Anda di halaman 1dari 8

II

KAJIAN KEPUSTAKAAN

2.1 Sistem Kerangka Unggas

Osteologi adalah ilmu yang mempelajari kerangka atau skeleton. Struktur

kerangka pada unggas terdiri atas tulang-tulang yang padat, ringan dan sangat

kuat. Pada umumnya tulang panjang pada unggas memiliki rongga yang

membuatnya menjadi ringan, dan kebanyakan dari tulang tersebut menyatu dan

membentuk struktur yang sangat kuat sebagai tempat perlekatan bagi otot yang

digunakan untuk terbang (Card, 1960). Kerangka ayam berfungsi menyokong

tubuh, tempat pertautan otot, melindungi organ vital, tempat diproduksi sel darah

merah dan sel darah putih pada sumsum, membantu pernafasan dan meringankan

tubuh saat terbang (North, 1978).

Berdasarkan karakteristiknya kerangka unggas bersifat spesifik yakni

ringan dan berisi udara yang sesuai dengan fungsinya untuk bergerak, berjalan

dan terbang. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Akoso (1993), kerangka

unggas kompak, ringan beratnya dan sangat kuat. Susunan tulang memiliki

partikel yang padat dengan bobot yang ringan dan kuat, sehingga beberapa unggas

mampu untuk terbang atau berenang seperti pada unggas air.

Nasheim dkk (1979), menjelaskan bahwa tulang unggas merupakan tipe

yang sangat unik karena dirongga dalamnya terdapat sumsum tulang. Hal tersebut

juga diungkapkan oleh Suprijatna dkk (2008) bahwa produksi telur pada ayam

memerlukan kecukupan kalsium karbonat untuk membentuk kerabang. Sehingga

untuk memenuhi kebutuhan tersebut terdapat suatu struktur tulang yang disebut

medullary bones (tulang pipa) yaitu tibia, tibia, femur, pubic, sternum, ribs, ulna
dan scapula.tulang ini mempunyai rongga sumsum dengan tulang yang halus yang

saling terjalin dengan baik, yang fungsinya sebagai tempat penimbunan kalsium.

Susunan tulang ayam terdiri atas bagian-bagian sebagai berikut:

 Vertebrae cervicalisatau tulang leher (13-14 ruas) yang berguna untuk

menggerakan leher

 Vertebrae columnalisatau vertebrae dorsalis atau tulang punggung (7 ruas)

 Vertebrae pygostyledan urostylus, yaitu tulang ekor yang membentuk

coccygeal (4 ruas)

 Tulang rusuk sebanyak 7 buah

 Pada sayap terdapat tiga jari, tetapi hanya satu yang berkembang

 Tulang pubis, yang terdiri atas vertebrae sacraldan vertebrae

lumbal masing-masing 7 buah yang menyebabkan tulang ini menjadi

elastis saat terjadinya peneluran.

Menutut Kardong (2002), unggas memiliki sepasang ekstremitas anterior

yang merupakan sayap yang terlipat seperti huruf Z, pada saat tubuh tidak

terbang. Ektremitas posterior berupa kaki, otot daging paha kuat, sedang bagian

bawahnya bersisik dan bercakar. Hal tersebut dijelaskan menurut North (1978),

yaitu fungsi kerangka tangan dan lengan pada manusia menyerupai pada kaki

unggas. Tulang metatarsus merupakan pengganti jari pada kaki unggas yang

berbentuk panjang dan menyatu pada bagian.

2.2 Anatomi dan Morfologi Eksterior Ayam Broiler

Ayam pedaging atau broiler adalah ayam jantan atau betina muda yang di

bawah umur 8 minggu ketika dijual dengan bobot tubuh tertentu mempunyai

pertumbuhan yang cepat serta mempunyai dada lebar dengan timbunan daging
yang banyak. Jadi ayam yang pertumbuhannya cepat itulah yang dimasukkan

dalam kategori ayam pedaging atau broiler (Rasyaf, 2006).

Ayam broiler adalah istilah yang dipakai untuk menyebut ayam hasil

budidaya teknologi yang memiliki karakter ekonomi dengan ciri khas

pertumbuhan cepat, penghasil daging dengan konversi pakan irit dan siap

9 potong pada usia relatif muda. Pada umumnya ayam broiler siap dipotong pada

usia 35-45 hari (Murtidjo, 1987).

