Anda di halaman 1dari 39

KEPUTUSAN RAPAT TAHUNAN KOMISARIAT IV

PERGERAKAN MAHASISWA ISLAM INDONESIA


Nomor: 001.RTK.IV.PMII.03.2017
Tentang:
KETETAPAN MANUAL ACARA RTK IV
PERGERAKAN MAHASISWA ISLAM INDONESIA
STAINH MALINGPING

Bismillahirohmaanirrohim
Pimpinan Rapat Tahunan Komisariat ( RTK ) IV Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia
STAINH Malingping, setelah:

MENIMBANG
1. Bahwa demi mewujudkan ketertiban dan kelancaran dalam RTK IV PMII STAINH
Malingping, maka di pandang perlu adanya penetapan manual acara RTK IV Pergerakan
Mahasiswa Islam Indonesia STAINH Malingping
2. Bahwa untuk memberikan kepastian hukum maka di pandang perlu untuk menetapkan
keputusan Rapat Tahunan Komisariat IV PMII STAINH Malingping tentang manual
acara RTK PMII STAINH Malingping.

MENGINGAT
1. Anggaran Dasar PMII
2. Anggaran Rumah Tangga PMII
3. Nilai Dasar Pergerakan PMII

MEMPERHATIKAN
Hasil Sidang Pleno BPH PK PMII STAINH Malingping pada tanggal 02 Februari 2017

MEMUTUSKAN
Menetapkan :
1. Manual acara RTK IV PMII STAINH Malingping, sebagaimana terlampir
2. Keputusan ini akan di tinjau kembali jika kemudian terdapat kekeliruan
3. Keputusan ini berlaku sejak tanggal di tetapkan

Wallahul Muwaffiq Ilaa Aqwamit Thoriq

Ditetapkan di : Malingping
Hari : ……………….
Tanggal :....... Meret 2017
Pukul :………WIB

PIMPINAN SIDANG SEMENTARA RTK IV


PERGERAKAN MAHASISWA ISLAM INDONESIA
STAINH MALINGPING

(...............................................) (...............................................) (...............................................)


Sekretaris Ketua Anggota
KEPUTUSAN RAPAT TAHUNAN KOMISARIAT IV
PERGERAKAN MAHASISWA ISLAM INDONESIA
Nomor: 002.RTK.IV.PMII.03.2017
Tentang:
KETETAPAN TATA TERTIB PEMILIHAN PRESIDIUM RTK IV
PERGERAKAN MAHASISWA ISLAM INDONESIA
STAINH MALINGPING
Bismillahirohmaanirrohim
Pimpinan Rapat Tahunan Komisariat ( RTK ) IV Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia
STAINH Malingping, setelah:

MENIMBANG
1. Bahwa demi mewujudkan ketertiban dan kelancaran RTK IV PMII Pengurus Komisariat
STAINH Malingping, maka di pandang perlu adanya penetapan pimpinan sidang tetap
RTK IV Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia STAINH Malingping.
2. Bahwa untuk memberikan kepastian hukum maka di pandang perlu untuk menetapkan
keputusan Rapat Tahunan Komisariat IV PMII STAINH Malingping tentang tata tertib
pemilihan presidium sidang RTK IV PMII STAINH Malingping.

MENGINGAT
1. Anggaran Dasar PMII
2. Anggaran Rumah Tangga PMII
3. Nilai Dasar Pergerakan PMII

MEMPERHATIKAN
Hasil Sidang Pleno BPH PK PMII STAINH Malingping pada tanggal 02 Februari 2017

MEMUTUSKAN
Menetapkan :
1. Tata Tertib Pemilihan Presidium RTK IV PMII STAINH Malingping.
2. Keputusan ini akan di tinjau kembali jika kemudian terdapat kekeliruan
3. Keputusan ini berlaku sejak di tetapkan

Wallahul Muwaffiq Ilaa Aqwamit Thoriq

Ditetapkan di : Malingping
Hari : ……………….
Tanggal :....... Meret 2017
Pukul :………WIB

PIMPINAN SIDANG SEMENTARA RTK IV


PERGERAKAN MAHASISWA ISLAM INDONESIA
STAINH MALINGPING

(...............................................) (...............................................) (...............................................)


Sekretaris Ketua Anggota
TATA TERTIB
PEMILIHAN PRESEDIUM SIDANG TETAP
RAPAT TAHUNAN KOMISARIAT IV
PERGERAKAN MAHASISWA ISLAM INDONESIA
STAINH MALINGPING

1. Ketentuan Presedium Sidang Tetap


a. Presedium sidang bukan Pegurus Komisariat PMII STAINH Malingping periode 2016-
2017
b. Presedium sidang adalah anggota PMII STAINH Malingping
c. Presidium sidang terdiri dari presidium sidang I ( ketua presidium), II ( sekretaris
presedium), III ( anggota presidium)
d. Setiap anggota sidang pada RTK IV STAINH Malingping berhak dipilih menjadi
presedium sidang
e. e. Setiap anggota sidang berhak untuk mengajukan diri untuk mencalonkan menjadi
presedium sidang.
2. Mekanisme Pemilihan Presedium Sidang
a. Presedium sidang dipilih oleh peserta RTK IV
b. Bakal calon presedium sidang hadir dalam forum
c. Tiga suara teratas sah menjadi presedium I,II,dan III
d. Pemilihan dilakukan dengan asas LUBER dan menggunakan kertas pemilihanyang
disediakan panitia RTK IV
/
Wallahul Muwaffiq Ilaa Aqwamit Thoriq

Ditetapkan di : Malingping
Hari : ……………….
Tanggal :....... Meret 2017
Pukul :………WIB

PIMPINAN SIDANG SEMENTARA RTK IV


PERGERAKAN MAHASISWA ISLAM INDONESIA
STAINH MALINGPING

(...............................................) (...............................................) (...............................................)


Sekretaris Ketua Anggota
KEPUTUSAN RAPAT TAHUNAN KOMISARIAT IV
PERGERAKAN MAHASISWA ISLAM INDONESIA
Nomor: 003.RTK.IV.PMII.03.2017
Tentang:
HASIL PEMILIHAN PRESEDIUM RTK IV
PERGERAKAN MAHASISWA ISLAM INDONESIA
STAINH MALINGPING
Bismillahirohmaanirrohim
Pimpinan Rapat Tahunan Komisariat ( RTK ) IV Pergerakan Mahasiswa Islam
Indonesia STAINH Malingping, setelah:

MENIMBANG
1. Bahwa demi mewujudkan ketertiban dan kelancaran RTK IV PMII Pengurus Komisariat
STAINH Malingping, maka di pandang perlu adanya penetapan pimpinan sidang tetap
RTK IV Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia STAINH Malingping.
2. Bahwa untuk memberikan kepastian hukum maka di pandang perlu untuk menetapkan
keputusan Rapat Tahunan Komisariat IV PMII STAINH Malingping tentang Presidium
tetap RTK IV PMII STAINH Malingping.

MENGINGAT
1. Anggaran Dasar PMII
2. Anggaran Rumah Tangga PMII
3. Nilai Dasar Pergerakan PMII

MEMPERHATIKAN
Hasil Sidang Pleno RTK IV PMII STAINH Malingping

MEMUTUSKAN
Menetapkan :
1. Hasil Pemilihan Presidium Sidang RTK IV PMII STAINH Malingping
a. Ketua presidium : …………………………..
b. Sekretaris : …………………………..
c. Anggota : …………………………..
2. Keputusan ini akan di tinjau kembali jika kemudian terdapat kekeliruan
3. Keputusan ini berlaku sejak di tetapkan

Wallahul Muwaffiq Ilaa Aqwamit Thoriq

Ditetapkan di : Malingping
Hari : ……………….
Tanggal :....... Meret 2017
Pukul :………WIB

PIMPINAN SIDANG SEMENTARA RTK IV


PERGERAKAN MAHASISWA ISLAM INDONESIA
STAINH MALINGPING

(...............................................) (...............................................) (...............................................)


Sekretaris Ketua Anggota
KEPUTUSAN RAPAT TAHUNAN KOMISARIAT IV
PERGERAKAN MAHASISWA ISLAM INDONESIA
Nomor: 004.RTK.IV.PMII.03.2017
Tentang:
KETETAPAN TATA TERTIB RTK IV
PERGERAKAN MAHASISWA ISLAM INDONESIA
STAINH MALINGPING

Bismillahirohmaanirrohim
Pimpinan Rapat Tahunan Komisariat ( RTK ) IV Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia
STAINH Malingping, setelah:

MENIMBANG
1. Bahwa demi mewujudkan ketertiban dan kelancaran RTK IV PMII Pengurus Komisariat
STAINH Malingping, maka di pandang perlu adanya penetapan pimpinan sidang tetap
RTK IV Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia STAINH Malingping.
2. Bahwa untuk memberikan kepastian hukum maka di pandang perlu untuk menetapkan
keputusan Rapat Tahunan Komisariat IV PMII STAINH Malingping tentang tata tertib
RTK IV PMII STAINH Malingping.

MENGINGAT
1. Anggaran Dasar PMII
2. Anggaran Rumah Tangga PMII
3. Nilai Dasar Pergerakan PMII

MEMPERHATIKAN
Hasil Sidang RTK IV PMII STAINH Malingping.

MEMUTUSKAN
Menetapkan :
1. Tata Tertib RTK IV PMII STAINH Malingping.
2. Keputusan ini akan di tinjau kembali jika kemudian terdapat kekeliruan.
3. Keputusan ini berlaku sejak di tetapkan.

Wallahul Muwaffiq Ilaa Aqwamit Thoriq

Ditetapkan di : Malingping
Hari : ……………….
Tanggal :....... Meret 2017
Pukul :………WIB

PIMPINAN SIDANG RTK IV


PERGERAKAN MAHASISWA ISLAM INDONESIA
STAINH MALINGPING

(...............................................) (...............................................) (...............................................)


Sekretaris Ketua Anggota
TATA TERTIB SIDANG
RAPAT TAHUNAN KOMISARIAT IV
PERGERAKAN MAHASISWA ISLAM INDONESIA
STAINH MALINGPING

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
1. Rapat Tahunan Komisariat IV Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia STAINH
Malingping yang selanjutnya disebut RTK IV PMII STAINH Malingping adalah
permusyawaratan tertinggi dalam organisasi PMII di STAINH Malingping.
2. RTK IV PMII STAINH Malingping diikuti oleh Pengurus Komisariat dan Pengurus
Rayon PMII di wilayah koordinasi PK PMII STAINH Malingping.
3. RTK IV PMII STAINH Malingping dianggap sah apabila dihadiri sekurang-kurangnya
separuh lebih satu dari jumlah komisariat yang berada di STAINH Malingping.

BAB II
WAKTU DAN TEMPAT

Pasal 2
RTK IV PMII STAINH Malingping diselenggarakan pada tanggal 25 sampai 26 Bulan Maret
Tahun 2017 .di gedung STAI Nurul Hidayah malingping

BAB III
PIMPINAN, TUGAS DAN WEWENANG

Pasal 3
Pimpinan dan Kepanitian RTK IV PMII STAINH Malingping:
1. Pimpinan RTK IV PMII STAINH Malingping adalah Pengurus Komisariat STAINH
Malingping Masa Khidmat 2016-2017.
2. Pimpinan RTK IV PMII STAINH Malingping bertanggung jawab penuh atas
terselenggaranya RTK IV STAINH Malingping.
3. Penanggung jawab RTK IV membentuk panitia yang terdiri dari panitia SC dan panitia
OC

Pasal 4
RTK IV PMII STAINH Malingping mempunyai tugas dan wewenang untuk :
1. Mengevaluasi, melaporkan dan mengesahkan laporan pertanggung jawaban PK PMII
STAINH Malingping Masa Khidmat 2016-2017.
2. Membahas dan menetapkan Strategi Pengembangan Kaderisasi dan Kebijakan
Organisasi.
3. Membahas dan menetapkan Strategi gerakan dan hubungan eksternal.
4. Membahas dan menetapkan Strategi dakwah dan pengembangan Kajian Islam.
5. Membahas dan menetapkan strategi Pengembangan Kelembangan KOPRI dan
Pemberdayaan Kader Perempuan.
6. Membahas dan menetapkan Pokok-pokok rekomendasi dan kebijakan strategi organisasi.
7. Memilih, menetapkan, dan mengesahkan Ketua Komisariat PMII STAINH Malingping
Masa Khidmat 2017-2018 dan tim formatur.
BAB IV
PESERTA RTK

Pasal 5
Peserta RTK IV terdiri dari:
1. Pengurus Komisariat dan Pengurus Rayon PMII STAINH Malingping Masa Khidmat
2016-2017 yang terdiri dari Badan Pengurus Harian dan Anggota PMII STAINH.
2. Undangan yang terdiri dari Pengurus Rayon, Pengurus Cabang, Pengurus Koordinator
Cabang dan Majelis Pembina Cabang.

Pasal 6
Hak dan kewajiban peserta adalah sebagai berikut :
1. Berkewajiban menaati tata tertib RTK IV PMII STAINH Malingping.
2. Berkewajiban menjaga ketertiban, kelancaran dan kualitas sidang-sidang selama
berjalanya RTK IV PMII STAINH Malingping.
3. Setiap peserta penuh memiliki hak bicara dan hak suara.
4. Setiap peserta peninjau memiliki hak bicara.
5. Peserta penuh dan peninjau berbicara lewat pimpinan sidang.
6. Apabila ada peserta yang melanggar isi ketentuan pasal ini, maka pimpinan berhak
menenangkan dan menegur peserta yang bersangkutan.
7. Apabila ada peserta yang melanggar isi ketentuan pasal ini sebanyak 3 kali maka
pimpinan berhak mengeluarkan peserta sidang.

BAB V
MUSYAWARAH DAN RAPAT-RAPAT

Pasal 7
Musyawarah dan rapat-rapat RTK IV PMII STAINH Malingping terdiri dari :
1. Sidang pleno merupakan persidangan yang dihadiri oleh seluruh peserta RTK IV PMII
STAINH Malingping yang tediri dari:
a. Sidang Pleno I membahas manual acara dan tata tertib Pemilihan Presidium sidang,
serta pemilihan dan penetapan presidium sidang.
b. Sidang Pleno II membahas dan menetapkan tata tertib RTK IV PMII STAINH
Malingping.
c. Sidang Pleno III penyampaian Laporan pertanggung jawaban PK PMII Malingping
dan pandangan umum Komisariat dan Rayon.
d. Sidang Pleno IV pembagian Rapat Sidang Komisi.
e. Sidang Pleno V ( pleno Komisi) membahas dan mengesahkan hasil-hasil sidang
komisi serta pokok-pokok rekomendasi yang termuat dalam masing-masing komisi.
f. Sidang Pleno VI Pendemisioneran PK PMII STAINH Malingping periode 2016-
2017.
g. Sidang Pleno VII membahas tata tertib pemilihan Ketua Komisariat dan formatur.
h. Sidang pleno VIII Pemilihan dan menetapkan Tim Formatur PK PMII STAINH
Malingping masa khidmat2017-2018
2. Sidang komisi
a. Komisi A : Strategi Pengembangan Kaderisasi dan Kebijakan Organisasi
b. Komisi B : Strategi Gerakan Dan Hubungan Eksternal
c. Komisi C : Strategi Dakwah Dan Lembaga Kajian Islam
d. Komisi D : Pengembangan Kelembangan KOPRI dan Pemberdayaan Kader
Perempuan
BAB VI
PIMPINAN SIDANG

Pasal 8
1. Pimpinan sidang pleno I terdiri dari 1 (satu) orang Ketua, 1 (satu) orang Sekretaris dan
1(satu) orang anggota yang ditentukan oleh pimpinan RTK IV PMII STAINH
Malingping.
2. Pimpinan sidang Komisi terdiri dari seorang ketua dan seorang sekretaris yang dipilih
oleh komisi bersangkutan.
3. Sidang dianggap sah sekurang-kurangnya dihadiri 2 pimpinan sidang dan qourum
4. Pimpinan sidang dapat menggunakan tanda ketuk dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Satu ketukan digunakan untuk mengesahkan kesepakatan forum.
b. Dua kali ketukan digunakan untuk menskorsing sidang.
c. Tiga kali ketukan digunakan untuk memulai dan mengakhiri forum.
d. Ketukan berkali-kali digunakan untuk mengkondisikan peserta atau forum sidang

Pasal 9
Tugas, Hak dan Kewajiban
1. Tugas Pimpinan Sidang
a. Memimpin jalannya persidangan sampai selesai dan tetap dalam kebersamaan yang
dipimpin dalam khidmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan untuk mencapai
mufakat
b. Mempertemukan pendapat-pendapat yang berbeda, menyimpulkan pembicaraan,
meminta persetujuan forum dan meluruskan jalannya sidang.
2. Hak dan Kewajiban Pimpinan Sidang
a. Mengesahkan tata tertib sidang.
b. Menetapkan dan mengesahkan keputusan sidang.
c. Menetapkan dan mengesahkan laporan pertanggungjawaban.
d. Mencatat dan mengumumkan setiap keputusan yang diambil.
e. Memperingatkan dan atau mengeluarkan peserta sidang apabila mengganggu jalannya
persidangan dengan kesepakatan peserta.
f. Mengatur jalannya persidangan.

Pasal 10
Oleh karena satu dan lain hal ketua sidang memandang perlu adanya untuk membicarakan
masalah-masalah yang pelu untuk dirundingkan atau dilobby atau harus berkonsultasi dengan
penanggung jawab RTK IV dan atau panitia pengarah RTK IV, maka sementara dapat
meninggalkan tempat pimpinan sidang diserahkan kepada wakil atau sekertaris.

BAB VII
QUORUM DAN TATA CARA PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Pasal 11
Quorum
1. Setiap sidang pleno dianggap sah apabila dihadiri oleh 1/2 dari jumlah peserta penuh
yang ada.
2. Sidang komisi dianggap sah apabila dihadiri oleh ½ lebih satu dari anggota komisi
3. Apabila point (1) dan (2) tidak tercapai, maka sidang ditunda selama 3 X 5 menit
menunggu peserta hadir.
4. Apabila dalam waktu 3 X 5 menit belum memenuhi quorum maka sidang dapat dimulai
tanpa memperhatikan quorum.
Pasal 12
Pengambilan Keputusan
1. Semua keputusan diusahakan melalui musyawarah mufakat.
2. Apabila musyawarah mufakat tidak tercapai, maka diadakan lobby selama 2 X 5 menit.
3. Jika musyawarah mufakat tidak tercapai pada saat lobby maka keputusanya dilakukan
dengan pemungutan suara
4. Keputusan yang berdasarkan pada pemungutan suara ini dianggap sah apabila disetujui
suara terbanyak.
5. Apabila hasil pemungutan suara berimbang maka dilakukan lobby 1X15 menit dan
apabila hasilnya berimbang maka diambil secara qur’ah (undi).
6. Pemungutan suara dilakukan secara bebas dan terbuka.

Pasal 13
1. Seluruh pelaksanaan sidang dicatat dalam berita acara persidangan yang berisi :
a. Waktu, tempat dan tanggal persidangan
b. Jenis persidangan (Pleno, komisi)
c. Pimpinan sidang, sekretaris sidang dan anggota
d. Jumlah peserta yang menandatangani daftar hadir
e. Notulensi jalanya persidangan
f. Kesimpulan keputusan sidang
2. Semua keputusan dan ketetapan RTK IV ditandatangani oleh pimpinan sidang RTK IV

BAB VIII
KETENTUAN TAMBAHAN

Pasal 14
1. Tata tertib pemilihan Ketua Komisariat dan tim formatur RTK IV diatur dalam tata tertib
tersendiri.
2. Hal-hal yang belum diatur dalam tata tertib ini, akan diatur kemudian sesuai kesepakatan
forum.
3. Tata tertib ini berlaku sejak waktu dan tanggal ditetapkan.

Wallahul Muwaffiq Ilaa Aqwamit Thoriq

Ditetapkan di : Malingping
Hari : ……………….
Tanggal :....... Meret 2017
Pukul :………WIB

PIMPINAN SIDANG RTK IV


PERGERAKAN MAHASISWA ISLAM INDONESIA
STAINH MALINGPING

(...............................................) (...............................................) (...............................................)


Sekretaris Ketua Anggota
KEPUTUSAN RAPAT TAHUNAN KOMISARIAT IV
PERGERAKAN MAHASISWA ISLAM INDONESIA
Nomor: 005.RTK.IV.PMII.03.2017
Tentang:
LAPORAN PERTANGGUNG JAWABAN RTK IV
PERGERAKAN MAHASISWA ISLAM INDONESIA
STAINH MALINGPING

Bismillahirohmaanirrohim
Pimpinan Rapat Tahunan Komisariat ( RTK ) IV Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia
STAINH MALINGPING, setelah:

MENIMBANG
1. Bahwa untuk mengevaluasi, mempertanggung jawabkan dan menilai kinerja Pengurus
Komisariat PMII STAINH Malingping 2016-2017, maka di pandang perlu adanya
laporan pertanggung jawaban pengurus Komisariat PMII STAINH Malingping.
2. Bahwa untuk memberikan kepastian hukum maka di pandang perlu untuk menetapkan
laporan pertanggung jawaban Pengurus Komisariat PMII STAINH Malingping masa
khidmat 2016-2017.

MENGINGAT
1. Anggaran Dasar PMII
2. Anggaran Rumah Tangga PMII
3. Nilai Dasar Pergerakan PMII

MEMPERHATIKAN
Hasil Sidang Pleno RTK IV PMII STAINH MALINGPING

MEMUTUSKAN
Menetapkan :
1. Laporan pertanggung jawaban PK PMII STAINH Malingping Masa khidmat 2016-2017
2. Keputusan ini akan di tinjau kembali jika kemudian terdapat kekeliruan
3. Keputusan ini berlaku sejak di tetapkan.

Wallahul Muwaffiq Ilaa Aqwamit Thoriq


Ditetapkan di : Malingping
Hari : ……………….
Tanggal :....... Meret 2017
Pukul :………WIB

PIMPINAN SIDANG TETAP RTK IV


PERGERAKAN MAHASISWA ISLAM INDONESIA
STAINH MALINGPING

(...............................................) (...............................................) (...............................................)


Sekretaris Ketua Anggota
KEPUTUSAN RAPAT TAHUNAN KOMISARIAT IV
PERGERAKAN MAHASISWA ISLAM INDONESIA
Nomor: 006.RTK.IV.PMII.03.2017
Tentang:
STRATEGI PENGEMBANGAN KADERISASI DAN KEBIJAKAN ORGANISASI
PERGERAKAN MAHASISWA ISLAM INDONESIA
STAINH MALINGPING 2016-2017

Bismillahirohmaanirrohim
Pimpinan Rapat Tahunan Komisariat ( RTK ) IV Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia
STAINH Malingping., setelah:

MENIMBANG
1. Bahwa demi memberikan arah kebijakan organisasi, maka di pandang perlu adanya
peraturan Strategi Pengembangan Kaderisasi dan Kebijakan organisasi PMII Pengurus
Komisariat STAINH Malingping Masa Khidmat 2016-2017.
2. Bahwa untuk memberikan kepastian hukum maka di pandang perlu untuk menetapkan
keputusan Rapat Tahunan Komisariat IV PMII STAINH Malingping. tentang Strategi
Pengembangan Kaderisasi dan Kebijakan organisasi PMII STAINH Malingping Masa
Khidmat 2016-2017.

MENGINGAT
1. Anggaran Dasar PMII
2. Anggaran Rumah Tangga PMII
3. Nilai Dasar Pergerakan PMII

MEMPERHATIKAN
Hasil Sidang Pleno RTK IV PMII STAINH Malingping.

MEMUTUSKAN
Menetapkan :
1. Strategi Pengembangan Kaderisasi dan Kebijakan organisasi PMII Pengurus Komisariat
Malingping 2017-2018.
2. Keputusan ini akan di tinjau kembali jika kemudian terdapat kekeliruan.
3. Keputusan ini berlaku sejak di tetapkan.

Wallahul Muwaffiq Ilaa Aqwamit Thoriq


Ditetapkan di : Malingping
Hari : ……………….
Tanggal :....... Meret 2017
Pukul :………WIB

PIMPINAN SIDANG TETAP RTK IV


PERGERAKAN MAHASISWA ISLAM INDONESIA
STAINH MALINGPING

(...............................................) (...............................................) (...............................................)


Sekretaris Ketua Anggota
KOMISI A
STRATEGI PENGEMBANGAN KADERISASI DAN KEBIJAKAN ORGANISASI
PERGERAKAN MAHASISWA ISLAM INDONESIA
STAINH MALINGPING
2017-2018

A. PENDAHULUAN
Dari dahulu hingga sekarang, bagi PMII, tema kaderisasi senantiasa menjadi bahan kajian actual
tak ada habis-habisnya. Kaderisasi memang penting karena PMII mempunyai tanggung jawab
besar. Tantangan ke depan sangat berat mengingat kita sekarang sudah menjalani globalisasi
dimana dunia menjadi medan pertarungan sumberdaya, maka bagaimana PMII menyiapkan
kader-kadernya dengan baik akan menentukan arah masa depan bangsa ini. Harapan masa depan
layak disematkan di pundak mahasiswa yang dalam sejarahnya mampu memposisikan diri
sebagai agen perubahan sosial (agent of social change) dan agen kontrol sosial (agent of social
control), baik di era 1908, 1928, 1945, 1966, 1974 maupun 1998. Karenanya, mahasiswa sering
dijadikan tolok ukur wajah kepemimpinan bangsa ke depan. Potret mahasiswa sekarang adalah
potret kepemimpinan negeri ini di masa mendatang. Sayangnya, banyak pihak yang kini
mempertanyakan gerakan mahasiswa yang dinilai tidak jelas arah. Ada empat tanda gerakan
mahasiswa sejak 1998 sampai sekarang dipandang gagap, yaitu: Satu, ketidakjelasan ideologi
(carut-marut tata nilai) sehingga melahirkan ketidakjelasan program kerja yang bisa disepakati
bersama bahkan program kerja gerakan mahasiswa menjadi sangat pragmatis seperti ingin cepat
lulus dan dapat penghidupan layak; Dua, tidak adanya ideologi yang jelas sebagai dampak dari
menguatnya ideol ogi pasar bebas sehingga segala sesuatu mulai ditransaksikan; Tiga, kalaupun
ada program kerja bersifat fluktuatif atau naik turun mengikuti momentumnya saja dan lebih lagi
sekadar mediatik untuk tampil di permukaan semata; dan Empat, tidak radikal membumi alias
terlalu elitis, sehingga kesadaran yang muncul berbasis wacana dan jarang membumi dalam
kenyataan yang sebenarnya. Dalam situasi demikian, mahasiswa dituntut kembali menata dirinya
untuk menjadi generasi yang bisa dibanggakan dalam menjawab tantangan zaman (Kun Ibna
Zamanika). Pemuda harus bisa berfikir dan bertindak secara realistis sesuai zamannya dan
bergerak untuk mencapai cita-cita bersama-sama.

B. PENGKADERAN DI STAINH MALINGPING


Dalam sistem kaderisasi PMII, dikenal tiga tahapan proses, yaitu produksi (merekrut-mendidik),
distribusi (menyebar-membagi pangkalan gerakan) dan kontestasi (bersaing untuk
memenangkan pertarungan).

1. Produksi Kader
Sebagai organisasi kader, PMII senantiasa melakukan produksi kader. Walau kita terkadang
tidak tahu setelah dari PMII mau jadi apa atau kerja apa. Maka yang paling elementer bagi PMII
adalah produksi sumberdaya, menciptakan kader PMII yang bermutu dan siap bersaing dalam
merebut basis modal, basis pengetahuan dan basis kekuasaan negara. Kader PMII harus mampu
memiliki standar performance, sehingga mampu melahirkan kader yang lebih bagus dari yang
sebelumnya. Di situlah pentingnya pengembangan basis potensi kader sebagai bekal agar kader
percaya diri dalam berkompetisi di lapangan. Produksi kader PMII selama ini ditempuh melalui
tiga pendekatan, yaitu kaderisasiformal, non-formal dan informal. Kaderisasi sudah dimulai
sejak rekruitmen anggota.
Kaderisasi formal berupa Masa Penerimaan Anggota Baru (MAPABA), Pelatihan Kader Dasar
(PKD) dan Pelatihan Kader Lanjut (PKL). Dari sini yang terlihat kaderisasi yang paling sering
dilakukan adalah kaderisasi formal. Namun follow-upnya sering tidak jelas atau kalaupun ada
terlihat kurang serius pelaksanaannya. Maka perlu ada proses yang bisa
lebihdimaksimalkan.Dalam kaderisasi formal biasanya kita penuhi dengan materi yang bersifat
nilai atau menginternalisasikan hal-hal yang bersifat normatif. MAPABA, misalnya, sebagai
pintu awal masuk ke dalam PMII bertujuan untuk mewujudkan Anggota Mu’takid yang
meyakini PMII sebagai wadah Pergerakan yang tepat untuk memperjuangkan kebenaran sesuai
akidah Islam Ahlussunnah wal Jama’ah dan menegakkan martabat bangsa sesuai cita-cita
kemerdekaan
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sedangkan PKD diarahkan penguatan nilai,
pengembangan watak pribadi, penguatanpengetahuan dan potensi kader. PKD bertujuan untuk
mewujudkan Kader Mujahid yang mampu mengembangkan watak kepribadian, pengetahuan
dan potensinya masing-masing untuk meraih cita-cita pergerakan. Adapun PKL merupakan
proses kaderisasi lanjutan yang lebih bersifat refleksi dan pengembangan. PKL bertujuan untuk
mewujudkan Kader Mujtahid yang siap menjadi pemain/aktor utama dalam ketahanan,
pertahanan dan pembangunan bangsa di segala bidang guna menegakkan Islam Ahlussunnal wal
Jama’ah dan memperteguh kemerdekaan Indonesia di era kompetisi global, yaitu terwujudnya
bangsa yang jaya, Islam yang benar, bangun tersentak dari bumiku subur. Kaderisasi informal
juga lebih sering kita lakukan secara sadar maupun tidak sadar, seperti bimbingan, diskusi kecil-
kecilan, bahkan main poker yang bisa menjadi wahana melatih mental dengan saling menggasak
satu sama lain. Sedangkan kaderisasi non-formal adalah kursus-kursus atau pelatihan-pelatihan
pasca-kaderisasi formal, sesuai dengan tingkatannya, seperti diskusi agama, sekolah filsafat,
sosiologi, pelatihan proposal, kursus bahasa asing, diklat kepemimpinan, diklat produksi
ekonomi perdagangan (kewirausahaan), diklat riset ilmu pengetahuan dan teknologi, diklat
media komunikasi dan informasi (jurnalistik), diklat dakwah, diklat kebudayaan, diklat
kesehatan, diklat peradilan hukum dan HAM, diklat politik anggaran dan kebijakan, diklat bela
negara, kepanduan dan kepecintaalaman, dan lain-lain. Sebagai contoh, kalau tidak menguasai
bahasa, terutama bahasa Inggris, PMII akan banyak gagal menjadi pemain global, karena kita
tidak mampu membaca kenyataan global yang menggunakan bahasa asing. Atau di bidang
jurnalistik, PMII perlu membekali kader dengan skill kejurnalistikan dan membangun jejaring
dengan media massa. Di bidang advokasi, PMII perlu membuat pelatihan advokasi seperti
advokasi buruh, advokasi anggaran dan kebijakan bahkan kepengacaraan dan peradilan supaya
menguasai advokasi litigasi maupun non-litigasi. Di bidang kewirausahaan, PMII harus
mengadakan pelatihan produksi ekonomi dan perdagangan dan membangun jaringan dengan
kelompok wirausaha sehingga perdagangan kader PMII bisa maju. Begitu juga yang ingin di
akademisi, partai politik maupun LSM. Itu semuanya mencita-citakan kader-kader PMII ke
depan bisa survive. Khusus kaderisasi nonformal ini sekarang agak susut (berkurang) atau jarang
diadakan karenanya perlu ditingkatkan lagi. Selama ini kita lebih banyak mengadakan seminar,
workshop, lokakarya, simposium, pemantauan pemilu, dan lain-lain, yang seharusnya juga perlu
diseimbangkan dengan pelatihan lobi, anggaran, manajemen, merekrut kader, dll.
Perlu disadari bahwa hasil dari proses produksi kader semacam ini tidaklah seragam. PMII tidak
seperti pabrik odol atau pabrik sabun yang mampu menghasilkan produk yang seragam. Di PMII
itu hasil produk kadernya macam-macam walau pendekatan kaderisasi formalnya sama. Dulu
kader PMII itu biasa kucel, tapi pintar dan cerdas. Ada juga yang rapi, juga pintar dan cerdas.
Ada pula yang kucel tapi kurang pintar dan cerdas. Semua harus dirawat dan dididik sebagai
bagian dari kader PMII. Ini tentu agak berbeda dengan kenyataan PMII sepuluh atau dua puluh
tahun silam. Pada tahun 1990-an, PMII mengalami masa-masa yang khas memproduksi orang-
orang yang berani melawan secara frontal terhadappemerintah yang ditandai banyaknya gerakan
advokasi, demontrasi dan perlawanan terhadap negara. Tentu sekarang agak beda karena
situasinya juga sudah berbeda.

2. Distribusi Kader
Distribusi kader sering disamakan dengan diaspora atau penyebaran kader di berbagai bidang.
Padahal makna “ Diaspora ” bukan menyebarnya orang ke mana-mana, tetapi menyebarnya
sistem. Seperti Yahudi menyebar sistem di mana-mana. Sistem pengetahuan, sistem kekuasaan
ataupun sistem modal. Diaspora juga diartikan penyebaran struktural tetapi tidak kelihatan.
Terkait diaspora gerakan ini kita disuruh apa? Menjawabnya agak susah. Distribusi ini akan
berjalan strategis kalau melalui pola intruksi dari pimpinan PMII. Pertanyaannya, apakah kalau
diinstruksi, sahabat-sahabat bersedia menjalankannya? Ini persoalan karena kebiasaan kita minta
diinstruksi tetapi kalau diinstruksi selalu mengajak diskusi, selalu mengelak. Sesungguhnya kita
disuruh ngapain itu muncul dari dalam diri sendiri, bukan dari luar kita. Maka munculkan energi
dari dalam yang lebih kuat. Kami sendiri tidak bisa jawab kalau ditanya: “Kita harus ngapain?”.
Secara umum, mengamati situasi saat ini, penyebaran kader (tepatnya: Alumni) PMII bisa
diklasifikasikan dalam lima bidang, yaitu: pengetahuan, kekuasaan, modal, advokasi yang lebih
dekat dengan arah kebijakan atau relasi kekuasaan, dan pofesional yang benar-benar murni skill
seperti wartawan. Yang paling dominan adalah pengetahuan (wacana) dan politik. Sedangkan
yang lain masih sedikit. Itu karena dalam 20 tahun terakhir ini, lebih banyak alumni PMII yang
lulusan diklat politik dan ansos.
Kita memang jarang melakukan pelatihan professional. Maka tidak heran yang lahir dari PMII
lebih banyak jadi politisi, pemikir, advokat (advokasi melalui LSM) dan jarang yang menjadi
pengusaha (walau ada beberapa tapi butuh pendekatan khusus untuk digerakkan demi
kepentingan kolektif). Sekarang ini mencari uang untuk organisasi saja lebih banyak dari alumni
politisi. Jarang kita mendekat ke alumni yang pengusaha. Padahal minta uang pada pengusaha itu
susah. Maka ketika kita berbicara membangun basis modal (produksi ekonomi dan perdagangan)
sama saja dengan membabat alas. Sehingga harus ada proses kaderisasi yang lebih bermutu
supaya semuanya bisa berjalan dengan baik. Bagaimana cara memperkuat hubungan dengan
kekuasaan dan bagaimana setelah dari PMII. Di situlah perlu untuk memperbanyak atau sesering
mungkin menyelenggarakan kaderisasi non-formal.
Terkait diaspora ini kita perlu disiplin. Sebab sulitnya mengatur diaspora kader PMII juga terkait
erat dengan rendahnya kedisiplinan kita. Kalau direfleksikan, penyebaran kader PMII itu bukan
diaspora, tetapi penyebaran yang merupakan kecelakan. Benar-benar menyebar yang susah
dikontrol. Ini menjadi tugas kita bersama. Kader yang sudah didistribusikan harus bisa
memahami alur sistem diaspora yang dijalankan. Di ruang manapun, di bidang apapun dan di
pangkalan gerakan manapun diberi mandat, harus patuh dan melaksanakan dengan baik dan
optimal, bukan semata-mata untuk individu tetapi untuk kebersamaan. Soal sistem inilah yang
harus dirumuskan bersama-sama sehingga akan menjadi kultur (budaya) atau habitus di PMII.

3. Kontestasi Kader
Kontestasi bisa diartikan sebagai proses kompetisi atau persaingan kader dalam rangka
memenangkan pertarungan/perebutan untuk menguasai berbagai pangkalan gerakan. Dalam hal
ini mental atau nyali kader menjadi salah satu faktor penentu, di luar faktor keberuntungan
takdir.
Kontestasi kader meniscayakan adanya penataan yang rapi mulai dari proses produksi dan
distribusi, termasuk adanya pembagian peran dalam berbagai pangkalan gerakan supaya tidak
bertubrukan sesama kader. Standar keberhasilan kader akan dilihat dari kemampuan dia survive
dalam persaingan hidup. Apakah dia mempunyai kepercayaan diri yang kuat bahwa dia siap
untuk bersaing dengan siapapun dan di tempat manapun? Seorang kader yang sudah melalui fase
produksi dan sudah didistribusikan dituntut harus siap survive di pangkalan tersebut dan di
situlah dia akan bersaing dengan banyak orang (berkontestasi): akankah dia bertahan dan
semakin mampu berkarir dengan bagus, ataukah malah terpental dan terbuang dari pangkalan
gerakan tersebut?

C. BEKAL KADERISASI
Bagaimana PMII menghadapi “perang terbuka” kompetisi global tersebut? Apa yang sudah
disiapkan PMII agar kader-kadernya mampu berbuat banyak di era pasar bebas?

1. Bekal Iman, Ilmu dan Ketrampilan


Dalam menghadapi “pertempuran”, yang perlu disiapkan adalah bekal yang cukup sehingga
percaya diri memasuki gelanggang “pertempuran”. Sebaliknya, kalau bekal kurang tentu akan
susah untuk bisa menang, kecuali ada keajaiban. Bekal di sini mencakup banyak hal, seperti
keimanan dan ketakwaan, ilmu pengetahuan, keterampilan (skill), jaringan, dll.
Bekal tersebut diakumulasi untuk gerakan dengan membangun basis di pangkalan gerakan yang
sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.

2. Bekal Disiplin dalam Menjalankan Mandat


Untuk bisa punya bekal yang cukup dan mampu membangun basis pangkalan gerakan yang
memadai, maka niscaya adanya kedisiplinan diri bagi tiap kader dalam segala hal, dari disiplin
dalam penguasaan ilmu maupun perilakunya, seperti dalam hal yang sederhana terkait mengatur
waktu, studi, menjalankan tugas organisasi maupun pengembangan kapasitas diri sesuai dengan
bakat-minatnya.
Ketika semua kader PMII sudah mampu membangun disiplin diri maka tinggal diatur bagaimana
formasi gerakannya agar bermanfaat untuk kepentingan bersaa. Dengan demikian, bukan
mustahil PMII akan memenangkan “pertempuran” (pelajaran berharga dari perang Badar, perang
Uhud dan perang-perang lainnya).

3. Bekal Percaya Diri dalam Segala Keadaan


Kaderisasi PMII diharapkan bisa membuat kader percaya diri menghadapi tantangan zaman
dalam segala keadaan. Percaya diri membuat kader PMII berani menghadapi globalisasi yang
meniscayakan persaingan sumberdaya. Siapa yang bagus kualitasnya akan survive, siapa yang
kurang bagus kualitasnya akan tergilas. Orang yang tidak punya kemampuan akan tidak percaya
diri dan itu tanda-tanda akan tergilas.
Secara sederhana, standar keberhasilan kader PMII adalah mana kala dia percaya diri dengan
kemampuan yang dimilikinya. Al-I’timad ala an-Nafs Asasun Najah; Percaya Diri adalah Kunci
Kesuksesan/Keberhasilan/Kemenangan). Demikian bunyi maqolah Arab yang popular di
kalangan pesantren. Keberhasilan, kesuksesan dan kemenangan akan diraih selama kita masih
percaya diri. Percaya diri dalam apa saja, baik atas akidah kita, amaliah kita, ilmu kita, jati diri
kita, SDM kita, identitas kultural kita, keterampilan kita, skill kita, kemampuan manajerial kita,
kemampuan lobi atau komunikasi kita, kemandirian kita, dan lain seterusnya. Pertanyaannya,
dengan mengikuti organisasi PMII bisa membuat kita semakin percaya diri atau tidak? Semakin
terampil atau tidak? Semakin berani dalam bersaing dengan
orang lain atau tidak? Kalau ternyata kecenderungannya lebih banyak negatif, banyak kader yang
keluar dari PMII karena tidak bertambah ilmu, mental atau keterampilannya, maka berarti
kaderisasi perlu ditingkatkan.

4. Bekal Kolektivitas (Berjama’ah)


Menghadapi situasi demikian, kita harus membangun gerakan kolektif (berjama’ah) agar bisa
survive bersama-sama (survival collective). Ini bahasa lama yang sudah 10 tahun kita dengar dan
kita gagas tetapi masih perlu diwujudkan dengan gerak nyata.
Dengan bekal yang cukup, disiplin, percaya diri dan kolektivitas akan membuat kita bias survive.
Maka meniscayakan pembagian peran dan kerja sama dalam mewujudkan citacita.

D. REKOMENDASI STRATEGI KADERISASI DAN KEBIJAKAN ORGANISASI


Membicarakan PMII dalam konteks strategi maupun taktik gerakan, khususnya terkait dengan
penataan pangkalan kaderisasi, maka mau tidak mau juga harus berbicara Nahdlatul Ulama
(NU), karena secara historis, ideologis dan kultural PMII tidak bisa lepas (dependensi) dengan
NU (1960), walau PMII pernah independensi (1972) dan interdependensi (1991) dengan ormas
terbesar di dunia tersebut. Mengkaji akar kesejarahan pendirian NU tidak lepas dari tiga basis
kekuatan gerakan strategis yang sudah ada sebelumnya, yaitu (1) Nahdlatul Wathon yang
bergerak di bidang politik kebangsaan dan kenegaraan (gerakan melawan penjajah Belanda demi
meraih kemerdekaan yang melahirkan banyak aktivis politik yang terlibat dalam mengelola
negara); (2) Nahdlatut Tujjar yang bergerak di bidang basis produksi dan perdagangan; dan (3)
Tashwirul Afkar yang bergerak di bidang pengembangan ilmu pengetahuan. Ketiga kekuatan
tersebut kemudian menyatu dalam wadah organisasi bernama Nahdlatul Ulama (NU). Dalam
perjalanannya, ketika NU berubah menjadi Partai Politik tahun 1954 (dimulai sejak NU keluar
dari Masyumi tahun 1952), praktis gerakan NU yang lebih menonjol adalah politik-kekuasaan,
yang di kemudian hari dipaksa rezim Orde Baru berfusi dalam PPP tahun 1973 (tekanan dari Ali
Murtopo, sang arsitek Orde Baru terhadap Sahabat Zamroni selaku Ketua Komisariat PB PMII
dan rencana fusi partai-partai islam ke dalam PPP inilah yang menyebabkan PMII kemudian
menyatakan independen dari NU pada tahun 1972 dalam pertemuan di Balai Desa Murnajati,
Malang bagian utara. Deklarasi ini disebut Deklarasi Murnajati). Setelah Khittah NU tahun 1984
yang menyatakan NU tidak terikat dengan gerakan politik manapun, maka dalam sebuah
pertemuan di Kaliurang pada tahun 1991 PMII meredefinisi relasinya dengan NU menjadi
interdependensi, deklarasi ini dikenal sebagai Deklarasai Kaliurang.
Ketiga kekuatan kuasa strategis tersebut, yaitu Politik Kenegaraan (Nahdlatul Wathon), Modal
(Nahdlatut Tujjar) dan Pengetahuan (Tashwirul Afkar) sebagai kekuatan intiNU harus
dikembalikan lagi kejayaannya. Ketika NU atau PMII ingin jaya maka harusmenggerakkan
ketiga-tiganya sekaligus sebagai kekuatan strategis. Andaikata NU atau PMIImampu menata
ketiga basis inti tersebut dengan baik maka kemungkinan besar akan tampilsebagai pemimpin
peradaban.
Yahudi adalah contoh nyata ketika mampu mengendalikan modal, pengetahuan dan negara
sekaligus mampu tampil sebagai pemimpin peradaban dunia (bahkan negara sebesar AS pun
mampu dikendalikan oleh Yahudi). Dalam bidang politik, Yahudi membuat konsepnegara-
bangsa (nation-state) melalui tokohnya bernama Ernas Renan, untuk mendukung pendirian
negara etnis Yahudi, Israil. Dalam bidang ekonomi, Yahudi membuat konsepKapitalisme dan
Sosialisme. Dalam bidang pengetahuan mereka men-design dan menguasai perkembangan
filsafat, sosiologi, ilmu politik dan teknologi. Maka bisa dipahami jika dunia sekarang ini benar-
benar hasil design bangsa Yahudi.

