Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN
Campak atau measles merupakan penyakit akut dengan daya penularan
tinggi, yang ditandai dengan demam, korisa, konjungtivitis, batuk disertai
eksantema spesifik (koplik’s sign) diikuti ruam makulopapular menyeluruh yang
disebabkan oleh paramyxovirus genus morbillivirus. Penularan terjadi saat 3-5
hari sebelum muncul ruam hinggga 4 hari esudah ruam timbul.1,2
Jumlah kasus campak pada tahun 2009 di Indonesia sebanyak 18.055 kasus
dengan incident rate (IR) 0,77 per 10.000 penduduk, dan 17.139 kasus pada 2010
dengan IR 0,73 per 10.000 penduduk sementara target IR di Indonesia adalah 0
per 10.000 penduduk. Sehingga sebagai upaya mencapai IR tersebut dilakukan
pengendalian campak berupa:3,4
a. Imunisasi rutin  pada bayi 9 bulan dan kegiatan Bulan Imunisasi Anak
Sekolah (BIAS) pada anak kelas 1 SD (dosis kedua).
b. Imunisasi tambahan berupa Crash Program pada anak balita dan SD di
daerah resiko tinggi.
c. Penguatan surveilans campak.
d. Memperbaiki manajemen kasus melalui pemberian vitamin A dan
antibiotik.

1
BAB II
LAPORAN KASUS
2.1. IDENTITAS PASIEN
a. Nama : An. AAR
b. Alamat : Jl. Takkalao Kel. Bukit Indah, Pare-Pare
c. No. Telepon : 082373338884
d. Tanggal lahir : 11 Juni 2012
e. Umur : 5 tahun 1 bulan
f. Agama : Islam
g. Jenis kelamin : Perempuan
h. Suku bangsa : Bugis
i. Identitas orang tua :
1. Ayah 2. Ibu
Nama : Tn. M Nama : Ny. E
Umur : 36 tahun Umur : 33 tahun
Pekerjaan : Swasta Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan : SD Pendidikan : SMP
Kesehatan : Sehat Kesehatan : Sehat

2.2. ANAMNESIS
Alloanamnesis dengan orangtua pasien
2.2.1. Keluhan utama :
Demam

2.2.2. Riwayat penyakit sekarang :


Demam dialami sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit demam terus
menerus, demam mendadak tinggi (S : 39˚C) tidak disertai menggigil dan
kejang. timbul bercak-bercak kemerahan pada kulit yang muncul pada hari
ke-3 demam. Awalnya bercak muncul di daerah wajah kemudian menyebar
ke badan lalu ke tangan dan kaki. Bercak terasa gatal. Nyeri kepala (+), mata
merah (+) penglihatan silau (+) pasien merasa terganggu dengan paparan

2
cahaya sehingga tirai dirumah ditutup pasien lebih nyaman dalam kondisi
cahaya yang kurang, gusi berdarah (-), mimisan (-), batuk (+) dahak (-), pilek
(-), sesak (-), mual (-), muntah (-), nyeri menelan (-), nyeri perut (-) BAB dan
BAK lancar. Nafsu makan menurun.

2.2.3. Riwayat penyakit dahulu :


1. Riwayat penyakit yang sama sebelumnya tidak ada
2. Riwayat alergi tidak ada
3. Riwayat campak tidak ada
4. Riwayat kejang demam tidak ada

2.2.4. Riwayat penyakit keluarga


1. Riwayat keluarga dengan penyakit yang sama tidak ada
2. Riwayat campak tidak ada
3. Riwayat kejang demam tidak ada
4. Riwayat alergi tidak ada

2.2.5. Riwayat persalinan


Seorang Perempuan lahir di rumah sakit melalui operasi sectio caesarea
segera menangis, usia kehamilan 9 bulan, berat badan lahir 3.300 gr, panjang
badan 50 cm. Riwayat IMD (-), pemberian vitamin K1 (+).

2.2.6. Riwayat imunisasi


a. BCG : 1 kali, umur 1 bulan, skar positif.
b. Polio : 5 kali, umur 0,2,4,6,18 bulan.
c. Hepatitis : 4 kali, umur 0,2,4,6 bulan.
d. Dipteri : 4 kali, umur 2,4,6,18 bulan
e. Pertusis : 4 kali, umur 2,4,6,18 bulan
f. Tetanus : 4 kali, umur 2,4,6,18 bulan
g. Campak : 2 kali, umur 9,18 bulan
Kesan : imunisasi dasar lengkap.

3
2.2.7. Riwayat makan dan minum
a. Asi
Asi diberikan secara ekslusif sejak lahir hingga usia 2 tahun.
b. Makanan
Anak mulai memakan bubur sejak usia 6 bulan dan mulai makan
makanan padat sejak usia 1 tahun.

2.2.8. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan


2.2.8.1. Pertumbuhan
Umur : 5 tahun 1 bulan
Jenis kelamin : Perempuan
Berat badan : 13 kg
Tinggi badan : 106 cm
Lingkar kepala : 48 cm
𝐵𝐵 𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙 13 𝑘𝑔
BB/TB : 𝐵𝐵 𝐵𝑎𝑘𝑢 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑇𝐵 𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙 × 100% = 18 𝑘𝑔 × 100% = 72,2%

(Interpretasi : Gizi kurang)


BB/U : Terletak di bawah 5%
𝑇𝐵 𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙 106 𝑘𝑔
TB/U : × 100% = 109 𝑘𝑔 × 100% = 97,24%
𝑇𝐵 𝐵𝑎𝑘𝑢 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑢𝑚𝑢𝑟

(Interpretasi : Normal)

4
Interpretasi : Normosefal

5
𝐵𝐵 𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙 13 𝑘𝑔
Status gizi = 𝐵𝐵 𝐵𝑎𝑘𝑢 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑇𝐵 𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙 × 100% = 18 𝑘𝑔 × 100% = 72,2%

Interpretasi : Gizi kurang


𝑇𝐵 𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙 106 𝑘𝑔
TB/U %= 𝑇𝐵 𝐵𝑎𝑘𝑢 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑢𝑚𝑢𝑟 × 100% = 109 𝑘𝑔 × 100% = 97,24%

