Anda di halaman 1dari 3

Marasmus

Marasmus adalah suatu bentuk malgizi protein energy karena kelaparan, semua unsur diet
kurang.

Etiologi. Gambaran klinik marasmus berasal dari masukan kalori yang tidak cukup karena diet
yang tidak cukup, atau karena kelainan metabolik atau malfomasi kongenital. Gangguan berat
setiap sistem tubuh dapat mengakibatkan malnutrisi.

Patofisiologi. Kurang kalori protein akan terjadi manakala kebutuhan tubuh akan kalori, protein,
atau keduanya tidak tercukupi oleh diet. Dalam keadaan kekurangan makanan, tubuh selalu
berusaha untuk mempertahankan hidup dengan memenuhi kebutuhan pokok atau energy.
Kemampuan tubuh untuk mempergunakan karbohidrat, protein dan lemak merupakan hal yang
sangat penting untuk mempertahankan kehidupan. Karbohidrat (glukosa) dapat dipakai oleh
seluruh jaringan tubuh sebagai bahan bakar, sayangnya kemampuan tubuh untuk menyimpan
karbohidrat sangat sedikit, sehingga setelah 25 jam sudah dapat terjadi kekurangan. Akibatnya
katabolisme protein terjadi setelah beberapa jam dengan menghasilkan asam amino yang segera
diubah jadi karbohidrat di hepar dan ginjal. Selama puasa jaringan lemak dipecah menjadi asam
lemak, gliserol, dan keton bodies. Otot dapat mempergunakan asam lemak dan keton bodies
sebagai sumber energy kalau kekurangan makanan ini berjalan menahun. Tubuh akan
mempertahankan diri jangan sampai memecah protein lagi setelah kira-kira kehilangan separuh
dari tubuh.

Manifestasi klinik. Pada mulanya, ada kegagalan menaikkan berat badan, disertai dengan
kehilangan berat sampai berakibat kurus, dengan kehilangan turgor pada kulit sehingga menjadi
berkerut dan longgar karena lemak subkutan hilang. Karena lemak terakhir hilang dari bantalan
pengisap pipi, muka anak dapat tetap tampak relatif normal selama beberapa waktu seblum
manjadi menyusut dan berkeriput. Abdomen dapat kembung atau datar, dan gambaran usus dapat
dengan mudah dilihat. Terjadi atrofi otot, dengan akibat hipotoni.

Suhu biasanya subnormal, nadi mungkin lambat, dan angka metabolisme basal cenderung
menurun. Mula-mula anak mungkin cerewet (rewel), tetapi kemudian menjadi lesu, dan nafsu
makan hilang. Anak biasanya konstipasi, tetapi dapat muncul diare, dengan buang air besar
sering, tinja berisi mukus, dan sedikit.

Alur Diagnosis.

a) Anamnesis
 Riwayat kesehatan
Biasanya pada penderita marasmus sering dibarengi dengan diare, peningkatan suhu
tubuh, penurunan berat badan, penurunan nafsu makandan perubahan aktifitas
 Riwayat Penyakit Dahulu
Biasanya pada penderita marasmus memiliki riwayat premature, diet yang tidak baik, dan
sering sakit-sakitan karena terjadi penurunan ketahanan tubuh
 Riwayat Keluarga
Ada anggota keluarga lain yang menderita penyakit yang sama dengan pasien, atau
menderita penyakit asma, TBC, jantung, DM.
 Riwayat lain
— pola nutrisi : pada penderita marasmus biasanya mengalami penurunan nafsu makan
dan mual muntah
— pola eliminasi : penderita marasmus biasanya sering disertai dengan diare
— pola aktifitas : penderita marasmus biasanya mengalami gangguan dengan
aktifitasnya karena mengalami kelemahan tubuh disebabkan adanya gangguan
metabolism
— pola istirahat dan tidur : anak dengan marasmus biasanya sering rewel karena selalu
merasa lapar meskipun sudah diberi susu sehingga sering terbangun di malam hari.
b) Pemeriksaan Fisik
— Keadaan umum : kesadaran komposmentis, lemah, rewel, kebersihan berkurang, berat
badan, tinggi badan, nadi, suhu, dan pernafasan
— Kepala : lingkar kepala biasanya lebih kecil dari ukuran normal, warna rambut
kusam.
— Wajah : tampak seperti wajah orangtua
Mata : konjungtiva anemis
Mulut : terdapat lesi dan mukosa bibir kering
— Leher : mengalami kaku kuduk
— Thorax : ada tarikan dinding dada, wheezing, ronchi
— Abdomen : ada ascite, bising usus meningkat, suara hipertimpani
— Extremitas
Atas : lingkar lengan atas standar normal, akral hangat
Bawah : edema tungkai
— Kulit : keadaan turgor kulit menurun, kapilary refill lebih dari 3 detik, kulit keriput
c) Pemeriksaan penunjang
Pada pemeriksaan laboratorium, anemi selalu ditemukan terutama jenis normostik
normokrom karena adanya gangguan sistem eritropoesis akibat hypoplasia kronis sum-sum
tulang disamping karena asupan zat besi yang kurang dalam makanan, kerusakan hati, dan
gangguan absorbsi. Selain itu dapat ditemukan kadar albumin serum yang menurun.
Pemeriksaan radiologis juga perlu dilakukan untuk menemukan adanya kelainan pada paru..

Penatalaksanaan. Penatalaksaan segera setiap masalah akut seperti masalah diare berat, dan
penggantian nutrien yang hilang sangat penting. Untuk dehidrasi ringan dan sampai sedang,
cairan diberikan scara oral atau dengan pipa nasogastrik. Bayi ASI harus disusui sesering ia
menghendaki. Untuk dehidrasi berat cairan intravena diberikan.
Bila dehidrasi terkoreksi, makanan peroral mulai dengan makanan susu encer sedikit demi
sedikit ditambah dan frekuensi dikurangi selama 5 hari. Pada hari 6-8 hari, anak harus mendapat
150 mL/kg/24 jam dalam 6 kali makan. Pada masa penyembuhan, makanan energi tinggi terbuat
dari susu, minyak dan gula diperlukan.

Infeksi bakteri harus diobati bersamaan dengan terapi diet.

Komplikasi. Komplikasi dari penyakit marasmus antara lain hipoglikemia, hipotermia (suhu
aksiler kurang dari 35o), infeksi / sepsis, diare, dan dehidrasi serta anemia berat,

Daftar Pustaka :

Behrman, L. Richard dkk. 2010. Nelson Esensi Pediatri Edisi 4. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai