SKRIPSI
Oleh :
Zahrotul Jannah
NIM G41130743
SKRIPSI
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains Terapan (S.ST)
Di Program Studi D-IV Rekam Medis
Jurusan Kesehatan
Oleh :
Zahrotul Jannah
NIM G41130743
i
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
Mengesahkan,
Ketua Jurusan Kesehatan
ii
HALAMAN PERSEMBAHAN
Dengan segala puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa dan atas
dukungan dan do’a dari orang-orang tercinta, akhirnya skripsi ini dapat
dirampungkan dengan baik dan tepat pada waktunya. Oleh karena itu, dengan rasa
bangga dan bahagia saya khaturkan rasa syukur dan terimakasih saya kepada:
1. Allah SWT, sampai saat ini aku masih sangat yakin dan percaya apa yang
terjadi pada diriku ini semua atas kehendak-Mu. Terima kasih Tuhan telah
Kau berikan kesempatan melewati suatu kehidupan dengan cara seperti
ini.
2. Bapak Edy Suyitno dan Ibu Sri Hoiriyah sebagai orang tua yang telah
memberikan dukungan moril maupun materi serta do’a yang tiada henti
untuk kesuksesan saya, karena tiada kata seindah lantunan do’a dan tiada
do’a yang paling khusyuk selain do’a yang terucap dari orang tua. Ucapan
terimakasih saja takkan pernah cukup untuk membalas kebaikan orang tua,
karena itu terimalah persembahan bakti dan cinta ku untuk kalian bapak
ibuku.
3. Ibu Faiqatul Hikmah. S.KM. M.Kes, selaku dosen pembimbing 1 dan Ibu
Vita Permatasari, ST, MT, selaku dosen pembimbing 2 saya yang selama
ini telah tulus dan ikhlas meluangkan waktunya untuk menuntun dan
mengarahkan saya, memberikan bimbingan dan pelajaran yang tiada
ternilai harganya, agar saya menjadi lebih baik lagi. Terima kasih banyak.
4. Dosen beserta para praktisi Rekam Medis Politeknik Negeri Jember yang
telah memberikan ilmunya kepada saya dan teman-teman seangkatan.
5. Adik yang senantiasa memberikan dukungan, semangat, dan do’anya
untuk keberhasilan ini.
6. Jaisyur Rahman Alfarisi yang selalu memberikan semangat, nasehat dan
do’a kepada saya.
iii
7. Teman-teman Rekam Medis angkatan 2013 : Cici, Mbak Mita, Bias,
Tewol, Ucup, Afif, Alung, Retno, Fadia, Paramitha, Nimas, Fara, mbak
R.Aj Rina, mbak Fresty dan semua teman-teman yang telah memberikan
semangat dan bantuannya, terima kasih.
8. Pimpinan Dinas Kesehatan Kabupaten Jember yang telah mengijinkan
saya dalam melakukan penelitian di Dinas Kesehatan Kabupaten Jember.
9. Kepada Ibu Diah sebagai Kepala Bidang Dinas Kesehatan Kabupaten
Jember dan Bapak Sultoni, serta semua pihak di Dinas Kesehatan
Kabupaten Jember yang telah membantu saya dalam memberikan
informasi dan data yang saya butuhkan dalam penelitian skripsi tersebut.
