NIM : 1505002
Kelas : Biologi C 2015
Tugas : Anatomi dan Fisiologi Manusia Bab Sistem Urinaria dan Sistem Lymphatic dan
Imunologi
BAB V
SISTEM URINARIA
Sistem urinaria terdiri dari 2 ginjal, 2 ureter, 1 kandung kemih (vesica urinaria) dan 1
urethra.
Fungsi utama sistem urinaria adalah:
1. Memproduksi urine. Dengan diproduksi urine maka ginjal akan mempertahankan
volume dan komposisi darah/cairan tubuh, mempertahankan keseimbangan air,
elektrolit, dan pH tubuh (homeostasis).
2. Memproduksi erithropetin, suatu hormon yang merasakan produksi erythrosit.
3. Memproduksi renin, suatu enzim yang berfungsi dalam jalur renin-angiptensin
untuk mengatur tekanan darah.
4. Mengaktifkan vitamin D.
5.1 GINJAL
1. Anatomi Ginjal
Berbentuk seperti kacang, terletak di atas garis pinggang, berada di belakang
peritonium di antara T12 dan L3. Panjang ginjal 11-12 cm, lebar 6 cm, dan
tebal 2,5 cm.
Ginjal kanan terletak sedikit lebih rendah dari ginjal kiri karena di atas ginjal
kanan terdapat hati.
Bagian lekukan di sebelah medial disebut hilus, melalui hilus ini keluar vena
renalis, ureter, dan masuk arteri renalis. Syaraf dan pembuluh lymph juga
keluar masuk melalui hilus ini.
Ginjal memiliki 3 lapis jaringan ikat:
1) Yang terluar disebut fasia renalis, terdiri dari jaringan ikat fibrosa yang
tipis, melekatkan ginjal ke dinding perut belakang.
2) Capsula adiposa, membentuk lapisan tengah, terdiri dari jaringan lemak
dan melindungi ginjal terhadap benturan.
3) Capsula renalis, terletak paling dalam, terdiri dari selapis jaringan fibrosa
tipis, transparan, dan meneruskan diri menjadi lapisan terluar ureter.
Fungsinya melindungi ginjal dari penyebaran infeksi dan getaran.
2. Struktur Ginjal
Ginjal terdiri dari bagian dalam yang berwarna merah coklat disebut medulla
dan bagian luar yang berwarna merah disebut cortex.
Pada medulla terdapat 8-14 struktur berbentuk conus piramid renalis. Dasar
piramid renalis. Dasar piramid renalis ini berbatasan dengan cortex sedangkan
ujung piramidnya yang disebut papilla renalis menonjol masuk ke dalam hilus.
Pada penampang frontal, piramid renalis terlihat bergaris-garis. Garis-garis ini
ialah tubulus-tubulus ginjal dan pembuluh-pembuluh darah yang lurus. Cortex
terdapat di antara capsula renalis dan piramid juga terdapat di antara piramid-
piramid renalis.
Ujung-ujung papilla renalis berhubungan dengan suatu saluran yang disebut
calyx. Minor. Beberapa calyx minor bersatu menjadi calyx mayor (2-3 buah)
dan calyx mayor bersatu menjadi pelvis kemudian dilanjutkan menjadi ureter.
3. Struktur Mikroskopis
Ginjal terlihat sebagai struktur-struktur yang berbentuk tubulus (tabung) yang
disebut nephron. Panjang nephron 40-65 mm dan lebarnya 0,05 mm.
Dindingnya terdiri dari epithel selapis. Terdapat 1 juta nephron pada setiap
ginjal.
Nephron ialah tubulus ginjal bersama dengan pembuluh darahnya
(glomerulus). Ujung nephron terletak di cortex ginjal, berbentuk corong tanpa
lubang dengan dinding rangkap yang disebut capsula bowman.
Dinding luar capsula bowman (parietal) terdiri dari selapis epithel pipih,
sedangkan dinding dalamnya (viseral) terdiri dari sel-sel epithel yang disebut
podosit. Di antara kedua dinding tersebut terdapat rongga kapsul.
Podosit berbentuk seperti gurita memiliki banyak kaki. Di dalam kapsula
bowman terdapat kapiler-kapiler darah yang disebut glomerulus. Kapiler
glomerulus terdiri dari selapis endothelium dan memiliki lubang-lubang
dengan diameter sampai 100 mili mikron.
Di bawah sel endothel glomerulus terdapat selapis membrana basalis yang
terdiri dari serat-serat dan glikoprotein yang bermuatan negatif. Kaki-kaki
podosit mengelilingi membran basalis, celah di antara kaki podosit disebut
celah filtrasi.
Sel-sel darah berdiameter besar dan protein plasma yang bermuatan negatif
tidak dapat melewati pori-pori glomerulus (tersaring). Sedangkan air, mineral,
dan molekul kecil dapat lolos dari pori-pori ini dan masuk ke dalam rongga
kapsul.
Bila kapsula bowman terletak dekat perbatasan cortex dan medulla renalis
maka nephronnya disebut nephron juxtameduller. Pada juxta jenis ini kapsula
bowman dihubungkan dengan tubulus contortus proximus yang berkelok-
kelok, dindingnya terdiri dari epithel selapis kubus dnegan mikrovilli,
kemudian turun memasuki medulla renalis. Diameter tubulusnya mengecil
yang disebut lengkung decendens (decendens loop).
Pada dasarnya medulla loop ini berkelok membentuk huruf U disebut lengkung
Henle (loop of Henle) yang dindingnya terdiri dari epithel selapis pipih,
kemudian naik lagi menjadi bagian lengkung acendens (Acendens loop) dan
kemudian masuk ke dalam cortex menjadi tubulus contortus distalis.
Tubulus contortus distalis dihubungkan dengan saluran pengumpul, bergabung
menjadi dustus papillaris dan bermuara di calyx minor. Jenis nepron ini hanya
berjumlah sedikit tetapi berfungsi sangat penting dalam konversi air dalam
tubuh.
4. Supplai Darah
Ginjal mendapatkan darah arteri renalis cabang dari aorta. Arteri renlais ini
bercabang-cabang menjadi arteri interlobalis. Pada perbatasan cortex dengan
medulla, arteri interlobalis membelok menjadi arteri arcuata, lalu bercabang-
cabang menjadi arteri interlobularus pada cortex. Arteri interlobularis akan
memberikan cabang-cabang vas afferent yang kemudian menjadi glomelurus
di dlaam kapsula Bowman.
Golmelurus kemudian menjadi vas efferent. Diameter vas efferent lebih dari
vas afferent, hal ini menyebbakan tekanan darah di dalam glomerulus dapat
dipertahankan tetap tinggi dan memungkinkan terjadinya proses filtrasi.
Vas efferent kemudian bercabang-cabang lagi menjadi kapiler peritubuler di
sekitar tubulus contortus. Kapiler-kapiler ini bersatu menjadi vena
interlobularus---vena arcuta---vena interlobaris---vena renalis---vena cava
inferior.
Vas efferent dari nephron juxtameduller membentuk suatu pembuluh yang
disebut vasa recta masuk ke dalam medulla mengikuti bagian decendens loop
membentuk huruf U, kemudian naik lagi dan bergabung dengan vena
interlobularis.
Setiap menit mengalir 1600 cc darah (1/5 cardiac output) menuju ke 2 ginjal.
1059 cc akan kembali ke vena renalis, sisanya 1 cc/menit akan keluar sebagai
urine.
5. Pensyarafan
Pensyarafan ginjal berasal sistem syaraf autonom baik simphatis maupun
parasimphatis.
5.2 URINE
• Ph, komposisi dan volume dari urin dibentu tergantung dari kebutuhan tubuh.
• Urin biasanya sedikit kuning disebabkan oleh Urobilinogen
• Pengeluaran racun dan asam tubuh tergantung dari makanan dan volume minum
Faktor yang mempengaruhi volume:
1. Kekentalan dari cairan tubuh
2. Suhu di udara
3. Beberapa oabt-obatan
4. Alkohol
5. Kopi
6. Saat stres psikis
Beberapa penyakit yang menimbulkan kelainan-kelainan pada urine:
1. Diabetes millitus
Kadar glukosa pada darah melebihi tubular maximus, maka akan terdapat glukosa
dalam urinenjuga terdapat benda keton dalam urine.
2. Glomerulonephritis
Radang yang akan merusak glomerulus, menyebabkan erithrosit, leukosit, protein
plasma lolos dari glomerlus dan keluar bersama urin.
3. Batu ginja (trauma ginja)
Dapat merusak pembuluh darah ginjal, menimbulkan hematuria ( mengandung
seldarah merah).
5.3 PELVIS-URETER
Beberapa calyx mayor ginjal bergabung menjadi pelvis, kemudian turun ke bawah
membentuk satu saluran disebut ureter. Ureter ada 2, kanan dan kiri, panjang ureter 24
– 29 cm terletak retro peritoneal. Akhir ureter memasuki bagian bawah lateral kandung
kemih (vesica urinaria).
Bagian Mikroskopis dari luar ke dalam struktur ureter yaitu terdiri dari tunica
fibrosa yang terdiri dari jaringan fibrosa dan melekat pada peritoneum parietalis, tunica
muscularis terdiri dari otot-otot polos dan fungsinya ialah membentuk peristaltik, dan
tunica mukosa merupakan lapisan terdalam yang berkontak dengan urine, terdiri dari
lapisan epithel yang mensekresikan lendir.