Interpretasi : Normal

6
2.2.8.2. Perkembangan
NO KPSP Pada Anak Umur 60 Bulan Ya Tidak
1 Isi titik-titik di bawah ini dengan jawaban anak. Jangan membantu √
kecuali mengulangi pertanyaan.
“Apa yang kamu lakukan jika kamu kedinginan?”
“Apa yang kamu lakukan jika kamu lapar?”
“Apa yang kamu lakukan jika kamu lelah?”
Jawab YA biia anak merjawab ke 3 pertanyaan tadi dengan benar,
bukan dengan gerakan atau isyarat.
Jika kedinginan, jawaban yang benar adalah “menggigil” ,”pakai
mantel’ atau “masuk kedalam rumah’.
Jika lapar, jawaban yang benar adalah “makan”
Jika lelah, jawaban yang benar adalah “mengantuk”, “tidur”,
“berbaring/tidur-tiduran”, “istirahat” atau “diam sejenak”
2 Apakah anak dapat mengancingkan bajunya atau pakaian boneka? √
3 Suruh anak berdiri satu kaki tanpa berpegangan. Jika perlu tunjukkan √
caranya dan beri anak ands kesempatan melakukannya 3 kali.
Dapatkah ia mempertahankan keseimbangan dalam waktu 6 detik
atau lebih?
4 Jangan mengoreksi/membantu anak. Jangan menyebut kata “lebih √
panjang”.
Perlihatkan gambar kedua garis ini pada anak.
Tanyakan: “Mana garis yang lebih panjang?”
Minta anak menunjuk garis yang lebih panjang.
Setelah anak menunjuk, putar lembar ini dan ulangi
pertanyaan tersebut.
Setelah anak menunjuk, putar lembar ini lagi dan ulangi
pertanyaan tadi.
Apakah anak dapat menunjuk garis yang lebih panjang sebanyak 3
kali dengan benar?

7
5 Jangan membantu anak dan jangan memberitahu nama gambar ini, √
suruh anak menggambar seperti contoh ini di kertas kosong yang
tersedia. Berikan 3 kali kesempatan. Apakah anak dapat menggambar
seperti contoh ini?

6 Ikuti perintah ini dengan seksama. Jangan memberi isyarat dengan √


telunjuk atau mats pads saat memberikan perintah berikut ini:
“Letakkan kertas ini di atas lantai”.
“Letakkan kertas ini di bawah kursi”.
“Letakkan kertas ini di depan kamu”
“Letakkan kertas ini di belakang kamu”
Jawab YA hanya jika anak mengerti arti “di atas”, “di bawah”, “di
depan” dan “di belakang”
7 Apakah anak bereaksi dengan tenang dan tidak rewel (tanpa √
menangis atau menggelayut pada anda) pada saat anda
meninqgalkannya?
8 Jangan menunjuk, membantu atau membetulkan, katakan pada anak : √
“Tunjukkan segi empat merah”
“Tunjukkan segi empat kuning”
‘Tunjukkan segi empat biru”
“Tunjukkan segi empat hijau”
Dapatkah anak menunjuk keempat warna itu dengan benar?

8
9 Suruh anak melompat dengan satu kaki beberapa kali tanpa √
berpegangan (lompatan dengan dua kaki tidak ikut dinilai). Apakah ia
dapat melompat 2-3 kali dengan satu kaki?
10 Dapatkah anak sepenuhnya berpakaian sendiri tanpa bantuan? √

Kesan : perkembangan anak sesuai dengan tahap perkembanganya

2.3. PEMERIKSAAN FISIS


Seorang Perempuan, umur 5 tahun 1 bulan, berat badan 13 kg, panjang
badan 106 cm, lingkar kepala 47 cm.
2.3.1. Keadaan umum
Sakit Sedang / Gizi Kurang / GCS 15 (E4M6V5)

2.3.2. Tanda vital


Tekanan darah : 90/60 mmHg
Frekuensi nadi : 116 x/menit
Frekuensi napas : 36 x/menit
Suhu : 38,6 ˚C

2.3.3. Kepala
Normocephal, ubun-ubun besar datar dan tertutup, terdapat ruam pada
wajah.
Rambut : Hitam, tidak mudah dicabut
Mata : Konjungtiva palpebra anemis (-), sklera ikterik (-), injeksi
konjungtiva kedua mata (+), pupil isokor diameter
2mm/2mm, refleks cahaya langsung (+/+), refleks cahaya
tidak langsung (+/+).
Hidung : Pernapasan cuping hidung (-), rhinorea (-), epistaksis (-)
Telinga : Sekret (-)
Mulut : Bibir sianosis (-), lidah kotor (-), perdarahan gusi (-)
Tenggorokan : T1/T1 hiperemis (+)

9
Leher : Pembesaran kelenjar limfe (-)

2.3.4. Thoraks
Paru
Inspeksi : Pengembangan dada simetris, terdapat ruam pada dada dan
punggung.
Palpasi : Fremitus raba kanan=kiri
Perkusi : Sonor seluruh lapangan paru
Auskultasi : Bunyi pernafasan vesikuler,
Bunyi tambahan Rh - - Wh - -
- - - -
- - - -
Jantung
Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus kordis teraba ICS V linea midclavicula
Perkusi : Redup
Auskultasi : Bunyi jantung I/II murni reguler, murmur (-)

2.3.5. Abdomen
Inspeksi : Perut datar mengikuti gerak napas, terdapat ruam pada
abdomen
Auskultasi : Peristaltik usus ada kesan normal
Palpasi : Nyeri tekan tidak ada, massa tidak ada, hepar dan lien tidak
teraba
Perkusi : Tympani

2.3.6. Ekstremitas
Superior Inferior
Sianosis (-) / (-) (-) / (-)
Edema (-) / (-) (-) / (-)
Ruam (+) / (+) (+) / (+)

10
Akral dingin (-) / (-) (-) / (-)
CRT < 2 detik < 2 detik
Refleks fisiologis (+) / (+) (+) / (+)
Refleks patologis (-) / (-) (-) / (-)
Kekuatan 5/5 5/5
Tonus N/N N/N

2.3.7. Lain-lain
Tidak ada

2.4. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Pemeriksaan Darah Rutin (22 Juli 2017)
Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan Nilai Rujukan
Leukosit 5,11 x 10^3 /uL 3,70 – 10,1 x 10^3 /uL
Neutrofil 3,92 76,8% 1,63-6,96 39,3-73,7%
Limfosit ,938 18,4% 1,09-2,99 18,0-48.3%
Monosit ,207 4,04% ,240-,790 4,40-12,2%
Eosinofil ,011 ,223% ,030-,440 ,600-7,30%
Basofil ,031 ,603% 0,00-,080 0,00-1,73%
Eritrosit 4,79 x 10^6 /uL 3,60 – 4,69 x 10^6 /uL
Hemoglobin 11,8 g/dl 10,8 – 14,2 g/dl
Hematokrit 33,2 % 37,7 – 53,7 %
MCV 69,4 fL 81,1 – 96,0 fL
MCH 24,6 pg 27,0 – 31,2 pg
MCHC 35,5 g/dl 31,8 – 35,4 g/dl
Trombosit 204 x 10^3 /uL 155 – 366 x 10^3 /uL

2.5. RESUME
Demam dialami sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit demam terus
menerus, demam mendadak tinggi (S : 39˚C) tidak disertai menggigil dan
kejang. timbul bercak-bercak kemerahan pada kulit yang muncul pada hari

11
ke-3 demam. Awalnya bercak muncul di daerah wajah kemudian menyebar
ke badan lalu ke tangan dan kaki. Bercak terasa gatal. Nyeri kepala (+), mata
merah (+) penglihatan silau (+) pasien merasa terganggu dengan paparan
cahaya sehingga tirai dirumah ditutup pasien lebih nyaman dalam kondisi
cahaya yang kurang, gusi berdarah (-), mimisan (-), batuk (+) dahak (-), pilek
(-), sesak (-), mual (-), muntah (-), nyeri menelan (-), nyeri perut (-) BAB dan
BAK lancar. Nafsu makan menurun
Dari pemeriksaan fisis ditemukan kondisi umum Sakit Sedang / Gizi
Kurang / GCS 15 (E4M6V5) dengan tanda vital Tekanan darah : 90/60
mmHg, Frekuensi nadi : 116 x/menit, Frekuensi napas : 36 x/menit, Suhu :
38,6 ˚C. Ditemukan injeksi konjungtiva (+), rhinorea (-), faring hiperemis (+),
dan ditemukan ruam berwarna merah diseluruh tubuh.
Hasil Pemeriksaan darah rutin ditemukan Leukosit : 5,11 x 10^3 /uL,
Eritrosit : 4,79 x 10^6 /uL, Hemoglobin : 11,8 g/dl, Hematokrit : 33,2 %,
Trombosit : 204 x 10^3 /uL.

2.6. DIAGNOSIS
Morbili

2.7. PENATALAKSANAAN
IVFD RL 12 tpm
Viccilin sx (Ampicilin + Sulbactam) 325mg/6 jam/iv
Sanmol (Paracetamol) 130 mg/6 jam/iv
Chlorpheniramine maleate 1/6 tab + Vit. C ¼ tab Puyer 3x1
Salisil talk
Ambroxol syr 3x1/2 cth

2.8. PROGNOSIS
Qua ad vitam : Bonam
Qua ad sanationem : Bonam
Qua ad fungtionam : Bonam

12
2.9. FOLLOW-UP
Subjektive (S), Objektive (O),
Tanggal Instruksi
Assassement (A).
22/7/2017 S : Demam (+),nyeri kepala (+), IVFD RL 12 tpm
penglihatan silau (+), batuk (+), Viccilin sx (Ampicilin +
dahak (-), pilek (-), sesak (-), Sulbactam) 325mg/6
mual (-), muntah (-), nyeri jam/iv
menelan (-), nyeri perut (-), nafsu Sanmol (Paracetamol)
makan menurun, BAB dan BAK 130 mg/6 jam/iv
lancar. Chlorpheniramine
maleate 1/6 tab + Vit.
O : Sakit sedang / Gizi kurang / GCS C ¼ tab Puyer 3x1
15 (E4M6V5) Salisil talk
TD: 90/60 mmHg Ambroxol syr 3x1/2 cth
N: 116 x/menit
P: 36 x/menit
S: 38,6 ˚C
Mata : Konjungtiva anemis (-),
sklera ikterik (-), injeksi
konjungtiva (+)
Hidung : rhinorea (-)
Tonsil : T1/T1, Faring hiperemis
(+)
Paru-paru : Bunyi pernapasan
vesikuler bunyi tambahan Rh -/-
Wh -/-
Jantung : Bunyi jantung I/II
murni reguler murmur (-)
Abdomen : Peristaltik ada kesan
normal, hepar dan lien tidak
teraba.

13
Ektremitas : Edema (-)
Kulit : Ruam kemerahan (+)
seluruh tubuh

Pemeriksaan darah rutin


Leukosit : 5,11 x 10^3 /uL
Eritrosit : 4,79 x 10^6 /uL
Hemoglobin : 11,8 g/dl
Hematokrit : 33,2 %
Trombosit : 204 x 10^3 /uL

A : Morbili

23/7/2017 S : Demam (+),nyeri kepala (+) IVFD RL 12 tpm


berkurang, penglihatan silau (-), Viccilin sx (Ampicilin +
batuk (+), dahak (-), pilek(-), Sulbactam) 325mg/6
sesak (-), mual (-), muntah (-), jam/iv
nyeri menelan (-), nyeri perut (-), Sanmol (Paracetamol)
nafsu makan membaik, BAB dan 130 mg/6 jam/iv
BAK lancar. Chlorpheniramine
maleate 1/6 tab + Vit.
O : Sakit sedang / Gizi kurang / GCS C ¼ tab Puyer 3x1
15 (E4M6V5) Salisil talk
TD: 100/60 mmHg Ambroxol syr 3x1/2 cth
N: 100 x/menit
P: 28 x/menit
S: 36,4 ˚C
Mata : Konjungtiva anemis (-),
sklera ikterik (-), injeksi
konjungtiva (+)
Tonsil : T1/T1, Faring hiperemis

