Anda di halaman 1dari 12

Kebudayaan Pancasila yang dimaksud adalah :

Pancasila membuat Indonesia tetap teguh dan bersatu di dalam keberagaman budaya. Dan
menjadikan Pancasila sebagai dasar kebudayaan yang,menyatukan budaya satu dengan yang lain.
Karena ikatan yang satu itulah, Pancasila,menjadi inspirasi berbagai macam kebudayaan yang ada di
Indonesia.

 Kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti budi atau akal. Kebudayaan
adalah hasil dari cipta, rasa dan karsa manusia.

 Manusia dan kebudayaan merupakan dwi tunggal karena keduanya tidak dapat dipisahkan
satu sama lainnya, dimana ada sekelompok manusia maka di situ ada kebudayaan yang
dihasilkan.

 Kebudayan berguna bagi manusia atau masyarakat untuk melindungi diri terhadap alam,
mengatur hubungan antar manusia dan sebagai wadah dari segenap perasaan manusia.
 Kebudayan berguna bagi manusia atau masyarakat untuk melindungi diri terhadap alam, mengatu

Lima permasalahan yang bertentangan dengan IDEOLOGI PANCASILA, yaitu :

1. Terorisme
2. Globalisasi
3. Disintegrasi Bangsa
4. Agama (Ideologi Pancasila menuju Syarikat Islam)
5. Korupsi
PENJELASANDampak Positif Globalisasi Terhadap Budaya Bangsa Mudah memperoleh
informasi dan ilmu pengetahuan Mudah melakukan komunikasi Cepat dalam bepergian
(mobilitas tinggi) Menumbuhkan sikap kosmopolitan dan toleran Memacu untuk
meningkatkan kualitas diri Mudah memenuhi kebutuhan Dapat meniru pola berpikir yang
baik seperti etos kerja yang tinggi dan disiplin dan Iptek dari bangsa lain yang sudah maju
untuk meningkatkan kemajuan bangsa yang pada akhirnya memajukan bangsa dan akan
mempertebal rasa nasionalisme kita terhadap bangsa. Dampak Negatif Globalisasi Terhadap
Budaya Bangsa Informasi yang tidak tersaring Perilaku konsumtif Membuat sikap menutup
diri, berpikir sempit Pemborosan pengeluaran dan meniru perilaku yang buruk Mudah
terpengaruh oleh hal yang tidak sesuai dengan kebiasaan atau kebudayaan suatu negara
Globalisasi mampu meyakinkan masyarakat Indonesia bahwa liberalisme dapat membawa
kemajuan dan kemakmuran. Sehingga tidak menutup kemungkinan berubah arah dari
ideologi Pancasila ke ideologi liberalisme. Jika hal tesebut terjadi akibatnya rasa
nasionalisme bangsa akan hilang Dari globalisasi aspek ekonomi, hilangnya rasa cinta
terhadap produk dalam negeri karena banyaknya produk luar negeri (seperti Mc Donald,
Coca Cola, Pizza Hut,dll.) membanjiri di Indonesia. Dengan hilangnya rasa cinta terhadap
produk dalam negeri menunjukan gejala berkurangnya rasa nasionalisme masyarakat kita
terhadap bangsa Indonesia. Mayarakat kita khususnya anak muda banyak yang lupa akan
identitas diri sebagai bangsa Indonesia, karena gaya hidupnya cenderung meniru budaya barat
yang oleh masyarakat dunia dianggap sebagai kiblat. Mengakibatkan adanya kesenjangan
sosial yang tajam antara yang kaya dan miskin, karena adanya persaingan bebas dalam
globalisasi ekonomi. Hal tersebut dapat menimbulkan pertentangan antara yang kaya dan
miskin yang dapat mengganggu kehidupan nasional bangsa. Munculnya sikap individualisme
yang menimbulkan ketidakpedulian antarperilaku sesama warga. Dengan adanya
individualisme maka orang tidak akan peduli dengan kehidupan bangsa. Dampak Globalisasi
Media Terhadap Budaya dan Perilaku Masyarakat Bertolak dari besarnya peran media massa
dalam mempengaruhi pemikiran khayalaknya, tentulah perkembangan media massa di
Indonesia pada masa yang akan datang harus dipikirkan lagi. Apalagi menghadapi globalisasi
media massa yang tak terelakan lagi. Globalisasi media massa merupakan proses yang secara
nature terjadi, sebagaimana jatuhnya sinar matahari, sebagaimana jatuhnya hujan atau
meteor. Pendekatan profesional menjadi kata kunci, masalah dasarnya mudah diterka. Pada
titik - titik tertentu, terjadi benturan antar budaya dari luar negeri yang tak dikenal oleh
bangsa Indonesia. Jadi kehawatiran besar terasakan benar adanya ancaman, serbuan,
penaklukan, pelunturan karena nilai – nilai luhur dalam paham kebangsaan. Imbasnya adlah
munculnya majalah-majalah Amerika dan Eropa versi Indonesia seperti : Bazaar
,Cosmopolitan ,Spice,FHM, (for Him Magazine) ,Good Housekeeping ,Trax, dan sebagainya.
Begitu juga membanjirnya program tayangan dan produk tanpa dapat dibendung.Sehingga
bagaimana bagi negara berkembang seperti Indonesia menyikapi penomena traspormasi
media terhadap prilaku masyarakat dan budaya lokal,karena globalisasi media dengan segala
yang dibawanya seperti lewat televisi, radio, majalah, koran, buku film, vcd, HP, dan kini
lewat internet sedikit banyak akan berdampak pada kehidupan masyarakat. Saat ini
masyarakat sedang mengalami serbuan yang hebat dari berbagai produk poernografi berupa
tabloitd, majalah, buku bacaan di media cetak, televisi, rasio, dan terutama adalah peredaran
bebas VCD.Baik yang datang dari uar negeri maupun yang diproduksi sendiri. Walaupun
media pernografi bukan barang baru bagi Indonesia, namun tidak pernah dalam skala seluas
sekarang. Bahkan beberapa orang asing menganggap Indonesia sebagai ”surga pornografi”
karena sangat mudahnya mendapat produk-produk pornografi dan harganya pun murah.
Kebebasan pers yang muncul pada awal reformasi ternyata dimanfaatkan oleh sebagian
masyarakat yang tidak bertanggung jawab, untuk menerbitkan produk-produk pornografi.
Mereka menganggap pers mempunyai kemerdekaan yang dijamin sebagai hak asasi warga
Negara dan tidak dikenakan penyensoran dan pembredelan. Padahal dalam pasal 5 ayat 1
Undang-undang pers No 40 tahun 1999itu sendiri, mencantumkan bahwa: ”pers berkewajiban
memberikan peristiwa dan opini dengan menghormati norma-norma agama dan rasa
kesusilaan masyarakat”. Kesimpulan Globalisasi ternyata menimbulkan banyak pengaruh
yang negatif bagi kebudayaan bangsa Indonesia. Norma-norma yang terkandung dalam
kebudayaan bangsa Indonesia perlahan-lahan mulai pudar. Oleh karena itu perlu dipertahanan
aspek sosial budaya Indonesia sebagai identitas bangsa. Caranya adalah dengan penyaringan
budaya yang masuk ke Indonesia dan pelestarian budaya bangsa. Bagi masyarakat yang
mencoba mengembangkan seni tradisional menjadi bagian dari kehidupan modern, tentu akan
terus berupaya memodifikasi bentuk-bentuk seni yang masih berpolakan masa lalu untuk
dijadikan komoditi yang dapat dikonsumsi masyarakat modern. Copy the BEST Traders and
Make Money : http://bit.ly/fxzulu

Copy the BEST Traders and Make Money : http://bit.ly/fxzulu

Cara Kita Mengatasi Globalisasi di Bidang Sosial


dan Budaya.
07 Jan

Belakangan ini, globalisasi telah mempengaruhi seluruh aspek dalam kehidupan kita.
Baik itu sikap, perilaku, bahkan cara kita berbicara. Berkat globalisasi, kita dapat hidup
dengan lebih baik sekarang. Namun, tidak demikian jika globalisasi merambah ke dua aspek
yang penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yaitu social dan budaya. Dewasa ini,
budaya Indonesia mulai banyak terkikis dan digantikan oleh sikap kebarat-baratan yang
kadang tidak sesuai dengan budaya Indonesia.

Salah satu dampaknya dalam budaya adalah nyaris punahnya suatu bahasa daerah di
Indonesia, dikarenakan yang mengatakan bahasa itu hanya kaum tua saja kaum mudanya
sama sekali tidak tertarik mempelajarinya dan mengucapkan bahasa itu. Generasi muda
yang harusnya menjadi generasi pelestari budaya melupakan budayanya sendiri, bahkan,
kata penelitian lebih dari 50% anak muda Indonesia merasa kurang bangga dengan bangga
berbicara dengan bahasa Indonesia, dan lebih merasa percaya diri bila berbicara dengan
bahasa Inggris. Pada saat ditanya “ Kenapa tidak bangga berbahasa Indonesia? ”maka
mereka akan menjawab “ Karena nggak gaul, kuno, gak jaman.”

Para budayawan Indonesia merasa prihatin karena keadaan ini, nilai-nilai budaya dan
moral di Indonesia pun juga ikut merosot akibat globalisasi. Sebagai contoh, banyaknya anak
perempuan yang berpakaian minim ke mana-mana hanya karena ingin mengikuti mode di
Amerika. Budaya Indonesia yang mengajarkan untuk berpakaian sopan mulai menghilang
dalam kancah globalisasi yang kuat, karena anak muda Indonesia kurang ditanamkan
pendidikan budi pekerti dan bagaimana cara menyikapi globalisasi yang benar.

Oleh sebab itu, saya menulis ini agar kita dapat mengetahui bagaimana cara kita
menyikapinya karena bila kita tidak mengetahui bagaimana cara menghadapinya dengan
positif itu akan menimbulkan akibat yang buruk bagi perkembangan budaya
Indonesia. Sebelum saya membahas lebih lanjut dan luas bagaimana cara kita menyikapinya,
kita juga perlu tahu, Apa pengeritan globalisasi dalam bidang sosial dan budaya? Bagaimana
pengaruh positif dan negatif globalisasi di bidang sosial dan budaya?

Pengertian Globalisasi.
Globalisasi berasal dari kata globe yang berarti “dunia“. Secara harfiah globalisasi bisa
diartikan proses mendunia. Globalisasi dalam bidang Sosial Budaya merupakan proses
sosialisasi & pertukaran budaya antar bangsa yang melintasi batas Negara.
Ada sebagian yang berpendapat bahwa globalisasi merupakan proses sosial, atau proses
sejarah, atau proses alamiah yang akan membawa seluruh bangsa dan negara berada dalam
ikatan yang semakin kuat untuk mewujudkan sebuah tatanan kehidupan baru atau kita bisa
mengatikan kesatuan ko-eksistensi yang nantinya akan mengahpus batas-batas geografis,
ekonomi dan budaya masyarakat. Penertian ini didukung oleh pihak yang mendukung
terjadinya sebuah evolusi sosial ekonomi dan budaya.

Pengaruh Globalisasi Bidang Sosial Budaya.


A. Pengaruh Negatif Globalisasi Bidang Sosial Budaya.

Ada dua faktor pendukung munculnya globalisasi yaitu berkembang pesatnya teknologi
komunikasi dan adanya integrasi ekonomi. Namun meski hanya 2 faktor pendukung. Dampak
globalisasi merambat pada segala sekor yang ada dan pengaruh Globalisasi bidang Sosial
Budaya yang paling dapat kita rasakan adalah “Masuknya Budaya Barat”.

Budaya Barat sangat bertentangan dengan Bangsa Asia khusunya Indonesia yang
dianggap Budaya Timur. Di era Globalisasi ini, dengan mudahnya Budaya Barat
masuk melalui media internet, tv, ataupun media cetak yang kemudian diserap oleh banyak
kaum muda. Hal ini saling berkesinambungan dengan pengaruh buruk lainnya dari
globalisasi. Bagi Bangsa Asia, Masuknya Budaya Barat dapat menyebabkan:

1. Cultur Shock

Biasanya ditandai dengan perubahan budaya maupun kebiasaan dalam masyarakat.


Norma masyarakat yang sebelumnya menjadi pedoman bagi seseorang bertindak perlahan-
lahan berubah menjadi longgar.Misalnya kebiasaan memberikan salam dan mencium tangan
pada orang tua sudah pudar di kalangan generasi muda.

Pudarnya budaya atau kebiasaan pada masyarakat seperti memberikan salam


dan mencium tangan pada orang tua sudah pudar di kalangan generasi muda sebagian besar
disebabkan oleh masuknya budaya Barat.

Memberi salam atau mencium tangan orang tua sudah tergantikan oleh “Cipika-Cipiki”
yang diperkenalkan budaya Barat. Padahal ini tidak sesuai dengan Bangsa Timur yang lebih
mengedepankan etika dalam bermasyarakat. Terlebih dalam Agama Islam “Cipika-Cipiki”
dianggap dosa bila dengan lawan jenis.

2. Sikap Meniru

a. Meniru perilaku yang buruk

Banyak sekali adegan dalam film Barat yang tidak sepatutnya dicontoh oleh kaum muda.
Misalnya perkelahian antarpelajar dan pelajar yag terintimidasi dalam sekolah.

b. Meniru Idola

Seseorang yang mengidolakan suatu tokoh, pasti ingin sama persis menjadi seperti
idolanya, setidaknya dalam hal bergaya atau berpakaian. Kita ambil contoh, siapa yang tak
kenal Lady Gaga? Ia adalah salah satu dari banyak contoh penyanyi papan atas dari luar negri
yang banyak dikagumi. Tak sedikit kaum muda yang mengidolakannya dan mengikuti gaya
serta penampilannya. Cara berpakaian yang tak lazim bahkan mungkin dapat dikatakan “gila”
serta lirik lagunya yang “satanic”. Tapi semua itu seolah tak berarti, dan tetap diikuti.

3. Style dari Bangsa Barat.

Barat yang identik dengan liberalisme, sangat bebas dalam berpakaian. Dan karena trend
pakaian dunia berkiblat pada bangsa Barat, maka style/cara berpakaian bangsa Barat pun
perlahan masuk dalam budaya kita dan berpakaian sangat sexy dengan rok pendek sudah
mejadi hal yang lumrah.

4. Cultur lag (Kesenjangan Budaya)

Cultur lag ditandai dengan kebiasaan anggota masyarakat melanggar aturan atau hukum.
Hal yang tidak biasa dalam masyarakat kini telah menjadi lazim untuk dilakukan. Hal ini
akibat kebebasan yang diajarkan budaya Barat sehingga dirasa terlalu bebas tanpa disertai
tanggung jawab.

5. Sekularisme/Sekulerisme

Merupakan Ideologi yang menyatakan bahwa sebuah institusi harus berdiri terpisah dari
agama atau kepercayaan. Dalam kajian keagamaan, masyarakat dunia barat pada umumnya di
anggap sebagai sekular. Hal ini di karenakan kebebasan beragama yang hampir penuh tanpa
sangsi legal atau sosial, dan juga karena kepercayaan umum bahwa agama tidak menentukan
keputusan politis. Tentu saja, pandangan moral yang muncul dari tradisi kegamaan tetap
penting di dalam sebagian dari negara-negara ini.

Meningkatnya pengaruh sekularisme menyebabkan menurunnya pengaruh agama di


dalam Negara. Orang-orang akan mulai beralih kepada ilmu pengetahuan dan
rasionalisme dan menjauh dari agama dan takhayul.

Selain Masuknya Budaya Barat yang menjadi akar dari semua dampak negatif Globalisasi
bidang sosial budaya, ada unsur lain yang ikut berperan dalam hal ini yaitu “Kemajuan
IPTEK”. Kemajuan IPTEK adalah dampak positif dari globalisasi dalam bidang Teknologi,
namun ini sedikit banyak membawa dampak negatif bidang Sosial Budaya yang diantaranya
melahirkan gaya hidup yang:

1. Mewah

Suatu gaya hidup yang mengedepankan merk dari barang-barang yang dikonsumsinya.
Segala sesuatunya haruslah mewah denga harga yang menakjubkan.

2. Individualistis

Dulu sosialisasi hanya dapat terjadi jika kita pergi keluar rumah, menyapa tetangga
ataupun mengobrol. Namun dizaman modern ini, hanya dengan duduk dialam rumah dengan
internet, bahkan kita bisa bersosialisasi dengan orang-orang yang berada sangat jauh. Inilah
akar dari individualistis yang tercipta karena tidak bersosialisasi secara langsung. Hal ini
akan sangat fatal karena menciptakan seseorang dengan sikap yang tidak memperdulikan
orang lain selain dirinya.

3. Pragmatisme

Pragmatisme adalah sikap yang menilai sesuatu dari untung ruginya bagi diri
sendiri. Padahal menolong tanpa pamrih adalah pelajaran dasar dalam bermasyarakat. Tapi
semakin majunya jaman, menyebabkan lunturnya nilai-nilai gotong royong dan tolong-
menolong. Individu lebih mengarahkan pada kegiatan yang menguntungkan saja.

4. Matrealisme

Suatu paham yang menilai segala sesuatunya dengan materi dan selalu berusaha
memperkaya diri dengan materi berlebih. Gaya hidup seperti ini sepatutnya dihindari karena
tidak semua barang dapat dinilai secara materi.

5. Hedonisme

Hedonisme menjiwai para pengusaha lokal yang hidup di beberapa negara miskin.
Mereka meraih keuntungan yang banyak dengan cara menggali sumber daya alam tanpa
batas. Tangan-tangan merekalah yang telah menggunduli hutan, mengotori sungai,
mencemari ekosistem laut, dan penebar racun di udara. Para pengusaha lokal tersebut
memperkaya diri mereka demi sebuah kesenangan hidup. Padahal secara tidak langsung,
mereka telah menghancurkan keseimbangan alam dan menghilangkan mata pencaharian bagi
orang-orang yang bergantung pada alam.

6. Permisif

Suatu paham yang membiarkan sesuatu hal yang dianggap tabu untuk diperlihatkan.
Contoh dari pemahaman ini adalah Bangsa Barat yang mengajarkan untuk bertelanjang dada
untuk pria bahkan sebagian wanita Barat yang ekstrem ikut bertelanjang dada. Sikap permisif
tersebut berangsur-angsur mulai tumbuh dikalangan kaum pria. Tapi untuk kaum wanita
kebanyakan tentunya tidak melakukan hal demikian. Terlebih aturan beberapa negara
terutama bangsa Timur yang sangat membatasi.

7. Konsumerisme

Konsumerisme merupakan paham atau aliran atau ideologi dimana seseorang atau
kelompok melakukan atau menjalankan proses konsumsi atau pemakaian barang barang hasil
produksi secara berlebihan atau tidak sepantasnya secara sadar dan berkelanjutan. Dan inilah
hal yang paling sering terjadi seperti berbelanja pakaian terlalu banyak. Padahal pakaian
tersebut tidak semuanya dipakai dalam kehidupan sehari-hari.

8. Sikap yang Serba Instant

Era Globalisasi membuat mudah segala sesuatunya. Ingin makan mie, cukup menyeduh
mie instant. Ingin makan bubur, cukup menyeduh bubur instant. Ingin makanan dalam waktu
singkat, cukup pesan fast food. Serba instant yang hanya memerlukan waktu beberapa menit
saja. Namun bukan berarti hal tersebut bagus. Sikap yang serba instant akan mengantarkan
pada sifat yang tidak sabaran. Terlebih semua makanan yang instant berdampak negatif pada
kesehatan tubuh.

9. Malas & Lalai

Seiring berkembangnya zaman, masyarakat beralih dari penggunaan Radio menjadi TV


atau bahkan Internet. Hiburan yang disajikan begitu mengasyikan dan seru hingga membuat
kita menjadi lalai dan malas.Bukan hanya berpengaruh pada kelalaian mengerjakan tugas
namun juga dapat menyebabkan lalai dalam beribadah bahkan cenderung malas.

B. Pengaruh Positif Globalisasi Bidang Sosial Budaya.

Banyak sekali pengaruh buruk akibat Globalisasi yang kita rasakan. Namun tentunya
masih ada pengaruh positif Globalisasi Bidang Sosial Budaya yang dapat kita rasakan, atau
mungkin bagi sebagian banyak orang sudah mengalaminya.

1. Meningkatkan pembelajaran mengenai tata nilai sosial budaya, cara hidup, pola pikir
yang baik, maupun ilmu pengetahuan dan teknologi dari bangsa lain yang telah maju.
2. Meningkatkan etos kerja yang tinggi, suka bekerja keras, disiplin, mempunyai jiwa
kemandirian, rasional, sportif, dan lain sebagainya.

Bagaimana Cara Kita Menyikapi Globalisasi di Bidang


Sosial dan Budaya.
Akibat dari perubahan sosial salah satunya adalah memudarnya jati diri bangsa. Jati diri
(human character) adalah suatu sifat, watak, rasa, akal, kehendak, semangat, roh kesadaran
dan kekuatan yang terdapat dalam jiwa manusia sebagai hasil dari proses belajar tentang
nilai-nilai budaya yang luas dan yang muncul dalam perilaku tindakan.

