Anda di halaman 1dari 22

BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI REFLEKSI KASUS

RUMAH SAKIT UMUM ANUTAPURA APRIL 2018


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ALKHAIRAAT

KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU

DisusunOleh:
Nurmaniar Majid
(11 16 777 14 093)

Supervisior/Pembimbing
dr. Djemi, Sp.OG (MARS)

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ALKHAIRAAT
PALU
2018

1
HALAMAN PENGESAHAN

Nama : Nurmaniar Majid


No. Stambuk : 11 16 777 14 093
Program Studi : Pendidikan Dokter
Fakultas : Kedokteran
Universitas : Alkhairaat
Judul Refka : Kehamilan Ektopik Terganggu
Bagian : Ilmu Obstetri dan Ginekologi

Bagian IlmuObstetri dan Ginekologi


RSU ANUTAPURA Palu
Program Studi Pendidikan Dokter
Fakultas Kedokteran Universitas Alkhairaat

Palu, April 2018

Pembimbing Mahasiswa

dr. Djemi, Sp.OG (MARS) Nurmaniar Majid, S.Ked

2
BAB I

PENDAHULUAH

Blastokista, dalam keadaan normal tertanam di dalam lapisan endometrium


kavum uterus. Implantasi di tempat lain dianggap sebagai kehamilan ektopik.
Menurut American College of Obstetricians and Gynecologist (2008) 2 persen
dari seluruh kehamilan trimester pertama di Amerika serikat adalah kehamilan
ektopik dan jumlah ini menyebabkan sekitar 6% dari semua kematian terkait
kehamilan. Resiko kematian akibat kehamilan di luar uterus lebih besar dari pada
kehamilan normal yang memberi hasil lahir hidup. Selain itu, kemungkinan untuk
kembali hamil dengan baik akan berkurang setelah kehamilan ektopik. Dengan
demikian kehamilan ektopik merupakan suatu masalah kesehatan bagi wanita
pada usia reproduktif.
Penyebab terjadinya kehamilan ektopik melibatkan banyak faktor. Secara
teoritis, semua faktor yang mengganggu migrasi embrio ke dalam rongga
endometrium dapat menyebabkan kehamilan ektopik.
Berdasarkanlokasiterjadinya,
kehamilanektopikdapatdibagimenjadiyaknikehamilan tuba, meliputi> 95% yang
terdiriatas pars ampularis (55%), pars ismika (25%), pars fimbriae (17%), dan
pars interstisialis (2%), serta kehamilanektopik lain (< 5%) antara lain terjadi di
serviks uterus, ovarium, atau abdominal

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Kehamilan ektopik merupakan kehamilan dengan implantasi blastokista
(sel telur yang telah dibuahi) tidak pada dinding endometrium kavum uteri.
Kehamilan dapat terjadi di tuba fallopi, kavum abdomen, ovarium, dan
serviks. Lebih dari 95% kehamilan ektopik berada di tuba fallopii (saluran
telur).
Istilah ektopik berasal dari bahasa Inggris, ectopic, dengan akar kata
dari bahasa Yunani, topos yang berarti tempat. Jadi istilah ektopik dapat
diartikan “berada di luar tempat yang semestinya”. Apabila pada kehamilan
ektopik terjadi abortus, pecah, atau ruptur pada tempat nidasi yang dapat
berbahaya bagi wanita hamil tersebut maka kehamilan ini disebut kehamilan
ektopik terganggu.
Berdasarkan lokasi terjadinya, kehamilan ektopik dapat dibagi menjadi:
1. Kehamilan tuba, meliputi > 95% yang terdiri atas pars ampularis (55%),
pars ismika (25%), pars fimbriae (17%), dan pars interstisialis (2%).
2. Kehamilan ektopik lain (< 5%) antara lain terjadi di serviks uterus,
ovarium, atau abdominal. Untuk kehamilan abdominal, lebih sering
merupakan kehamilan abdominal sekunder dimana semula merupakan
kehamilan tuba yang kemudian abortus dan meluncur ke abdomen dari
ostium tuba pars abdominalis (abortus tubaria) yang kemudian embrio
atau buah kehamilannya mengalami reimplantasi di kavum abdomen,
misalnya mesenterium/ mesovarium atau di omentum.

4
Gambar1.Kehmilan ektopik terganggu

B. Epidemiologi
Menurut World Health Organisation (2007) kehamilan ektopik adalah
penyebab hampir 5% kematian ibu hamil di negara maju. Di Indonesia
kejadian sekitar 5-6 per 1000 kehamilan.

C. Etiologi
1) Faktor tuba
Adanya peradangan, dan infeksi pada tuba menyebabkan lumen tuba
menyempit atau buntu, sehingga ovum yang telah dibuahi dapat
tersangkut dibagian mana saja dari tuba uterina dan menyebabkan
kehamilan tuba ampula, ismus dan interstisium. Selain itu, kelainan
endometriosis tuba, divertikel saluran tuba, tumor di sekitar saluran tuba
misalnya mioma uteri atau tumor ovarium dapat menyebabkan perubahan
bentuk dan patensi tuba sehingga dapat menimbulkan kehamilan ektopik.
Pada pasien dengan kerusakan tuba memiliki kemungkinan 3,5 kali
mengalami kehamilan ektopik.
2) Abnormalitas zigot

5
Apabila zigot tumbuh terlalu cepat atau tumbuh dengan ukuran besar,
maka zigot akan tersendat dalam perjalanan pada saat melalui tuba,
kemudian terhenti dan tumbuh di saluran tuba.
3) Faktor ovarium
Bila ovarium memproduksi ovum dan ditangkap oleh tuba yang
kontralateral, dapat membutuhkan proses khusus atau waktu yang lebih
panjang sehingga kemungkinan terjadi kehamilan ektopik lebih besar.
4) Faktor hormonal
Pada akseptor, penggunaan kontrasepsi oral (pil KB) yang hanya
mengandung progesteron dapat mengakibatkan gerakan tuba melambat.
Apabila terjadi pembuahan dapat menyebabkan terjadinya kehamilan
ektopik.
5) Faktor lain
Pemakaian IUD dimana dapat terjadi proses peradangan yang dapat
timbul pada endometrium dan endosalping dapat meyebabkan terjadinya
kehamilan ektopik. Selain itu, faktor usia yang menua, dan merokok juga
sering dihubungkan dengan terjadinya kehamilan ektopik. Adanya faktor
merokok yang menimbulkan kehamilan ektopik diduga disebabkan oleh
adanya gangguan imunitas sehingga mudah terkena infeksi pelvis.

D. Patogenesis
Prinsip patofisiologi yakni terdapat gangguan mekanik terhadap ovum
yang telah dibuahi dalam perjalanannya menuju kavum uteri. Embrio
kemudian dapat tumbuh di saluran tuba dan kemudian mengalami beberapa
proses seperti pada kehamilan umumnya. Namun, tuba bukan merupakan
suatu media yang baik untuk pertumbuhah embrio atau mudigah, maka
pertumbuhan dapat mengalami beberapa perubahan antara lain :
1. Hasil konsepsi mati dini dan diresorbsi
Ovum yang dibuahi mengalami kematian akibat vaskularisasi yang
kurang dan terjadi resorbso total. Dalam keadaan ini penderita tidak

6
mengeluh apa-apa, hanya mengalami haid yang terlambat untuk beberapa
hari.

