bertanggung jawab untuk memodulasi denyut jantung dan tekanan darah. Aktivitas
katekolamin yang berlebihan dianggap sebagai mekanisme utama yang mendasari efek
kardiotoksik dari amphetamine. Kadar katekolamin tinggi diketahui bersifat kardiotoksik,
menyebabkan penyempitan dan spasme pada pembuluh darah, peningkatan denyut jantung
(takikardia), tekanan darah tinggi (hipertensi), dan kemungkinan kematian otot jantung.
Kemampuan toksisitas katekolamin lainnya termasuk pembentukan jaringan fibrosa dan
peningkatan ukuran sel otot jantung.
Efek kardiovaskular yang paling banyak dilaporkan akibat penggunaan amfetamin
adalah nyeri dada, takikardia dan aritmia jantung, sesak napas dan tekanan darah tinggi.
Komplikasi kardiovaskular akut berupa infark miokard akut, diseksi aorta akut, dan henti
jantung. Infark miokard akut sering terjadi karena tidak adanya penyakit arteri koroner yang
dapat dikenali. Bentuk penyakit kardiovaskular kronis yang paling sering dikaitkan dengan
penggunaan metamfetamin adalah penyakit arteri koroner dan kardiomiopati. Klinis
dan bukti eksperimental sama-sama menunjukkan bahwa penggunaan amphetamine, terutama
penggunaan jangka panjang, dapat menyebabkan kardiomiopati. Seperti pada infark miokard
akut, kardiomiopati dikaitkan dengan berbagai rute pemberian amfetamin (misalnya oral,
merokok dan intravena).
Dosis yang dapat menghasilkan komplikasi kardiovaskular yang serius atau kematian -
yaitu dosis toksik. Dosis toksik tidak jelas sebarapa banyaknya karena respons terhadap dosis
spesifik bervariasi bergantung pada respon individual dan variasi tingkat toleransi. Studi
menunjukkan bahwa komplikasi kardiovaskular yang terkait dengan penggunaan amfetamin
dapat terjadi dengan semua rute utama pemberian: yaitu intranasal, oral, merokok, dan
suntikan. Meskipun tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa setiap rute pemberian
amfetamin lebih menyebabkan kardiotoksisitas daripada yang lain. Resiko komplikasi
mungkin lebih tinggi dengan pola penggunaan yang sering dan dosis tinggi.
Penelitian sebelumnya juga menunjukkan bahwa risiko masalah kardiovaskular di
kalangan pengguna metamfetamin meningkat saat obat tersebut dikombinasikan dengan
alkohol, kokain atau opiat. Penggunaan bersamaan amfetamin dan obat psikostimulan
lainnya, seperti kokain, alkohol, dan opiat meningkatkan efek sinergisme sehingga
meningkatkan aktivitas katekolamin. Penggunaan amfetamin dosis rendah dan jarang
tampaknya menurunkan kejadian komplikasi akut maupun kronis. Meskipun ada beberapa
perbedaan antara kedua obat, efek amfetamin sangat mirip dengan kokain. Perbedaanya
hanya amfetamin memiliki waktu paruh yang lebih lama daripada kokain. Amfetamin
memiliki waktu paruh sekitar 11-12 jam, sedangkan kokain hanya memiliki waktu paruh 45-
90 menit, menghasilkan durasi efek yang lebih lama.Walaupun waktu paruh amfetamin lebih
lama dibanding dengan kokain namun menurut stuudi tingkat keparahan kardiotoksisitas
kokain lebih tinggi dibanding amfetamin.
Metamfetamin dan amfetamin pertama kali diperkenalkan ke pasaran pada tahun 1930.
Awalnya digunakan untuk berbagai tujuan terapeutik, seperti mengobati asma, hidung
tersumbat, depresi, obesitas, narkolepsi dan ADHD. Selain itu amfetamin juga diberikan ke
tentara di Perang Dunia II, untuk mengatasi kelelahan dan meningkatkan kewaspadaan.
Karena penggunaan amfetamin menyebar luas, pada tahun 1971, amfetamin ditempatkan
pada daftar zat yang dikendalikan secara internasional. Namun, penggunaan amfetamin
secara ilegal terus meningkat dalam skala global dan merupakan masalah narkoba utama bagi
sejumlah negara di kawasan Asia Pasifik dan di Amerika Utara. Dengan meluasnya
penggunaan amfetamin, penting untuk mengidentifikasi dan memahami efek kesehatan yang
merugikan yang terkait dengan penggunaan narkoba dan mempertimbangkan risiko bagi
pengguna.
Amfetamin adalah stimulan yang bertindak dengan merangsang pelepasan
neurotransmiter katekolaminergik baik pada sistem saraf pusat maupun perifer.
Norepinephrine, juga dikenal sebagai noradrenalin, dan dopamin memodulasi denyut jantung
dan tekanan darah, dianggap sebagai mekanisme utama yang mendasari efek.
Kadar katekolamin yang tinggi diketahui bersifat kardiotoksik, menyebabkan vasokonstriksi
(penyempitan pembuluh darah), vasospasme (kontraksi pembuluh darah yang lama), denyut
jantung cepat (takikardi), dan tekanan darah tinggi (hipertensi). Sementara takikardi dan
tekanan darah tinggi dikaitkan dengan meningkatnya permintaan oksigen ke otot jantung,
vasokonstriksi dan vasospasme mengurangi suplai oksigen jantung. Terjadinya kondisi ini
disebabkan oleh jumlah katekolamin yang berlebih mempengaruhi keseimbangan pasokan
dan permintaan oksigen jantung sehingga efek keseluruhannya adalah pengurangan
ketersediaan oksigen ke jantung. Dengan tidak adanya pasokan oksigen yang cukup ke
jantung (suatu kondisi yang dikenal sebagai iskemia miokard), sel otot jantung akhirnya akan
mati.