Anda di halaman 1dari 4

Insya Allah, kali ini Hikmah Kata akan mencoba menguraikan secara singkat mengenai

Syarat Wajib dan Syarat Sah dari Sholat Jumat. Semoga bermanfaat untuk Anda semua.

Syarat Wajib Sholat Jumat

Orang yang wajib mengerjakan sholat Jumat adalah orang yang memenuhi syarat-syarat
sebagai berikut, yaitu:
1. Islam
2. Baligh atau dewasa
3. Berakal
4. Sehat (bagi orang yang sakit atau berhalangan tidak wajib Jumat)
5. Laki-laki
6. Merdeka (bukan hamba sahaya)
7. Penduduk tetap (mukim) artinya bukan musafir
Syarat Wajib dan Syarat Sah Sholat Jumat
Illustration from image Google

Syarat Sah Mendirikan Sholat Jumat

Adapun syarat sah sholat Jumat adalah sebagai berikut:


1. Sholat Jumat diadakan dalam satu tempat (tempat tinggal) baik di kota maupun di desa.
Tidak sah mendirikan sholat Jumat di tempat yang tidak merupakan daerah tempat tinggal
seperti di ladang atau jauh dari perkampungan penduduk.

2. Sholat Jumat diadakan secara berjamaah. Jumlah jamaah menurut pendapat sebagian
ulama adalah 40 orang laki-laki dewasa dari penduduk negeri setempat. Sebagian ulama yang
lain berpendapat lebih dari 40 jamaah dan sebagian ulama yang lain berpendapat cukup
dengan dua orang saja, karena sudah berarti berjamaah.

3. Hendaklah dikerjakan pada waktu zuhur. Rasulullah saw. bersabda:

ِّ ْٛ َ‫صهَّٗ هللاُ َعه‬ َّ ‫ هللاُ َع ُُّْ اَ ٌَّ انَُّ ِث‬ٙ


َ ٙ ِ ‫س َع ٍْ اََ ٍَس ت ٍِْ َيانِكٍ َز‬
َ ‫ض‬ َّ ‫ ُم ان‬ْٛ ًَِ ‫ٍَْ ت‬ٛ‫ ْان ُج ًُ َعحَ ِح‬ّٙ‫ص ِه‬
ُ ًْ ‫ش‬ َ ُٚ ٌَ‫سهَّ َى َكا‬
َ ٔ-
َ ٘‫زٔاِ ان ثخاز‬

Artinya: "Dari Anas bin Malik ra., Rasulullah saw. bersabda: Sholat Jumat ketika telah
tergelincir matahari." (H.R. Bukhari).

4. Hendaklah dilaksanakan setelah dua khutbah. Hadits tentang khutbah ini menyatakan
sebagai berikut:

‫َ ْٕ َو ْان ُج ًُعَ ِح قَا‬ٚ ُ‫طة‬


ُ ‫َ ْخ‬ٚ ‫سهَّ َى‬
َ َٔ ِّ ْٛ َ‫صهَّٗ هللاُ َعه‬ ُ ‫ هللاُ َع ُْ ُٓ ًَا َكاٌَ َز‬ٙ
َ ِ‫س ْٕ ُل هللا‬ َ ‫ض‬
ِ ‫ع ًَ َس َز‬ ْ ‫ ئِ ًًا ُخ‬- ِ‫زٔا‬
ُ ‫َجْ ِه‬ٚ ٍِْ َٛ‫طثَت‬
ُ ٍِْ ‫َُ ُٓ ًَا َع ٍِ ات‬ْٛ َ‫س ت‬
‫ان ثخازٖ ٔ ي س هى‬

Artinya: "Dari Ibnu Umar ra., Rasulullah saw. bersabda: berkhutbah pada hari Jumat dua
khutbah dengan berdiri dan beliau duduk di antara kedua khutbah itu." (H.R. Bukhari dan
Muslim).

Tujuh Syarat yang Membuat Seseorang Wajib Shalat Jumat


Ilustrasi (via 3ageeb.com)
Jumat merupakan salah satu shalat yang diwajibkan selain shalat fardlu 5 waktu yang
dilakukan setiap hari. Shalat Jumat dilaksanakan satu minggu sekali, tepatnya pada waktu
dhuhur hari Jumat, menggantikan kewajiban shalat dhuhur. Namun, kewajiban Jumat tidak
dibebankan kepada seluruh orang.

(Baca juga: Syarat Sah Pelaksanaan Shalat Jumat)

Ada kriteria tertentu orang-orang yang diwajibkan menjalankan Jumat atau diistilahkan
dengan syarat wajib pelaksanaan Jumat. Syekh Muhammad bin Ahmad al-Syathiri dalam
Syarh al-Yaqut al-Nafis menyebutkan bahwa syarat wajib Jumat ada tujuh. Sekiranya tidak
terpenuhi, maka tidak wajib menjalankan Jumat. Berikut ini 7 syarat wajib Jumat:

Syarat pertama, kedua, dan ketiga adalah Islam, akil baligh, dan berakal. Ketiga syarat ini
berlaku di setiap kewajiban ibadah lainnya, tidak terkecuali shalat Jumat. Sebab bila tidak
terpenuhi, maka seseorang tidak terkena beban (taklif) melakukan kewajiban-kewajiban
syari‟at. Sehingga Jumat tidak diwajibkan atas non-Muslim, anak kecil yang belum akil
baligh, orang gila dan orang epilepsi.

Syarat keempat dan kelima adalah merdeka dan laki-laki. Tidak seperti shalat fardlu lainnya,
Jumat tidak dibebankan kepada hamba sahaya dan perempuan serta khuntsa (orang yang
tidak jelas jenis kelaminnya). Hal ini berdasarkan hadits Nabi Saw:

ِ َٔ ‫ض ْان ُج ًُ َعحُ َح ٌّق‬ٚ


‫ َج ًَا َع ٍح َّإَّل أَ ْزتَ َعحً َع ْثدٌ َي ًْهُٕكٌ أ َ ْٔ ا ْو‬ِٙ‫اجةٌ َعهَٗ ُك ِّم ُي ْس ِه ٍى ف‬ ٌ ‫ أَ ْٔ َي ِس‬ٙ َ ْٔ َ‫َزأَج ٌ أ‬
ٌّ ‫ص ِث‬

“Jumat adalah kewajiban bagi setiap Muslim secara jamaah kecuali empat orang. Hamba
sahaya yang dimiliki, perempuan, anak kecil dan orang sakit”. (HR. Abu Daud).

Namun demikian, sunah bagi tuannya hamba untuk memerintah hamba sahayanya
melaksanakan Jumat. Demikian pula bagi perempuan tua, sunah melaksanakan Jumat dengan
catatan tidak khawatir menimbulkan fitnah, mendapat izin dari suaminya (bagi yang telah
menikah) dan dengan memakai pakaian sederhana. Makruh bagi perempuan muda
menghadiri Jumat meskipun dengan pakaian sederhana dan telah mendapat izin suaminya.
Dalam kitab Hasyiyah al-Syarwani disebutkan:

ُ ْ‫ْث ََّل فِتَُْحَ أَ ٌْ تَح‬


‫ض‬ ُ ٛ‫ تِرْنَتِ َٓا َح‬ِٙ‫ٕش ف‬ ِ ‫ ُحض‬ِٙ‫َأْذٌََ نَُّ ف‬ٚ ٌْ َ ‫ِّ ِد قِ ٍٍّ أ‬ٛ‫س‬
ٍ ‫ُٕزَْا َٔ ِنعَ ُج‬ َ ُٚٔ‫ص ََلجِ ْان َج ًَا َع ِ َح‬
َ ‫س ٍُّ ِن‬ َ ‫ع ِه َى ِي ًَّا َي َّس أَ َّٔ َل‬
ُ ‫َزَْا َك ًَا‬

ُُّ‫قَ ْٕن‬: ‫ تِرْنَتِ َٓا‬ِٙ‫ٕش ف‬ ٍ ‫ٔ ِنعَ ُج‬-


َ ‫ض‬ ُ ‫ُ ْك َسُِ ْان ُح‬ٚ َََُّّ‫َّحً َٔ َي ْف ُٕٓ ُيُّ أ‬ٛ‫َت َخ ِه‬
ْ َ‫ْث أَذٌَِ شَ ْٔ ُج َٓا أ َ ْٔ كَا‬
ُ ٛ‫ٕش إنَ ْخ َح‬ ُ ‫س ٍُّ ْان ُحض‬
ٍ ‫ُٕز ِنعَ ُج‬ ْ َ ‫ٔزأ‬
َ ُٚ ٘ ُ
ْٕ َ‫ َٔن‬، ‫شاتَّ ِح‬ َ
َّ ‫٘ َٔأذٌَِ شَ ْٔ ُج َٓا ِنه‬ َ
ْ ‫ب تِرنَتِ َٓا ع ش أ‬ْ ِ ‫َا‬ِٛ‫ ث‬ِٙ‫ف‬

“Sunah bagi sayyid mengizinkan hambanya untuk menghadiri Jumat. Demikian pula sunah
bagi wanita tua sekiranya tidak ada fitnah untuk menghadirinya seperti diketahui dalam
keterangan yang lalu di awal bab shalat jamaah. Demikian pula Sunah menghadiri Jumat bagi
wanita tua dengan catatan mendapat izin dari suaminya atau bagi wanita tua yang tidak
memiliki suami. Dari keterangan ini dapat dipahami bahwa makruh menghadiri Jumat bagi
perempuan muda meskipun dengan pakaian sederhana dan mendapatkan izin dari suaminya”.
(lihat Syekh Abdul Hamid al-Syarwani, Hasyiyah al-Syarwani „ala Tuhfah al-Muhtaj, juz.2,
hal.443, Dar al-Fikr-Beirut, cetakan pertama tahun 1997).

Syarat keenam, sehat jasmani. Mengingat dalam menghadiri Jumat dibutuhkan stamina yang
cukup prima, sehingga Jumat hanya dibebankan kepada orang yang sehat. Maka tidak wajib
Jumat bagi orang sakit. Disamakan dengan orang sakit dalam hal tidak diwajibkan Jumat,
yaitu orang-orang yang terdapat uzur dalam meninggalkan shalat jamaah. Dalam arti, kriteria
uzur dalam permasalahan shalat jamaah juga berlaku dalam bab Jumat.

Batasan uzur yang dapat menggugurkan shalat Jumat dan jamaah menurut Syekh Muhammad
bin Ahmad al-Syathiri dalam Syarh al-Yaqut al-Nafis kembali kepada dua kaidah. Pertama,
sekiranya terdapat kepayahan yang parah (masyaqqah syadidah) dalam menghadiri Jumat.
Seperti disebabkan sakit, cuaca terlampau panas, cuaca terlampau dingin dan lain sebagainya.
Kedua, sekiranya menghadiri Jumat berdampak terbengkalainya kemashlahatan yang tidak
dapat digantikan orang lain. Maka tidak wajib Jumat bagi petugas kepolisian yang
mengamankan lalu lintas, perawat orang sakit, penjaga pos keamanan warga dan lain
sebagainya. (lihat Syekh Muhammad bin Ahmad al-Syathiri, Syarh al-Yaqut al-Nafis, hal.
207-208, Dar al-Minhaj-Jedah, cetakan ketiga tahun 2011).

Syarat ketujuh, bermukim. Sehingga tidak wajib Jumat bagi orang yang sedang bepergian
meski jarak tempuhnya tidak sampai batas jarah diperbolehkan mengqashar shalat. Namun,
gugurnya kewajiban Jumat bagi musafir dengan catatan perjalanannya dengan tujuan yang
mubah dan dilakukan sebelum terbit fajar subuh hari Jumat.

Apabila perjalanannya dengan tujuan maksiat atau ditempuh setelah subuh, maka wajib bagi
musafir menjalankan Jumat di tengah perjalanannya. (lihat Syekh Abdul Hamid al-Syarwani,
Hasyiyah al-Syarwani „ala Tuhfah al-Muhtaj, juz.2, hal.443, Dar al-Fikr-Beirut, cetakan
pertama tahun 1997).

Wallahu a‟lam.

(M. Mubasysyarum Bih)

Tujuh Syarat yang Membuat Seseorang Wajib Shalat Jumat


Ilustrasi (via 3ageeb.com)
Jumat merupakan salah satu shalat yang diwajibkan selain shalat fardlu 5 waktu yang
dilakukan setiap hari. Shalat Jumat dilaksanakan satu minggu sekali, tepatnya pada waktu
dhuhur hari Jumat, menggantikan kewajiban shalat dhuhur. Namun, kewajiban Jumat tidak
dibebankan kepada seluruh orang.

(Baca juga: Enam Syarat Sah Pelaksanaan Shalat Jumat)

Ada kriteria tertentu orang-orang yang diwajibkan menjalankan Jumat atau diistilahkan
dengan syarat wajib pelaksanaan Jumat. Syekh Muhammad bin Ahmad al-Syathiri dalam
Syarh al-Yaqut al-Nafis menyebutkan bahwa syarat wajib Jumat ada tujuh. Sekiranya tidak
terpenuhi, maka tidak wajib menjalankan Jumat. Berikut ini 7 syarat wajib Jumat:

Syarat pertama, kedua, dan ketiga adalah Islam, akil baligh, dan berakal. Ketiga syarat ini
berlaku di setiap kewajiban ibadah lainnya, tidak terkecuali shalat Jumat. Sebab bila tidak
terpenuhi, maka seseorang tidak terkena beban (taklif) melakukan kewajiban-kewajiban
syari‟at. Sehingga Jumat tidak diwajibkan atas non-Muslim, anak kecil yang belum akil
baligh, orang gila dan orang epilepsi.

