PELAYANAN KESEHATAN
TRADISIONAL (YANKESTRAD)
A. LATAR BELAKANG
Pembangunan kesehatan sebagai bagian dari pembangunan nasional
bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemauan hidup
sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumberdaya manusia
yang produktif sebagai sosial dan ekonomi. Sebagaimana diamanatkan oleh
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009. Oleh karena itu, pengobatan dan
perawatan yang diberikan kepada masyarakat harus dapat dipertanggung
jawabkan manfaat dan keamananya.
Pelayanan kesehatan tradisional sebagai sejarah budaya Indonesia.
Bersama pelayanan kesehatan konvensional diarahkan untuk menciptakan
masyarakat yang sehat, mandiri, dan berkedaulatan melalui pemanfaatan
tenaga dan keterampilan. Berdasarkan data tahun 2013 proporsi rumah
tangga yang memanfaatkan pelayanan kesehatan tradisonal sebesar 30,4% ,
keterampilan sebanyak 17,8% dan ramuan sebesar 49%. Sedangkan aneka
ragam spesies tanaman terdapat lebih dari 1600 jenis tanaman obat yang
berpotensi sebagai produk ramuan kesehatan tradisional secara turun-
temurun, dan kondisi ini menggambarkan bahwa pelayanan kesehatan
tradisional banyak diminati untuk upaya penyembuhan.
Pelayanan kesehatan tradisional menggunakan cara dan jenis yang
mengacu pada pengalaman dan keterampilan turun-temurun secara empiris
dan dapat dipertanggung jawabkan sesuai dengan norma agama dan budaya
masyarakat. Sedangkan kompetensi penyehat tradisional (Hattra)
dikembangkan melalui upaya saintifikasi produk dan prakteknya agar dapat
diterima dan diakui manfaat, mutu serta keamananya bagi masyarakat luas.
Dalam pengembangan pelayanan kesehatan tradisional empiris dan
pelayanan kesehatan tradisional komplementer harus dibina dan diawasa oleh
pemerintah, sehingga diperlukan landasan ,kepastian dan perlindungan
hukum (WHO complementary medicine 2014-2023).
.
B. TUJUAN
Tujuan Umum :
Meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap
orang agar dapat mewujudkan peningkatan derajat kesehatan masyarakat
yang setinggi-tingginya melalui pelayanan kesehatan tradisional.
Tujuan Khusus :
1. Memberikan perlindungan kesehatan kepada masyarakat.
2. Menginventarisasi jumlah pengobat tradisional jenis dan cara
pengobtanya.
3. Meningktakan mutu pelayanan kesehatan tradisional.
4. Membangun sistem pelayanan kesehatan tradisional yang bersinergi
dengan pelayanan kesehatan konvensional.
5. Memberikan kepastian hukum bagi pengguna dan pemberi pelayanan
kesehatan tradisional.
C. SASARAN
1. Penyehat tradisonal / Hattra.
2. Masyarakat sebagai klien.
D. LANDASAN HUKUM
1. Permenkes RI Nomor 61 Tahun 2016 Tentang Pelayanan Kesehatan
Tradisional Empiris.
2. UU Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan.
3. UU Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah.
4. PP Nomor 103 Tahun 2014 Tentang Yankestrad.
5. PP Nomor 72 Tahun 2012 Tentang SKN.
6. Permenkes Nomor 1787/Menkes/Per/XII/2010 Tentang Iklan Dan
Publikasi Yankes.
7. Permenkes Nomor 7 Tahun 2012 Tentang Registrasi Obat Tradisional.
8. Permenkes Nomor 90 Tahun 2013 Tentang SP3T.
9. Permenkes Nomor 64 Tahun 2015 Tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kemenkes.
10. Kepmenkes Nomor 381/Menkes/SK/III/2007 Tentang Kebijakan Obat
Tradisional Nasional.
E. DEFINISI OPERASIONAL
1. Pelayanan Kesehatan Tradisional/Yankestrad
Pengobatan dan atau perawatan tradisional yang mengacu pada
pengalaman dan keterampilan yang diperoleh secara turun-temurun
dan dapat dipertanggung jawabkan serta diterapkan sesuai dengan
norma yang berlaku di masyarakat.
2. Jenis Pelayanan Kesehatan Tradisional
a) Yankestrad empiris.
b) Yankestrad komplementer.
c) Yankestrad integrasi.
