Anda di halaman 1dari 63

Laporan Kasus

Epilepsi
Identitas Pasien
• Nama : Sdr. R
• Jenis Kelamin : Laki-laki
• Umur : 17 tahun
• Status Marital : Belum Menikah
• Suku : Jawa
• Agama : Islam
• Pekerjaan : Pelajar
• Alamat : Tanggul
• Tanggal Pemeriksaan : 27/5/2018
Anamnesa
• Keluhan Utama
Kontrol kejang berulang

• Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang untuk kontrol kejang. Pasien pertama kali mengalami
kejang saat usia 14 tahun dan terakhir mengalami kejang sekitar 2 bulan yang
lalu. Kejang yang dialami pasien berlangsung sekitar 15 menit. Pada saat pasien
kejang tangan pasien mengepal dan terguncang naik turun kaki pasien juga
terguncang naik turun secara bersamaan. Pandangan pasien terlihat kosong.
Pasien juga mengeluhkan sering mengalami nyeri kepala. Pasien menyatakan
bahwa kondisi tersebut sering muncul tiba-tiba. Menurut orang tua pasien, saat
akan kejang biasanya pasien berubah menjadi terlihat seperti orang
kebingungan. Setelah kejang, pasien tidak ingat apa yang telah terjadi.
Riwayat penyakit dahulu
- Pasien pertama kali kejang saat usia 14 tahun,
dan tidak pernah disertai demam

• Riwayat penyakit keluarga


menyangkal adanya keluarga yang menderita
epilepsi atau jenis riwayat penyakit kejang
lainnya
• Riwayat Pengobatan
Kutoin

• Keadaan Psikososial
Hubungan pasien dengan keluarga baik
Hubungan pasien dengan lingkungan sekitar
baik
Status Interna Singkat
• Keadaan Umum
– Keadaan Umum : Cukup
– Kesadaran : Compos mentis
– Tensi : 110/80 mmHg
– Nadi : 72x/m
– RR : 18x/m
– Suhu : 36,5 C
• Kepala
– Bentuk : normocephal
– Mata
• Sklera : ikterik (-)
• Konjungtiva : anemis (-)
• Telinga/Hidung : telinga : sekret (-) darah (-)
hidung : sekret (-) darah (-)
• Mulut : sianosis (-) ulkus (-)
• Lain-lain : dbn
• Leher
– Struma : tidak ditemukan
– Bendungan Vena : tidak ditemukan
– Lain-lain : dbn
• Thorax
– Jantung
• Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
• Palpasi : ictus cordis tidak teraba
• Auskultasi : S1S2 tunggal , e/g/m = -/-/-

– Paru-paru
• Inspeksi : simetris +/+, retraksi (-)
• Palpasi : gerak nafas simetris, fremitus raba +
normal/+ normal
• Perkusi : sonor +/+
• Auskultasi : Vesikuler +/+, Rhonki -/-, Wheezing -/-
• Lain-lain : dbn
• Abdomen
– Hepar : hepatomegali (-)
– Limpa : splenomegali (-)
– Lain-lain : dbn
• Ekstremitas
– Superior : akral hangat +/+, edema -/-
– Inferior : akral hangat +/+, edema -/-
Status Psikiatri Singkat
• Emosi dan Afek : euthimia
• Proses Berfikir
– Bentuk : realistik
– Arus : koheren
– Isi : waham (-)
• Kecerdasan : baik
• Pencerapan : baik
• Kemauan : baik
• Psikomotor : baik
• Ingatan : baik
Status Neurologik

• Keadaan Umum
– Kesadaran
• Kualitatif : compos mentis
• Kuantitatif : GCS 4-5-6
– Pembicaraan
• Disarthria : (-)
• Monoton : dbn
• Scanning : dbn
• Afasia : Motorik : +, Sensorik -, Amnestik/anomik -/-
Pemeriksaan Khusus
1. RANGSANGAN SELAPUT OTAK
•Kaku Kuduk :-
•Kernig :-
•Brudzinski I :-
•Brundzinski II :-
•Lassegue :-
2. SYARAF OTAK
• N.I KIRI KANAN
Hypo/anosmia dbn dbn
parosmia dbn dbn
halusinasi dbn dbn

