Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENGEMBANGAN DIRI

PELATIHAN KOMPETENSI TEKNIS GURU INKLUSI

TAHUN PELAJARAN 2017/2018


DINAS PENDIDIKAN JAKARTA BARAT
SMA NEGERI 65 JAKARTA
TAHUN 2018

LEMBARAN IDENTITAS GURU DAN PENGESAHAN

Identitas Guru
Nama Sekolah : SMAN 65 JAKARTA
Nama : Yuliana Rahayu, S.Pd
NUPTK : 7158753655300013
NIP/NRK : 197508262017082002 / 194557
Tempat Tanggal Lahir : Karanganyar, 26 Agustus 1975
Jenis Kelamin : Perempuan
Pangkat/ Gol Ruang/TMT : Penata Muda? III A
Alamat Sekolah : Jl. Raya Panjang Kebon Jeruk, Jakarta Barat
Alamat Rumah : Gg Asem Rt 06/06 No 30 B Kedoya Utara, Jakarta
Barat

Membenarkan bahwa semua isi dalam laporan pengembangan diri ini adalah sesuai dengan
Materi kegiatan yang telah diikuti.

Disahkan oleh, Jakarta, Mei 2018


Kepala Sekolah, Penyusun,

Hj. Umairoh, S.Pd, MM Yuliana Rahayu, S.Pd


NIP 196305211985032004 NIP 197508262017082002
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Anak Berkebutuhan khusus sampai sekarang ini masih ada yang mengalami
kendala dalam mendapatkan pendidikan di sekolah Reguler. Banyak orang
beranggapan bahwa anak-anak berkebutuhan khusus sebaiknya mendapatkan
pendidikan khusus di SLB . Sesuai dengan Pernyataan Salamanca dan Kerangka Aksi
mengenai Pendidikan Kebutuhan Khusus(1994), Salamanca, Spanyol
“Sekolah harus mengakomodasi semua anak tanpa memandang kondisi fisik,
intelektual, sosial, emosi, bahasa, atau kondisi anak lainnya”
Selain itu ada beberapa kebijakan yang mengatur tentang pendidikan yaitu sebagai
berikut :
1. Nasional

• UUD 1945 Pasal 31 (1) bahwa “Tiap-tiap Warga Negara berhak mendapat
pengajaran”.
• Undang-undang Nomor 2 Tahun 1989, pasal 5 tentang Sistem Pendidikan
Nasional bahwa, “Setiap Warga Negara mempunyai hak yang sama untuk
memperoleh pendidikan”. Secara khusus dalam Pasal 8 ayat (1) menyebutkan
bahwa “Warga Negara yang memiliki kelainan fisik dan/atau mental berhak
memperoleh pendidikan luar biasa”.
• Undang-Undang No. 4 tahun 1997 tentang Penyandang Cacat
• Undang-undang No: 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia
• Undang-Undang No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
• Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
• UU No 8 tahun 2016 tentang Penyadang Disabilitas

2. Dari Provinsi DKI Jakarta

 Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2006 Tentang Sistem Pendidikan. Dalam


Perda tersebut ditetapkan bahwa warga masyarakat yang memiliki kelainan
fisik, mental, emosional, dan mengalami hambatan sosial berhak
memperoleh pendidikan khusus.
 Peraturan Daerah Nomor 10 tahun 2011 tentang Perlindungan Penyadang
Disabilitas. Pasal 11-14tentang pendidikan inklusi.
 Peraturan Gubernur nomor 116 tahun 2007 tentang pendidikan inklusif >
pemerintah DKI Jakarta memiliki semangat dan komitmen untuk mendorong
pendidikan inklusif sebagai strategi untuk meningkatkan partisipasi
pendidikan di kalangan anak-anak berkebutuhan khusus.
 Peraturan Gubernur nomor 133 Tahun 2015 tentang penerimaan peserta didik
baru. Pasal 1 ayat 11 & Pasal 12 “ Sekolah Penyelenggara Pendidikan
Inklusif adalah Satuan Pendidikan yang memberi kesempatan bagi peserta
didik berkebutuhan khusus dan/atau peserta didik yang memiliki kecerdasan
dan/atau bakat istimewa belajar bersama-sama dengan peserta didik pada
satuan pendidikan umum atau satuan pendidikan kejuruan dengan
menggunakan kurikulum yang disesuaikan dengan kemampuan dan
kebutuhan khusus peserta didik berkelainan dan/atau peserta didik yang
memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimew”