3. Cara Pengobatan Yankestrad
a) Ramuan terdiri dari tumbuhan, hewan dan mineral dengan
metode herbal/jamu.
b) Keterampilan terdiri dari tehnik manual, terapi olah pikir, terapi
energi dengan metode pijat, terapi patah tulang, bekam, rukyah,
hipnoterapi tenaga dalam serta roki.
c) Gabungan/ kombinasi memadukan metode keterampilan dan
ramuan berdasarkan teori.
4. Pembinaan dan Pengawasan
Dilakukan secara berjenjang mulai Menteri, Kadinkes Provinsi,
Kadinkes Kabupaten/Kota sesuai dengan tugas dan kewenanganya.
5. Perizinan dan Pendaftaran
a) Setiap penyehat tradisional /Hattra harus memiliki Surat
Terdaftar Penyehat Tradisional/STPT yang dikeluarkan oleh
Pemerintah Daerah atau Kabupaten/Kota.
b) Setiap Hattra yang menjalankan praktek wajib memiliki STRTKT
dan SIPTKT.
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI
Pelayanan kesehatan tradisional/Yankestrad adalah gabungan
pengetahuan, keterampilan dan praktek yang berdasarkan teori, keyakinan
dan pengalaman dari kebudayaan tertentu, baik yang dapat dijelaskan
maupun tidak dan yang digunakan dalam pemeliharaan kesehatan serta
pencegahan, diagnosis, perbaikan atau pengobatan penyakit fisik dan mental
(Traditional Medicine, WHO).
Yankestrad adalah pengobatan dan atau perawatan dengan cara dan obat
yang mengacu pada pengalaman dan keterampilan turun temurun secara
empiris yang dapat dipertanggung jawabkan dan diterapkan sesuai norma
yang berlaku di masyarakat (UU Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan).
PENDAFTAR
UPAYA
SDM KEILMUAN PENDIDIKAN AN DAN TEMPAT
KESEHATAN
PERIZINAN
2. Yankestrad Komplementer
Penerapan kesehatan tradisional yang memanfaatkan ilmu biomedis
dan biokultural dalam penjelasnya serta manfaat dan kemananya
terbukti secara ilmiah.
Jenis Yankestrad Komplementer ditetapkan oleh Menteri setelah
mendapat rekomendasi dari tim, yang terdiri dari Kemkes, OP, praktisi
dan pakar Kestrad.
3. Yankestrad Integrasi
Suatu bentuk pelayanan kesehatan yang mengkombinasikan
pelayanan kesehatan konvensional dengan pelayanan kesehatan
tradisional komplementer, baik bersifat pelengkap atau pengganti.
Tabel 2.3 Pelayanan Kesehatan Tradisional Integrasi
PENDAFTAR
UPAYA
SDM KEILMUAN PENDIDIKAN AN DAN TEMPAT
KESEHATAN
PERIZINAN
Dilakukan Kombinasi Formal : Promotif, STR dan SIP Fasilitas
secara Yankes minimal D3 preventif, pelayanan
bersama konvension kuratif, kesehatan
oleh al dan rehabilitatif
Nakes Yankestrad
komplement
er
DOKTER
PERAWAT, BIDAN FISIOTERAPI
(AKUPUNTUR, HERBAL)
E. PANTI SEHAT
1. Jenis-Jenis Panti Sehat
Panti sehat tidak boleh melaksanakan pelayanan rawat inap. Panti
sehat dapat dikelompokan menjadi dua yaitu terdiri dari :
a) Panti sehat perorangan yaitu : tempat Hattra melakukan
pelayanan secara perorangan. Sedangkan ijin penyelenggaraan
panti sehat perorangan melekat pada STPT yang dimiliki oleh
penyehat tradisional (Hattra).
b) Panti sehat berkelompok yaitu : tempat hattra melakukan
pelayanan secara bersama-sama yang dimiliki oleh perorangan
atau badan hukum dan harus memiliki penanggungjawab teknis
yang memiliki STPT.
2. Izin Penyelenggaraan Panti Sehat
Mengajukan surat permohonan kepada Pemerintah Kabupaten/Kota,
dengan melampirkan :
a) STPT masing-masing hattra.
b) Fotokopy pendirian badan usaha, kecuali perorangan.
c) Identitas lengkap pemohon.
d) Surat keterangan domisili dari kelurahan.
e) Profil panti sehat (struktur organisasi kepengurusan, daftar
tenaga, sarana dan prasarana, jenis pelayanan yang diberikan).
f) Rekomendasi Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota (setelah
dilakukan penilaian).
G. OBAT TRADISIONAL
Penggunaan obat tradisional terdiri dari 2 jenis yaitu :
1. Sediaan jadi obat tradisional, obat herbal terstandar dan fitofarmaka
yang memiliki nomor izin edar. Sedangkan cara pemberian sediaan jadi
obat tradisional harus sesuai dengan aturan pakai yang telah
ditetapkan dan sesuai dengan keluhan.
2. Sediaan jadi obat tradisional racikan sendiri contonya jamu yang dibuat
segar, ramuan simplisia kering dan obat ramuan luar. Pemberian obat
tradisional penyehat tradisional tidak boleh mencampur antara obat
tradisional, obat herbal terstandar dan fitofarmaka yang diproduksi oleh
industri dengan obat tradisional racikan sendiri.
BAB III
A. PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
1. Pengertian
Menurut peraturan Pemerintah Nomor 103 Tahun 2014 pemerintah
bertanggung jawab memberdayakan dan mendorong peran aktif
masyarakat dalam upaya pengembangan kesehatan tradisional.
Masyarakat diarahkan agar dapat melakukan perawatan kesehatan
secara mandiri dan benar, yang dilaksanakan melalui pemanfaatan
taman obat keluarga dan keterampilan melalui penyuluhan dan
pelatihan. Masyarakat secara perorangan dapat berperan aktif dalam
upaya pengembangan kesehatan keluarga.
2. Tujuan :
Menurut Permenkes Nomor 9 Tahun 2016 tentang upaya
pengembangan kestrad melalui asuhan mandiri pemanfaatan toga dan
akupresur, tujuan pemberdayaan masyarakat adalah untuk mengatasi
kesehatan ringan dan memelihara kesehatan individu maupun
keluarga.
C. SISTEM PELAPORAN
Hattra dan Nakestrad wajib melapor ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
melalui Puskesmas setempat.
Laporan dilakukan setiap bulan yang memuat :
1. Jumlah dan jenis kelamin klien.
2. Jenis keluhan.
3. Metode yang digunakan.
4. Cara pelayanan.
D. SANKSI ADMINISTRATIF
Sanksi administratif dapat diberikan apabila Hattra, Nakestrad, maupun
penyelenggara Fasyankestrad melakukan pelanggaran yang tidak sesuai
dengan peraturan perundang-undangan dan dapat merugikan klien. Sanksi
tersebut terdiri dari :
1. Penyehat Tradisional :
a) Teguran lisan.
b) Teguran tertulis.
c) Pembatalan STPT
2. Tenaga Kesehatan Tradisional :
a) Teguran lisan.
b) Teguran tertulis.
c) Pencabutan izin.
3. Penyelenggara Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tradisional :
a) Teguran lisan.
b) Teguran tertulis.
c) Pencabutan izin.
BAB IV
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
A. PEMERINTAH
1. Membuat kebijakan penyelenggaraan Yankestrad tingkat nasional.
2. Melakukan pembinaan dan pengawasan.
3. Mendorong penerapan, penelitian dan pengembangan Yankestrad.
4. Melakukan pemantauan, pengelolaan, kemitraan dan evaluasi
Yankestrad skala nasional.
5. Membuat sistem pelaporan yankestrad.
6. Meningkatkan mutu penyelenggaraan.
7. Menjamin keamanan penyelenggaraan.
B. PROVINSI
1. Membuat kebijakan daerah mengacu pada kebijakan nasional.
2. Mengusulkan pengkajian spesifik daerah kepada pemerintah.
3. Melakukan pelaporan Yankestrad skala provinsi.
4. Mendayagunakan Nakestrad.
C. KABUPATEN/KOTA
1. Membuat kebijakan daerah mengacu pada kebijakan provinsi dan
nasional.
2. Mengusulkan pengkajian spesifik daerah kepada pemerintah melalui
provinsi.
3. Melakukan pelaporan Yankestrad.
4. Memberikan perizinan bagi Nakestrad.
5. Mendayagunakan Hattra dalam rangka pelayanan kesehatan promotif
dan preventif.
BAB VI
PENUTUP