2. Abortus ke dalam lumen tuba (abortus tubaria)


Terjadi perdarahan oleh karena pembukaan pembuluh-pembuluh darah
oleh vili koreali pada dinding tuba di tempat implamtasi dapat
melepaskan mudigah dari dinding tersebut bersama-sama dengan
robeknya pseudokapsularis. Pelepasan dapat terjadi sebagian atau
seluruhnya, bergantung pada derajat perdarahan yang timbul. Bila
pelepasan menyeluruh, mudigah dan selaputnya dikeluarkan dalam
lumen tuba kemudian didorong oleh darah ke arah ostium tuba pars
abdominalis. Bila pelepasan hasil konsepsi tidak sempurna, perdarahan
akan terus berlangsung.
3. Ruptur dinding tuba
Ruptur tuba sering terjadi bila ovum berimplantasi pada ismus dan
biasanya pada kehamilan muda. Sebaliknya ruptur pada pars interstisialis
terjadi pada kehamilan yang lebih lanjut. Faktor utama penyabab ruptur
ialah penembusan vili korialis ke dalam lapisan muskularis tuba terus ke
peritoneum. Ruptur dapat terjadi secara spontan atau karena trauma
ringan seperti koitus dan pemeriksaan vaginal. Akan terjadi perdarahan
dalam rongga perut yang kadang sedikit dan kadang banyak sampai
menimbulkan syok dan kematian.

E. Manifestasi klinis
Gambaran klinis kehamilan tuba yang belum terganggu tidak khas. Umunya
penderita menunjukkan gejala kehamilan muda, uterus membesar dan lembek
namun tidak sebesar usia kehamilan seharusnya.
Trias gejala klinis kehamilan ektopik terganggu sebagai berikut :
1) Amenorea.

7
Lamanya amenorea bervariasi dari beberapa hari sampai beberapa bulan.
Dengan amenorea dapat dijumpai tanda-tanda hamil muda, yaitu morning
sickness, mual atau muntah, terjadi perasaan ngidam. Biasanya darah
berwarna gelap kecoklatan dan keluarnya intermitten atapun kontinyu.

2) Terjadi nyeri abdomen bawah.


Nyeri abdomen merupakan keluhan utama kehamilan ektopik terganggu.
Nyeri perut bagian bawah terjadi secara tiba-tiba disertai dengan
perdarahan. Nyeri disebabkan oleh kehamilan tuba yang pecah.
Timbunan darah dapat menimbulkan iritasi, rasa nyeri, darah dalam
ruangan perut yang tidak berfungsi sehingga menyebabkan pasien
tampak pucat (anemia), tekanan darah akan turun sampai syok, bagian
ujung-ujung anggota badan terasa dingin, perut kembung karena darah.
Nyeri dapat menjalar keseluruh abdomen bergantung pada perdarahan
didalamnya. Bila rangsangan darah dalam abdomen mencapai diafragma,
dapat terjadi nyeri di daerah bahu. Bila darahnya membentuk hematokel
yaitu timbunan di daerah kavum douglas akan terjadi rasa nyeri di bagian
bawah dan saat defekasi.
3) Perdarahan pervaginam
Hal ini merupakan tanda penting kedua pada kehamilan ektopik
terganggu. Hal ini menunjukkan kematian janin, dan berasal dari kavum
uteri karena pelepasan desidua.

Gejala-gejalakehamilanektopiklainnya :
1) Pada pemeriksaan vagina terdapat nyeri goyang atau slinger pijn bila
serviks digerakkan, nyeri pada perabaan dan kavum douglas menonjol
karena ada bekuan darah.
2) Pleuritic chest pain, bisa terjadi akibat iritasi diafragma akibat
perdarahan.
3) Perubahan uterus

8
Uterus dapat tumbuh membesar pada 3 bulan pertama akibat hormon
yang dilepaskan plasenta. Uterus dapat terdesak ke sisi yang
berlawanan dengan masa ektopik.

4) Tekanan darah normal


Kecuali bila terjadi ruptur, perubahan yang terjadi antara lain adanya
peningkatan ringan, respon vasovagal seperti bradikardi dan hipertensi
ataupun penurunan tensi tajam disertai peningkatan nadi bila
perdarahan terus berlangsung dan hipovolemia.
5) Temperatur
Setelah perdarahan akut suhu tubuh dapat turun atau meningkat > 38°C
bila terjadi infeksi.

