Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

Hernia merupakan protusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek
atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan. Pada hernia abdomen, isi
perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo-aponeurotik
dinding perut. Hernia terdiri dari cincin, kantong, dan isi hernia.1
Hampir 75 % dari hernia abdomen merupakan hernia inguinalis. Hernia
inguinalis dibagi menjadi hernia ingunalis lateralis dan hernia ingunalis medialis
dimana hernia ingunalis lateralis ditemukan lebih banyak dua pertiga dari hernia
medialis, sepertiga sisanya adalah hernia inguinalis medialis. Hernia ingunalis
lebih banyak ditemukan pada pria daripada wanita, untuk hernia femoralis sendiri
lebih sering ditemukan pada wanita. Perbandingan antara pria dan wanita untuk
hernia ingunalis 7 : 1. Prevalensi hernia ingunalis pada pria dipengaruhi oleh
umur.2
Hernia inguinalis merupakan kasus bedah digestif terbanyak setelah
appendisitis. Sampai saat ini masih merupakan tantangan dalam peningkatan
status kesehatan masyarakat karena besarnya biaya yang diperlukan dalam
penanganannya dan hilangnya tenaga kerja akibat lambatnya pemulihan dan
angka rekurensi. Dari keseluruhan jumlah operasi di Perancis tindakan bedah
hernia sebanyak 17,2 % dan 24,1 % di Amerika Serikat.1
Insiden hernia inguinalis menurut umur diperkirakan meningkat seiring
pertambahan usia yaiu rentang 25-40 tahun 5-8 % dan di atas 75 tahun 45%.
Menurut jenis kelamin insiden hernia inguinalis lebih ering dijumpai pada pria,
yakni 3,9 % untuk laki-laki dan 2,1 % untuk perempuan.3
Hernia merupakan suatu keadaan yang sering ditemukan oleh semua
dokter sehingga pengetahuan umum tentang manifestasi klinis, pemeriksaan fisik
dan penatalaksanaan hernia sangat penting.

1
BAB II
LAPORAN KASUS

2.1 Identitas Pasien


Nama : Tn. Azhari
Umur : 30 Tahun
Jenis Kelamin : laki-laki
Suku : Aceh
Agama : Islam
Pekerjaan : Penjual Ikan dan Tukang Bangunan
Alamat : Lampulo, Banda Aceh
Nomor RM : 1-09-98-53
Tanggal masuk : 19-08-2016
Tanggal pemeriksaan : 19-08-2016

2.2 Anamnesis

Keluhan Utama : Benjolan pada lipat paha kanan

Keluhan Tambahan : Nyeri pada benjolan lipat paha kanan

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang ke IGD dengan keluhan muncul benjolan pada lipat paha kanan.
Benjolan ini muncul pertama kali sejak 4 tahun yang lalu dan memberat dalam 1
bulan terakhir. Benjolan tersebut timbul pada saat pasien beraktivitas dan
menghilang saat pasien beristirahat. Sejak 3 jam SMRS benjolan pada lipat paha
kanan tersebut menetap dan sampai ke kandung testis dan disertai mual dan
muntah. Pasien juga merasa nyeri pada bagian bawah perut. BAK dan BAB dalam
batas normal. Namun saat pasien di IGD benjolan tersebut kembali menghilang
tanpa didorong ataupun tindakan lainnya.

Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien sudah mengeluhkan benjolan di lipat paha kanan sejak 4 tahun yang lalu
namun tidak pernah di rawat di Rumah Sakit.

2
3

Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada keluarga pasien yang mengalami keluhan yang sama dengan pasien.

Riwayat Penggunaan Obat


Pasien mengkonsumsi obat yang dibeli di apotik saat keluhan tersebut muncul.

Riwayat Kebiasaan Sosial


Pasien sehari-hari bekerja sebagai penjual ikan dan tukang bangunan.

