PENDAHULUAN
Hernia merupakan protusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek
atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan. Pada hernia abdomen, isi
perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo-aponeurotik
dinding perut. Hernia terdiri dari cincin, kantong, dan isi hernia.1
Hampir 75 % dari hernia abdomen merupakan hernia inguinalis. Hernia
inguinalis dibagi menjadi hernia ingunalis lateralis dan hernia ingunalis medialis
dimana hernia ingunalis lateralis ditemukan lebih banyak dua pertiga dari hernia
medialis, sepertiga sisanya adalah hernia inguinalis medialis. Hernia ingunalis
lebih banyak ditemukan pada pria daripada wanita, untuk hernia femoralis sendiri
lebih sering ditemukan pada wanita. Perbandingan antara pria dan wanita untuk
hernia ingunalis 7 : 1. Prevalensi hernia ingunalis pada pria dipengaruhi oleh
umur.2
Hernia inguinalis merupakan kasus bedah digestif terbanyak setelah
appendisitis. Sampai saat ini masih merupakan tantangan dalam peningkatan
status kesehatan masyarakat karena besarnya biaya yang diperlukan dalam
penanganannya dan hilangnya tenaga kerja akibat lambatnya pemulihan dan
angka rekurensi. Dari keseluruhan jumlah operasi di Perancis tindakan bedah
hernia sebanyak 17,2 % dan 24,1 % di Amerika Serikat.1
Insiden hernia inguinalis menurut umur diperkirakan meningkat seiring
pertambahan usia yaiu rentang 25-40 tahun 5-8 % dan di atas 75 tahun 45%.
Menurut jenis kelamin insiden hernia inguinalis lebih ering dijumpai pada pria,
yakni 3,9 % untuk laki-laki dan 2,1 % untuk perempuan.3
Hernia merupakan suatu keadaan yang sering ditemukan oleh semua
dokter sehingga pengetahuan umum tentang manifestasi klinis, pemeriksaan fisik
dan penatalaksanaan hernia sangat penting.
1
BAB II
LAPORAN KASUS
2.2 Anamnesis
2
3
Status Present
Keadaan Umum : Sedang
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Heart rate : 80 x / menit
Respiratory rate : 18 x / menit
Temperatur : 36,4˚C
Status Generalis
a. Kulit
Warna : sawo matang
Turgor : kembali cepat
Jaringan parut : tidak ada
Sianosis : tidak ada
Ikterik : tidak ada
Pucat : tidak ada
b. Kepala
Bentuk : normocephali
Rambut : hitam, sukar dicabut, distribusi merata
Wajah : simetris
Mata : konjungtiva palpebra inferior pucat (-/-), sklera ikterik (+/+),
mata cekung (-/-), pupil isokor ϕ 3mm/3mm, refleks cahaya
langsung (+/+), refleks cahaya tidak langsung (+/+)
4
c. Mulut
Bibir : bibir kering (-), mukosa bibir lembab, sianosis (-)
Lidah : lidah kotor (-)
Tonsil : T1/T1, hiperemis (-)
Faring : hiperemis (-)
d. Leher
KGB : tidak ada pembesaran, nyeri tekan (-)
Kelenjar tiroid : tidak ada pembesaran
TVJ : R-2cmH2O
e. Thoraks
Paru
Inspeksi : simetris saat statis dan dinamis
Palpasi : SF kanan = SF kiri, nyeri tekan (-)
Perkusi : sonor di kedua lapangan paru
Auskultasi : vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : ictrus cordis teraba di ICS V linea midklavikula sinistra
Perkusi : batas jantung normal
Auskultasi : BJ I> BJII, reguler (+), bising (-)
f. Abdomen
Inspeksi : simetris, distensi (-)
Palpasi : nyeri tekan (-), hepar/lien/ren dalam batas normal
Perkusi : timpani, shifting dullness (-)
Auskultasi : peristaltik 3 kali/menit, kesan normal
g. Anus dan Genitalia
Inspeksi : Tampak penis dalam batas normal, tidak tampak adanya tanda
peradangan. Pada meatus uretra eksterna tidak tampak sekret. Skrotum tampak
membesar
5
h. Ekstremitas
Superior Inferior
Penilaian
Kanan Kiri Kanan Kiri
Pucat Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Sianosis Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Edema Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Feel(F) :1. Finger Test : Teraba dorongan benjolan pada jari saat
pasien diminta untuk batuk
2. Zieman Test : Teraba dorongan benjolan pada jari II
saat pasien diminta untuk batuk
Benjolan pada inguinal dekstra dengan ukuran 3x3, bentuk
lonjong, mobile, konsistensi kenyal, nyeri tekan(+). Tidak