1. Kaderisasi di Pangkalan Politik Kebangsaan


Pertama-tama adalah hubungan PMII dengan Negara (Hablu minal daulah).
Membicarakan relasi PMII dengan negara sama artinya dengan menggerakkan semangat gerakan
Nahdlatul Wathan (Kebangkitan Tanah Air/Kaum Pribumi) yang menjadi salah satu cikal-bakal
berdirinya NU. Ini adalah embrio gerakan politik dalam tradisi NU. Semangat untuk mengelola
negara ini sampai kini masih kuat di kalangan warga NU dan PMII (bisa dilihat dari para
seniornya).
Di era kemerdekaan, orang-orang tua NU sudah terlibat aktif dalam perjuangan melawan
penjajah, misalnya, dengan menjadi anggota laskar Hizbullah yang kemudian bergabung dalam
Tentara Nasional Indonsia (TNI), walau tidak lama, karena harus keluar ketika tidak lulus dalam
program Restrukturisasi dan Rasionalisasi (Rera) TNI dan Birokrasi (era Perdana Menteri Moh.
Hatta tahun 1948). Mereka tidak lulus karena banyak yang tidak punya ijazah sekolah resmi
(kebanyakan yang lulus adalah alumni PETA dan KNIL). Inilah kenapa sampai sekarang kita
susah mencari jendral kader NU karena sejak itu kader NU yang di kelompok tentara sudah
dihabisi.
Dalam sejarah Indonesia, para tokoh NU, mulai KH. Hasyim Asy’ari, KH. Wahid Hasyim, KH.
Wahab Hasbullah, KH. Bisri Syamsuri, KH. Saefudin Zuhri, Subhan ZE, KH. Idham Chalis,
hingga KH. Abdurrahman Wahid, pernah menorehkan tinta emas sebagai pemimpin perjuangan
bangsa. Walau sejarah menunjukkan betapa banyak pihak yang ingin menggerus NU dari
panggung politik, tetapi sejarah mencatat bahwa dari NU pernah lahir seorang guru bangsa dan
menjadi presiden bernama KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur).
Dalam usianya yang ke-56 (1960-2016), PMII tergolong elastis dan fleksibel dalam berhubungan
dengan kekuasaan. PMII yang berdiri pada tahun 1960 menjadi bagian dari Partai NU.
Menjelang orde lama runtuh (1965-1966), gerakan PMII (era kepemimpinan Sahabat Zamroni)
dekat dengan TNI dan ikut mempelopori aksi pembubaran PKI tahun 1965. Namun seiring
terkonsolidasinya kekuatan orde baru, PMII dikucilkan, sehingga PMII terlibat dalam aksi
perlawanan orde baru pada akhir 1980-an dan tahun 1990-an hingga orde baru tumbang tahun
1998. Di era reformasi PMII tidak jelas dalam berhubungan dengan kekuasaan, misalnya,
mendukung Gus Dur atau melawan.
Di era reformasi pula terasa kentara tarikan politik kekuasaan oleh relasi personal kader-
kadernya. Hal itu bisa dilihat dalam setiap momentum kongres, konkorcab maupun konferensi
Pengurus Komisariat, pertarungan rebutan Ketua Komisariat lebih didasarkan pada pertarungan
politik jangka pendek. Hal yang sama juga terjadi di OKP lainnya termasuk ormas NU dan
banom-banomnya. Pragmatisme politik yang hari ini terjadi di Indonesia sungguh berbeda degan
era-era sebelumnya. Dan PMII sebagaimana OKP-OKP yang lain termasuk yang terlihat gagap
bahkan tidak siap menghadapi kenyataan tersebut. Inilah pergeseran yang berbeda dengan masa-
masa dahulu.
Hari ini kalau kita bertanya pada kader PMII: mau jadi apa? Rata-rata banyak menjawab jadi
PNS, Politisi, KPU, Panwas, bahkan PPK dan PPS. Ini memang menandakan hampir semua
ingin jadi pejabat, ingin hidup instan, bermartabat dan cepat kaya. Sebetulnya hal demikian itu
tidak masalah manakala tidak hanya sekadar untuk pertaruhan individu, melainkan untuk
pertaruhan kolektif. Maka di sinilah kita harus bisa memiliki standar performance, sehingga
mampu melahirkan kader yang lebih bagus dari kader yang sebelumnya. Secara normatif,
berhubungan dengan kekuasaan sah-sah saja. Berhubungan bisa mesra atau melawan. Maka kita
harus tahu kapan mesti bermesraan dan kapan mesti melawan. Mengelola kekuasaan memang
penting karena di situlah politik anggaran dan kebijakan diputuskan dan dilaksanakan. Maka
PMII harus bisa memaknai gerakan kekuasaan sebagai basis strategi jangka panjang. Ketika
masih aktif di PMII, politik yang diterapkan adalah politik kebangsaan dan politik kerakyatan.
Ketika sudah menjadi alumni, dipersilahkan bertarung di kekuasaan (baik di eksekutif,
legislative, yudikatif, TNI, Polri, BUMN, BUMD, dan lembaga negara lainnya).
Satu hal yang harus dipahami di sini adalah pengelolaan negara merupakan sebagaibagian dari
kehidupan kita. Kunci utama dalam hal ini adalah kepintaran kita bermain dalam pusaran
kekuasaan dan mampu memaknai independensi PMII secara tepat, tentunya tidak menyimpang
dari visi dan misi PMII. Hal itu penting karena dalam situasi pertarungan global ini ketika semua
ideology agama, politik dan ekonomi bertarung, salah satu strategi untuk mempertahankan dan
mensyiarkan ideology adalah melalui jalur kekuasaan. Namun, distribusi kader di ruang
kekuasaan harus selektif, tidak sembarang orang, supaya tidak mengecewakan bagi kepentingan
kolektif di kemudian hari mengingat sekarang ini kita berada pada sebuah zaman yang beda
dengan masa lalu sebagaimana kalau kita pahami ketika mengkaji materi geopolitik
internasional. Artinya, kita benar-benar berpacu dengan gerakan perubahan zaman global yang
semakin cepat dimana arus kuat neoliberalisme ingin mengurangi peran negara. Negara akan
dilumpuhkan untuk kepentingan pasar bebas. Maka bagi kita bangsa Indonesia yang masih
menata diri, sangat penting untuk menjaga negara. Negara harus kita jaga, kita kelola, dan kita
pimpin untuk kepentingan kolektif bangsa, bukan untuk individu atau untuk bangsa asing, karena
pertaruhan kita adalah survival bangsa kita di tengah arus globalisasi. Anak muda PMII dan NU
harus percaya diri mampu memimpin negara. Gus Dur memberikan kepercayaan pada anak
muda NU, bahwa kita mampu menjadi presiden. Di sinilah, kita harus siap menjalankan tugas,
baik tugas NU maupun tugas negara.

2. Kaderisasi di Pangkalan Modal


Membicarakan relasi PMII dengan modal sama dengan menggerakkan semangat Nahdlatut
Tujjar (Kebangkitan Kaum Pedagang) yang menjadi salah satu cikal-bakal berdirinya NU.
Dalam kurun waktu perjalanan 50 tahun (1960-2010), menunjukkan relasi PMII dengan modal
sangat lemah. Hampir semua memahami kalau rata-rata kader PMII berasal pada komunitas
nahdliyin yang secara umum sudah hancur basis kekuatan modalnya. Sejak Nahdlatul Ulama
berubah menjadi Partai Politik (1954), kekuatan ekonomi NU hampir tidak tertata. Apalagi
kebijakan orde baru sangat memarginalkan NU. Maka segenap generasi muda bangsa hendaklah
mampu membangun mental dan tradisi produksi dan persiapkan diri untuk bersaing dengan
bangsa lain. Baik kita merasa di-gembleng atau tidak di PMII dengan belajar geo politik, geo
ekonomi, geo strategi, sejarah masyarakat, Aswaja, dan materi kaderisasi lainnya, maka kita
harus memahami bahwa ruang pertarungan kita ada di situ. Bukan semata mengkritisi
pemerintah atau pemodal, tapi harus realistis dengan kenyataan di lapangan.
Maksud kaderisasi dengan pengembangan basis produksi kader ini adalah membekali kader
dengan semangat produksi dengan mengolah segala sumberdaya alam dan sumberdaya manusia
yang kita miliki untuk bekal hidup di tengah arus globalisasi, agar kita ini tidak selalu
mengandalkan proposal atau mental ongkang-ongkang yang hanya menunggu modal datang
karena mental yang demikian ini akan layak punah dalam situasi pertarungan global. PMII harus
membekali kadernya dengan mental dan skill kemandirian ekonomi yang kuat dengan mendidik
kadernya menjadi pekerja keras, terampil, disiplin dan profesional. Bukan kader ongkang-
ongkang yang maunya instan, cepat dapat uang melalui jalur pintas, dan inginnya segera jadi
orang besar dan suskes tanpa tahan proses. Untuk memperkuat basis produksi, maka kaderisasi
PMII harus dikembalikan pada kompetensi individunya. Apa yang bisa diunggulkan dari kader
itulah yang harus digali. Bukankah kita masih mempunyai kader yang suka mencangkul
(berkebun atau bertani), bertambak, berdagang, beternak, dan seterusnya sampai ada yang
menjadi calo politisi? Dan lain seterusnya. Itu semua potensi kader yang bisa dikembangkan.
Caranya adalah dengan membangun basis produksi di berbagai sektor (pertanian, perkebunan,
pertambakan, kelautan, koperasi, perdagangan, perbankan, produksi barang yang bernilai
ekonomis seperti baju, kerajinan, makanan dan lain-lain. Hal ini penting sebagai upaya untuk
membentuk watak dan pribadi kader PMII yang mandiri dan siap untuk survive di tempat
manapun dalam ikatan gerak kolektif PMII.

3. Kaderisasi di Pangkalan Pengetahuan


Membicarakan relasi PMII dengan pengetahuan sama artinya dengan menggerakkan semangat
Tashwirul Afkar (Konseptualisasi Pemikiran) yang dulu dididikah oleh KH. Abdul Wahab
Hasbullah yang kemudian menjadi salah satu cikal-bakal berdirinya NU. Pengetahuan adalah
cakrawala kita memandang dunia, termasuk basis nilai kita dalam menyikapi persoalan.
Pengetahuan akan menjadi standar berfikir, bersikap dan bertindak. Dengan standar pengetahuan
yang jelas, kita akan mampu mengenali arah dan pola gerakan PMII.
Relasi PMII dengan ilmu pengetahuan pada umumnya lebih banyak di bidang ilmu agama. Ini
bisa dipahami karena mayoritas kader PMII alumni pesantren dan basisnya juga di kampus
agama, walau pertumbuhan PMII di kampus umum mulai membaik. Dalam perkembangan 20
tahun terakhir, pengetahuan kritis bersemai kuat di PMII sehingga membuat PMII sedemikian
liberal. Kajian-kajian teori kritis baik filsafat maupun sosiologi merambah pada pemikiran
keagamaan sampai mengantarkan PMII memilih Paradigma Kritis Transformatif dan Kritik
Wacana Agama. Tentu saja dengan segala kekurangan dan kelebihannya, perkembangan ini
cukup member warna bagi sejarah PMII. Tugas utama PMII adalah merumuskan system
pengetahuan yang berbasiskan kenyataan ke-Indonesiaan sehingga pengetahuan ini bisa
dijadikan basis nilai, basis strategi dan basis taktik bangsa dalam mengarungi “pertempuran”
global. Di saat yang sama, para pemikir PMII juga masih banyak yang sekadar menyadur
pemikir orang lain alias belum orisinil. Baik pemikiran sosiologi, politik maupun keislaman (dari
yang liberal kanan sampai yang kiri mentok), semuanya masih sebatas mendaur ulang pemikiran
orang lain. Pemikir PMII belum ada yang sekelas Tan Malaka, Bung Karno dan yang lain yang
orisinil dan bisa menjadi basis gerakan. Sayangnya pengetahuan yang selama ini kita konsumsi
sudah banyak produk asing, baik teori filafat, sosiologi, politik, ekonomi, kritik wacana agama,
dan yang lainnya.
Pengetahuan ala sekolahan yang kita pelajari sejak TK sampai Perguruan Tinggi sangat
positivistik (rasionalis dan empiris/inderawi) dan sering dangkal dalam memandang sebuah
persoalan. Pengetahuan ala positifisme ini sering menafikan kebenaran pengetahuan irfani
(bathin). Di situlah, proses berpengetahuan kita harus ditata kembali. Jangan sampai diskusi-
diskusi hanya berhenti dalam tataran forum. Paling banter hanya sekadar menjadi “kula’an”
kata-kata, yang kemudian dapat disampaikan dalam forum pelatihan di Pengurus Komisariat
masingmasing. Ini tentu sebuah keadaan yang sangat tidak kita harapkan. Padahal kita sebagai
orang Indonesia mempunyai banyak basis pengetahuan lokal yang sangat arif dan tidak kalah
dengan pengetahuan barat. Dulu, sejak kecil kita selalu dikenalkan dengan takhayyul, dukun,
kesaktian, dan selalu percaya pada kiai. Namun sekarang semuanya sudah tidak ada lagi
kepercayaan tentang hal semacam itu. Maka jangan heran kalau ini semua berdampak pada
hilangnya nasionalisme kebangsaan yang sekerang ini sudah sampai pada level yang mendasar.
Seharusnya, kita yang mempunyai kekayaan peradaban yang adiluhung ini, bisa menerima baik
pengetahuan positifistik (burhani) maupun pengetahuan kebathinan atau keruhanian (irfani) juga
pengetahuan tekstual (bayani). Hubungan ketiga basis pengetahuan tersebut tidak saling
menghancurkan satu sama lain tetapi saling menopang (sirkulatif), saling melengkapi satu sama
lainnya. Semua basis ilmu pengetahuan tersebut kita gunakan untuk membangun alam raya ini
dengan baik sebagaimana ajaran Alloh SWT. Pengetahuan berasal dari Alloh dan diberikan
kepada manusia untuk bekal menjalankan mandat sebagai Khalifatullah fil-ardh.

E. STRUKTUR ORGANISASI
1. Badan Pengurus Harian (BPH)
terdiri dari Ketua Komisariat, Sekretaris, Wakil Sekretaris, Bendahara, Wakil Bendahara, Ketua
I, Ketua II, Ketua III dan Ketua KOPRI.

a. Ketua Komisariat
Kedudukan:
Ketua Komisariat adalah mandataris RTK sekaligus sebagai pemimpin tertinggi organisasi
ditingkatan PK PMII STAINH Malingping.
Tugas:
1. Memimpin, mengatur dan mengkoordinir pelaksanaan kebijakan organisasi PK PMIII
STAINH Malingping.
2. Melaksanakan kebijaksanaan organisasi, baik internal maupun eksternal
3. Melaksanakan dan bertanggung jawab terhadap koordinasi dan mengupayakan terobosan
strategis dalam rangka pengembangan organisasi, baik di dalam maupun keluar.
4. Memimpin, mengkordinir serta menjaga kelancaran pelaksanaan kebijakan-kebijakan
organisasi.
5. Menentukan arah kebijakan umum organisasi untuk kemudian dimusyawarahkan dengan
pengurus lain.
6. Mengontrol dan mengevaluasi tugas-tugas sekretaris dan ketua.
Wewenang;
1. Bersikap dan bertindak untuk atas nama menjaga kelancaran pelaksanaan kebijakan-
kebijakan organisasi secara penuh.
2. Melakukan resuffle pengurus dengan persetujuan Rapat Badan Pengurus Harian.
3. Aktif membuka dan atau menjalin kerjasama dengan pihak luar yang
mendukung bagi pengembangan organisasi.
4. Memberikan pengarahan serta pencarian solusi yang tepat dalam setiap kegiatan maupun
pengambilan keputusan.
5. Menandatangani surat-surat organisasi.
6. Mendelegasikan tugas dan kewenangan kepada salah satu Ketua bila berhalangan sesuai
dengan bidangnya.

b. Sekretaris
Kedudukan:
Sekretaris adalah pimpinan organisasi tertinggi kedua setelah Ketua Komisariat.
Tugas:
1. Membantu Ketua Komisariat menjalankan organisasi baik internal maupun eksternal.
2. Mendinamisasikan kondisi kepengurusan PK.
3. Mengupayakan kelengkapan kesekretariatan guna mendukung gerak dan langkah
organisasi.
4. Mengkoordinasikan kegiatan–kegiatan kesekretariatan
5. Mempersiapkan rapat-rapat organisasi dan mendokumentasikannya.
6. Mewujudkan sistem dokumentasi organisasi yang rapi, sempurna danterpelihara.
Wewenang:
1. Mengatur dan mengkoordinir pembagian kerja dan tugas antara Sekretaris dan wakil
sekretaris.
2. Melakukan penerapan sistem administrasi dan manajemen organisasi secara efektif dan
efisien.
3. Mensistematiskan rancangan program kerja, peraturan, surat-surat keputusan dalam
lingkungan organisasi.
4. Bersama Ketua Komisariat dan atau Ketua menandatangani surat-surat organisasi.
5. Mengontrol pengalokasian dan pengelolaan dana di masing-masing departemen/lembaga.

