombinasi keduanya, dan didukung dengan terapi
simptomatik sesuai dengan gejala.
• Stadium I : Radioterapi
• Stadium II-III : Kemoradiasi
• Stadium IV dengan N <6cm : Kemoradiasi
• Stadium V dengan N >6cm : Kemoterapi dosis
penuh dilanjutkan kemoradiasi
PROGNOSIS
• Faktor terpenting untuk menentukan prognosis adalah stadium
dari kanker. Pada studi tahun 2002 yang menggunakan TNM
staging system, menunjukkan angka harapan hidup 5 tahun
untuk stadium I sebesar 98%, stadium II A-B, 95%, stadium
III 86%, dan stadium IV 73%.
• Faktor penting lainnya adalah host. Dimana bila pasien yang
terkena berumur lebih muda.
• Selain itu tatalaksana yang baik juga merupakan faktor yang
dapat menentukan prognosis dari pasien.
PENCEGAHAN
• Pemberian vaksinasi dengan vaksin spesifik membran glikoprotein
virus Epstein Barr yang dimurnikan pada penduduk yang bertempat
tinggal di daerah dengan resiko tinggi.
• Memindahkan (migrasi) penduduk dari daerah resiko tinggi ke tempat
lainnya.
• Penerangan akan kebiasaan hidup yang salah, mengubah cara
memasak makanan untuk mencegah akibat yang timbul dari bahan-
bahan yang berbahaya.
• Penyuluhan mengenai lingkungan hidup yang tidak sehat,
kemungkinan-kemungkinan faktor penyebab. Melakukan tes
serologik IgA anti VCA dan IgA anti EA secara massal di masa yang
akan datang bermanfaat dalam menemukan karsinoma nasofaring
secara lebih dini.
KESIMPULAN
• Karsinoma Nasofaring (KNF) merupakan keganasan yang
muncul pada daerah nasofaring (area di atas tenggorok dan di
belakang hidung).
• Tumor ini berasal dari fossa.
• Etiologi dari KNF sendiri disebabkan karena berbagai macam
faktor diantaranya EBV, nitrosamin, Keadaan sosial ekonomi
yang rendah, lingkungan dan kebiasaan hidup.
• Dengan gejala dini berupa Sumbatan tuba eutachius sehingga
telinga terasa penuh, perforasi membran timpani, dan pada
hidung adanya sumbatan maupun epitaksis. Gejala lanjut yang
timbul biasanya berupa pembesaran kelenjar limfe leher,
gangguan saraf kranial dan manifestasi sistemik.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai