Anda di halaman 1dari 22

REAKAYASA LALU LINTAS

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Jalan raya merupakan sarana atau tempat untuk dilalui kendaraan baik itu kendaraan
bermotor ataupun sejenisnya yang melalui suatu jalan tersebut sehingga jalan raya
merupakan sarana yang sangat penting yang berpengaruh dalam segala aspek kehidupan.
Dari segi manapun jalan raya merupakan penggerak suatu ekonomi dan kemajuan dari suatu
Negara. Ada tiga komponen terjadinya lalu lintas yaitu manusia sebagai pengguna,
kendaraan dan jalan yang saling berinteraksi dalam pergerakan kendaraan yang memenuhi
persyaratan kelaikan dikemudikan oleh pengemudi mengikuti aturan lalu lintas yang
ditetapkan berdasarkan peraturan perundangan yang menyangkut lalu lintas dan angkutan
jalan melalui jalan yang memenuhi persyaratan geometrik.

Seringkalinya kita melihat permasalahan lalulintas yang ada disekitar kita mungkin
jalan banyak yang berlubang, arus kendaraan yang terlalu banyak sehingga terjadi macet
atau tidak adanya alat lalulintas yang memadai. Permasalahan yang sering terjadi di sekitar
kita mungkin salah satunya ada yang tadi disebut. Sehingga kita merasa kurang nyaman
memakai atau melalui jalan tersebut.

Untuk mengatasi kemacetan dan konflik lalu-lintas tersebut diperlukan suatu sistem
penentuan fase dan pengaturan lalu-lintas yang baik dan sangat berpengaruh pada
kelancaran, kenyamanan, dan keselamatan bagi kendaraan yang melewati jalan tersebut.
Sistem penentuan fase dan pengaturan lalu-lintas biasanya lebih ditekankan pada lokasi-
lokasi dimana terjadi pertemuan-pertemuan jalan atau persimpangan jalan. Karena pada
pertemuan dua jalan atau lebih ini mengakibatkan adanya titik konflik yang akhirnya terjadi
kemacetan lalu-lintas.
1.2 Maksud dan Tujuan

Maksud dari makalah ini adalah untuk melihat sampai sejauh mana karaketeristik dan
kinerja simpang dari soal yang diberikan oleh asisten Rekayasa Lalu Lintas. Sedangkan
tujuan dari makalah ini adalah :

1.) Untuk mengetahui kapasitas suatu simpang.

2.) Untuk Menentukan waktu sinyal pada suatu simpang.

3.) Untuk mengetahui perilaku lalu lintas

4.) Untuk mengetahui penggunaan sinyal pada simpang


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengendalian Persimpangan Dengan APILL (Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas)

Banyak bentuk kontrol lalu lintas yang dikembangkan untuk mengurangi jumlah
konflik dan meningkatkan keamanan pada persimpangan jalan., tetapi yang jelas paling
penting adalah lampu (sinyal) pengatur lalu lintas. Disamping kontrol ini mencegah arus
berjalan terus, dengan mengatur kesempatan untuk kendaraan berjalan setelah dihentikan
dengan urutan tertentu pada arus lalu lintas yang mengalami konflik, tetapi kontrol ini juga
mempunyai keuntungan dibanding bentuk-bentuk kontrol persimpangan jalan lainnya.

Pengertian dari APILL adalah sebagai berikut :

a. Alat pemberi isyarat Lalu Lintas (APILL) adaah suatu perangkat peralatan teknis yang
menggunakan isyarat lampu untuk mengatur lalu lintas di persimpangan atau pada
ruas.
b. Prinsip dasar dari persimpangan yang diatur dengan APILL ini adalah mengendalikan
konflik yang terjadi pada suatu simpang dengan suatu isyarat lampu dengan cara
mengatur pelepasan lalu lintas pada masing-masing kaki persimpangan.
c. Fungsi utama APILL atau lampu pengatur lalu lintas adalah mengurangi konflik-
konflik yang terjadi pada persimpangan dengan menghentikan beberapa pergerakan
arus kendaraan dan pada saat bersamaan memberikan kesempatan bagi arus kendaraan
lain untuk bergerak.
d. Tujuan dari APILL atau pemakaian lampu pengatur lalu lintas adalah mengurangi
tundaan dan panjang antrian sehingga dapat meningatkan kapasitas persimpangan.

