Anda di halaman 1dari 10

PRAKTIKUM LABORATORIUM METALURGI

UJI KEKERASAN

3x4

Foto Formal

Oleh
Nama : Priskila Nathania Devi
NRP : C13180088
Hari praktikum : Selasa
Tanggal praktikum : 21 april 2020
Jam praktikum : 13.30 – 16.30

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS KRISTEN PETRA
SURABAYA
2020
BAB I
PROSEDUR PERCOBAAN
1. Mengawali proses percobaan dengan memakai alat keselamatan kerja seperti
jas lab dan sepatu tertutup.
2. Siapkan alat dan bahan yang digunakan untuk percobaan uji kekerasan.
Spesimen yang digunakan dalam percobaan ini berupa ST 42, ST 60,
alumunium, kuningan, dan tembaga.
3. Memberi tanda di ujung lonjoran pada tiap-tiap spesimen dengan
menggunakan gergaji tangan sejauh kira-kira 3 cm.
4. Memotong spesimen dengan menggunakan mesin gergaji dan gunakan
pendingin berupa air atau oli.
5. Menghaluskan bagian tajam pada permukaan hasil gergaji dengan bantuan
alat kikir.
6. Melakukan proses facing atau penyayatan pada permukaan spesimen yang
akan diuji dengan menggunakan mesin bubut. Gunakan cairan pendingin
untuk meminimalisir pemanasan yang terjadi.
7. Menghaluskan permukan tiap-tiap spesimen dengan proses pengamplasan
yang dilakukan mulai dari grade 100 sampai grade 600. Pengamplasan ini
dilakukan dengan menggunakan air, gunanya untuk mencegah pemanasan.
Grade bisa dinaikan apabila permukaan spesimen telah seragam. Dianjurkan
untuk menggunakan kertas amplas baru agar proses pengamplasan dapat lebih
mudah dilakukan.
8. Membersihkan bekas amplas pada permukaan spesimen dengan
mencelupkannya dalam air dan mengeringkannya. Perlu diperhatikan, apabila
permukaan spesimen tergores, haluskan lagi dengan menggunakan amplas.
9. Memasang indentor dan beban untuk pengujian dengan metode Rockwell
skala serta pasanglah anvil datar. Pastikan agar pengangkatan beban utama
berada pada posisi atas.
10. Mengatur posisi penunjuk skala sehingga garis SET berada tepat dengan
ujung panjang jarum penunjuk angka kekerasan atau jarum besar.
11. Menempatkan spesimen pada anvil, lalu naikkanlah anvil dengan memutar
collar anvil CW hingga permukaan spesimen hampir menyentuh indikator.

1
12. Menaikkan terus anvil sampai jarum panjang berputar satu kali dan kembali
ke SET kurang lebih 2 angka kekerasan pada skala. Apabila hal ink sudah
tercapai, jarum kecil harus menunjuk pada titik merah. Perhatikan apabila
ujung panjang jarum penunjuk melewati lebih dari 2 angka kekerasan maka
percobaan ini perlu diulangi pada lokasi lainnya.
13. Mengatur ulang posisi skala sehingga garis SET tepat berada pada ujung
panjang jarum penunjuk.
14. Menekan pelepas beban sehingga pengangkat beban utama dapat berputar
CW, serta perhatikan gerakan jarum penunjuk.
15. Memberi waktu pembebanan selama 2 sampai 3 detik sesaat setelah jarum
penunjuk berhenti bergerak.
16. Mengembalikan posisi pengangkat beban dengan cara memutarnya CCW
secara perlahan sampai tidak dapat diputar kembali.
17. Mencatat besarnya angka kekerasan sesuai dengan yang ditunjukan oleh
jarum penunjuk.
18. Menurunkan anvil dan memposisikan skala sehingga garis SET berada tepat
pada ujung jarum penunjuk, lalu posisikan spesimen pada lokasi pengujian
yang baru. Lakukanlah pengujian sebanyak 3 kali untuk tiap-tiap spesimen.
19. Mengamati setiap spesimen dan jangan lupa untuk mengambil foto tiap-tiap
spesimen.
20. Mengembalikan alat-alat yang digunakan ketempat semula.

2
BAB II
HASIL PERCOBAAN DAN PENGOLAHAN DATA

2.1. Hasil percobaan uji kekerasan

Gambar 2.1.1 Hasil percobaan dengan spesimen ST 42

Gambar 2.1.2 Hasil percobaan dengan spesimen ST 60

3
Gambar 2.1.3 Hasil percobaan dengan spesimen alumunium

Gambar 2.1.4 Hasil percobaan dengan spesimen tembaga

Gambar 2.1.5 Hasil percobaan dengan spesimen kuningan

4
2.2 Pengolahan Data:
Tabel 2.2.1 Data Nilai kekerasan material
Beban: 100 Beban: 150
Indentor: Steel Indentor: Diamond
Material Skala: HRB Skala: HRC
Jarak (mm) Jarak (mm)
5 10 15 5 10 15
88,3 91,0 91,0 9,9 9,4 8,7
89,7 91,1 88,2 11,2 9,7 8,2
ST 60 RHN
90,0 89,3 90,2 11,2 9,5 10,0
93,1 96,0 94,3 12,1 11,3 11,5
Rata-rata 90,3 91,9 90,9 11,1 10,0 9,6

57,8 58,1 56,0 -21,4 -27,6 -33,9


58,5 48,9 56,9 -21,8 -31,9 24,3
Alumunium RHN
59,3 58,0 55,6 -23,1 -25,8 -29,6
61,2 52,1 59,6 -22,0 -21,7 -27,5
Rata-rata 59,2 54,3 57,0 -22,1 -26,8 -28,8

