GUNUNGAPI KELUD
ARDLI SWARDANA
Ardli Swardana
NIM A14080010
ABSTRAK
ARDLI SWARDANA. Studi Geomorfologi Kabupaten Kediri dan Pemodelan
Bahaya Aliran Lahar Gunungapi Kelud. Dibimbing oleh BOEDI TJAHJONO dan
BABA BARUS.
Kelud Volcano (East Java) is an active volcano which often to occured the
lahar flow. Lahar is a mixture of water and pyroclastic materials flowing down the
river valleys. Historically lahar of Kelud often produced natural disasters, like in
Kediri Regency, destroying everything through which it passed and claimed many
lives. From 1990 eruption, for example, lahar of Kelud has killed 33 people and
caused a lot of damages in Puncu and Plosoklaten Districts of Kediri Regency.
Based on those disaster historical data, the lahar hazard studies of Kelud are
needed to support disaster relief program and also for supporting development of
Kediri Regency. This reasearch aims (1) to study geomorphology of the Kediri
region and (2) to perform morphometric analysis of landforms for modeling lahar
hazard generated from Kelud volcano. The method used is a geomorphological
analysis (morphometry) using geographic information system (GIS). In lahar
hazard assessment, the region is divided into two areas, namely proximal area and
medial-distal area. The results showed that geomorphology of Kediri Regency
dominated by volcanic and fluvial landforms. Fluvio-volcanic plains of Kelud
Volcano is the largest landform that covers 52,44 % of Kediri region, while the
smallest one is hilly volcanic landforms (0,06 %). The result of lahar hazard
analysis showed that for proximal area, watershed of Puncu (Puncu District) and
watershed of Mangli (Kepung District) were the most hazardous watershed to
produce lahar, conversely watershed of Petungkobong (Ngancar District) was the
lowest one. As for the medial and distal areas, Konto River (Kepung District) has
the lowest value for lahar hazard, otherwise Sumberagung River has the greatest
one. The hazard of lahar’s overflow for the medial and distal areas were located in
along the vicinity of river valey, and it can be divided into two categories, i.e. high
and moderate hazards. The categories were based on historical lahar disaster of
Kelud in the past time. Another type of lahar hazard (BLP) was caused by the
change of river slope, where the areas were situated up on coalescent laharic fans
landforms, or at the points of break of slope from Kelud’s volcanic cone to fluvio-
volcanic plains.
Keywords : geomorphology, Kelud Volcano, hazard, lahar
STUDI GEOMORFOLOGI KABUPATEN KEDIRI DAN
PEMODELAN BAHAYA ALIRAN LAHAR
GUNUNGAPI KELUD
ARDLI SWARDANA
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan
Disetujui oleh
Diketahui oleh
Tanggal Lulus:
Judul Skripsi: Studi Geomorfologi Kabupaten Kediri dan Pemodelan Bahaya
Aliran Lahar Gunungapi Kelud
Nama : Ardli Swardana
NIM : A14080010
Disetujui oleh
~~
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul “Studi
Geomorfologi Kabupaten Kediri dan Pemodelan Bahaya Aliran Lahar Gunungapi
Kelud”.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada:
1. Dr. Boedi Tjahjono, M.Sc. dan Dr. Ir. Baba Barus, M.Sc. atas teladan,
bimbingan, ide, kritik, saran, kesabaran, motivasi dan ilmu yang diajarkan
selama penulis menempuh pendidikan.
2. Dr. Ir. Komarsa Gandasasmita, M.Sc. sebagai Penguji atas kritik dan
sarannya.
3. Ir. Bambang Hendro Trisasongko, M.Sc. M.Si. atas bantuan peralatan
lapangan.
4. BAPPEDA dan BPS Kabupaten Kediri atas data yang diberikan.
5. Bapak Warli dan Ibu Lilik Kuswidarti selaku Orangtua atas perhatian,
kasih sayang, kesabaran, motivasi, pengorbanan dan doa yang tidak pernah
putus.
6. Ery Yustiawan, adik tersayang atas segala dukungannya.
7. Maghfirah Sandi Pratama Putri yang selalu mendukung dan memberi
motivasi kepada penulis.
8. Rekan-rekan MSL’45 dan Panjen untuk kebersamaan dan dukungannya.
9. Staf tata usaha dan studio yang senantiasa membantu penulis dalam
menyelesaikan penelitian.
10. Semua pihak yang telah membantu dalam penelitian dan penulisan skripsi
ini yang tidak bisa disebutkan satu per satu.
Akhir kata, semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca dan bagi
ilmu pengetahuan, khususnya bidang Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan.
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
maupun kegiatan-kegiatan lain seperti perencanaan tata ruang wilayah atau yang
lainnya. Selain itu, pemetaan bahaya aliran lahar dapat digunakan untuk
melakukan prediksi kejadian lahar di masa yang akan datang dengan merunut
sejarah terjadinya lahar di waktu yang lalu (Iverson et al. 1998).