iv
HALAMAN MOTTO
“Allah SWT senantiasa mengajarkan kepada kita hikmah, dan hanya mereka yang
berilmu yang akan memahami makna dibalik setiap kegagalan dan kehilangan”
-Zahrotul Jannah-
If you don’t fight for what you want, don’t cry for what you lose”
-Taufiiqul Hakiim-
-William J.Siegel-
v
SURAT PERNYATAAN
Zahrotul Jannah
NIM. G41130743
vi
Spread of Leprosy Digital Mapping Website Based in Jember Year 2013-
2015, Zahrotul Jannah, Nim G41130743, Year 2017, Medical Records,
Polytechnic of Jember, Faiqatul Wisdom, S.KM, Kes (Supervisor 1), Vita
Permatasari, ST , MT (Supervisor 2)
Zahrotul Jannah
Study Program Medical Records
Health Programs
ABSTRACT
Leprosy is a chronic infectious disease that causes very complex problems caused
by infection with the bacteria Mycobacterium leprae (M.Leprae). Leprosy in
Jember ranks fourth in East Java. In 2013 the number of cases of leprosy as many
as 158 cases, 296 cases of 2014 and 2015 a total of 287 cases. Jember Regency
itself also has yet to reach the elimination of leprosy prevalence rate is still more
than 1 per 10,000 population. It is necessary for intensive monitoring to suppress
the incidence of leprosy. Monitoring can be done easily using the Digital Mapping
System Web-based deployment of leprosy in Jember. The mapping system using
Quantum GIS applications. This study aims to map the spread of leprosy-related
area Jember. This research was conducted in Jember District Health Office. This
type of research is qualitative. In this study, Quantum GIS is used to create digital
maps and MySQL as its database for storing data. Results from this study is a
digital map-based website that shows the incidence of leprosy in Jember. The
digital map display the details of which, the number of leprosy by district,
population density, temperature, humidity as well as the main indicator of leprosy.
The digital map is equipped with color gradation as an indicator of the high and
low cases of leprosy in each of the districts. Digital map-based website is
expected to be used as a reference Jember Health Office decision on the incidence
of leprosy and the public can find out the spread and prevention as early as
possible.
vii
Pemetaan Digital Penyebaran Penyakit Kusta Berbasis Website di Kabupaten
Jember Tahun 2013-2015, Zahrotul Jannah, Nim G41130743, Tahun 2017,
Rekam Medik, Politeknik Negeri Jember, Faiqatul Hikmah, S.KM, M.Kes
(Pembimbing 1), Vita Permatasari, ST. MT (Pembimbing 2)
Zahrotul Jannah
Program Studi Rekam Medik
Jurusan Kesehatan
ABSTRAK
viii
RINGKASAN
ix
penderita Kusta tidak hanya mempengaruhi kondisi kesehatan, namun juga
mempengaruhi keadaan ekonomi dan sosial, misalnya stigma yang muncul di
masyarakat diakibatkan pola pikir masyarakat yang salah.
Sistem Informasi Geografis merupakan sistem berbasis komputer yang
digunakan untuk memproses, menyusun, menyimpan, memanipulasi, dan
menyajikan data spasial. Adapun cara untuk memberikan gambaran informasi
yaitu dalam bentuk pemetaan dengan menggunakan Quantum GIS.
Penelitian ini bertujuan untuk memetakan secara digital sebaran penyakit
Kusta per wilayah di Kabupaten Jember. Jenis penelitian yang digunakan peneliti
adalah jenis penelitian kualitatif.
Hasil dari penelitian ini adalah peta digital persebaran penyakit Kusta
berbasis website di Kabupaten Jember. Peta digital ini dilengkapi warna yang
dapat mendefinisikan jumlah kejadian Kusta dilihat dari angka prevalensinya di
tiap wilayah pada Kabupaten Jember. Tidak hanya itu, peta digital juga dapat
menampilkan keterangan di tiap kecamatan, sehingga dapat diketahui karakteristik
dari suatu daerah tersebut.
Diharapkan peta digital penyebaran penyakit Kusta berbasis website dapat
membantu petugas Dinas Kesehatan Kabupaten Jember untuk mengetahui
penyebaran penyakit Kusta dan menentukan wilayah prioritas pelaksanaan
program antisipasi dan penanggulangan penyakit Kusta di Kabupaten Jember,
sehingga dapat mengurangi jumlah penderita Kusta, penyakit Kusta dapat segera
diketahui persebarannya, dan upaya pencegahan penularan dapat dilakukan sedini
mungkin. Serta dapat memberikan pengetahuan bagi masyarakat tentang penyakit
Kusta itu sendiri, sehingga masyarakat dapat mengetahui gejala-gejala awal Kusta
dan bisa melakukan pencegahan secara dini.
x
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan
karunia-Nya, maka penulis karya tulis ilmiah berjudul Pemetaan Digital
Penyebaran Penyakit Kusta Berbasis Website di Kabupaten Jember Tahun 2013-
2015 dapat diselesaikan dengan baik.
Tulisan ini adalah laporan hasil penelitian yang dilaksanakan mulai bulan
Maret 2016-Januari 2017, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains Terapan Kesehatan (S.Tr.Kes) di Program Studi Rekam Medik
Jurusan Kesehatan.
Penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Direktur Politeknik Negeri Jember Bapak Ir.Nanang Dwi Wahyono, MM
2. Ketua Jurusan Kesehatan Ibu Sustin Farlinda,S.Kom, M.T.
3. Ketua Program Studi Rekam Medik Ibu Faiqatul Hikmah, S.KM, M.Kes
4. Ibu Faiqatul Hikmah, S.KM, M.Kes selaku pembimbing 1
5. Ibu Vita Permatasari, ST.,MT selaku pembimbing 2
6. Staf dan karyawan di Dinas Kesehatan Kabupaten Jember yang telah
membantu dalam memberikan data dan informasi yang dibutuhkan
7. Teman-teman Rekam Medik angkatan 2013 yang telah memberikan
motivasi selama proses pengerjaan skripsi ini.
Laporan karya tulis ilmiah ini masih kurang sempurna, mengharapkan
kritik dan saran yang sifatnya membangun guna perbaiki di masa mendatang.
Semoga tulisan ini bermanfaat.
Jember, 2017
Penulis
xi
PERNYATAAN
PERSETUJUAN PUBLIKASI
KARYA TULIS ILMIAH UNTUK
KEPENTINGAN AKADEMIS
Dibuat di : Jember
Pada Tanggal : 23 Agustus 2017
Yang menyatakan,
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN................................................................... ii
MOTTO ..................................................................................................... v
RINGKASAN ............................................................................................ ix
PRAKATA ................................................................................................. xi
xiii
1.4.2 Manfaat Bagi Dinas Kesehatan Jember ............................ 6
1.4.3 Manfaat Bagi Politeknik Negeri Jember ........................... 6
xiv
2.7 Sistem Informasi Geografis........................................................ 31
2.7.1 Sistem .................................................................................... 31
2.7.2 Informasi............................................................................... 31
2.7.3 Sistem Informasi .................................................................. 31
2.7.4 Sistem Informasi Geografis................................................. 32
2.7.5 Sistem Informasi Geografis Bidang Kesehatan ................ 33
2.8 Quantum GIS ............................................................................... 33
2.9 Web GIS........................................................................................ 35
2.10 HTML .......................................................................................... 35
2.11 PHP............................................................................................... 35
2.12 CSS ............................................................................................... 36
2.13 Javascript..................................................................................... 36
2.14 XAMPP ........................................................................................ 36
2.15 Flowchart ..................................................................................... 36
2.16 Data Flow Diagram ..................................................................... 38
2.17 Entity Relationship Diagram ....................................................... 39
2.18 Diagram Waterfall....................................................................... 40
2.19 Pengujian Sistem......................................................................... 40
2.19.1 Pengujian Sistem Black-Box............................................. 40
2.19.2 Pengujian Sistem White-Box............................................. 41
2.20 Kerangka Konsep........................................................................ 41
2.20.1 Input.................................................................................... 42
2.20.2 Proses .................................................................................. 42
2.20.3 Output................................................................................. 42
xv
3.3.4 Brainstorming .................................................................... 44
3.4 Instrumen Penelitian .................................................................. 45