Ada dus jenis sistem utama dalam pengoperasian sinyal lalu lintas, yaitu sistem sinyal
fixed-time dan traffic responsive.

a. Sistem sinyal fixed-time adalah sistem operasi sinyal yang menggunakan waktu siklus
tetap, modifikasi dari waktu siklus tetap ini dapat disetting untuk periode waktu
tertentu.
b. Sistem sinyal traffis responsive adalah sistem operasi sinyal yang menggunakan
setting waktu siklus yang berubah-ubah sesuai kondisi arus lalu lintas yang ada.

2.2 Tujuan Pengaturan Simpang Bersinyal

Simpang bersinyal dalam kaitannya dengan konsep kapasitas perlu mempertimbangkan


adanya alokasi waktu pada simpang bersinyal tersebut. Metodologi yang digunakan dalam
melakukan perhitungan kinerja simpang bersinyal didasarkan pada kapasitas simpang,
tingkat pelayanan pada pendekat dan tingkat pelayanan pada simpang. Pada umumnya
pengaturan lalu lintas dengan menggunakan sinyal digunakan untuk beberapa tujuan, yang
anatara lain :

a. Menghindari terjadinya kemacetan pada simpang yang disebabkan oleh adanya


konflik arus lalu lintas yang dapat dilakukan dengan menjaga kapasitas yang
tertentu selama kondisi lalu lintas puncak.
b. Memberi kesempatan kepada kendaraan lain dan atau pejalan kaki dari jalan
simpang yang lebih kecil untuk memotong jalan utama.
c. Mengurangi terjadinya kecelakaan lalu lintas akibat pertemuan kendaraan yang
berlawanan arah.

2.3 Karakteristik Simpang Bersinyal

Untuk sebagian besar fasilitas jalan, kapasitas dan tingkat kinerja dari keadaan
geometrik dan tuntutan arus lalu lintas. Maksud dari penggunaan simpang lalu lintas
adalah untuk memisahkan lintasan dari gerakan-gerakan lalu lintas yang datang dari
berbagai arah yang saling berpotongan. Warna dari nyala sinyal lalu lintas yang umum
digunakan adalah merah, kuning dan hijau. Agar mendapatkan kapasitas pengaliran dan
tundaan yang optimal diperlukan pengaturan pada waktu penyalaan lampu-lampu tersebut.
Beberapa istilah yang dipergunakan dalam pengendalian waktu penyalaan lampu lalu
lintas antara lain adalah periode antar hijau, waktu merah semua dan waktu siklus.

2.4 Kapasitas Simpang


Menurut MKJI 1997, perhitungan kapasitas dapat dibuat dengan pemisahan jalur tiap
pendekat, pada satu lengan dapat terdiri dari satu atau lebih dari penddekta, misal dibagi
menjadi dua, atau lebih sub pendekat.
Kapasitas (C) dari suatu pendekat simpang bersinyal dapat dinyatakan sebagai berikut :
𝑔
Kapasitas Simpang Bersinyal C = S × 𝑐

Dimana :

C = Kapasitas Pendekat (smp/jam)

S = arus Jenuh (smp/jam hijau)

g = Waktu Hijau (detik)

c = Waktu Siklus

Mencari Harga S = arus jenuh (smp/jam)

Arus disesuaikan (S) dinyatakan sebagai hasil perkalian dari arus jenuh dasar (So)
untuk standard, dengan faktor penyesuaian (F) untuk penyimpangan dari kondisi
sebenarnya, dari suatu kumpulan kondisi-kondisi (ideal) yang telah ditetapkan
sebelumnya. Arus Jenuh disesuaikan diformulasikan sebagai berikut :

Nilai Arus jenuh S = So × 𝐹𝐶𝑆 × 𝐹𝑆𝐹 × 𝐹𝐺 × 𝐹𝑃 × 𝐹𝑅𝑇 × 𝐹𝐿𝑇

Arus Jenuh Dasar Kaki Simpang (smp/jam) = So

Untuk pendekat Terlindung (P = protected) arus jenuh dasar So ditentukan sebagai fungsi
dari lebar efektif pendekat (We) yang diformulasikan seperti berikut ini :