Dari pernyataan dan kebijakan tersebut semakin menegaskan bahwa Anak-anak


berkebutuhan khusus berhak mendapatkan pendidikan yang sama dengan warga
lainnya, sehingga sekolah umumpun harus mau menerima siswa ABK.Inklusi
dipandang sebagai suatu proses untuk merespons keragaman kebutuhan semua peserta
didik melalui peningkatan partisipasi dalam belajar dan kegiatan dalam masyarakat
, serta untuk mengurangi eksklusi dalam pendidikan. Menjawab kebutuhan tersebut
maka Pelatihan Guru untuk sekolah inklusi sangat diperlukan agar guru-guru dapat
memberikan pelayanan yang maksimal dalam menghadapi anak-anak yang beragam
kebutuhannya.

B. TUJUAN
Tujuan dari pengembangan diri ini adalah untuk meningkatkan kompetensi
penulis sebagai guru, Baik kompetensi Pedagogik, Kompetensi Profesional,
Kompetensi Managerial dan kompetensi sosial didalam melayani siswa/i yang
memiliki beragam kebutuhan.

C. MANFAAT
Manfaat yang diharapkan dari kegiatan Pengembangan diri ini antara lain adalah
sebagai berikut :
1. Bagi Guru, Mengembangkan kompetensi Guru di dalam melayani peserta didik
yang memeiliki kebutuhan beragam.
2. Bagi Siswa ABK, mendapatkan Pelayanan Pendidikan yang maksimal dan sesuai
kebutuhannya
3. Bagi Siswa umum, Melatih siswa didalam mengembangkan kompetensi sosial
sehingga peserta didik dapat melatih empatinya kepada peserta didik lain yang
memiliki perbedaan dengan dirinya.
4. Bagi Sekolah, akan mampu memberikan layanan yang berkualitas kepada peserta
didik, terutama ABK.
5. Bagi Orangtua/masyarakat, mendapatkan jaminan layanan pendidikan yang
berkualitas bagi putera/inya
6. Bagi Pemerintah, akan memberikan jaminan layanan pendidikan yang berkualitas
kepada seluruh warga negara.
BAB II

LAPORAN KEGIATAN PENGEMBANGAN DIRI

A. LAPORAN KEGIATAN : PELATIHAN KOMPETENSI TEKNIS GURU INKLUSI


B. Waktu Pelaksanaan : 26,27 dan 30 April 2018, 2-9 Mei 2018
C. Tempat Penyelenggaraan : P2KPTK2 Jakarta Barat
D. Jenis Kegiatan : Pelatihan Teknis
E. Lama Pelatihan : 72 Jam
F. Tujuan Pelatihan : Meningkatkan kompetensi Guru dalam melayani peserta
didik di sekolah inklusi
G. Materi Pelatihan :
Penyandang disabilitas adalah setiap orang yang megalami keterbatasan fisik,
intelektual, mental, dan/atau sensorik dalam jangka waktu lama yang dalam berinteraksi
dengan lingkungan dapat mengalami hambatan dan kesulitan untuk berpartisipasi secara
penuh dan efektif dengan warga negara lainnya berdasarkan kesamaan hak ( UU No.8.
Tahun 2016)
1. Penyandang disabilitas fisik
2. Penyandang disabilitas intelektual
3. Penyandang disabilitas mental
4. Penyandang disabilitas sensorik

Empat elemen penting yang perlu diperhatikan tentang inklusi :

1. Inklusi sebagai suatu proses


2. Inklusi sebagai usaha mengidentifikasi dan penghilangan hambatan
3. Inklusi menjamin kehadiran (bersama), partisipasi, dan pencapaian semua siswa
4. Inklusi memberi penekanan pada anak yang rentan termarjinalisasi

A. TUNAGRAHITA

Tunagrahita dikategorikan menurut skor tes Intelegensia :


* Ringan (IQ : 51-70):
- Intermittent support (bantuan dipergunakan saat dibutuhkan)
- mampu didik
- dapat bekerja
- tidak ada kelainan fisik

* Sedang (IQ : 36-51):


- Limited support (secara konsisten, hanya pada waktu tertentu saja)
- mampu latih
- penundaan aktifitas secara terbatas
- ada kelainan fisik bawaan
* Berat (IQ : 20-35):
- Extensive support (berkala pada lingkungan/situasi tertentu: spt di rumah)
- mampu rawat
- tidak dapat menjaga kebersihan pribadi
- memiliki kelainan fisik
* Sangat Berat (IQ di bawah 20):

- Pervasive support (secara konsisten, dengan intensitas yang sangat tinggi)


- mengalami keterbatasan atau tidak dapat bergerak sendiri
- bicara sangat terbatas

Karakteristik anak Tunagrahita


* Perilaku tidak sesuai dengan usia
* Sulit memahami hal2 abstrak
* Sulit mengingat, daya ingat lemah
* Sulit mengikuti instruksi panjang/rumit
* Sulit mengendalikan emosi
* Ada yang penampilan fisik tidak seimbang, memiliki wajah mirip
* Perkembangan bicara/bahasa terlambat
* Koordinasi gerak kurang
* Di sekolah, nilai hasil belajar untuk semua pelajaran ada di bawah nilai rata-rata
kelas

Bantuan Pembelajaran yang bisa diberikan :


* Konsistensi & pengulangan
* Media konkrit, menarik, dekat dengan kehidupannya
* Instruksi pendek, jelas, bertahap
* Kalimat singkat, bahasa sederhana
* Pendampingan/pengawasan
* Pembiasaan
* Koreksi langsung dan berulang
* Belajar bertahap
B. KESULITAN BELAJAR
Slow learner adalah anak yang memiliki keterbatasan potensi kecerdasan,
sehingga proses belajarnya menjadi lamban. Tingkat kecerdasan mereka sedikit di
bawah rata-rata dengan IQ antara 80-90. Kelambanan belajar mereka merata pada
semua mata pelajaran. Slow learner disebut anak border line (”ambang batas”),
yaitu berada di antara kategori kecerdasan rata-rata dan
kategori mentalretardation (tunagrahita)

Kesulitan belajar di kelompokkan menjadi 3 yaitu


a. Disleksia ( kesulitan membaca)
b. Disgraphia (kesulitan menulis)
c. Diskalkulia (kesulitan menghitung)

C. AUTISME

Edi Purwanta (2005) mengatakan anak autis sebagai anak yang mengalami hambatan
perkembangan yang sangat kompleks.

Hambatan perkembangan mencakup :

 Hambatan kognitif
 Hambatan Bahasa
 Hambatan perilaku (pola perilaku repetitif dan resistensi, artinya: tidak mudah
mengikuti dan menyesuaikan terhadap perubahan rutinitas)
 Hambatan komunikasi (verbal dan non-verbal)
 Kesulitan berimajinasi (terbatasnya aktifitas bermain, hanya mencontoh, mengikuti
secara kaku dan berulang-ulang)
 Hambatan social

Karakteristik Khusus :

 Memiliki aktifitas yang berulang-ulang,


 Terlambat dalam perkembangan komunikasi/bahasa
 Rentan terhadap perubahan lingkungan / perubahan aktivitas rutin
 Tidak ada kontak mata
 Menunjukkan respon yang tidak biasa terhadap pengalaman sensorik
 Mengalamai hambatan dalam bahasa dan interaksi sosial
 Pada beberapa anak, ada yang memiliki kemampuan khusus yang berkembang dengan
baik
 Sebagian anak menunjukkan hiperaktifitas dan rentang perhatian yang rendah
 Sebagian anak meniru suara, sebagian anak belum dapat berbicara sama sekali

Layanan bagi anak Autis :

 Ajarkan rutinitas sedikit demi sedikit dan gunakan simbol-simbol gambar untuk
mewakili kegiatan
 Buatlah jadwal kegiatan dengan waktu sesuai dengan kemampuan konsentrasi anak
 Ajarkan komunikasi eksperimen
 Kembangkan dan gunakan clue-clue visual untuk memahami aturan
 Koreksi langsung dengan instruksi pendek disertai dengan clue visual
 Gunakan komunikasi gambar
 Buat kesepakatan dengan aturan yang jelas dan tegas

D. ADHD (attention deficit hyperactivity disorder)


adalah yang lebih sering dikenal dengan istilah hiperaktif.
Sejumlah gejala dalam perilaku yang dialami penderita ADHD meliputi sulit
konsentrasi serta munculnya perilaku hiperaktif dan impulsif.

Ditinjau secara psikologis hiperaktif adalah gangguan tingkah laku yang tidak
normal, disebabkan disfungsi neurologis dengan gejala utama tidak mampu
memusatkan perhatian.
Sebagian besar kasus ADHD dengan gejala yang meliputi:

* Sulit berkonsentrasi dan perhatiannya mudah teralihkan.


* Sulit mematuhi instruksi.
* Cenderung terlihat tidak mendengarkan.
* Ceroboh dalam mengerjakan tugas.
* Tidak bisa diam atau selalu gelisah.
* Tidak sabar.
* Sering lupa dan kehilangan barang, misalnya alat tulis.
*. Kesulitan dalam mengatur.
* Sering tidak menyelesaikan tugas yang diberikan dan beralih-alih tugas.
* Selalu bergerak atau sangat aktif secara fisik.
* Terus-menerus berbicara.
* Bertindak tanpa berpikir panjang.
* Kurang memahami bahaya atau konsekuensi buruk.
* Sering memotong pembicaraan orang lain.
E. TUNADAKSA
anak yang memiliki gangguan gerak yang disebabkan oleh :kelainan cerebral sistem,
dan Musculus skeletal sistem
Fisik: kesulitan dalam bergerak
Mental: kecerdasan normal, perasaan depresi
Sosial: keterbatasan pergaulan
tingkat hambatan:
1. Ringan
Terbatas melakukan aktivitas fisik
Kualitas gerakan motorik dapat meningkat melalui terapi
2. Sedang
Keterbatasan motorik
Mengalami gangguan koordinasi sensorik
3. Berat
Keterbatasan total dalam gerakan fisik
Tidak mampu mengontrol gerakan fisik

Karakteristik yang dapat diamati :


 Sulit menggerakkan tubuh
 Sulit berpindah dari suatu posisi ke posisi lain
 Sulit meraih/mengambil benda di tempat yang tinggi atau rendah
 gerakan tubuh kaku atau layu
 Sering terjatuh
 Bila terjadi kekakuan pada otot bicara, maka di antara mereka dengan gangguan
gerak juga akan mengalami gangguan bicara, seperti pada mereka yang mengalami
celebral palsy (CP)

Bantuan yang bisa diberikan :


a. Pengguna tongkat / kruk
- jangan memegang tangan ketika berjalan,
- biarkan bertumpu pada lengan atau bahu kita
b. Pengguna kursi roda
sediakan ramp (lerengan, bidang miring) u/ memudahkan mereka bergerak
atau kita dapat membantu mendorongkan kursi rodanya
c. Bagi mereka yang diikuti dengan gangguan bicara
bicara singkat dan jelas
d. Tawarkan tempat duduk dekat pintu
e. Membutuhkan ruang gerak yang luas seperti toilet
f. Bila ruang seperti toilet tidak cukup luas, maka sebaiknya pintu toilet ditarik keluar
g. Pasang railing di sepanjang dinding u/ membantu bergerak
h. Untuk bangunan berlantai, sedikan lift. Jika belum mungkin, pindahkan ruang
kegiatan di lantai bawah
F. TUNA RUNGU
Ialah seseorang yang kehilangan seluruh atau sebagian pendengarannya sehingga
tidak atau kurang mampu berkomunikasi secara verbal, dan walaupun telah dibantu
dengan alat bantu mendengar( hearing aid ), mereka tetap membutuhkan pelayanan
pendidikan khusus.
Klasifikasi Tuna rungu berdasarkan taraf intensitas bunyi yang di dengar :
• Gangguan pendengaran sangat ringan (27 - 40 dB)
• Gangguan pendengaran ringan (41 - 55 dB)
• Gangguan pendengaran sedang (56 -70 dB)
• Gangguan pendengaran berat (71 - 90 dB)
• Gangguan pendengaran ekstrim / total (di atas 91 dB)

Klasifikasi Tuna Rungu :


1. Berdasarkan sifat terjadinya
 Ketunarunguan bawaan
 Ketunarunguan setelah lahir

2. Berdasarkan tempat kerusakan


 Kerusakan pada telinga luar dan tengah, sehingga menghambat bunyi-
bunyian yang masuk ke dalam telinga
 Kerusakan pada telinga bagian dalam sehingga tidak dapat mendengar bunyi/
suara
KARAKTERISTIK KHUSUS
- Tidak menyadari adanya bunyi jika tidak melihat ke sumber suara / tidak ada getaran
- Terlihat mendekatkan telinga pada sumber bunyi
- Berbicara keras dan tidak jelas
- Sulit untuk mengungkapkan perasaan dengan tepat
- Sulit memahami konsep dari sesuatu yang abstrak
- Cenderung menggunakan mimik / gerakan (tangan, tubuh) untuk berkomunikasi
- Cenderung pemata (mendapatkan informasi dengan melihat langsung).

