Anda di halaman 1dari 16

Sindroma Kombinasi

Sindroma kombinasi merupakan kerusakan oral yang spesifik yang sering terlihat pada
pasien yang menggunakan gigi tiruan lengkap rahang atas dan gigi tiruan sebagian rahang bawah
dengan perluasan distal. Sindrom kombinasi pertama kali diidentifikasikan oleh Ellsworth Kelly
pada tahun 1972. Kondisi ini dibenarkan oleh beberapa ahli prostodonsia yang juga
mendefinisikan sindrom kombinasi sebagai gejala khas yang terjadi ketika rahang atas yang
ompong berlawanan dengan gigi-gigi anterior rahang bawah yang asli.
Adapun sindrom kombinasi klasik mencakup:
Kehilangan seluruh gigi rahang atas
Kehilangan tulang yang parah pada premaksila dengan disertai penggantian jaringan lunak
Terdapat enam atau lebih gigi-gigi anterior rahang bawah, kelas 1 Kennedy, dan kehilangan
tulang posterior mandibula yang parah
Dimensi vertikal yang sangat jauh dari ideal, terdapat pengurangan sekitar 15 mm
Gangguan pada estetik wajah

secara umum terdapat tujuh karakteristik yang khas mencakup sindrom ini, yaitu:
1. kehilangan tulang pada bagian anterior di linggir maksilla
2.tuberositas yang menonjol
3.Hiperplasia papila dari mukosa palatum keras
4.Ekstrusi dari gigi-gigi anterior rahang bawah
5.Kehilangan tulang alveolar dan ketinggian linggir di bawah landasan gigi tiruan lepasan rahang
bawah
6.Gangguan estetik
7.Penurunan tinggi dimensi vertikal

Gigi Tiruan Tunggal

1. Definisi
Gigi tiruan penuh (GTP) tunggal adalah GTP yang beroklusi dengan beberapa atau semua
gigi-geligi antagonis asli, gigi tiruan cekat, atau gigi tiruan sebagian lepasan yang telah dibuat
sebelumnya. GTP tunggal lebih sering dibuat untuk rahang atas.1
GTP tunggal selalu memberikan masalah bagi dokter gigi. Pasien yang menggunakan desain
ini cenderung membatasi tekanan mastikasinya ke area dimana gigi asli masih ada. Hal ini
menghasilkan distribusi tekanan yang tidak baik, yang dapat menyebabkan reaksi jaringan lunak
yang melawan seperti hyperplasia, resorpsi ridge, dll.2

2. Indikasi
· Pada pasien dengan perbedaan ukuran rahang yang membutuhkan GTP, lebih baik untuk
mempertahankan gigi pada mandibula yang retrognati.
· Pada pasien dengan cleft palate yang tidak bisa dioperasi atau palatum yang berlubang, lebih
baik untuk mempertahankan gigi pada rahang atas. Hal ini karena GTP konvensional maksila
akan gagal pada kasus ini karena tidak adanya peripheral seal.1

3. Jenis
GTP tunggal dapat berupa GTP pada maksila berantagonis mandibula gigi asli penuh, GTP
pada maksila berantagonis mandibula gigi tiruan sebagian, GTP pada mandibula berantagonis
maksila gigi asli, GTP pada mandibula berantagonis maksila gigi tiruan sebagian.
a. GTP pada maksila berantagonis mandibula gigi asli penuh.
Terdapat perbedaan oklusal yang sangat besar dan membutuhkan occlusal adjustment dan
koreksi ortodonti. Ada beberapa poin penting yang harus dipertimbangkan sebelum membuat
gigi tiruan ini, yaitu:
Ø Morfologi gigi alami akan menentukan pemilihan gigi artificial; ukuran dan warna gigi artificial
harus cocok dengan gigi alami.
Ø Jika gigi mandibula mengalami atrisi, lebih dipilih menggunakan cuspless teeth.
Ø Jika gigi mandibula tidak atrisi, leih dipilih gigi anatomis.

b. GTP pada maksila berantagonis mandibula gigi tiruan sebagian.


Gigi tiruan ini secara klinis sangat signifikan karena komplikasinya. Pemilihan gigi sangat
penting pada pembuatan gigi tiruan. Gigi artificial untuk gigi tiruan ini sebaiknya dipilih
berdasarkan faktor :
Ø Jika gigi tiruan sebagain adalah gigi porselen, maka gigi porselen yang dipilih.
Ø Jika gigi alami memiliki crown gold atau metal, maka gigi akrilik yang dipilih.
Ø Gigi akrilik dipilih pada gigi tiruan dengan antagonis gigi alami atau gigi tiruan dengan artificial
akrilik.

c. GTP pada mandibula.