F. Diagnosis
Walaupun diagnosanya agak sulit dilakukan, namun beberapa cara
ditegakkan, antara lain dengan melihat :
Anamnesis dan gejala klinis
Riwayat terlambat haid, gejala dan tanda kehamilan muda, dapat ada
atau tidak ada perdarahan per vaginam, ada nyeri perut kanan /kiri bawah.
Berat atau ringannya nyeri tergantung pada banyaknya darah yang terkumpul
dalam peritoneum.

Pemeriksaan fisis
1) Didapatkan rahim yang juga membesar, adanya tumor di daerah adneksa.
2) Adanya tanda-tanda syok hipovolemik, yaitu hipotensi, pucat dan
ekstremitas dingin, adanya tanda-tanda abdomen akut, yaitu perut tegang
bagian bawah, nyeri tekan dan nyeri lepas dinding abdomen.
3) Pemeriksaan ginekologis, yaitu pemeriksaan dalam: seviks teraba lunak,
nyeri tekan, nyeri pada uterus kanan dan kiri.

9
PemeriksaanPenunjang
1) Laboratorium : Hb, Leukosit, urine β-hCG (+). Pemeriksaan Hb dengan
jarak 1 jam selama 3 kali berturut-turut. Penurunan Hb dapat mendukung
diagnosis kehamilan ektopik terganggu. leukositosis menunjukkan
perdarahan.
2) USG
a. Tidak ada kantung kehamilan dalam kavum uteri
b. Adanya kantung kehamilan di luar kavum uteri
c. Adanya massa komplek di rongga panggul
G. Penatalaksanaan
1) Setelah diagnosis ditegakkan, segera lakukan persiapan untuk tindakan
operatif gawat darurat.
2) Ketersediaan darah pengganti bukan menjadi syarat untuk melakukan
tindakan operatif karena sumber perdarahan harus dihentikan.
3) Upaya stabilisasi dilakukan dengan segera merestorasi cairan tubuh
dengan larutan kristaloid.
4) Tindakan dapat berupa :
a. Parsial salpingektomi yaitu melakukan eksisi bagian tuba yang
mengandung hasil konsepsi.
b. Salpingostomi (sebagai upaya konservasi dimana tuba tersebut salah
satu yang masih ada) yaitu mengeluarkan hasil konsepsi pada satu
segmen tuba kemudian diikuti dengan reparasi bagian tersebut.
Resiko tindakan ini adalah kontrol perdarahan yang kurang
sempurna atau rekurensi (hasil ektopik ulangan).

10
5) Kehamilan ektopik berkaitan dengan gangguan fungsi transportasi tuba
yang disebabkan oleh infeksi maka sebaiknya pasien di beri antibiotik
kombinasi atau tunggal dengan spektrum yang luas.
6) Untuk kendali nyeri pasca tindakan dapat diberikan :
a. Ketoprofen 100 mg supositoria.
b. Tramadol 200 mg IV.
7) Atasi anemia dengan tablet besi (SF) 600 mg per hari.
BAB III

LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS
Nama : Ny. F Nama Suami : Tn. S
Umur : 36 tahun Umur : 42 tahun
Alamat : Jl. Durian Alamat : Jl. Durian
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SLTP Pendidikan : SLTA

Tanggal pemeriksaan : 20 Februari 2018


Tempat : RSU. Anutapura

B. ANAMNESIS
 Keluhan utama :
Nyeri perut bagian bawah

 Riwayat penyakit sekarang :

11
Pasiendatangke IGD
kebidaanRumahSakitUmumAnutapuraPaludengankeluhannyeriperutbagian
bawah yang dialamisejak 3 harisebelummasukrumahsakit.Pasienjuga
mengeluhmual (+), muntah (-), pusing (+), nyerikepala (-), nyeriuluhati (-),
BAK (+) lancar, BAB (+) biasa, perdarahan pervaginam (+). Sebulan yang
lalu dites kehamilan dan positif hamil.

 Riwayat penyakit dahulu :


Hipertensi (-), diabetes melitus (-), penyakit jantung (-), asma (-), alergi (-),
kejang (-)

 Riwayat penyakit keluarga :


Hipertensi (-), diabetes melitus (-), penyakit jantung (-), asma (-), alergi (-).

 Riwayat menstrusasi :
Menstruasi pertama saat usia 14 tahun, siklus teratur tiap bulan, lama 5-6
hari, banyaknya 2 pembalut/hari, nyeri. HPHT 2 januari 2018

 Riwayat pernikahan :
Pasien menikah 1 kali, dengan suami sekarang sudah 16 tahun.

 Riwayat Obstetri
Gravid : 8 partus : 3 abortus : 4
Anakpertama :keguguran, tahun 2001
Anakkedua : lahirtahun 2005, lahirspontandi rumah ditolongdukun,
jenis kelamin perempuan, hidup
Anakketiga : lahirtahun 2009, lahirspontandi rumah ditolongdukun,
jenis kelamin laki-laki, hidup
Anakkeempat : keguguran, tahun (lupa)

12
Anakkelima :lahirtahun 2013, lahirspontanditolongbidan, jenis kelamin
perempuan, hidup
Anakkeenam : keguguran, tahun (lupa)
Anakketujuh : keguguran, tahun (lupa)
Hamil sekarang

 Riwayat Kontraspesi :
Tidak ada

C. PEMERIKSAAN FISIK
 Pemeriksaan tanda vital
 Kesadaran : kompos mentis, GCS = 15 (E4, M6, V5)
 Tekanan darah : 110/70 mmHg Pernapasan : 22 kali/menit
 Nadi : 78 kali/menit Suhu : 36,5 °C

 Pemeriksaan fisik umum


 Kepala dan leher
- Kepala : normochepal
- Mata : konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterus (-/-), pupil
bulat, isokor diameter 2 mm/2mm, refleks cahaya
(+/+).
- Mulut : mukosa bibir kering (-), tonsil T1/T1, faring
hiperemis (-).
- Leher : pembesaran KGB (-).
 Thorax
- Inspeksi : bentuk dada normal,pergerakan simetris kanan kiri
- Palpasi : nyeri tekan (-), massa tumor (-), vokal fremitus
kanan dan kiri sama
- Perkusi : sonor pada kedua lapangan paru
- Auskultasi : vesikuler (+/+), ronchi (-/-), wheezing (-/-)
 Jantung

13
- Inspeksi : iktus kordis tidak tampak
- Palpasi : iktus kordis teraba di ICS V midline clavicula
sinistra
- Perkusi : batas jantung dalam batas normal
- Auskultasi : bunyi jantung I dan II murni reguler, bising (-/-)

 Abdomen
- Inspeksi : Jejas (-/-).
- Auskultasi : peristaltik (+) kesan normal
- Perkusi : timpani
- Palpasi : distensi (-), nyeri tekan (+)
 Ekstremitas
- Atas : akral hangat (+/+), edema (-/-).
- Bawah : akral hangat (+/+), edema (-/-).

 Pemeriksaan obstetri
Palpasi abdomen
- Leopold I : tidak dilakukan
- Leopold II : tidak dilakukan
- Leopold III : tidak dilakukan
- Leopold IV : tidak dilakukan
- DJJ :-

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Darah Rutin (20 Februari 2018)
- Leukosit : 8,5 x103/mm3
- Eritrosit : 2,90 x106/mm3

14
- Hemoglobin : 8,9 gr/dl
- Platelet : 174 x103/mm3

 Darah Rutin (21 Februari 2018)


- Leukosit : 7,4 x103/mm3
- Eritrosit : 2,34 x106/mm3
- Hemoglobin : 7,4 gr/dl
- Platelet : 172 x103/mm3

 Kimia Darah
- HbsAg : non reaktif
- Anti HIV : non reaktif

 Kadar gula darah


- GDS : 142 mg/dl

 Ultrasonography obstetri
- Uterus membesar, tidak tampak GS
- Tampak lesi bulat berdinding tebal pada adneksa kanan
- Cairan bebas padacavum peritoneum
Kesan : KET dengancairanbebaspadacavumperitoneum