Cara-cara untuk mengatasi memudarnya jati diri bangsa adalah sebagai berikut:

1. Jati diri harus berbasis kepada budaya dan kepribadian bangsa.

Jati diri yang telah tersusun harus berbasis kepada budaya dan kepribadian bangsa Indonesia,
antara lain:

1. Religius
2. Humanis
3. Naturalis
4. Terbuka
5. Demokratis
6. Integrasi dan Harmoni
7. Nasionalisme dan Patriotisme
8. Berkomitmen Terhadap Kebenaran
9. Jujur dan Adil
10. Profesional
11. Ber-IPTEK
12. Mandiri
13. Etis dan Moralis
14. Kepatuhan Kepada Hukum
15. Berjiwa Kemasyarakatan
16. Berjiwa Kultural
17. Berjiwa Seni dan Estetika.

Hal yang sangat memprihatinkan rakyat Indonesia dewasa ini adalah


munculnya kehidupan yang bersifat paradoks dan menjadi bagian dari krisis bangsa yang
multidimensial. Kondisi yang paradoks itu antara lain berupa masuknya budaya sekuler
kedalam kehidupan bangsa Indonesia yang religius dan spiritualis sehingga muncul gaya
hidup modern yang materialistik, individualistik, liberalis, hedonis dan vulgar.

Sifat rakyat Indonesia yang sangat menghargai kejujuran, keikhlasan dan kemuliaan
manusia, namun yang terjadi banyak orang yang memiliki karakter hipokrit atau munafik.
Sifat ramah, terbuka, moderat dan bersahabat, namun yang terjadi sekarang adanya gerakan
sosial radikal yang menggunakan kekerasan, sehingga Indonesia disebut negara sarang
teroris. Untuk mengatasi kondisi sosial yang paradoks tersebut, maka rakyat Indonesia harus
membudayakan dan mensosialisasikan jati diri bangsa seperti telah disebutkan sebelumnya.

1. Memiliki Loyalitas Terhadap NKRI.

Hubungan antar suku bangsa Indonesia belum harmonis karena masih ada suku
bangsa yang mendominasi suku bangsa lain yang lebih kecil. Globalissi dan keterbukaan saat
ini telah memperkuat paham etnosentrisme danprimordialisme sehingga beberapa suku
bangsa di Indonesia ingin mendirikan negara merdeka baru. Tentu saja keinginan ini
mengancam eksistensi NKRI, yang akhirnya akan memunculkan konflik sosial dengan
kekerasan.

Hendaknya semua pihak meyakini bahwa pembangunan jati diri bangsa Indonesia
memiliki tujuan akhir, yaitu memperoleh persatuan dan kesatuan bangsa. Jati diri inilah yang
membangun dan mengembangkan bangsa agar memiliki identitas diri secara komprehensif
sebagai pribadi yang percaya kepada diri sendiri, percaya akan potensi dengan kemampuan
sendiri, mempertahankan harga diri, bersikap terbuka dan moderat.

2. Memiliki Komitmen Tinggi Untuk Pelestarian Unsur dan Nilai Sosial.

Kita harus menyadari bahwa setiap masyarakat akan menghadapi masalah perubahan
sosial yang selalu terjadi sebagai dampak dari proses-proses sosial, seperti modernisasi dan
industrialisasi

Menurut Anthony Giddens, dampak dari modernisasi ada yang positif dan ada yang
negatif. Modernisasi itu membawa perubahan-perbuhan menuju kemajuan sekaligus juga
membawa perubahan yang bersifat negatif seperti runtuhnya institusi sosial dan pudarnya
budaya lokal. Tradisi dan budaya lokal dapat hilang secara perlahan-lahan karena
ditinggalkan oleh masyarakatnya sendiri.

Bangsa dan negara Indonesia akan menjadi bangsa dan negara besar. Oleh karena itu
harus memiliki identitas diri dan jati diri yang khas yang berbeda dengan bangsa dan negara
lainnya. Sehingga bangsa Indonesia akan memberikan sumbangan besar bagi peradaban
umat manusia dikemudian hari.
Demikian pembahasan yang saya buat, semoga apa yang saya tulis ini dapat bermanfaat
untuk kita semua. Pesan dari saya untuk seluruh lapisan masyarakat terutama anak muda
untuk menyaring seluruh kebudayaan asing yang masuk ke budaya Indonesia, yang baik kita
ambil sedangkan yang buruk kita tinggalkan. Dalam hal ini kita perlu bersifat bijak dan
penyaringan budaya asing harus dilakukan dengan seksama dan cermat dan saya
berpesan agar kita menanamkan rasa cinta kepada tanah air kita Bumi Indonesia, seperti:
melestarikan budaya Indonesia dengan contoh seperti memakai baju batik, menghargai
budaya suku lain serta turut mempelajari tari-tarian dan lagu lagu Indonesia.