teraba adanya pembesaran kelenjer getah bening
Pemeriksaan Laboraturium
2.5 Diagnosis
2.6 Penatalaksanaan
Medikamentosa
IVFD Futrolit 20 gtt/i
Inj. Fosmicin 1 gr/12 jam
Inj. Ketorolac 30 mg/8 jam
Inj. Ranitidin 50 mg/12 jam
Operatif
Tindakan yang dilakukan adalah Hernioraphy dengan Mesh Graft
2.7 Prognosis
Quo ad vitam : Dubia ad bonam
Quo ad fungsionam : Dubia ad bonam
Quo ad sanactionam : Dubia ad bonam
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Anatomi
Canalis inguinalis merupakan saluran oblik yang menembus bagian bawah
dinding anterior abdomen dan terdapat pada kedua jenis kelamin. Saluran ini
merupakan tempat lewatnya struktur-struktur yang berjalan dari testis ke abdomen
dan sebaliknya pada laki-laki. Pada perempuan, saluran ini dilalui oleh
ligamentum teres uteri yang berjalan dari uterus ke labium mayus pudendi. Selain
itu, saluran ini dilewati oleh nervus ilioinguinalis baik pada laki-laki ataupun
perempuan.4
Canalis inguinalis panjangnya sekitar 1,5 inch (4 cm) pada orang dewasa
dan terbentang dari anulus inguinalis profundus berjalan ke bawah dan medial
sampai anulus inguinalis superficialis. Canalis inguinalis terletak sejajar dan tepat
di atas ligamentum inguinalis.4
Anulus inguinalis profundus adalah suatu lubang berbentuk oval pada
fascia transversalis terletak sekitar 0,5 inch di atas ligamentum inguinalis yaitu
pada pertengahan antara Spina Iliaca Anterior Superior (SIAS) dan symphysis
pubica. Di sebelah medial anulus ini terdapat arteri dan vena epigastrica inferior
yang berjalan ke atas dari arteri dan vena iliaca externa.4
Anulus inguinalis superficialis merupakan suatu lubang berbentuk segitiga
pada aponeurosis musculus obliquus abdominis externus dan terletak tepat di atas
dan medial terhadap tuberculum pubicum. Pinggir-pinggir anulus, kadang-kadang
disebut crura, merupakan tempat melekatnya fascia spermatica externa.4
Seluruh panjang dinding anterior canalis inguinalis dibentuk oleh
aponeurosis musculus obliquus abdominis externus. Dinding anterior ini diperkuat
di sepertiga lateralnya oleh serabut-serabut origo musculus obliquus abdominis
internus yang berasal dari ligamentum inguinalis. Seluruh panjang dinding
posterior canalis inguinalis dibentuk oleh fascia transversalis. Dinding ini
diperkuat di sepertiga medialnya oleh tendo conjungtivus, yaitu gabungan tendo
dari insersio musculus obliquus abdominis internus dan musculus transversus
abdominis yang melekat pada crista pubica dan pecten ossis pubis.4
8
9
3.2 Definisi
Hernia berasal dari kata latin yang berarti ruptur. Hernia didefinisikan
sebagai suatu penonjolan abnormal organ atau jaringan melalui daerah yang
lemah (defek) yang diliputi oleh dinding. Meskipun hernia dapat terjadi di
berbagai tempat dari tubuh kebanyakan defek melibatkan dinding abdomen pada
umumnya daerah inguinal.2
Hernia inguinalis medialis adalah suatu tonjolan melalui fascia transversa
yang melemah pada trigonum Hasselbach. Hernia inguinalis lateralis adalah
tonjolan dari perut di lateral pembuluh epigastrica inferior, yang keluar melalui
dua pintu dan saluran yaitu annulus dan canalis inguinalis.1
3.3 Etiologi
Penyebab terjadinya hernia inguinalis masih diliputi berbagai kontroversi,
tetapi diyakini ada tiga penyebab, yaitu:5
1. Peninggian tekanan intra abdomen yang berulang
Overweight
Mengangkat barang yang berat yang tidak sesuai dengan ukuran
badan
10
3.4 Patofisiologi
Secara patofisiologi, faktor peninggian tekanan intra abdomen kronik dan
kelemahan otot dinding di trigonum Hesselbach, hampir selalu menyebabkan
hernia inguinalis direk atau hernia inguinalis medialis. Oleh karena itu hernia ini
umumnya terjadi bilateral, khususnya pada pria tua. Hernia ini jarang, hampir
tidak pernah mengalami inkarserasi dan strangulasi. Hernia inguinalis lateralis
menonjol dari perut dilateral pembuluh epigastrika inferior. Disebut indirek
karena keluar melalui dua pintu dan saluran yaitu anulus dan kanalis inguinalis.
Pada bayi dan anak, hernia lateralis disebabkan oleh kelainan bawaan berupa tidak
menutupnya prosesus vaginalis peritoneum sebagai akibat proses penurunan testis
ke skrotum.5
Secara patofisiologi peningkatan tekanan intra abdomen akan
mendoronganulus inguinalis internus terdesak. Hernia inguinalis dapat terjadi
karena anomali kongenital atau karena faktor yang didapat yang dipandang
berperan kausal adalah adanya prosesus vaginalis yang terbuka, dan kelemahan
otot dinding perut karena usia. Lebih banyak terjadi pada laki- laki dari pada
perempuan. Berbagai faktor penyebab berperan pada pembentukan pintu masuk
hernia pada anulus internus yang cukup besar sehingga dapat dilalui oleh kantong
dan isi hernia melewati pintu yang sudah terbuka cukup lebar itu.1
Ligamentum gubernaculum turun pada tiap sisi abdomen dari pole inferior
gonad ke permukaan interna labial/scrotum. Gubernaculum akan melewati
11
dinding abdomen yang mana pada sisi bagian ini akan menjadi kanalis inguinalis.
Processus vaginalis adalah evaginasi diverticular peritoneumyang membentuk
bagian ventral gubernaculums bilateral. Pada pria, testis awalnya retroperitoneal
dan dengan processus vaginalis, testis akan turun melewati canalis inguinalis ke
scrotum disebabkan kontraksi gubernaculum. Pada sisi sebelah kiri terjadi
penurunan terlebih dahulu sehingga ,yang tersering hernia inguinalis lateralis
angka kejadiannya lebih banyak pada laki-laki dan yang paling sering adalah yang
sebelah kanan.5
Pada wanita ovarium turun ke pelvis dan gubernaculum bagian inferior
menjadi ligamentum rotundum yang mana melewati cincin interna ke labia
mayor. Processus vaginalis normalnya menutup, menghapuskan perluasan rongga
peritoneal yang melewati cincin interna. Pada pria kehilangan sisa ini akan
melekatkan testis yang dikenal dengan tunika vaginalis. 1,6
Jika processus vaginalis tidak menutup maka hidrokel atau hernia
inguinalis lateralis akan terjadi. Sedangkan pada wanita akan terbentuk kanal
Nuck. Akan tetapi tidak semua hernia ingunalis disebabkan karena kegagalan
menutupnya processus vaginalis dibuktikan pada 20%-30% autopsi yang terkena
hernia ingunalis lateralis proseccus vaginalisnya menutup.5
3.7 Klasifikasi
a. Hernia menurut letak penonjolanya1
1. Hernia inguinalis lateralis/indirek
Hernia inguinalis indirek disebut juga hernia lateralis karena keluar dari
rongga peritoneum melalui anulus inguinalis internus yang terletak lateral
dari pembuluh epigastrika inferior, kemudian hernia masuk kedalam kanalis
inguinalis dan jika cukup panjang, menonjol keluar dari anulus inguinalis
eksternus. Apabila hernia ini berlanjut, tonjolan akan sampai ke skortum, ini
disebut hernia skrotalis. Kantong hernia berada didalam muskulus kremaster
terletak anteromedial terhadap vas deferent dan struktur lain dalam tali
sperma
15
b. Hernia menurut sifatnya, hernia dapat dibagi menjadi, hernia reponibel yakni
apabila isi hernia dapat keluar masuk. Usus keluar jika berdiri atau mengedan
dan masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk ke perut, tidak ada
keluhan nyeri atau obstruksi usus. Hernia ireponibel merupakan hernia yang
terjadi apabila isi kantong hernia tidak dapat kembali ke rongga abdomen.