KARAKTERISTIK KETUNARUNGUAN:
A. Di bidang bahasa
 Miskin dalam kosakata
 Terganggu bicaranya
 Bahasa merupakan interaksi mereka dengan hal-hal yang konkret
B. Bidang sosial dan Emosi
 Perasaan rendah diri dan merasa diasingkan oleh keluarga atau masyarakat
 Perasaan cemburu dan salah sangka, diperlakukann tidak adil
 Kekurangan bahasa lisan dan tulisan seringkali menyebabkan anak menafsirkan
sesuatu negatif atau salah dalam hal pengertiannya. Hal ini disebabkan karena
tekanan pada emosinya

C.
Kognisi anak tuna rungu
Aspek intelegensi yang bersumber pada verbal seringkali rendah, namun aspek
intelegensi yang bersumber pada penglihatan dan motorik akan berkembang
dengan cepat
Layanan bagi anak tuna rungu:
 Gunakan gambar dalam memperkenalkan kata/konsep baru
 Bicara berhadapan muka dengan muka agar gerak bibir dan mimik terlihat
 Bicara dengan artikulasi yang jelas
 Gunakan bahasa isyarat
 Gunakan bahasa tubuh (menggeleng, mengangguk, dll)
 Gunakan komunikasi tulis
 Untuk latihan bicara bibir dapat menggunakan cermin untuk meniru bentuk dan
gerakan mulut

G. TUNA LARAS
Individu yang mempunyai tingkah laku menyimpang/ berkelainan, tidak
memiliki sikap, melakukan pelanggaran terhadap peraturan / norma -norma sosial
dengan frekuensi cukup besar, tidak/ kurang mempunyai toleransi terhadap
kelompok atau orang lain, serta mudah terpengaruh suasana, sehingga membuat
kesulitan bagi diri sendiri maupun orang lain
Karakteristik tuna laras :
1. Sering melakukan tindakan agresif, merusak dan mengganggu.
2. Bersikap membangkang dan suka berbohong
3. Emosional
4. Sering bertindak melanggar norma sosial / hukum
5. Ketidak mampuan menjalin relasi dengan orang lain, mempunyai perasaan
tertekan
Karakteristik Akademik
Kelainan perilaku mengakibatkan penyesuaian sosial dan sekolah yang buruk.
Akibatnya, dalam belajarnya memperlihatkan ciri-ciri sebagai berikut :
- Hasil belajar di bawah rata-rata.
- Sering berurusan dengan guru BK.
- Sering membolos, tidak naik kelas
- Sering melakukan pelanggaran, baik di sekolah maupun di masyarakat, dll
Karakteristik Sosial
 Masalah yang menimbulkan gangguan bagi orang lain:
• Perilaku itu tidak diterima masyarakat, biasanya melanggar norma budaya.
• Perilaku itu bersifat menggangu, dan dapat dikenai sanksi oleh kelompok
sosial.
• Perilaku itu ditandai dengan tindakan agresif, yaitu :
 Tidak mengikuti aturan.
 Bersifat mengganggu.
 Bersifat membangkang dan menentang.
 Tidak dapat bekerjasama.
• Melakukan tindakan yang melanggar hukum dan kejahatan remaja.
Karakteristik Emosional
• Hal-hal yang menimbulkan penderitaan bagi anak, misalnya tekanan batin dan
rasa cemas.
• Ditandai dengan rasa gelisah, rasa malu, rendah diri, ketakutan dan sifat
perasa/sensitif.
Layanan bagi anak tuna laras :
 Konsultasi dengan pihak profesional
 Melibatkan dalam kegiatan-kegiatan positif.
 Mencari kegiatan yang diminati anak.
 Keluarga memberi contoh tentang sikap dan nilai berprilaku yang bisa
menjadi tauladan anak.
 Menanamkan sifat kejujuran.
 Di didik mengenal emosi, melatih kontrol diri anak dan mengajarkan
berperilaku asertif (ketrampilan dimana anak mengungkapkan emosi
dengan simpati ataupun empati serta bagaimana cara mendapatkan hak
dengan tidak melanggar hak orang lain).
 Masukan ke sekolah terdekat dengan keinginan anak.