3.5 Alat dan Bahan............................................................................ 45
3.5.1 Alat...................................................................................... 45
3.5.2 Bahan .................................................................................. 46
3.6 Definisi Operasional.................................................................... 46
3.7 Tahapan Penelitian ..................................................................... 48
3.8 Gambaran Sistem........................................................................ 52
xvi
4.7 Mendeskripsikan Jumlah Kasus Kusta di Kabupaten Jember
Tahun 2013-2015 berdasarkan Tingkat Suhu.......................... 99
4.8 Mendeskripsikan Jumlah Kasus Kusta di Kabupaten Jember
Tahun 2013-2015 berdasarkan Kelembaban Udara ............... 100
4.9 Kelemahan Penelitian ................................................................. 105
LAMPIRAN............................................................................................... 111
xvii
DAFTAR TABEL
Halaman
1.1 Data Penderita Kusta Tahun 2013-2015 ....................................................2
4.4 Daftar Menu dan Sub-Menu pada Tampilan Awal Setelah Log in..........84
xviii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
2.1 Mata Rantai Penularan Penyakit Kusta.....................................................12
4.5 ERD...........................................................................................................64
xix
4.11 Informasi Kusta Pada Submenu Kusta & Klasifikasi .............................75
xx
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
5. Hasil Brainstorming..................................................................................126
9. Dokumentasi .............................................................................................138
xxi
DAFTAR SINGKATAN
Singkatan Keterangan
BTA : Bakteri Tahan Asam
CDR : Case Detection Rate
DFD : Data Flow Diagram
Dinkes : Dinas Kesehatan
ERD : Entity Relationship Diagram
KLB : Kejadian Luar Biasa
MB : Multi Basiller
MDT : Multi Drug Therapy
PB : Pausi Basiller
PR : Prevalensi Rate
SIG : Sistem Informasi Geografis
RSU : Rumah Sakit Umum
QGIS : Quantum Geography Information System
xxi
BAB 1. PENDAHULUAN
7
8
bisa diamati dari luar. Bila tidak ditangani, kusta dapat sangat progresif
menyebabkan kerusakan pada kulit, saraf, anggota gerak, dan mata (Pusat Data
dan Informasi Kemenkes RI).
2.3.2 Penyebab
Penyakit Kusta disebabkan oleh bakteri yang bernama Mycobacterium
Leprae. Dimana Mycobacterium ini adalah kuman aerob, tidak membentuk spora,
berbentuk batang, dikelilingi oleh membran sel lilin yang merupakan ciri dari
spesies Mycobacterium, berukuran panjang 1-8 micro, lebar 0,2-0,5 micro,
biasanya berkelompok dan ada yang tersebar satu-satu, hidup dalam sel dan
bersifat tahan asam (BTA) atau gram positif, tidak mudah diwarnai namun jika
diwarnai akan tahan terhadap dekolorisasi oleh asam atau alkohol sehingga
dinamakan sebagai basil “tahan asam”. Mycobacterium Leprae belum dapat
dikultur pada laboratorium. Kuman ini menular kepada manusia melalui kontak
langsung dengan penderita (keduanya harus ada lesi baik mikroskopis maupun
makroskopis, dan adanya kontak yang lama dan berulang-ulang) dan melalui
pernapasan, bakteri Kusta ini mengalami proses perkembangbiakan dalam waktu
2-3 minggu, pertahanan bakteri ini dalam tubuh manusia mampu bertahan 9 hari
di luar tubuh manusia, kemudian kuman membelah dalam jangka 14-21 hari
dengan masa inkubasi rata-rata 2 hingga 5 tahun bahkan juga dapat memakan
waktu lebih dari 5 tahun. Setelah 5 tahun, tanda-tanda seseorang menderita
penyakit Kusta mulai muncul, antara lain : kulit mengalami bercak putih, merah,
rasa kesemutan bagian anggota tubuh hingga tidak berfungsi sebagaimana
mestinya. Penatalaksanaan kasus yang buruk dapat menyebabkan Kusta menjadi
progresif, menyebabkan kerusakan permanen pada kulit, saraf, anggota gerak, dan
mata (Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI).
banyak ditemukan di mukosa hidung manusia. Telah terbukti bahwa saluran nafas
bagian atas dari pasien tipe Lepromatosa merupakan sumber kuman (Kemenkes
RI Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, 2012).
- Vaksinasi Pengobatan
Menjadi sakit dan MDT
- Kemoprofilaksis
tubuh mereka
(Masih dalam
pengembangan) menjadi tempat
perkembangan
Tuan rumah Kasus
Mycobacterium
/ host : yang Kusta
kekebalannya menjadi
kurang sumber
Cara
Cara masuk
Cara penularan keluar :
ke host : dari
saluran nafas. utama : Melalui dari
percikan droplet saluran
d. Lepromatosa (L)
2. Klasifikasi untuk kepentingan riset : Klasifikasi Ridley-Jopling (1962)
a. Tuberkuloid (TT)
b. Boderline tuberculoid (BT)
c. Mid-borderline (BB)
d. Borderline lepromatous (BL)
e. Lepromatosa (LL)
3. Klasifikasi untuk kepentingan program Kusta : Klasifikasi WHO (1981) dan
modifikasi WHO (1988)
a. Pausibasilar (PB)
Hanya Kusta tipe I, TT dan sebagian besar BT dengan BTA negatif
menurut kriteria Ridley dan Jopling atau tipe I dan T menurut klasifikasi
Madrid.
b. Multibasilar (MB)
Termasuk Kusta tipe LL, BL, BB dan sebagian BT menurut kriteria
Ridley dan Jopling atau B dan L menurut Madrid dan semua tipe Kusta
dengan BTA positif.
2.3.7 Patogenesis
Mycobacterium Leprae merupakan parasit obligat intraselular yang
terutama terdapat pada sel makrofag di sekitar pembuluh darah superfisial pada
dermis atau sel Schwann di jaringan saraf. Bila kuman Mycobacterium Leprae
masuk ke dalam tubuh, maka tubuh akan bereaksi mengeluarkan makrofag
(berasal dari sel monosit darah, sel mononuklear, histosit) untuk memfagositnya.
Pada Kusta tipe LL terjadi kelumpuhan sistem imunitas selular, dengan
demikian makrofag tidak mampu menghancurkan kuman, sehingga kuman dapat
bermultiplikasi dengan bebas, yang kemudian dapat merusak jaringan. Pada Kusta
tipe TT kemampuan fungsi sistem imunitas selular tinggi, sehingga makrofag
sanggup menghancurkan kuman. Sayangnya setelah semua kuman di fagositosis,
makrofag akan berubah menjadi sel epiteloid yang tidak bergerak aktif dan
kadang-kadang bersatu membentuk sel datia Langhans. Bila infeksi ini tidak
segera diatasi akan terjadi reaksi berlebihan dan masa epiteloid akan
menimbulkan kerusakan saraf dan jaringan di sekitarnya.
Sel Schwann merupakan sel target untuk pertumbuhan Mycobacterium
Leprae, di samping itu sel Schwann berfungsi sebagai demielinisasi dan hanya
sedikit fungsinya sebagai fagositosis. Jadi, bila terjadi gangguan imunitas tubuh
dalam sel Schwann, kuman dapat bermigrasi dan beraktivasi. Akibatnya aktivitas
regenerasi saraf berkurang dan terjadi kerusakan saraf yang progresif (FKUI,
2013).
15
2.3.8 Diagnosis
Penyakit Kusta dapat menunjukkan gejala yang mirip dengan banyak
penyakit lain. Sebaliknya banyak penyakit lain dapat menunjukkan gejala yang
mirip dengan penyakit Kusta. Oleh karena itu dibutuhkan kemampuan untuk
mendiagnosis penyakit Kusta secara tepat dan membedakannya dengan berbagai
penyakit yang lain agar tidak membuat kesalahan yang merugikan pasien.
Diagnosis penyakit Kusta didasarkan pada penemuan tanda kardinal (tanda
utama), yaitu :
1. Bercak kulit yang mati rasa
Bercak hipopigmentasi atau eritematosa, mendatar (makula) atau meninggi
(plak). Mati rasa pada bercak bersifat total atau sebagian saja terhadap rasa raba,
rasa suhu, dan rasa nyeri.
2. Penebalan saraf tepi
Dapat disertai rasa nyeri dan dapat juga disertai atau tanpa gangguan fungsi
saraf yang terkena, yaitu :
a. Gangguan fungsi sensoris : mati rasa
b. Gangguan fungsi motoris : paresis atau paralisis
c. Gangguan fungsi otonom : kulit kering, edema, pertumbuhan rambut
yang terganggu.