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
(a) (b)
4
(c) (d)
Gambar 1 Proses muncul dan perkembangan kubah lava dari kawah Gunungapi Kelud: danau
kawah sebelum aktivitas Gununapi Kelud tahun 2007 (a); awal munculnya kubah lava
(b); tumbuhnya diameter kubah lava tahun 2009 (c); dan kenampakan kubah lava
tahun 2012 mengalami proses denudasi sehingga mengurangi sedikit kemiringan
lereng (d) (Sumber: www.Kampungkelud.com diakses 23 Desember 2013)
Hasil kajian geomorfologi umumnya dapat digunakan untuk berbagai
aplikasi, terutama untuk pengelolaan lingkungan (Cooke dan Doornkamp 1990),
seperti perencanaan mitigasi bencana. Penelitian Asriningrum (2008) merupakan
salah satu contoh studi geomorfologi terkait dengan gunungapi yang
menggunakan citra Landsat untuk mitigasi bahaya letusan.
Menurut MacDonald (1972) dalam Bronto (2001), gunungapi adalah suatu
tempat terbuka (corong) yang batuan kental pijar dan gas keluar dari dalam perut
bumi menuju ke permukaan, sedangkan bahan batuan yang terkumpul di
sekeliling corong tersebut membentuk suatu bukit menjadi sebuah gunung.
Selain produk-produk primer letusan gunungapi (Gambar 2a), terdapat pula
produk-produk sekunder. Salah satu produk tersebut dinamakan lahar (Gambar
2b). Lahar merupakan suatu terminologi yang menggambarkan suatu aliran
berkonsentrasi tinggi berupa campuran antara runtuhan batuan, lumpur, pasir, dan
air yang datang dari suatu gunungapi. Istilah lahar berasal dari Bahasa Jawa yang
telah dikenalkan oleh Van Bammelen (1949) dalam Bronto (2001) kepada dunia
internasional. Lahar umumnya diartikan sebagai aliran debris, aliran transisional,
atau aliran hyperconcentrated yang berasal dari gunungapi (Vallance 1999). Lahar
tergolong aliran debris jika konsentrasi sedimen sekitar 60% (volume) dan 80%
(berat), sedangkan lahar termasuk aliran hyperconcentrated jika konsentrasi
sedimen berkisar antara volume 20-60% dan beratnya berkisar antara 40-80%
(Beverage and Cullberston 1964 dalam Lavigne et al. 2000).
(a) (b)
Gambar 2 Produk letusan Gunungapi: Tumpukan material dari letusan Gunungapi Kelud tahun 1919 (2a)
dan foto kejadian lahar akibat dari letusan Gunungapi Kelud tahun 1901 (2b). (Sumber:
commons.wikimedia.org/wiki/file: collective_Tropenmuseum 1901-1931) diakses 23
Desember 2013.
5
Lahar dibedakan menjadi dua macam, yaitu lahar primer dan lahar sekunder.
Lahar primer atau lahar letusan terbentuk dari gunungapi yang memiliki danau
kawah, seperti Gunungapi Kelud di Jawa Timur atau Gunungapi Galunggung di
Jawa Barat. Apabila volume air dalam danau kawah cukup besar, maka saat
terjadi letusan dapat menumpahkan lumpur panas. Suhu lahar letusan dapat
mencapai di atas 100 °C dan jika melanda suatu daerah bisa menimbulkan banyak
korban dan kerusakan (Aisyah dan Purnamawati 2012). Lahar sekunder/hujan
terbentuk dari endapan piroklastik yang belum terkonsolidasi, yang jenuh dengan
air (hujan) dalam jumlah memadai, seperti lahar hujan di Gunungapi Merapi
(Gambar 3) dan Gunungapi Semeru (Kusumosubroto 2012). Material piroklastika
mulai dari bongkah, bom vulkanik, lapili, dan debu vulkanik bercampur dengan
air dan bergerak ke bawah, melalui lembah-lembah pada lereng gunungapi.
Karena densitasnya yang besar dan geraknya dikendalikan oleh gaya berat dan
6
Gambar 3 Lahar dingin dari Gununapi Merapi yang menerjang Kali Code (Hapsari 2012)
(Sumber:http://www.republika.co.id/berita/regional/nusantara/12/02/02/lyr2g2-
seorang-perempuan-ditemukan-tewas-di-jalur-lahar-gunung-kelud (23 Desember
2013).
Bahaya (hazard) menurut Sagita dan Widiyanto (2010) merupakan suatu
kondisi yang mengancam keberlangsungan hidup manusia, kehilangan harta
benda, dan kerusakan lingkungan. WMO (1999) dalam Sagita dan Widiyanto
(2010) juga mengemukakan bahwa bahaya adalah kemungkinan kejadian yang
mengancam suatu tempat dalam kurun waktu tertentu. Tilling (1989) dalam
Bronto (2001) mengemukakan bahwa bahaya gunungapi adalah kemungkinan
suatu daerah dilanda proses-proses vulkanik yang berpotensi merusak pada waktu
tertentu.