14
(+)
Paru-paru : Bunyi pernapasan
vesikuler bunyi tambahan Rh -/-
Wh -/-
Jantung : Bunyi jantung I/II
murni reguler murmur (-)
Abdomen : Peristaltik ada kesan
normal, hepar dan lien tidak
teraba.
Ektremitas : Edema (-)
Kulit : Ruam (+) seluruh tubuh

A : Morbili

24/7/2017 S : Demam (-),nyeri kepala (-), IVFD RL 12 tpm


penglihatan silau (-), batuk (+), Viccilin sx (Ampicilin +
dahak (-), pilek(-), sesak (-), Sulbactam) 325mg/6
mual (-), muntah (-), nyeri jam/iv
menelan (-), nyeri perut (-), nafsu Sanmol (Paracetamol)
makan membaik, BAB dan BAK 130 mg/6 jam/iv
lancar. Chlorpheniramine
maleate 1/6 tab + Vit.
O : Sakit sedang / Gizi kurang / GCS C ¼ tab Puyer 3x1
15 (E4M6V5) Salisil talk
TD: 100/70 mmHg Ambroxol syr 3x1/2 cth
N: 100 x/menit
P: 36 x/menit
S: 36,5 ˚C
Mata : Konjungtiva anemis (-),
sklera ikterik (-), injeksi
konjungtiva (+)

15
Hidung : rhinorea (-)
Tonsil : T1/T1, Faring hiperemis
(+)
Paru-paru : Bunyi pernapasan
vesikuler bunyi tambahan Rh -/-
Wh -/-
Jantung : Bunyi jantung I/II
murni reguler murmur (-)
Abdomen : Peristaltik ada kesan
normal, hepar dan lien tidak
teraba.
Ektremitas : Edema (-)
Kulit : Ruam (+) seluruh tubuh,
ruam berubah warna menjadi
kehitaman.

A : Morbili

25/7/2017 S : Demam (-),nyeri kepala (-), Up IVFD RL 12 tpm


penglihatan silau (-), batuk (+), Chlorpheniramine
dahak (-), pilek(-), sesak (-), maleate 1/6 tab + Vit.
mual (-), muntah (-), nyeri C ¼ tab Puyer 3x1
menelan (-), nyeri perut (-), nafsu Salisil talk
makan baik, BAB dan BAK Ambroxol syr 3x1/2 cth
lancar.
Boleh pulang
O : Sakit sedang / Gizi kurang / GCS
15 (E4M6V5)
TD: 100/60 mmHg
N: 104 x/menit
P: 28 x/menit

16
S: 36,6 ˚C
Mata : Konjungtiva anemis (-),
sklera ikterik (-), injeksi
konjungtiva (+)
Hidung : rhinorea (-)
Tonsil : T1/T1, Faring hiperemis
(-)
Paru-paru : Bunyi pernapasan
vesikuler bunyi tambahan Rh -/-
Wh -/-
Jantung : Bunyi jantung I/II
murni reguler murmur (-)
Abdomen : Peristaltik ada kesan
normal, hepar dan lien tidak
teraba.
Ektremitas : Edema (-)
Kulit : Ruam (+) seluruh tubuh,
ruam berubah warna menjadi
kehitaman.

A : Morbili

17
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1. DEFINISI
Morbili adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus Measles.
Nama lain dari penyakit ini adalah rubeola atau campak. Morbili merupakan
penyakit yang sangat infeksius dan menular lewat udara melalui aktivitas
bernafas, batuk, atau bersin. Pada bayi dan balita, morbili dapat menimbulkan
komplikasi yang fatal, seperti pneumonia dan ensefalitis.5,6,7
Salah satu strategi menekan mortalitas dan morbiditas penyakit morbili
adalah dengan vaksinasi. Namun, berdasarkan data Survei Demografi dan
Kesehatan Indonesia tahun 2007, ternyata cakupan imunisasi campak pada
anak-anak usia di bawah 6 tahun di Indonesia masih relatif lebih rendah
(72,8%) dibandingkan negara-negara lain di Asia Tenggara yang sudah
mencapai 84%. Pada tahun 2010, Indonesia merupakan negara dengan tingkat
insiden tertinggi ketiga di Asia Tenggara. World Health Organization
melaporkan sebanyak 6300 kasus terkonfirmasi Morbili di Indonesia
sepanjang tahun 2013.5,6,7
Dengan demikian, hingga kini, morbili masih menjadi masalah
kesehatan yang krusial di Indonesia. Peran dokter di pelayanan kesehatan
primer sangat penting dalam mencegah, mendiagnosis, menatalaksana, dan
menekan mortalitas morbili.5,6,7

3.2. ETIOLOGI
Campak (rubeola, measles) disebabkan oleh paramyxoirus, virus
dengan rantai tunggal RNA yang memiliki 1 tipe antigen. Manusia
merupakan satu-satunya pejamu alami bagi penyakit ini. Virus campak
menginfeksi traaktus respiratorius atas dan kelenjar limfe regional dan
menyebar secara sistemik selama viremia yang berlangsung singkat dengan
titer virus yang rendah. Viremia sekunder timbul dalam 5-7 hari saat monosit
yang telah terinfeksi menyebarkan irus ke dalamsaluran pernafasan, darah
dan urin penderita. Virus campak disebarkan melalui droplet berukuran besar

18
dari saluran pernafasan atas dan memerlukan kontak yang erat. Virus campak
stabil dalam suhu ruang selama 1-2 hari. Penderita campak menularkan virus
selama 1-2 hari sebelum timbulnya gejala (sekitar 5 hari setelah timbulnya
ruam) sampai 4 hari setelah timbulnya ruam.8

3.3. EPIDEMIOLOGI
Campak adalah penyakit endemis di berbagai belahan dunia terutama di
tempat vaksinasi campak belum tersedia dan bertanggung jawab atas sekitar 1
juta kematian setiap tahunnya. Sejak tahun 2000, kurang dari 100 kasus
campak dilaporkan setiap tahun di Amerika Serikat, namun berpotensi untuk
menimbulkan wabah. Infeksi pada anak yang bukan warga imigran saat
terjadinya wabah, mungkin disebabkan oleh faktor usia (terlalu muda untuk
mendapatkan vaksinasi) atau karena tingkat cakupan imunisasi yang rendah.
Sebagian besar bayi terlindungi oleh adanya antibodi transplasenta, bayi
menjadi rentan terhadap campak pada saat mendekai usia 1 tahun.8 Sebagian
besar kasus campak adalah anak-anak usia pra-sekolah dan usia SD. Selama
periode 4 tahun, kasus campak lebih banyak terjadi pada kelompok umur 5-9
tahun (3591 kasus) dan pada kelompok umur 1-4 tahun (3383 kasus).9