3. Ditemukan kuman tahan asam
Bahan pemeriksaan adalah hapusan kulit cuping telinga dan lesi kulit pada
bagian yang aktif. Kadang-kadang bahan diperoleh dari biopsi kulit atau saraf.
Untuk menegakkan diagnosis penyakit Kusta, paling sedikit harus
ditemukan satu tanda kardinal. Bila tidak atau belum dapat ditemukan, maka kita
hanya dapat mengatakan tersangka Kusta dan pasien perlu diamati dan diperiksa
ulang setelah 3-6 bulan sampai diagnosis Kusta dapat ditegakkan atau
disingkirkan (FKUI, 2013).
2.3.9 Kecacatan
Menurut International Classification of Function Disability and Health
(ICF), kecacatan adalah istilah yang dipakai untuk mencakup 3 aspek yaitu :
16
2.3.11 Pemeriksaan
A. Anamnesis
a. Keluhan pasien
b. Riwayat kontak dengan pasien
c. Latar belakang keluarga, misalnya keadaan sosial ekonomi (FKUI,2013).
B. Inspeksi
Dengan penerangan yang baik, lesi kulit harus diperhatikan dan juga
kerusakan kulit (FKUI, 2013).
C. Palpasi
1. Kelainan kulit : nodus, infiltrat, jaringan parut, ulkus, khususnya pada
tangan dan kaki.
2. Kelainan saraf : Pemeriksaan saraf, termasuk meraba dengan teliti pada
N.Aurikularis magnus, N.Ulnaris dan N.Peroneus. Petugas harus mencatat
adanya nyeri tekan dan penebalan saraf. Harus diperhatikan raut wajah
pasien, apakah kesakitan atau tidak pada waktu saraf diaraba. Pemeriksaan
saraf harus sistematis, meraba atau palpasi sedemikian rupa jangan sampai
menyakiti.
20
2. Tes Otonom
Berdasarkan adanya gangguan berkeringat di makula anestesi pada
penyakit Kusta, pemeriksaan lesi kulit dapat dilengkapi dengan tes anhidrosis.
a. Tes dengan pensil tinta (tes Gunawan)
Pensil tinta digariskan mulai dari bagian tengah lesi yang dicurigai terus
sampai ke daerah kulit normal.
b. Tes pilocarpin
Daerah kulit pada makula dan perbatasannya disuntik dengan pilocarpin
subkutan. Setelah beberapa menit tampak daerah kulit normal berkeringat,
sedankan daerah lesi tetap kering.
3. Tes Motoris : Voluntary muscle test (VMT) (FKUI, 2013).
E. Pemeriksaan Bakteriologis
Slit skin smear atau skin smear atau kerokan jaringan kulit adalah
pemeriksaan sediaan yang diperoleh lewat irisan dan kerokan kecil pada kulit
yang kemudian diberi pewarnaan tahan asam untuk melihat Mycobacterium
Leprae. Pemeriksaan ini beberapa tahun terakhir tidak diwajibkan dalam program
Nasional. Namun demikian menurut penelitian, pemeriksaan skin smear banyak
berguna untuk mempercepat penegakan diagnosis, karena sekitar 7-10% pasien
yang datang dengan lesi Pausi Basillar (PB), merupakan pasien Multi Basillar
(MB) yang dini.
Pada pasien yang meragukan harus dilakukan pemeriksaan kerokan
jaringan kulit. Pemeriksaan ini dilakukan oleh petugas terlatih. Karena cara
pewarnaan yang sama dengan pemeriksaan TBC, maka pemeriksaan dapat
dilakukan di Puskesmas Rujukan Mikroskopis (PRM) yang memiliki tenaga serta
fasilitas untuk pemeriksaan BTA (Kementerian Kesehatan RI Direktorat Jenderal
PP dan PL, 2012).
F. Pemeriksaan Histopatologis
Diagnosis penyakit Kusta biasanya dapat dibuat berdasarkan pemeriksaan
klinis secara teliti dan pemeriksaan bakterioskopis. Pada sebagian kecil kasus,
bilamana diagnosis masih meragukan, pemeriksaan histopatologis dapat
membantu. Pemeriksaan histopatologis digunkan untuk menegakkan diagnosis
22
2.3.12 Pengobatan
Melalui pengobatan, penderita diberikan obat-obat yang dapat membunuh
kuman Kusta, dengan demikian pengobatan akan bertujuan :
1. Memutuskan mata rantai penularan
2. Mencegah resistensi obat
3. Memperpendek masa pengobatan
4. Meningkatkan keteraturan berobat
5. Mencegah terjadinya cacat atau mencegah bertambahnya cacat yang sudah
ada sebelum pengobatan.
Dengan matinya kuman maka sumber penularan dari pasien, terutama tipe
Multi Basiller (MB) ke orang lain terputus. Cacat yang sudah terjadi sebelum
pengobatan tidak dapat diperbaiki dengan MDT.
Bila pasien Kusta tidak minum obat secara teratur, maka kuman Kusta
dapat menjadi resisten/kebal terhadap MDT, sehingga gejala penyakit menetap,
bahkan memburuk. Gejala baru dapat timbul pada kulit dan saraf (Kementerian
Kesehatan Direktorat Jenderal PP dan PL, 2012).
A. Regimen Pengobatan MDT
Multi Drug Therapy (MDT) adalah kombinasi dua atau lebih obat
antikusta, salah satunya rifampisin sebagai antikusta yang bersifat bakterisidal
kuat, sedangkan obat antikusta lain bersifat bakteriostatik (FKUI, 2013).
Berikut ini merupakan kelompok orang yang membutuhkan MDT :
1. Pasien yang baru didiagnosis Kusta dan belum pernah mendapat MDT
2. Pasien ulangan, yaitu pasien yang mengalami hal-hal di bawah ini :
a. Relaps
b. Masuk kembali setelah default (dapat Pausi Basillar maupun Multi
Basillar)
23
kelangsungan hidup sel bakteri. Kelembaban juga merupakan sarana yang baik
untuk pertumbuhan mikroorganisme, termasuk kuman tuberculosis dan kusta
(leprae) sehingga viabilitas lebih lama (Suardi, 2012).
b. Kepadatan Penduduk
Kepadatan penduduk adalah banyaknya orang yang mendiami suatu
wilayah dalam 1 km . Kepadatan penduduk di Indonesia setiap pulau dan
propinsi tidak sama. Semakin tinggi tingkat kepadatan penduduk semakin banyak
masalah kesehatan yang ditimbulkan mulai dari sarana air bersih, pembuangan,
limbah dan polusi udara (Winarsih,2010). Daerah yang kumuh dengan jumlah
penduduk yang padat dan kondisi lingkungan yang tidak sehat menyebabkan
bakteri Mycobacterium Leprae dengan mudah berkembang dan menular sehingga
akan mempercepat penyebaran penyakit Kusta (Rachmawati, 2014).
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kepadatan penduduk dapat
berpengaruh terhadap persebaran penyakit Kusta dan dapat menimbulkan banyak
masalah kesehatan yang ditimbulkan seperti sarana air bersih, pembuangan
limbah dan lain-lain.
c. Suhu
Ketentuan kualitas udara di dalam ruangan khususnya suhu udara nyaman
apabila berkisar sampai . Kuman Mycobacterium Leprae sebagai
penyebab penyakit Kusta merupakan kuman yang dapat hidup dengan baik di
daerah tropis dengan suhu . Maka jika suhu di suatu ruangan tidak
memenuhi suhu normal , maka tempat tersebut berpotensi untuk
menularkan penyakit menular, seperti Kusta (Yuniarasari, 2013).
Berdasarkan teori diatas dapat disimpulkan bahwa kuman Kusta dapat
tumbuh pada daerah tropis dengan suhu . Pada suhu tersebut kuman
Kusta dapat hidup dan berkembang dengan baik.