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan dari bulan April 2012 sampai bulan Maret 2013.
Lokasi penelitian meliputi seluruh wilayah Kabupaten Kediri, Provinsi Jawa
Timur dengan luas wilayah 1.386,05 km2. Secara astronomis, Kabupaten Kediri
terletak pada koordinat geografis 7º36‟12” - 8º0‟32” LS dan 111º47‟05” -
112º18‟20” BT, adapun analisis data dilakukan di Laboratorium Penginderaan
Jauh dan Informasi Spasial, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan,
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Untuk penelitian di lapangan
dilakukan sesudahnya, meliputi wilayah yang terancam oleh aliran lahar dari
Gunungapi Kelud. Gambar 4 berikut menampilkan peta daerah penelitian.
7
Bahan yang digunakan dalam penelitian meliputi data primer (lapangan) dan
data sekunder. Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi seperangkat
komputer dan beberapa software seperti ArcGIS 9.3, Global Mapper 12, dan
Google Earth. Untuk survei lapangan digunakan peralatan berupa GPS, alat
pengukur kedalaman lembah (Lasser), kamera digital, peta topografik, dan peta
tematik (seperti peta bentuklahan).
Metode Penelitian
1. Tahap Persiapan
lahar Gunungapi Kelud dan memetakan wilayah yang pernah terlanda oleh lahar.
Aliran-aliran lahar yang pernah melanda Kabupaten Kediri dibuktikan di
lapangan, baik di sungai maupun desa-desa di sekitar sungai yang pernah terlanda
lahar. Wawancara dilakukan dengan metode “purposive random sampling”
kepada 29 responden yang tinggal di sekitar sungai. Untuk kecamatan-kecamatan
seperti Kepung, Puncu, Plosoklaten, dan Ngancar masing-masing dipilih 3
responden, sedangkan untuk kecamatan-kecamatan lainnya hanya dipilih masing-
masing 1 responden. Hal ini dikarenakan keempat kecamatan tersebut berada
paling dekat dengan Gunungapi Kelud dan berdasarkan informasi dari warga
Kabupaten Kediri bahwa aliran lahar banyak melanda di 4 kecamatan tersebut
pada masa lalu.
4. Tahap Analisis
Keterangan:
Wlh : Lahar Hazard from Watershed (Bahaya DAS) (/th)
Dd : Drained density (Kerapatan aliran sungai) (m/m²)
P : Precipitation (Curah hujan) di daerah proksimal (m/th)
G : Gradien lembah
10
Wlh= Dd x P x G x Lf
Keterangan:
Wlh : Lahar Hazard from Watershed (Bahaya DAS) (/th)
Dd : Drained density (Kerapatan aliran sungai) (m/m²)
P : Precipitation (Curah hujan) di daerah proksimal (m/th)
G : Gradien lembah
BL : Landform (Bentuklahan) lembah dan non lembah pada kerucut vulkanik
11
Metode analisis yang digunakan untuk menilai bahaya di daerah medial dan
distal, menggunakan variabel morfometri sungai-sungai utama yang mempunyai
hulu di DAS-DAS proksimal. Variabel yang dimaksud adalah daya tampung atau
kapasitas maksimal lembah yang dihitung melalui volume lembah sungai.
Mengingat penampang lembah sungai utama tidak teratur, maka dilakukan
penyederhanaan, yaitu lembah sungai dianggap berbentuk teratur, berupa segi
empat di sepanjang lembah. Volume dihitung melalui perkalian luas rata-rata
penampang sungai dengan panjang sungai. Titik-titik pengamatan dalam satu
badan sungai utama diambil 3 sampai 5 titik dimulai dari daerah medial menuju
Sungai Brantas (contoh perhitungan volume lembah sungai dapat dilihat pada
Lampiran 3). Setelah nilai kapasitas tampung di setiap sungai utama tersebut
diperoleh, maka selanjutnya dilakukan pemodelan bahaya aliran lahar, yang
diformulasikan oleh penulis sebagai berikut.
Hm+d = C/Wlh
Keterangan:
Hm+d : Hazard (Bahaya) aliran lahar di daerah medial dan distal (m³/th)
C : Capacity (Kapasitas Tampung Sungai) (m³)
Wlh : Lahar Hazard from Watershed (Bahaya DAS) (/th)
Dalam hal ini, bahaya aliran lahar merupakan rasio antara bahaya aliran
lahar dari DAS terhadap kapasitas tampung lembah-lembah sungai di wilayah
medial dan distal.
Seluruh hasil penelitian ini selanjutnya disajikan dalam bentuk skripsi yang
dilengkapi dengan tabel, peta-peta, dan foto-foto lapangan. Secara singkat
rangkaian dari seluruh penelitian ini disajikan dalam bentuk diagram alir seperti
yang terlihat pada Gambar 5.
