Anggaran Dasar Ibi
Anggaran Dasar Ibi
PENGURUS PUSAT
Pasal I
NAMA
Pasal 2
WAKTU
Ikatan Bidan Indonesia didirikan secara nasional pada tanggal 24 Juni 1951 di Jakarta, untuk
jangka waktu yang tidak di tentukan.
Pasal 3
KEDUDUKAN
Pengurus Pusat Ikatan Bidan Indonesia berkedudukan di ibu kota Negara Republik Indonesia.
Berkedudukan di ibukota Negara Republik Indonesia.
BAB II
Pasal 4
AZAS
SIFAT
Ikatan Bidan Indonesia sebagai satu- satunya organisasi Bidan bersifat netral dijiwai oleh
filosofi dan kode etik bidan Indonesia.
Pasal 6
TUJUAN
Pasal 7
KEGIATAN
Untuk mencapai tujuan sebagaimana tercantum dalam Pasal 6, IBI melakukan kegiatan ke
dalam dan ke luar organisasi sesuai rencana kerja
BAB III
KEANGGOTAAN
Pasal 8
ANGGOTA
Anggota Ikatan Bidan Indonesia adalah bidan yang telah memiliki Kartu Tanda
Anggota (Surat tanda pengenal sebagai anggota IBI) dan kartu tersebut masih berlaku.
Ketentuan mengenai keanggotaan IBI diatur dalam Anggaran Rumah Tangga
BAB IV
ORGANISASI DAN KEPENGURUSAN
Pasal 9
ORGANISASI DAN KEPENGURUSAN
1. Tingkat Nasional:
Kepengurusan di Tingkat Nasional dinamakan PENGURUS PUSAT
berkedudukan di ibukota Negara.
2. Tingkat Propinsi:
Kepengurusan di tingkat Propinsi dinamakan PENGURUS DAERAH dan
berkedudukan di Ibukota Propinsi.
3. Tingkat Kabupaten/Kota:
Kepengurusan di tingkat kabupaten/kota dinamakan PENGURUS CABANG dan
berkedudukan di ibukota Kabupaten/Kota.
4. Tingkat Kecamatan/Institusi:
a. Kepengurusan di tingfkat Kecamatan dinamakan PENGURUS RANTING dan
berkedudukan di kecamatan.
Kepengurusan di unit Pelayanan Kesehatan, Institusi Pendidikan Bidan
dinamakan Pengurus Ranting.
Pasal 10
KEPENGURUSAN
1. Pemimpin Organisasi disebut Ketua Umum
2. Kepengurusan Organisasi selanjutnya diatur dalam Anggaran Rumah Tangga
Pasal 11
TUGAS KEPENGURUSAN
1. Memimpin organisasi sesuai dengan ketentuan AD dan ART serta kebijakan yang
ditetapkan oleh Kongres IBI.
2. Tugas kepengurusan selanjutnya diatur dalam Anggaran Rumah tangga
BAB V
KONGRES, MUSYAWARAH DAN RAPAT
Pasal 12
KONGRES
Pasal 13
RAPAT
1. Di antara dua Kongres/Musda/Muscab/Musran di adakan Rapat Kerja Nasional
(Rakernas), Rapat Kerja Daerah (Rakerda), Rapat Kerja Cabang (Rakercab) dan
Rapat Kerja Ranting (Rakerran).
2. Ketentuan tentang Rakernas, Rakerda, Rakercab dan Rakerran diatur dalam
Anggaran Rumah Tangga.
Pasal 14
PENGAMBILAN KEPUTUSAN
1. Pengambilan keputusan dalam Kongres dan rapat-rapat yang tersebut pada pasal-
pasal dalam BAB V dilakukan dengan musyawarah
2. Ketentuan lebih lanjut tentang pengambilan keputusan diatur dalam Anggaran
Dasar Rumah Tangga.
BAB VI
LAMBANG
PASAL 15
1. Lambang atau logo Organisasi IBI adalah lingkaran yang didalamnya terdapat
buah delima merekah, cawan, ular dan dua helai daun
2. Logo Ikatan Bidan Indonesia, dengan Gambaran sebagai berikut
a. Penjelasan lebih lanjut tentang arti logo IBI diatur dalam Anggaran Rumah
Tangga.
BAB VII
KEUANGAN
Pasal 16
1. Keuangan IBI diperoleh dari :
a. Uang Pangkal
b. Iuaran Anggota
c. Sumbangan dalam bentuk apapun yang sah dan tidak mengikat
d. Penerimaan-penerimaan lain yang sah
e. Usaha lain yang sah
f. Ketentuan lebih lanjut tentang keuangan diatur dalam Anggaran Rumah
Tangga
BAB VIII
ANGGARAN RUMAH TANGGA
Pasal 17
Anggaran Rumah Tangga
Hal-hal yang tidak diatur didalam Anggaran Dasar akan diatur didalam Anggaran
Rumah Tangga yang merupakan rincian pelaksanaan Anggaran Dasar.
1. Anggaran Rumah Tangga dan peraturan pelaksanaan lainnya tidak boleh
bertentangan dengan Anggaran Dasar.
BAB IX
PEMBUBARAN
Pasal 18
Pembubaran Organisasi
1. Organisasi dapat dibubarkan atas KeputusanKongres
2. Berdasarkan permintaan tertulis yang ditandatangani oleh 2/3 (dua per tiga)
jumlah cabang yang di ketahui Pengurus Daerah masing-masing dengan alasan
yang obyektif.
BAB X
HAK MILIK DAN KEKAYAAN ORGANISASI
Pasal 19
1. Hak milik organisasi yang berbentuk barang-barang bergerak dan tidak bergerak
serta kekeyaan intlektual digunakan bagi kepertingan dan kelangsungan hidup
organisasi.
2. Apabila organisasi ini dibubarkan maka hak milik dan kekeyaan organisadilainnya
diserahkan kepada masyarakat atau badan social lainnya.
3. Tata cara pengelolaan hak milik dan aset organisasi akan diatur tersendiri
BAB XI
PENUTUP
Pasal 19
Anggaran dasar Ikatan Bidan Indonesia ini disahkan oleh kongres xv Ikatan Bidan
Indonesia tahun 2013 di Jakarta.
Ditetapkan di : Jakarta
Pada tanggal : 12 November 2013
KONGRES KE XV IKATAN BIDAN INDONESIA
PIMPINAN KONGRES
ANGGARAN RUMAH TANGGA
IKATAN BIDAN INDONESIA (IBI)
Ketua : Hj Endang SriResmiati SH,SST,MKes
Sekretaris : Hj. Ani SriSuryani, S.Alui, S,Sos, M,Si
Anggota : Drs Yumami llyas, M.\,Kes
: Laurensia Lawiono, Msc
: Drs Mulyati R, Usman, Mph
BAB I
PENJELASAN UMUM
Pasal 1
1. Bidan Bidan adalah seseorang perempuan yang lulus dari pendidikan Bidan
yang diakui oleh pemerintah dan organisani profesi di Wilayah Negara Republik
Insonesia serta memiliki kopentensi dan kualifikasi untuk deregister, sertifikasi
dan tau secara sah mendapat lisensi untuk menjalankan praktek kebidanan.
Bidan sebagai tenaga professional yang bertanggung jawab dan akuntabel, yang
bekerja sebagai mitra perempuan untuk memberikan dukungan, asuhan dan
nasehat selama masa hamil, masa persalinan dan masa nifas, memfasilitasi
persalinan atau tanggung jawab sendiri dan memberikan asuhan kepada bayi baru
lahir, dan bayi. Asuhan ini mencakup upaya pencegahan promosi persalinan
normal deteksi komplikasi pada ibu dan anak, dan akses bantuan medis atau atau
bantuan lain yang sesuai, serts melaksanakan tindakan kegawat-daruratan. Bidan
mempunyai tugas penting dalam konseling dan pendidikan kesehatan, tidak hanya
kepada perempuan, tetapi juga kepada keluaega dan masyarakat kegiatan ini
mencakup pendidikan antenatal dan persiapan menjadi orang tua serta dapat
meluas pada kesehatan perempuan, kesehatan seksual atau kesehatan reproduksi
dan asuhan anak Bidan dapat praktik diberbagai tatanan pelayanan, termasuk
dirumah masyarakat, Rumah Sakit, Klinik atau unit kesehatan lainnya.
2. Ikatan Bidan Indonesia adalah organisasi profesi yang seluruh anggotanya terdiri
dari bidan dan merupakan satu-satunya wadah persatuan bidan Indonesia.
3. Ikatan Bidan Indonesia merupakan organisasi profesi kesehatan dan organisasi
perempuan.
4. Ikatan Bidan Insonesia berdiri secara Nasional pada tanggal 24 Juni 1951 atas
prakarsa perkumpulan bidan di Jakarta
5. Ikatan Bidan Indonesia terdaftar di Departemen Kehakiman pada tanggal 15
Oktober 1954 dalam lembaran Negara Nomer.’ J.A, 5927 dan diperbaharui
dengan akte notaries No : 16 tanggal 13 Maret 2013 notaris Vidi Andito, SH.
6. Ikatan Bidan Indonesia terdaftar di departemen Dalam Negri No 133 sesuai UU
No 08/1985 tentang ketentuan wajin lapor bagi LSM.
7. Ikatan Bidan Indonesia sebagai anggota KOWANI sejak tahun 1951 dengan
nomer keanggotaaan No, 13.
8. Ikatan Bidan Indonesia debagai anggota internasional Confecleration Of
Midwives (ICM) Sejak tahun 1956.
Pasal 2
Ikatan Bidan Indonesia mempunyai Logo dengan bentuk dari identitas yang melambangkan :
1. “Bentuk bundar, dilingkari oleh garis merah putih” yang berarti perdatuan abadi.
2. “Buah Delima” adalah buah yang berisi biji (bibit) dan air lambing kesuburan.
3. “Dua Helai Daun” berarti lambangkemampuan dari pihak laki-laki dan perempuan
untuk member hidupnya bibit.
4. “Ular & Cawan” melambangkan kemampuan Dewa Aesculaplus dan Dewi Hygea
yang berarti pelayanan kebidanan memelihara dan mempertahankan biji (bibit)
agar tumbuh & berkembang dengan baik.
5. “Buah Delima merekah” menggambarkan buah delima yang sudah matang,
mengandung biji-biji yang matur dan sehat dapat melajutkan hidup baru/ generasi
penerus yang sehat dan berkualitas dan bidan adalah seorang yang siap untuk
menghantar biji-biji yang matur dan sehat menjadi generasi penerus yang sehat
dan berkualitas.
LOGO IBI
Penataan bentuk dan warna logo sebagai berikut:
1. Lingkaran
A. Luar : Merah darah
B. Tengah : Putih kertas dasar
C. Dalam : Cobra/Senduk
2. Ular
a. Warna : Hitam cobra, dengan garis-garis putih leherya
b. : Cobra/Senduk
3. Cawan
a. Bentuk : Seperti corong dengan bulatsn atas berbentuk oval.
b. Warna : Putih kertas dasar dengan garis pinggir gambar warna hitam
4. Daun dan Tangkai Delima
a. Jenis : Daun delima
b. Warna : Hijau daun delima
c. Jumlah daun : 2 helai
5. Buah Delima
a. Warna : Orange tua, ke bawah semakin muda warnanyadimulai
setengah
bian buah delima kebawah.
b. Biji : Warna merah biji delima jumlah biji besar 24, biji kecil 51
c. Mulut buah : Enam helai/bibir
6. Tulisan
a. Formasi : Melingkar setengah lingkaran bawa.
b. Isi : IKATAN BIDAN INDONESIA
c. Warna : Merah darah
7. Bukaan/Rekahan Buah Delima
a. Vertikal : 33%
b. Horizontal : 76%, dari atassisa 20%, dari bawah sisa 13%
8. Ukuran Logo
Sesuai dengan kebutuhan dan ketentuan yang berlaku
BAB II
KEANGGOTAN, HAK, KEWAJIBAN, SANKSI DAN BERHENTI
Pasal 3
KEANGGOTAAN
1. Anggota Ikatan Bidan Indonesia adalah bidan yang memiliki Kartu Tanda nggota
dan kartu tersebut masih berlaku.
2. Keanggotaan IBI sesuai dengan tempat domisili atauinstitusi tempat kerja.
Pasal 4
SYARAT DAN TATA CARA PENERIMAA UNTUK
MENJADI ANGGOTA
1. Syarat Menjadi Anggota
1. Memiliki Ijazah Bidan/lulus Bidan
2. Mengisi formulir pendaftran dengan melamprkan:
a. Foto Copy Ijazah Bidan
b. Foto Copy Sertifikat Kompetensi (bagi lulusan Bidan setelah 1 Agustus
2013)
c. Foto Copy KTP
d. Pas Foto 4x6 sebanyak 2 (dua)buah
2. Tata Cara Penerimaan Anggota
a. Pendaftaran dilakukan di Kantor Pengurus Ranting/Cabang sesuai domilisi atau
institusi tempat kerja.
b. Formulir Pendaftaran dapat diperoleh dipengurus Cabang/Ranting.
c. Formulir yang sudah diisi diteliti kebenaranya, diputuskan dalam rapat pengurus
ranting/Cabang.
d. Calon anggota yang memenuhi persyaratan diusulkan oleh Pengurus
Ranting/Cabang untuk deregister oleh Pengurus Pusat dan diterbitkan Kartu Tanda
Anggota (KTA) YANG BERLAKU SELAMA 5 (LIMA) TAHUN.
3. Tata cara perpanjang KTA
a. 3 bulan sebelum habis masa berlakunya mengajukan perpajangan.
b. Mengisi Formulir Pendaftaran perpanjangan.
c. Melampirkan foto copy KTA yang akan habis masa berlakunya
Pasal 5
HAK ANGGOTA
Pasal 6
KEWAJIBAN ANGGOTA
Pasal 7
SANKSI ANGGOTA
PasaL 8
BERHENTI DARI KEANGGOTAAN
1. Mengundurkan diri atas kemauan sendiri.
2. Meninggal dunia.
3. karena sesuatu hal yang merugikan IBI
BAB III
ORGANISASI
Pasal 9
1. Tingkat Nasional
Kepengurusan di Tingkat Nasional dinamakan PENGURUS PUSAT
berkedudukan di Ibukota Negara.
2. Tingkat Propinsi
Kepengurusan di tingkat Propinsi dinamakan PENGURUS DAERAH dan
berkedudukan di Ibukota Propinsi.
3. Tingkat Kabupaten/kotA
Kepengurusan di tingkat kabupaten/kota berkedudukan di Ibukota Kabupaten
/Kota.
4. Tingkat Kecamatan/Institusi:
a. Kepengurusan di Tingkat Kecamatan dinamakan PENGURUSRANTING dan
berkedudukan di Kecamatan.
b. Kepengurusan di Unit Pelayanan Kesehatan atau Institusi Pendidikan Bidang
dinamakan Pengurus Ranting.
BAB IV
KEPENGURUSAN
Pasal 10
PENGURUS PUSAT (PP)
a. Ketua Umum dan 4 (empat) orang pengurus terpilih disahkan oleh Konggres IBI
dengan batas usia 50-65 tahun dan minimal pendidikan Diploma-III Kebidanan
b. Empat orang pengurus terpilih dimagsud dalam huruf a ditetapkan sebagai
pengurus harian yang jabatannya ditentukan oleh ketua Umum terpilih secara
musyawarah.
c. Ketua Umum dapat dipilih kembali , dengan ketentuan bahwa yang bersangkutan
hanya dapat memangku jabatan yang sama berturut-turut dua periode.
d. Pengurus harian ditugaskan untuk melengkapi susunan pengurus pusat.
e. Pengurus harian hanya dapat memangku jabatan yang sama berturut-turut dua
periode.
f. Setiap anggota pengurus dalam organisasi IBI hanya dibenarkan menduduki satu
jabatan , baik dalam satu unit kepengurusan maupun untuk jenjang kepengurusan
yang berbeda.
(3) Tugas , Wewenang dan Tanggung jawab Pengurus Pusat:
a. KETUA UMUM
d. KETUA II
1. Mewakili Ketua Umum apabila berhalangan , berdasarkan pelimpahan
wewenang dari ketua umum.
2. Mengkoordinir, mengarahkan, membina dan mengawasi pelaksanaan program
kerja Bidang Pendidikan, Bidang Pelatihan dan Bidang Pelayanaan
Kebidanan.
3. Bekerja sama dengan pengurus lainya untuk kelancaran dan keberhasilan
program IBI.
4. Menyiapkan kerjasama dengan lembaga/institusi terkait dengan pelayanan,
pendidikan dan pelatihan,
5. Meningkatkan mutu pendidikan, pelatihan dan pelayanan kebidanan.
e. BENDAHARA
1. Mewakili Ketua Umum apabilaberhalangan, berdasarkan
pelimpahanwewenang dari Ketua Umum.
2. Membuat rencana anggaran pendapatan & belanja (RAPB) jangka pendek dan
jangka panjang,
3. Mengkoordinir kegiatan Bidang Administrasi Keuangan dan Fund Risisng,
4. Bertanggung jawab atas pengelolaan keuangan sesuai ketetapan dan kebijakan
organisasi,
5. Bekerjasma dengan dengan pengurus lainnya untuk kelancaran dan
keberhasilan program IBI.
6. Menandatangani cek dengan Ketua umum atau Sekretaris Jendral,
7. Mengkoordinir yayasan Buah Delima.
f. TIM TEHNIS
Tim tehnis dibentukoleh Pengurus sesuai kebutuhan dan bertanggung jawab
kepada ketua umum.
Pasal 11
MAJELIS PERTIMBANGAN ETIK BIDAN (MPEB)
1. Pertimbangan Etik Bidan (MPEB) merupakan suatu komponen dalam struktur
organisasi IBI yang fungsinya untuk membina Etika dan Kode etik Bidan.
2. Tugas MPEB :
a. Merencanakan dan melaksanakan kegiatan sesuai dengan ketetapan pengurus
pusat.
b. Memberikan saran dan pertimangan yang perlu dalam rangka tugas pengurus
pusat.
c. Membentuk tim tehnis sesuai kebutuhan.
d. Melukukan kegiatan dalam rangka pembinaan etik dank ode etik bidan.
e. Memberikan solusi/saran berkenaan dengan pembinaan etika dank ode etik
bidan.
f. Penanganan masalah berkenaan dengan praktek bidan
g. Melaporkan hasil kegiatan dibidang tugasnya secara berkala.
h.
Pasal 12
MAJELIS PERTIMBANGAN ORGANISASI (MPO)
Pasal 13
KELEGIUM KEBIDANAN INDONESIA
1. Kolegium Kebidanan Indonesia adalah suatu komponen dalam struktur organisasi
IBI yang fungsinya untuk menjaga dan meningkatkan mutu pendidikan dan
pelayanan kebidanan.
2. Kolegium Kebidanan Indonesia adalah kumpulan para pakar profesi kebidanan
(midwifery) dan berkedudukan ditingkat pusat.
3. Anggota Kolegium kebidanan Indonesia di pilih oleh PP IBI, dan
bertanggungjawab kepada Ketua Umu Pengurus Pusat Ikatan Bidan Indonesia.
4. Kolegium membidangi komite standar kompetensi, komite standar pendidikan
komite standar pelayanan kebidanan dan komite Uji kompetensi.
5. Ketua kolegium dapat dipilihkembalidengan ketentuan bahwa yang bersangkutan
hanya dapat mengaku jabatan yang sama berturut-turut dua periode,
6. Ketentuan tentang kolegium Kebidanan Indonesia diatur tersendiri.
Pasal 14
YAYASAN BUAH DELIMA
1. Yayasan Buah delima merupakan unit kegiatan di bawah koordinasi bendahara
2. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Yayasan Buah Delima diatur
tersendiri.
Pasal 15
PENGURUS DAERAH (PD)
1 Susunan pengurus daerah
a. Ketua Pengurus Daerah
b. Sekretaris
1. Tata Usaha dan Rumah Tangga
2. Hubungan Masyarakat dan Advokasi
a. Wakil Ketua I
1. Bidang Organisasi
2. Bidang Hukum
3. Bidang Penelitian dan pengembangan Organisasi
b. Wakil Ketua II
1. Bidang Pendidikan
2. BIdamg Pelatihan
3. Bidang Pelayanan
c. Bendahara
1. Bidang Administrasi Keuangan
2. Fund Raising (Penggali dana)
d. Majelis Pertimbangan Organisasi
e. Majelis Pertimbangan Etik Bidan
f. Yayasan Buah Delimamerupakan unit kegiatan dibawah koordinasi
bendahara
g. Tim Tehnis
a. Ketua Pengurus Daerah dan 4 (empat) orang pengurus terpilih disahkan oleh
musyawarah daerah dengan batas usia 40-65 tahun dan minimal pendidikan
Diploma-III Kebidanan
b. Empat pengurus terpilih dimaksud dalam huruf a ditetapkan sebagai pengurus
harian yang jabatannya ditentukan oleh ketua PD terpilih secara musyawarah
c. Ketua PD dapat terpilih kembali, dengan hanya dapat memangku jabatan yang
sama berturut-turut 2 periode
d. Pengurus harian ditugaskan untuk melengkapi susunan pengurus daerah.
e. Pengurus harian hanya dapat memangku jabatan yang sama berturut-turut dua
periode.
f. Setiap anggota pengurus dalam organissi IBI hanya dibenarkan menduduki satu
jabatan, baik dalam satu unit kepengurusan maupun unit jenjang
kepungurusanyang berbeda.
i. Tim Tehnis
Tim teknis di bentuk oleh Pengurus sesuai kebutuhan dan bertanggung jawab
kepada Ketua Pengurus Daerah.
Pasal 16
a. Ketua Pengurus Cabang dan empat pengurus terpilih disahkan oleh Musyawarah
Cabang dengan batas usia 40-65 tahun dan minimal pendidikan Diploma-III
Kebidanan
a. Ketua Cabang
1. Memimpin organisasi sesuai dengan ketentuan AD dan ART serta kebijakan
yang ditentukan pengurus Pusat IBI melalui PD IBI.
2. Mengkoordinir seluruh kegiatan Cabang mulai dari perencanaan, pelaksanaan
dan evaluasinya serta bertanggung jawab penuh untuk kegiatan kedalam dan
keluar organisasi.
3. Menentukan kebijakan umum, mengarahkan, membina dan mengevaluasi
seluruh program PC.
4. Menyelenggarakan Muscab, rakercab dan rapat-rapat.
b. Sekretaris
1. Mewakili Ketua apabila berhalanganm berdasarkan pelimpaham wewenang
dari Ketua.
2. Mengkoordinir kegiatan Bidang Tata Usaha dan Rumah Tangga, Humas dan
Advokasi.
3. Bekerjasama dengan Pengurus lainnya untuk kelancaran & keberhasilan
program IBI.
c. Wakil Ketua I
1. Mewakili ketua apabila berhalangan, berdasarkan pelimpahan wewenang dari
Ketua.
2. Mengkoordinir, mengarahkan, membina dan mengawasi pelaksanaan program
kerja bidang Organisasi, Hukum dan Penelitian & Pengembangan.
3. Bekerjasama dengan pengurus lainnya untuk kelancaran dan keberhasilan
program IBI, sesuai kebutuhan.
d. Wakil Ketua II
1. Mewakili Ketua apabila berhalangan berdasarkan pelimpahan wewenang dari
Ketua.
2. Mengkoordinir, mengarahkan, membina dan mengawasi pelaksanaan program
kerja Bidang Pendidikan, pelatihan dan Pelayanan
3. Bekerjasama dengan pengurus lainnya untuk kelancaran dan keberhasilan
program IBI , sesuai kebutuhan.
e. Bendahara
1. Mewakili Ketua apabila berhalangan berdasarkan pelimpahan wewenang dari
Ketua.
2. Mengkoordinir, mengarahkan membia & mengawasi kegiatan Bidang
Administrasi Keuangan, bidang Fund Rising (penggali dana)
3. Bertanggung jawab atas pengelolaan keuangan organisasi sesuai ketetapan dan
kebijakan Pengurus Harian.
4. Bekerjasama dengan pengurus lainnya untuk kelancaran dan keberhasilan
program IBI, sesuai kebutuhan.
f. Majelis Pertimbangan Organisasi (MPO) tingkat Cabang
1. Memberikan pertimbangan dengan pengelolaan organisasi ditingkat cabang.
g. Majelis pertimbangan Etik Bidan
1. Merencanakan dan melaksanakan kegiatan sesuai dengan kebijakan MPEB
pusat
2. Melaporkan hasil kegiatan dibidang tugasnya, secara berkala.
3. Memberikan saran dan pertimbangan yang perlu dalam rangka tugas PC
4. Melakukan kegiatan berkenaan dengan etika dank ode etik bidan.
5. Memberikan solusi/saran berkenaan dengan etik dabn kode etik bidan.
6. Penanganan masalah berkenaan dengan etik dank ode etik bidan.
7. Melaklsanakan pembinaan Etik Bidan
h. Yayasan Buah Delima
Keberadaan YBD langsung dikoordinir oleh bendahra PC, kegiatan YBD diatur
dalam Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga tersendiri.
i. Tim Tehnis
Tim tehnis dibentuk oleh pengurus sesuai kebutuhan dan bertanggung jawab
kepada Ketua Cabang.
Pasal 17
PENGURUS RANTING
BAB V
Pasal 18
Pasal 19
TUGAS DAN KEWENANGAN PENGURUS DAERAH
Pasal 20
TUGAS DAN KEWENANGAN PENGURUS CABANG
Pasal 21
TUGAS DAN WEWNANG PENGURUS RANTING
1. Melaksanakan kegiatan berdasarkan kebijakan Pengurus Cabang
2. Membina dan mengembangkan hubungan kerjasama dengan instansi pemerintah,
organisasi profesi dan LSM
3. Menyelenggarakan Musyawarah Ranting dan mempertanggungjawabkan hasil
kegiatan yang telah di laksanakan
4. Membuat registrasi anggota
5. Mengajukan KTA melalui PC
6. Menyelenggarakan adminiostrasi dan dokumentasi organisasi
7. Mengelola uang pangkal dan iuran anggota serta mengusahakan dana bagi
organisasi dengan jalan yang sah dan tidak mengikat
Pasal 22
HAK PENGURUS
Pasal 23
SANGSI PENGURUS
Pasal 24
BAB VI
PASAL 25
KONGRES
1. Kongres :
a. Merupakan wadah/forum tertinggi dalam organisasi IBI untuk menetapkan
dasar dan tujuan organisasi serta kebijaka secara nasional
b. Kongres dilaksanakan satu kali dalam masa kepengurusan
c. Di antara dua Kongres diadakan Rapat Kerja Nasional
2. Ketentuan Kongres :
a. Kongres dilaksanakan 5 tahun sekali, sesuai dengan masa kepengurusan
b. Tempat pelaksanaan Kongres di Jakarta
c. Kongres di hadiri oleh Pengurus Pusat, Utusan Pengurus Daerah dan utusan
Pengurus Cabang.
d. Kongres dapat dianggap sah apabila dihadiri oleh separuh di tambah satu dari
jumlah cabang yang ada.
e. Kongres dilaksanakan oleh panitia kongres yang di bentuk dan disahkan oleh
Pengurus Pusat.
f. Pimpinan kongres dipilih oleh peserta kongres
g. Peserta Kongres berwenang menerima atau menolak laporan pertanggung
jawaban Pengurus Pusat
h. Tujuan Kongres :
1. Menyempurnakan dan mengsahkan AD dan ART
2. Menyusun dang mengesahkan Renstra
3. Mengesahkan laporan pertanggungjawaban Pengurus Pusat
4. Mengesahkan perangkat organisasi yang disepakati
5. Memilih dan mengesahkan Ketua Umum dan Pengurus Harian Pengurus
Pusat melalui penerapan sisitem pemilihan yang telah baku
6. Melantik Ketua Umum dan 4 Pengurus harian terpilih
3 Kongres luar biasa :
Kongres luar biasa diadakan apabila :2/3 (du per tiga) dari jumlah cabang
yang ada di seluruh Indonesia menyatakan tidak percaya atas pimpinan Ketua
Umum IBI
4 Tata cara penyelenggaraan Kongres di atur dalam Petunjuk Pelaksanaan
Organisasi
Pasal 26
MUSYAWARAH DAERAH
1. Musyawarah Daerah:
a. Merupakan wadah/forum untuk musyawarah dan menetapkan kebijakan
pelaksanaan tugas di daerah berdasarkan kebijakan Pengurus Pusat dan
Keputusan Kongres IBI
b. Musda dilaksanakan satu kali dalam masa kepengurusan
c. Di antara dua musyawarah daerah diadakan Rapat Kerja Dearah
2. Ketentuan Musyawarah Daerah :
a. Musyawarah Daerah dilaksanakan 5 tahun sekali, sesuai masa kepengurusan
b. Dilaksanakan segera, selambat- lambatnya 6 (enam) bulan setelah Kongres
c. Dihadiri oleh pengurus daerah, wakil dari pengurus pusat, dan utusan cabang/
ranting
d. Musyawarah Daerah dianggap sah apabila dihadiri oleh separuh +
(ditambah)satu jumlah cabang yang ada
e. Musda dilaksanakan oleh panitia Musda yang dibentuk oleh Pengurus Daerah
f. Pimpinan Musda dipilih oleh peserta Musda
g. Peserta Musda berwenang menerima atau menolak laporan
pertanggungjawaban pengurus daerah
h. Tujuan Musyawarah Daerah
1. Menyampaikan informasi tentang perubahan AD dan ART sesuai
keputusan Kongres kepada peserta Musda
2. Menyusun dan mengesahkan program kerja daerah, berdasarkan keputusan
Kongres, kebijakan pengurus pusat dan disesuaikan dengan situasi serta
kondisi daerah
3. Membahas dan mengesahkan laporan pertanggungjawaban pengurus
daerah
4. Memilih pengurus daerah melalui penerapan system pemilihan yang telah
baku
5. Melantik Ketua dan 4 Pengurus Daerah terpilih
3. Musyawarah Daerah Luar Biasa
Musyawarah Daerah Luar Biasa diadakan apabila 2/3 (dua per tiga) dari
jumlah cabang dalam satu wilayah propinsi menyatakan tidak percaya atas pemimpin
Ketua Pengurus Daerah
Tata cara penyelenggaraan Musyawarah Daerah diatur dalam Petunjuk Pelaksanaan
Organisasi
Pasal 27
MUSYAWARAH CABANG
1. Musyawarah Cabang :
a. Merupakan wadah/forum untuk musyawarah dan menetapkan kebijakan
organisasi dalam wilayah cabang berdasarkan kebijakan Pengurus Pusat
melalui Pengurus Daerah
b. Muscab dilaksanakan sekali dalam masa kepengurusan
c. Di antara dua musyawarah cabang diadakan Rapat Kerja Cabang
2. Ketentuan Musyawarah Cabang :
a. Musyawarah Cabang dilaksanakan 5 tahun sekali, sesuai masa kepengurusan
b. Dilaksanakan segera, selambat- lambatnya 6 (enam) bulan setelah Musda
c. Dihadiri oleh pengurus cabang, utusan pengurus ranting dan wakil dari
pengurus daerah
d. Musyawarah Cabang dianggap sah apabila dihadiri oleh separuh + (ditambah)
satu jumlah ranting yang ada
e. Muscab dilaksanakan oleh panitia Muscab yang dibentuk oleh Pengurus
Cabang
f. Pimpinan Muscab dipilih oleh peserta Muscab
g. Peserta Muscab berwenang menerima atau mmenolak laporan
pertanggungjawaban pengurus cabang
h. Tujuan Musyawarah Cabang :
1. Menyampaikan informasi tentang perubahan AD dan ART sesuai
keputusan Kongres kepada peserta Muscab
2. Menyusun dan mengesahkan program kerja cabang, berdasarkan
keputusan Kongres, kebijakan pengurus pusat/ daerah dan disesuaikan
dengan situasi dan kondisi cabang
3. Memilih pengurus cabang melalui penerapan system pemilihan yang telah
baku
4. MelantikKetua dan 4 Pengurus Cabang Terpilih
3. Musyawarah Cabang Luar Biasa
Musyawarah Cabang Luar Biasa diadakan apabila 2/3 dari pengurus ranting
menyatakan tidak percaya atas pimpinan Ketua Cabang
4. Tata cara penyelenggaraan Musyawarah Cabang diatur dalam Petunjuk
Peleksanaan Organisasi
Pasal 28
MUSYAWARAH RANTING
1. Musyawarah Ranting
a. Musyawarah anggota di ranting merupakan wadah/forum untuk menentukan
kebijakan organisasi ditingkat ranting berdasarkan kebijakan PP melalui PD
dan PC.