15
Gambar2.USG Obstetri

E. RESUME
Pasien♀usia36tahunmengeluhkeluhannyeriperutbagian bawah yang
dialamisejak 3 harisebelummasukrumahsakit.Pasienjuga mengeluhmual (+),
muntah (-), pusing (+), nyerikepala (-), nyeriuluhati(-), BAK (+) lancar,
BAB (+) biasa, perdarahan pervaginam (+). 1 bulan yang lalu dites
kehamilan dan positif hamil.
Tanda vital dalambatas normal, konjungtiva anemis (+/+), nyeri tekan
abdomen. Laboratorium darahrutintanggal 20 februari 2018 Hemoglobin :
8,9 gr/dl, tanggal 21 februari 2018 Hemoglobin: 7,4 gr/dl, USG : kesan KET
dengancairanbebaspadacavum peritoneum.

F. DIAGNOSIS
G8 P3 A4 + gravid 9-10 minggu + Kehamilan Ektopik Terganggu

G. PENATALAKSANAAN
- IVFD RL 20 tpm, 2 liter
- Pasang kateter
- Injeksi ketorolac 30 mg 1 ampul/8 jam
- Injeksi ranitidin 50 mg 1 ampul/8 jam
- Injeksi Cefotaxime 1 gr/12 jam/iv
- Rencana laparatomi

16
LAPORAN OPERASI

Tanggalpembedahan : 21 Februari 2018


Namapasien : Ny. F
Umur : 36tahun
Diagnosis prabedah : G8P3A4+ gravid9-10 minggu + KET ec ruptur tuba pars
ampularis dextra
Tindakan : Laparatomi, salpingostomidextra
Diagnosis pascabedah : Post salpingostomi dextra atas indikasi KET ec ruptur
tuba pars ampularis dextra
Lama pembedahan : 55 menit
Uraianpembedahan :
1. Pasien dibaringkan dalam posisi supine di meja operasi dalam pengaruh
general anestesi
2. Disinfeksi dan draping procedure dengan kassa steril dan betadin, pasang
dook steril
3. Insisi abdomen dengan metode pfannenstiel lapisan demi lapisan
4. Buka peritoneum, tampak darah segar yang bercampur dengan stosel, kontrol
perdarahan
5. Identifikasi sumber perdarahan pada tuba fallopi dextra

17
Gambar3.TampakPerdarahan

Gambar4.TampakJaringan

6. Dilakukan salpingostomi dextra, kontrol perdarahan


7. Identifikasi tuba sinistra, tampak normal
8. Cuci cavum abdomen menggunakan NaCl 0,9%
9. Jahit peritoneum dengan benang demersob 1, kontrol perdarahan
10. Jahit fascia dengan chromic 2/0 otot, kontrol perdarahan
11. Jahit subkutis dengan chromic 2/0 otot, kontrol perdarahan
12. Jahit kulit secara subkutikuler dengan chromic 2/0 kulit, kontrol perdarahan
13. Bersihkan lapangan operasi dan tutup luka dengan kasa betadin
14. Operasi selesai