Dapat berantagonis dengan maksila bergigi penuh atau dengan maksila gigi tiruan sebagian.
Pada setiap kasus, akan terjadi resorpsi ridge yang parah pada mandibula yang edentulous. Hal
ini dikarenakan dua alasan :
Ø Pergerakan konstan dari lidah ditambah dengan tekanan pada residual ridge meningkatkan jumlah
resorpsi.
Ø Jumlah mukosa yang melekat kaku pada gigi tiruan, bearing area lebih sedikit pada mandibula
daripada di maksila.
Gigi tiruan konvensional biasanya dihindari berantagonis dengan gigi alami maksila. Kondisi
ini dapat dirawat paling baik dengan implant endosseous setelah evaluasi menyeluruh dari
pasien. Beberapa kasus dapat dirawat bersama dengan liner elastic untuk mengurangi tekanan
pada ridge. Beberapa ahli percaya bahwa mandibula dengan GTP mempunyai prognosis yang
buruk.1
4. Komplikasi
Penggunaan GTP tunggal pada maksila berantagonis dengan mandibula yang menggunakan
gigi tiruan sebagian akan menyebabkan beberapa komplikasi, yaitu:1
a. Sindrom kombinasi.
1) Definisi
Sindrom kombinasi adalah tampilan karakteristik yang terjadi ketika edentulous maksila
berantagonis dengan gigi anterior asli mandibula, termasuk kehilangan tulang dari bagian
anterior ridge maksila, overgrowth dari tuberositas, hyperplasia papilla dari mukosa pada
palatum keras, ekstrusi gigi anterior bawah, dan kehilangan tulang alveolar dan tinggi ridge
dibawah protesa gigi tiruan lepasan mandibula-juga disebut sindrom hiperfungsi anterior.3
Sindrom kombinasi didefinisikan sebagai kondisi yang disebabkan oleh adanya gigi anterior
rahang bawah dan tidak adanya gigi posterior dan menyebabkan resorpsi alveolar anterior
maksila yang signifikan.4

2) Etiologi
Berikut ini adalah urutan terjadinya sindrom kombinasi :1
· Pasien akan cenderung mengkonsentrasikan tekanan oklusal pada gigi asli yang masih tersisa
(anterior mandibula) untuk proprioception. Karenanya, lebih banyak tekanan bekerja pada bagian
anterior gigi tiruan maksila.
· Hal ini akan berlanjut pada peningkatan resorpsi bagian anterior maksila yang akan digantikan
dengan jaringan flabby. Bidang oklusal menjadi tilting anterior ke atas dan posterior ke bawah
karena kurangnya dukungan anterior.
· Tepi labial akan digantikan dan mengiritasi vestibulum labial menyebabkan pembentukan
epulis fissuratum.
· Pada posterior akan terdapat pertumbuhan fibrosa dari jaringan pada tuberositas maksila.
· Pergerakan bidang oklusal pada posterior ke bawah menyebabkan resorpsi pada perluasan
distal denture bearing-area mandibula.
· Karena bidang oklusal tilting, mandibula bergerak ke anterior saat oklusi.
· Dimensi vertikal saat oklusi berkurang. Retensi dan stabilisasi gigi tiruan juga berkurang.
· Tilting bidang oklusal disoccludes anterior bawah menyebabkan supraerupsi. Hal ini
mengurangi dukungan periodontal gigi anterior.
· Anterior bawah yang supraerupsi meningkatkan jumlah tekanan yang bekerja pada bagian
anterior GTP dan siklus berlanjut kembali.

3) Ciri Klinis
Ellsworth Kelly pada 1972 merupakan orang pertama yang menggunakan istilah “sindrom
kombinasi”. Dia mendeskripsikan 5 tanda atau gejala yang biasanya terjadi pada situasi ini. Lima
tanda tersebut adalah:
· resorpsi ridge anterior maksila,
· hyperplasia papilla pada palatum keras,

· hipertofi tuberositas maksila,


· ekstrusi gigi anterior mandibula,

· kehilangan tulang dibawah basis gigi tiruan sebagian lepasan.

Lima tanda klinis sindrom kombinasi


Teorinya mengatakan bahwa urutan ini dipicu oleh tekanan negatif pada gigi tiruan maksila,
yang menyebabkan ridge anterior ditarik ke atas oleh oklusi anterior, diikuti dengan kehilangan
dini tulang dari bagian anterior maksila dan pembentukan epulis fisuratum pada sulcus maksila.
Hal ini diikuti oleh hipertrofi tuberositas maksila, supraerupsi gigi anterior bawah yang tersisa
dan resorpsi posterior mandibula.
Sauders et al pada 1979 menambahkan deskripsi sindrom kombinasi dengan memasukkan
perubahan destruktif yang terjadi seperti:
· kehilangan dimensi oklusal vertikal,
· perubahan dataran oklusal,
· reposisi mandibula ke anterior,
· adaptasi yang kurang dari protesa,
· epulis fissuratum,
· perubahan periodontal

Saunders et al mengatakan bahwa urutan kejadian ini di inisiasi oleh kehilangan dukungan
posterior mandibula, menyebabkan penurunan bertahap beban oklusal posterior, meningkatnya
bebasn oklusal anterior dan akhirnya peningkatan tekanan mengakibatkan resorpso residual ridge
anterior maksilla.5