Ayam broiler dan ayam pedaging dapat menghasilkan relatif banyak daging dalam

waktu yang singkat.Ciri-cirinya adalah sebagai berikut:

1. Ukuran badan ayam pedaging relatif besar, padat, kompak, dan

2. berdaging penuh, sehingga disebut tipe berat.

3. Jumlah telur relatif sedikit.

4. Bergerak lambat dan tenang.

5. Biasanya lebih lambat mengalami dewasa kelamin.

6. Beberapa jenis ayam pedaging, mempunyai bulu kaki dan masih suka

mengeram (Rahayu, 2011).

Ayam broiler memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihannya adalah

dagingnya empuk, ukuran badan besar, bentuk dada lebar, padat dan berisi,

efisiensi terhadap pakan cukup tinggi, sebagian besar dari pakan diubah menjadi

daging dan pertambahan bobot badan sangat cepat. Sedangkan kelemahannya

adalah memerlukan pemeliharaan secara intensif dan cermat, relatif lebih peka

terhadap suatu infeksi penyakit dan sulit beradaptasi (Murtidjo, 1987).

Ayam broiler mampu memproduksi daging secara optimal dengan hanya

mengkonsumsi pakan dalam jumlah relatif sedikit. Ciri-ciri ayam broiler antara
lain: ukuran badan relatif besar, padat, kompak, berdaging penuh, produksi telur

rendah, bergerak lamban, dan tenang serta lambat dewasa kelamin.

Ayam broiler baru dikenal menjelang periode 1980-an, sekalipun galur

murninya sudah diketahui pada tahun 1960-an ketika peternak mulai

memeliharanya. Akan tetapi, ayam broiler komersial seperti sekarang ini memang

baru populer pada periode 1980-an. Sebelum ayam yang dipotong adalah ayam

petelur seperti ayam White Leghorn jengger tunggal. Pada akhir periode 1980-an

pemegang kekuasaan mencanangkan penggalakan konsumsi daging ayam untuk

menggantikan atau membantu konsumsi daging ruminansia yang saat itu semakin

sulit keberadaannya. Dari sinilah ayam broiler komersial atau ayam broiler final

stock mulai dikenal dan secara perlahan mulai diterima orang (Rasyaf, 2006).

2.3 Anatomi dan Morfologi Eksterior Ayam Layer

Ayam petelur merupakan ayam yang dipelihara khusus untuk diambil

telurnya. Ayam petelur memiliki macam-macam strain. Strain ayam petelur yang

ada di Indonesia antara lain isa brown ross brown, lohman dan rosella

(Sudarmono, 2007). Peternak Indonesia banyak menggunakan ayam ras petelur

yang merupakan hasil persilangan. Ayam ras petelur merupakan hasil persilangan

antara ayam arab betina dengan ayam kampung pejantan (Krista dan Bagus,

2013).

Penggunaan ayam ras petelur memiliki kekurangan dan kelebihan. Ayam

ras petelur memiliki kelebihan yaitu laju pertumbuhan sangat cepat yaitu pada

umur 4,5 – 5,0 bulan sudah mencapai dewasa kelamin, kemampuan memproduksi

telur cukup tinggi yaitu 250-350 butir/tahun dengan bobot telur 50 – 60

gram/butir, dan kemampuan ayam ras petelur memanfaatkan ransum cukup tinggi,
sedangkan kelemahannya adalah kemampuan adaptasi yang rendah sehingga perlu

penanganan yang lebih intensif dan memerlukan kualitas pakan yang tinggi

(Sudarmono, 2007). Ciri-ciri ayam petelur produktif adalah mata bening, bulu

cerah,sayap kuat, kaki dapat berdiri dengan tegak, kloaka bersih, tidak ada kotoran

disekitar anus, lincah, aktif, nafsu makan dan minum normal.

Ayam ras petelur dibagi menjadi 4 fase pemliharaan yaitu fase starter (0-6

minggu), fase grower (6 – 14 minggu), fase pullet/dara (14 – 20 minggu) dan fase

layer (20 – 75 minggu) (Yuwanta, 2004). Ayam ras petelur akan mulai bertelur

pada umur 22 minggu hingga masa afkir (Rahayu dkk, 2011). Ayam akan bertelur

jika ransum yang diberikan sesuai dengan kebutuhan. Kebutuhan nutrisi untuk

ayam petelur berumur lebih dari 18 minggu adalah Energi Metabolisme (EM)

2850 kkal/kg dan Protein 16% (NRC, 1994).