c. Wakil Sekretaris
Kedudukan:
1. Wakil Sekretaris berkedudukan di bawah Sekretaris.
2. Wakil Sekretaris adalah pelaksana kerja kesekretariatan bersama Sekretaris dan ketua-
ketua
Tugas:
1. Membantu pelaksanaan tugas-tugas Sekretaris dalam menjalankan tugas organisasi.
2. Membantu mengatur mekanisme kesekretariatan, mencatat, dan mengarsipkan data-data.
3. Melaksanakan penertiban urusan-urusan rutin organisasi.
4. Mengaktifkan sistem mekanisme kontrol persuratan organisasi.
5. Melakukan koordinasi dengan bidang-bidang terkait dibawahnya untuk menyusun
rancangan program kerja yang berkaitan dengan kesekretariatan.
Wewenang:
1. Mewakili Sekretaris sesuai dengan penanganan yang dimaksud ketika Sekretaris
berhalangan.
2. Bersama Ketua Komisariat dan atau ketua menandatangani surat-surat organisasi sesuai
bidang kerjanya
3. Bersama Sekretaris melakukan inventarisasi barang - barang yang dimiliki oleh
organisasi
d. Bendahara
Kedudukan:
Bendahara adalah pelaksana kebijakan Pengurus Komisariat di bidang pencarian dana dan
pengaturan keuangan organisasi.
Tugas :
1. Mengatur, menyimpan dan mencatat penerimaan maupun pengeluaran keuangan
2. Membuat petunjuk teknis tentang tata cara permintaan, pembayaran dan pengeluaran
keuangan serta pendayagunaan inventaris organisasi.
3. Melaporkan situasi keuangan secara berkala
4. Membantu Ketua dalam menggali sumber-sumber pendanaan untuk pembiayaan
organisasi.
Wewenang:
1. Memimpin kegiatan sehari-hari kebendaharaan
2. Merumuskan rancangan tentang pengaturan penerimaan dan pengeluaran secara periodik
dan berkala
3. Menginventarisir dan melakukan pendataan terhadap donatur yang ada
4. Aktif mencari sumber dana dari data donatur yang ada
5. Bersama Ketua Komisariat dan Sekretaris menyusun pengalokasian dana bagi kegiatan-
kegiatan organisasi.

e. Wakil Bendahara
Kedudukan:
1. Wakil Bendara berkedudukan di bawah Bendahara
2. Wakil Bendahara adalah pelaksana dan membantu atas kerja-kerja Bendahara
Tugas:
1. Membantu Bendahara mengatur, menyimpan dan mencatat penerimaan maupun
pengeluaran keuangan organisasi.
2. Membantu Bendahara membuat petunjuk teknis tentang tata cara permintaan,
pembayaran dan pengeluaran keuangan serta pendayagunaan inventaris organisasi.
3. Melakukan koordinasi dengan ketua-ketua dalam menyusun anggaran kerja departemen.
Wewenang:
1. Membantu Bendahara merumuskan rancangan tentang pengaturan penerimaan dan
pengeluaran secara periodik atau berkala.
2. Membantu Bendahara menginventaris donatur yang ada dan menjadikannya sabagai
sumber resmi pembiayaan organisasi.
3. Membantu Bendahara membuka peluang-peluang sumber pendanaan.

f. Ketua I ( Internal )
Kedudukan:
Sebagai pelaksana kebijakan Pengurus Komisariat yang bertugas dalam menangani koordinasi
dan dinamisasi organisasi yang ada dibawah Pengurus Komisariat dalam hal ini Pengurus Rayon.
Tugas:
1. Membantu tugas Ketua Komisariat sesuai dengan bidang kerjanya
2. Melakukan koordinasi intensif dan dinamisasi organisasi Pengurus Rayon.
3. Melakukan monitoring atas kondisi obyektif Rayon.
Wewenang:
1. Mewakili Ketua Komisariat sesaui dengan penanganan yang dimaksud ketika Ketua
Komisariat berhalangan.
2. Mengkoordinir dan menjalankan bidang secara terarah, terpadu dan terorganisisr.
3. Secara aktif melakukan koordinasi dengan Ketua Komisariat dalam melakukan kerja-
kerja internal organisasi.
4. Bersama Sekretaris dan Wakil Sekretaris untuk menandatangani surat-surat organisasi.
5. Dalam menjalankan tugas ketua I di bantu oleh :
 Departemen pendidikan dan kaderisasi
 Departemen pengembangan pers dan wacana
g. Ketua II ( Eksternal )
Kedudukan:
Sebagai pelaksana kebijakan Pengurus Komisariat sesuai dengan bidang penjaringan kerja
strategis kemasyarakatan.
Tugas :
1. Membantu pelaksanaan Ketua Komisariat sesuai dengan bidang kerjanya
2. Melakukan kerja jaringan, hubungan organisasi dan hubungan kemasyarakatan.
3. Menyerap dan mensosialisasaikan informasi dari hasil penjaringan kepada pengurus
Komisariat.
Wewenang:
1. Mewakili Ketua Komisariat sesaui dengan penanganan yang dimaksud ketika Ketua
Komisariat berhalangan.
2. Mengkoordinir dan menjalankan bidang secara terarah, terpadu dan terorganisisr
3. Secara aktif melakukan koordinasi dengan Ketua Komisariat dalam melakukan kerja-
kerja eksternal organisasi.
4. Bersama Sekretaris dan Wakil Sekretaris untuk menandatangani surat-surat organisasi.
5. Dalam menjalankan tugas ketua II di bantu oleh :
 Departemen pengembangan organisasi ( DPO )
 Departemen sosial dan politik ( depsospol )

h. Ketua III ( Keagamaan )


Kedudukan :
Sebagai pelaksana kebijakan Pengurus Komisariat secara khusus dalam bidang kajian agama dan
dakwah Islam serta hubungan dengan pesantren dan masyarakat.
Tugas:
1. Membantu pelaksanaan Ketua Komisariat sesuai dengan bidang kerjanya.
2. Melakukan koordinasi dan dinamisasi kader-kader Komisariat dan Rayon
dalam hal kajian keagamaan dan dakwah Islam.
Wewenang:
1. Mewakili Ketua Komisariat sesuai dengan penanganan yang dimaksud ketika Ketua
Komisariat berhalangan.
2. Mengkoordinir dan menjalankan bidang secara terarah, terpadu dan terorganisir
3. Secara aktif melakukan koordinasi dengan Ketua Komisariat dalam melakukan kerja-
kerja yang berkaitan dengan bidang keagamaan.
4. Bersama Sekretaris dan Wakil Sekretaris untuk menandatangani surat-surat organisasi.
5. Dalam pelaksanaan tugasnnya ketua III dibantu oleh
- Departemen Kajian Keagamaan dan Dakwah Islam ( DKKDI )

a. Ketua Kopri
Kedudukan :
Sebagai pelaksana kebijakan Pengurus Komisariat secara khusus dalam bidang gender dan
emansipasi perempuan dan bertanggung jawab kepada Ketua Komisariat sebagaimana dalam
peraturan dan kewenangan Kopri dalam Ad/Art PMII.
Tugas:
1. Membuat program kerja dan membantu tugas Ketua Komisariat sesuai dengan bidang
kerjanya.
2. Melakukan koordinasi dan dinamisasi gerak kader – kader perempuan.
3. Melakukan monitoring atas kondisi obyektif kader perempuan di lingkungan Komisariat.
Wewenang :
1. Mewakili Ketua Komisariat sesuai dengan penanganan yang dimaksud ketika Ketua
Komisariat berhalangan.
2. Mengkoordinir dan menjalankan bidang secara terarah, terpadu dan terorganisasi
3. Secara aktif melakukan koordinasi dengan ketua dalam melakukan kerja-kerja yang
terkait dengan isu-isu jender dan perempuan.
4. Bersama sekretaris untuk menandatangai surat-surat organisasi
5. Dalam pelaksanaan tugasnya ketua IV dibantu oleh :
 Lembaga pemberdayaan perempuan ( LPP )
3. Badan-Badan Struktural
A. Internal
a. Departemen Pendidikan dan Kaderisasi (DEPDIKA)
 DEPDIKA bertugas untuk merumuskan konsepsi pendidikan dan melaksanakan
pelatihan dalam rangka proses pengkaderan.
 DEPDIKA bertugas melaksanakan pengkaderan baik secara formal, non formal
maupun informal.
 DEPDIKA bertugas merancang sistem evaluasi pengkaderan dalam lingkup
STAINH Malingping yang digunakan sebagai acuan pada tingkat Komisariat
 DEPDIKA berwenang untuk mengambil kebijakan taktis dan strategis berkaitan
dengan segala program yang telah dicanangkan dalam RAKER.
 DEPDIKA bertanggung jawab kepada Ketua 1 terhadap program yang
dicanangkan.
b. Departemen Pers dan Pengembangan Wacana (DPPW)
 DPPW bertugas melaksanakan program yang berkaitan dengan pengembangan
wacana dan pemberdayaan kader dalam bidang intelektual.
 DPPW bertugas melaksanakan program yang berkaitan dengan pengembangan
studi jurnalistik, penerbitan dan dokumentasi serta respon isu-isu aktual baik lokal
sampai global.
 DPPW berwenang untuk mengambil kebijakan taktis dan strategisberkaitan
dengan segala program yang telah dicanangkan dalam RAKER.
 DPPW melakukan kajian-kajian berkaitan dengan wacana aktual baiklokal,
regional, nasional maupun internasional sebagai wacana kader.
 DPPW bertanggungjawab kepada Ketua 1 terhadap program yang dicanangkan.
B. Eksternal
a. Departemen Pengembangan Organisasi (DPO)
 DPO bertugas melaksanakan porgram yang berkaitan dengan pendampingan dan
pengembangan Komisariat dan Rayon di lingkunganSTAINH Malingping.
 DPO berwenang untuk mengambil kebijakan strategis dan taktis berkaitan dengan
segala program yang telah dicanangkan dalam RAKER.
 DPO bertugas melakukan monitoring, pendampingan dan pengembangan
Komisariat dan Rayon.
 DPO bertanggungjawab kepada Ketua II terhadap program yang telah
dicanangkan
 DPO melakukan investigasi terhadap Komisariat / Rayon sebagai acuan putusan
Pengurus Pengurus Komisariat yang memiliki kekuatan hukum tetap.
b. Departemen Sosial dan Politik (DEPSOSPOL)
 DEPSOSPOL bertugas melakukan pembahasan secara mendalam terhadap isu-isu
sosial dan politik.
 DEPSOSPOL bertugas untuk memberikan rekomendasi keputusan pada Pengurus
Pengurus Komisariat terhadap isu-isu aktual.
 DEPSOSPOL berwenang untuk mengambil kebijakan strategis dan taktis
berkaitan dengan segala program yang telah dicanangkan dalam RAKER.
 DEPSOSPOL bertanggung jawab kepada Ketua II terhadap program yang telah
dicanangkan.
c. Departemen Kajian Keagamaan dan Dakwah Islam (DKKDI)
 DKKDI melakukan kajian keagamaan untuk pewujudan Islam rahmatan lil
‘alamin
 DKKDI melakukan kampanye maupun pendampingan untuk Islam rahmatan lil
‘alamin
 DKKDI melakukan pemetaan dan pengembangan dakwah untuk masyarakat,
kampus, dan internal organisasi.
 DKKDI menjalin komunikasi dan kerja sama intern serta antar umat beragama
 DKKDI berwenang untuk mengambil kebijakan strategis dan taktis berkaitan
denga segala program yang telah dicanangkan dalam RAKER
 DKKDI bertanggungjawab kepada Ketua III

4. Badan – Badan Fungsional


a. Lembaga Ekonomi dan Pengembangan Teknologi (LEPT)
 LEPT berkedudukan sebagai lembaga semi otonom yang melaksanakan segala
program yang telah dicanangkan dalam RAKER.
 LEPT bertugas melakukan kajian secara mendalam terkait pada bidang ekonomi
dan Sains teknologi
 LEPT berwenang untuk mengambil kebijakan strategis dan taktis berkaitan
dengan segala program yang telah dicanangkan dalam RAKER
 LEPT bertanggungjawab kepada Ketua Komisariat
 Membentuk forum diskusi yang berhubungan dengan ekonomi pengembangan
teknologi
b. Lembaga Advokasi Masyarakat (LAMAS)
 LAMAS melakukan studi analisis terhadap kebijakan publik yang berkembang di
tingkat lokal Malingping dalam rangka pendampingan kaum marginal.
 Mengembangkan komunikasi atas permasalahan kebijakan publik yang ada di
Komisariat dan Rayon.
 Melakukan tindakan advokasi kebijakan daerah lokal maupun regional.
 Menjalin kerja sama dengan organisasi /LSM/ Lembaga tingkat regional ataupun
lokal dalam melakukan pembelaan terhadap masyarakat bawah
 LAMAS bertanggungjawab kepada Ketua Komisariat
 Membentuk forum diskusi yang berhubungan dengan advokasi masyarakat.
c. Lembaga Penelitian (LEMLIT)
 LEEMLIT berkedudukan sebagai lembaga semi otonom yang melaksanakan
segala program yang telah dicanangkan dalam RAKER.
 Melakukan kajian mendalam terhadap permasalahan-permasalahan yang terjadi
dalam berbagai bidang
 Melakukan pemecahan terhadap permasalahan-permasalahan yang ditemui dalam
berbagai bidang
 Membangun dan mengembangkan kelompok-kelompok penelitian
 Melakukan kerjasama dengan lembaga riset atau organisasi sejenis
 Melakukan publikasi hasil-hasil penelitian
 LEMLIT bertanggungjawab kepada Ketua Komisariat.
KEPUTUSAN RAPAT TAHUNAN KOMISARIAT IV
PERGERAKAN MAHASISWA ISLAM INDONESIA
Nomor: 007.RTK.IV.PMII.03.2017
Tentang:
STRATEGI GERAKAN PMII DAN HUBUNGAN EKSTERNAL
PERGERAKAN MAHASISWA ISLAM INDONESIA
STAINH MALINGPING 2017-2018

Bismillahirohmaanirrohim
Pimpinan Rapat Tahunan Komisariat ( RTK ) IV Pergerakan Mahasiswa Islam
Indonesia STAINH Malingping, setelah:

MENIMBANG
1. Bahwa demi memberikan arah kebijakan organisasi, maka di pandang perlu adanya
peraturan tentang Strategi Gerakan PMII dan Hubungan Eksternal PMII Pengurus
Komisariat kota Malingping 2017-2018
2. Bahwa untuk memberikan kepastian hukum maka di pandang perlu untuk menetapkan
keputusan Rapat Tahunan Komisariat IV PMII STAINH Malingping tentang Strategi
Gerakan PMII dan Hubungan Eksternal PMII STAINH Malingping 2017-2018.

MENGINGAT
1. Anggaran Dasar PMII
2. Anggaran Rumah Tangga PMII
3. Nilai Dasar Pergerakan PMII

MEMPERHATIKAN
Hasil Sidang Pleno RTK IV PMII STAINH Malingping

MEMUTUSKAN
Menetapkan :
1. Strategi Gerakan PMII dan Hubungan Eksternal PMII STAINH Malingping 2017-2018
2. Keputusan ini akan di tinjau kembali jika kemudian terdapat kekeliruan
3. Keputusan ini berlaku sejak di tetapkan

Wallahul Muwaffiq Ilaa Aqwamit Thoriq


Ditetapkan di : Malingping
Hari : ……………….
Tanggal :....... Meret 2017
Pukul :………WIB

PIMPINAN SIDANG TETAP RTK IV


PERGERAKAN MAHASISWA ISLAM INDONESIA
STAINH MALINGPING

(...............................................) (...............................................) (...............................................)


