B. Akar-akar Nasionalisme
Nasionalisme adalah sauatu paham yang berpendapat bahwa kesetiaan tertinggi individu
harus diserahkan kepada Negara kebangsaan. Perasaan sangat mendalam akan suatu ikatan
yang erat dengan tanah tumpah darahnya, dengan tradisi-tradisi setempat, dan penguasa-
penguasa resmi di daerahnya selalu ada di sepanjang sejarah dengan kekuatan yang berbeda-
beda. Akan tetapi, baru pada akhir abad ke-18 nasionalisme dalam arti modern menjadi suatu
perasaan yang diakui secara umum. Nasionalisme ini makin lama makin kuat peranannya
dalam membentuk semua segi kehidupan, baik yang bersifat umum maupun pribadi. Baru
akhir-akhir ini telah berlaku syarat bahwasanya setiap bangsa harus membentuk suatu Negara
sendiri dan Negara itu harus meliputi seluruh bangsa. Dahulu setiap orang tidak ditujukan
kepada Negara kebangsaan, melainkan kepada berbagai macam bentuk kekuasaan social,
organisasi politik atau raja feudal, dan kesatuan ideology seperti suku atau klan, Negara kota,
dinasti, gereja, atau golongan keagamaan. Berabad-abad lamanya cita-cita dan tujuan politik
bukanlah Negara kebangsaan, melainkan setidak-tidaknya dalam teori adalah imperium yang
meliputi seluruh dunia, meliputi berbagai bangsa dan golongan-golongan etnis di atas dasar
peradaban yang sama serta untuk menjamin perdamaian bersama.
Bangsa-bangsa adalah buah hasil tenaga hasil hidup sejarah dan karena itu selalu
bergelombang dan tidak pernah membeku. Bangsa-bangsa merupakan golongan-golongan
yang beraneka ragam dan tidak terumuskan secara eksak. Kebanyakan bangsa-bangsa itu
berbeda dari bangsa-bangsa lainnya, misalnya perasaan turunan, bahasa, daerah, kesatuan
politik, adat istiadat, dan tradisi maupun agama. Akan tetapi teranglah bahwa tiada satu pundi
antara factor-faktor ini bersifat hakiki. Nasionalisme menyatakan bahwa Negara kebangsaan
adalah cita dan satu-satunya bentu sah dari organisasi politik dan bahwa bangsa adalah
sumber daripada semua tenaga kebudayaan kreatif dan kesejahteraan ekonomi.
a. Nasinalisme sebagai Negara modern
Sebelum abad nasionalisme banyak individu-individu yang memiliki perasaan yang mirip
dengan nasionalisme. Nasionalisme ini hanya terbatas pada individu-indivdu itu saja. Banyak
dari rakyat tidak mengetahui bahwa kebudayaan, poltik maupun ekonomi bahwa hidupnya
tergantung kepada nasib kebangsaan. Boleh jadi bahaya dari luar membangkitkan rasa
persatuan nasional, sebagaimana terjadi di Yunani selama perang Persia atau di Perancis
dalam Perang Seratus Tahun. Peperangan sebelum Revolusi Perancis tak membangkitkan
semangat nasional sampai mendalam. Dan baru di masa akhir ini kebangsaan dianggap
sebagai sumber kehidupan kebudayaan. Dalam sejarah, pendidikan dan pengajaran,
pembentukan pikiran dan watak, pada umumnya ditentukan dengan pembatasan nasional.
Sejak zaman nasionalisme inilah implus-implus dan sikap-sikap rakyat banyak
memegang peranan terpenting, yang digunakan untuk mengesahkan kekuasaan Negara dan
membenarkan penggunakan kekerasan oleh Negara, baik yang tertuju kepada warga
negaranya sendiri maupun kepada Negara lain.
b. Bangsa-bangsa Ibrani dan Yunani Purba
Meskipun nasionalisme adalah gejala zaman modern, namun beberapa watak
nasionalisme sudah lama berkembang dalam zaman-zaman yang lampau. Akar-akar
nasionalisme tumbuh di atas tanah yang sama dengan peradaban Barat, yakni dan bangsa-
bangsa Ibrani Purba dan Yunani Purba. Kedua bangsa ini mempunyai kesadaran yang tegas,
bahwa mereka itu berbeda dari pada bangsa-bangsa lainnya: bangsa Ibrani dari bangsa-
bangsa yang bukan Ibrani (Gentile), dan bangsa Yunani dari bangsa-bangsa yang bukan-
Yunani (Barbarian).
Ada tiga corak hakiki nasionalisme modrn berasal dari bangsa Ibrani, yakni cita sebagai
bangsa terpilih, penegasan bahwa mereka mempunyai kenangan yang sama mengenai masa
lampau dan harapan yang sama dimasa yang akan dating, dan akhirnya bahwasanya bangsa
mereka mempunyai tugas khusus di dunia ini.
c. Sifat Universal Imperium Romawi
Filsafat Stoika mempengaruhi alam pikiran Romawi dalam dua abad terakhir sebelum
Masehi, yakni pada saat ketika Negara kota berkembang menjadi suatu imperium yang
mengorganisasi bagian dunia yang dikenal pada waktu itu berdasarkan hokum dan peradaban
yang sama. Sifatnya universal imperium yang berakar pada peradaban Yunani akan tetapi
yang tak mengandung sifat eksklusif bangsa Israel.
d. Renaissance dan Reformasi
Dalam abad ke empat belas ternyata bahwa persatuan yang diselenggarakan oleh
kekuasaan Imperium yang diharapkan oleh Dante tidak bisa terwujud. Dalam pada itu,
tahtasuci Paus, pusat harapan universal yang lain lagi, tertawan di Avignon. Dua revolusi
besar yang terkenal dengan nama Renaissance dan Reformasi merupakan peralihan dari Abad
Pertengahan ke zaman modern dalam Dunia Kristen Barat. Dalam keduanya terdapat benih-
benih bagi kesadaran nasional yang sedang bangun.
Suara menyokong nasionalisme diserukan sendirian oleh Nicolo Machiavelli (1946-1527)
di Italia zaman Renaissance. Di Italia tak ada seorang pun yang memperhatikan bahkan
mengerti kepentingan-kepentingan Italia. Akan tetapi suatu Machiavelli adalah suara sendiri
di padang pasir. Machiavelli penting dalam menyiapkan nasionalisme. Dalam II Priciple ia
melukiskan Negara kedudukan yang baru, bebas daripada kekuasaan agama dan moral
apapun juga. Dengan demikian kekuasaan Negara merupakan tujuan terakhir. Semua alat dan
jalan untuk mencapai tujuan ini dibenarkan.
Terdapat sedikit hubungan langsung antara Reformasi dan Nasionalisme, seperti
hubungan Renaissance dan Nasionalisme. Semula protestanisme adalah suatu gerakan agama
universal seperti halnya dengan Katolisisme. Akan tetapi justru karena adanya Protestanisme
rusaklah Agama Kristen abad Pertengahan. Reformasi menunjukkan kecorakragaman di
lapangan agama dan bahasa di zaman modern.
C. Lahirnya Nasionalisme
a. Lahirnya Naionalisme Eropa
Nasionalisme Eropa lahir dalam masa peralihan dari masyrakat agraris ke masyarakat
industry. Proses peralihan ini terjadi pada abad ke-18, yakni didahului dengan lahirnya
liberalisme dan kapitalisme. Lahirnya liberalisme dan kapitalisme karena pengaruh Revolusi
Industri dan Revolusi Perancis. Dengan demikian, timbulnya kesadaran nasionalisme di
Eropa karena pengaruh Revolusi Industri dan Revolusi Perancis. Dengan semangat
persaingan bebas dari paham liberalisme dan dibesarkan dalam masyrakat yang bercorak
industry-kapitalis, maka nasionalisme yang demikian akhirnya tumbuh menjadi suatu aliran
yang penuh emosi dan sentiment atau menjadi chauvinisme.
Dengan demikian, nasionalisme di Eropa pada waktu itu melahirkan kolonialisme yakni
nafsu untuk mencari tanah jajahan sebanyak-banyaknya. Oleh karena itu, kolonialisme
sebenarnya adalah abak putrid politik perindustrian (colonialism is the daughter of industrial
policy). Bertitik tolak dari inilah akhirnya Negara-negara Eropa menjelma menjadi Negara
imperialis yang saling berlomba untuk mencari dan mendapatkan tanah jajahan di luar
wilayahnya dengan sasaran Negara-negara Asia dan Afrika.
Dalam bidang politik, tampak dengan upaya gerakan nasionalis menyuarakan aspirasi
masyarakat pribumi yang telah hidup dalam penindasan dan penyelewengan hak asasi
manusia. Mereka ingin menghancurkan kekuasaan asing/kolonial dari Indonesia.
Dalam bidang ekonomi, tampak dengan adanya usaha penghapusan eksploitasi ekonomi
asing. Tujuannya untuk membentuk masyarakat yang bebas dari kesengsaraan dan
kemelaratan untuk meningkatkan taraf hidup bangsa Indonesia.
Dalam bidang budaya, tampak dengan upaya untuk melindungi, memperbaiki dan
mengembalikan budaya bangsa Indonesia yang hampir punah karena masuknya budaya
asing di Indonesia. Para nasionalis berusaha untuk memperhatikan dan menjaga serta
menumbuhkan kebudayaan asli bangsa Indonesia.