Lokasi Pelitian
Interpretasi dan
pemetaaan Metode
Bentuklahan Isohyet
Tentatif
Cek
lapang
Kerapatan Gradien
Aliran Sungai
Peta Curah
Peta Hujan
Bentuklahan
Penilaian dan pemetaan
Bahaya Aliran Lahar
(Proksimal)
Nilai Kapasitas
Tampung Lembah
(Medial dan Distal)
Penilaian dan
pemetaan Bahaya
Aliran Lahar
(Medial dan Distal)
Topografi
Iklim
Gambar 9 Peta curah hujan dan sebaran stasiun klimatologi di DAS Brantas Kabupaten Kediri
16
Geologi
Menurut Peta Geologi dari Bappeda Kabupaten Kediri tahun 2011, daerah
penelitian didominasi oleh material lahar yang berasal dari Gunungapi Kelud.
Secara umum Kabupaten Kediri tersusun atas 3 Formasi, yaitu Aluvium, Material
Vulkanik Lapuk, dan Material Vulkanik Baru. Persebaran Formasi Aluvium
meliputi pada bagian tengah wilayah Kabupaten Kediri (di sekitar aliran Sungai
Brantas), Formasi Material Vulkanik Lapuk berada di bagian barat (tubuh Gunung
Wilis), sedangkan Formasi Material Vulkanik Baru berada di bagian timur (tubuh
Gunungapi Kelud) (Gambar 10).
Tanah
Berdasarkan Peta Jenis Tanah dari Bappeda Kabupaten Kediri tahun 2011,
terlihat bahwa pola persebaran jenis tanah mengikuti pola persebaran formasi
geologi seperti tersebut di atas. Tanah-tanah yang terbentuk antara lain: Regosol
Coklat Kekelabuan, Aluvial Coklat Kelabu, Kompleks Andosol Coklat
Kekuningan, Regosol Coklat Kekuningan, dan Litosol, Asosiasi Mediteran Coklat
Merah dan Grumusol Kelabu, Litosol Coklat Kemerahan, Kompleks Regosol dan
Litosol, Aluvial Kelabu, Asosiasi Aluvial Kelabu dan Aluvial Coklat Kelabu, dan
Asosiasi Latosol Coklat Kemerahan dan Litosol. Secara umum jenis tanah yang
dominan adalah Regosol Coklat Kekelabuan. Gambar 11 menunjukkan peta tanah
yang terbentuk berkaitan dengan proses vulkanik dari 2 gunungapi yang ada di
Kabupaten Kediri. Tanah-tanah tersebut tergolong tanah-tanah subur, terutama
Asosiasi Aluvial Kelabu dan Aluvial Coklat Kelabu.
17
(a) (b)
(c) (d)
Gambar 14 Lembah Sungai Ngobo (a), Lembah Sungai Konto (b), Dataran Fluvio-Vulkanik
Gunungapi Kelud di lapangan (c), dan kenampakan Dataran Fluvio-Vulkanik
Gunungapi Kelud pada citra GeoEye (d)
Gambar 16 Lembah Sungai Vulkanik Gunungapi Kelud di DAS Gedog pada ketinggian 803
meter di atas permukaan air laut (koordinat: 7°55‟45,03” S dan 112°15‟50,33” E)
Kerucut ini muncul dari tubuh Gunungapi Wilis dan tidak menunjukkan
adanya aktifitas vulkanik. Bentuklahan ini berada di bagian lereng bawah dari
Gunungapi Wilis, tertoreh sedang, dimungkinkan didominasi oleh material lava
yang dulunya berasal dari Gunungapi Wilis.
(a) (b)
(c) (d)
Gambar 17 Gabungan kipas laharik Gunungapi Kelud: pada kondisi di lapangan yang berada di
Sungai Ngobo (Kecamatan Plosoklaten) (a); profil singkapan lahar pada Sungai
Ngobo (b); Gabungan kipas laharik tampak pada citra GeoEye (c); dan salah satu
tanaman (nanas) yang diusahakan pada bentuklahan kipas laharik (d)
h. Perbukitan Vulkanik
Lahar adalah massa aliran air yang bercampur dengan endapan material
(piroklasik) gunungapi. Hasil pengamatan di lapang terlihat bekas-bekas aliran
lahar Gunungapi Kelud terdeposisi pada lembah-lembah sungai kering dan pada
rumah-rumah penduduk di beberapa kecamatan, seperti di Kecamatan Puncu dan
Plosoklaten.
25
Dari Tabel 4 terlihat bahwa dari 8 DAS yang ada, DAS Sumberagung
mempunyai nilai kerapatan aliran sungai terbesar, yaitu 0,00359, sedangkan DAS
Petungkobong mempunyai nilai kerapatan aliran sungai terkecil, yaitu 0,00216.
Artinya DAS Sumberagung berpotensi melahirkan lahar yang lebih besar daripada
DAS-DAS lainnya. Selain itu, terbentuknya lahar juga dapat dilihat dari gradien
sungai dan curah hujan. Semakin besar nilai gradien sungai dan curah hujan, maka
akan semaikn besar peluang terbentuknya lahar. Gambar 19 menampilkan peta
bahaya aliran lahar proksimal.
26
Gambar 18 Peta DAS dan nilai Wlh daerah proksimal Gunungapi Kelud Kabupaten Kediri
27
Gambar 19 Peta bahaya proksimal aliran lahar Gunungapi Kelud Kabupaten Kediri
28
Gambar 21 Peta titik survey sungai medial dan distal Kabupaten Kediri
rasio rendah, atau mempunyai peluang bahaya yang lebih besar daripada sungai-
sungai lainnya dengan nilai bahaya berturut-turut sebesar 98.421.084 (m³/th) dan
333.435.831 (m³/th). Sebaran spasial dari bahaya aliran lahar medial dan distal
dapat dilihat pada Gambar 22.
Tabel 5 Penilaian bahaya aliran lahar medial dan distal Gunungapi Kelud
Kapasitas Tampung
Nama DAS Wlh (/th) Volume/Wlh (m³/th)
Lembah (m³)
Tanda panah pada Gambar 22 menunjukan bahaya luapan dari aliran lahar
karena perubahan lereng yang besar, yaitu dari kerucut vulkanik menuju ke kipas
laharik yang disebut sebagai bahaya perubahan lereng (BPL). Bahaya ini mengacu
pada proses geomorfik masa lalu berupa aliran lahar yang membentuk kipas
laharik di area peralihan kemiringan lereng tersebut. Bahaya di atas bentuklahan
ini dapat dikatakan sebagai bahaya aliran lahar jarak menengah (medial) dari
pusat letusan atau terletak di antara bahaya proksimal dan distal. Tanda lingkaran
menunjukkan daerah-daerah potensial bahaya perluapan lahar karena terjadi
kelokan dan penyempitan alur sungai. Bahaya Luapan Tinggi dan Bahaya Luapan
Sedang merupakan bahaya yang ada di sepanjang aliran sungai yang
menunjukkan besarnya potensi meluapnya aliran air dari lembah sungai jika aliran
dari daerah proksimal besar. Hal ini didasarkan pada data sejarah masa lalu yang
didapat di lapangan. Gambar 23 merupakan perbesaran gambar (zoom) dari
Gambar 22. yang meliputi wilayah Kecamatan Badas, yaitu salah satu kecamatan
yang dilewati oleh aliran Sungai Konto dan Pluncing yang juga sering dilewati
oleh aliran lahar.
Berdasarkan data di lapangan didapatkan informasi bahwa lahar banyak
mengalir di Sungai Konto (tahun 2012) dan Sungai Puncu dan Ngobo (tahun
1990) dan lahar tersebut mengalami perluapan. Hal ini dikarenakan cek dam yang
telah dibangun untuk pengendali aliran lahar tidak berfungsi sebagaimana
mestinya. Selain itu, pada sungai-sungai yang dulunya sering dilewati lahar, pada
saat ini tidak dilakukan pengerukan lagi, sehingga sungai tersebut menjadi
dangkal (berkurang daya tampungnya). Kondisi dari cek dam dan sungai yang
tidak terawat ini menyebabkan meluapnya lahar keluar dari lembah sungai.
Sebaliknya, Sungai Sumberagung adalah sungai yang volume tampungnya paling
kecil dibandingkan dengan sungai-sungai lainnya, namun Sungai Sumberagung
termasuk sungai yang jarang dialiri aliran lahar. Hal ini disebabkan dari DAS
Sumberagung banyak terdapat sungai-sungai intermitten yang tidak terisi air.
30
30
Arah Luapan
Potensial Meluap
Gambar 22 Peta bahaya aliran lahar medial dan distal Kabupaten Kediri
31
Potensial meluap
Arah Luapan
Gambar 23 Peta bahaya aliran lahar distal di Kecamatan Badas, Kabupaten Kediri 31
32
pada musim kemarau dan baru terisi air jika musim hujan tiba (jika curah hujan
tinggi).
Gambar 24 Foto cek dam Konto yang tidak berfungsi sehingga lahar meluap ke daerah
sekitarnya di Desa Oro-Oro Ombo, Kecamatan Kandangan.
Gambar 24 menunjukkan salah satu contoh gagalnya fungsi cek dam Konto
yang telah dibuat untuk menahan lahar, akibatnya lahar meluap ke daerah
sekitarnya. Alasan lain menyebutkan bahwa pada cek dam terdapat sumbatan
berupa sampah-sampah dan sedimentasi masa lalu sehingga memudahkan lahar
meluap dan menerjang daerah di sekitar cek dam. Akibatnya daerah yang
ditanami tebu seluas 3 hektar menjadi rusak. Terjangan lahar ini juga
menyebabkan terputusnya jembatan dan transportasi masyarakat.Gambar 24
memperlihatkan karung-karung putih untuk menahan air sebagai bentuk upaya
masyarakat agar dapat menyeberangi sungai.