Sekretaris Ketua Anggota
KOMISI B
STRATEGI GERAKAN PMII DAN HUBUNGAN EKSTERNAL
PERGERAKAN MAHASISWA ISLAM INDONESIA
STAINH MALINGPING 2017-2018

REALITAS STAINH MALINGPING


Secara teritorial, STAINH Malingping merupakan daerah terluas di Provonsi Banten.
Kedudukannya sangat strategis sebagai simpul transportasi regional, menjadikan STAINH
Malingping mempunyai kelengkapan sarana dan prasarana fisik yang dapat meningkatkan
pertumbuhan ekonomi. Pesatnya laju pembangunan daerah ini telah menyebabkan perubahan
pada kondisi fisik dan sosial. Semakin besar suatu kota, maka semakin besar / komplekslah
permasalahan yang dihadapinya. STAINH Malingping dalam beberapa tahun terakhir ini
menghadapi permasalahan yang cukup sulit diatasi, yaitu banjir dan merambah pada persoalan
baru yaitu kemacetan jalan. Bencana banjir merupakan permasalahan yang umum, terutama di
daerah padat penduduk, kawasan perkotaan, daerah tepi pantai / pesisir, dan daerah cekungan.
Merebaknya transportasi mulai dari motor dan mobil tidak di imbangi dengan pengurangan
kendaraan yang sudah tua, sehingga menjadikan penyempitan jalan.
Sebagai organisasi kemahasiswaan yang berbasis pada kaderisasi, Pergerakan Mahasiswa Islam
Indonesia (PMII) dituntut untuk berperan aktif dalam mengawal jalannya pembangunan baik
secara sosial maupun fisik agar tidak terjadi ketimpangan yang merugikan masyarakat dan basis
kultur (Nahdliyin) dari PMII.

REALITAS KEMAHASISWAAN (PMII)


Mahasiswa menyadari bahwa mereka adalah ” Lapisan Paling Maju ” dan dengan demikian
menentukan watak kepemimpinan bangsa di masa depan yang bertanggungjawab terhadap
transformasi sosial dalam skala besar. Kesadaran yang sudah menyatu dengan aliran darah setiap
generasi muda bangsa, kian lama akan mengkristal menjadi perlawanan tak kenal lelah.
Dialektika sejarahpun mendorong terbentuknya pemahaman untuk gerak bersama, menentukan
langkah dalam menghadapi tantangan global dan nasional. Sampai saat ini, kita sering
menyaksikan meningkatnya intensitas gerakan mahasiswa dalam melancarkan aksi protes
terhadap kebijakan pemerintah maupun sekedar aksi solidaritas yang di tujukan untuk
membangkitkan semangat melawan bentuk-bentuk kekerasan, baik dalam maupun luar negeri.
Bukan hanya itu, arus besar hiruk pikuk perselingkuhan sebagian aktifis mahasiswa dengan
kepentingan politik praktis, yang ternyata justru menyurutkan moralitas sebagian mahasiswa
Indonesia, termasuk aktivis PMII dalam ” Menaklukkan Monster Kampus” maupun penjahat
yang membungkus idealisme dengan Pragmatisme.
Dalam konteks inilah PMII di tuntut untuk melakukan pengamatan dan pembacan global serta
melancarkan aksi-aksi strategis guna mengkontrol jalanya roda pemerintahan dan menggiring
pada terwujudnya cita-cita reformasi. Berbarengan dengan proses pematangan kesadaran politis
dan militansi melakukan aksiaksi langsung ini, PMII menghadapi beberapa soal sehubungan
dengan kelanjutan gerakan dan militansi perjuangan. Dimana beberapa kelompok melihat
mutlaknya kebutuhan untuk bergabung dengan sektor-sektor lain di masyarakat seperti buruh,
tani dll, karena menyadari predikat PMII yang disini adalah mahasiswa bukanlah sebagai kelas
yang tersendiri dari masyarakat.
Masalah lain seperti; pematangan diri secara organisasional, kaderisasi, hubungan antar
kelompok mahasiswa, prioritas issue yang mau di angkat juga menuntut untuk segera di
selesaikan. Belum lagi menyikapi kelompok-kelompok politis tertentu yang kadang
menggunakan tawar-menawaran ( wani piro ??? ) yang ”menggoda” yang justru menghancurkan
independensi gerakan dan atau moral yang tentu saja ada di tiap mahasiswa; tentang kehadiran di
ruang kuliah, ujian semester, SKS minimal yang harus di penuhi, tugas-tugas kuliah, dan
masalah akademis lain, adalah hal esensial yang tidak bisa di hindari dengan alasan-alasan politis
seperti diatas, yang mana hal tersebut merupakan persoalan yang membelit gerakan saat ini.
Dari sebuah kenyataan diatas muncul hal yang menggelisahkan dalam perkembangan gerakan
dalam konteks eksternal, gerakan sosial politik mengkondisikan gerakan mahasiswa dalam posisi
yang nyaris mengalami disorientasi. Tidak tahu lagi apa yang mau di lakukan, kesulitan
melakukan kontekstualisasi dalam konstelasi politik nasional yang begitu cepat mengalami
pergeseran. Banyak issue-issue kritis yang di respon dan pada akhirnya terjebakpada issue-issue
mikrokospis. Dalam konteks internal di hadapkan oleh fenomena dekonsolidasi organisasi yang
membuat kita begitu sulit mematerialkan aganda-agendagerakan, cairnya organisasi, problem
kaderisasi, dan lemahnya konsolidasi gerakan yang membuat ketidaksinergisan gerak, kondisi ini
mengalami proses percepatan hingga ”terkapar” kehilangan basis moralitas karena berselingkuh
dengan politik kekuasaan. Sehingga membatasi secara stuktural dinamika gerakan.
Di sinilah peran PMII, dimana sebagai satu organ gerakan mahasiswa yang memiliki legitimasi
moral memimiliki tanggung jawab untuk mentransformasikan ke tengah publik dimana dalam
lingkar hiruk pikuk politik nasional yang serba membodohkan dan gemparan kekuatan modal
global yang menggerogoti moral resources kita. Maka PMII harus menyiapkan kader yang
militant dan bermoral yang di bekali kekuatan kepemimpinan memadai dan sesekali
melancarkan serangan sporadik terhadap kebijakan yang tidak populis dan menjadikannya
sebagai program minimalis gerakan. Ada beberapa point yang perlu menjadi catatan PMII
STAINH Malingping dalam mengembangkan gerakan yang akan datang yaitu;
- Bangunan jaringan yang ada selama ini kebanyakan hanya masih berkutat
pada”kelompok” internal atau dalam lingkungan NU baik dari partai politik, LSM
ataupunstakeholder person yang masih dekat dengan NU. PMII belum secara
luasmembangun jejaring luar yang sebenarnya juga banyak berpengaruh dalam
perubahandi masyarakat.
- Memahami positioning PMII diluar juga harus dimaknai sebagai warring position(arena
pertarungan). Dalam arena ini PMII maupun kadernya secara langsung ataupuntidak pasti
bertarung dengan entitas lain baik dalam eksistensi organ, wacanaberpengetahuan
maupun dalam proses perubahan yang dicita-citakan. Disinilah kaderPMII harus mulai
memahami rule of the game yang harus dilakukan agar sesuatutujuan dapat tercapai
dengan maksimal.
- Relasi yang seharusnya dibangun oleh PMII juga harus melihat kapasitas internalyang
dimiliki PMII, sehingga jejaring yang dibangun akan mempunyai struktur pondasi yang
kuat dan strategis.
- Dalam proses “ada” dan ”hadir” bagi masyarakat, PMII harus menemukan wilayahmana
yang akan menjadi orientasi gerakan dengan melihat kemampuan wilayahgarapan.
Apakah wilayah advokasi kebijakan publik (dalam kasus-kasus tertentu,seperti advokasi
Pedagang Kaki Lima, advokasi Penggusuran, buruh dan lainnya)ataukah organisir massa
yang berkutat dalam wacana intelektual tanpa ada gerakanyang nyata.
- Media massa yang selama ini menjadi salah satu stakeholder kuat dalam prosesperubahan
dalam masyarakat, karena dapat mempengaruhi publik dengan dasyat,ternyata belum
menjadi garapan yang serius dari PMII. Realitas ini terbaca darilemahnya jejaring yang
dipunyai PMII dari kalangan media massa, sehingga ”pesan”yang ingin disampaikan
kepada masyarakat tidak terjangkau secara luas.PMII sebagai salah satu stakeholder
pergerakan harus dapat maksimal membangunjejaring sesama stakeholder lain yang juga
berperan penting dalam proses perubahan bangsaini, seperti partai politik, NGO,
birokrasi, pengusaha, media (pers) dan lainnya, dan bukanhanya berkutat pada
lingkungan NU saja.Dalam bidang eksternal ada beberapa hal yang mendesak dilakukan
oleh PMII dalamrangka sebagai sebuah wujud gerak yang ada dengan penuh kesadaran
dalam memandangkenyataan.

PMII DAN BEBERAPA PERSOALAN DI MASYARAKAT


1. Pendidikan
Pendidikan merupakan pilar penting untuk membangun sebuah tatanan masyarakat yang cerdas
dan bernartabat. Baik itu pendidikan formal maupun informal. Secara umum, pendidikan di
indonesia dan Malingping pada khususnya ada perbaikan, baik secara infrastruktur maupun
suprastruktur, yaitu dengan pemberian dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dan usaha
mewujudkan pendidikan yang terjangkau. Akan tetapi dalam proses perbaikan ini, masih ada
penyimpangan baik dalam penyaluran anggaran dan menjadikan lembaga pendidikan sebagai
industri.
2. Kebijakan Pembangunan Pemerintah
Gebrakan Bupati STAINH Malingping Hj. Ity Octavia dengan slogan “ Malingping Sehat,
Malingping Pintar & Malingping Sejahtera “ membawa implikasi kepada STAINH Malingping
secara fisik, pembangunan dan penataan seputar kota, sungai banjir kanal barat, dan beberapa
rencana lainnya selain membawa kemanfaatan bagi masyarakat, juga menjadi persoalan. Ialah
belum meratanya realisasi slogan program pemerintah daerah.
PMII STAINH Malingping yang juga mempunyai fungsi sebagai pengontrol dan pendampingan
masyarakat harus ambil bagian dalam proses pembangunan daerah Malingping sebagai mediator
dan menjadi solusi atas problematika.
3. Politik
Mengenai bentuk kepedulian dan tanggung jawab PMII terhadap proses politik yang demokratis
sebagaimana amanat ini tercantum dalam UUD 45 dan bentuk partisipatif terhadap masyarakat
dalam memberikan pendidikan politik di STAINH Malingping, maka kiranya PMII STAINH
Malingping harus memiliki andil terhadap proses politik yang ada dengan memberikan
pendidikan politik untuk pemula dan pentingnya politik untuk mewujudkan kesejahteraan.
Secara organisatoris PMII belum mewujudkan hal itu, jejaring yang sudah terbangun dari
periode sebelumnya dan saat ini akan terpatahkan dengan masa periodisasi kepengurusan.
Periode kepengurusan seharusnya diimbangi dengan SDM yang cukup sebagai proses kaderisasi
masa periode selanjutnya. Sehingga konteks keberlanjutan komunikasi dalam konteks berpolitik
di STAINH Malingping tidak terpatahkan dan akan terbangun secara keberlanjutan.
4. Sosial Budaya
Beragamnya budaya di STAINH Malingping bisa menjadikan STAINH Malingping rawan akan
konflik etnis dan kelompok, hal ini perlu adanya pengelolaan komunikasi yang baik agar
perbedaan yang ada menjadi kekuatan untuk menambah daya saing STAINH Malingpingdengan
daerah lainnya. Di sini peran PMII STAINH Malingping yang mengusung semangat pluralisme
dan keterbukaan menjadi penting bagi keberlangsungan kehidupan yang harmonis antar
kelompok dan etnis.

SINERGITAS GERAKAN ATAS ISSUE DAN POLA GERAKAN EKSTERNAL


PMII STAINH Malingping yang terdiri dari 4 komisariat dengan karakter yang beragam
merupakan sebuah modal bagi PMII STAINH Malingping untuk menjalin relasi yang sinergis
dan saling melengkapi. Dengan beragamnya potensi kader di STAINH Malingping, PMII
dimungkinkan bisa untuk melakukan gerakan pendampingan kepada masyarakat Malingping dan
kaum mustadh’afin dengan beragam cara atau metode, tidak hanya secara turun ke jalan tetapi
bisa melakukan gerak nyata sebagai cerminan dari visi misi PMII. Sehingga dalam geraknya,
PMII STAINH Malingping lebih dinamis, memberikan solusi dan potensi kader terakomodir.
Tidak hanya pada satu model gerakan yang cenderung vis a vis terhadap pemerintah tetapi bisa
menjadi partner bagi semua kalangan.

Rekomendasi Komisi
1. PMII STAINH Malingping perlu memperluas jaringan di basis pengusaha untuk
memperkuat skills kadernya di bidang kewirausahaan.
2. PMII STAINH Malingping perlu untuk memperkuat jaringan dengan media massa
denganprogram-program magang sebagai bentuk untuk memfasilitasi kader
pelatihanjurnalistik di tingkatan komisariat.
3. PMII STAINH Malingping perlu membuat forum-forum komunikasi antar iman dan
etnis,sebagai bentuk komitmen menjaga keharmonisan dan memperkuat iman.
4. PMII STAINH Malingping perlu membuat komunitas-komunitas profesional
yangmengakomodir beragamnya studi fakultatif yang ditempuh kader.
5. PMII STAINH Malingping perlu mengadakan pelatihan advokasi anggaran untuk
mengawalproses penganggaran di STAINH Malingping.
KEPUTUSAN RAPAT TAHUNAN KOMISARIAT IV
PERGERAKAN MAHASISWA ISLAM INDONESIA
Nomor: 008.RTK.IV.PMII.03.2017
Tentang:
STRATEGI DAKWAH DAN PENGEMBANGAN KAJIAN ISLAM
PERGERAKAN MAHASISWA ISLAM INDONESIA
STAINH MALINGPING 2017-2018

Bismillahirohmaanirrohim
Pimpinan Rapat Tahunan Komisariat ( RTK ) IV Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia
STAINH Malingping, setelah:

MENIMBANG
1. Bahwa demi memberikan arah kebijakan organisasi, maka di pandang perlu adanya
peraturan tentang Strategi Dakwah dan Pengembangan Kajian Islam PMII Pengurus
Komisariat STAINH Malingping 2017-2018
2. Bahwa untuk memberikan kepastian hukum maka di pandang perlu untuk menetapkan
keputusan Rapat Tahunan Komisariat IV PMII STAINH Malingping tentang Strategi
Dakwah dan Pengembangan Kajian Islam PMII STAINH Malingping 2017-2018

MENGINGAT
1. Anggaran Dasar PMII
2. Anggaran Rumah Tangga PMII
3. Nilai Dasar Pergerakan PMII

MEMPERHATIKAN
Hasil Sidang Pleno RTK IV PMII STAINH Malingping

MEMUTUSKAN
Menetapkan :
1. Strategi Dakwah dan Pengembangan Kajian Islam PMII STAINH Malingping 2017-
2018.
2. Keputusan ini akan di tinjau kembali jika kemudian terdapat kekeliruan
3. Keputusan ini berlaku sejak di tetapkan

Wallahul Muwaffiq Ilaa Aqwamit Thoriq


Ditetapkan di : Malingping
Hari : ……………….
Tanggal :....... Meret 2017
Pukul :………WIB

PIMPINAN SIDANG TETAP RTK IV


PERGERAKAN MAHASISWA ISLAM INDONESIA
STAINH MALINGPING

(...............................................) (...............................................) (...............................................)