2.3 Pemeriksaan Fisik

Status Present
Keadaan Umum : Sedang
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Heart rate : 80 x / menit
Respiratory rate : 18 x / menit
Temperatur : 36,4˚C

Status Generalis
a. Kulit
Warna : sawo matang
Turgor : kembali cepat
Jaringan parut : tidak ada
Sianosis : tidak ada
Ikterik : tidak ada
Pucat : tidak ada

b. Kepala
Bentuk : normocephali
Rambut : hitam, sukar dicabut, distribusi merata
Wajah : simetris
Mata : konjungtiva palpebra inferior pucat (-/-), sklera ikterik (+/+),
mata cekung (-/-), pupil isokor ϕ 3mm/3mm, refleks cahaya
langsung (+/+), refleks cahaya tidak langsung (+/+)
4

Telinga : normotia, sekret (-/-)


Hidung : napas cuping hidung (-/-), sekret (-/-)

c. Mulut
Bibir : bibir kering (-), mukosa bibir lembab, sianosis (-)
Lidah : lidah kotor (-)
Tonsil : T1/T1, hiperemis (-)
Faring : hiperemis (-)

d. Leher
KGB : tidak ada pembesaran, nyeri tekan (-)
Kelenjar tiroid : tidak ada pembesaran
TVJ : R-2cmH2O

e. Thoraks
Paru
Inspeksi : simetris saat statis dan dinamis
Palpasi : SF kanan = SF kiri, nyeri tekan (-)
Perkusi : sonor di kedua lapangan paru
Auskultasi : vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)

Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : ictrus cordis teraba di ICS V linea midklavikula sinistra
Perkusi : batas jantung normal
Auskultasi : BJ I> BJII, reguler (+), bising (-)

f. Abdomen
Inspeksi : simetris, distensi (-)
Palpasi : nyeri tekan (-), hepar/lien/ren dalam batas normal
Perkusi : timpani, shifting dullness (-)
Auskultasi : peristaltik 3 kali/menit, kesan normal
g. Anus dan Genitalia
Inspeksi : Tampak penis dalam batas normal, tidak tampak adanya tanda
peradangan. Pada meatus uretra eksterna tidak tampak sekret. Skrotum tampak
membesar
5

Palpasi : Scrotum melebar, testis dalam batas normal, massa (-)


Transluminasi : Negatif
Rectal Toucher : tonus spinchter ani ketat, ampula licin, feces(+), lendir(-),
darah (-)

h. Ekstremitas

Superior Inferior
Penilaian
Kanan Kiri Kanan Kiri
Pucat Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Sianosis Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Edema Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada

i. Status lokalis a/r inguinal dextra

Look(L) : Tampak adanya benjolan pada lipat paha saat pasien


batuk dan benjolan berwarna sama seperti kulit sekitar.

Feel(F) :1. Finger Test : Teraba dorongan benjolan pada jari saat
pasien diminta untuk batuk
2. Zieman Test : Teraba dorongan benjolan pada jari II
saat pasien diminta untuk batuk
Benjolan pada inguinal dekstra dengan ukuran 3x3, bentuk
lonjong, mobile, konsistensi kenyal, nyeri tekan(+). Tidak
teraba adanya pembesaran kelenjer getah bening

2.4 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Laboraturium

Jenis Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan Nilai Rujukan


Haemoglobin 15,1 14 - 17 gr/dl
Eritrosit 5,5. 106 4,7-6,1. 106/mm3
Leukosit 11,6.103 4,5-10,5.103/ul
Trombosit 238.103 150-400.103/ul
6

Hematokrit 46% 45-55%


Ureum 30 13-43 mg/dl
Creatinin 0,80 0,67-1,17 mg/dl
Natrium 141 135-145 mmol/L
Kalium 4,1 3,5-4,5 mmol/L
Klorida 102 90-110 mmol/L
Gula Darah Sewaktu 161 <200 mg/dL

2.5 Diagnosis

Hernia Inguinalis Lateralis Dextra Inkarserata Release

2.6 Penatalaksanaan
Medikamentosa
IVFD Futrolit 20 gtt/i
Inj. Fosmicin 1 gr/12 jam
Inj. Ketorolac 30 mg/8 jam
Inj. Ranitidin 50 mg/12 jam

Operatif
Tindakan yang dilakukan adalah Hernioraphy dengan Mesh Graft

 Identifikasi kantong hernia : kantong proximal dan distal dipisahkan 


tampak omentum pada kantong proximal, omentum di masukkan ke
cavum abdomen
 Dilakukan penjahitan kantong secara pull string dan pemasangan mesh
graft
7

2.7 Prognosis
Quo ad vitam : Dubia ad bonam
Quo ad fungsionam : Dubia ad bonam
Quo ad sanactionam : Dubia ad bonam
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Anatomi
Canalis inguinalis merupakan saluran oblik yang menembus bagian bawah
dinding anterior abdomen dan terdapat pada kedua jenis kelamin. Saluran ini
merupakan tempat lewatnya struktur-struktur yang berjalan dari testis ke abdomen
dan sebaliknya pada laki-laki. Pada perempuan, saluran ini dilalui oleh
ligamentum teres uteri yang berjalan dari uterus ke labium mayus pudendi. Selain
itu, saluran ini dilewati oleh nervus ilioinguinalis baik pada laki-laki ataupun
perempuan.4
Canalis inguinalis panjangnya sekitar 1,5 inch (4 cm) pada orang dewasa
dan terbentang dari anulus inguinalis profundus berjalan ke bawah dan medial
sampai anulus inguinalis superficialis. Canalis inguinalis terletak sejajar dan tepat
di atas ligamentum inguinalis.4
Anulus inguinalis profundus adalah suatu lubang berbentuk oval pada
fascia transversalis terletak sekitar 0,5 inch di atas ligamentum inguinalis yaitu
pada pertengahan antara Spina Iliaca Anterior Superior (SIAS) dan symphysis
pubica. Di sebelah medial anulus ini terdapat arteri dan vena epigastrica inferior
yang berjalan ke atas dari arteri dan vena iliaca externa.4
Anulus inguinalis superficialis merupakan suatu lubang berbentuk segitiga
pada aponeurosis musculus obliquus abdominis externus dan terletak tepat di atas
dan medial terhadap tuberculum pubicum. Pinggir-pinggir anulus, kadang-kadang
disebut crura, merupakan tempat melekatnya fascia spermatica externa.4
Seluruh panjang dinding anterior canalis inguinalis dibentuk oleh
aponeurosis musculus obliquus abdominis externus. Dinding anterior ini diperkuat
di sepertiga lateralnya oleh serabut-serabut origo musculus obliquus abdominis
internus yang berasal dari ligamentum inguinalis. Seluruh panjang dinding
posterior canalis inguinalis dibentuk oleh fascia transversalis. Dinding ini
diperkuat di sepertiga medialnya oleh tendo conjungtivus, yaitu gabungan tendo
dari insersio musculus obliquus abdominis internus dan musculus transversus
abdominis yang melekat pada crista pubica dan pecten ossis pubis.4

8
9

Gambar 3.1 Anatomi Inguinal7

3.2 Definisi
Hernia berasal dari kata latin yang berarti ruptur. Hernia didefinisikan
sebagai suatu penonjolan abnormal organ atau jaringan melalui daerah yang
lemah (defek) yang diliputi oleh dinding. Meskipun hernia dapat terjadi di
berbagai tempat dari tubuh kebanyakan defek melibatkan dinding abdomen pada
umumnya daerah inguinal.2
Hernia inguinalis medialis adalah suatu tonjolan melalui fascia transversa
yang melemah pada trigonum Hasselbach. Hernia inguinalis lateralis adalah
tonjolan dari perut di lateral pembuluh epigastrica inferior, yang keluar melalui
dua pintu dan saluran yaitu annulus dan canalis inguinalis.1

3.3 Etiologi
Penyebab terjadinya hernia inguinalis masih diliputi berbagai kontroversi,
tetapi diyakini ada tiga penyebab, yaitu:5
1. Peninggian tekanan intra abdomen yang berulang

 Overweight
 Mengangkat barang yang berat yang tidak sesuai dengan ukuran
badan
10

 Sering mengedan karena adanya gangguan konstipasi atau


gangguan saluran kencing
 Adanya tumor yang mengakibatkan sumbatan usus
 Batuk yang kronis disebabkan infeksi, bronkitis, asma, emfisema,
alergi
 Kehamilan
 Ascites
 Hipertropi prostat

2. Adanya kelemahan jaringan /otot.


3. Tersedianya kantong hernia.

3.4 Patofisiologi
Secara patofisiologi, faktor peninggian tekanan intra abdomen kronik dan
kelemahan otot dinding di trigonum Hesselbach, hampir selalu menyebabkan
hernia inguinalis direk atau hernia inguinalis medialis. Oleh karena itu hernia ini
umumnya terjadi bilateral, khususnya pada pria tua. Hernia ini jarang, hampir
tidak pernah mengalami inkarserasi dan strangulasi. Hernia inguinalis lateralis
menonjol dari perut dilateral pembuluh epigastrika inferior. Disebut indirek
karena keluar melalui dua pintu dan saluran yaitu anulus dan kanalis inguinalis.
Pada bayi dan anak, hernia lateralis disebabkan oleh kelainan bawaan berupa tidak
menutupnya prosesus vaginalis peritoneum sebagai akibat proses penurunan testis
ke skrotum.5
Secara patofisiologi peningkatan tekanan intra abdomen akan
mendoronganulus inguinalis internus terdesak. Hernia inguinalis dapat terjadi
karena anomali kongenital atau karena faktor yang didapat yang dipandang
berperan kausal adalah adanya prosesus vaginalis yang terbuka, dan kelemahan
otot dinding perut karena usia. Lebih banyak terjadi pada laki- laki dari pada
perempuan. Berbagai faktor penyebab berperan pada pembentukan pintu masuk
hernia pada anulus internus yang cukup besar sehingga dapat dilalui oleh kantong
dan isi hernia melewati pintu yang sudah terbuka cukup lebar itu.1
Ligamentum gubernaculum turun pada tiap sisi abdomen dari pole inferior
gonad ke permukaan interna labial/scrotum. Gubernaculum akan melewati
11

dinding abdomen yang mana pada sisi bagian ini akan menjadi kanalis inguinalis.
Processus vaginalis adalah evaginasi diverticular peritoneumyang membentuk
bagian ventral gubernaculums bilateral. Pada pria, testis awalnya retroperitoneal
dan dengan processus vaginalis, testis akan turun melewati canalis inguinalis ke
scrotum disebabkan kontraksi gubernaculum. Pada sisi sebelah kiri terjadi
penurunan terlebih dahulu sehingga ,yang tersering hernia inguinalis lateralis
angka kejadiannya lebih banyak pada laki-laki dan yang paling sering adalah yang
sebelah kanan.5
Pada wanita ovarium turun ke pelvis dan gubernaculum bagian inferior
menjadi ligamentum rotundum yang mana melewati cincin interna ke labia
mayor. Processus vaginalis normalnya menutup, menghapuskan perluasan rongga
peritoneal yang melewati cincin interna. Pada pria kehilangan sisa ini akan
melekatkan testis yang dikenal dengan tunika vaginalis. 1,6
Jika processus vaginalis tidak menutup maka hidrokel atau hernia
inguinalis lateralis akan terjadi. Sedangkan pada wanita akan terbentuk kanal
Nuck. Akan tetapi tidak semua hernia ingunalis disebabkan karena kegagalan
menutupnya processus vaginalis dibuktikan pada 20%-30% autopsi yang terkena
hernia ingunalis lateralis proseccus vaginalisnya menutup.5

Gambar 3.2 Patofisiologi Hernia Inguinalis13


12

3.5 Faktor Resiko


Adapun faktor – faktor predisposisi yang berpengaruh terhadap insidensi
hernia inguinalis adalah sebagai berikut :6
1. Hereditas
Hernia lebih sering terjadi pada penderita yang mempunyai orang tua, kakak
atau nenek dengan riwayat hernia inguinalis.
2. Jenis kelamin
Hernia inguinalis jauh lebih banyak dijumpai pada laki – laki dibanding pada
wanita 9:1. Perbedaan prevalensi ini di sebabkan karena ukuran ligamentum
rotundum, dan prosentase obliterasi dari processus vaginalis testis lebih kecil
dibanding obliterasi kanalis nuck.
3. Umur
Banyak terjadi pada umur di bawah 1 tahun, oleh macready (Cit. Watson,
1948) disebutkan 17,5% anak laki – laki dan 9,16% anak perempuan
mempunyai hernia. Tendensi hernia meningkat sesuai dengan meningkatnya
aktifitas, sekitar umur 26 – 50 tahun insidensi menurun dan setelah umur
diatas 50 tahun insidensi meningkat lagi oleh karena menurunnya kondisi
fisik.
4. Konstitusi atau keadaan badan
Banyaknya lemak preperitoneal akan mendesak dinding abdomen dan
menimbulkan lokus minoris atau kelemahan – kelemahan otot serta terjadi
relaksasi dari anulus. Bila lemak menginfiltrasi ke omentum dan mesenterium
akan mengurangi volume rongga abdomen sehingga terjadi peningkatan
tekanan intra abdomen.

3.6 Gejala Dan Tanda Klinik


Pasien mengeluh ada tonjolan di lipat paha, pada beberapa orang adanya
nyeri dan membengkak pada saat beraktivitas. Seringnya hernia ditemukan pada
saat pemeriksaan fisik misalnya pemeriksaan kesehatan sebelum masuk kerja.
Beberapa pasien mengeluh adanya sensasi nyeri yang menyebar biasanya pada
hernia ingunalis lateralis, perasaan nyeri yang menyebar hingga ke scrotum.
Dengan bertambah besarnya hernia maka diikuti rasa yang tidak nyaman dan rasa
13

nyeri, sehingga pasien berbaring untuk menguranginya. Pada umumnya hernia


direct akan memberikan gejala yang sedikit lebih ringan dibandingkan hernia
ingunalis lateralis dan juga kemungkinannya lebih berkurang untuk menjadi
inkarserasi atau strangulasi.1,7
Pada pemeriksaan hernia pasien harus diperiksa dalam keadaan berdiri dan
berbaring dan juga diminta untuk batuk pada hernia yang kecil yang masih sulit
untuk dilihat. Kita dapat mengetahui besarnya cincin eksternal dengan cara
memasukan jari ke annulus jika cincinnya kecil jari tidak dapat masuk ke kanalis
inguinalis dan akan sangat sulit untuk menentukan pulsasi hernia yang sebenarnya
pada saat batuk. Lain halnya pada cincin yang lebar hernia dapat dengan jelas
terlihat dan jaringan tissue dapat dirasakan pada tonjolan di kanalis inguinalis
pada saat batuk dan hernia dapat didiagnosa.6
Perbedaan hernia inguinalis lateralis dan hernia inguinalis media pada
pemeriksaan fisik sangat sulit dlakukan dan ini tidak terlalu penting mengingat
groin hernia harus dioperasi tanpa melihat jenisnya. Hernia inguinalis pada
masing-masing jenis pada umumnya memberikan gambaran yang sama .hernia
yang turun hingga ke skrotum hampir sering merupakan hernia inguinalis
lateralis.8
Pada inspeksi, pasien diminta mengedan maka akan terlihat benjolan di
lipat paha, bahkan tanpa mengedan pun benjolan sudah jelas terlihat. Pada palpasi,
dinding posterior kanalis inguinalis akan terasa dan adanya tahanan pada hernia
inguanalis lateralis. Sedangkan pada hernia direct tidak akan terasa dan tidak
adanya tahanan pada dinding posterior kanalis inguinalis. Jika pasien diminta
untuk batuk pada pemeriksaan jari dimasukan ke annulus dan tonjolan terasa pada
sisi jari maka itu hernia direct. Jika terasa pada ujung jari maka itu hernia
ingunalis lateralis. Penekanan melalui cincin interna ketika pasien mengedan juga
dapat membedakan hernia direct dan hernia inguinalis lateralis. Pada hernia direct
benjolan akan terasa pada bagian depan melewati Trigonum Hesselbach’s dan
kebalikannya pada hernia ingunalis lateralis. Jika hernianya besar maka perbedaan
dan hubungan secara anatomi antara cincin dan kanalis inguinalis sulit dibedakan.
Pada kebanyakan pasien, jenis hernia inguinal tidak dapat ditegakkan secara
akurat sebelum dilakukan operasi.2,9
14

Gambar 3.3 Gambaran Klinis Hernia Inguinalis7

3.7 Klasifikasi
a. Hernia menurut letak penonjolanya1
1. Hernia inguinalis lateralis/indirek
Hernia inguinalis indirek disebut juga hernia lateralis karena keluar dari
rongga peritoneum melalui anulus inguinalis internus yang terletak lateral
dari pembuluh epigastrika inferior, kemudian hernia masuk kedalam kanalis
inguinalis dan jika cukup panjang, menonjol keluar dari anulus inguinalis
eksternus. Apabila hernia ini berlanjut, tonjolan akan sampai ke skortum, ini
disebut hernia skrotalis. Kantong hernia berada didalam muskulus kremaster
terletak anteromedial terhadap vas deferent dan struktur lain dalam tali
sperma
15

2. Hernia inguinalis medialis/direk


Hernia inguinalis direk disebut juga hernia inguinalis medialis, menonjol
langsung kedepan melalui segitiga Hesselbach, daerah yang dibatasi oleh
ligamentum inguinale.