4) Perawatan
Kelly mengatakan bahwa sebelum melakukan perawatan prostetik, perubahan besar yang
sudah terjadi sebaiknya dibedah. Hal ini termasuk kondisi seperti jaringan flabby (hyperplasia),
hyperplasia papilla dan tuberositas yang membesar.
Kelly menyarankan untuk mengurangi tuberositas yang membesar untuk menjadikan gigi
tiruan sebagian rahang bawah meluas ke area retromolar pad dan area buccal shelf. Saunders et
al menyarankan splinting gigi anterior mandibula untuk menyediakan dukungan oklusal yang
postif ke gigi tiruan sebagian, kekakuan, dan stabilisasi, ketika meminimalisir tekanan yang
berlebihan pada gigi anterior asli bawah. Perawatan prostodonti ditujukan untuk menyediakan
dukungan oklusal posterior dan untuk meminimalisir tekanan oklusal pada anterior maksila.

b. Aus pada gigi asli.


Ketika gigi porselen digunakan, abrasi parah pada gigi asli antagonis akan terjadi.
Karenanya, akan sangat penting dilakukan pemilihan material gigi tiruan yang sesuai.

c. Fraktur gigi tiruan.


Fraktur gigi tiruan sering terjadi pada kasus GTP tunggal. Hal ini dikarenakan gigi tiruan
akan mendapatkan beban berlebih dari gigi asli. Faktor yang dapat menyebabkan frakturnya gigi
tiruan adalah:
· beban oklusal anterior yang berlebih.
· frenulum labial yang dalam.
· tekanan oklusal berlebih karena aksi berlebih dari masseter.

Sumber :

1. Deepak Nallaswamy. Textbook of Prosthodontics. P. 250-1, 252-5.


2. Robert W. Loney. Complete Denture Manual. P.73.
3. The Glossary of Prosthodontic Terms. 2005. P.25.
4. Journal of Implantology. Combination Syndrome : Classification and Case Report. P.139.

GIGI TIRUAN LENGKAP (FULL DENTURE)


Gigi tiruan lengkap (Full Denture) adalah alat yang menggantikan seluruh gigi baik pada
rahang atas maupun rahang bawah.
Seseorang yang telah kehilangan gigi-giginya maka akan mengalami gejala-gejala sebagai
berikut :

 Terganggunya fungsi pengunyahan

 Terganggunya fungsi bicara

 Terganggunya fungsi estetis

 Kesehatan jaringan lunak mulut terganggu

 Keadaan psikis terpengaruh

Gambar 2, Gigi tiruan pada rahang atas dan rahang bawah


GTL perlu digunakan untuk mencegah pengkerutan tulang alveolar, berkurangnya vetikal
dimensi disebabkan turunnya otot-otot pipi karena tidak adanya penyangga, dan hilangnya oklusi
sentrik.
Pada orang yang kehilangan seluruh giginya, vertikal dimensi oklusi alami akan hilang dan
mulut cendurung overclosure. Hal ini akan menyebabkan pipi berkerut dan masuk ke dalam serta
membentuk commisure. Selain itu, lidah sebagai kumpulan otot yang sangat dinamis karena
hilangnya gigi akan mengisi ruang selebar mungkin sehingga lidah akan membesar dan nantinya
dapat menyulitkan proses pembuatan gigi tiruan lengkap. Selama berfungsi rahang bawah
berusaha berkontak dengan rahang atas sehingga dengan tidak adanya gigi-gigi rahang atas dan
rahang bawah akan menyebabkan hilangnya oklusi sentrik sehingga mandibula menjadi protrusi
dan hal ini menyebabkan malposisi temporo-mandibular joint.

Indikasi pembuatan GTL adalah sebagai berikut :

1. Individu yang seluruh giginya telah tanggal atau dicabut.

2. Individu yang masih punya beberapa gigi yang harus dicabut karena kerusakan gigi yang
masih ada tidak mungkin diperbaiki.

3. Bila dibuatkan GTS gigi yang masih ada akan mengganggu keberhasilannya.

4. Keadaan umum dan kondisi mulut pasien sehat.

5. Ada persetujuan mengenai waktu, biaya dan prognosis yang akan diperoleh.

Gambar 3. Endentulous (daerah tak begigi)


Keberhasilan pembuatan GTL tergantung dari retensi yang dapat menimbulkan efek psikologis
dan dukungan jaringan sekitarnya, sehingga dapat mempertahankan keadaan jaringan normal.
Hal ini mencakup :

1. Kondisi edentulous (tidak begigi) berupa : processus alveolaris, saliva, batas mukosa
bergerak dan tidak bergerak, kompesibilitas jaringan mukosa, bentuk dan gerakan otot-
otot muka, bentuk dan gerakan lidah.
2. Ukuran, warna, bentuk gigi dan gusi yang cocok

3. Sifat dan material yang hampir sama dengan kondisi mulut

4. Penetapan atau pengaturan gigi yang benar, meliputi :

 Posisi dan bentuk lengkung deretan gigi

 Posisi individual gigi

 Relasi gigi dalam satu lengkung dan antara gigi-gigi rahang atas dan rahang bawah.
Perawatan pada pengguna GTL dapat dikatakan berhasil apabila :

 Enak dipakai, nyaman dan menyenangkan

 Dapat mengembalikan fungsi bicara, pengunyahan dan estetis

 Dapat memelihara keadaan jaringan mulut.