Hernia inkarserata atau strangulata merupakan hernia apabila isinya terjepit
oleh cincin hernia sehingga isi kantong terperangkap dan tidak dapat kembali
ke dalam rongga perut. Akibatnya, terjadi gangguan pasase atau vaskularisasi.
Secara klinis hernia inkarserata sering disebut hernia ireponibel dengan
gangguan pasase, sedangkan gangguan vaskularisasi disebut hernia
strangulata. Berikut dapat dilihat masing-masing perbedaan dalam tabel
berikut :1
16
Reponibel + - - - -
Ireponibel - - - - -
Inkarserata - + + + -
Strangulata - ++ + ++ ++
3.8 Diagnosis
Gejala dan tanda klinis hernia banyak ditentukan oleh keadaan isi hernia.
Pada hernia reponibel keluhan satu-satunya adalah benjolan di lipat paha yang
muncul pada waktu berdiri, batuk, bersin atau mengedan dan menghilang setelah
berbaring. Keluhan nyeri jarang dirasakan dan jika ada biasanya dirasakan di
daerah epigastrium atau paraumbilikal berupa nyeri viseral karena regangan
mesentrium sewaktu satu segmen usus halus masuk ke dalam kantong hernia.
Nyeri yang disertai mual atau muntah baru timbul kalau terjadi inkarserata karena
ileus atau strangulasi karena nekrosis atau gangren.10
Tanda klinis pada pemeriksaan fisik bergantung pada isi hernia. Pada
inspeksi saat pasien mengedan, dapat dilihat hernia inguinalis lateralis muncul
sebagai penonjolan di regio inguinalis yang berjalan dari lateral atas ke medial
18
bawah. Kantong hernia yang kosong kadang dapat diraba pada funikulus
spermatikus sebagai gesekan dari dua lapis kantong yang memberikan sensasi
gesekan dua permukaan sutra. Tanda ini disebut tanda sarung tangan sutra, namun
tanda ini sulit untuk ditentukan. Kalau kantong hernia berisi organ tergantung
isinya, pada palpasi mungkin teraba usus, omentum atau ovarium. Dengan jari
telunjuk atau kelingking pada anak dapat didorong dicoba mendorong isi hernia
dengan menekan kulit skrotum melalui anulus eksternus sehingga dapat
ditentukan apakah isi hernia dapat direposisi atau tidak. 5, 10
Diagnosis ditegakkan atas dasar benjolan yang dapat direposisi atau jika
tidak dapat direposisi atas dasar tidak adanya pembatasan jelas di sebelah kranial
dan adanya hubungan ke kranial melalui anulus eksternus. Hernia ini harus
dibedakan dari hidrokel atau elefantiasis skrotum. Testis yang teraba dapat
dipakai sebagai pegangan untuk membedakannya.11
3.9 Penatalaksanaan
a. Konservatif
Pengobatan konservatif bukan merupakan tindakan 18ember18da18
sehingga dapat kambuh lagi.
19
1. Reposisi
Suatu usaha atau tindakan untuk memasukkan atau mengembalikan isi
hernia ke dalam cavum peritoneum atau abdomen secara hati-hati dan
dengan tekanan yang lembut dan pasti. Reposisi ini dilakukan pada
hernia inguinalis yang reponibel dengan cara memakai kedua tangan.