H. GANGGUAN PENGLIHATAN
1. Tunanetra
Orientasi mobilitas merupakan suatu proses penggunaan semua indra yang
masih berfungsi untuk menentukan posisi seseorang terhadap benda-benda
penting yang ada di sekitarnya.
Keterbatasan Tunanetra
* Tunanetra variasi dalam konsep
* Sulit menemukan sesuatu
* Keterbatasan mengontrol lingkungan

Tujuan orientasi mobilitas : Dapat bergerak sesuai tujuan dalam segala


lingkungan dengan aman, efisiensi, menyenangkan dan kemandirian

Komponen Orientasi :
a. Ciri medan
b. Petunjuk
c. Sistem penomoran
d. Pengukuran
e. Mata angin
f. Pengakraban diri

2. Low vision
3 Penyakit penyebab Low Vision :
a. Glukoma
b. High Myopia
c. Albino

Alat Bantu Penderita Low Vision :


a. Alat Bantu Optik : Kacamata, Teleskop, Hand Magnifier, Stand
Magnifier
b. Alat bantu Non optik : Penyangga buku, filter, Typoscopi, Buku Garis
tebal
I. NAPZA
J.
NAPZA merupakan kependekan dari NARKOTIKA, PSIKOTROPIKA DAN
ZAT ADIKTIF. Napza adalah bahan/zat/obat yang bila masuk ke dalam tubuh
manusia akan mempengaruhi tubuh terutama otak atau susunan saraf pusat, kondisi
kejiwaan atau psikologi seseorang baik dalam berpikir, perasaan dan perilaku,
sehingga menyebabkan gangguan kesehatan fisik, psikis, dan fungsi sosialnya
karena terjadi kebiasaan, ketagihan (adiksi) serta ketergantungan (dependensi)
terhadap NAPZA.

Ciri-ciri tersebut Pengguna Nafza antara lain :