Faktor retensi dan stabilisasi adalah faktor yang penting dalam keberhasilan gigi tiruan lengkap.
Faktor-faktor yang mempengaruhi retensi GTL:

1. Faktor fisis: Peripherial seal, efektifitas peripherial seal sangat mempengaruhi efek
retensi dari tekanan atmosfer. Posisi terbaik peripherial seal adalah di sekeliling tepi gigi
tiruan yaitu pada permukaan bukal gigi tiruan atas, pada permukaan bukal gigi tiruan
bawah.Peripherial seal bersambung dengan Postdam pada rahang atas menjadi sirkular
seal. Sirkular seal ini berfungsi membendung agar udara dari luar tidak dapat masuk ke
dalam basis gigi tiruan (fitting surface) dan mukosa sehingga tekanan atmosfer di
dalamnya tetap terjaga. Apabila pada sirkular seal terdapat kebocoran (seal tidak
utuh/terputus) maka protesa akan mudah lepas. Hal inilah yang harus dihindari dan
menjadi penyebab utama terjadinya kegagalan dalam pembuatan protesa gigi tiruan
lengkap.Postdam, diletakkan tepat disebelah anterior garis getar dari palatum molle dekat
fovea palatina.

2. Adaptasi yang baik antara gigi tiruan dengan mukosa mulut. Ketepatan kontak antara
basis gigi tiruan dengan mukosa mulut, tergantung dari efektivitas gaya-gaya fisik dari
adhesi dan kohesi, yang bersama-sama dikenal sebagai adhesi selektif.

3. Perluasan basis gigi tiruan yang menempel pada mukosa (fitting surface). Retensi gigi
tiruan berbanding langsung dengan luas daerah yang ditutupi oleh basis gigi tiruan.

4. Residual Ridge, karena disini tidak ada lagi gigi yang dapat dipakai sebagai pegangan
terutama pada rahang atas.

5. Faktor kompresibilitas jaringan lunak dan tulang di bawahnya untuk menghindari rasa
sakit dan terlepasnya gigi tiruan saat berfungsi
Pemasangan gigi geligi yang penting terutama untuk gigi anterior (depan) karena harus
mengingat estetis (ukuran, bentuk, warna) walaupun tidak kalah pentingnya untuk pemasangan
gigi posterior (belakang) yang tidak harus sama ukurannya dengan gigi asli, tetapi lebih kecil,
untuk mengurangi permukaan pengunyahan supaya tekanan pada waktu penguyahan tidak
memberatkan jaringan pendukung.
Untuk pemasangan gigi yang harus diperhatikan adalah personality expression, umur, jenis
kelamin yang mana nantinya akan berpengaruh dalam pemilihan ukuran, warna dan kontur gigi.
Disamping itu juga perlu diperhatikan keberadaan over bite, over jet, curve von spee, curve
monson, agar diperoleh suatu keadaan yang diharapkan pada pembuatan gigi tiruan lengkap.
Gigi Tiruan Lengkap (GTL)

Gigi tiruan lengkap merupakan gigi tiruan yang dibuat untuk menggantikan semua gigi asli
beserta bagian jaringan gusi yang hilang. Pembuatan gigi tiruan lengkap memiliki beberapa
tujuan, yaitu untuk merehabilitasi seluruh gigi yang hilang serta jaringannya sehingga dapat
memperbaiki atau mengembalikan fungsi pengunyahan, bicara, estetis, dan psikis, serta
memperbaiki kelainan, gangguan, dan penyakit yang disebabkan oleh keadaan edentulous.

Swenson (1979) menyatakan bahwa pada orang yang telah kehilangan gigi-geliginya,
dimensi vertikal akan berkurang dan otot pipi akan turun karena tidak adanya penyangga. Selama
berfungsi, rahang bawah berusaha berkontak dengan rahang atas, sehingga dengan tidak adanya
gigi-gigi rahang atas dan rahang bawah akan menyebabkan hilangnya posisi sentrik dan
mandibula menjadi protrusif, yang dapat menyebabkan malposisi temporomandibular joint.

Hilangnya gigi akan menyebabkan processus alveolaris gigi tersebut mengalami


penyusutan. Processus alveolaris yang telah mengalami penyusutan tersebut disebut residual
ridge. Penyusutan processus alveolaris umumnya berjalan 2-3 minggu setelah hilangnya gigi,
namun pada beberapa orang dapat berlangsung selama beberapa bulan.

Indikasi pembuatan gigi tiruan lengkap

(1) adanya kehilangan seluruh gigi karena dicabut atau tanggal, atau masih mempunyai
beberapa gigi yang harus dicabut karena kerusakan gigi yang tidak mungkin diperbaiki,
(2) keadaan processus alveolaris masih baik,
(3) kondisi mulut pasien baik,
(4) keadaan umum pasien baik, dan
(5) pasien bersedia dibuatkan gigi tiruan lengkap.