Untuk Pendekat (P) maka So = 600 × 𝑊𝑒

 Faktor pengaruh ukuran Kota besar yang memiliki jumlah penduduk (juta) 1,0 –
3,0, Fcs = 1,00
 Faktor Pengaruh Hambatan Samping sedang pada Lingkungan Jalan Komersial
yang jenis fasenya terlindung memiliki rasio jumlah kendaraan tidek bermotor
terhadap jumah kendaraan bermotor yaitu sebesar 0,94.
 Faktor Pengaruh Gradien Memanjang 𝐹𝐺 = 1 untuk semua kode arah pendekatan
 Faktor Pengaruh Jarak Parkir 𝐹𝑃 = 1 untuk semua kode arah pendekatan
 Faktor Koreksi Pengaruh proporsi belok kiri 𝐹𝐿𝑇 = 1,0 – (𝑃𝐿𝑇 × 0,16)
 Faktor Koreksi Pengaruh proporsi belok kanan 𝐹𝑅𝑇 = 1,0 + (𝑃𝑅𝑇 × 0,26)

2.5 Derajat Kejenuhan (Waktu puncak pada Kondisi Awal)

𝑄 ×𝑐
DS =
𝑆 ×𝑔

Smp yang digunakan untuk Q adalah :

 LV (KR) = 1, HV (KB) = 1,3


 SM (MC) = 0,2 (protected)

Dimana DS = Derajat Kejenuhan

g = waktu hijau (detik)

c = waktu siklus

Q = Arus Lalu Lintas (smp/jam)

S = Arus Jenuh (smp/jam hijau)

KR = Kendaraan Ringan = LV

KB = Kendaraan Berat = HV

2.5 Panjang Antrian

Jumlah rata-rata antrian smp pada awal sinyal hijau (NQ) dihitung sebagai jumlah smp
yang tersisa dari fase hijau sebelumnya (NQ1) ditambah jumlah smp yang datang selama
fase merah (NQ2)

NQ = NQ1 +NQ2

Dengan :

8𝑥(𝐷𝑆−0,5)
NQ1 = 0,25 x C x [(𝐷𝑆 − 1) + √(𝐷𝑆 − 1)2 + ]
𝐶

jika DS > 0,5; selain dari itu NQ1 = 0


1−GR Q
NQ2 = c x x
1−GR x DS 3600

dimana:

NQl jumlah smp yang tertinggal dari fase hijau sebelumnya.

NQ2 jumlah smp yang datang selama fase merah.

DS derajat kejenuhan

GR rasio hijau

c waktu siklus (det)

C kapasitas (smp/jam) = arus jenuh kali rasio hijau (S × GR)

Q arus lalu-lintas pada pendekat tersebut (smp/det)

Untuk keperluan perencanaan, Manual memungkinkan untuk penyesuaian dari nilai rata-
rata ini ketingkat peluang pembebanan lebih yang dikehendaki.

Panjang antrian (QL) diperoleh dari perkalian (NQ) dengan luas rata-rata yang
dipergunakan per smp (20m2) dan pembagian dengan lebar masuk.

20
QL = NQMAX x
Wmasuk

2.6 Tundaan Persimpangan

Tundaan pada suatu simpang dapat terjadi karena dua hal:

1.TUNDAAN LALU LINTAS (DT) karena interaksi lalu-lintas dengan gerakan lainnya
pada suatu simpang.

2. TUNDAAN GEOMETRI (DG) karena perlambatan dan percepatan saat membelok


pada suatu simpang dan/atau terhenti karena lampu merah.
Tundaan rata-rata untuk suatu pendekat j dihitung sebagai:

Dj = DTj + DGj

dimana:

Dj = Tundaan rata-rata untuk pendekat j (det/smp)

DTj = Tundaan lalu-lintas rata-rata untuk pendekat j (det/smp)

DGj = Tundaan geometri rata-rata untuk pendekat j (det/smp)

Tundaan lalu-lintas rata-rata pada suatu pendekat j dapat ditentukan dari rumus berikut
(didasarkan pada Akcelik 1988):

0,5 x (1−GR)2 NQ1 x 3600


DT =cx +
(1−GR x DS) C

dimana:

DTj = Tundaan lalu-lintas rata-rata pada pendekat j (det/smp)

GR = Rasio hijau (g/c)

DS = Derajat kejenuhan

C = Kapasitas (smp/jam)

NQ1 = Jumlah smp yang tertinggal dari fase hijau sebelumnya.

Perhatikan bahwa hasil perhitungan tidak berlaku jika kapasitas simpang dipengaruhi oleh
faktor-faktor "luar" seperti terhalangnya jalan keluar akibat kemacetan pada bagian hilir,
pengaturan oleh polisi secara manual dsb.
Tundaan geometri rata-rata pada suatu pendekat j dapat diperkirakan sebagai berikut

DGj = (1-psv) × PT × 6 +(psv×4)

dimana:

DGj = Tundaan geometri rata-rata pada pendekat j (det/smp)

Psv = Rasio kendaraan terhenti pada suatu pendekat

PT = Rasio kendaraan membelok pada suatu pendekat

Nilai normal 6 detik untuk kendaraan belok tidak berhenti dan 4 detik untuk yang berhenti
didasarkan anggapan-anggapan: 1) kecepatan = 40 km/jam; 2) kecepatan belok tidak
berhenti = 10 km/jam; 3) percepatan dan perlambatan = 1,5 m/det2; 4) kendaraan berhenti
melambat untuk meminimumkan tundaan, sehingga menimbulkan hanya tundaan
percepatan.
BAB III

DATA

3.1 Data Geometrik:

 Hambatan Samping : Sedang


 Tipe lingkungan jalan : komersial
 Median : Ya
 Belok kiri langsung untuk semua lengan simpang
 Tipe Pendekat terlindung
 Waktu siklus simpang : 4 fase
3.2 Data Arus Lalu Lintas
Ruas Utara

Sepeda Motor Mobil Penumpang Bus Sedang Bus Besar Kendaraan Tidak
Arah
(Kend/jam) (Kend/jam) (Kend/jam) (Kend/jam) Bermotor(Kend/jam)

Belok Kiri 859 456 3 1 2


Lurus 2859 875 10 4 1
Belok Kanan 1658 954 15 6 2

Ruas Timur
Sepeda Motor Mobil Penumpang Bus Sedang Bus Besar Kendaraan Tidak
Arah
(Kend/jam) (Kend/jam) (Kend/jam) (Kend/jam) Bermotor(Kend/jam)
Belok Kiri 776 137 1 0 1
Lurus 858 262 3 1 0
Belok Kanan 497 286 4 2 1

Ruas Selatan
Sepeda Motor Mobil Penumpang Bus Sedang Bus Besar Kendaraan Tidak
Arah
(Kend/jam) (Kend/jam) (Kend/jam) (Kend/jam) Bermotor(Kend/jam)
Belok Kiri 655 348 2 1 2
Lurus 2180 667 8 3 1
Belok Kanan 1264 727 11 5 2

Ruas Barat
Sepeda Motor Mobil Penumpang Bus Sedang Bus Besar Kendaraan Tidak
Arah
(Kend/jam) (Kend/jam) (Kend/jam) (Kend/jam) Bermotor(Kend/jam)
Belok Kiri 595 316 2 1 1
Lurus 1981 606 7 3 1
Belok Kanan 1149 661 10 4 1

3.3 Data Signal Lampu Lalu Lintas


Durasi Nyala Lampu (detik)
No Nama Kaki Simpang
Merah Hijau Kuning ALL RED
1 Utara 350 70 2 3
2 Timur 360 60 2 3
3 Selatan 365 55 2 3
4 Barat 285 135 2 3
BAB IV
ANALISA & PEMBAHASAN

4.1 Analisa SIG 1

Informasi untuk mengisi formulir SIG-1:

- Kode Pendekat
Gunakan Utara, Selatan, Timur, dan Barat
- Tipe Lingkungan
Masukkan tipe lingkungan jalan seperti yang sudah tertera pada soal, untuk komersial
ditulis COM
- Tingkat hambatan samping
Masukkan tingkat hambatan samping seperti yang sudah tertera pada soal, untuk sedang
ditulis S
- Median
Masukkan ‘Ya’ karena pada soal sudah tertera bahwa ada median sebagai pembatas ruas
jalan
- Belok kiri langsung
Masukkan ‘Ya’ karena pada soal sudah tertera
- Lebar pendekat
Lebar pendekat dibagi menjadi:
 Wa : untuk mencari nilai Wa, kita lihat dari jarak ruas yang mendekati simpang.
Contoh: untuk arah utara, nilai Wa ialah 8 m
 Wmasuk : untuk Wmasuk hamper sama dengan Wa, Wmsuk ialah jarak ruas yang
mendekati simpang.
Contoh: untuk arah utara, nilai Wmasuk ialah 8 m
 WLTOR : untuk mencari WLTOR, kita lihat jarak ruas untuk berbelok kiri langsung dari
tiap arah.
Contoh: untuk arah utara, nilai WLTOR ialah 4 m
 Wkeluar : untuk mencari nilai Wkeluar, kita lihat jarak ruas yang menjauhi simpang
Contoh: untuk arah utara, nilai Wkeluar ialah 10.5 m
FORMULIR SIG 1