 Cenderung memberontak dan menolak otoritas.
 Cenderung memiliki gangguan jiwa lain (komorbiditas) seperti depresi, cemas,
psikotik, keperibadian sosial.
 Perilaku menyimpang dari aturan atau norma yang berlaku.
 Rasa kurang percaya diri (low selw-confidence), rendah diri dan memiliki citra
diri negative (low self-esteem).
 Sifat mudah kecewa, cenderung agresif dan destruktif.
 Mudah murung, pemalu, pendiam.
 Mudah mertsa bosan dan jenuh.
 Keingintahuan yang besar untuk mencoba atau penasaran.
 Keinginan untuk bersenang-senang (just for fun).
 Keinginan untuk mengikuti mode, karena dianggap sebagai lambang
keperkasaan dan kehidupan modern.
 Keinginan untuk diterima dalam pergaulan.
 Identitas diri yang kabur, sehingga merasa diri kurang “jantan”.
 Tidak siap mental untuk menghadapi tekanan pergaulan sehingga sulit
mengambil keputusan untuk menolak tawaran NAPZA dengan tegas
 Kemampuan komunikasi rendah.
 Melarikan diri sesuatu (kebosanan, kegagalan, kekecewaan,ketidakmampuan,
kesepian dan kegetiran hidup,malu dan lain-lain).
 Putus sekolah.
 Kurang menghayati iman kepercayaannya.
Upaya penanggulangan penyalahgunaan narkotika dan psikotropika dapat
dilakukan melalui beberapa cara, sebagai berikut ini :
a. Preventif (pencegahan), yaitu untuk membentuk masyarakat yang mempunyai
ketahanan dan kekebalan terhadap narkoba. Pencegahan adalah lebih baik dari
pada pemberantasan. Pencegahan penyalahgunaan Narkoba dapat dilakukan
dengan berbagai cara, seperti pembinaan dan pengawasan dalam keluarga,
penyuluhan oleh pihak yang kompeten baik di sekolah dan masyarakat,
pengajian oleh para ulama, pengawasan tempat-tempat hiburan malam oleh
pihak keamanan, pengawasan obat-obatan illegal dan melakukan tindakan-
tindakan lain yang bertujuan untuk mengurangi atau meniadakan kesempatan
terjadinya penyalahgunaan Narkoba.
b. Represif (penindakan), yaitu menindak dan memberantas penyalahgunaan
narkoba melalui jalur hokum, yang dilakukan oleh para penegak hukum atau
aparat kemananan yang dibantu oleh masyarakat. Jika masyarakat mengetahui
harus segera melaporkan kepada pihak berwajib dan tidak boleh main hakim
sendiri.
c. Kuratif (pengobatan), bertujuan penyembuhan para korban baik secara medis
maupun dengan media lain. Di Indonesia sudah banyak didirikan tempat-
tempat penyembuhan dan rehabilitas pecandu narkoba seperti Yayasan Titihan
Respati, pesantren-pesantren, yayasan Pondok Bina Kasih dll.
d. Rehabilitatif (rehabilitasi), dilakukan agar setelah pengobatan selesai para
korban tidak kambuh kembali “ketagihan” Narkoba. Rehabilitasi berupaya
menyantuni dan memperlakukan secara wajar para korban narkoba agar dapat
kembali ke masyarakat dalam keadaan sehat jasmani dan rohani. Kita tidak
boleh mengasingkan para korban Narkoba yang sudah sadar dan bertobat,
supaya mereka tidak terjerumus kembali sebagai pecandu narkoba.
Upaya pencegahan penyalahgunaan napza :
Upaya pencegahan meliputi 3 hal :
1. Pencegahan primer : mengenali remaja resiko tinggi penyalahgunaan
NAPZA dan melakukan intervensi.
Upaya ini terutama dilakukan untuk mengenali remaja yang mempunyai
resiko tinggi untuk menyalahgunakan NAPZA, setelah itu melakukan
intervensi terhadap mereka agar tidak menggunakan NAPZA.
Upaya pencegahan ini dilakukan sejak anak berusia dini, agar faktor
yang dapat menghabat proses tumbuh kembang anak dapat diatasi
dengan baik.
2. Pencegahan Sekunder : mengobati dan intervensi agar tidak lagi
menggunakan NAPZA.
3. Pencegahan Tersier : merehabilitasi penyalahgunaan NAPZA.
Yang dapat dilakukan di lingkungan keluarga untuk mencegah penyalahgunaan
NAPZA :
1. Mengasuh anak dengan baik.
 penuh kasih sayang
 penanaman disiplin yang baik
 ajarkan membedakan yang baik dan buruk
 mengembangkan kemandirian, memberi kebebasan bertanggung
jawab
 mengembangkan harga diri anak, menghargai jika berbuat baik
atau mencapai prestasi tertentu.
2. Ciptakan suasana yang hangat dan bersahabat
Hal ini membuat anak rindu untuk pulang ke rumah.
3. Meluangkan waktu untuk kebersamaan.
4. Orang tua menjadi contoh yang baik.
Orang tua yang merokok akan menjadi contoh yang tidak baik bagi anak.
5. Kembangkan komunikasi yang baik
Komunikasi dua arah, bersikap terbuka dan jujur, mendengarkan dan
menghormati pendapat anak.
6. Memperkuat kehidupan beragama.
Yang diutamakan bukan hanya ritual keagamaan, melainkan memperkuat nilai
moral yang terkandung dalam agama dan menerapkannya dalam kehidupan
sehari – hari.
7. Orang tua memahami masalah penyalahgunaan NAPZA agar dapat
berdiskusi dengan anak.