Pembuatan Gigi Tiruan Lengkap (GTL) akan mencegah pengerutan/atropi processus


alveolaris (residual ridge) dan berkurangnya vertikal dimensi yang disebabkan turunnya otot-
otot pipi karena tidak ada penyangga dan hilangnya oklusi sentrik. Tujuan pembuatan gigi tiruan
lengkap adalah untuk merehabilitasi seluruh gigi yang hilang sehingga dapat memperbaiki dan
mengembalikan fungsi bicara, pengunyahan, estetis dan psikis serta memperbaiki kelainan,
gangguan dan penyakit yang disebabkan oleh keadaan edentulous.

Pembuatan gigi tiruan lengkap diharapkan dapat menggantikan fungsi dari gigi asli
yang telah hilang dan jaringan gigi. Keberhasilan dari pembuatan gigi tiruan lengkap tergantung
dari retensi yang dapat menimbulkan efek psikologis dan dukungan dari jaringan sekitarnya
sehingga dapat dipertahankan keadaan jaringan yang normal. Hal ini mencakup (1) kondisi
mulut edentulous berupa: processus alveolaris, saliva, batas mukosa bergerak dan tidak bergerak,
kompresibilitas jaringan mukosa, bentuk dan gerakan otot-otot muka serta bentuk dan gerakan
lidah, (2) ukuran, warna, bentuk gigi dan gusi yang cocok, (3) penetapan/pengaturan gigi yang
benar, yaitu: posisi dan bentuk lengkung deretan gigi, posisi individual gigi, dan relasi gigi yang
terjadi dalam satu lengkung dan antara gigi-gigi rahang atas dengan gigi-gigi rahang bawah, dan
sifat dan material yang hampir sama dengan kondisi mulut.

Jaringan yang tidak bergerak di dalam mulut akan dijadikan landasan bagi gigi tiruan
lengkap. Batas antara jaringan yang bergerak dan tidak bergerak disebut mucobuccal fold dan
fornik. Batas ini harus diteliti dengan seksama untuk mengetahui batas yang tepat dari gigi tiruan
lengkap yang akan dibuat.

Syarat gigi tiruan yang baik adalah (1) material tidak berbau, berasa, halus, bersih, dan
tidak mengiritasi, ukuran dan bentuk harus sesuai, serta mempunyai retensi dan stabilisasi waktu
dipakai dan berfungsi sehingga enak dipakai, (2) dapat berfungsi untuk mengunyah makanan,
mengucapkan kata dengan jelas, gerakan seperti tertawa, menguap, batuk, minum dan lain-lain,
(3) estetis dalam ukuran, bentuk, warna gigi dan gusi, (4) tidak menimbulkan gangguan atau
kelainan dan rasa sakit, dan juga (5) cukup kuat terhadap tekanan pengunyahan dan pengaruh zat
dalam makanan, minuman, cairan ludah dan obat.

Gigi tiruan lengkap yang baik harus memiliki retensi dan stabilitasasi yang baik.
Retensi adalah ketahanan dari suatu gigi tiruan terhadap daya lepas pada saat gigi tiruan tersebut
dalam keadaan diam. Stabilisasi adalah ketahanan suatu gigi tiruan terhadap daya lepas pada saat
gigi tiruan berfungsi (adanya tekanan fungsional). Menurut Soelarko dan Wahchijati (1980),
retensi didapat dari gravitasi, adhesi, tekanan atmosfer, dan surface tension, sedangkan faktor
stabilisasi GTL didapat dari pemasangan gigi-gigi pada processus alveolaris, tekanan yang
merata, balanced occlution, relief area, sliding, over jet dan over bite. Faktor retensi dan
stabilisasi adalah faktor yang penting dalam keberhasilan gigi tiruan lengkap.

Menurut Basker dkk. (1996), kekuatan retentif mencegah pengungkitan gigi tiruan dari
mukosa pendukung dan bekerja melalui 3 permukaan gigi tiruan, yaitu:
1. Permukaan oklusal (occlusal surface), yaitu bagian permukaan gigi tiruan yang berkontak atau
hampir berkontak dengan permukaan yang sesuai pada gigi tiruan lawan atau gigi asli.
2. Permukaan poles (polishing surface), yaitu bagian permukaan gigi tiruan yang terbentang dari
tepi gigi tiruan ke permukaan oklusal, termasuk permukaan palatal. Bagian basis gigi tiruan
inilah yang biasanya dipoles, termasuk permukaan bukal dan lingual gigi-geligi, dan permukaan
ini berkontak dengan bibir, pipi, dan lidah.
3. Permukaan cetakan (finishing surface), yaitu bagian permukaaan gigi tiruan yang konturnya
ditentukan oleh cetakan.