Menurut catatan sejarah pada periode letusan Gunungapi Kelud tahun 1990,
aliran lahar telah melanda beberapa lokasi, seperti di Desa Lestari dan Desa
Gedang Sewu (Kecamatan Puncu) serta Desa Karangdinoyo (Kecamatan
Kepung). Gambar 25 berikut menunjukkan upaya-upaya masyarakat di Desa
Lestari, Kecamatan Puncu dalam menghadapi terjangan lahar yang melanda tahun
1990. Karung-karung putih tersebut berfungsi sebagai penahan aliran lahar dan
menjadikan bukti bahwa di desa ini pernah terjadi terjangan lahar.
Gambar 25 Foto upaya masyarakat Desa Lestari dalam menghadapi terjangan lahar yang
melanda tahun 1990
33
Simpulan
2. Berdasarkan hasil analisis bahaya proksimal, DAS Puncu dan DAS Mangli
tergolong mempunyai bahaya tinggi atau berpeluang melahirkan lahar
dengan mudah dibandingkan dengan DAS yang lain di wilayah proksimal.
Hal ini dikarenakan dari aspek morfometri yang digunakan (kerapatan aliran
dan gradien lembah) mempunyai nilai yang tinggi dibandingkan dengan
DAS-DAS lainnya. Dengan demikian kedua DAS tersebut perlu mendapat
prioritas pengelolaan terutama terkait dengan pencegahan dan
penanggulangan lahar yang akan terbentuk dan yang akan mengalir ke
wilayah hilir (medial dan distal).
3. Di daerah medial dan distal, Sungai Konto merupakan sungai yang
mempunyai lembah dengan kapasitas tampung lebih besar dibandingkan
dengan sungai-sungai yang lain, sehingga dibandingkan dengan besarnya
ancaman lahar dari daerah proksimalnya, sungai tersebut tergolong
mempunyai tingkat bahaya rendah. Sebaliknya, Sungai Sumberagung yang
mempunyai daya tampung kecil, merupakan sungai yang mempunyai
tingkat bahaya tinggi. Berdasarkan catatan sejarah sungai ini jarang
menghasilkan bencana aliran lahar yang mungkin disebabkan oleh
sedikitnya endapan piroklastik yang jatuh di atas DAS hulunya (proksimal)
dan hanya menghasilkan aliran lahar dengan volume kecil atau sedang.
Saran
Beberapa saran yang dapat diambil dari penelitian ini antara lain adalah (1)
diperlukan pembuatan peta lembah sungai dari puncak Gunungapi Kelud sampai
Sungai Brantas, karena masih terdapat perbedaan antara sungai yang dihasilkan
dari citra SRTM dengan Citra GeoEye. Dengan adanya peta lembah sungai yang
lebih baik, diharapkan akan mampu lebih menunjukkan alur-alur sungai yang
benar yang menjadi aliran lahar, (2) penelitian lanjutan dapat diarahkan untuk
pemetaan resiko, baik dari sudut pandang ekonomi maupun aspek sosial,
demografi, dan lingkungan, serta pembuatan jalur evakuasi yang dapat diketahui
oleh semua lapisan masyarakat, (3) bentuklahan dataran fluvio vulkanik
Gunungapi Kelud berpotensi terkena lahar yang baru di kemudian hari, sehingga
perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah daerah, apalagi bentuklahan ini
sekarang banyak digunakan sebagai lahan pertanian dan permukiman, dan (4)
Sungai Sumberagung harus tetap mendapatkan perhatian/pengelolaan oleh
pemerintah, meskipun menurut catatan sejarah belum pernah melahirkan bencana.
Hal ini dikarenakan masih terdapat peluang meningkatnya endapan piroklastik di
DAS hulunya untuk letusan yang akan datang (persebaran dipengaruhi oleh arah
angin). Hal lain yang penting dilakukan pula adalah bahwa lahar dingin dapat
terjadi secara tiba-tiba tanpa ditandai oleh suatu erupsi dari Gunungapi Kelud.
35
DAFTAR PUSTAKA
Aisyah N dan Purnamawati DI. 2012. Tinjauan Dampak Banjir Lahar Kali Putih
Kabupaten Magelang Pasca Erupsi Merapi 2010. Yogyakarta [ID]: Jurnal
Teknologi Technoscientia, vol. 5. Institut Sains dan Teknologi AKPRIND
Yogyakarta.
Arifanti Y. 2011. Potensi Longsor Dasar Laut di Perairan Maumere. Bandung
[ID]: Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, vol. 6 No. 1. p. 53-62.
Asriningrum W. 2008. Identifikasi Geomorfologi Kawah Gunungapi untuk
Mitigasi Bahaya Letusan Menggunakan Citra Landsat. Lembaga
Penerbangan dan Antariksa (LAPAN).
Ayala IA. 1999. Geomorphology, natural hazard, vulnerability and prevention of
natural disasters in developing countries. Geomorphology (47) tahun 2002.
p. 107-124.
Bergen MJ, Bernard A, Sumarti S, Sriwana T, and Sitorus K. 2000. Crater Lakes
of Java: Dieng, Kelud and Ijen. IAVCEI General Assembly, Bali 2000.
