Anda di halaman 1dari 5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori

Tanaman jagung (Zea Mays L.) merupakan salah satu jenis tanaman
pangan biji-bijian dari keluarga rumput-rumputan. Tanaman ini merupakan salah
satu tanaman pangan yang penting, selain gandum dan padi. Tanaman jagung
berasal dari Amerika yang tersebar ke Asia dan Afrika, melalui kegiatan bisnis
orang Eropa ke Amerika. Pada abad ke-16 orang portugal menyerbarluaskannya
ke Asia termasuk Indonesia. Jagung oleh orang Belanda dinamakan main dan oleh
orang Inggris (Ki-Jin, 2000).

Secara umum, jagung memiliki kandungan gizi dan vitamin. Di antaranya


kalori, protein, lemak, karbohidrat, kalsium, dan mengandung banyak vitamin.

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Monocotiledon

Ordo : Poales

Famili : Poaceae

Genus : Zea

Spesies : Zea mays L (Sepriliyana, 2010).

Pembuatan bedengan dilakukan setelah tanah diolah. Bedengan dilengkapi


dengan saluran pembuangan air. Ukuran bedengan adalah lebar 1-1,2 meter.
Panjang 3-5 meter, dan tinggi 15-20 cm antara dua bedeng, dibuat parit untuk
memasukkan dan mengalirkan air ke tempat penanaman (Yudiwanti, 2010).

Benih yang akan digunakan sebaiknya bermutu tinggi, baik mutu genetik,
fisik maupun fisiologinya. Berasal dari varietas unggul (daya tumbuh besar, tidak
tercampur benih lain, tidak mengandung kotoran, tidak tercemar hama dan
penyakit). Benih yang demikian dapat diperoleh bila menggunakan benih
bersertifikat (Sirait, 1989).

Pada waktu pengolahan lahan, keadaan tanah hendaknya tidak terlampau


basah, tetapi cukup lembab hingga mudah dikerjakan, sampai tanah cukup
gembur. Tanah berpasir atau tanah ringan tidak banyak memerlukan pengerjaan
tanah. Pada tanah berat dengan kelebihan air, perlu dibuat (drainase) pembuatan
saluran dan pembubunan yang tepat dapat menghindarkan terjadinya genangan air
(Poehlman, 1959).

Morfologi tanman jagung

Akar.

Akar jagung tergolong akar serabut yang dapat mencapai kedalaman 8 m


meskipun sebagian besar berada pada kisaran 2 m. Pada tanaman yang sudah
cukup dewasa muncul akar adventif dari buku-buku batang bagian bawah yang
membantu menyangga tegaknya tanaman (Burhanuddin, 2009).

Batang jagung

Batang jagung tegak dan mudah terlihat, sebagaimana sorgum dan tebu,
namun tidak seperti padi atau gandum. Terdapat mutan yang batangnya tidak
tumbuh pesat sehingga tanaman berbentuk roset. Batang beruas-ruas. Ruas
terbungkus pelepah daun yang muncul dari buku. Batang jagung cukup kokoh
namun tidak banyak mengandung lignin (Irfan, 1999).
Daun.

Daun jagung adalah daun sempurna. Bentuknya memanjang. Antara


pelepah dan helai daun terdapat ligula. Tulang daun sejajar dengan ibu tulang
daun. Permukaan daun ada yang licin dan ada yang berambut. Stomata pada daun
jagung berbentuk halter, yang khas dimiliki familia Poaceae. Setiap stomata
dikelilingi sel-sel epidermis berbentuk kipas. Struktur ini berperan penting dalam
respon tanaman menanggapi defisit air pada selsel daun (Puslitbangtan, 1993).

Bunga.

Jagung memiliki bunga jantandan bunga betina yang terpisah (diklin)


dalam satu tanaman (monoecious). Tiap kuntum bunga memiliki struktur khas
bunga dari suku Poaceae, yang disebut floret. Pada jagung, dua floret dibatasi oleh
sepasang glumae (tunggal: gluma). Bunga jantan tumbuh di bagian puncak
tanaman, berupa karangan bunga (inflorescence). Serbuk sari berwarna kuning
dan beraroma khas. Bunga betina tersusun dalam tongkol (Sinuraya, 1989).