Gigi tiruan dapat berfungsi secara efisien apabila memenuhi empat faktor. Menurut Watt
dan MacGregor (1992) keempat faktor itu adalah:
1. Jaringan pendukung: adalah jaringan yang merupakan tempat gigi tiruan bertumpu, terdiri dari
jaringan yang menerima beban pengunyahan yang jatuh pada gigi tiruan.
2. Retensi: adalah ketahan gigi tiruan untuk melawan upaya penglepasannya dari mulut.
3. Seimbang dengan otot: berarti bahwa tekanan otot-otot lidah, bibir dan pipi, yang bekerja pada
gigi tiruan selama gerakan fungsional dengan gigi-gigi tidak dalam keadaan berkontak, tidak
menyebabkan terlepasnya gigi tiruan.
4. Keseimbangan oklusi: diartikan apabila tekanan yang dikeluarkan oleh gigi tiruan yang satu
kepada gigi tiruan lawannya selama gerak fungsional dengan gigi-giginya dalam keadaan
berkontak tidak menyebabkan terlepasnya gigi tiruan tersebut.

Tekanan retentif yang berperan terhadap semua permukaan tersebut adalah tekanan otot
dan tekanan fisik. Faktor-faktor yang mempengaruhi retensi gigi tiruan lengkap, terutama pada
rahang atas, yaitu:

1. Faktor fisis
a. Peripheral seal
Efektifitas peripherial seal sangat mempengaruhi efek retensi dari tekanan atmosfer.
Posisi terbaik peripherial seal adalah disekeliling tepi gigi tiruan yaitu pada permukaan bukal
gigi tiruan atas, pada permukaan bukal gigi tiruan bawah. Peripherial seal bersambung dengan
postdam pada rahang atas menjadi sirkular seal. Sirkular seal ini berfungsi membendung agar
udara dari luar tidak dapat masuk ke dalam basis gigi tiruan (fitting surface) dan mukosa
sehingga tekanan atmosfer di dalamnya tetap terjaga. Apabila pada sirkular seal terdapat
kebocoran (seal tidak utuh/terputus) maka protesa akan mudah terlepas. Hal inilah yang harus
dihindari dan menjadi penyebab utama terjadi kegagalan dalam pembuatan protesa gigi tiruan
lengkap.

b. Postdam
Postdam atau posterior palatal seal (khusus pada rahang atas), diletakkan tepat disebelah
anterior vibrating line dari palatum molle dekat fovea palatina.

2. Adaptasi yang baik antara gigi tiruan dengan mukosa mulut. Ketepatan kontak antara basis gigi
tiruan dengan mukosa mulut tergantung pada efektivitas gaya-gaya fisik dari adhesi dan kohesi,
yang bersama-sama dikenal sebagai adhesi selektif.

3. Perluasan basis gigi tiruan yang menempel pada mukosa (fitting surface). Retensi gigi tiruan
berbanding langsung dengan luas daerah yang ditutupi oleh basis gigi tiruan.
4. Residual ridge, karena tidak ada lagi gigi yang dapat dipakai sebagai pegangan terutama pada
rahang atas.

5. Faktor kompresibilitas jaringan lunak dan tulang dibawahnya untuk menghindari rasa sakit dan
terlepasnya gigi tiruan saat berfungsi.

Daftar Pustaka:

Basker RM, Davenport JC, Tomlin HR. 1996. Perawatan Prostodontik bagi Pasien Tak
Bergigi (terj.). Ed III. EGC: Jakarta.
Devlin H. 2002. Complete Dentures: A Clinical Manual for the General Dental Practicioner. Springer-
Verlag: Berlin.
Gehl DH, Dressen, OM. 1959. Complete Denture Prothesis. 4th ed. W. B. Saunders Co.: London.
Harshanur IW. 1993. Gigi Tiruan Lengkap Lepasan. EGC: Jakarta.
Hickey JC, Zarb GA. 1980. Boucher’s Prosthodontic Treatment for Edentulous Patients. Missoury:
Mosby Company.
Itjiningsih WH. 1996. Geligi Tiruan Lengkap Lepas. EGC: Jakarta.
Itjiningsih WH. 1993. Dental Teknologi. FKG Universitas Trisakti: Jakarta.
Seki T, Suzuki T, dan Hayakawa I. 2006. Influence of Midline Position and Incisal Inclination on
Esthetic Evaluation of Complete Denture Wearers. Prosthodont Res Pract 5: 150-6.
Sharry JJ. 1968. Complete Denture Prosthodontics. 2nd ed. McGraw-Hill Company: New York.
Soelarko dan Herman W. 1980. Diktat Prostodonsia Full Denture. FKG Unpad: Bandung.
Swenson MG. 1960. Complete Denture. 5th ed. C. V. Mosby Co.: St. Louis.
Utari RI. 1994. Desain dan Tehnik Mencetak pada Pembuatan Geligi Tiruan Lengkap. Hipokrates:
Jakarta.
Gigi Tiruan Penuh
BAB I
PENDAHULUAN
Ilmu Prostodonsi adalah cabang dari ilmu kedokteran gigi yang mempelajari cara penggantian
gigi yang hilang dengan suatu gigi tiruan (dental prothesis). Berdasarkan jumlah gigi yang hilang
dan diganti dengan gigi palsu (artificial teeth), maka prostodonsia dibagi menjadi dua bagian
yaitu : gigi tiruan lengkap (full denture) dan gigi tiruan sebagian (partial denture). Gigi tiruan
sebagian (partial denture) dapat dibagi lagi menjadi gigi tiruan sebagian lepasan (removable
prosthodontics) dan gigi tiruan sebagian cekat (fixed prosthodontics). Gigi tiruan lengkap (GTL)
adalah gigi tiruan yang dibuat untuk menggantikan semua gigi asli beserta bagian jaringan gusi
yang hilang, karena apabila seseorang telah hilang semua gigi geliginya, maka dapat
menghambat fungsi pengunyahan, fungsi fonetik, fungsi estetik dan dapat mempengaruhi
keadaan psikis. Tujuan pembuatan GTL adalah :
a. Merehabilitasi seluruh gigi yang hilang sehingga dapat memperbaiki atau mengembalikan
fungsi bicara, pengunyahan, estetis dan psikis.
b. Memperbaiki kelainan, gangguan dan penyakit yang disebabkan oleh keadaan edentulous.
Bagi seseorang yang telah kehilangan gigi geliginya, prosessus alveolarisnya akan mengalami
penyusutan yang disebut residual ridge. Penyusutan alveolaris biasanya berjalan 2-3 minggu,
tetapi ada yang sampai berbulan-bulan. Pembuatan GTL akan mencegah pengerutan /
atropiproces s us
alveolaris (residual ridge), mencegah berkurangnya vertikal dimensi yang
disebabkan turunnya otot-otot pipi karena tidak ada penyangga dan hilangnya oklusi sentrik.
Selama berfungsi rahang bawah (RB) berusaha berkontak dengan rahang atas (RA) sehingga
dengan tidak adanya gigi-gigi RA dan RB akan menyebabkan hilangnya oklusi sentrik.
Mandibula menjadi protusif dan hal ini menyebabkan malposisi pada temporo-mandibula joint.

Indikasi pembuatan GTL antara lain:


a. Individu yang seluruh giginya telah tanggal atau dicabut.
b. Individu yang masih punya beberapa gigi yang harus dicabut karena kerusakan
gigi yang masih ada tidak mungkin diperbaiki.
c. Bila dibuatkan GTS gigi yang masih ada akan mengganggu keberhasilannya.
d. Keadaan umum dan kondisi mulut pasien sehat.
e. Ada persetujuan mengenai waktu, biaya dan prognosa yang akan diperoleh.
Keberhasilan pembuatan GTL tergantung dari retensi dan dukungan jaringan sekitarnya,
sehingga dapat mempertahankan keadaan jaringan normal. Hal ini mencakup :
a. Kondisi edentulous berupa : processus alveolaris, saliva, batas mukosa
bergerak dan tidak bergerak, kompresibilitas jaringan mukosa, bentuk dan
gerakan otot-otot muka, bentuk dan gerakan lidah.
b. Ukuran, warna, bentuk gigi dan gusi yang cocok
c. Sifat dan material yang hampir sama dengan kondisi mulut
d. Penetapan / pengaturan gigi yang benar, meliputi :
•Posisi dan bentuk lengkung deretan gigi
•Posisi individual gigi
•Relasi gigi dalam satu lengkung dan antara gigi-gigi RA dan RB
e. Sifat dan material yang hampir sama dengan kondisi mulut.
Jaringan yang tidak bergerak di dalam mulut akan dijadikan landasan bagi gigi tiruan lengkap.
Batas antara jaringan yang bergerak dan tidak bergerak disebut mucobuccal fold danfor nik.
Batas ini harus diteliti dengan seksama untuk mengetahui batas yang tepat dari gigi tiruan
lengkap yang akan dibuat. Perawatan pada pengguna GTL dapat dikatakan berhasil apabila enak
dipakai, nyaman dan menyenangkan, dapat mengembalikan fungsi bicara, pengunyahan dan
estetis, serta dapat memelihara keadaan jaringan mulut.

