SAP 12
OLEH:
Nama NIM
PROGRAM EKSTENSI
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2016
0
ASPEK KEPERILAKUAN PADA AUDIT INTERNAL
A. PENDAHULUAN
Audit pada saat ini telah menjadi bagian penting dalam dunia akuntansi, khususnya aspek-
aspek yang terkait dengan proses pengambilan keputusan dan aktivitas-aktivitas auditor dalam
mempertimbangkan sesuatu sebelum mengambil keputusan. Terdapat banyak hal yang dapat
dipertimbangkan sebagai data pendukung dalam pengambilan keputusan yang mengarah pada
aspek keperilakuan auditor.
Salah satu karakteristik yang membedakan akuntan publik dengan auditor internal
berkaitan dengan keterikatan secara pribadi. Akuntan publik terikat dengan catatan-catatan suatu
organisasi dan prinsip-prinsip akuntansi yang dibangun oleh badan profesi akuntansi. Sebaliknya,
auditor internal terkait dengan aktivitas-aktivitas manajemen dan orang-orang yang menjalankan
operasi organisasi. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa audit internal mengevaluasi
aktivitas yang dilakukan oleh orang-orang sehingga terdapat hubungan pribadi antara orang yang
dievaluasi dengan orang yang mengevaluasi dengan para auditor.
D. PENGELOLAAN KONFLIK
2
Konflik adalah suatu karakteristik yang kerap kali terjadi pada proses audit (Chambers at
al., 1987). Konflik sering kali membantu pencapaian tujuan audit, tetapi jika tidak ditangani lebih
awal, maka konflik akan menjadi lebih tajam dan luas. Konflik dapat terjadi dalam hal – hal
seperti berikut:
a) Lingkup seperti terhadap manajemen.
b) Tujuan sebagaimana terhadap auditor eksternal.
c) Tanggung jawab seperti layanan manajemen.
d) Nilai dominasi atau persepsi terhadap peran audit dari kacamata pihak yang diaudit.
Dalam bidang akuntansi, konflik dapat terjadi antara auditor yang cenderung
mempertahankan profesionalismenya dan pihak yang diaudit yang cenderung mempertahankan
lembaga atau keinginannya. Dapat disimpulkan bahwa ketika seorang auditor bekerja pada suatu
lembaga bisnis professional, yang dikelilingi oleh suatu birokrasi, konflik dan hilangnya nilai –
nilai serta norma – norma profesionalisme akan muncul. Di pihak lain, sikap dan keyakinan yang
berkaitan dengan lingkungan anggota seprofesi sering kali dibentuk oleh kondisi birokrasi.oleh
karena itu, sikap yang dimunculkan oleh satu atau beberapa orang professional yang
mempertahankan nilai – nilai profesionalismenya akan cenderung menjadi pemicu konflik.
Aranya dan Ferris (1984) telah melakukan survey terhadap auditor dan dapat kesimpulan
menyatakan bahwa:
1. Konflik yang terjadi pada organisasi profesi akuntan lebih tinggi dibandingkan dengan
konflik yang terjadi pada akuntan yang bekerja dilingkungan organisasi bisnis bukan profesi.
2. Dalam organisasi professional, tingkat konflik yang diterima berbanding terbalik dengan
posisi individu dalam suatu birokrasi.
3. Persepsi konflik berhubungan secara negative dengan kepuasan kerja dan berhubungan secara
positif dengan kecenderungan untuk berpindah kerja.
Konflik akan muncul ketika di dalam organisasi bisnis profesional terdapat sebagian orang yang
memegang teguh nilai –nilai profesionalismenya, sementara sebagian lainnya tidak bahkan
cenderung untuk menghilangkan nilai–nilai tersebut.
Ada empat metode khusus yang secara umum digunakan untuk menyelesaikan konflik:
1. Arbitrasi: Pada metode ini, ketika terjadi suatu konflik muncullah kelompok ketiga yang
menjadi suatu harapan penyelesaian konflik dalam organisais tersebut. Hanya saja banyak
pihak yang tidak menggunakan metode ini karena masalah biaya yang dianggap mahal
(expensive).
3
2. Mediasi: Metode terbaik lainnya yaitu mediasi. Mediasi merupakan jenis metode kompromi
dengan pengecualian bahwa mediasi yang menggunakan sseorang juri cenderung memegang
teguh kepentingan – kepentingan organisasi.
3. Kompromi: Metode yang terbaik dan paling sering digunakan dalam pendekatan keperilakuan
adalah metode kompromi, jika perbedaan masih dapat di kompromikan.
4. Langsung
E. MASALAH-MASALAH HUBUNGAN
Brink dan Witt (1982) mempunyai daftar konsep yang akan membantu untuk memperlakukan
orang dengan lebih baik. Konsep-konsep tersebut adalah:
1. Terdapat variasi umum dalam kemampuan dan sifat-sifat dasar individu, oleh sebab itu
auditor seharusnya mempertimbangkannya dalam kaitannya dengan karyawan pihak yang
diaudit.
2. Keberagaman perasaan-perasaan dan emosi, sehingga auditor seharusnya mengidentifikasi
keberagaman perasaan dan mencoba menangani hal tersebut secara efektif.
3. Keberagaman persepsi. Staf pihak yang diaudit tidak memandang dengan cara yang sama
seperti yang dilakukan oleh staf audit.
4. Ukuran kelompok pihak yang diaudit dapat berpengaruh pada hubungan. Auditor diharuskan
untuk memodifikasi pendekatan secara teknis ketika menghadapi kelompok yang lebih luas.
5. Pengaruh dari berbagi situasi operasi sebagai suatu variasi akhir. Setiap perubahan situasi
mempengaruhi perasaan dan tindakan seseorang, auditor seharusnya memasuki variasi ini ke
dalam pertimbangannya pada hubungan interpersonal.
4
1. Menjadi produktif, sibuk pada pekerjaan-pekerjaan yang bermakna.
2. Mempunyai dorongan ke arah dedikasi terhadap suatu usaha yang dianggap penting.
3. Mempunyai keinginan untuk melayani dan memberikan bantuan kepada individu lain.
4. Bebas untuk memilih guna mendapatkan independensi dan kebebasan pilihan.
5. Memiliki sifat yang adil dan jujur.
6. Memiliki bias pada diri sendiri, tercermin pada sikap yang lebih suka dipuji dibandingkan
dengan dikritik.
7. Mencari kepuasan diri sendiri.
8. Memiliki nilai untuk mendapatkan imbalan atas usaha-usahanya.
9. Bersikap seperti orang-orang yang patuh dan dapat beradaptasi secara baik.
10. Menjadi bagian dari tim yang sukses.
11. Memiliki rasa haru atas bencana yang menimpa orang lain.
12. Memiliki keterkaitan pada pemaksimalan kepuasan diri sendiri.
13. Lebih cenderung untuk sensitif dibandingkan dengan membantu orang.
5
H. KOMUNIKASI SECARA EFEKTIF
Komunikasi terdiri atas wawancara, musyawarah, laporan lisan, dan laporan tertulis. Bahasa yang
menggunakan aksioma (pernyataan) seharusnya jelas, ringkas, bebas akronim (singkatan), dalam
struktur gramatikal yang baik, dan mengungkapkan isi dalam aturan sederhana yang logis.
Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk menciptakan kominikasi yang efektif adalah:
1. Jangan bicara atau menulis dalam bentuk langsung sebab auditor bukanlah bagian dari
manajemen.
2. Jangan menggunakan istilah-istilah yang berimplikasi pada kesalahn-kesalahan kerja dari
pihak yang diaudit.
3. Jangan menjadikan pihak yang diaudit sebagai pokok bahasan, baik secara verbal atau
tertulis.
4. Pertimbangkan sifat ego pihak yang diaudit ketika memberi saran.
5. Menjaga laporan dan memberikan keadilan.
6. Jangan berargunen mengenai moralitas.
7. Mengaitkan dengan kondisi lingkungan ketika mencari penyebab dari temuanya.
8. Sepanjang proses penyusunan laporan mengizinkan pihak yang diaudit untuk mengungkapkan
pendapatnya.
9. Sopan dengan seluruh karyawan pihak yang diaudit dan menyambut manajemen pihak yang
diaudit dengan rasa hormat.
10. Melakukan pertemuan dan wawancara di kantor pihak yang diaudit.
11. Mempertimbangkan kemungkinan tekanan yang muncul dalam diri pihak yang diaudit.
7
DAFTAR PUSTAKA