KONDISI LAPANGAN
Tipe Hambatan Belok Kiri Jarak Ke Lebar Pendekat
Median Kelandaian Belok Kiri
Kode Pendekatan Lingkungan Samping Langsung Kendaraan Pendekat Masuk Keluar
Langsung
Jalan Tinggi / Rendah Ya / Tidak Ya / Tidak Parkir (m) Wa 𝑊 𝑊𝐿𝑇 𝑅 𝑊𝑒
U COM S Y Y 8 8 4 10.5
S COM S Y Y 10 10 3 9
T COM S Y Y 9.5 9.5 2.5 6
B COM S Y Y 9.5 9.5 2.5 6
4.2 Analisa SIG 2

FORMULIR SIG 2
Arus Lalu Lintas Kendaraan Bermotor (MV)
Kendaraan ringan (LV) Kendaraan berat (HV) Kendaraan berat (HV) Sepeda Motor (MC) Kendaraan Bermotor Rasio Arus Rasio
Kode Berbelok
Arah emp terlindung = 1.0 emp terlindung = 1.3 emp Terlindung = 1.3 emp terlindung = 0.2 Total MV UM UM/MV
Pendekat 𝑃𝑅𝑇
𝑃𝐿𝑇
Smp/jam Smp/jam Smp/jam Smp/jam Smp/jam
Kend/jam Kend/jam Kend/jam Kend/jam Kend/jam Kend/jam Rms
Terlindung Terlindung Terlindung Terlindung Terlindung Rms Rms
LT 456 456 3 3.9 1 1.3 859 171.8 1319 633 0.171 2 0.00152
ST 875 875 10 13 4 5.2 2859 571.8 3748 1465 1 0.00027
U
RT 954 954 15 19.5 6 7.8 1658 331.6 2633 1312.9 0.342 2 0.00076
TOTAL 2285 2285 28 36.4 11 14.3 5376 1075.2 7700 3410.9 5 0.00065
LT 348 348 2 2.6 1 1.3 655 131 1006 482.9 0.171 2 0.00199
ST 667 667 8 10.4 3 3.9 2180 436 2858 1117.3 1 0.00035
S
RT 727 727 11 14.3 5 6.5 1264 252.8 2007 1000.6 0.342 2 0.001
TOTAL 1742 1742 21 27.3 9 11.7 4099 819.8 5871 2600.8 5 0.00085
LT 137 137 1 1.3 0 0 776 155.2 914 293.5 0.323 1 0.00109
ST 262 262 3 3.9 1 1.3 858 171.6 1124 438.8 0 0
T
RT 286 286 4 5.2 2 2.6 497 99.4 789 393.2 0.279 1 0.00127
TOTAL 685 685 8 10.4 3 3.9 2131 426.2 2827 1125.5 2 0.00071
LT 316 316 2 2.6 1 1.3 595 119 914 438.9 0.171 1 0.00109
ST 606 606 7 9.1 3 3.9 1981 396.2 2597 1015.2 1 0.00039
B
RT 661 661 10 13 4 5.2 1149 229.8 1824 909 0.342 1 0.00055
TOTAL 1583 1583 19 24.7 8 10.4 3725 745 5335 2363.1 3 0.00056

Informasi untuk mengisi formulir SIG-2:

- Masukkan nilai – nilai kendaraan ringan, berat dan sepeda motor yang ada di soal untuk
belok kiri (LT) , lurus (ST) dan belok kanan (RT) pada tiap kode pendekat
- Hitung arus lalu lintas dalam smp/jam bagi masing – masing jenis kendaraan dengan
menggunakan emp berikut:

Contoh: pada kendaraan ringan belok kiri dengan jumlah 456 kend/jam x emp (1,0) = 456
smp/jam
- Hitung arus lalu lintas total dalam kend/jam dan smp/jam
Contoh: penjumlahan dari pendekat utara dengan kendaraan ringan kend/jam arah belok
kiri yaitu 456 + 3 + 1 + 859 = 1319 kend/jam
- Untuk rasio belok kiri (PLT) digunakan rumus:

1319
Contoh: PLT = 7700 = 0.171

Untuk rasio belok kanan (PRT) digunakan rumus:

2633
Contoh: PRT = 7700 = 0.342

- Untuk rasio kendaraan tak bermotor digunakan rumus:

1319
Contoh: PUM = = 0.00152
2
4.3 Analisa SIG 4

FORMULIR SIG 4

Arus RT smp/jam Lebar Arus Jenuh smp/jam hijau Arus Rasio Rasio Waktu Kapasitas Derajat
Arah Arah Efektif Nilai Dasar Faktor Penyesuaian Nilai Lalu arus fase Hijau smp/jam Kejenuhan
Kode Hijau Dalam Tipe Rasio Kendaraan Berbelok Diri Lawan (m) smp/jam hijau Semua Tipe Pendekat Hanya Tipe P Disesuaikan Lintas det
Pendekat Fase No Pendekat Ukuran Hambatan Belok Belok smp/jam smp/jam FR PR = Frcrit
Kelandaian Parkir S x g/c
Kota Samping Kanan Kiri hijau
P P P Q RT Q RTO We So
F cs F SF FG FP F RT F LT S Q Q/S IFR g C Q/C

U 1 P 0.171 0.342 4 2400 1 0.94 1 1.089 0.973 2389.391 3410.900 1.428 0.491 70 393.547 8.667

S 2 P 0.171 0.342 7 4200 1 0.94 1 1.089 0.973 4181.434 1125.500 0.269 0.093 55 541.127 2.080

T 3 P 0.323 0.279 7 4200 1 0.94 1 1.073 0.948 4015.555 2600.800 0.648 0.223 60 566.902 4.588

B 4 P 0.171 0.342 7 4200 1 0.94 1 1.089 0.973 4181.434 2363.100 0.565 0.194 135 1328.220 1.779

Waktu hilang total L Waktu siklus pra penyesuaian c (det) 425 IFR =
2.910
LTI (det) Waktu siklus disesuaikan c (det) 425 ƩFRcrit

Informasi untuk mengisi formulir SIG-4:


- Masukkan informasi yang sudah diketahui sebelumnya
- Mencari lebar efektif (We) dengan mencari nilai terkecil dari rumus:
Khusus untuk tipe pendekat terlindung / P:

- Mencari nilai dasar smp/jam hijau (So) di dapat dari rumus:

Contoh: So = 600 x 4 = 2400


- Untuk ukuran kota, hambatan samping, kelandaian dan parker dapat di lihat tabel di
MKJI 1997 halam 75
- Untuk arus jenuh belok kanan menggunakan rumus:

Contoh: FRT = 1.0 + (0.342 x 0.26) = 1.089


Untuk arus jenuh belok kiri menggunakan rumus:

Contoh: FLT = 1.0 – (0.171 x 0.16) = 0.973


- Untuk nilai arus jenuh yang berupa nilai disesuaikan smp/jam hijau mempunyai rumus:

Contoh: S = 2400 x 1 x 0.94 x 1.089 x 0.973 = 2389.391 smp/jam hijau


- Untuk arus lalu lintas (Q) di dapat dari jumlah total kendaraan bermotor pada SIG-2
Contoh: Q = 3410.900
- Untuk rasio arus (FR) yaitu dengan membagikan nilai Q dengan nilai S
3410.900
Contoh: FR = 2389.391 = 1.428

Lalu mencari jumlah semua nilai FR. Jumlah semua nilai IFR itu menjadi nilai FCrit.
Contoh: Fcrit = 1.428 + 0.269 + 0.648 + 0.565 = 2.910
- Untuk mencari rasio fase dengan rumus:

Contoh: PR = 1.428 / 2.910 = 0.491


- Waktu detik hijau di dapat kan dari soal
- Untuk mencari kapasitas (C) digunakan rumus

