Anda di halaman 1dari 4

Cara Meningkatkan Prestasi Belajar yang Rendah

7 FEBRUARI 2011DZIKRY18 PENDIDIKAN TINGGALKAN KOMENTAR


Permasalahan utama yang dihadapi dunia pendidikan dewasa ini adalah Rendahnya Prestasi
Belajar siswa. Hal ini merupakan sebuah koreksi bagi kinerja dunia pendidikan, khususnya
para pegiat pendidikan. Kita memang sangat terenyuh melihat kenyataan rendahnya prestasi
belajaar para siswa kita. Ini mencerminkan proses pendidikan dan pembelajaran yang gagal.
Terkait dengan kondisi tersebut, maka setidaknya kita perlu melakukan introspeksi terhadap
segala hal yang telah kita perbuat untuk proses pendidikan anak bangsa. Bahwa pendidikan
dilakukan pada 3 (tiga) tempat yang paling utama, yaitu di rumah, di sekolah, dan
di masyarakat. Oleh karena itulah, jika kita mendapati kenyataan jelek yaitu rendahnya
prestasi belajar siswa, maka sebenarnya merupakan tanggungjawab bersama tiga aspek
tersebut. Tentunya sebagai akibat rendahnya prestasi belajar siswa, maka kualitas sumber
daya manusia (SDM) juga terpengaruh. Hal ini karena adanya keterkaitan nyata antara
prestasi belajar dengan kualitas sumber daya manusia. Siswa yang berprestasi mencerminkan
sumber daya manusia yang berkualitas, sementara siswa yang tidak berprestasi atau rendah
prestasinya menunjukkan sumber daya manusia yang berkualitas rendah juga.
Terkait dengan hal tersebut, maka perlu kiranya kita secara intens dan bersama-sama
memberikan perhatian ekstra terhadap dunia pendidikan. Kita tidak boleh terjebak oleh
rendahnya prestasi belajar siswa sehingga merasa terpuruk dan enggan beranjak dari kondisi
tersebut. Untuk hal tersebut kita perlu memperhatikan beberapahal berikut:
ü Proses Pembelajaran Harus Efektif
Rendahnya prestasi belajar siswa sebenarnya merupakan satu pukulan telak yang diterima
oleh guru dan dunia pendidikan. Ini merupakan satu kondisi yang memalukan dan harus
segera ditindak-lanjuti dengan penanganan efektif. Untuk hal tersebut, maka guru seharusnya
benar-benar memaksimalkan proses pembelajaran sehingga materi dan target dapat dicapai
secara maksimal dan efektif. Dengan demikian, maka kualiats SDM dapat dipertahankan,
bahkan ditingkatkan secara signifikan.
Efektivitas proses pembelajaran pada jaman sekarang sangat tergantung pada tingkat
kebersamaan siswa dalam melaksanakan tugas dan kewajiban belajarnya. Jika tidak, maka
segala upaya yang kita lakukan sama sekali tidak berguna untuk meningkatkan kualitas
sumber daya manusia. Ini merupakan kewajiban untuk mengangkat rendahnya prestasi
belajar siswa.
ü Siswa Harus Berperan Aktif Dalam Proses Pembelajaran
Konsep pembelajaran beralih secara signifikan pada proses pembelajarannya, dimana pada
jaman dahulu, konsepnya menempatkan guru sebagai pusat belajar, maka sekarang siswa
adalah pusat belajarnya. Artinya untuk meningkatkan rendahnya prestasi belajar siswa, maka
siswa seharusnya memposisikan diri sebagai pusat kegiatan, sehingga setiap kegiatan belajar
adalah bagian kegiatannya. Siswa harus terlibat dan berperan secara aktif dalam proses
pembelajaran. Mereka tidak boleh hanya menunggu perintah atau menjadi pendengar setia
dari proses pembelajaran di kelasnya. Mereka harus mengambil peranan secara aktif. Jika
mereka mengambil peranan aktif dalam proses pembelajaran, maka rendahnya prestasi
belajar siswa dapat ditingkatkan. Siswalah yang sesungguhnya menentukan keberhasilan
belajarnya. Jika mereka aktif belajar, maka tingkat keberhasilannya semakin bagus.
ü Peranan Orangtua Pada Belajar Anak-anaknya
Orangtua atau keluarga adalah tempat belajar siswa untuk pertama kalinya. Sejak kecil,
mereka berada di lingkungan keluarga sehingga mereka secara langsung melakukan proses
belajar. Siswa belajar dari orang-orang yang berada di sekitarnya sehingga mempunyai
kemampuan melakukan sesuatu. Dengan demikian, sebenarnya orangtua mempunyai peranan
yang sangat penting dalam upaya meningkatkan rendahnya prestasi belajar siswa.
Seringkali terjadi, orangtua menyerahkan sepenuhnya proses pendidikan dan pembelajaran
anak-anaknya kepada sekolah. Mereka merasa dunia pendidikan mempunyai kemampuan
untuk memberikan proses pendidikan dan pembelajaran yang dibutuhkan anak-anaknya da
tidka perlu ditambah di rumah. Akibatnya adalah rendahnya prestasi belajar anak-anak sebab
tidak ada bimbingan di rumah.
ü Masyarakat Sebagai Tempat Belajar Siswa
Lingkungan terakhir yang menjadi tempat belajar anak-anak adalah lingkunganmasyarakat.
Di lingkungan inilah, banyak waktu yang dihabiskan anak. Mereka bergerak dan
bersosialisasi dengan banyak orang sebagai wujud dirinya makhluk sosial. Dengan demikian,
maka semakin berkurang waktu yang mereka miliki untuk belajar. Dan, dalam konteks inilah
yang selanjutnya menyebabkan rendahnya prestasi belajar siswa.
Anak-anak kehilangan waktu untuk belajar sebab terlalu asyik dengan interaksi antar
personal di masyarakat. Mereka tidak pernah belajar sebab kegatan di masyarakat jauh lebih
menarik perhatian mereka daripada sekedar belajar di depan meja belajar. Dalam kondisi
inilah, maka seharusnya
masyarakat menerapkan tugas dan kewajibannya terhadap proses belajar anak-anak.[1]
Dunia pendidikan kita ditandai oleh disparatis antara pencapaian academic standard dan
performance standard. Faktanya, banyak peserta didik menyajikan tingkat hafalan yang baik
terhadap materi ajar yang diterimanya, namun pada kenyataannya mereka tidak
memahaminya. Sebagian besar dari peserta didik tidak mampu menghubungkan antara apa
yang mereka pelajari dengan bagaimana pengetahuan tersebut akan dipergunkan atau
dimanfaatkan. Peserta didik memiliki kesulitan untuk memahami konsep akademik sebagai
mana mereka biasa diajarkan yaitu dengan menggunakan sesuatu yang abstrak dan metode
ceramah. Padahal mereka sangat butuh untuk dapat memahami konsep-konsep yang
berhubungan dengan tempat kerja dan masyarakat umumnya di mana mereka akan hidup dan
bekerja.
Disparitas terjadi karena pembelajaran selama ini hanyalah suatu proses pengondisian-
pengondisian yang tidak menyentuh realitas alami. Pembelajaran berlatar realitas artificial.
Aktivitas kegiatan belajar mengajar selama ini merupakan pseudo pembelajaran. Terdapat
jarak cukup jauh antara materi yang dipelajari dengan peserta didik sebagai insan yang
mempelajarinya. Materi yang dipelajari terpisah dari peserta didik yang mempelajarinya.
Sebagai medium pendekat antara materi dan peserta didik pada pembelajaran artificial adalah
aktivitas mental berupa hafalan. Pembelajaran lebih menekankan memorisasi terhadap materi
yang dipelajari daripada struktur yang terdapat di dalam materi itu. Pembelajaran seperti ini
melelahkan dan membosankan. Belajar bukan manifestasi kesadaran dan partisipasi,
melainkan keterpaksaan dan mobilisasi. Dampak psikis ini tentu kontraproduktif dengan
hakikat pendidikan itu sendiri yaitu memanusiakan manusia atas seluruh potensi kemanusiaan
yang dimiliki secara kodrati.
Pembelajaran seharusnya menjadi aktivitas bermakna yakni pembebasan untuk
mengaktualisasi seluruh potensi kemanusiaan, bukan sebaliknya. Seiring dengan
pengembangan filsafat kontruktivisme dalam pendidikan selama dekade ini, muncul
pemikiran kritis merenovasi pembelajaran bagi anak bangsa negeri ini menuju pembelajaran
yang berkualitas, humanis, organis, dinamis, dan kontruktif. Salah satu pemikiran kritis itu
dan salah satu upaya yang dapat dikembangkan oleh sekolah adalah pembelajaran aktif,
inovatif, kreatif,efektif dan menyenangkan atau PAIKEM.
Pembelajaran
menunjuk pada proses belajar yang menempatkan peserta didik sebagai center stage
performance. Pembelajaran lebih menekankan bahwa peserta didik sebagai makhluk
berkesadaran memahami arti penting interaksi dirinya dengan lingkungan yang menghasilkan
pengalaman adalah kebutuhan. Kebutuhan baginya mengembangkan seluruh potensi
kemanusiaan yang dimilikinya.
Aktif
Pembelajaran harus menumbuhkan suasana sedemikian rupa sehingga peserta didik aktif
bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakangagasan. Belajar memang merupakan proses
aktif dari si pembelajar dalam membangun pengetahuannya, bukan proses pasif yang hanya
menerima kucuran ceramah guru tentang pengetahuan. Pembelajaran aktif adalah proses
belajar yang menumbuhkan dinamika belajar bagi peserta didik. Dinamika untuk
mengartikulasikan dunia idenya dan mengkonfrontir ide itu dengan dunia realitas yang
dihadapinya.
Inovatif
pembelajaran merupakan proses pemaknaan atas realitas kehidupan yang dipelajari. Makan
itu hanya bisa dicapai jika pembelajaran dapat memfasilitasi kegiatan belajar yang member
kesempatan kepada peserta didik menemukan sesuatu melalui aktivitas belajar yang
dilakoninya.
Kreatif
pembelajaran harus menumbuhkan pemikiran kritis, karena dengan pemikiran seperti itulah
kreativitas bisa dikembangkan. Pemikiran kritis adalah pemikiran reflektif dan produktif yang
melibatkan evaluasi bukti. Kreativitas adalah kemampuan berpikir tentang sesuatu dengan
cara baru dan tak biasa serta menghasilkan solusi unik atas suatu problem.
Efektif
Pembelajaran efektif adalah jantungnya sekolah efektif. Efektivitas pembelajaran merujuk
pada berdaya dan berhasil guna seluruh komponen pembelajaran yang diorganisir untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran efektif mencakup keseluruhan tujuan
pembelajaran baik yang berdimensi mental, fisik, maupun sosial. Pembelajaran efektif
“memudahkan” peserta didik belajar sesuatu yang “bermanfaat”.
Menyenangkan
Pembelajaran menyenangkan adalah pembelajaran dengan suasana socio emotional climate
positif. Peserta didik merasakan bahwa proses belajar yang dialaminya bukan sebuah derita
yang didera dirinya, melainkan berkah yang harus disyukurinnya. Belajar bukanlah tekanan
jiwa pada dirinya, namun merupakan panggilan jiwa yang harus ditunaikannya. Pembelajaran
menyenangkan menjadikan peserta didik ikhlas menjalaninya. Pembelajaran PAIKEM adalah
pembelajaran bermakna yang dikembangkan dengan cara membantu peserta didik
membangun keterkaitan antara informasi (pengetahuan) baru dengan pengalaman
(pengetahuan lain) yang telah dimiliki dan dikuasai peserta didik. Peserta didik dibelajarkan
bagaimana mereka mempelajari konsep dan bagaimana konsep tersebut dapat dipergunakan
di luar kelas. Praktik PAIKEM membutuhkan kemampuan teoritik dan praktik. Kemampuan
teoritik meliputi arti belajar, dukunagn teoritis, model pembelajaran, dan pembelajaran
kontekstual. Kemampuan praktik adalah mempraktikan metode-metode PAIKEM.
PAIKEM sebagai proses learning to know, learning to do, learning to be, dan learning to live
together mendorong terciptanya kebermaknaan belajar bagi peserta didik. Aspek
pengetahuan-pengetahuan tersebut penting sebagai landasan bagi guru maupun calon guru
berpikir logis dan bertindak profesional atas profesinya. Bertolak pada kebutuhan pendidikan
di era global dan tuntutan profesionalisme kependidikan, metode bertajuk PAIKEM
(Pembelajaran Aktif Inovatif Kreatif Efektif Menyenangkan) proses dan hasil belajar peserta
didik diharapkan akan meningkat. Dengan meningkatnya proses dan hasil belajar maka
diharapkan kualitas pendidikan juga akan meningkat martabat bangsa kita.[2]

[1] www. AnneAhira.com


[2] http://www.kompasiana.comv

Anda mungkin juga menyukai