Sekretaris Ketua Anggota
KOMISI C
STRATEGI DAKWAH DAN PENGEMBANGAN KAJIAN ISLAM
PERGERAKAN MAHASISWA ISLAM INDONESIA
STAINH MALINGPING

FAKTA PEMIKIRAN DAKWAH ISLAM


Bangsa Indonesia dihadapkan dengan persoalan yang sangat komplek, persoalan yang menjadi
target penyelesaian adalah kemiskinan, pengangguran, korupsi, dan bencana alam. Dengan
keadaan bangsa yang memprihatinkan tersebut, bukan hanya pihak-pihak tertentu yang
memikirkan dan mempertanggungjawabkannya, tetapi kita semua perlu untuk mencari jalan
keluar (problem solving) untuk mengatasi berbagai masalah tersebut, mencari jalan keluar dari
keterpurukan dan memberikan masukan/petunjuk kepada segenap elemen bangsa merupakan
bagian dari terminologi dan hakikat dakwah dan ibadah menurut agama Islam. Jadi, kalimat dan
kata dakwah sesungguhnya tidak hanya sebatas mengajak orang untuk melakukan ibadah
ritualistik (Normatif, Mahdhoh) maupun Amar Ma’ruf Nahy Munkar tetapi melakukan kerja-
kerja sosial juga merupakan bagian dari pekerjaan dakwah dalam Islam. Maraknya aksi
kekerasan dan terorisme yang dilakukan oleh segelintir orang dengan mengatasnamakan agama
yang 8 tahun terakhir ini sering terjadi membuat kita semua patut kecewa, sedih dan prihatin.
Kecewa karena aksi tersebut telah mengakibatkan munculnya banyak korban, baik hilangnya
nyawa orang, hancurnya bangunan maupun citra baik Indonesia di mata internasional. Sedih
karena di saat bangsa kita masih menghadapi tantangan globalisasi, tetapi ada segelintir anak
bangsanya yang justru merusak pembangunan. Sedihnya lagi mereka melakukan itu semua demi
atas nama jihad di jalan Allah, menjadi ‘pengantin’ yang akan masuk surga, walau dengan cara
mati bunuh diri. Sungguh ini doktrin pemahaman agama yang salah. Prihatin karena mereka
yang menjadi pelaku terorisme itu juga sudah masuk ke generasi anak muda. Apabila kita
memperhatikan gerakan dakwah yang dilakukan umat Islam Indonesia belum terlalu banyak
kelompok-kelompok Islam yang memaknai dakwah secara transendental-transformatif, yaitu
peristilahan untuk menyebut gerakan dakwah yang berimplikasi pada perubahan sosial, menuju
terwujudnya masyarakat yang adil dan bermartabat. Kebanyakan dakwah Islam hari ini masih
belum menjawab persoalan yang terjadi di tengah-tengah masyarakat, baik persoalan keagamaan,
sosial sampai persoalan kebangsaan.
Di Indonesia, terdapat berbagai bentuk dan paham keislaman. Secara general, dapat dipetakan
ada kelompok tekstualis yang berdakwah sesuai dengan bunyi teks Al-Qur’an- Hadits dalam
menjalankan agama (sebut saja kaum tekstualis) dan yang paling getol dan membahayakan
ádalah gerakan PKS & KAMMI, maupun kelompok Islam liberal-modernis yang lebih pada
gerakan pemikiran. Namun kalau diteliti, sebetulnya kedua gerakan dakwah tersebut masih jauh
dari harapan masyarakat karena kedunya belum bisa menjawab problem yang dihadapi
masyarakat yang berkultur Nahdiyyin. Umumnya, mereka hanya mengedepankan egoisme dan
fanatisme, sehingga muncul berbagai kekerasan dan pemaksaan oleh sekelompok orang yang
mengatasnamakan Amar Ma’ruf Nahi Munkar, dakwah yang tidak menukik pada persoalan yang
dihadapi umat yang paling mendasar, yaitu persoalan kemiskinan, kebodohan, keterbelakangan,
dan penjajahan ekonomi-politik. Kaum tekstualis terjebak pada dakwah yang hanya bicara soal
romantisme masa lalu dan dakwah yang hanya menyerukan ruju’ ila Al-Qur’an, sementara kaum
liberal terjebak pada wacana modernisme Barat. Tidak ada konsep dakwah, apalagi sampai pada
tataran gerakan, yang mengarah kepada gerakan memperbaiki kondisi masyarakat Indonesia
yang masih terpuruk. Gerakan anti korupsi, misalnya, masih sebatas seruan moral dan belum
menyentuh pada laku umat. Demikian juga dalam menangani masalah ekonomi dan
pemberdayaan rakyat kecil.
Melihat kondisi sebagaimana tergambar tersebut, sebagai umat Islam, kita mempunyai tanggung
jawab bagaimana bisa menemukan formula gerakan dakwah yang bisa mengatasi persoalan umat
dengan berdakwah sesuai dengan realitas masyarakat STAINH Malingping.

REFLEKSI PENGEMBANGAN PEMIKIRAN DAN DAKWAH PMII


Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), sebagai sebuah organisasi kemahasiswaan yang
berideologi Islam Ahlussunnah waljamah senantiasa mempunyai peran dan tanggung jawab yang
sangat besar untuk melakukan gerakan dakwah islamiyah, yaitu mewujudkan ajaran Islam yang
rahmatan lil alamin yang bias diterima semua elemenmasyarakat islam sesuai dengan
kontekskultural masyarakat Indonesia. Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) sebagai
salah satu komponen yang menjunjung nilai – nilai pluralisme dan humanisme, seyogyanya
mempunyai peran dalam upaya memperbaiki bangsa dari keterpurukan dengan sebuah konsep
dakwah dan sosok da’i yang bisa mendobrak kebekuan cara berpikir umat, membuka fanatisme
kelompok, dan bisa membebaskan bangsa dari penjajahan, kemiskinan dan kebodohan.
Hari ini ketika membicarakan tentang PMII yang berideologi Islam yang diwujudkan dalam
kerangka berfikir Ahlussunnah waljama’ah (Manhajul Fikr) ternyata banyak kader PMII yang
belum betul-betul memahami dan mampu mengaplikasikanya dalam kehidupan seharí–hari.
Namun, apabila kita perhatikan hari ini, terutama di daerah seperti Malingpingyang mengambil
peran dakwah islamiyah, umumnya, kelompok Islam fundamentalis dan Islam modernis.
Sementara Islam Aswaja (PMII dan NU) belum maksimal. Masjid yang menjadi pusat kegiatan
umat, sudah banyak yang diambil-alih kaum fundamentalis dan modernis. Sementara aktivis
PMII yang nota bene berasal dari pesantren agak ogah memeriahkan masjid. Masjid merupakan
pusat kegiatan umat Islam dan gerakan pemberdayaan dan pengembangan umat Islam,
sebagaimana dipraktikkan oleh Rosulullah SAW. Dilakukan melalui masjid. Padahal situasi
masyarakat yang sedang dihimpit berbagai persoalan kehidupan krisis, kemiskinan, kebodohan,
keterbelakangan dan bencana alama yang silih berganti ini butuh solusi konkret untuk
mengatasinya. Namun kader PMII sengaja tidak menyadari dan melupakannya. Di situlah PMII
harus melakukan koreksi terhadap pola gerakan dakwahnya selama ini yang cenderung kurang
membumi dalam menjawab persoalan yang dihadapi masyarakat.

ISU STRATEGIS DAKWAH DAN PENGEMBANGAN KAJIAN ISLAM DI PMII


Dari paparan di atas, setidaknya ada isu strategis gerakan pemikiran dan dakwah PMII adalah:
- Secara eksternal, gerakan dakwah keislaman di kota besar masih didominasi oleh
kaumIslam fundamentalis dan Islam liberal-modernis dimana kaum islam itupun bukan
lahir dari perut Negara Indonesia melainkan hasil impor Negara barat, sementara Islam
Aswajayang asli lahir dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) kurang
maksimal.Adapun tantangan dakwah di kota kecil, walau gesekannya belum sekeras di
kota besar,namun akhir-akhir ini juga sudah mulai terasa menghadapi tantangan yang
hampir serupadengan yang di kota besar.Karena strategi-strategi yang dipakai sudah
merambah sampai kepelosok-pelosok desa.
- Secara internal, belum kuatnya etos berdakwah pada diri kader PMII,
sehinggamengakibatkan belum maksimalnya strategi gerakan pemikiran dan dakwah
PMII dalammenjawab kebutuhan masyarakat sekitar

STRATEGI DAKWAH DAN PENGEMBANGAN KAJIAN ISLAM DI PMII


Dari isu strategis tersebut, program strategis yang merupakan cara atau taktik gerakan pemikiran
dan dakwah PMII ke depan adalah:
1. Penggemblengan secara optimal nilai-nilai keislaman (Ahlussunah Waljama’ah) PMII di
semua tingkatan (Rayon, Komisariat, PK, dan Masyarakat)
2. Mengaktifkan majelis taklim di kampus-kampus terutama kampus umum serta
ikutberperan aktif dalam majelis-majelis taklim di masyarakat sekitar.
3. Optimalisasi kajian keagamaan untuk mewujudkan Islam Rahmatan Lil Alamin
yangkontekstual sesuai dengan kultur keIndonesiaan.
4. Melakukan pemetaan dan strategi pengembangan dakwah PMII untuk
masyarakat,kampus dan internal organisasi.
5. Menjalin komunikasi dan kerja sama intern umat Islam maupun antar umat
beragamayang sesuai dengan visi, misi dan tujuan PMII dalam kehidupan berbangsa
danbernegara.
KEPUTUSAN RAPAT TAHUNAN KOMISARIAT IV
PERGERAKAN MAHASISWA ISLAM INDONESIA
Nomor: 009.RTK.IV.PMII.03.2017
Tentang:
STRATEGI PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN KOPRI
PERGERAKAN MAHASISWA ISLAM INDONESIA
STAINH MALINGPING 2017-2018

Bismillahirohmaanirrohim
Pimpinan Rapat Tahunan Komisariat ( RTK ) IV Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia
STAINH Malingping, setelah:

MENIMBANG
1. Bahwa demi memberikan arah kebijakan organisasi, maka di pandang perlu adanya
peraturan tentang penetapan Strategi Pengembangan Kelembagaan KOPRI PMII
Pengurus Komisariat STAINH Malingping 2017-2018
2. Bahwa untuk memberikan kepastian hukum maka di pandang perlu untuk menetapkan
keputusan Rapat Tahunan Komisariat IV STAINH Malingping tentang Strategi
Pengembangan Kelembagaan KOPRI PMII STAINH Malingping 2017-2018

MENGINGAT
1. Anggaran Dasar PMII
2. Anggaran Rumah Tangga PMII
3. Nilai Dasar Pergerakan PMII

MEMPERHATIKAN
Hasil Sidang Pleno RTK IV PMII STAINH Malingping

MEMUTUSKAN
Menetapkan :
1. Strategi Pengembangan Kelembagaan KOPRI PMII STAINH Malingping 2017-2018
2. Keputusan ini akan di tinjau kembali jika kemudian terdapat kekeliruan
3. Keputusan ini berlaku sejak di tetapkan

Wallahul Muwaffiq Ilaa Aqwamit Thoriq

Ditetapkan di : Malingping
Hari : ……………….
Tanggal :....... Meret 2017
Pukul :………WIB

PIMPINAN SIDANG TETAP RTK IV


PERGERAKAN MAHASISWA ISLAM INDONESIA
STAINH MALINGPING

(...............................................) (...............................................) (...............................................)


Sekretaris Ketua Anggota
KOMISI D
STRATEGI PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN KOPRI
DAN PEMBERDAYAAN KADER PEREMPUAN
PERGERAKAN MAHASISWA ISLAM INDONESIA
STAINH MALINGPING

I. GERAKAN PEREMPUAN
Akar historis wacana dan gerakan pemberdayaan perempuan di PMII menjadi sebuah kesadaran
di dalam organisasi sejak lama. Fakta nyata dapat di jumpai bermunculnya wadah dan forum
kajian kesetaraan gender di struktur PMII meski sangat dirasa setengah hati di tengah situasi
kentalnya budaya patriarki. Di mana sebuah wadah yang massif mengawal pemberdayaan
kaderisasi perempuan. Pewacanaan kesetaraan peran laki-laki dan perempuan ini muncul tahun
1980-an. Dalam konteks PMII, kehadiran wacana gender tidak hanya dipahami sebuah paket
pengetahuan yang bersifat tunggal dan bebas nilai. Namun, tetap pada posisi awas dengan tetap
beradaptasi dan disesuaikan dengan nilai kearifan lokal. Pemiskinan sistemik memang masih
dirasakan perempuan hingga kini, dalam bidang ekonomi termarjinalkan, aras politik perempuan
dinomorduakan, penikmat pembangunan terdiskriminasi, pendidikan mahal, sembako semakin
tidak terjangkau, kesehatan tak pernah mendapat pelayanan maksimal. Itulah sebabnya
kembalinya ruh gerakan pemberdayaan kaderisasi putri seperti halnya di lingkungan PMII
sejatinya merupakan bagian integral upaya mewujudkan cita-cita bangsa untuk ikut
menyejahterakan dari pelaku hingga penikmat atas pembangunan untuk masyarakat Indonesia
seutuhnya. Langkah pemberdayaan kaderisasi putri dengan optimalisasi kemampuan potensi
kader menjadi titik focus arah kaderisasi dengan multi interdisipliner.
Memandang jauh awal mula gerakan gender masih menunjukkan lemahnya kemampuan gerakan
perempuan saat itu untuk membangun satu konsep perjuangan perempuan yang menyeluruh dan
utuh. Belajar dari sejarah inilah bagaimana warga pergerakan di lingkungan PMII sudah saatnya
bergeser dari ritme rutinitas organisasi yang “gambyang” dan segera merubah arah perlintasan
jauh dari zaman terdahulunya. Posisi KOPRI dalam ranah gerakan perempuan, tidak hanya
terfokus pada persoalan perempuan di PMII. Akan tetapi bagaimana secara utuh warga
pergerakan dalam konteks kaderisasi ataupun dalam, bermasyarakat secara utuh mampu
mengawal dan menjadi garda depan menciptakan tatanan penguatan kaderisasi perempuan yang
memiliki karakter pribadi yang kuat, cerdas, berkepribadian tinggi, dan awas.
Besar harapan pengawalan kader yang menjadi tugas bersama secara utuh untuk tingkatan
Pengurus Komisariat, komisariat dan rayon ini mampu menciptakan kepemimpinan perempuan
yang progresif, dan mempunyai tanggung jawab besar dalam mengawal setiap proses yang ada
dalam bangsa ini dengan memegang teguh Ahlussunnah Waljamaa’ah dan nilai-nilai dasar
pergerakan yang tetap menjadi ruh gerakan dalam perjalanan KOPRI.

II. STRATEGI KADERISASI KOPRI


KOPRI dalam perjalananya mengalami banyak pasang surut. Dari setiap pertemuan Nasional
dari berbagai event dari Konsulnas dijakarta sampai dengan Kongres Di Jambi. Sahabat –
sahabat PMII masih mempermasalahkan tentang status yang ada di tubuh PMII. Padahal tuntutan
dari kader perempuan di PMII harus siap bersaing dengan era globalisasi. Dimana dibutuhkan
skill yang mendukung seorang kader dan kemapanan psikologi pada diri kader. Alhasil pada
Kongres Di Banjar Baru posisi KOPRI ditubuh PMII adalah Badan semi otonom yang secara
hukum susah untuk diterjemahkan. Posisi KOPRI hari ini sejajar dengan unsur pimpinan di
setiap level kepegurusan, dan disetiap level kepengurusan nama lembaga perempuan harus
bernama KOPRI. Dan ini sangat berseberangan sekali dengan sahabat-sahabat di Jateng. Dimana
tidak semua lembaga bernama KOPRI. Hal ini yang mengakibatkan kita hari ini agak susah
untuk menemukan formulasi yang mapan tentang kaderisasi perempuan sampai pada level
terbawah.
RUANG pengkaderan putri di STAINH Malingping sangat heterogen, dimana komisariat yang
aktif di STAINH Malingping yang berjumlah 4, membuat kewalahan dalam mengawal
kaderisasi, terutama sahabati-sahabati untuk bisa sampai aktif ditingkatan Pengurus Komisariat.
Kecenderungan basis kampus yang beragam, realitas kehidupan kampus yang pastinya berbeda,
membutuhkan format pengembangan kaderisasi yang berbeda pula. Namun, inti pengkaderan
adalah penggojlokan terhadap diri kita sendiri. Menguji ketahanan,siapa yang kuat yang nantinya
akan tetap berjalan. Sering kali sahabati-sahabati di PMII terjebak pada persoalan pribadi yaitu
cepat lulus dan menikah sehingga pilihan untuk aktif sampai tingkatan Pengurus Komisariat itu
jarang. Dari beberapa hasil pertemuan dengan sahabati-sahabati perlu adanya percepatan kader
perempuan pada setiap level kepengurusan.
Berikut berbagai persoalan mendasar penguatan kaderisasi putri di STAINH Malingping;

1. Pengembangan Internal
Pengembangan organisasi internal merupakan upaya peningkatan kapasitas sumber daya kader
perempuan PMII dalam rangka mendorong penguatan kelembagaan organisasi. Meliputi :
a. Penguatan Institusi KOPRI dan wadah perempuan di struktur PMII
b. Penguatan Ideologi Ahlusunnah Waljama’ah dan paradigma sebagai sumberanatomi
gerakan.
c. Pembenahan peraturan organisasi, managemen organisasi dan administrasiorganisasi.
d. Penguatan intelektualitas kader, menggiatkan kembali ngangsu kawruh sebagaiupaya
memperkuat institusi dan pribadi untuk mencapai tujuan organisasi. Sepertiroad show,
diskusi mendalam, diskusi terbatas dan olah mata dengan membacaliterature yang di
sepakati bersama tentang tokoh ulama, tokoh intelektual,sejarawan, dsb.
e. Penguatan resources dengan pembinaan, pendidikan, dan pelatihan penguatanSDM kader
putrid. Misal; Workshop Konselor, Pelatihan Gender Budgeting,Pendidikan Monitoring
dan Problem Solver, Diklat Instruktur Kaderisasi Putri,Enterpreneurship Bisnis Women
dengan bidikan pengembangan kapasitas dirikader.
f. Memunculkan Srikandi (kelompok perempuan) sebagai simpul konsolidasi gerakdan
penyampai maksud dan penyepaham gerakan secara kolektif.