Bourdier JL, Thouret JC, Pratomo I, Vincent PM, and Boudon G. 1997. Menaces
volcaniques au Kelut (Java, Indonese): les enseignements de l‟eruption de
1990. C.R. Acad. Sci. Paris, t.324, serie II a, p. 961 a 968.
BPS. 2012. Kediri dalam Angka. Kediri [ID]: Badan Pusat Statistik (BPS).
Bronto S. 2001. Volkanologi. Yogyakarta [ID]: Sekolah Tinggi Teknologi
Nasional Yogyakarta
Cooke RU and Doornkamp JC. 1990. Geomorphology in Environmental
Management (2nd). Clarendon Press, Oxford, p. 410.
De Belizal E, Lavigne F, Gaillard JC, Grancher D, Pratomo I, dan Komorowski J-
C. 2011. The 2007 eruption of Kelut volcano (East Java, Indonesia):
Phenomenology, crisis management and social response. Geomorphology
(136). Tahun 2012. p. 165-175.
Dinas Komunikasi dan Informatika. 2011. Sejarah Letusan Gunung Kelud
www.kediri.go.id (Diakses pada 24 Januari 2012)
Goudie A, Anderson M, Burt T, Lewin J, Richards K, Whalley B, and Worsley P
1990. Geomorphological Techniques. Routledge. London. p. 692.
Hapsari E. 2012. Seorang Perempuan Ditemukan Tewas di Jalur Lahar Gunung
Kelud.http://www.republika.co.id/berita/regional/nusantara/12/02/02/lyr2g2
-seorang-perempuan-ditemukan-tewas-di-jalur-lahar-gunung-kelud. Diakses
pada 23 Desember 2013.
Hasan MI. 2003. Kajian Korelasi Curah Hujan, Debit Sungai Brantas dan
Anomali SML Nino 3,4 untuk Estimasi Ketersediaan Air Permukaan DAS
Brantas, Jawa Timur. [skripsi]. Bogor [ID]: Institut Pertanian Bogor (IPB).
Iverson RM, Schilling SP, dan Vallance JW. 1998. Objective delineation of lahar-
inundation hazard zones. GSA Bulletin (110). No. 8. p. 972-984.
Kampung Kelud. 2012. Wisata Kediri. www.kampungkelud.com. Diakses pada
23 Desember 2013.
Kusumadinata K. 1979. Data Dasar Gunungapi Indonesia. Direktorat
Vulkanologi, Departemen Pertambangan dan Energi. Bandung.
Kusumosubroto H. 2012. Aliran Debris dan Lahar.Yogyakarta [ID]: Graha Ilmu.
36
LAMPIRAN
38
PENDAHULUAN
Hormat Saya,
Ardli Swardana
40
IDENTITAS RESPONDEN
1. Nama : ……………………………………………
2. Tempat/tgl. lahir/umur : ……………………………………………
3. Jenis kelamin : L/P
4. Alamat : ……………………………………………
……………………………………………
5. No. Tel/HP : ……………………………………………
6. Berapakah anggota keluarga serumah yang berusia :
a. 0 – 14 thn (….org)
b. 15 – 55 thn (….org)
c. > 55 thn (…..org)
7. Pendidikan terakhir :
a. Tidak/belum pernah sekolah b. Tidak/belum pernah tamat SD
c. SD/sederajat d. SMP/sederajat
e. SLTA/sederajat f. Diploma I/II
g. Diploma III/akademi h. Sarjana S-1/ke atas
8. Pekerjaan utama saat ini :
a. PNS/karyawan b. Pedagang/wirawasta
c. Pensiunan d. Petani
e. Ibu rumah tangga f. Sopir/buruh
g. Lainnya, …………………
9. Pendapatan bersih dalam sebulan
a. Rp. 1.000.000,00 b. Rp. 1.000.000,00 s/d Rp. 2.500.000
c. > Rp. 2.500.000.00
..................................,...............
Responden,
A. Kondisi Hunian
b. Tidak
4. Menurut pendapat Bapak/Ibu, apa yang menjadi faktor penyebab bencana
banjir lahar?
1. Manusia
2. Alam
3. Lingkungan
4. Interaksi ketiganya
5. Tidak tahu
5. Apakah Bapak/Ibu sudah mempunyai kesiapan dalam mengahadapi
bencana?
a. Ya b. Tidak
6. Apakah Bapak/Ibu mengetahui jalur evakuasi jika terjadi bencana?
a. Ya b. Tidak
7. Apakah Bapak/Ibu mengetahui tempat pengungsian jika terjadi bencana?
a. Ya b. Tidak
D. Pelatihan kebencanaan
1. Apakah Bapak/Ibu pernah mendengar atau mengetahui mengenai
pencegahan bencana?
a. Pernah, darimana………………
b. Tidak
2. Apakah Bapak/Ibu pernah mengikuti sosialisasi/penyuluhan tentang
kebencanaan terutama banjir lahar?
a. Pernah b. Tidak
3. Menurut Bapak/Ibu apakah pengetahuan tentang bencana perlu bagi
masyarakat?