18
BAB IV

PEMBAHASAN

Pasien datang ke IGD kebidaan Rumah Sakit Umum Anutapura Palu


dengan keluhan nyeri perut bagian bawah yang dialami sejak 3 hari sebelum
masuk rumah sakit. Pasien juga mengeluh mual (+), muntah (-), pusing (+), nyeri
kepala (-), nyeri uluhati (-), BAK (+) lancar, BAB (+) biasa, perdarahan
pervaginam (+). Sebulan yang lalu dites kehamilan dan positif hamil. Tanda vital
dalam batas normal, konjungtiva anemis (+/+), nyeri tekan abdomen.
Laboratorium darah rutin tanggal 20 februari 2018 Hemoglobin : 8,9 gr/dl,
tanggal 21 februari 2018 Hemoglobin : 7,4 gr/dl, USG : kesan KET dengan cairan
bebas pada cavum peritoneum. Pasien didiagnosis dengan kehamilan ektopik
terganggu, usia kehamilan 9-10 minggu, G8 P3 A4.
Kehamilan ektopik merupakan kehamilan dengan implantasi blastokista (sel
telur yang telah dibuahi) tidak pada dinding endometrium kavum uteri. Kehamilan
dapat terjadi di tuba fallopi, kavum abdomen, ovarium, dan serviks. Lebih dari
95% kehamilan ektopik berada di tuba fallopii (saluran telur). Apabila pada
kehamilan ektopik terjadi abortus, pecah, atau ruptur pada tempat nidasi maka
kehamilan ini disebut kehamilan ektopik terganggu.Trias gejala klinis kehamilan
yakni amenorea, nyeri abdomen bawah, perdarahan pervaginam. Selain itu, pada
kehamialn ektopik dapat ditemukannyeri goyang atau slinger pijn bila serviks
digerakkan, nyeri pada perabaan dan kavum douglas menonjol karena ada bekuan
darah. Pada pemeriksaan laboratorium dilakukan pemeriksaan Hb dengan jarak 1

19
jam selama 3 kali berturut-turut. Penurunan Hb dapat mendukung diagnosis
kehamilan ektopik terganggu. Pemeriksaan USG tidak didapatkan kantung
kehamilan dalam kavum uteri, adanya kantung kehamilan di luar kavum uteri, dan
adanya massa kompleks di rongga panggul.

Pada pasien diberikan IVFD RL 20 tpm 2 liter, injeksi ketorolac 30 mg 1


ampul/8 jam, injeksi ranitidin 50 mg 1 ampul/8 jam, injeksi Cefotaxime 1 gr/12
jam/iv, dan direncana laparatomi.
Pasien yang telah didiagnosis, segera dilakukan persiapan untuk tindakan
operatif gawat darurat. Tindakan pembedahan dapat berupa berupa parsial
salpingektomi yaitu melakukan eksisi bagian tuba yang mengandung hasil
konsepsi atau dapat dilakukan salpingostomi (hanya dilakukan sebagai upaya
konservasi dimana tuba tersebut merupakan salah satu yang masih ada) yaitu
mengeluarkan hasil konsepsi pada satu segmen tuba kemudian diikuti dengan
reparasi bagian tersebut. Resiko tindakan ini adalah kontrol perdarahan yang
kurang sempurna atau rekurensi (hasil ektopik ulangan). Mengingat kehamilan
ektopik berkaitan dengan gangguan fungsi transportasi tuba yang di sebabkan oleh
proses infeksi maka sebaiknya pasien di beri antibiotik kombinasi atau tunggal
dengan spektrum yang luas. Penatalaksanaan nyeri pasca tindakan dapat diberikan
ketoprofen 100 mg supositoria, tramadol 200 mg IV. Anemia diatasi dengan tablet
besi (SF) 600 mg per hari.

20
DAFTAR PUSTAKA

1. Joseph HK, M. Nugroho S. 2010. Catatan Kuliah GINEKOLOGI DAN


OBSTETRI (OBSGYN). Yogyakarta : Nuha Medika
2. Mansjoer, Arief. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media
Aesculapius
3. Manuaba, Prof. Dr. Ida Bagus Gede, SpOG. 1998. Memahami Kesehatan
Reproduksi Wanita. Jakarta : Arcan
4. Kusmiyati, Yuni, S.ST. 2009. Perawatan Ibu Hamil (Asuhan Ibu Hamil).
Yogyakarta: Fitramaya
5. Wiknjosastro, Prof. Dr. Hanifa,SpOG. 2009. Ilmu Kandungan. Jakarta : PT.
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
6. Suryasaputra Manuaba, dr. I.A Sri Kusuma Dewi. 2006. Buku Ajar
Ginekologi Untuk Mahasiswa Kebidanan. Jakarta : EGC

21
22

Anda mungkin juga menyukai