2. Pengembangan Eksternal KOPRI


Pengembangan Organisasi Eksternal adalah upaya Aksi dan konsolidasi gerakan KOPRI dalam
rangka menuju masyarakat yang berkeadilan gender, Meliputi :
1. Advokasi Undang-Undang / kebijakan yang sensitif Gender.
2. Konsolidasi gerakan perempuan secara massif di semua level dalam gerakan isu bersama.
3. Mengawal tentang kesehatan reproduksi pada remaja
4. Distribusi kader perempuan PMII pada ruang-ruang strategis.
5. Penguatan jejaring alumni, gerakan perempuan dan media sebagai upayapublikasi
penguatan gerakan perempuan.
6. Ajak serta dinas – dinas terkait dengar pendapat dan menfasilitasi kegiatan yanglangsung
bersentuhan dengan masyarakat tingkat bawah.
7. Komunikasi aktif dengan ORMAS pemberdayaan perempuan (IPNU/IPNNU,Fatayat,
Muslimat, Aisyiah, Pemuda Muhammadiyah).
8. Pelibatan aktif kader untuk meneliti, mengamati proses peran perempuan pada kunci
aspirasi politik.
KEPUTUSAN RAPAT TAHUNAN KOMISARIAT IV
PERGERAKAN MAHASISWA ISLAM INDONESIA
Nomor: 010.RTK.IV.PMII.03.2017
Tentang:
POKOK-POKOK REKOMENDASI DAN KEBIJAKAN STRATEGIS ORGANISASI
PERGERAKAN MAHASISWA ISLAM INDONESIA
STAINH MALINGPING 2017-2018

Bismillahirohmaanirrohim
Pimpinan Rapat Tahunan Komisariat ( RTK ) IV Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia
STAINH Malingping, setelah:

MENIMBANG
1. Bahwa demi memberikan arah kebijakan organisasi, maka di pandang perlu adanya
peraturan tentang penetapan Pokok-Pokok Rekomendasi dan Kebijakan Srtategi
organisasi PMII STAINH Malingping 2017-2018
2. Bahwa untuk memberikan kepastian hukum maka di pandang perlu untuk menetapkan
keputusan Rapat Tahunan Komisariat IV PMII STAINH Malingping tentang Pokok-
Pokok Rekomendasi dan Kebijakan Srtategi organisasi PMII STAINH Malingping 2017-
2018
MENGINGAT
1. Anggaran Dasar PMII
2. Anggaran Rumah Tangga PMII
3. Nilai Dasar Pergerakan PMII

MEMPERHATIKAN
Hasil Sidang Pleno RTK IV PMII STAINH Malingping

MEMUTUSKAN
Menetapkan :
1. Pokok-Pokok Rekomendasi dan Kebijakan Strategi organisasi PMII Pengurus Komisariat
STAINH Malingping 2017-2018
2. Keputusan ini akan di tinjau kembali jika kemudian terdapat kekeliruan
3. Keputusan ini berlaku sejak di tetapkan

Wallahul Muwaffiq Ilaa Aqwamit Thoriq

Ditetapkan di : Malingping
Hari : ……………….
Tanggal :....... Meret 2017
Pukul :………WIB

PIMPINAN SIDANG TETAP RTK IV


PERGERAKAN MAHASISWA ISLAM INDONESIA
STAINH MALINGPING

(...............................................) (...............................................) (...............................................)


Sekretaris Ketua Anggota
KEPUTUSAN RAPAT TAHUNAN KOMISARIAT IV
PERGERAKAN MAHASISWA ISLAM INDONESIA
Nomor: 011. RTK.IV.PMII.03.2017
Tentang:
TATA TERTIB PEMILIHAN MANDATARIS/KETUA KOMISARIAT & TIM
FORMATUR
PERGERAKAN MAHASISWA ISLAM INDONESIA
STAINH MALINGPING MASA KHIDMAT 2017-2018

Bismillahirohmaanirrohim
Pimpinan Rapat Tahunan Komisariat ( RTK ) IV Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia
STAINH Malingping, setelah:

MENIMBANG
1. Bahwa demi mewujudkan ketertiban dan kelancaran, maka di pandang perlu adanya
peraturan tentang Tata Tertib pemilihan mandataris/ Ketua Komisariat dan tim formatur
Pengurus Komisariat PMII STAINH Malingping masa khidmat 2017-2018.
2. Bahwa untuk memberikan kepastian hukum maka di pandang perlu untuk menetapkan
keputusan Rapat Tahunan Komisariat IV PMII STAINH Malingping tentang Tata tertib
Pemilihan Mandataris/Ketua Komisariat dan Tim Formatur PMII STAINH Malingping
2017-2018.

MENGINGAT
1. Anggaran Dasar PMII
2. Anggaran Rumah Tangga PMII
3. Nilai Dasar Pergerakan PMII

MEMPERHATIKAN
Hasil Sidang Pleno RTK IV PMII STAINH Malingping

MEMUTUSKAN
Menetapkan :
1. Tata tertib Pemilihan Mandataris/Ketua Komisariat dan Tim Formatur PMII Pengurus
Komisariat STAINH Malingping 2017-2018
2. Keputusan ini akan di tinjau kembali jika kemudian terdapat kekeliruan.
3. Keputusan ini berlaku sejak di tetapkan.

Wallahul Muwaffiq Ilaa Aqwamit Thoriq

Ditetapkan di : Malingping
Hari : ……………….
Tanggal :....... Meret 2017
Pukul :………WIB

PIMPINAN SIDANG TETAP RTK IV


PERGERAKAN MAHASISWA ISLAM INDONESIA
STAINH MALINGPING

(...............................................) (...............................................) (...............................................)


Sekretaris Ketua Anggota
RANCANGAN TATA TERTIB
PEMILIHAN MANDATARIS/KETUA KOMISARIAT DAN TIM FORMATUR
RAPAT TAHUNAN KOMISARIAT IV
PERGERAKAN MAHASISWA ISLAM INDONESIA
STAINH MALINGPING MASA KHIDMAT 2017-2018

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
RTK IV PMII STAINH Malingping adalah memilih dan menetapkan seorang Ketua Komisariat
sekaligus Tim Formatur PK PMII STAINH Malingping masa khidmat 2017-2018

Pasal 2
Ketua Komisariat terpilih akan menjadi pimpinan PK PMII STAINH Malingping untuk Masa
Khidmat 2016-2017

BAB II
KETETAPAN SUARA

Pasal 3
1. Setiap Anggota RTK ( Rapat Tahunan Komisariat ) mempunyai hak suara.

BAB III
MEKANISME PEMILIHAN

Pasal 4
Pemilihan dilakukan dengan melalui 3 (tiga) tahap yaitu ;
1. Tahap pendaftaran.
a. Bakal calon melakukan pendaftaran kepada SC.
b. Memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan SC yang tidak bertentangan dengan
Peraturan Organisasi dan Ad/Art.
2. Tahap Pencalonan.
a. Setiap bakal calon Ketua Komisariat dinyatan sah menjadi calon apabila
dinyatakan memenuhi seluruh persyaratan yang telah diverifikasi oleh SC.
3. Tahap Pemilihan.
a. Dilakukan secara voting tertutup.
b. Setiap anggota RTK berhak memilih 1 (satu) nama calon kandidat dari hasil tahap
pencalonan.
c. Jika dalam pemungutan suara terdapat suara terbanyak yang sama, maka ;
Tahapan pemilihan akan diulang dengan ketentuan calon yang memiliki suara
yang sama yang berhak dipilih kembali.
d. Calon yang mendapatkan suara terbanyak ditetapkan menjadi Ketua Komisariat
PMII STAINH Malingping Masa Khidmat 2017-2018
e. Pemilihan dilakukan dengan menggunakan kertas pemilihan yang disediakan
panitia (dibubuhi stempel) dengan sistem Langsung, Umum, Bebas dan Rahasia.

BAB IV
SYARAT-SYARAT KETUA KOMISARIAT

Pasal 6
Syarat-syarat Ketua Komisariat PK PMII STAINH Malingping, yakni :
1. Beriman dan bertaqwa kepada ALLAH SWT.
2. Memilki integritas dan loyalitas terhadap PMII.
3. Menyatakan secara tertulis di atas materai 6000 bersedia menerima seluruh hasil RTK IV
PMII Malingping.
4. Dapat menyanyikan lagu Mars dan Hymne PMII.
5. Telah mengikuti jenjang pengkaderan formal MAPABA, PKD.
6. Menunjukkan bukti keikutsertaan pengkaderan formal ( Sertifikat/Saksi Hidup )
7. Tidak sedang menjabat sebagai ketua atau jabatan fungsionaris di organisasi lain.
8. Menguraikan secara singkat arah dan strategi gerakan dan visi-misi Pengurus Komisariat
PMII STAINH Malingping di depan peserta.
9. Pernah aktif di kepengurusan PK PMII STAINH Malingping.
10. Bersedia berdialog dengan peserta maksimal 10 (sepuluh) menit tiap kandidat.
11. Ketua dan BPH Pengurus Komisariat PMII maksimal berumur 25 tahun pada saat terpilih
atau dibentuk.
12. Ketua Komisariat, Ketua KOPRI, dan Pengurus Harian Pengurus Komisariat minimal
memiliki IPK 2.50 bagi fakultas eksakta dan IPK3.00 untuk fakultas non eksakta pada
saat S1.

BAB V
TIM FORMATUR

Pasal 7
Tim formatur adalah perwakilan peserta RTK dalam rangka membentuk susunan kepengurusan
Komisariat PMII STAINH Malingping Masa Khidmat 2017-2018

Pasal 8
Tim formatur terdiri dari Ketua Komisariat terpilih, Ketua Komisariat demisioner, Presidium
Sidang Tetap.

Pasal 9
Ketua Komisariat memilih sekertaris dan menyusun pengurus komisariat selengkap-lengkapnya
dibantu 6 orang formatur yang dipilih peserta RTK IV dalam waktu selambat-lambatnya 3X24
jam (ad/art pasal 15 ayat 14)
Ditetapkan di : Malingping
Hari : ……………….
Tanggal :....... Meret 2017
Pukul :………WIB

PIMPINAN SIDANG TETAP RTK IV


PERGERAKAN MAHASISWA ISLAM INDONESIA
STAINH MALINGPING

(...............................................) (...............................................) (...............................................)


Sekretaris Ketua Anggota
KEPUTUSAN RAPAT TAHUNAN KOMISARIAT IV
PERGERAKAN MAHASISWA ISLAM INDONESIA
Nomor: 11.RTK.IV.PMII.03.2017
Tentang:
PEMILIHAN MANDATARIS/KETUA KOMISARIAT DAN TIM FORMATUR
PERGERAKAN MAHASISWA ISLAM INDONESIA
STAINH MALINGPING
Masa Khidmat 2017-2018

Bismillahirohmaanirrohim
Pimpinan Rapat Tahunan Komisariat ( RTK ) IV Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia
STAINH Malingping, setelah:

MENIMBANG
1. Bahwa untuk efektivitas menjalankan program kerja organisasi, memimpin dan
membentuk kepengurusan organisasi PMII STAINH Malingping, maka dipandang perlu
adanya pemilihan Ketua Komisariat dan tim formatur PMII STAINH Malingping.
2. Bahwa untuk memberikan kepastian hukum maka di pandang perlu untuk menetapkan
keputusan RTK IV PMII STAINH Malingping tentang pemilihan Ketua Komisariat dan
tim formatur untuk menyusun kepengurusan komisariat PMII STAINH Malingping Masa
Khidmat 2017-2018.

MENGINGAT
1. Anggaran Dasar PMII
2. Anggaran Rumah Tangga PMII
3. Nilai Dasar Pergerakan PMII

MEMPERHATIKAN
Hasil Sidang Pleno RTK IV PMII STAINH Malingping

MEMUTUSKAN
Menetapkan :
1. Rapat Tahunan Komisariat IV PMII STAINH Malingping, memilih dan menetapkan
Sahabat ATANG SUTIANA sebagai Ketua Komisariat dan sahabati MAETI AINU
FAZRIAH sebagai Ketua KOPRI PMII STAINH Malingping Masa Khidmat 2017-2018
2. Menetapkan tim Formatur sebagaimana dalam lampiran untuk membahas dan
melengkapi susunan kepengurusan Komisariat PMII STAINH Malingping masa khidmat
2017-2018 Keputusan ini akan di tinjau kembali jika kemudian terdapat kekeliruan
3. Keputusan ini berlaku sejak di tetapkan
Wallahul Muwaffiq Ilaa Aqwamit Thoriq

Ditetapkan di : Malingping
Hari : Minggu
Tanggal : 26 Maret 2017
Pukul : 12.30 WIB

PIMPINAN SIDANG TETAP RTK IV


PERGERAKAN MAHASISWA ISLAM INDONESIA
STAINH MALINGPING

(............Wahdah..............) (............Hasanudin..............) (............Galih......)


Sekretaris Ketua Anggota
LAMPIRAN
KEPUTUSAN RAPAT TAHUNAN KOMISARIAT IV
PERGERAKAN MAHASISWA ISLAM INDONESIA
Nomor: 11.RTK.IV.PMII.03.2017
Tentang:
PEMILIHAN MANDATARIS/KETUA KOMISARIAT DAN TIM FORMATUR
PERGERAKAN MAHASISWA ISLAM INDONESIA
STAINH MALINGPING
MASA KHIDMAD 2017-2018

Tim formatur PK PMII STAINH Malingping masa khidmad 2017-2018 yang


berjumlah……orang
terdiri dari ;

1. ………………………………………………….: Mandataris/ Ketua Komisariat sebagai tim Formatur


2. ………………………………………………….: Ketua Komisariat Demisioner
3. ………………………………………………….
4. ………………………………………………….
5. ………………………………………………….
6. ………………………………………………….
7. ………………………………………………….
8. …………………………………………………
9. …………………………………………………

Ditetapkan di : Malingping
Hari : ……………….
Tanggal :....... ……………
Pukul :………WIB

PIMPINAN SIDANG TETAP RTK IV


PERGERAKAN MAHASISWA ISLAM INDONESIA
STAINH MALINGPING

(...............................................) (...............................................) (...............................................)


Sekretaris Ketua Anggota

Anda mungkin juga menyukai