2) Pyelonephritis
Ialah peradangan pyelum dan nepron ginjal yang sering disebabkan oleh bakteri
Escherichia coli. Terjadinya penyakit tersebut disebabkan penyumbatan aliran air
kemih baik oleh batu, tumor, dan juga penyempitan.
3) Glomerulonephritis
Ialah peradangan dari glomerulus terutama terjadi pada anak-anak. Penyakit
tersebut sering terjadi karena infeksi bakteri di daerah saluran pernapasan bagian
atas. Penyakit ini ditandai dengan adanya protein dalam urine, darah dalam urine
oedema kaki dan juga terjadinya hypertensi.
4) Gagal Ginjal (Renal Failure) dan Cuci Darah (Dialisa)
Gagal ginjal dibagi menjadi yang akut dan kronis, gagal ginjal akut ialah suatu
keadaan mendadak di mana kadar ureum darah atau senyawa nitrogen lain
meningkat dengan sering disertai berkurangnya volume urine, gagal ginjal akut
disebabkan oleh aliran darah ke ginjal berhenti, glomerulonephritis atau sel-sel ginjal
terkena racun dan juga ada batu atau tumor yang menyumbat saluran kemih.
Sedangkan gagal ginjal kronis, ialah keadaan rusak dan menurunnya fungsi
ginjal yang dapat disebabkan oleh berbagai sebab antara lain : pyelonephritis, batu
ginjal, kelainan bawaan dll.
BAB VI
SISTEM LYMPHATIC DAN IMMUNOLOGI
6.1 SISTEM LYMPHATIC
Sistem lymphatic terdiri dari pembuluh lymph, lymph node (kelenjar lymph),
cairan lymph, thymus, tonsil, dan limpa yang menganudng jaringan lymphatic.
Jaringan lymphatic tersusun dari serat retikuler dengan sel-sel fibroblast,
makrophag, dan sejumlah besar limfosit yang terdapat di antara serat-serat retikuler
tersebut di atas.
Jaringan lymphatic dibagi menjadi:
1. Tidak dilapisi kapsul, yang dibagi lagi menjadi:
a. Jaringan lymphatic diffus, mempunyai limfosit yang menyebar secara
diffus.
b. Jaringan lymphatic bernodul, mempunyai limfosit yang lebih terkumpul.
Keduanya terdapat pada lamina propria membran mukosa sepanjang saluran
pernafasan, saluran pencernaan, saluran reproduksi, dan saluran kemih.
2. Dilapisi kapsul yang akan membentuk lymph node (kelenjar lymph), thymus,
dan limpa.
C. Cairan Lymph
Cairan transparan, berwarna kekuningan dan terdapat di dalam pembuluh
lymph.
Terdiri dari ar, glukosa, dan garam. Kandungan protein lebih rendah dari
plasma darah.
Mengandung sejumlah limposit dan antibodi.
Fungsi sistem lymphatic:
1. Mengembalikan protein dan air ke dalam sirkulasi darah.
2. Sistem lymphatic pada usus mengabsorpsi lemak kemudian
ditransportasikan ke dalam darah mellaui ductus thoraxicus.
3. Memproduksi lymphosit dan antibodi.
D. Organ-organ Lymphatic
1. Tonsil
Ialah jaringan lymphatic yang terdiri dari kumpulan-kumpulan limphosit
dan fungsinya ialah memproduksi limphosit dan antibodi yang kemudian
akan masuk ke dalam cairan lymph.
Jumlah tonsil ada 3 yaitu terletak pada dinsing dalam nosopharynx (tonsila
pharyngea), fosa tonsilaris di samping belakang lidah (tonsil palatina), dan
di bawah lidah (tonsila lingualis).
2. Limpa (Spleen)
Jaringan lymphatic terbesar yang terletak di antara lambung dan
diafragma.
Mengandung pulpa merah yang terdiri dari sinusoid yang mengandung
darah, dinding sinusoi mengandung banyak makrophag. Fungsi pulpa
merah ialah memfagositosis bakteri dan sel-sel darah yang sudah tua juga
sebagai reservoir darah.
Pulpa putih terdiri dari limphosit. Fungsinya memproduksi limphosit dan
antibodi.
Serat retikular.
3. Thymus
Suatu jaringan lymphatic yang terletak sepanjang trachea di rongga dada
bagian atas. Membesar sewaktu pubertas dan mengecil setelah dewasa.
Fungsinya ialah memproses limphosit muda menjadi T limphosit yang
kemudian bermigrasi ke jaringan lymphatic lainnya.
4. Sumsum Tulang
Memproduksi limphosit muda yang akan diproses pada thymus atau
tempat-tempat lainnya untuk menjadi T limphosit atau B limphosit.