Syarat keempat dan kelima adalah merdeka dan laki-laki. Tidak seperti shalat fardlu lainnya,
Jumat tidak dibebankan kepada hamba sahaya dan perempuan serta khuntsa (orang yang
tidak jelas jenis kelaminnya). Hal ini berdasarkan hadits Nabi Saw:
َ‫ أ‬ٙ ِ َٔ ‫ض ْان ُج ًُ َعحُ َح ٌّق‬ٚ
َ ْٔ َ ‫ َج ًَا َع ٍح َّإَّل أ َ ْزتَ َعحً َع ْثدٌ َي ًْهُٕكٌ أ َ ْٔ ا ْي َسأَج ٌ أ‬ِٙ‫اجةٌ َعهَٗ ُك ِّم ُي ْس ِه ٍى ف‬
ٌّ ‫ص ِث‬ ٌ ‫ْٔ َي ِس‬

“Jumat adalah kewajiban bagi setiap Muslim secara jamaah kecuali empat orang. Hamba
sahaya yang dimiliki, perempuan, anak kecil dan orang sakit”. (HR. Abu Daud).

Namun demikian, sunah bagi tuannya hamba untuk memerintah hamba sahayanya
melaksanakan Jumat. Demikian pula bagi perempuan tua, sunah melaksanakan Jumat dengan
catatan tidak khawatir menimbulkan fitnah, mendapat izin dari suaminya (bagi yang telah
menikah) dan dengan memakai pakaian sederhana. Makruh bagi perempuan muda
menghadiri Jumat meskipun dengan pakaian sederhana dan telah mendapat izin suaminya.
Dalam kitab Hasyiyah al-Syarwani disebutkan:

‫ْث ََّل فِتَُْحَ أ َ ٌْ تَحْ ض َُسَْا‬


ُ ٛ‫ تِرْنَتِ َٓا َح‬ِٙ‫ٕش ف‬ ِ ‫ ُحض‬ِٙ‫َأْذٌََ نَُّ ف‬ٚ ٌْ َ ‫ِّ ِد قِ ٍٍّ أ‬ٛ‫س‬
ٍ ‫ُٕزَْا َٔ ِنعَ ُج‬ َ َُٚٔ ‫ص ََل‬
َ ‫س ٍُّ ِن‬ ُ ‫جِ ْان َج ًَا َع ِح َك ًَا‬
َ ‫ع ِه َى ِي ًَّا َي َّس أَ َّٔ َل‬

ُُّ‫قَ ْٕن‬: ‫ تِرْنَتِ َٓا‬ِٙ‫ٕش ف‬


ٍ ‫ٔ ِنعَ ُج‬-
َ ‫ض‬ ُ ‫ُ ْك َسُِ ْان ُح‬ٚ َََُّّ‫َّحً َٔ َي ْف ُٕٓ ُيُّ أ‬ٛ‫َت َخ ِه‬
ْ َ‫ْث أَذٌَِ شَ ْٔ ُج َٓا أ َ ْٔ كَا‬
ُ ٛ‫ٕش إنَ ْخ َح‬ ُ ‫س ٍُّ ْان ُحض‬
ٍ ‫ُٕز ِنعَ ُج‬ ْ َ ‫ٔزأ‬
َ ُٚ ٘ ُ
َ
َ‫٘ َٔأذٌَِ ش‬ َ ْ
ْ ‫ب تِرنَتِ َٓا ع ش أ‬ ِ ‫َا‬ِٛ‫ ث‬ِٙ‫ َٔنَ ْٕ ف‬، ‫شاتَّ ِح‬
َّ ‫ْٔ ُج َٓا ِنه‬

“Sunah bagi sayyid mengizinkan hambanya untuk menghadiri Jumat. Demikian pula sunah
bagi wanita tua sekiranya tidak ada fitnah untuk menghadirinya seperti diketahui dalam
keterangan yang lalu di awal bab shalat jamaah. Demikian pula Sunah menghadiri Jumat bagi
wanita tua dengan catatan mendapat izin dari suaminya atau bagi wanita tua yang tidak
memiliki suami. Dari keterangan ini dapat dipahami bahwa makruh menghadiri Jumat bagi
perempuan muda meskipun dengan pakaian sederhana dan mendapatkan izin dari suaminya”.
(lihat Syekh Abdul Hamid al-Syarwani, Hasyiyah al-Syarwani „ala Tuhfah al-Muhtaj, juz.2,
hal.443, Dar al-Fikr-Beirut, cetakan pertama tahun 1997).

Anda mungkin juga menyukai