KIRI KANAN
• N.II Visus Tdl Tdl
Yojana penglihatan Tdl Tdl

Melihat warna dbn dbn


N III, N IV, N VI

KIRI KANAN
Kedudukan bola mata sentral Sentral
Pergerakan bola mata
Ke nasal + +
Ke temporal atas + +
Ke bawah + +
Ke atas + +
Ke temporal bawah + +

Eksophthalmus Tidak ditemukan Tidak ditemukan


Celah mata (Ptosis) Tidak ditemukan Tidak ditemukan

Lagoftalmos - -
Pupil

KIRI KANAN

Bentuk Reguler (bulat) Reguler (bulat)

Lebar 3 mm 3 mm

Perbedaan lebar - -

Refleks cahaya langsung + +

Refleks cahaya konsensual + +


N. V

KIRI KANAN
Cabang motorik
Otot maseter dbn dbn
Otot temporal dbn dbn
Otot pterygoideus int/ext Dbn dbn

Cabang sensorik
I dbn dbn
II dbn dbn
III dbn dbn

Refleks kornea langsung + +


Refleks kornea konsensual + +
• N VII
– Waktu diam
• Kerutan dahi : simetris
• Tinggi alis : simetris
• Sudut mata : simetris
• Lipatan nasolabial : simetris
– Waktu gerak
• Mengerutkan dahi : simetris
• Menutup mata : simetris
• Mencucu/bersiul : simetris
• Memperlihatkan gigi : simetris
N VIII

KIRI KANAN

Vestibular
Vertigo - -
Nystagmus ke - -
Tinitus aureaum - -
Tes kalori Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Choclear
Weber Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Rinne Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Schwabach Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Tuli konduktif Tidak dilakukan Tidak dilakukan


Tuli perseptif Tidak dilakukan Tidak dilakukan
 N IX, X
◦ Bagian motorik
 Suara biasa/parau/tak bersuara : dbn
 Kedudukan arcus pharynx : dbn
 Kedudukan uvula : dbn
 Pergerakan arcus pharynx/uvula : dbn
 Detak jantung : 72 x/m
 Menelan : dbn
 Bising usus : dbn (15x/menit)

◦ Bagian sensorik
 Pengecapan 1/3 belakang lidah : dbn
• N.XI
KIRI KANAN

Mengangkat bahu + +

Memalingkan kepala + +

• N.XII
 Kedudukan lidah
- Waktu istirahat : simetris
- Waktu gerak : simetris
- Atrofi : tidak ada
- Fasikulasi/tremor : tidak ada
- Kekuatan lidah pada bagian dalam pipi : dbn
• EXTREMITAS

A. SUPERIOR
Inspeksi : dbn
Palpasi : dbn
Perkusi : miotonik -/-, mioedema ; -/-
–Motorik
 Kekuatan otot
 Lengan Kanan Kiri

- M. Deltoid (abduksi lengan atas) : +5 +5


- M. Biceps (flexi lengan bawah) : +5 +5

- M. Triceps (ekstensi lengan bawah) : +5 +5

- Flexi sendi pergelangan tangan : +5 +5

- Extensi sendi pergelangan tangan : +5 +5

- Membuka jari-jari tangan : +5 +5

- Menutup jari-jari tangan : +5 +5


 Tonus otot : Normal Normal
 Refleks fisiologis : BPR (+2) (+2)
TPR (+2) (+2)
 Refleks patologis : Hoffman : (-) (-)
Tromner : (-) (-)
Sensibilitas :
• Rasa suhu(panas/dingin) : dbn dbn
• Rasa raba ringan : dbn dbn
• Nyeri superfisial : dbn dbn
 Propioseptik
• - Rasa getar : dbn dbn
• - Rasa tekan : dbn dbn
• - Rasa nyeri tekan : dbn dbn
• - Rasa gerak & posisi : dbn dbn
 Enteroseptik
• - Referred pain : dbn dbn
 Rasa kombinasi : Kanan Kiri

- Stereognosis : tdl tdl


- Barognosis : tdl tdl
- Graphestesia : tdl tdl
- Sensory extinction : tdl tdl
- Loss of body image : tdl tdl
- Two point tactile discrimination : tdl tdl
• INFERIOR
Inspeksi : simetris, atrofi (-), hipertrofi (-), deformitas ( -)
Palpasi : nyeri tekan (-), konsistensi kenyal (+)
Perkusi : miotonik ; -/-, mioedema ; -/-
Kekuatan otot
• Tungkai
Kanan Kiri
• Flexi articulatio coxae (tungkai atas) : +5 +5
• Extensi articulatio coxae (tungkai atas) : +5 +5
• Flexi sendi lutut (tungkai bawah) : +5 +5
• Extensi sendi lutut (tungkai bawah) : +5 +5
• Flexi plantar kaki : +5 +5
• Extensi dorsal kaki : +5 +5
• Gerakan jari-jari : +5 +5
Kanan Kiri
 Tonus otot : Normal Normal
 Refleks fisiologis : KPR: (+) 2 (+) 2
APR: (+) 2 (+) 2
 Refleks patologis:
Babinsky : (-) (-)
Chaddok : (-) (-)
Openheim : (-) (-)
Gordon : (-) (-)
Gonda : (-) (-)
Scaeffer : (-) (-)
Sensibilitas :
• - Rasa suhu(panas/dingin) : dbn dbn
• - Rasa raba ringan : dbn dbn
• Nyeri superfisial : dbn dbn
 Propioseptik
• - Rasa getar : dbn dbn
• - Rasa tekan : dbn dbn
• - Rasa nyeri tekan : dbn dbn
• - Rasa gerak & posisi : dbn dbn
 Enteroseptik
• - Referred pain : dbn dbn
Rasa kombinasi Kiri Kanan
• - Stereognosis : tdl tdl
• - Barognosis : tdl tdl
• - Graphestesia : tdl tdl
• - Sensory extinction : tdl tdl
• - Loss of body image : tdl tdl
• - Two point tactile
discrimination : tdl tdl
• BADAN
Inspeksi : Atrofi (-), hipertrofi (-), deformitas
(-)
Palpasi
Otot perut : konsistensi kenyal, nyeri tekan (-)
Otot pinggang : konsistensi kenyal, nyeri tekan (-)
Kedudukan diafragma : Gerak : Simetris
Istirahat : Simetris
Perkusi : Timpani
Auskultasi :Bising usus normal 15x/menit
Motorik
Gerakan cervical vertebrae
-Fleksi : dbn
-Ekstensi : dbn
-Rotasi : dbn
-Lateral deviation : dbn
Gerakan dari tubuh
-Membungkuk : tidak ada
-Ekstensi : tidak ada
-Lateral deviation : tidak ada

Refleks-refleks
-Refleks dinding abdomen :(+)
-Refleks interskapula :(+)
-Refleks gluteal : Tdl
-Refleks cremaster : Tdl
-Refleks anal : Tdl
• GAIT DAN KESEIMBANGAN
Jari tangan – jari tangan : dbn
Jari tangan – hidung : dbn
Ibu jari kaki – jari tangan : tdl
Tapping dengan jari-jari tangan : tdl
Tapping dengan jari-jari kaki : tdl
Jalan di atas tumit : tdl
Jalan di atas jari kaki : tdl
Tandem walking : tdl
Jalan lurus lalu putar : tdl
Jalan mundur : tdl
Hopping : tdl
Berdiri dengan satu kaki : tdl
Romber test, jatuh ke : tdl
•FUNGSI LUHUR
Apraksia :-
Alexia :-
Agraphia :-
Acalculia :-
Finger agnosia :-
Membedakan kanan dan kiri : dbn

•REFLEKS PRIMITIF
Grasp refleks : (-)
Snout refleks : (-)
Sucking refleks : (-)
Palmo-mental refleks : (-)

•SISTEM VEGETATIF
Miksi : inkontinensia urin ( - ) retensio urin (-)
Defekasi : inkontinensia alvi ( - ) retensio alvi (-)
Sekresi keringat : dbn
RESUME
• Pasien laki-laki usia 17 tahun datang untuk kontrol epilepsi. Pasien
pertama kali mengalami kejang saat usia 14 tahun dan terakhir
mengalami kejang sekitar 2 bulan yang lalu. Kejang yang dialami
pasien berlangsung sekitar 15 menit. Pada saat pasien kejang tangan
pasien mengepal dan terguncang naik turun kaki pasien juga
terguncang naik turun secara bersamaan. Pandangan pasien terlihat
kosong. Pasien juga mengeluhkan sering mengalami nyeri kepala.
Pasien menyatakan bahwa kondisi tersebut sering muncul tiba-tiba.
Menurut orang tua pasien, saat akan kejang biasanya pasien berubah
menjadi terlihat seperti orang kebingungan. Setelah kejang, pasien
tidak ingat apa yang telah terjadi.

• RPD: Pasien pertama kali kejang saat usia 14 tahun, dan tidak
pernah disertai demam
 Status interna singkat
– Keadaan Umum : Cukup
– Kesadaran : Compos mentis
– Tensi : 110/80 mmHg
– Nadi : 72x/m
– RR : 18x/m
– Suhu : 36,5 C

Status Psikiatri : dalam batas normal


• Status Neurologis
1. GCS : 4 -5-6
2. Meningeal sign : KK (-), K (-), L (-), B1 (-), B2 (-)
3. N. Cranialis :
N.III : Pupil isokor, diameter 3mm/3mm, Reflek cahaya+/+
N. VII : diam/gerak : simetris / simetris
N. XII : diam /gerak : simetris / simetris
4. Motorik :KO TO
555 555 Normal Normal
555 555 Normal Normal
RF :BPR +2 +2 RP : H - -
TPR +2 +2 T - -
KPR +2 +2 B - -
APR +2 +2 C - -
O - -
G - -
G - -
S - -
5.Sensorik : dbn
6.Otonom : BAK (+) : Inkontinensia/Retensio uri (-)
BAB (+): Inkontinensia/Retensio alvi (-)
5.CV : dbn
Differential Diagnosis
• Status epileptikus
Pemeriksaan Penunjang
• EEG
DIAGNOSA

• Diagnosa Klinik : kejang tonik klonik


• Diagnosa Topis : Hemisfer cerebri
• Diagnosa Etiologis : general epilepsi
PENATALAKSANAAN
• Planning diagnostik : EEG, CT Scan kepala
• Planning Farmakologi : kutoin 100mg 2x1
PROGNOSIS

• Ad vitam : dubia ad bonam


•Ad sanationam : dubia ad bonam
•Ad fungtionam : dubia ad bonam
EPILEPSI
Definisi
o Epilepsi:
• Kelainan otak yang ditandai dengan kecendrungan
untuk menimbulkan bangkitan epileptic yang terus
menerus, dengan konsekuensi neurobiologis, kognitif,
psikologis, dan sosial.
• Definisi ini mensyaratkan terjadinya minimal 1 kali
bangkitan epileptic.

o Bangkitan epileptik:
• Terjadinya tanda/gejala yang bersifat sesaat akibat
aktivitas neuronal yang abnormal dan berlebihan di
otak.

Sumber: Perdossi, 2014


Epidemiologi
Prevalensi Insidensi mencapai 30-50
per 100.000 orang
Meningkat pada negara
berpenghasilan rendah
dan menengah
Insidensi tertinggi pada
usia anak-anak dini,
mencapai nadir pada usia
400-1000 per 100.000 orang
dewasa dini dan naik
kembali pada usia tua
Laki-laki sedikit lebih
tinggi daripada wanita

Sumber: Perdossi, 2014; WHO, 2018


Etiologi
• Penyebab tidak diketahui, umumnya predisposisi genetik
• 66% kasus epilepsi
Idiopatik • Ditandai dengan epilepsi general antara usia 3 tahun-pubertas

• Dianggap simptomatik namun penyebab belum diketahui, misalnya


sindrom west, sindrom lennox-gastaut dan epilepsi mioklonik
Kriptogenik • Gambaran klinik sesuai ensefalopati difus

• Disebabkan oleh lesi pada SSP


• Penyebabnya antara lain stroke (10,9%), ensefalopati (8%), trauma
kepala (5,5%), tumor otak (4,1), penyakit neurodegeneratif (3,5%),
Simptomatik dan infeksi (2%)

Sumber: Sealfon dkk., 2016 ; Perdossi, 2014


Patofisiologi
Klasifikasi Epilepsi ILAE 2017
Focal Aware
Focal Impaired Awareness
Focal to Bilateral Tonic-Clonic Seizures
Atonic Seizures
Behavior Arrest
Diagnosis
• Apakah kejang yang terjadi merupakan
epilepsi atau bukan
• Tentukan tipe epilepsi yang terjadi
• Cari penyebab/etiologi epilepsi
Anamnesis