Tangan yang satu memegang lekuk yang sesuai dengan pintunya (leher
hernia diraba secara hati-hati, pintu dilebarkan), sedangkan tangan yang
lainnya memasukkan isi hernia melalui pintu tersebut. Reposisi ini
kadang dilakukan pada hernia inguinalis irreponibel pada pasien yang
takut operasi. Caranya, bagian hernia dikompres dingin, penderita diberi
penenang valium 10 ml supaya pasien tidur, posisi tidur trendelenberg.
Hal ini rnemudahkan memasukkan isi hernianya. Jika gagal tidak boleh
dipaksakan, lebih baik dilakukan operasi pada hari berikutnya.
2. Sabuk hernia
Sabuk ini diberikan pada pasien dengan pintu hernia yang rnasih kecildan
menolak dilakukan operasi (Kendarto Darmokusumo, 1993). Pemakaian
bantalan penyangga hanya bertujuan menahan hernia yang telah di
reposisi dan tidak pernah menyembuhkan sehingga harus dipakai seumur
hidup.
b. Operatif
Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan hernia inguinalis
yang rasional. Indikasi operasi 19ember19da begitu diagnosis ditegakkan.
Bagan untuk manajemen hernia inguinalis dapat dilihat pada gambar dibawah
ini.12
21
22
tidak adanya pembatasan jelas di sebelah kranial dan adanya hubungan ke kranial
melalui anulus eksternus.
Pasien dilakukan pemeriksaan transiluminasi dan didapatkan hasil negatif.
Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa untuk membedakan hernia
dan hidrokel dapat dilakukan pemeriksaan sederhana berupa transiluminasi.
Transiluminas negatif dapat digunakan sebagai penanda ini adalah suatu hernia.
Pasien akan direncanakan untuk tindakan hernioraphy. Hal ini sesuai teori
yang menyatakan bahwa setiap pasien yang didiagnosa dengan hernia, maka saat
itu sebaiknya pasien dilakukan tindakan operasi. Pengobatan operatif merupakan
satu-satunya pengobatan hernia inguinalis yang rasional. Hernia inguinalis yang
mengalami inkarserata merupakan indikasi untuk dilakukan operasi segera untuk
mencegah timbulnya komplikasi yang lebih lanjut.
23
DAFTAR PUSTAKA
1. Sjamsuhidayat & Jong. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi.
Jakarta: EGC
2. Gardner, RM and Boyd, CR. 2008. Examining Modern Approaches to
Inguinal and Femoral Herniorrhaphy. JAAPA, 21(6): 35-41.
3. Agustina, VA. 2014. Hubungan Antara Obesitas dengan Kejadian Hernia
Inguinalis. Unnes Journal of Public Health, 3(3): 1-8
4. Snell, Richard S. 2006. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran.
Jakarta : EGC. 160-162
5. Brunicardi, F Charles. 2015. Schwartz’s Principles of Surgery 10th
edition. New York. Mc Graw-Hill. 1495-1517.
6. Yeo Charles J. Dempsey, Daniel T et al. 2007. Shackerfold’s Surgery of
the Alimentary Tract. Philadelphia : Saunders El Sevier. 632-655.
7. Ellis, Harold. Calne, Sir R. Watson, Christopher. 2011. Lecture Notes :
General Surgery. United Kingdom : Wiley-Blackwell. 239-249.
8. Leal, JN; Edward, JP; Dixon, ED. 2012. Groin Hernias Diagnosis and
Management. The Canadian of Diagnosis: 57-59
9. Way, Lawrence W. 2003. Hernias & Other Lesions of the Abdominal
Wall. Current Surgical Diagnosis and Treatment. Eleventh edition. New
York. Mc Graw-Hill. 783-789.
10. Williams, Norman. O’Connell, Ronan. et al. 2013. Bailey & Love’s Short
Practice of Surgery. United Kingdom : CRC Press. 954-958
11. Grace, PA; Borley, N. 2006. At a Glance Ilmu Bedah. Jakarta: Erlangga
12. Simons, MP; Aufenacker, T; Bay-Nielsen,M; Bouillot, JL et al. 2009.
European Hernia Society Guidlines on The Treatment of Inguinal Hernia
in Adult Patients. Springer (13): 343-403.
13. Agur, Anne M.R and Dalley, Arthur F. 2013. Grant’s Atlas of Anatomy
13th edition. Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins. 118-119