2. Rintangan kimiawi
Lysozyme: suatu enzim bakterizid (pembunuh bakteri), terdapat pada air
ludah, air mata, dan keringat yang akan mengurangi kemungkinan infeksi
oleh berbagai bakteri.
Suasana asam di kulit akan mengurangi pertumbuhan mikroorganisme.
Flora mikroorganisme yang normal pada kulit dan selaput lendir dapat
menekan pertumbuhan bakteri pathogen (penimbul penyakit).
Asam lambung dapat membunuh berbagai mikroorganisme dan racun.
3. Sistem komplemen
Ialah suatu seri protein plasma yang normal berada dalam keadaan
nonaktif. Tetapi bila ada mikroorganisme yang masuk ke dalam tubuh,
glikoprotein permukaan sel dari mikroorganisme tersebut akan
mengaktifkan sistem komplemen ini.
4. Interferon
Ialah sekumpulan protein yang diproduksi dan disekresikan sejumlah sel,
misalnya akrophag, fibrosit, limfosit, dan sel lainnya yang terkena infeksi
berbagai virus.
Begitu masuk ke dalam cairan interstitial, interferon akan terikat oleh
reseptor membran plasma pada sel-sel yang sehat. Sel-sel yang sehat yang
telah terikat dengan interferon tersebut akan terpicu untuk membentuk
suatu protein antivirus.
Interferon juga merangsang jenis limfosit tertentu untuk langsung
membunuh dan menghancurkan sel-sel terinfeksi virus, juga sel-sel kanker
jenis tertentu, mislanya melanoma.
Ada tiga jenis interferon yaitu alpha, beta, dan gamma.
5. Phagositosis
Sewaktu tubuh terkena infeksi, terbentuk chemotaxin yang berasal dari
komplemen, dar racun bakteri ataupun sel mati. Kemudian akan terikat
pada rseptor membran plasma dari phagosit dan mempengaruhi kadar Ca
sitosol sehingga terjadi pergerakan amoeboid dari phagosit menuju ke
daerah infeksi.
Phagosit dapat melintas daerah celah di antara sel endothel kapiler menuju
ke daerah infeksi, peristiwa ini disebut diapedesis.
Makrophag. Berasal dari monosit yang berhasil masuk ke dalam jaringan-
jaringan.
Mikrophag. Yaitu suatu granulosit yang masuk ke dalam jaringan melalui
proses diapedesis.
6. Demam
Bakteri, virus yang menyerang tubuh, sel-sel kanker, sel-sel yang mati
menghasilkan zat-zat yang disebut pyrogen-exogen. Pyrogen-exogen ini
merangsang makrophag dan monosit untuk menghasilkan sejenis protein
yang disebut pyrogen endogen. Pyrogen merangsang hipotalamus
menghasilkan prostaglandin E yang akan menyetel thermostat di
hipothalamus pada suhu lebih tinggi. Maka timbul perasaan dingin,
menggigil, suatu tanda suhu tubuh akan meningkat.
7. Radang
Infeksi adalah masuk dan berkembang biaknya mikroorganisme di dalam
tubuh. karena racun-racun yang dikeluarkan oleh mikroorganisme, infeksi
dapat menimbulkan kerusakan sel-sel tubuh.
Radang ialah respon atau rekasi tubuh terhadap kerusakan sel tubuh yang
disebabkan baik oleh infeksi, zat kimia ataupun gangguan fisika.
Gejala radang ialah skait, panas, bnegkak, merah, dan gangguan fungsi.
Reaksi radang ialah suatu upaya untuk mempertahankan homeostasis di
dalam jaringan yang rusak terkenan infeksi atau sebab lainnya, karena
rekasi radang akan menghalau mikroorganisme dan zat-zat asing,
jaringan-jaringan mati, mempersiapkan dan melaksanakan penyembuhan
pada jaringan yang rusak tadi.
8. Immunological surveilance
Natural Killer Limphosit (NK cell) ialah sejenis limfosit dalam darah yang
bukan termasuk sel-T ataupun sel-B. Sel NK mencakup 5-10% limfosit
dalam darah.
Penghancuran sel abnormal dalam tubuh disebut immunological
surveilance.
EICOSANOID
Eicosanoid terdiri dari prostaglandin, prostacyclin, thromboxan, dan leukotrin.
Eicosanoid mengontrol berbagai fungsi sel tubuh terutama dalam hal
inflamasi, immunitas, dan bertindak sebagai messenger di sistem syaraf pusat.
Prostaglandin adalah asam lemak tak jenuh yang terdiri dari 20 rantai atom
carbon dengan 1 cincin siklopentan.