• Gejala dan tanda sebelum,


selama, dan pascabangkitan • Terapi epilepsi sebelumnya dan
• Faktor pencetus respon terhadap OAE sebelumnya
• Usia awitan, durasi bangkitan, • Riwayat epilepsi dan penyakit lain
frekuensi bangkitan, interval
terpanjang antara bangkitan, dalam keluarga
kesadaran antara bangkitan. • Riwayat saat berada dalam
• Penyakit yang diderita kandungan, kelahiran, dan
sekarang, riwayat penyakit tumbuh kembang
neurologis psikiatrik maupun • Riwayat bangkitan neonatal/
sistemik yang mungkin
kejang demam
menjadi penyebab maupun
komorbiditas. • Riwayat trauma kepala, stroke,
infeksi susunan saraf pusat (SSP)
Pemeriksaan Klinis
• Pemeriksaan fisik umum
Untuk mencari tanda-tanda gangguan yang
berkaitan dengan epilepsi

• Pemeriksaan neurologis
- Paresis Todd
- Gangguan kesadaran pascaiktal
- Afasia pascaiktal
Pemeriksaan Penunjang
• EEG
– Indikasi
• Membantu penegakan diagnosis terutama pada
epilepsi idiopatik
• Menentukan prognosis pada kasus tertentu
• Pertimbangan penghentian obat anti epilepsi
• Membantu menentukan fokus epileptogenik
Pemeriksaan Penunjang
• Brain imaging
– CT Scan dan MRI dapat memperlihatkan struktur jaringan otak
– Indikasi:
• Pada kasus yang dicurigai disebabkan oleh sesuatu yang
dapat berubah, seperti tumor jinak
• Ditemukannya tanda lateralisasi pada EEG pasien dugaan
idiopatik
• Epilepsi dugaan simptomatik
• Persiapan operasi
• Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan darah dan urin dapat berguna untuk mengetahui
adanya gangguan metabolik penyebab kejang. Pemeriksaan likuor
dilakukan bila curiga radang otak
Terapi
• Nonmedikamentosa
– Menghindari faktor pencetus
– Stimulasi n. Vagus
– Deep brain stimulation
– Intervensi psikologis
• Medikamentosa
Tujuan:
– Menghentikan bangkitan
– Mengurangi frekuensi bangkitan
– Mencegah timbulnya efek samping
– Menurunkan angka kesakitan dan kematian
Prinsip Terapi Medikamentosa

OAE diberikan sedini mungkin setelah


diagnosis ditegakkan

Jelaskan tujuan pemberian obat serta efek


samping, jenis dan dosis OAE

Mulai dengan monoterapi sesuai jenis


bangkitan dan jenis sindrom epilepsi;
dimulai dari dosis rendah dan dinaikkan
bertahap sampai dosis efektif tercapai
Prinsip Terapi Medikamentosa

Bila gagal, evaluasi ketaatan pasien minum OAE dan


adanya faktor pencetus

Bila kedua faktor dapat disingkirkan,


pertimbangkan:
1. Ganti dengan OAE lini pertama baru
2. Terapi kombinasi dengan OAE lini kedua

Obat ketiga dapat dipertimbangkan bila terbukti


bangkitan tidak dapat diatasi dengan kedua OAE
pertama
Penghentian Terapi Medikamentosa
Dipertimbangkan sesudah 3 tahun bebas kejang
dengan syarat:
• Didiskusikan dengan pasien dan keluarga
• Dilakukan rekaman EEG ulang dan gambaran EEG
normal
• Dilakukan bertahap, pada umumnya 25% dari
dosis semula, setiap bulan dalam jangka waktu 3-
6 bulan
• Penghentian dimulai dari 1 OAE yang bukan
utama
Prognosis
• Angka mortalitas akibat epilepsi di negara berkembang
dilaporkan lebih tinggi dibandingkan negara maju.
• Di Laos dilaporkan case fatality rate mencapai 90,0 per
1000 orang pertahun. Angka mortalitas epilepsi pada
anak di Jepang dilaporkan 45 per 1000 orang pertahun.
Di Taiwan 9 per 1000 orang pertahun, dimana orang
dengan epilepsi memiliki resiko kematian 3 kali lebih
tinggi dibandingkan populasi normal. Insiden SUDEP
(Sudden Unexpected Death) mencapai 1,21/1000
pasien, wanita lebih tinggi dari laki-laki. Jenis bangkitan
dengan risiko SUDEP tertinggi adalah tonik klonik

Anda mungkin juga menyukai