Tongkol.

Tongkol tumbuh dari buku, di antara batang dan pelepah daun. Pada
umumnya, satu tanaman hanya dapat menghasilkan satu tongkol produktif
meskipun memiliki sejumlah bunga betina. Buah Jagung siap panen Beberapa
varietas unggul dapat menghasilkan lebih dari satu tongkol produktif, dan disebut
sebagai varietas prolifik. Bunga jantan jagung cenderung siap untuk penyerbukan
2-5 hari lebih dini daripada bunga betinanya protandri (Soemadi, 2000).
Syarat tumbuh tanaman jagung

Iklim

Iklim sedang hingga daerah beriklim basah. Pada lahan tidak beririgasi,
curah hujan ideal 85-200 mm/bulan dan harus merata. Sinar matahari cukup dan
tidak ternaungi Suhu 21-340C, optimum 23-270C. Perkecambahan benih
memerlukan suhu ± 300C (Effendi, 1999).

Tanah

Tanah gembur, subur dan kaya humus. Jenis tanah: andosol, latosol,
grumosol, dan tanah berpasir. Tanah grumosol memerlukan pengolahan tanah
yang baik. Tanah terbaik bertekstur lempung/liat berdebu. pH tanah 5,6 – 7,5.
Aerasi dan ketersediaan air dalam kondisi baik. Kemiringan ≤ 8%, lahan miring >
8%, perlu di teras. Tinggi tempat 1.000-1800 m dpl, optimum 0-600 m dpl
(Sukarsono, 2003).

2.2. Penelitian Terdahulu


Ade Suprianta, (2012). Judul jurnal Meningkatkan Indeks Pertanaman

Padi Sawah Menuju Ip Padi 400. Tujuan pengkajian, yaitu;(a) menginformasikan

pengertian IP Padi 400, (b) upaya rekayasa teknologi, (c) upaya rekayasa sosial,

dan (d) mengsintesis syarat keharusan dalam pengembangan IP Padi 400. Hasil

menunjukan bahwa dalam pengembangan Indeks pertanaman empat kali padi

setahun, layak dilakukan dengan beberapa syarat keharusan: (a) aspek teknis

meliputi penggunaan varietas padi sangat genjah (VUSG), teknik persemaian

”culikan”, penggunaan alsintan, introduksi alat dekomposer dan monitoring hama

penyakit; (b) aspek ekonomis meliputi efisiensi biaya produksi, tingkat produksi

dan pendapatan lebih tinggi dari eksisting, mengoptimalkan kelompok panen dan
kelompok tanam serta upaya stabilitas harga gabah; dan (c) aspek kelembagaan

meliputi mengoptimalkan kelompok tani, dukungan lembaga keuangan mikro,

penyediaan teknologi yang dibutuhkan dan dukungan kebijakan pemerintah.

Sepanjang kondisi ideal belum bisa terrealisasi, maka IP Padi 300 lebih layak

untuk dikembangkan daripada IP Padi 400. Program ini dapat dijadikan

alternative terobosan kebijakan mendorong peningkatan produksi beras nasional.

Ahmad Thoriq dan Rizky Mulya Sampurna, (2016). Judul Jurnal Evaluasi

Potensi Pengairan Calon Lokasi Perluasan Sawah Di Kabupaten Tulang Bawang,

Provinsi Lampung. Tujuan jurnal ini adalah untuk melakukan evaluasi potensi

pengairan calon lokasi perlusan sawah di Kabupaten Tulang Bawang Provinsi

Lampung. Penelitian di awali dengan tahap persiapan, dilanjutkan dengan

koordinasi lapang, mobilisasi tim, survey dan investigasi potensi pengairan,

pengolahan dan analisis data lapang.

Anda mungkin juga menyukai