Fungsi prostaglandin yaitu:
a. Mengurangi sekresi HCl lambung.
b. Menimbulkan kontraksi dan ischema (kurang darah) pada rahim; akibatnya
timbul rasa nyeri sewaktu menstruasi (dysmenorrhoea), menimbulkan
persalinan pada hamil tua dan keguguran pada hamil muda.
c. Merangsang produksi steroid dan enzim.
d. Broncodilatasi kadang-kadang broncokontriksi.
e. Menimbulkan reaksi radang, meningkatkan efek rasa sakit dari kinin.
f. Menimbulkan demam, lesu, ngantuk, sakit kepala.
Thromboxin diproduksi oleh trombosit, fungsinya ialah aggregasi
(pengumpulan) trombosit dan vesokontriksi, dengan demikian mempercepat
pembentukan pembekuan darah.
Prostacyclin diproduksi oleh sel-sel di pembuluh darah, fungsinya yaitu
mencegah pengumpulan trombosit dan menimbulkan vasodilatasi.
Leukotrin dilepaskan bila terjadi reaksi radang dan reaksi allergi. Fungsinya
ialah brinchokontriksi, meningkatkan permeabilitas kapiler, menarik leukosit,
akibatnya timbul gejala radang dan allergi. Contoh: timbul gejala kaligata,
ashtma, dsb.
Obat Corticosteroid menghambat enzim phospolipase, sehingga jalur sintesa
leukotrin, prostaglandin, thromboxan, dan prostacyclin semuanya dihambat.
Obat antiinflamasi nonsteroid (aspirin, paracetamol) menghambat enzim
cyclooxigenase, pembentukan prostaglandin, thromboxan maupun
prostacyclin dihambat tetapi jalur pembentukan leukotrin tetap utuh. Oleh
karena itu obat jenis ini tidak menghambat seluruh gejala radang dan alergi,
tapi dapat mengurangi rasa sakit, mengurangi bengkak pada radang dan
menurunkan panas tubuh.
a. Antigen
Merupaka zat kimia asing yang bila masuk kedalam tubuh dapat merangsang tubuh
untuk menghasilkan suatu protein yaitu immunoglobin (ig, antibody). Antibody secara
spesifik dapat bereaksi terhadap antigen tersebut.
Antigen juga dapat merangsang jaringan limpatic memperoduksi sel-sel khusus
(jenis T-limfosit) untuk menghancurkan antige tersebut. Ada 2 sifat antigen:
1. Immunogenisiteit: merangsang pembentukan antibody khusus
2. Reaktiviteit: dapat bereaksi dnegan antibody khusus
Antigen disebut komplit jika memiliki kedua isfat diatas. Antigen haruslah
makromolekul dengan berat >10.000. secara kimiawi berupa glikoprotein,
nucleoprotein, lipoprotein, polisakarida atau protein biasa. Tetapi molekul besar yang
terdiri dari polymer sederhana seperti plastik, tidak bertindak sebagai antigen, maka
plastik dapat dipakai menggantikan katup jantung yang rusak.
Hanya sebagian kesil saja dari molekul antigen dapat melekat pada bagian
permukaan tertantu pula dari antibodoi yang disebut determinant site, mempunyai
struktur 3 dimensi yang komplementer terhadap bagian permukaan tertantu dari
antibody yang disebut binding site. Umumnya suatu antigen mempunyai 2 determinant
site atau lebih.
Pada membrane plasma tubuh (kecuali eritrosit) terdapat banyak antigen-antigen
yang dikenal sebagai self antigen yang berstruktur glikoprotein disebut Mayor
Hiscompability Complex Antigen (MHC/ Human leucocyt associated-HLA Antigen).
Setiap orang memiliki struktur 3 dimensi MHC yang unik dank has untuk orang
tersebut (kecuali kembar identik) yang oleh sistem imunitas tubuh dikenal sebagai zat
“sendiri” sehingga tidak bertindak sebagai antigen. Zat-zat yang masuk kdelam tubuh
yang tidak memiliki MHC antigen “sendiri” akan dikenal sebagai zat asing oleh T
limfosit dan dimulailah respon imunitas.
Pada translantasi organ, makin sama/mirip MHC donor dnegan MHC resipien,
makin kecil kemungkinan organ transplant ditolak. Ada 2 jenis MHC: MHC I terdapat
pada semua sel yang berinti, MHC II terdapat pada antigen presenting cells dan
limfosit.
b. Hapten
Suatu determinant site yang oleh suatu sebab terlepas dari molekul antigen. Bila
hapten disuntikan kedlam tubuh kita, hapten masih dapat melekat dengan antibody.
Jadi masi memiliki sifat reaktifiteit, tetapi hapten tidak lagi mampu merangsang
pembentukan antibody. Hapten dapat memiliki sifat immunogenesiteit bila
berikatan lagi dengan 1 makromolekul lain.
