Anda di halaman 1dari 8

BARANG BARANG EMAS

PENDAHULUAN

Seperti diketahui bersama emas merupakan suatu barang yang bernilai,


tinggi dan dapat digunakan baik sebagai perhiasan, bahan industri dan yang
lainnya, maupun untuk tujuan investasi. Emas bukanlah barang yang diminati oleh
kalangan atas saja, teapi juga diminati semua strata lapisan masyarakat. Komoditi
ini tidak hanya andalan untuk pasaran domestik, tetapi juga telah mampu
memasuki pasaran international, oleh karena itu barang-barang emas tersebut
sudah saatnya ditangani secar serius oleh pemerintah, khususnya dalam rangka
meningkatkan daya saingnya melalui Standardisasi Kadar Emas, baik itu untuk
memasuki pasaran domestik maupun pasaran ekspor, maupun untuk menangkal
terhadap barang barang emas impor.
Dalam jangka waktu yang sudah cukup lama dipasaran beredar berbagai
jenis barang-barang emas dengan jenis kadar berbeda sesuai tingkat daya beli,
keinginan, dan selera konsumen, hal ini menciptakan segmen-segmen pasar
barang barang yang tinggi beragam, mulai dari kadar rendah sampai kadar
tertinggi. Berdasarkan pertimbangan populasi yang dominan, klasifikasi kadar
emas yang paling umum/ popular di masyarakat, serta pertimbangan faktor
efisiensi dalam penyediaan bahan baku dan pengawasan, maka dipandang perlu
untuk memulai pembenahan dan penyederhanaan klasifikasi kadar emas sehingga
pertumbuhan dan perkembangan industri barang-barang emas di Indonesia,
diharapkan dapat semakin mantap dan maju, untuk mewujudkan kehendak
tersebut, maka SNI 13-3487-1994 perlu direvisi.
Selain itu, adri segi desain, kekhasan dan kekayaan desain hasil produk
barang-barang emas Indonesia sebagai warisan budaya bangsa tidakkalah dengan
negara-negara lain. Tetapi keseragaman mutu yang ditunjukan oleh kadar
emasnya saja yang belum terjamin. Oleh karena itu dengan diterapkannya standar
barang-barang emas, diharapkan akan dapat menjamin lebih meningkatnya
kepercayaan masyarakat konsumen, baik di dalam maupun diluar negeri, terhadap
barang-barang emas Indonesia sehingga lebih memacu peningkatan penjualan
baik domestik maupun ekspor.
Dengan demikian, penerapan standar barang-barang emas akan
memberikan dampak positif,antara lain dalam hal sarana mendidik masyarakat
tentang kandungan kadar emas, melindungi konsumen, meningkatkan penyediaan
bahan baku emas,meningkatkan ekspor, serta menangkal terhadap meningkatnya
impor barang- barang perhiasan emas.
Akhirnya produksi barang-barang perhiasan emas akan menjadi salah satu
produk andalan ekspor hasil industri serta meningkatkan kontribusinya dalam
pembangunan ekonomi nasional.
Standar ini mengacu kepada standar ASTM dengan pencatatan : E 1335-
90 dengan judul :” Standard Test Method for Determination of Gold in Bullion
by Cupellation “ dan ASTM dengan pencatatan : B 562 – 73 ( reapproved 1979 _
dengan judul :” Standard Specification for Refined Gold”.
BARANG BARANG EMAS

1. RUANG LINGKUP

Standar ini melipui definis, singkatan, kalsifikasi, syarat mutu, cara


pengambilan contoh, cara uji, syarat lulus uji, dan penandaan untuk
barang-barang emas.

2. DEFINISI

2.1 Barang-barang emas adalah semua jenis barang yang terbuat dari emas
dengankadar minimum 14 karat atau minimum mengandung emas 58,3 %.
2.2 Industri fabrikan / manufaktur adalah industri barang-barang emas yang
mayoritas menggunakan mesin dan atau peralatan modern yang presisi
dalam aktivitas produksinya.
2.3 Industri kerajinan ( scraft industry ) adalah industri barang-barang emas
yang mayoritas menggunakan mesin dan atau peralatan sederhana yang
tidak presisi dalam aktivitas produksinya.