Gambar 3.4 Letak Anatomis Hernia Inguinalis10

b. Hernia menurut sifatnya, hernia dapat dibagi menjadi, hernia reponibel yakni
apabila isi hernia dapat keluar masuk. Usus keluar jika berdiri atau mengedan
dan masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk ke perut, tidak ada
keluhan nyeri atau obstruksi usus. Hernia ireponibel merupakan hernia yang
terjadi apabila isi kantong hernia tidak dapat kembali ke rongga abdomen.
Hernia inkarserata atau strangulata merupakan hernia apabila isinya terjepit
oleh cincin hernia sehingga isi kantong terperangkap dan tidak dapat kembali
ke dalam rongga perut. Akibatnya, terjadi gangguan pasase atau vaskularisasi.
Secara klinis hernia inkarserata sering disebut hernia ireponibel dengan
gangguan pasase, sedangkan gangguan vaskularisasi disebut hernia
strangulata. Berikut dapat dilihat masing-masing perbedaan dalam tabel
berikut :1
16

Jenis Reponibel Nyeri Obstruksi Tampak Toksik


sakit

Reponibel + - - - -

Ireponibel - - - - -

Inkarserata - + + + -

Strangulata - ++ + ++ ++

c. Hernia menurut letaknya 1


1. Obturatorius
Yakni hernia melalui foramen obturatoria. Hernia ini berlangsung 4
tahap. Tahap pertama mula – mula tonjolan lemak retroperitoneal masuk
kedalam kanalis obturatoria. Tahap kedua disusul oleh tonjolan
peritoneum parietal. Tahap ketiga, kantong hernianya mungkin diisi oleh
lekuk usus. Dan tahap keempat mengalami inkarserasi parsial, sering
secara Ritcher atau total.
2. Epigastrika
Hernia ini juga disebut hernia linea alba yang merupakan hernia yang
keluar melalui defek dilinea alba antara umbilicus dan processus
xifoideus.
3. Ventralis, adalah nama umum untuk semua hernia di dinding perut
bagian antero lateral seperti hernia sikatriks. Hernia sikatriks merupakan
penonjolan peritoneum melalui bekas luka operasi yang baru maupun
yang lama.
4. Lumbalis
Pada pemeriksaan fisik tampak dan teraba benjolan dipinggang tepi
bawah tulang rusuk XII (Grijnfelt) atau ditepi cranial dipanggul dorsal.
5. Littre, hernia yang sangat jarang dijumpai, merupakan hernia yang
mengandung divertikulum Meckel
17

6. Spiegel, hernia interstitial dengan atau tanpa isinya melalui fascia


Spieghel.
7. Perienalis, merupakan tonjolan hernia pada peritoneum melalui defek
dasar panggul yang dapat secara primer pada perempuan multipara atau
sekunder setelah operasi melalui perineum seperti prostatektomi atau
resesi rectum secara abdominoperienal.
8. Pantalon, merupakan kombinasi hernia inguinalis lateralis dan medialis
pada satu sisi. Kedua kantong hernia dipisah oleh vasa epigastrika
inferior sehingga berbentuk seperti celana.
9. Diafragma
10. Inguinalis
11. Umbilical, merupakan penonjolan yang mengandung isi rongga perut
yang masuk melalui cincin umbilicus akibat peninggian tekanan
intraabdomen.
12. Paraumbilical merupakan hernia melalui suatu celah di garis tengah tepi
cranial umbilical, jarang terjadi di tepi kaudalnya.
13. Femoralis yakni merupakan tonjolan di lipat paha yang muncul terutama
pada waktu melakukan kegiatan yang menaikkan tekanan intraabdomen
seperti mengangkat barang atau ketika batuk. Pintu masuknya adalah
annulus femoralis dan keluar melalui fossa ovalis dilipatan paha.

3.8 Diagnosis
Gejala dan tanda klinis hernia banyak ditentukan oleh keadaan isi hernia.
Pada hernia reponibel keluhan satu-satunya adalah benjolan di lipat paha yang
muncul pada waktu berdiri, batuk, bersin atau mengedan dan menghilang setelah
berbaring. Keluhan nyeri jarang dirasakan dan jika ada biasanya dirasakan di
daerah epigastrium atau paraumbilikal berupa nyeri viseral karena regangan
mesentrium sewaktu satu segmen usus halus masuk ke dalam kantong hernia.
Nyeri yang disertai mual atau muntah baru timbul kalau terjadi inkarserata karena
ileus atau strangulasi karena nekrosis atau gangren.10
Tanda klinis pada pemeriksaan fisik bergantung pada isi hernia. Pada
inspeksi saat pasien mengedan, dapat dilihat hernia inguinalis lateralis muncul
sebagai penonjolan di regio inguinalis yang berjalan dari lateral atas ke medial
18