Antibodi Monoclonal
Merupakan antibody murni. Para ahli mengembangkan suatu teknik hybdridoma
yang mampu memperoduksi satu jenis antibody murni dan mampu berkembang biak
dengan cepat. Karena sesitivitas, kecepatan dan kekhususannya, maka antibodoi
monoclonal sangat berguna untuk:
1. Mendiagnosa/ mendeteksi penyakit infeksi seperti hepatitis, allergi, kanker,
kehamilan dll.
2. Mengukur kadar obat-obatan dalam darah dan protein darah
3. Mengidentifikasi limfosit
4. Pengobatan terhadap kanker
TOLERANSI
Sel dalam tubuh juga mengandung antigen tetapi dalam keadaan normal tidak
menimbulkan respon immunitas, karna sistem imunitas tidak akan bereaksi terhadap
antigen sendiri, disebut toleransi.
Sebetulnya toleransi juga bereaksi bila tubuh memasukan suatu antigen asing
secara berulang-ulang (secara kronis) dalam jangka waktu lama, tetapi bila antigennya
tidak muncul lagi, maka toleransinyapun menghilang.
IMMUNITAS SELULER
Limfosit, makrophag dan sel sejenisnya memiliki jenis protein membrane yang
disebut CD (Cluster of differentiation). Ada 3 jenis:
1. CD3, semua T limfosit memilikinya
2. CD8, dimiliki cytotoxit T sel dan suspensor T sel, bereaksi dengan MHC I antigen
3. CD4, dimiliki helper T sel, bereaksi dengan MHC II antigen.
Sel APCs akan menyajikan antigennya (terikay MCH II) kepada sekelompok
kecil CD4 sel pada jar lymphatic yang memiliki reseptor antigen yang komplemen,
setelah ekduanya saling terikat, APCs akan mengsekresikan interleukin I (IL I), atas
pengaruh IL I, CD4 Tsel ini berkembang biak dan berdifferensiasi menghasilkan
sejumlah besat Helpel T sel yang aktif da memory helper T sel.
Memory helper T sel bertindak sebagai cadangan, menunggu bila antigen yang
sama muncul lagi, maka dengan cepat memory T sel akan berdifferensaisi menajdi
sejumlah besar cytortoxoc T sel, segera menghancurkan bibit penyakit malah sebelum
timbul gejala penyakit.
Helper T sel mengsekresikan hormone-hormon sitokin (antara lai interleukin II)
yang dapat
1. Merangsang pembelahan sel dari sel CD 8 yang telah terikat dengan antigen yang
sa,a
2. Merangsang phagositosis dari leukosist
3. Merangsang aktifitas Natural Killer cell (NK cell)
4. Merangsang proliferasu B limphosit dan produksi antibody untuk melawan
antigen tersebut.
Cytoxic T sel (sel T pembunuh) bergerak bersama peredaran darah menuju sel-
sel yang sakit (sel target). Berikatan dengan antigen MHC I yang komplementer pada
membrane sel target, kemudian mengancurkan sel target dengan cara
1. Mengsekresi protein perforin yang menimbulkan lubang-lubang pada membtan
sel
2. Mengsekresi lymphotoxin yang dapat menghancurkan DNA sel target
3. Mengsekresi gamma interferon yang dapat mengaktifkan phagositosis dari
phagosit
Setelah pemunculan petama antigen MHC I, diperlukan 2 hari atau lebih untuk
memproduksi sejumlah cytotoxic T sel yang cukup untuk mengatasi penyakit. Selama
kurun waktu inilah akan timbul gejala-gejala penyakit, karena bibit penyakitnya masih
aktif.
IMMUNITAS HUMORAL
B limfosit yang berada didalam jaringan lymphatic masing-masing memiliki
antibody yang khas pada permukaan luar membrane selnya dalam keadaan yidak aktif.
Bila muncul satu antigen didalam cairan extraseluler, maka antigen tersebut akan
melekat pada antibody yang komplementer yang berada pada membrane B limfosit.
Kemudian antigen ini diendocytosis oleh limfosit bersangkutan, diproses didalam sel,
diikat oleh MHC II akhirnya muncul dipermukaan membrane sel B limfosit sebagai
antigen MHC II. Bila sel B ini bertemu dengan helper T cell yang juga sudah diaktifkan
oleh antigen yang sama, maka reseptor membranehelper T sel ini akan melekatkan diri
pada antigen MHC II, sehingga ke 2 sel terebut saling melekat kemudian helpel T sel
akan mengsekresi sitokin yang menyebabkan B limfosit menjadi aktif, membesar,
berkembang biak dan berdifferensiasi menajdi sejumlah besar sel Plasma dan memory
B sel. Fungsi sel plasma ialah mengsekrsi antibody.
Antibody yang terbentuk akan dilpaskan ke darah. Antibody yang bertemu dengan
antigen akan saling melekat membentuk kompleks yang dapat mengaktifkan sistem
immunologis tubuh lainnya.
