Anda di halaman 1dari 5

JENIS PERJANJIAN INTERNASIONAL

1.Bilateral

bersifat khusus (Treaty Contract) karena hanya mengatur


kepentingan ke dua negara, oleh sebab itu perjanjian bilateral bersifat
‘tertutup’ dalam arti tertutup kemungkinan bagi negara lain untuk ikut
serta dalam perjanjian tersebut.

Contohnya :
o Indonesia dengan RRC (1955) tentang Penyelesaian
dwikewarganegaraan. Indonesia dengan Thailand tentang
garis batas laut Andaman sebelah utara selat Malaka 1071.
o Indonesia dengan Malaysia tentang Ektradisi 1974.
o Indonesia dengan Australia tentang Pertahanan dan Keamanan
kedua negara 1995.

2.Multilateral

yang disebut juga Law Making Treatis biasanya mengatur hal


yang berkaitan dengan kepentingan umum dan bersifat terbuka dala arti
tidak hanya mengatur kepentingan negara yang mengadakan perjanjian
itu tetapi juga kepentingan negara lain yang tidak turut serta dalam
perjanjian itu (bukan Peserta).

Contohnya :

o Konvensi Jenewa 1949 tentang perlindungan korban perang.


o Konvensi wina 1961 tentang Hubungan Diplomatik.
o Konvensi Hukum Laut Internasiobnal 1982 tentang laut teritorial
(200 mil), Zona Bersebelahan (24 mil), Zona Ekonomi Eksklusif
(200 mil), Landas Benua (lebih 200 mil).
Indonesia – Negara dalam Perubahan
Indonesia adalah negara mitra global Jerman. Kedua negara menjalin kerjasama
dalam G-20 yaitu 20 negara Industrie dan Berkembang terpenting. Jerman
mendukung kerjasama selatan-selatan serta upaya Indonesia berkerjasama
dengan negara-negara dengan pertumbuhan kecil dalam forum kerjasama
segitiga. Kementerian Luar Negeri Jerman memperhitungkan Indonesia sebagai
negara pemrakarsa global.

Kerja sama Jerman-Indonesia ini mengikuti cita-cita pembangunan global yang


berkelanjutan dengan poin-poin inti berikut:
 Pertumbuhan ekonomi yang produktif
 Keadilan sosial
 Keberlanjutan ekologis.
Indonesia sendiri mengartikan kata terbarukan dan keseimbangan pembangunan
dengan istilah: pro Pembangunan, pro Tenaga kerja, pro orang miskin dan pro
lingkungan (pro growth, pro jobs, pro poor and pro environment). Dasar-dasar
ini menunjukan kesepahaman yang besar.

Kerja sama pembangunan Jerman disesuaikan dengan sasaran pembangunan


milenium PBB dan dengan strategi-strategi pengentasan kemiskinan yang
dikembangkan oleh negara mitra. Jerman dan Indonesia telah menyepakati
dalam hal ini dengan apa yang telah ditentukan untuk kriteria bantuan yang
berarti yang telah ditetapkan di Busan (Korea) 2011. Indonesia mendapatkan
tugas mengkoordinasi partner-partner pembangunannya.
Hubungan Multilateral Pemerintah Indonesia dengan Negara-negara di
ASEAN

Sebagai negara yang berada dalam kawasan Asia tenggara Indonesia sepatutnya memiliki
hubungan baik dengan negara-negara yang berada dalam satu kawasan. Kawasan Asia
Tenggara merupakan kawasan strategis bagi Indonesia dalam menjalin kerjasama antar
negara. Setelah memprakarsai terentuknya ASEAN, Indonesia juga lebih aktif dalam forum-
forum pertemuan ASEAN. Indonesia juga menjadi negara yang aktif dalam memprakarsai
kerjasama-kerjasama anatara negara-negara di Asia Tenggara baik secara bilateral maupun
multilateral. Dalam konteks hubungan bilateral Indonesia melakukan kerjasama dengan
negara-negara dikawasan Asia Tenggara dalam bidang perekonomian, politik dan lainnya.

Bukan hanya dengan Singapura, dengan Malaysia dan juga negara-negara lainnya di Asia
Tenggara Indonesia memiliki hubungan bilateral. Dengan pemerintah Singapura Indonesia
memiliki hubungan dalam bidang perekonomian, khususnya bidang investasi. Terdapat enam
sektor yang menjadi fokus utama pemerintah Indonesia dan Singapura dalam bidang
perekonomian. Enak sektor tersebut yaitu: Kerjasama pelayaran khusus pariwisata,
pengaturan jakur penerbangan, ketenaga kerjaan, agribisnis, dan investasi. Lalau dengan
Malaysia Indonesia memiliki hubungan kerjasama, seperti pengiriman tenaga kerja,
walaupun sering bersengketa dengan pemerintah Malaysia tidak dapat dipungkiri pemerintah
Indonesia masih membuka hubungan baik dalam konteks bilateral.

Dalam konteks hubungan multilateral Indonesia dalam forum ASEAN membuka dan
memfasilatasi hubungan kersama. Seperti membuat kesepakatan kerjasama ASEAN Free
Trade Area.

ASEAN Free Trade Area (AFTA) merupakan perjanjian antara negara-negara yang
berada di kawasan Asia Tenggar, yang tergabung dalam ASEAN (Associate of South East
Asia Nation). AFTA merupakan suatu kesepakatan dalam bidang ekonomi mengenai sektor
produksi lokal di negara-negara ASEAN. Perjanjian ini ditandatangani pada 28 Januari 1992
di Singapur. Pada saat itu ASEAN terdiri dari enam negara anggota yaitu, Brunei, Indonesia,
Malaysia, Filipina, Singapur dan Thailand. Sekarang ASEAN terdiri dari sepuluh negara dan
seluruh negara di ASEAN telah menandatangani perjanjian AFTA. Tujuan diadakannya
perjanjian ini adalah:
· Untuk meningkatkan daya saing produksi negara-negara ASEAN dalam pasar dunia dengan
menghilangkan tarriff dan non-tarriff bariers.

· Menarik investasi asing langsung ke negara-negara ASEAN.

Negara anggota ASEAN sepakat untuk menandatangani AFTA untuk bekerjasama dalam
bidang ekonomi. Pandangan negara-negara anggota ASEAN untuk kemajuan perekonomian
di wilayah Asia Tenggara jelas patut dipertanyakan keseriusannya. Jika kerjasama ini
dilakukan namun tidak ada langkah serius dari masing-masing anggota yang hanya melihat
dampak-dampak negatif dari AFTA mungkin AFTA tidak akan berjalan hingga saat ini yang
kurang lebih sudah 6 tahun efektif

AFTA mulai sepenuhnya berlaku pada tanggal 1 Januari 2004[1], setelah melalui proses
sosialisasi pemotongan bea masuk barang dan ditahun 2008 bea tarif tersebut dihilangkan.
Hal ini berbeda dengan Uni Eropa, dalam AFTA tidak diterapkan tarif eksternal umum pada
barang-barang impor. Artinya anggota ASEAN bebas mengenakan tarif pada barang yang
masuk dari luar ASEAN didasarkan pada ketetapan yang telah dibuat oleh masing-masing
negara ASEAN.

Administrasi AFTA di atur oleh peraturan nasional dan perdagangan di masing-masing


negara anggota ASEAN. Sekertariat ASEAN hanya memiliki kewenangan untuk memantau
dan memastikan kepatuhan negara-negara anggota ASEAN dalam menjalankan AFTA. Hal
ini berarti Sekertariat ASEAN tidak memiliki wewenang hukum untuk menindak negara-
negara yang tidak konsisten pada AFTA. Terlebih lagi didalam isi piaagam ASEAN,
Sekertariat ASEAN hanya bertugas untuk memastikan aplikasi yang konsisten dalam setiap
perjanjian yang telah disepakati. Apabila terjadi perbedaan pendapat yang terjadi dalam
pengaplikasian AFTA maka Sekertariat ASEAN memiliki otoritas untuk memmbantu dalam
penyelesaiannya, namun sekali lagi ditekankan bahwa Sekertariat ASEAN tidak memiliki
kewenangan dalam hukum untuk menyelesaiakan suatu masalah yang terjadi.ASEAN kini
semakin meningkatkan koordinasi dengan negara anggotanya. Konsep terbaru dari
pengembangan AFTA adalah ASEAN Single Window. Konsep ASEAN Single Window ini
yang akan membantu negara-negara yang ingin berinvestasi atau bekerjasama dengan negara-
negara anggota ASEAN dengan memberikan informasi data yang terkait dengan transaksi
ataupun produksi di negara-negara ASEAN.

Anda mungkin juga menyukai