” YANG PALING DIBUTUHKAN BANGSA INDONESIA PADA SAAT INI ADALAH


TINDAKAN NYATA DARI SEGENAP KOMPONEN BANGSA, BUKAN HANYA
SEKEDAR RETORIKA YANG TAK BERMAKNA. “

Daftar Pustaka

http://summerviscountess.blogspot.com/2013/10/globalisasi-dan-dampaknya-pada.html

http://ciciraherani.blogspot.com/2013/02/makalah-globalisasi-di-bidang-sosial.html

Istilah akulturasi berasal dari bahasa Latin “acculturate” yang berarti “tumbuh dan
berkembang bersama”. Secara umum, pengertian akulturasi (acculturation) adalah perpaduan
budaya yang kemudian menghasilkan budaya baru tanpa menghilangkan unsur-unsur asli
dalam budaya tersebut. Misalnya, proses percampuran dua budaya atau lebih yang saling
bertemu dan berlangsung dalam waktu yang lama sehingga bisa saling memengaruhi.
Sedangkan, menurut Koentjaraningrat, akulturasi adalah proses sosial yang terjadi bila
kelompok sosial dengan kebudayaan tertentu dihadapkan pada kebudayaan asing yang
berbeda. Syarat terjadinya proses akulturasi adalah adanya persenyawaan (affinity) yaitu
penerimaan kebudayaan tanpa rasa terkejut, kemudian adanya keseragaman (homogenity)
seperti nilai baru yang tercerna akibat keserupaan tingkat dan corak budayanya.

Akulturasi bisa terjadi melalui kontak budaya yang bentuknya bermacam-


macam, antara lain sebagai berikut.

 Kontak sosial pada seluruh lapisan masyarakat, sebagian masyarakat, atau


bahkan antar individu dalam dua masyarakat.
 Kontak budaya dalam situasi bersahabat atau situasi bermusuhan.
 Kontak budaya antara kelompok yang menguasai dan dikuasai dalam seluruh
unsur budaya, baik dalam ekonomi, bahasa. teknologi. kemasyarakatan. agama,
kesenian, maupun ilmu pengetahuan.
 Kontak budaya antara masyarakat yang jumlah warganya banyak atau sedikit.
 Kontak budaya baik antara sistem budaya, sistem sosial, maupun unsur budaya
fisik.

Hasil akulturasi budaya ditentukan oleh kekuatan dari setiap budaya. Semakin kuat
suatu budaya maka akan semakin cepat penyebarannya. Adanya berbagai suku bangsa
yang terdapat di Indonesia, secara alami akan terjadi pertemuan dua budaya atau
lebih. Dalam proses akulturasi, semua perbedaan yang ada akan berjalan beriringan
dengan semua unsur persamaan yang mereka miliki sampai pada akhirnya budaya
yang memiliki pengaruh lebih kuat akan berperan besar dalam proses akulturasi.

Pembauran (Asimilasi)

Pembauran merupakan padanan kata dari istilah asimilation; merupakan proses perubahan
kebudayaan secara total akibat membaurnya dua kebudayaan atau lebih sehingga ciri-ciri
kebudayaan yang asli atau lama tidak tampak lagi. Menurut Koentjaraningrat, pembauran
adalah suatu proses sosial yang terjadi pada berbagai golongan manusia dengan latar
kebudayaan yang berbeda. Setelah mereka bergaul dengan intensif, sifat khas dari unsur-
unsur kebudayaan masing-masing berubah menjadi unsur kebudayaan campuran.

Proses pembauran baru dapat berlangsung jika ada persyaratan tertentu yang mendukung
berlangsungnya proses tersebut. Harsojo menyatakan bahwa dalam pembauran dipengaruhi
oleh beberapa faktor, di antaranya sebagai berikut.