1. Immunisasi aktif
Yaitu bila seseorang secara aktif membentuk sendiri immunitasnya terhadap suatu
penyakit.
2. Immunisasi pasif
Yaitu bila immunitas itu berasal dari luar yang kemudian masuk (dimasukkan) ke
dalam tubuh.
Immunisasi aktif , didapat secara alamiah dan dapat juga dimasukkan secara buatan.
Perbedaan keduanya yaitu sebagai berikut : Secara alamiah adalah kekebalan tubuh yang
secara otomatis diperoleh setelah sembuh dari suatu penyakit. Sedangkan secara buatan
adalah kekebalan tubuh yang didapat dari vaksinasi yang diberikan untuk mendapatkan
perlindungan dari suatu penyakit
Immunisasi pasif, pun terdiri dari secara alamiah dan secara buatan, perbedaan
keduanya yaitu, secara alamiah adalah antibody yang didapat seseorang karena diturunkan
oleh ibu yang merupakan orang tua kandung langsung ketika berada dalam kandungan.
Sedangkan secara buatan adalah kekebalan tubuh yang diperoleh karena suntikan serum
untuk mencegah penyakit tertentu.
Sel-sel tubuh kita yang telah berubah menjadi sel-sel kanker (tumor) berubah pula sifat-
sifat (ADN)-nya, dalam arti sel kanker dapat menghasilkan makromolekul tertentu yang
dapat bertindak sebagai antigen yang tidak memiliki sel-sel normal. Sebagian dari antigen
ini akan muncul pada permukaan sel kanker dan sebagian lain akan dilepaskan ke dalam
sirkulasi darah.
Terdapat bukti bahwa Natural killer limfosit dapat menghancurkan sel-sel kanker
(tumor) secara langsung dan sekelompok sel T pembunuh dapat pula menghancurkan sel-
sel kanker (tumor) dengan menghancurkan membrane sel kanker yang mengandung ikatan
antigen dari suatu kanker.
Dalam kenyataannya, beberapa jenis tumor dapat bertahan hidup dan bahkan
berkembang biak di dalam tubuh dan terhindar dari penghancuran.
Berikut merupakan beberapa kelainan klinik yang dapat terjadi pada sistem lymphatic
dan immunologi :
Sistem kekebalan tubuh tidak mampu lagi melindungi seseorang dari penyakit atau
infeksi. Penyakit HIV/AIDS ini menjadi momok yang mengerikan karena virus
penyebabnya dapat ditularkan dari orang dengan HIV positif melalui pertukaran cairan
tubuh, yakni melalui hubungan seksual, transfusi darah, penggunaan jarum suntik
terkontaminasi atau menular dari ibu ke anak selama kehamilan. Meskipun belum ada obat
yang bisa menyembuhkan HIV/AIDS, obat ART telah terbukti sangat efektif menghambat
perkembangan penyakit ini.
Penyebab AIDS yaitu, transfusi darah yang terkontaminasi, penggunaan jarum suntik
yang terkontaminasi atau bersama-sama, penggunaan pernak-pernik yang tidak aman,
misalnya tindik dengan alat yang tidak steril, atau menggambar tato dengan alat
terkontaminasi, ibu ke anak saat dalam kandungan, kelahiran, menyusui Virus HIV tidak
dapat bertahan lama di luar tubuh manusia dan mati dengan cepat ketika cairan tubuh telah
mengering.
Inilah sebabnya mengapa HIV tidak dapat disebarkan oleh serangga, tidak dapat
menyebar seperti virus flu (memegang permukaan fasilitas umum, batuk, bersin, dll)
Gejala HIV/AIDS, gejala HIV dapat bervariasi dari orang ke orang. Pada tahap awal,
beberapa orang mengalami gejala penyakit yang mirip dengan flu seperti demam, sakit
kepala atau sakit tenggorokan selama beberapa minggu lalu gejala menghilang. Seseorang
yang terinfeksi HIV bisa bertahan selama bertahun-tahun bahkan tanpa mengembangkan
gejala apapun.
Apabila hal ini dibiarkan selama bertahun-tahun, maka kondisi bisa memburuk hingga
akhir sistem kekebalan tubuh menjadi lumpuh dan bisa berlahir ke tahap penyakit
berikutnya yaitu AIDS. Pada penyakit AIDS seseorang akan sangat rentan terkena penyakit
infeksi, yang kita kenal dengan istilah infeksi oportunistik (terjadi ketika daya tahan tubuh
lemah, padahal jika daya tahan tubuh normal infeksi ini tidak berbahaya).