Contoh: C = 2389.391 x (70 / 425) = 393.547

- Untuk mencari nilai derajat kejenuhan

Contoh: DS = 3410.900 / 393.547 = 8.667


4.4 Analisa SIG 5

FORMULIR SIG 5

Arus Lalu Kapasitas Derajat Rasio Jumlah kendaraan antri (smp) Panjang Rasio Jumlah Tundaan
Lintas smp/jam Kejenuhan Hijau Antrian Kendaraan kendaraan Tundaan lalu Tundaan geometrik Tundaan Tundaan
Kode smp/jam DS GR Total Rata - Rata (m) stop/smp terhenti lintas rata -rata rata - rata rata - rata Total
Pendekat = = N1 N2 NQ max N1 & N2 smp/jam det/smp det/smp smp/det
Q C NQ1 + NQ2 = QL NS D=
Q/C g/c N sv DT DG DxQ
NQ DT +DG
U 3410.900 397.733 8.576 0.164 6500.43 -828.208 5672.222 4310.889 2836.110997 10777.222 12.678 43242.351 58471.950 38.729 58510.679 199574076

S 1125.500 546.883 2.058 0.129 318.3311 157.5606 475.892 361.6777 237.9458707 723.355 3.223 3627.975 2314.977 10.612 2325.589 2617450.581

T 2600.800 572.933 4.539 0.141 2334.846 732.6269 3067.472 2331.279 1533.736226 4907.956 8.991 23384.966 15106.456 20.478 15126.934 39342130.67

B 2363.100 1342.35 1.76 0.317 477.9624 431.011 908.973 690.8198 454.4867189 1454.358 2.932 6929.586 1506.063 9.747 1515.810 3582010.951

Informasi untuk mengisi SIG-5:

- Masukan nilai / data yang sudah diketahui


- Untuk mencari nilai NQ1 dengan rumus:

8 𝑥 (8.576−0.5)
Contoh: NQ1 = 0.25 x 397.733 x ((8.576 – 1) + √ )
397.733

= 6500.43

Untuk mencari nilai NQ2 dengan rumus:

1− 0.164 3410.900
Contoh: NQ2 = 425 x 1−(0.164 𝑥 8.576) x 3600

= -828.208
- Untuk mencari total dengan menghitung NQ = NQ1 + NQ2
Contoh: NQ = 6500.43 + (-828.208) = 5672.222
- Untuk mencari NQ max di gunakan interpolasi dari tabel yang ada di MKJI 1997 di
halaman 88
- Untuk mencari panjang antrian (QL) dengan rumus (NQ max x 20)/8
- Untuk mencari rasio kendaraan (NS) dengan rumus:

- Untuk mencari jumlah kendaraan terhenti dengan rumus:

- Untuk mencari tundaan lalu lintas rata – rata (DT) dengan rumus:

- Untuk mencari tundaan geometric rata – rata (DG) dengan rumus:

- Untuk mencari tundaan rata – rata (D) dengan rumus:


D = DT – DG
- Untuk mencari tundaan total smp/det dengan rumus:
DxQ
BAB V

PENUTUP
KESIMPULAN

Dalam sebuah simpang pasti ada suatu permasalahan dan tiap simpang satu dengan
simpang lainnya tidak akan sama permasalahannya.Hal ini dikarenakan kondisi simpang yang
berbeda beda dari simpang satu dengan simpang yang lainnya.Maka dari itu kita sebagai perencana
diharapkan agar bisa menyelesaikan permasalahan yang ada di suatu simpang

Dalam upaya untuk mengatasi permasalahan suatu simpang,banyak hal yang harus
dilakukan yaitu sebagai berikut :

1. Kemacetan lalu lintas terjadi akibat volume kendaraan mendekati kapasitas jalan sesuai
dengan standar Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI), derajat kejenuhan Q < 0,75

2. Kemacetan lalu lintas dapat terjadi pula walaupun volume kendaraan belum mencapai
kejenuhan(<0,75)akibat dari hambatan samping.

3. Upaya-upaya lain yang dapat dilakukan adalah untuk memperlancar arus lalu
lintas adalah dengan manajemen lalu lintas seperti membuat jalan satu arah, membatasi
kendaraan tertentu melewati ruas tersebut.
4. Memperlebar jalan, mengevaluasi waktu siklus lampu lalu lintas pada simpang
bersinyal

Anda mungkin juga menyukai