b. Musran dilakukan sekali dalam masa kepengurusan
c. Di antara dua musyawarah ranting diadakan Rapat Kerja Ranting
2. Ketentuan Musyawarah Ranting
a. Musyawarah Ranting dilakukan 5 tahun sekali, sesuai masa kepengurusan.
b. Dilaksanakan segera (selamatnya 6 bulan) setelah musyawarah cabang.
c. Dihindari oleh pengurus dan anggota ranting serta wakil pengurus cabang.
d. Musyawarah ranting dianggap sah apabila dihadiri oleh ½ ditambah 1 (satu)
orang dari jumlah anggota.
e. Dilaksanakan oleh panitia Musran yang dibentuk oleh Pengurus Ranting.
f. Tujuan MUsyawarah ranting :
1. Menyampaikan informasi tentang perubahan AD dan ART sesuai dengan
keputusan Kongres.
2. Menyusun rencana kegiatan organisasi ditingkat ranting berdasarkan
Renstra IBI, Keputusan Musda dan Muscab.
3. Membahas dan mengesahkan laporan pertanggung jawaban pengurus
ranting.
4. Memilih pengurus ranting.
5. Melantik Ketua Pengurus Ranting terpilih
3. Musyawarah Ranting Luar Biasa
Musyawarah Ranting Luar Biasa diadakan apabila 2/3 dari anggota
menyatakan tidak percaya atas pimpinan Ketua Ranting.
4. Tata cara penyelenggaraan Musyawarah ranting diatur dalam Petunjuk
Pelaksanaan Organisasi
Pasal 29
RAPAT KERJA NASIONAL
Pasal 31
Pasal 32
BAB VII
HAK SUARA
BAB VIII
KEUANGAN
Pasal 34
1. Uang Pangkal
2. Uang iuran anggota
3. Sumbangan dalam bentuk apapun yang sah dan tidak mengikat
4. Penerimaan lain yang sah
5. Usaha lain yang sah
Pasal 35
1. Uang pangkal sebesar Rp. 25.000 (Dua Puluh Lima Ribu) tiap anggota
2. Iuran bulanan anggota sebesar Rp. 10.000 (Sepuluh Ribu Rupiah) tiap anggota per
bulan
3. Iuran dibayar di Ranting/Cabang dimana bidan terdaftar sebagai anggota
Pasal 36
1. Penggunaan uang pangkal dan iuran anggota cabang diatur sebagai berikut :
a. 10% untuk Pengurus Pusat
b. 15% untuk Pengurus Daerah
c. 75% untuk Pengurus Cabang (yang tidak mempunyai ranting)
2. Penggunaan uang pangkal dan iuran anggota ranting diatur sebagai berikut :
a. 10% untuk Pengurus Pusat
b. 15% untuk Pengurus Daerah
c. 25% untuk Pengurus Cabang
d. 50% untuk pengurus Ranting
3. Tata cara pengelolaan keuangan selanjutnya diatur dalam Petunjuk Pelaksanaan
Organisasi
BAB IX
PENUTUP
Pasal 37
Hal-hal yang belum tercakup dalam Anggaran Rumah Tangga ini, akan diatur
kemudian dalamaturan khusus Pengurus Pusat IBI
Pasal 38
Ditetapkan di : Jakarta
PEMIMPIN KONGRES