Infeksi oportunistik pada orang dengan AIDS dapat mempengaruhi hampir semua
organ tubuh dan inilah yang membuat penyakit AIDS menjadi membahayakan. Beberapa
gejala dan ciri-ciri HIV yang telah berubah menjadi AIDS meliputi:
Cara Mencegah HIV/AIDS, dengan membatasi paparan faktor risiko, kita dapat
mengurangi risiko terkana infeksi HIV. Langkah-langkah pencegahan yang dapat kita
lakukan meliputi: Penggunaan kondom dengan benar dan konsisten saat “berhubungan”
yang penuh dengan resiko, setia dengan pasangan, hindari berganti ganti partner, bagi
tenaga medis, gunakan alat pelindung diri saat menolong pasien contohnya menggunakan
sarung tangan, minum obat ARV segera setelah ‘berhubungan’ ketika diketahui bahwa
pasangan positif HIV, atau seorang tenaga medis yang terluka oleh alat-alat medis yang
dicurigai terkontaminasi, obat antiretroviral digunakan dalam waktu 72 jam setelah
paparan HIV untuk mencegah infeksi, penularan Ibu ke Bayi selama kehamilan, persalinan
atau menyusui dapat sepenuhnya dicegah jika ibu dan anak diberikan obat antiretroviral
Sunat atau khitan pada laki-laki dapat mengurangi risiko infeksi HIV pada pria sekitar 60%
serta penggunaan alat-alat steril yang menimbulkan perlukaan pada tubuh, misalnya jarum
suntik, pisau bedah, dan sebagainya.
3) ALLERGI (Hypersensitif)
Ialah suatu reaksi antigen (disebut juga allergen) dengan antibody ataupun dengan sel-
T yang melebihi normal sehingga menimbulkan gejala-gejala sakit dan kerusakan pada sel-
sel tubuh. Secara umum hipersensitivitas dibagi menjadi empat tipe, yaitu:
Tipe kedua dari reaksi hipersensitivitas biasa disebut reaksi hipersensitivitas citotoksik
yang berarti akibat reaksi hipersensitivitas, sel tubuh yang normal secara keliru
dimusnahkan oleh sistem kekebalan tubuh sendiri. Reaksi ini melibatkan antibodi
imunoglobulin G (IgG) atau imunoglobulin M (IgM).
Contoh dari reaksi hipersensitivitas jenis ini adalah anemia hemolitik autoimun,
trombositopenia, penyakit rematik jantung, penolakan transplantasi organ, dan jenis radang
kelenjar tiroid Hashimoto.
d) Type IV (selluler)
Reaksi hipersensitivitas ini disebut sebagai reaksi hipersensitivitas yang tertunda
karena reaksinya relatif lebih lama dibanding dengan tipe-tipe lain. Berbeda dengan tipe
hipersensitivitas lain yang mana antibodi berperan utama, dalam tipe ini, sejenis sel darah
putih yang disebut sel T yang berperan dalam menyebabkan reaksi dan gejala-gejala yang
ada. Contoh tipe 4 adalah kontak dermatitis berbagai bentuk reaksi hipersensitivitas akibat
obat-obatan.
4) TRANSPLANTASI
Ialah pemindahan suatu organ atau sel-sel jaringan yang hidup dari seseorang kepada
orang lain dengan tujuan untuk menggantikan suatu organ yang sudah rusak atau
menggantikan sel jaringan yang telah hilang
Kendala yang terbesar pada transplatansi ternyata bukan teknik melainkan apa yang
disebut dengan reaksi penolakan. Reaksi penolakan ialah suatu reaksi immunitas baik
seluler maupun humoral yang berakibat tidak berfungsi dengan baik organ yang telah
ditransplatansi kan pada resipien yang bersangkutan.
5) AUTOIMMUNE
Sistim immunitas tubuh dapat mengenal tetapi akan mengabaikan terhadap antigen-
antigen ‘sendiri’. Autoimun adalah sejenis penyakit yang mana terdapat adanya gangguan
pada sistem imun tubuh. Sistem imun terganggu dari segi fungsinya, yang semula hanya
memakan dan menyerang organisme atau zat-zat asing yang masuk tubuh berubah
menyerang sel dan jaringan tubuh.
Dalam sistem imun atau pertahanan diri terdapat dua benda yaitu kumpulan sel sel
khusus dan zat kimia. Kedua benda tersebut memiliki dua fungsi yaitu pertama untuk
melawan atau menyerang benda asing yang bisa menginfeksi tubuh contohnya bakteri,
virus, dan sebagainya. Sedangkan fungsi yang kedua adalah mengusir sel sel tubuh sendiri
yang sudah tidak berfungsi sebagaimana semestinya, misalnya pertumbuhan kanker dalam
suatu organ tubuh. Sayangnya penyakit autoimun tidak bisa untuk dihilangkan secara total,
namun untuk gejala dan tanda-tanda yang membuat penderita sakit bisa untuk dikurangi
melalui perawatan yang tepat.