2.4 Anatomi dan Morfologi Eksterior Ayam Kampung

Ayam kampung merupakan salah satu jenis ternak unggas yang telah

memasyarakat dan telah tersebar diseluruh pelosok nusantara. Bagi masyarakat

indonesia, ayam kampung sudah bukan hal yang asing. Untuk membedakanya,

kini dikenal dengan istilah ayam buras (singkatan dari “ayam bukan ras”).

Keunggulan dan kelemahan ayam kampung adalah sebagai berikut:

a. Keunggulan:

1. Ayam kampung yang dilepas bebas biasanya memiliki tingkat kekebalan

tubuh yang tinggi dan menghemat biaya makanan.

2. Umumnya ayam cukup diberi makan pagi hari saat akan dilepas berupa

sisa-sisa makanan dan tambahan bekatul secukupnya.

3. Selebihnya ayam dianggap dapat mencari makan sendiri disekitar rumah.


b. Kelemahan

a. Kelemahannya diantaranya yaitu ayam lambat untuk berkembang biak

lebih banyak, karena tingkat kematian pada anak ayam relatif lebih anak

ayam relatif lebih tinggi. Waktu mengasuh terlalu lama yang berarti

mengurangi produktifitas.

b. Kendali akan keberadaan ayam kurang, sehingga kemungkingan dimangsa

predator maupun hilang lebih tinggi. Cara pemeliharaan ini kurang

produktif ( Anwar, 2011).

Sosok ayam kampung mudah dibedakan dari ayam ras dan ayam buras

lainnya. Pertama, corak dan warna bulunya yang beragam menjadi ciri khas ayam

kampung. Dibandingkan dengan ayam ras, ayam kampung juga jauh lebih lincah

dan aktif bergerak. Bahkan, jika dipelihara secara umbaran, terbiasa hinggap atau

istirahat di dahan pohon yang cukup tinggi. Selain itu, ukuran tubuhnya juga lebih

kecil dibandingkan dengan ayam ras. Bagi mereka yang tinggal di lingkungan

yang memelihara ayam kampung, pasti sudah tidak asing dengan sosok ayam ini
DAFTAR PUSTAKA

Akoso, B.T. 1998. Kesehatan Unggas. Kanisius. Yogyakarta.

Suprijatna E, U Atmomarsono,R Kartasudjana (2008). Ilmu dasar ternak Unggas.

Penebar, swadaya, Jakarta.

Akoso, B. T., 1993. Manual Kesehatan Unggas. Penerbit kanisius, Yogyakarta.

Nesheim, M.C., R.E. Austic dan L.E. Card. 1979. Poultry Production. 12th ed. Lea

and Febiger. Philadelphia.

North, M. O., 1978. Commercial Chicken Production Manual. 3rd ed. AVI Pub.

Co. Inc., Westport, Connecticut.

Card, E.L. 1960. Production. Lea & Febiger, Philadelphia.

Rasyaf, M. 2006. Berternak Ayam Pedaging. Cet. K-26. Penebar Swadaya,

Jakarta.

Kardong, K.V. 2002. Vertebrates Comparative Anatomy, Function,

Evolution. North America, McGraw-Hill. Companies, Inc.

Murtidjo, B. A., 1987. Berternak Ayam Pedaging. Kanisius, Yogtakarta.


Rahayu, I., Sudaryani T., Santosa H. 2011. Panduan Lengkap Ayam. Penebar

Swadaya. Jakarta.

Sudarmono, A. S. 2003. Pedoman Pemeliharaan Ayam Ras Petelur. Jakarta:

Penerbit Kanisius. Hal: 22; 49; 64-82.

Krista, B. dan Bagus, H. 2013. Ayam Kampung Petelur. AgroMedia Pustaka.

Jakarta.

Yuwanta, Tri. 2004. Dasar Ternak Unggas. Kanisius. Yogyakarta.

NRC. 1994. Nutrien Requirements of Poultry. 9th ed. National Academy Press.

Washington.D.C
Kholid, Anwar. 2011. Panduan Sukses Beternak dan Bisnis Ayam Kampung.

Yogyakarta: Penerbit Pinang Merah.

Anda mungkin juga menyukai