BAB II
ISI

Full denture (complete denture) atau gigi tiruan lengkap menurut Soelarko
dan Herman (1980), adalah suatu gigi tiruan yang menggantikan seluruh gigi pada lengkung
rahang sehingga dikenal dengan istilah upper full denture yaitu gigi tiruan penuh rahang atas
serta lower full denture yaitu gigi tiruan penuh rahang bawah. Indikasi pembuatan gigi tiruan
lengkap adalah :
a. Individu yang seluruh giginya telah tanggal atau dicabut.
b. Individu yang masih punya beberapa gigi yang harus dicabut karena kesehatan
atau kerusakan gigi yang masih ada tidak mungkin diperbaiki.
c. Bila dibuatkan GTS gigi yang masih ada akan mengganggu keberhasilannya.
d. Kondisi umum dan kondisi mulut sehat.
e. Ada persetujuan mengenai waktu, biaya dan prognosa yang akan diperoleh.
Pasien tidak bergigi mempunyai kecenderungan untuk memajukan mandibula secara tidak
sengaja dan berusaha untuk berkontak dengan rahang atas. Hal ini dikarenakan adanya
perubahan/pengurangan dimensi vertikal dan tidak adanya sentrik posisi. Sehingga jika pasien
dibuatkan gigi tiruan lengkap maka dimensi vertikal danphysiological rest position akan kembali
seperti pada saat gigi asli ada.
Retensi dapat didefinisikan sebagai kekuatan menahan dari suatu gigi tiruan terhadap daya lepas
pada saat gigi tiruan tersebut dalam keadaan diam. Pemeriksaan retensi dilakukan dengan
memasangkan gigi tiruan kuat-kuat dalam mulut dan mencoba melepaskannya dengan gaya
tegak lurus terhadap bidang oklusal. Bila gigi tiruan dapat bertahan terhadap gaya-gaya tersebut,
berarti gigi tiruan mempunyai retensi yang cukup.

Gaya-gaya fisik yang berhubungan dengan retensi GTL adalah :


1. Tekanan permukaan, meliputi gaya adhesi antara saliva dan gigi tiruan serta
mukosa.
2. Gaya-gaya dalam cairan, meliputi tegangan permukaan saliva, gaya-gaya
kohesi dalam cairan saliva, dan viskositas saliva, semua mempengaruhi retensi gigi tiruan dan
berhubungan erat dengan ketepatan kontak basis terhadap jaringan
3. Tekanan atmosfer, yaitu tekanan atmosfer menahan gaya-gaya yang akan
melepaskan gigi tiruan asalkan ada peripherial seal yang utuh.
Menurut Basker dkk (1996), kekuatan retentif memberikan kekuatan terhadap pengungkitan gigi
tiruan dari mukosa pendukung dan bekerja melalui 3 permukaan gigi tiruan antara lain:
a. Permukaan oklusal (occlusal surface) : bagian permukaan gigi tiruan yang berkontak atau
hampir berkontak dengan permukaan yang sesuai pada gigi tiruan lawan atau gigi asli.
b. Permukaan poles (polishing surface): bagian permukaan gigi tiruan yang terbentang dari tepi
gigi tiruan ke permukaan oklusal, termasuk permukaan palatal. Bagian basis gigi tiruan inilah
yang biasanya dipoles, termasuk permukaan bukal dan lingual gigi-geligi, dan permukaan ini
berkontak dengan bibir, pipi, dan lidah.
c. Permukaan cetakan (finishing surface): bagian permukaaan gigi tiruan yang konturnya
ditentukan oleh cetakan. Bagian ini mencakup tepi gigi tiruan yang terbentang ke permukaan
poles.

Tekanan retentif yang berperan terhadap semua permukaan adalah tekanan otot dan tekanan fisik.

Faktor retensi dan stabilisasi adalah faktor yang penting dalam keberhasilan GTL. Faktor-faktor
yang mempengaruhi retensi GTL, terutama GTL rahang atas:
1. Faktor fisis:
a.Peripherial seal, efektifitas peripherial seal sangat mempengaruhi efek retensi dari tekanan
atmosfer. Posisi terbaik peripherial seal adalah disekeliling tepi gigi tiruan yaitu pada permukaan
bukal gigi tiruan atas, pada permukaan bukal dan lingual gigi tiruan bawah.
b.Postdam, diletakkan tepat disebelah anterior garis getar dari palatum molle dekat fovea
palatine.
2. Adaptasi yang baik antara gigi tiruan dengan mukosa mulut. Ketepatan kontak antara basis
gigi tiruan dengan mukosa mulut, tergantung dari efektivitas gaya- gaya fisik dari adhesi dan
kohesi, yang bersama-sama dikenal sebagai adhesi selektif.
3. Perluasan basis gigi tiruan yang menempel pada mukosa (fitting surface). Retensi gigi tiruan
berbanding langsung dengan luas daerah yang ditutupi oleh basis gigi tiruan.
4.Residual Ridge, karena disini tidak ada lagi gigi yang dapat dipakai sebagai pegangan terutama
pada rahang atas.
5. Faktor kompresibilitas jaringan lunak dan tulang dibawahnya untuk menghindari rasa sakit
dan terlepasnya gigi tiruan saat berfungsi.

Stabilisasi pada gigi tiruan lengkap merupakan kekuatan menahan dari suatu gigi tiruan terhadap
kekuatan daya lepas pada saat gigi tiruan berfungsi (adanya tekanan fungsional). Tercapainya
suatu hasil yang diinginkan, maka diperlukan suatu alat yang disebut artikulator yang dapat
mewakili rahang pasien. Adapun jenis artikulator yang digunakan disini adalah artikulator jenis
simple anatomical type, yang disebut Free Plane Articulator yang terdiri dari bagian upper
member, lower member, incisal guide pindan mounting tabel.

Anda mungkin juga menyukai