3.4. PATOFISIOLOGI
Penyebaran infeksi terjadi jika terhirup droplet di udara yang berasal
dari penderita. Virus campak masuk melalui saluran pernapasan dan melekat
di sel-sel epitel saluran napas. Setelah melekat,, virus bereplikasi dan diikuti
dengan penyebaran ke kelenjar limfe regioal. Setelah penyebaran ini, terjadi
viremia primer disusul multiplikasi virus di sistem retikuloendotelial di limpa,
hati, dan kelenjar limfe. Multiplikasi virus juga terjadi di tempat awal
melekatnya virus. Pada hari ke-5 sampai hari ke-7 infeksi, terjadi viremia
sekunder di seluruh tubuh terutama di kulit dan saluran pernapasan. Pada hari
ke-11 sampai hari ke-14, virus ada di darah, saluran pernapasan dan organ-
organ tubuh lainnya, 2-3 hari kemudian virus mulai berkurang. Selama

19
infeksi, virus bereplikasi di sel-sel endotelial, sel-sel epitel, monosit, dan
makrofag.9

Tabel patogenesis infeksi campak.9


Hari Patogenesis
Virus campak dalam droplet terhirup dan melekat pada
0 permukaan epitel nasofaring ataupun konjungtiva. Infeksi
terjadi di sel epitel dan virus bermultiplikasi.
1-2 Infeksi menyebar ke jaringan limfatik regional.
2-3 Viremia primer.
3-5 Timbul gejala infeksi di kulit dan saluran napas.
Virus bermultiplikasi di epitel saluran napas, virus melekat
5-7 pertama kali, juga di sistem retikuloendotelial regional
dankemudian menyebar.
7-11 Viremia sekunder.
Virus terdapat di darah, saluran napas, kulit, dan organ-organ
11-14
tubuh lain.
15-17 Viremia berkurang dan menghilang

3.5. MANIFESTASI KLINIK


Infeksi campak dibagi menjadi 4 fase yaitu : inkubasi, prodormal
(kataral), eksantematosa (ruam) dan fase penyembuhan. Masa inkubasi adalah
sekitar 8-12 hari dari saat pajanan sampai terjadinya gejala atau 14 hari
setelah pajanan sampai terjadinya ruam. Manifestasi klinis yang terjadi pada 3
hari fase prodormal adalah batuk, pilek, konjungtivitis, dan tanda
patognomonik bercak Koplik (koplik spot) (bintik putih keabuan, sebesar
butiran pasir, di mukosa bukal sisi berlawanan dari molar bawah) yang dapat
ditemukan hanya terjadi selama 12-24 jam. Pada konjungtiva timbul garis
radang transversal sepanjang pinggir kelopak mata (garis Stimson). Gejala
klasik campak berupa batuk, pilek dan konjungtivitis yang makin berat,

20
timbul selama viremia sekunder dari fase eksantematosa, yang seringkali
diikuti dengan timbulnya demam tinggi (40˚C-40,5˚C [104˚F-105˚F]). Ruam
makular mulai timbul di kepala (seringkali di bagian bawah gari rambut) dan
menyebar ke sebagian besar tubuh dalam waktu 24 jam dengan arah distribusi
dari kepala ke kaudal. Ruam seringkali berkonfluensi. Ruam akan
menghilang dengan pola yang sama. Tingkat keparahan penyakit dikaitkan
dengan luasnya penyebaran ruam. Kadangkala ruam disertai dengan adanya
petekie ataupun perdarahan (campak hitam/black measles). Saat ruamm
menghilang terjadi perubahan warna ruam menjadi kecoklatan dan kemudian
mengalami deskuamasi.8
Lemfadenitis servikal, splenomegali, limfadenopti mesenterika, yang
disertai nyeri abdomen, dapat ditemukan bersamaan dengan timbulnya ruam.
Otitis media, pneumonia dan diare lebih sering terjadi pada bayi. Gangguan
liver lebih dering ditemukan pada pasien dewasa.8
Istilah campak termodifikasi (modified measles) menggambarkan
kasus campak ringan yang timbul pada pasien dengan perlindungan parsial
terhadap penyakit campak. Campak termodifikasi timbul pada pasien yang
mendapat vaksinasi sebelum 12 bulan atau secara bersamaan diberikan serum
immunoglobulin, bayi yang masih memiliki antibodi transplasenta atau
pasien yang telah menerima immunoglobulin.8

3.6. PENEGAKAN DIAGNOSIS


3.6.1. Anamnesis10
a. Adanya demam tinggi terus menerus 38,5˚C atau lebih disertai batuk,
pilek, nyeri menelan, mata merah dan silau bila terkena cahaya
(fotofobia), seringkali diikuti diare.
b. Pada hari ke 4-5 demam timbul ruam kulit, didahului oleh suhu yang
meningkat lebih tinggi dari yang semula. Pada saat ini anak dapat
mengalami kejang demam.