a. Ya b. Tidak
4. Apakah Bapak/Ibu mengetahui atau pernah mendengar peta bahaya
gunungapi terutama peta bahaya bencana lahar?
a. Ya b. Tidak
5. Jika jawaban di atas, “Ya” apakah peta tersebut mempunyai informasi
yang lengkap?
a. Ya b. Tidak
6. Jika jawaban di atas, “Ya” apakah peta tersebut dapat dengan mudah
diakses oleh berbagai lapisan masyarakat?
a. Ya b. Tidak
7. Apakah peta bahaya lahar sesuai dengan keadaan dilapangan?
a. Sesuai b. Tidak Sesuai
42
a. Ya b. Tidak
14. Apakah perlu peran serta masyarakat dalam penataan ruang?
a. Ya b. Tidak
F. Pertanyaan
1. Apa saran Bapak/Ibu untuk pemanfaatan ruang dan penanggulangan
bencana banjir lahar?
Hor=lebar (l)
Tinggi (t)
Lampiran 4 Tabel lebar, tinggi tebing, luas, dan volume sungai-sungai medial dan distal Kab. Kediri
Hor1 Hor2 Tinggi Luas
No Lintang Bujur Luas rata-rata (m²) Total Panjang sungai (m) Volume (m³)
(l1) (m) (l2) (m) (m) (m²)
1A 7°50'42.0" 112°18'02.0" 31 11,4 353,40
2A 7°49'42.7" 112°18'25.0" 101 83,4 9,2 84,24 432,25 36.076 15.593.971,25
3A 7°48'39.0" 112°18'19.5" 21,4 11,4 5,8 95,12
1B 7°51'53.5" 112°15'44.8" 51,4 6,8 8 232,80
2B 7°46'26.9" 112°11'36.0" 9,8 2,6 25,48
72,80 29.194 2.125.323,20
3B 7°44'10.6" 112°08'52.6" 11,4 2,2 25,08
4B 7°42'53.8" 112°07'54.9" 9,8 0,8 7,84
1C 7°50'14.2" 112°10'35.2" 23,4 16,82 2 40,22
2C 7°49'34.1" 112°09'05.4" 30,4 1,8 54,72
3C 7°48'02.5" 112°07'18.0" 10,4 8 2,6 23,92
4C 7°45'23.1" 112°04'39.1" 21,4 9,8 5 78,00 78,96 22.209 328.756,65
5C 7°43'20.4" 112°03'47.2" 41,4 28,2 7,8 271,44
1Cx 7°45'16.1" 112°06'07.4" 14,8 2,4 35,52
2Cx 7°44'19.2" 112°05'20.1" 22,8 9,8 3 48,90
1D 7°51'32.1" 112°10'19.3" 5 1 5,00 5,00 20.994 104.970,00
1E 7°56'50.9" 112°07'50.5" 8,4 2 16,80
2E 7°56'22.3" 112°06'54.4" 14,4 1,4 20,16
3E 7°56'10.7" 112°04'01.4" 16,4 1 16,40
59,39 23.212 1.378.638,05
4E 7°56'00.3" 112°02'16.5" 11,8 3 35,40
5E 7°53'13.8" 112°09'11.0" 20,4 8,6 175,44
6E 7°57'55.3" 112°01'36.6" 28,8 3,2 92,16
1F 7°52'43.3" 112°09'39.7" 3 1 3,00
71,48 23.094 1.650.643,65
2F 7°52'29.3" 112°09'03.6" 31,8 4,2 133,56
47
47
48
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kediri pada 25 Juli 1989 dari pasangan Warli dan
Lilik Kuswidarti. Penulis adalah putra pertama dari dua bersaudara. Tahun 2008
penulis lulus dari SMA Negeri 1 Kediri dan pada tahun yang sama penulis lulus
seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi
Masuk IPB (USMI), diterima di Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan,
Fakultas Pertanian.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis berkesempatan menjadi asisten
praktikum pada beberapa mata kuliah di Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya
Lahan, yaitu Pengideraan Jauh dan Interpretasi Citra, Geomorfologi dan Analisis
Lanskap, Morfologi dan Klasifikasi Tanah, Survey dan Evaluasi Sumberdaya
Lahan, Biologi Tanah, dan Sistem Informasi Geografis. Penulis juga aktif di
organisasi kemahasiswaan sebagai pengurus di Himpunan Mahasiswa Ilmu Tanah
IPB (HMIT) periode 2009/2010 dan mendapat tugas sebagai ketua Divisi
Penelitian dan Pengembangan (Litbang) HMIT periode 2010/2011. Prestasi
akademik yang pernah diraih adalah Juara I lomba soil judging dalam Pekan
Ilmiah Mahasiswa Ilmu Tanah yang diselenggarakan oleh FOKUSHIMITI
Regional 2 di Universitas Padjadjaran Bandung dan Juara I lomba soil judging
dalam acara Kongres Himpunan Ilmu Tanah Indonesia (HITI) yang
diselenggarakan di Universitas Sebelas Maret pada tahun 2011.