58,4 58,5 60,0 -23,4 -21,7 -19,5


65,6 59,1 59,3 -23,6 -23,0 -22,8
Kuningan RHN
60,0 58,2 60,3 -21,7 -23,7 -22,4
57,8 57,3 59,9 -25,1 -23,6 -20,8
Rata-rata 60,5 58,3 59,9 -23,5 -23,0 -21,4

31,8 36,3 44,4 -48,3 -46,3 -37,7


31,8 32,9 38,3 -50,1 46,0 -38,9
Tembaga RHN
31,2 30,6 35,1 -51,9 -47,3 -38,0
34,5 37,4 41,4 -51,3 -48,1 -38,6
Rata-rata 32,3 34,3 39,8 -50,4 -46,9 -38,3

98,7 96,5 98,8 18,5 17,9 16,1


99,1 98,8 93,6 20,5 16,4 18,3
ST 42 RHN
100,3 97,6 95,3 14,9 13,1 16,4
95,4 98,1 95,3 14,7 13,0 12,7
98,4 97,8 95,8 17,2 15,1 15,9

5
BAB III
ANALISA DATA

Berdasarkan hasil percobaan uji kekerasan yang telah dilakukan dengan


metode Rockwell, dapat diketahui bahwa didalam proses uji kekerasan, terlebih
dahulu setiap spesimen yang akan diuji akan dipotong, di facing, dan dihaluskan
dengan amplas. Pastikan spesimen dalam keadaan bersih dari korosi, kering dari
cairan serta memiliki permukaan yang rata, sebab hal ini mempengaruhi tingkat
kekerasan suatu material. Spesimen yang digunakan dalam percobaan ini adalah
ST 42, ST 60, alumunium, tembaga dan kuningan.
Berdasarkan teori, nilai kekerasan baja ST 60 lebih besar daripada baja ST

6
40, ini disebabkan karena baja ST 60 memiliki kandungan karbon yang lebih
banyak daripada baja ST 40. Sehingga dapat disimpulkan semakin banyak
kandungan karbon pada suatu material, maka nilai kekerasan akan semakin besar
pula dan keuletan semakin kecil. Namun terjadi penyimpangan pada data hasil
pengujian kekerasan. Dimana pada skala HRB dan skala HRC nilai kekerasan
baja ST 42 lebih besar daripada baja ST 60.
Kuningan memiliki nilai kekerasan yang lebih besar dibandingkan dengan
alumunium dan tembaga. Hal ini disebabkan karena kuningan memiliki kekuatan
tarik yang lebih tinggi daripada alumunium dan tembaga. Sedangkan tembaga
memiliki kekerasan yang lebih tinggi daripada alumunium, hal ini dikarenakan
alumunium memiliki kekerasan yang paling rendah yang disebabkan oleh
kekuatan tarik yang paling kecil serta sifat alumunium yang lunak. Namun terjadi
penyimpangan pada data hasil pengujian kekerasan. Dimana pada skala HRB dan
skala HRC nilai kekerasan alumunium lebih besar daripada tembaga.

BAB IV
KESIMPULAN

Kesimpulan yang didapat dari percobaan uji kekerasan pada 5 spesimen


yaitu ST 42, ST 60, alumunium, kuningan, dan tembaga adalah sebagai berikut:
1. Uji kekerasan merupakan pengujian untuk memperoleh nilai kekerasan
suatu material.
2. Kekerasan material merupakan salah satu sifat mekanis material
termasuk material logam. Pengujian kekerasan ini didefinisikan
sebagai ketahanan suatu material dalam menerima tekanan dari
material lain hingga terjadi defomarsi.

7
3. Kekerasan suatu material dipengaruhi oleh kandungan kadar karbon
serta temperatur. Apabila mengalami perlakuan panas tergantung pada
laju pendinginan material tersebut.

BAB V
JAWABAN PERTANYAAN

1. Sebutkan kelebihan-kelebihan pengujian rockwell dengan pengujian


lainnya?
Jawab:
Metode Rockwell dapat digunakan untuk bahan material yang sangat
keras, dapat digunakan untuk batu gerinda sampai plastik, proses
pengujian dapat dilaksanakan dengan cepat, cocok untuk semua
material baik yang keras maupun yang lunak, nilai kekerasan material
dapat dibaca langsung pada jam ukur, tidak memerlukan mikroskop

8
dalam mengatur lekukan, bisa digunakan untuk menguji produk-
produk dalam jumlah yang banyak, serta pengujiannya relatif tidak
merusak.
2. Jelaskan hubungan kekerasan dengan kekuatan material!
Jawab:
Hubungan kekerasan dengan kekuatan material yaitu semakin tinggi
nilai kekerasan material maka semakin besar pula energi yang
diperlukan untuk menimbulkan bekas atau lekukan pada
permukaannya. Hal ini dikarenakan pada dasarnya pengujian
kekerasan digunakan untuk melihat kemampuan permukaan material
dalam menerima beban defomarsi.
3. Jelaskan pengaruh kekerasan terhadap keausan material!
Jawab:
Keausan yang lebih besar akan terjadi pada benda yang memiliki
kekerasan yang lebih rendah, hal ini karena keausan paling besar
terjadi pada benda-benda lunak. Keausan sendiri terjadi diakibatkan
oleh adanya gesekan yang menyebabkan terjadinya kerusakan berupa
hilangnya bagian material dari suatu permukaan benda, faktor-faktor
yang mempengaruhihal tersebut adalah kecepatan, tekanan, kekerasan
permukaan material serta temperatur.

Anda mungkin juga menyukai