1) Faktor Pendorong Asimilasi

a) Toleransi adalah saling menghargai dan membiarkan perbedaan di antara setiap pendukung
kebudayaan yang saling melengkapi sehingga mereka akan saling membutuhkan.
b) Simpati adalah kontak yang dilakukan dengan masyarakat lainnya didasari oleh rasa saling
menghargai dan menghormati. Misalnya dengan saling menghargai orang asing dan
kebudayaan nya serta saling mengakui kelemahan dan kelebihannya akan mendekatkan
masyarakat yang menjadi pendukung kebudayaan-kebudayaan tersebut.
c) Adanya sikap terbuka dari golongan yang berkuasa di dalam masyarakat. Misalnya dapat
diwujudkan dalam kesempatan untuk menjalani pendidikan yang sama bagi golongan-
golongan minoritas, pemeliharaan kesehatan, atau penggunaan tempat-tempat rekreasi.
d) Adanya perkawinan campuran (amalgamasi). Perkawinan campuran dapat terjadi di antara
dua kebudayaan yang berbeda, baik dari asal suku bangsa maupun tingkat sosial ekonomi.
e) Adanya persamaan unsur-unsur kebudayaan yang terdapat dalam setiap kebudayaan
menyebabkan masyarakat pendukungnya merasa lebih dekat satu dengan yang lainnya.

2) Faktor Penghambat Asimilasi

a) Fanatisme dan prasangka, melahirkan sikap takut terhadap kebudayaan lain yang
umumnya terjadi di antara masyarakat yang merasa rendah (inferior) dalam menghadapi
kebudayaan luar yang lebih tinggi (superior). Contohnya, suku-suku bangsa terasing seperti
orang Kubu di Sumatra, orang Baduy di Jawa Barat, dan suku-suku terasing di Irian/Papua.
Prasangka yang timbul itu membuat mereka menutup diri terhadap masuknya budaya baru.
b) Kurangnya pengetahuan kebudayaan yang menyebabkan sikap toleransi dan simpati yang
kurang berkembang antara suku bangsa.
c) Perasaan superioritas yang besar pada individu-individu dari satu kebudayaan terhadap
kebudayaan masyarakat lain. Contohnya, antara masyarakat kolonial dan masyarakat pribumi
sehingga integrasi yang terjalin antara yang menjajah dan yang dijajah tidak berkembang.
d) Terisolasinya kehidupan suatu golongan tertentu dalam masyarakat yang akan berakibat
pada tidak adanya kebebasan untuk bergaul dengan masyarakat luar. Sebaliknya, orang luar
kurang memahami kebudayaan masyarakat tersebut sehingga menimbulkan prasangka yang
dapat menghalangi berlangsungnya proses pembauran.
e) Adanya in-group yang kuat. In-group feeling, artinya suatu perasaan yang kuat sekali
bahwa individu terikat pada kelompok dan kebudayaan kelompok yang bersangkutan.
Misalnya, golongan minoritas Arab dan Tionghoa di Indonesia yang memperlihatkan
perbedaan-perbedaan yang tajam dengan orang Indonesia asli. Pelaksanaan pergantian nama
orang Tionghoa dengan nama Indonesia tidak banyak membawa hasil untuk
mengintegrasikan mereka ke dalam masyarakat Indonesia jika in-group feeling tidak diatasi
lebih dulu.

Secara umum integrasi nasional mencerminkan proses persatuan orang-orang


dari berbagai wilayah yang berbeda, atau memiliki perbedaan baik etnisitas,
social dan budaya, atau latar belakang ekonomi, menjadi bangsa nation
terutama karena pengalaman sejarah dan politik yang relatif sama. Selanjutnya
dalam menjalani proses pembentukan suatu bangsa berbagai suku bangsa,
sebenarnya mencita-citakan suatu masyarakat baru, yaitu semua masyarakat
politik yang dibayangkan akan memiliki rasa persaudaraan dan solidaritas yang
kental, memiliki identitas kebangsaan dan wilayah kebangsaan yang jelas serta
memiliki kekuasaan memerintah. Dalam tataran integrasi politik terdapat
dimensi vertical yang menyangkut hubungan elit dengan massa.

Integrasi yang dimaksud disini merujuk pada upaya penyatuan berbagai


kelompok masyarakat yang berbeda-beda secara sosial, budaya maupun politik
suatu bangsa, yang membangun kesetiaan lebih besar yang bersifat nasional[4] .
Dengan demikian, istilah integrasi merujuk pada upaya pembangunan atau
otoritas atau kewenangan nasional; penyatuan pemerintah dengan yang
diperintah, konsensus tentang nilai-nilai kolektif dan juga terkait dengan
kesadaran anggota masyarakat untuk memperkokoh ikatan antara mereka.

Anda mungkin juga menyukai