bawah. Kantong hernia yang kosong kadang dapat diraba pada funikulus
spermatikus sebagai gesekan dari dua lapis kantong yang memberikan sensasi
gesekan dua permukaan sutra. Tanda ini disebut tanda sarung tangan sutra, namun
tanda ini sulit untuk ditentukan. Kalau kantong hernia berisi organ tergantung
isinya, pada palpasi mungkin teraba usus, omentum atau ovarium. Dengan jari
telunjuk atau kelingking pada anak dapat didorong dicoba mendorong isi hernia
dengan menekan kulit skrotum melalui anulus eksternus sehingga dapat
ditentukan apakah isi hernia dapat direposisi atau tidak. 5, 10
Diagnosis ditegakkan atas dasar benjolan yang dapat direposisi atau jika
tidak dapat direposisi atas dasar tidak adanya pembatasan jelas di sebelah kranial
dan adanya hubungan ke kranial melalui anulus eksternus. Hernia ini harus
dibedakan dari hidrokel atau elefantiasis skrotum. Testis yang teraba dapat
dipakai sebagai pegangan untuk membedakannya.11

Gambar 3.5 Pemeriksaan Pada Hernia Inguinalis5

3.9 Penatalaksanaan
a. Konservatif
Pengobatan konservatif bukan merupakan tindakan 18ember18da18
sehingga dapat kambuh lagi.
19

1. Reposisi
Suatu usaha atau tindakan untuk memasukkan atau mengembalikan isi
hernia ke dalam cavum peritoneum atau abdomen secara hati-hati dan
dengan tekanan yang lembut dan pasti. Reposisi ini dilakukan pada
hernia inguinalis yang reponibel dengan cara memakai kedua tangan.
Tangan yang satu memegang lekuk yang sesuai dengan pintunya (leher
hernia diraba secara hati-hati, pintu dilebarkan), sedangkan tangan yang
lainnya memasukkan isi hernia melalui pintu tersebut. Reposisi ini
kadang dilakukan pada hernia inguinalis irreponibel pada pasien yang
takut operasi. Caranya, bagian hernia dikompres dingin, penderita diberi
penenang valium 10 ml supaya pasien tidur, posisi tidur trendelenberg.
Hal ini rnemudahkan memasukkan isi hernianya. Jika gagal tidak boleh
dipaksakan, lebih baik dilakukan operasi pada hari berikutnya.
2. Sabuk hernia
Sabuk ini diberikan pada pasien dengan pintu hernia yang rnasih kecildan
menolak dilakukan operasi (Kendarto Darmokusumo, 1993). Pemakaian
bantalan penyangga hanya bertujuan menahan hernia yang telah di
reposisi dan tidak pernah menyembuhkan sehingga harus dipakai seumur
hidup.
b. Operatif
Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan hernia inguinalis
yang rasional. Indikasi operasi 19ember19da begitu diagnosis ditegakkan.

Operasi hernia ada 3 tahap, yaitu :


1. Herniotomy yaitu membuka dan memotong kantong hernia serta
mengembalikan isi ke cavum abdominalis.
2. Hernioraphy yaitu mulai dari mengikat leher hernia dan
menggantungkannya pada conjoint tendon.
3. Hernioplasty yaitu 19ember kekuatan pada dinding perut dan
menghilangkan locus minoris resistensia.
20