3. SINGKATAN

Dalam perdagangan dan industri ada beberapa singkatan yang lazim


dipergunakan, yaitu :
3.1 Au = Aurum
3.2 K = Karat

4. KLASIFIKASI

Bedasarkan kadar emasnya barang-barang emas yang diperdagangkan


dilklasifkasikan menjadi lima macam :
4.1 Emas 24 Karat
4.2 Emas 22 Karat
4.3 Emas 20 Karat
4.4 Emas 18 Karat
4.5 Emas 17 Karat

5. SYARAT MUTU

Syarat mutu barang barang emas seperti tercantum pada tabel I


Tabel I
Syarat Mutu Barang-barang Emas
Kadar Kandungan emas Tanda Kemurnian
Minimum
24 Karat 99,0 – 99,9 % 990, 0 – 999,9
22 Karat 91,65 % 916,0
20 Karat 83,30 % 833,0
18 Karat 75,00 % 750,0
17 Karat 70,80 % 708,0

6. CARA PENGAMBILAN CONTOH

Barang-barang emas yang akan diuji, contoh dapat diambil dengan dua
cara, yaitu :

6.1 Cara Tidak Dapat Dirusak

Cara ini dilakukan terhadap barang-barang emas yang karena hasilnya,


bentuk dan beratnya perlu dipertahankan, misalnya barang perhiasan,
benda peninggalan sejarah, atau barang koleksi dengan warna kekuning-
kuningan atau kemerah-merahan.

6.2 Cara Dapat Dirusak

Cara pengambilan contoh yang dapat dirusak dibagi dalam :

6.2.1 Cara Sendokan ( Dip Sample )

Barang dilebur sampai cair, kemudian diaduk sampai rata, lalu diambil
contohnya dengan sendok grafit sebanyak 2 gram.

6.2.2 Cara Bor atau Potong

Untuk barang yang jumlahnya terlalu sedikit dan pengambilan contoh


sendokan sulit dilakukan, maka dari balok hasil peleburan barang
tersebut diambil contoh bor atau potongan. Contoh bor atau potongan
diambil dari dua sudut diagonal pada posisi yang berlawanan atas dan
bawah kurang lebih 2 gram.

7. CARA UJI

Barang-barang emas yang akan diuji dapat dilakukan dengan dua cara.

7.1 Cara Jarum Uji


7.1.1 PRINSIP

Cara pengujian yang dilakukan ialah dengan membandingkan


kecepatan pelarutan goresan barang yang diuji terhadap kecepatan
pelarutan goresan jarum uji yang sudah diketahui karatnya.

7.1.2 Peralatan

1.) Jarum Uji


2.) Batu Uji

7.1.3 Bahan-Bahan

1.) HNO3 ( 67 % )
2.) HCl ( 35 % )

Spesifikasi jarum uji dan larutan uji seperti tercantumpada tabel II

Tabel II
Spesifikasi Jarum Uji dan Larutan Uji
Jenis Kadar Au ( Promil ) Komposisi Larua Uji ( % - vol )

Standar Pendamping Air HNO3 ( 67 % ) HCL ( 35 %


)
14 583 573 Larutan Uji Lemah
15 625 615 23 77 0
16 667 657
17 708 698 Larutan Uji Sedang
18 750 740 40 54 6
19 792 782
20 833 823
21 875 865 Larutan Uji Kuat
22 916 906 18 73 9
23 958 948
24 999 990

Batu uji yang dipergunakan adalah logam Stone yang berwarna hitam,
keras,kompak dan tidak mengkilap.

7.1.4 Prosedur

1.) Goreskab barang yang akan diuji pada jarum uji dengan
panjang dan lebar secukupnya sampai jelas warnanya, dengan
arah tekanan yang sama.
2.) Pilih jarum uji yang sesuai dengan goresan barang.
3.) Oleskan laruatn uji sedang pada kepala goresan tersebut diatas,
tentukan apakah karat barang yang akan diuji lebih rendah dari
18 karat atau lebih tinggi dari 18 karat dengan cara
membandingkan kecepatan larutan masing-masing goresa.
Makin tinggi karat makin lambat proses pelarutannya.
4.) Jika barang tersebut ternyata lebih randah dari 18 karat, oleskan
larutan uji untuk melihat apakah barang tersebut lebih rendah
dari 14 karat, yaitu dengan tanda-tanda, bila pada emas kuning
berubah menjadi coklat merah, dan bila pada merah warna
menjadi kehijauan.
5.) Bilaternyata lebih tinggi dari 14 karat maka lanjutkan
pengujian dengan menggunakan jarum uji standar 15, 16 dan
17. goreskan barang yang akan diuji diantara goresan jarum uji
tersebut diatas, oleskan larutan uji lemah dan bandingkan
kecepatan pelarutannya. Tentukan karat barang yang mendekati
karat jarum standar. Bila ternyata lebih tinggi dari 19 karat,
lakukan pengujian seperti diatas dnegan menggunakan jarum
uji standar 20, 21, 22, 23 dan 24.
6.) Bila karat barang yang diuji terletak diantara dua standar,
dengan menggunakan jarum uji pendamping yang sesuai
seperti pada tabel II.
Misal karat barang yang diuji terletak antara 20 karat dan 21
karat, maka barang diuji dengan jarum pendamping 21
karat.bila hasil pengujian menunjukan bahwa karat barang
lebih rendah dari jarum uji pendamping, maka karat barang
tersebut adalah 20 kara. Sebaliknya bila hasilnya diatas atau
sama dengan karat jarum uji pendamping maka karat barang
tersebut adalah 21 karat. Yang dimaksud dengan jarum uji
pendamping adalah jarum uji yang kadarnya 10 % dibawah
kadar jarum uji standar.

7.2 Cara Dapat Dirusak ( Fire Assay )

7.2.1 Persiapan contoh

1.) Gilas contoh sendokan ( Dip Sample ) sampai tipis lalu potong-
potong sampai ukuran 1 mm, demikian juga untuk contoh bor.
2.) Timbang tepat dua contoh barang yang akan diuji,masing-masing
seberat 250 ± 0,10 mg.
3.) Timbang tepat dua contoh emas kontrol dengan kadar 999,9 %,
masing-masing seberat 250 mg ± 0,10 mg.
4.) Tambahkan keempat contoh di atas masing-masing dengan ± 650
mg perak murni ( 999,9 % Ag bebas dari Au ), lalu bungkus
dnegan lambaran timah hitam murni ( 99,9 % Pb bebas Au )
7.2.2 Prosedur

7.2.2.1 Kupelasi

1.) Masukan kupel yang telah diersihkan ke dalam dapur pemangggang (


muffle furnace ) dan nyalakan dapur sampai warna merah dengansuhu
850°C – 1.100°C.
2.) Masukan contoh yang telah dipersiapkan ke dalam kupel dengan tang
penjepit.
3.) Segera tutup kembali pintu dapur agar suhu tidak segera turun dan
tetap di jaga ± 850°C.
4.) Stekah 15 menit, buka pintu dapur sedikit agar timah teroksidasi dan
dapat diserap oleh kupel bersama oksida-oksida logam pengotor lainya
selama ± 15 menit.
5.) Setelah contoh terlihat jernih, matikan dapur. Biarkan kupel di dalam
dapur sampai dingin selama ± 45 menit.
6.) Keluarkan kupel dan contoh dari dapur lalu pisahkan contoh dari kupel
dan bersihkan.

7.2.2.2 Pemisahan Emas dan Perak ( Parting )

1.) Pipihkan yang telah dikupel setipis mungkin dengan menggunakan


martil atau mesin gilas
2.) Larutkan hasil gilasan dalam asam nitrat 1:1 sebanyak 50 ml, denagn
cara dipanaskan samapai mendidih di dalam tabung kyddahl.
3.) Setelah reaksi selesai dan tidak mengeluarkan uap nitrous lagi,
pisahkan larutannya dengan hati-hati agar sisa logam padat tidak
terbawa.
4.) Tambahkan asam nitrat 3:1 sebanyak ± 50 ml dan panaskan lagi
sampai mendidih selama 30 menit.
5.) Setelah reaksi selesai dan tak ada uap nitrous keluar, pisahkan
larutannya dengan hati-hati.
6.) Cuci logam padat dan tabung parting dengan menggunakan 50 ml air
suling sebanyak dua kali.
7.) Keluarkan loam tersebut, keringkan dengan cara memanaskan dalam
krus porselin di atas pemanas listrik.kemudian pijarkan dengan
pemanas gas.
8.) Biarkan logam sampai dingin dan siap untuk ditimbang.

7.2.2.3 Penimbangan

1.) Timbangan logam hasil parting emas contoh ( C1 dan C2 )


2.) Timbangan logam hasil parting emas kontrol ( D1 dan D2 )
3.) Ketentuan hasil timbang : bila perbedaan C1 dan C2 lebih besar dari
0,125 mg, maka analisa diulang. Bila perbedaan D1 dan D2 lebih besar
dari 0,025 mg, maka analisa diulang.
4.) Ketelitian timbangan yang dipergunakan harus memenuhi sayarat
ketelitian penimbangan pada 7.2.1

7.2.2.4 Perhitungan
C1 + C2
Kadar emas bentuk kontrol= X kadar emas
D1 + D2

Keterangan :

C1 = logam hasil parting emas contoh nomor 1


C2 = logam hasil parting emas contoh nomor 2
D1 = logam hasil parting emas kontrol nomor 1
D2 = logam hasil parting emas kontrol nomor 2

8. SYARAT LULUS UJI

Produk dinyatakan lulus uji bila memenuhi ketentuan butir 5, tanpa


toleransi.

9. SYARAT PENANDAAN

Pada setiap barang-barang emas yang diperdagangkan harus diberi tanda


yang mudah dilihat dan jelas. Tanda harus ditulis pada barang dan nota,
untuk barang berukuran kecil yang dimana tidak memungkinkan untuk
diberi tanda, maka dapat dicantumkan pada nota jual.

Tanda yang ada harus menginformasikan :

1.) Tanda kemurnian dari barang-barang eams tersebut.


2.) Logo atau Merk ( Hallmark ) dari perusahaan pembuat atau
perusahaan penjamin

Contoh : Logo 990

Anda mungkin juga menyukai