21
c. Saat ruam timbul, batuk dan diare bertambah parah sehingga anak
mengalami sesak napas atau dehidrasi. Adanya kulit kehitaman dan
bersisik (hiperpigmentasi) dapat merupakan tanda penyembuhan.
3.6.2. Pemeriksaan fisis10
Gejala klinis terjadi setelah masa tunas 10-12 hari, terdiri dari 3 stadium:
a. Stadium prodormal: berlangsung 2-4 hari, ditandai dengan demam yang
diikuti dengan, batuk, pilek, faring merah, nyeri menelan, stomatitis, dan
konjungtivitis. Tanda patognomonik timbulnya enantema mukosa pipi di
depan molar tiga disebut bercak koplik.
b. Stadium erupsi: ditandai dengan timbulnya ruam mukopapular yang
bertahan selama 5-6 hari. Timbulnya ruam dimulai dari batas rambut di
belakang telinga, kemudian menyebr ke wajah, leher, dan akhirnya ke
ekstremitas.
c. Stadium penyembuhan (konvalesens): setelah 3 hari ruam berangsur-
angsur menghilang sesuai urutan timbulnya. Ruam kulit menjadi
kehitaman dan mengelupas yang akan menghilang setelah 1-2 minggu.
3.6.3. Pemeriksaan penunjang10
a. Darah tepi: jumlah leukosit normal atau meningkat apabila ada
komplikasi infeksi bakteri.
b. Pemeriksaan untuk komplikasi
1. Ensefalopati dilakukan pemeriksaan cairan cerebrospinal, kadar
elektrolit darah, dan analisa gas darah.
2. Enteritis: feses lengkap
3. Bronkopneumonia: dilakukan pemeriksaan foto dada dan analisis gas
darah.
Pemeriksaan laboratorium rutin tidak spesifik terhadap campak dan
tidak membantu dalam menegakkan diagnosis. Leukopenia menjadi salah
satu tanda campak. Pada pasien dengan ensefalitis akut, pada pemeriksaan
cairan serebrospinal ditemukan peningkatan protein, limfositik pleositosis,
dan kadar glukosa yag normal. Kultur virus campak belum tersedia secara
umum. Pemeriksaan serologis untuk antibodi IgM, yang timbul dalam waktu

22
1-2 hari setelah ruam dan bertahan selama 1-2 bulan, memperkuat diagnosis
klinis. Pemeriksaan foto rontgen dada dapat memperlihatkan adanya infiltrat
interstisial dan perihiler yang mengindikasikan terjadinya pneumonia campak
atau superinfeksi bakteri.8

3.7. DIAGNOSIS BANDING


Kumpulan gejala demam, ruam, batuk, pilek dan konjungtiitis adalah
dasar diagnostik untuk campak. Bercak koplik yang merupakan tanda
patognomonik tidak selalu ditemukan pada saat ruam mencapai puncaknya.
Konfirmasi diagnosis ditegakkan dengan ditemukannya sel raksasa
multinuklear pada sediaan apus mukosa nasal dan adanya peningkatan serum
antibodi akut dan konvalesens. Ruam harus dibedakan dari ruam yang terjadi
pada rubella, roseola, infeksi enteroirus ataupun adenovirus, mononuklosis,
toksoplasmosis, meningokoksemia, demam scarlatina, ricketsia, sindrom
Kawasaki, serum sickness dan ruam akibat obat.8

3.8. PENATALAKSANAAN
Perawatan supportif rutin diberikan termasuk pemberian cairan yang
adekuat dan antipiretik. Pemberiann vitamin A dosis tinggi memperbaiki
prognosis pada bayi yang menderita malnutrisi dan harus dipertimbangkan
pada pasien yang memiliki resiko tinggi untuk mengalami komplikasi,
termasuk bayi usia 6 bulan-2 tahun yang dirawat di rumah sakit, demikian
pula penderita immunodefisiensi. WHO dan UNICEF merekomendasikan
pemberian vitamin A di area yang diketahui mengalami defisiensi vitamin A
atau memiliki tingkat kematian akibat campak yang lebih besar dari 1%.8
Pada campak tanpa komplikasi tatalaksana bersifat suportif, berupa
tirah baring, antipiretik (parasetamol 10-15 mg/KgBB/dosis dapat diberikan
sampai setiap 4 jam), cairan yang cukup, suplemen nutrisi, dan vitamin A.
Vitamin A dapat berfungsi sebagai imunomodulator yang meningkatkan
respon antibodi terhadap virus campak. Pemberian vitamin A dapat
menurunkan angka kejadian komplikasi seperti diare dan pneumonia.

23
Vitamin A diberikan satu kali per hari selama 2 hari dengan dosis sebagai
barikut:9
 200.000 IU pada anak umur 12 bulan atau lebih
 100.000 IU pada anak umur 6-11 bulan
 50.000 IU pada anak kurang dari 6 bulan
 Pemberian vitamin A tambahan satu kali dosis tunggal dengan dosis
sesuai umur penderita diberikan antara minggu ke-2 sampai ke-4 pada
anak dengan gejala defisiensi vitamin A.
Pada campak dengan komplikasi otitis media dan/atau pneummonia
bakterial dapat diberikan antibiotik. Komplikasi diare diatasi dehidrasinya
sesuai dengan derajat dehidrasinya.9

3.9. KOMPLIKASI
Komplikasi umumnya terjadi pada anak risiko tinggi, yaitu:9
a. Usia muda, terutama dibawah 1 tahun.
b. Malnutrisi (marasmus atau kwasiorkor).
c. Pemukiman padat pendududk yang lingkungannya kotor.
d. Anak dengan gangguan imunitas, contohnya pada anak terinfeksi HIV,
malnutrisi, atau keganasan.
e. Anak dengan defisiensi vitamin.
Komplikasi dapat terjadi pada berbagai organ tubuh, antara lain:9
a. Saluran pernapasan: bronkopneumonia, laringotrakeobronkitis (croup).
b. Saluran pencernaan: diare yang dapat diikuti dengan dehidrasi.
c. Telinga: otitis media.
d. Susunan saraf pusat:
1. Ensefalitis akut: timbul pada 0,01-0,1% kasus campak. Gejala berupa
demam, nyeri kepala, letargi, dan perubahan status mental yang
biasanya muncul antara hari ke-2 sampai hari ke-6 setelah munculnya
ruam. Umumnya self-limited (dapat sembuh sendiri), tetapi pada sekitar
15% kasus terjadi perburukan yang cepat dalam 24 jam. Gejala sisa