Bagan untuk manajemen hernia inguinalis dapat dilihat pada gambar dibawah
ini.12

Gambar 3.6 Algoritma Manajemen Hernia Inguinalis12


BAB IV
ANALISA KASUS

Pasien laki-laki berusia 30 tahun datang ke IGD dengan keluhan muncul


benjolan pada lipat paha kanan. Benjolan ini muncul pertama kali sejak 4 tahun
yang lalu. Benjolan tersebut timbul pada saat pasien beraktivitas dan menghilang
saat pasien beristirahat. Namun sejak 1 hari terakhir SMRS benjolan pada lipat
paha kanan tersebut menetap dan sampai ke kandung testis dan disertai mual dan
muntah. Pasien juga merasa nyeri pada bagian bawah perut. Namun saat di IGD
benjolan tersebut kembali menghilang secara spontan. BAK dan BAB dalam batas
normal. Dari pemeriksaan fisik didapatkan benjolan pada lipat paha kanan dengan
ukuran 3x3, konsistensi kenyal, nyeri(+) dan ditemukan scrotum yang melebar.
Pasien ini didiagnosa hernia inguinalis lateralis dextra inkarserata release.
Pasien laki – laki berusia 30 tahun, berdasarkan teori bahwa hernia lebih
banyak ditemukan pada pria dibandingkan wanita, dengan perbandingan pria dan
wanita 7:1. Insidensi hernia meningkat sesuai dengan meningkatnya aktifitas,
sekitar umur 26 – 50 tahun insidensi menurun dan setelah umur diatas 50 tahun
insidensi meningkat lagi oleh karena menurunnya kondisi fisik dan meningkatnya
aktivitas fisik seseorang.
Pasien datang dengan keluhan benjolan pada lipatan paha kanan. Benjolan
dirasakan hilang timbul sejak 4 tahun yang lalu, namun benjolan dirasakan
menetap dan diikuti rasa nyeri hilang timbul sejak 1 hari SMRS. Hal ini sesuai
dengan teori yang menyatakan bahwa hernia merupakan suatu penonjolan
abnormal organ atau jaringan melalui daerah yang lemah (defek). Hernia
inkarserata yakni apabila isi hernia terjepit oleh cincin hernia sehingga isi kantong
terperangkap dan tidak dapat kembali ke dalam rongga perut sehingga benjolan
menetap. Usus keluar jika berdiri atau mengedan dan masuk lagi jika berbaring
atau didorong masuk ke perut, tidak ada keluhan nyeri atau obstruksi usus.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan benjolan pada lipat paha kanan yang
tidak dapat dikembalikan, batas atas tidak tegas, dan dirasakan nyeri. Hal ini
sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa diagnosis hernia ditegakkan atas
dasar benjolan yang dapat direposisi atau jika tidak dapat direposisi atas dasar

21
22

tidak adanya pembatasan jelas di sebelah kranial dan adanya hubungan ke kranial
melalui anulus eksternus.
Pasien dilakukan pemeriksaan transiluminasi dan didapatkan hasil negatif.
Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa untuk membedakan hernia
dan hidrokel dapat dilakukan pemeriksaan sederhana berupa transiluminasi.
Transiluminas negatif dapat digunakan sebagai penanda ini adalah suatu hernia.
Pasien akan direncanakan untuk tindakan hernioraphy. Hal ini sesuai teori
yang menyatakan bahwa setiap pasien yang didiagnosa dengan hernia, maka saat
itu sebaiknya pasien dilakukan tindakan operasi. Pengobatan operatif merupakan
satu-satunya pengobatan hernia inguinalis yang rasional. Hernia inguinalis yang
mengalami inkarserata merupakan indikasi untuk dilakukan operasi segera untuk
mencegah timbulnya komplikasi yang lebih lanjut.
23

DAFTAR PUSTAKA

1. Sjamsuhidayat & Jong. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi.
Jakarta: EGC
2. Gardner, RM and Boyd, CR. 2008. Examining Modern Approaches to
Inguinal and Femoral Herniorrhaphy. JAAPA, 21(6): 35-41.
3. Agustina, VA. 2014. Hubungan Antara Obesitas dengan Kejadian Hernia
Inguinalis. Unnes Journal of Public Health, 3(3): 1-8
4. Snell, Richard S. 2006. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran.
Jakarta : EGC. 160-162
5. Brunicardi, F Charles. 2015. Schwartz’s Principles of Surgery 10th
edition. New York. Mc Graw-Hill. 1495-1517.
6. Yeo Charles J. Dempsey, Daniel T et al. 2007. Shackerfold’s Surgery of
the Alimentary Tract. Philadelphia : Saunders El Sevier. 632-655.
7. Ellis, Harold. Calne, Sir R. Watson, Christopher. 2011. Lecture Notes :
General Surgery. United Kingdom : Wiley-Blackwell. 239-249.
8. Leal, JN; Edward, JP; Dixon, ED. 2012. Groin Hernias Diagnosis and
Management. The Canadian of Diagnosis: 57-59
9. Way, Lawrence W. 2003. Hernias & Other Lesions of the Abdominal
Wall. Current Surgical Diagnosis and Treatment. Eleventh edition. New
York. Mc Graw-Hill. 783-789.
10. Williams, Norman. O’Connell, Ronan. et al. 2013. Bailey & Love’s Short
Practice of Surgery. United Kingdom : CRC Press. 954-958
11. Grace, PA; Borley, N. 2006. At a Glance Ilmu Bedah. Jakarta: Erlangga
12. Simons, MP; Aufenacker, T; Bay-Nielsen,M; Bouillot, JL et al. 2009.
European Hernia Society Guidlines on The Treatment of Inguinal Hernia
in Adult Patients. Springer (13): 343-403.
13. Agur, Anne M.R and Dalley, Arthur F. 2013. Grant’s Atlas of Anatomy
13th edition. Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins. 118-119

Anda mungkin juga menyukai