Anda di halaman 1dari 21

SIMPANG BERSINYAL

RUANG LINGKUP
Menjelaskan tata cara untuk menentukan
waktu sinyal, kapasitas dan perilaku lalu
lintas pada simpang bersinyal di daerh
perkotaan.
TUJUAN
menghindari dari kemacetan simpang
akibat konflik arus lalu lintas

Memberi kesempatan kepada kendaraan untuk


memotong jalaan
Mengurangi jumlah kecelakaan lalu lintas
KARAKTERISTIK SINYAL LALU LINTAS
Untuk menentukan kapasitas dan perilaku lalu lintas
perlu ditentukan fase dan waktu sinyal yang paling
sesuai
Penggunaan sinyal dengan lampu tiga warna terutama
berguna untuk mengatasi : konflik-konflik utama dan
konflik-konflik kedua.

Gambar 1.2.1 Konflik-konflik utama dan kedua


pada simpang bersinyal dengan
empat lengan

Dengan hanya menghilangkan konflik utama, di


mungkinkan untuk mengatur sinyal lampu lalu lintas
hanya dengan dua fase. Makin sedikit fase, makin besar
kapasitas simpang.

Gambar 1.2.2. Urutan waktu pada pengaturan sinyal


dengan dua fase

Gambar diatas memberikan penjelasan tentang urutan


perubahan sinyal dengan sistem dua fase.
Untuk pertimbangan keselamatan lalu lintas atau pembatasan kapasitas dimungkinkan untuk memisahkan
satu fase menjadi beberapa rencana fase yang
berlainan.

Kasus

Karakteristik

Pengaturan dua fase, hanya konflikkonflikprimer yang dipisahkan.

Pengaturan tiga fase dengan pemutusan


paling akhir pada pendekat Udara agar
menaikkan kapasitas untuk belok kanan dari
arah ini.

Pengaturan tiga fase dengan star-dini dari


pendekat udara agar menaikkan kapasitas
untuk belok kanan dari arah ini.

Pengaturan tiga fase dengan belok kanan


terpisah pada salah satu jalan

Pengaturan empat fase dengan belok kanan


terpisah pada kedua jalan

Pengaturan empat fase dengan arus


berangkat dari satu-persatu pendekat pada
saatnya masing-masing

DEFINISI DAN ISTILAH


ARUS BERANGKAT TERLAWAN (Tipe O)

Keberangkatan dengan konflik antar gerak


belok kanan dan gerak lurus/belok kiri dari
bagian pendekat dengan lampu hijau pada
fase yang sama

ARUS BERANGKAT TERLINDUNG (Tipe


E)

Keberangkatan tanpa konflik antara


gerakan lalu lintas belok kanan dan lurus

RASIO BELOK KANAN (PRT)

Rasio untuk lalu lintas yang belok kanan

ARUS JENUH (S)

Besarnya keberangkatan antrian di dalam


suatu pendekat selama kondisi yang
ditentukan

DERAJAT KEJENUHAN (DS)

Rasio dari arus lalu lintas terhadap


kapasitas untuk suatu pendekat

RASIO ARUS (FR)

Rasio arus terhadap arus jenuh dari suatu


pendekat

RASIO ARUS SIMPANG (IFR)

Jumlah dari rasio arus kritis untuk semua


fase sinyal yang berurutan dalam suatu
siklus

RASIO FASE (PR)

Rasio arus kritis dibagi dengan rasio arus


simmpang

TUNDAAN (D)

Waktu tempuh tambahan yang diperlukan


untuk melalui simpang apabila
dibandingkan lintasan tanpa melalui suatu
simpang

ANGKA HENTI (NS)

Jumlah rata-rata berhenti per kendaraan

RASIO KENDARAAN TERHENTI (psv)

Rasio dari arus lalulintas yang terpaksa


berhenti sebelum melewati garis henti
akibat pengendalian sinyal

PENDEKAT

Daerah dari suatu lengan persimpangan


jalan untuk kendaraan mengantri sebelum
keluar melewati garis henti

FASE

WAKTU SIKLUS

Bagian dari siklus-sinyal dengan lampu


hijau disediakan bagi kombinasi tertentu
dari gerakan lalu-lintas
Waktu untuk urutan lengkap dari indikasi
sinyal

METODOLOGI
PRINSIP UMUM
1. Geometri
Perhitungan dikerjakan secara terpisah untuk setiap
pendekat

2. Arus lalu lintas


Perhitungan dilakukan per satuan jam, dan arus untuk
setiap gerakan dikonversi dari kendaraan per jam
menjadi satuan mobil penumpang (smp) dengan
menggunakan ekivalensi kendaraan penumpang (emp)
Emp untuk tipe pendekat
Jenis kendaraan

Terlindung

Terlawan

Kendaraan Ringan
(LV)

1,0

1,0

Kendaraan Berat (HV)

1,3

1,3

Sepeda Motor (MC)

0,2

0,4

3.

Model dasar
- Kapasitas pendekat simpang dapat dinyatakan
sebagai :
C = S x g/c
dimana g = waktu hijau (detik)
- Waktu hijau efektif dapat dinyatakan sebagai :
Waktu hijau efektif = tampilan waktu hijau
kehilangan awal + tambahan akhir

Gambar 2.1.2. Model dasar untuk arus jenuh (Akcelik 1989)

Dari hasil analisis data lapangan, diperoleh bahwa


besarnya kehilangan awal dan tambahan akhir adalah
sekitar 4,8 detik.
- Arus jenuh dapat dinyatakan sebagai perkalian arus
jenuh dasar (S0) dengan faktor penyesuaian (F)
sebagai :
S = S0 x F1 x F2 x F3 x F4 x Fn
- Untuk pendekat terlindung, arus jenuh dasar ditentukan sebagai S0 = 6000 x We
dimana We = lebar efektif pendekat
4.

Penentuan waktu sinyal (berdasarkan metode


Webster, 1966) digunakan untuk meminimumkan
tundaan total pada suatu simpang, berdasarkan dua
kriteria :

- Waktu siklus

(c)

c = (1,5 x LTI + 5) / (1 - Frcrit)


dimana : LTI = jumlah waktu hilang per siklus (detik)
Frcri = nilai FR tertinggi dari semua pendekat
yang berangkat pada suatu fase sinyal
Jika waktu siklus lebih kecil dari nilai ini, akan terjadi
lewat jenuh pada simpang tersebut.
- Waktu hijau (g)
gi = (c LTI) x Frcrit / ( Frcrit)
Kinerja suatu simpang lebih peka terhadap kesalahan
dalam pebagian waktu hijau daripada terhadap panjang
nya waktu siklus.

5. Kapasitas (C) dan derajat kejenuhan (DS)


- Kapasitas C = S x g/c
- Derajat Kejenuhan DS = Q/C = (Q x c) / (S x g)
6. Perilaku lalu lintas (kualitas lalu lintas)
- Panjang antrian (NL)
NQ = NQ1 + NQ2

8 (DS - 0,5)
NQ1 0,25 C (DS - 1) DS - 1)
C

Jika DS > 0,5 ; selain itu NQ1 = 0


1 - GR
Q
NQ 2 cx

1 - GR DS 3600
QL NQ max

20
Wmasuk

Dimana :
NQ
= jumlah rata-rata antrian smp di awal sinyal hijau
NQ1 = jumlah smp yang tersisa dari fase hijau
sebelumnya
NQ2 = jumlah smp yang datang selama fase merah
GR
= rasio hijau
Wmasuk = lebar masuk
- Angka henti (NS)

NQ
NS 0,9
3600
Qxc

Rasio kendaraan terhenti (psv)


NS = min (NS,1)
- Tundaan (D)
Dj = DTj + DGj
dimana :
Dj = tundaan rata-rata untuk pendekat j (det/smp)
DTj = tundaan lalu lintas rata-rata untuk pendekat j
(det/smp)

0,5 (1 - GR) 2 NQ1 3600


c

(1 GR DS)
C

DGj = tundaan geometrik rata-rata untuk pendekat j


(det/smp)
= (1 - psv

Anda mungkin juga menyukai