24
dapat berupa penurunan pendengaran, gangguan perkembangan,
kelumpuhan, dan kejang berulang.
2. Subacute Sclerosing Panencephalitis (SSPE): suatu proses degeneratif
susuna saraf pusat yang disebabkan infeksi persisten virus campak,
timbul beberapa tahunsetelah infeksi (umumnya 7 tahun). Penderita
mengalami perubahan tingkah laku, retardasi mental, kejang mioklonik,
dan gangguan motorik.
e. Mata: Keratitis.
f. Sistemik: septikemia karena infeksi bakteri sekunder.
3.10. PROGNOSIS
Prognosis pada umumnya baik karena penyakit ini merupakan self-
limiting disease. Mortalitas dan morbiditas meningkat pada penderita dengan
faktor risiko yang mempengaruhi timbulnya komplikasi. Di negara
berkembang, kematian mencapai 1-3%, dapat meningkat sampai 5-15% saat
terjadi KLB campak.9

3.11. PENCEGAHAN
Vaksin hidup campak mencegah terjadinya infeksi campak dan
direkomendasikan sebagai vaksin MMR (measles, mumps dan rubella) untuk
anak berusia 12-15 bulan dan 4-6 tahun. Vaksin MMRV (MMR yang
dikombinasikan dengan vaksin varisela) merupakan vaksin alternatif yang
dapat diberikan pada anak berusia 12 bulan – 12 tahun. Dosis kedua MMR
bukan merupakan dosis penguat (booster) tetapi ditujukan untuk mengurangi
angka kegagalan vaksn yang telah diberikan pertama kali, yaitu sebesar 5%.
Kontraindikasi pemberian vaksin campak adalah kondisi immuno
kompromais akibat immunodefisiensi kongeital, infeksi HIV berat, leukimia,
limfoma, terapi kanker atau pemberian terapi immunosupresif kostikosteroid
(>2 mg/kg/hari selama >14 hari), kehamilan, atau pernah menerima
immunoglobulin (dalam jangka waktu 3-11 bulan, tergantung dosis yang
diberikan). Vaksinasi MMR direkomendasikan untuk pasien HIV yang tidak
memiliki gejala imunosupresi berat (total CD4 T limfosit yang rendah sesuai

25
usia atau kadar CD4 T limfosit yang rendah dibandingkan limfosit total),
pasien kanker anak yang sedang dalam masa remisi yang tidak menerima
kemoterapi dalam waktu 3 bulan, anak yang tidak sedang dalam pengobatan
terapi imunosupresan kortikosteroid pada bulan sebelumnya. Penderita
penyakit kronik atau penderita immunokompromais apabila di dalam
lingkungan rumahnya terdapat anggota keluarga yang terpajan campak harus
menerima profilaksis pasca pajanan dengan vaksin campak, dalam waktu
72 jam setelah terjadinya pajanan, atau pemberian immunoglobulin dalam
kurun waktu 6 hari setelah pajanan.8

26
BAB IV
PEMBAHASAN
Pasien pada laporan kasus ini adalah seorang anak perempuan berumur 5
tahun 1 bulan yang dibawa ke rumah sakit oleh orangtuanya dengan keluhan
demam. Demam terus menerus, demam mendadak tinggi (S : 39˚C) tidak disertai
menggigil dan kejang. timbul bercak-bercak kemerahan pada kulit yang muncul
pada hari ke-3 demam. Awalnya bercak muncul di daerah wajah kemudian
menyebar ke badan lalu ke tangan dan kaki. Bercak terasa gatal. Nyeri kepala (+),
mata merah (+) penglihatan silau (+) pasien merasa terganggu dengan paparan
cahaya sehingga tirai dirumah ditutup pasien lebih nyaman dalam kondisi cahaya
yang kurang, gusi berdarah (-), mimisan (-), batuk (+) dahak (-) , pilek (-), sesak (-
), mual (-), muntah (-), nyeri menelan (-), nyeri perut (-) BAB dan BAK lancar.
Nafsu makan menurun.
Morbili adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh paramyxoirus, virus
dengan rantai tunggal RNA yang memiliki 1 tipe antigen. Dari anamnesis dapat
ditemukan adanya demam tinggi terus menerus 38,5˚C atau lebih disertai batuk,
pilek, nyeri menelan, mata merah dan silau bila terkena cahaya (fotofobia),
seringkali diikuti diare. Pada hari ke 4-5 demam timbul ruam kulit, didahului oleh
suhu yang meningkat lebih tinggi dari yang semula. Pada saat ini anak dapat
mengalami kejang demam. Saat ruam timbul, batuk dan diare bertambah parah
sehingga anak mengalami sesak napas atau dehidrasi. Adanya kulit kehitaman dan
bersisik (hiperpigmentasi) dapat merupakan tanda penyembuhan.10
Dari pemeriksaan fisis ditemukan kondisi umum Sakit Sedang / Gizi
Kurang / GCS 15 (E4M6V5) dengan tanda vital Tekanan darah : 90/60 mmHg,
Frekuensi nadi : 116 x/menit, Frekuensi napas : 36 x/menit, Suhu : 38,6 ˚C.
Ditemukan injeksi konjungtiva (+), rhinorea (-), faring hiperemis (+), dan
ditemukan ruam berwarna merah diseluruh tubuh.
Gejala klinis terjadi setelah masa tunas 10-12 hari, terdiri dari 3 stadium
yakni: (1) Stadium prodormal: berlangsung 2-4 hari, ditandai dengan demam yang
diikuti dengan, batuk, pilek, faring merah, nyeri menelan, stomatitis, dan
konjungtivitis. Tanda patognomonnik timbulnya enantema mukosa pipi di depan

27
molar tiga disebut bercak koplik. (2) Stadium erupsi: ditandai dengan timbulnya
ruam mukopapular yang bertahan selama 5-6 hari. Timbulnya ruam dimulai dari
batas rambut di belakang telinga, kemudian menyebr ke wajah, leher, dan
akhirnya ke ekstremitas. (3) Stadium penyembuhan (konvalesens): setelah 3 hari
ruam berangsur-angsur menghilang sesuai urutan timbulnya. Ruam kulit menjadi
kehitaman dan mengelupas yang akan menghilang setelah 1-2 minggu.10
Pada hari pertama pasien datang ke rumah sakit pasien memasuki stadium
erupsi dimana pasien telah menunjukkan adanya ruam pada seluruh tubuh. Ruam
tersebut muncul mulai dari kepala lalu menyebar ke badan dan akhirnya ke
ekstremitas. Lalu pada hari ketiga perawatan di rmah sakit (24/7/2017) pasien
memasuki stadium penyembuhan (konvalesens) yang ditandai dengan ruam yang
mulai berubah warna menjadi kehitaman. Perubahan warna ini sesuai dengan
urutan timbulnya ruam tersebut. Pada pasien juga tidak ditemukan adanya bercak
koplik.
Pemeriksaan laboratorium rutin tidak spesifik terhadap campak dan tidak
membantu dalam menegakkan diagnosis. Pemeriksaan laboratorium rutin tidak
spesifik terhadap campak dan tidak membantu dalam menegakkan diagnosis.
Pemeriksaan penunjang digunakan untuk menunjukkan adanya komplikasi yang
terjadi pada penderita. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan ialah
pemeriksaan darah tepi: jumlah leukosit normal atau meningkat apabila ada
komplikasi infeksi bakteri. Jika di curigai mengarah ke ensefalopati dilakukan
pemeriksaan cairan cerebrospinal, kadar elektrolit darah, dan analisa gas darah.
Enteritis: feses lengkap. Bronkopneumonia: dilakukan pemeriksaan foto dada dan
analisis gas darah.8,10
Perawatan supportif rutin diberikan termasuk pemberian cairan yang
adekuat dan antipiretik. Pemberiann vitamin A dosis tinggi memperbaiki
prognosis pada bayi yang menderita malnutrisi dan harus dipertimbangkan pada
pasien yang memiliki resiko tinggi untuk mengalami komplikasi, termasuk bayi
usia 6 bulan-2 tahun yang dirawat di rumah sakit, demikian pula penderita
immunodefisiensi. WHO dan UNICEF merekomendasikan pemberian vitamin A

28
di area yang diketahui mengalami defisiensi vitamin A atau memiliki tingkat
kematian akibat campak yang lebih besar dari 1%.8
Pada pasien ini terapi yang diberikan ialah IVFD RL 12 tpm, Viccilin sx
(Ampicilin + Sulbactam) 325mg/6 jam/iv, Sanmol (Parasetamol) 130 mg/6
jam/iv, Chlorpheniramine maleate 1/6 tab + Vit. C ¼ tab Puyer 3x1, Salisil talk,
Ambroxol syr 3x1/2 cth.
Pemilihan cairan untuk terapi suportif pada pasien campak tidak ada
ketentuan tertentu, tujuannya yakni untuk memperbaiki keadaan umum. Pada
pasien ini cairan yang diberika ialah RL sebanya 12 tetes per menit. Kebutuhan
cairan pada pasien ini sebanyak 1150 ml/hari, pasien menggunakan 12 tpm.11
Parasetamol (Sanmol) diberikan pada pasien karena pasien mengalami
demam. Dosis parasetamol yakni 10-15 mg/KgBB per dosis dengan dosis
maksimal 1 gram, diberikan 4-6 kali sehari, dimana dosis terapeutik maksimum
parasetamol untuk anak usia >3 bulan adalah 80mg/KgBB per hari. Dosis toksik
150mg/KgBB pada pemberian tunggal. Pada kasus diberikan parasetamol
sebanyak 130 mg/ 6 jam/ iv, karena pasien memiliki BB 13 Kg.12
Untuk gejala batuk pilek diberikan: Vicillin SX (Ampicilin 1.000 mg,
sulbactam 500 mg) dosis untuk anak yakni 100-200 mg/KgBB/hari diberikan 4
kali sehari, sehingga pasien diberikan 325 mg/6jam/iv. Chlorpheniramine maleate
(klorfeniramin maleat), dosis untuk anak 2-5 tahun adalah 1mg tiap 4-6 jam,
maksimal 6mg/hari. Sediaan Chlorpheniramine maleate dalam tablet 4mg.
Kebutuhan vitamin C ialah 35 mg untuk bayi dan meningkat sampai kira-kira 60
mg pada dewasa. Pada pasien diberikan 1/6 tablet yang dipuyerkan dengan
vitamin C ¼ tablet sebanyak 3 kali dalam sehari. Ambroxol sebagai mukolitik
untuk sediaan syrup 15 mg/5 ml (1 sendok takar = 5 ml) diberikan 3 kali ½
sendok takar.13

29
DAFTAR PUSTAKA
1. Tommy. Campak. Fak. Kedokteran Unair. Surabaya. 2002:h 1-21
2. Sudarmo SSP, Garna H, Hadinegoro SRS, Satari HI. Buku Ajar Infeksi dan
Pediatri Tropis. Jakarta : Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2012 : h 109-118
3. DITJEN PP & PL. Pedoman Pelaksanaan Kampanye Imunisasi Campak dan
Polio. 2012: h 1-47
4. Sugiasih E. Gambaran Pelaksanaan Surveilans Campak di Puskesmas Cepu
dan Tunjungan Kabupaten Blora Tahun 2012. Semarang. 2012: h 1-120
5. Djuanda, A, Hamzah, M. Aisah, S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin, 5th Ed. Balai penerbit FKUI. Jakarta. 2007.
6. James, W.D. Berger, T.G. Elston, D.M. Andrew’s Diseases of the skin:
Clinical Dermatology. 10th Ed. Saunders Elsevier. Canada. 2000
7. Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin. Pedoman Pelayanan
Medik. 2011
8. Marcdante, K.J. Kliegman, R.M. Jenson, H.B. Behrman, R.E. Nelson Ilmu
Kesehatan Anak Esensial. 6th Ed. Saunders Elsevier. Singapore. 2014: h 402-
5
9. Halim, Ricky G. Campak pada Anak. Jurnal CDK-238/vol.43 no.3. 2016: h
186-9
10. Pedoman Pelayanan Medis. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jilid I. 2009: h
33-5
11. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit Pedoman Bagi
Rumah Sakit Rujukan Tingkat Pertama di Kabupaten/Kota. World Health
Organization, Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2009
12. Lubis IN, Lubis CP. Penanganan Demam Pada Anak, Sari Pediatri. 2011
April:12(6). H 409-18
13. Pusat Obat Nasional. Badan Pengawas Obat dan Makanan. URL :
http://pionas.pom.go.id (diakses tanggal 3 Agustus 2017)

30

Anda mungkin juga menyukai