Yang dilakukan di lingkungan sekolah untuk pencegahan penyalahgunaan


NAPZA :
1. Upaya terhadap siswa :
 Memberikan pendidikan kepada siswa tentang bahaya dan akibat
penyalahgunaan NAPZA.
 Melibatkan siswa dalam perencanaan pencegahan dan penanggulangan
penyalahgunaan NAPZA di sekolah.
 Membentuk citra diri yang positif dan mengembangkan ketrampilan yang
positif untuk tetap menghidari dari pemakaian NAPZA dan merokok.
 Menyediakan pilihan kegiatan yang bermakna bagi siswa ( ekstrakurikuler
).
 Meningkatkan kegiatan bimbingan konseling.Membantu siswa yang telah
menyalahgunakan NAPZA untuk bisa menghentikannya.
 Penerapan kehidupan beragama dalam kegiatan sehari – hari.
2. Upaya untuk mencegah peredaran NAPZA di sekolah :
 Razia dengan cara sidak.
 Melarang orang yang tidak berkepentingan untuk masuk lingkungan
sekolah.
 Melarang siswa ke luar sekolah pada jam pelajaran tanpa ijin guru.
 Membina kerjasama yang baik dengan berbagai pihak.
 Meningkatkan pengawasan sejak anak itu datang sampai dengan pulang
sekolah.
3. Upaya untuk membina lingkungan sekolah :
 Menciptakan suasana lingkungan sekolah yang sehat dengan membina
hubungan yang harmonis antara pendidik dan anak didik.
 Mengupayakan kehadiran guru secara teratur di sekolah.
 Sikap keteladanan guru amat penting.
 Meningkatkan pengawasan anak sejak masuk sampai pulang sekolah.
Yang dilakukan di lingkungan masyarakat untuk mencegah penyalahguanaan
NAPZA:
1. Menumbuhkan perasaan kebersamaan di daerah tempat tinggal, sehingga
masalah yang terjadi di lingkungan dapat diselesaikan secara bersama-
sama.
2. Memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang penyalahguanaan
NAPZA sehingga masyarakat dapat menyadarinya.
3. Memberikan penyuluhan tentang hukum yang berkaitan dengan NAPZA.
4. Melibatkan semua unsur dalam masyarakat dalam melaksanakan
pencegahan dan penanggulangan penyalahguanaan NAPZA.

SISTEM RUJUKAN
Rujukan merupakan
• Tindakan mengirim atau meminta siswa/orangtua menghubungi tempat atau pihak
lain guna mendapatkan pelayanan sesuai dengan permasalahannya spt: layanan
medis, layanan rehabilitas, dukungan sosial
• Alat penting guna memastikan terpenuhinya layanan berkelanjutan yang dibutuhkan
siswa untuk mengatasi masalah biopsikoosialnya.
Rujukan dilakukan saat :
3. Bila kebutuhan siswa diluar lingkup sekolah
4. Siswa memerlukan pelayanan tambahan

Panduan Rujukan :
• Mengupulkan dokumen yang hidup
• Harus diperbaharui secara berkelanjutan (1 tahun sekali)
• Dibagi sesuai dengan jenis pelayanan/masalah
contoh : medis, keswa, pendampingan, para pengguna narkoba, pendampingan
untuk disabilitas

Bagaimana menyusun Rujukan


Indentifikasi pelayanan dalam masyarakat:
• Dari mulut ke mulut
• Buku telepon
• Pelayanan rujukan itu sendiri
• Ide-ide lain

Jenis Informasi
• Nama,alamat, no.telp, fax dan email
• Orang yang dapat dihubungi
• Cara, gambaran dan tarif
• Pelayanan yang diberikan
• Orientasi tertentu, misalnya agama
• Persyaratan khusus,dsb.

H. Tindak Lanjut
Tindak Lanjut yang dilakukan setelah mengikuti pelatihan adalah :
1. Penulis akan melakukan diseminasi kepada teman-teman guru di sekolah penulis
setelah berkoordinasi dengan Kepala sekolah
2. Mengimplementasikan hasil kegiatan di dalam memberikan pelayanan kepada
peserta didik
BAB III
PENUTUP
Pengembangan diri ini sangat baik dan perlu dilaksanakan secara terus menerus karena
manfaatnya banyak sekali bagi guru. Hal ini terbukti pada diri saya sendiri, setelah mengikuti
workshop/diklat banyak sekali tambahan ilmu untuk peningkatan diri dan untuk peningkatan
kualitas dalam pembelajaran.
Kami berharap semoga workshop/diklat sering dilaksanakan oleh Pemerintah/ LPMP /Dinas
Pendidikan/MGMP sehingga guru dapat mengembangkan dirinya secara maksimal karena
tanpa adanya kerja sama guru tidak akan bias mengembangkan dirinya sendiri, Mudah-
mudahan workshop/diklat dapat dilaksanakan secara terus - menerus dan berkelanjutan.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1. Surat Tugas
2. Rundown Pelatihan

Anda mungkin juga menyukai