27
2.6 Peta
2.6.1 Pengertian Peta
Menurut PP Nomor 10 Tahun 2000 peta didefinisikan sebagai gambaran
dari unsur-unsur alam maupun buatan manusia yang berada di atas maupun di
bawah permukaan bumi yang digambarkan pada suatu bidang datar dengan skala
tertentu (Indarto, 2010).
Peta digital dapat menyimpan informasi yang lebih banyak daripada peta
analog (peta kertas) untuk suatu cakupan luas tertentu. Pengguna pada awalnya
mungkin kesulitan untuk mengidentifikasi informasi apa sebenarnya yang
31
terkandung dalam suatu peta digital. Informasi yang dapat dimuat dalam suatu
peta digital, meliputi :
a. Informasi Geografis (Geographic information), yang menyatakan posisi dan
bentuk suatu fitur geografis tertentu.
b. Informasi atribut (Attribute information), yang memuat informasi non-
geografis sebagai pelengkap fitur-fitur yang digambarkan dalam informasi
geografis.
c. Informasi display (Display information), yang menyatakan bagaimana suatu
fitur akan ditampilkan di dalam layar (Indarto, 2010).
2.7.2 Informasi
Informasi menyandang arti manfaat, bila kita bisa memanfaatkannya.
Informasi mengandung makna usaha, untuk mendapatkannya, memahaminya,
menggunakannya, menyebarkannya, menyimpannya, dan memadukannya dengan
informasi lain menjadi suatu bentuk informasi baru (ITB, 2002).
MANIPULAS
I DATA
PENGOLAH
AN DATA
Gambar 2.3 Subsistem Sistem Informasi Geografis (Prahasta, 2002)
Subsistem ini berfungsi mengumpulkan data spasial dan data atribut serta
bertanggung jawab mentransformasikan format data asli ke dalam format yang
dapat digunakan untuk Sistem Informasi Geografis.
b. Data Management
Subsistem ini mengorganisasikan data spasial dan data atribut ke dalam
sebuah basis data sedemikian rupa sehingga mudah dipanggil, diupdate, dan
diedit.
33
mengelola, mengubah, menganalisa data, dan menulis peta yang dapat dicetak
( Hendriana dkk, 2013 ). Berikut kelebihan QGIS dibandingkan dengan ArcGIS :
a. Dapat Membuka Banyak Jenis Data Spasial
QGIS memiliki Bahasa pemprograman yang memungkinkan dia membuka
banyak jenis data spasial dari sumber manapun. Hal ini tentu saja memudahkan
kita ketika ingin membuka data-data yang kurang familiar dan tidak dapat dibuka
di ArcGIS. Selain itu, menghemat waktu kita dalam melakukan konversi jenis
data tersebut.
b. Tampilan QGIS Simpel dan User Friendly
Untuk para pengguna baru atau biasa dikatakan newbie, tampilan muka
(interface) memang sangat penting. Kesan pertama agar kita bisa menyukai suatu
software adalah salah satunya apakah dapat mudah digunakan dan jelas. QGIS
memiliki pilihan „add data‟ sesuai dengan jenis data yang ingin kita pilih, seperti
vektor, raster, dll.
c. Lisensi dan OpenSource
Inilah yang menjadi kekuatan utama dari QGIS. Dengan sifatnya yang
open source, QGIS dapat digunakan oleh siapa saja tanpa harus melanggar aturan
atau dalam bahasa lainnya membajak software tersebut. Untuk menggunakan
QGIS kita cukup download dan install. Tidak diperlukan keterampilan untuk hack
atau crack seperti yang (mungkin) kita lakukan saat menginstal software yang
memiliki lisensi berbayar seperti ArcGIS. Selain itu, kita dapat menggunakan
seluruh alat dan plugin yang ada di QGIS secara gratis dan tidak perlu
mengeluarkan biaya tambahan.
d. GeoCoding dan Alat Data Konversi di QGIS Gratis
Proses GeoCoding adalah memberikan koordinat ataupun nilai X,Y
terhadap nama jalan di peta kita. Di QGIS kita dapat menggunakan 2 plugin untuk
melakukan GeoCoding yaitu MMQGIS Plugin dan Geo Code Plugin dan semua
plugin itu gratis untuk digunakan. Hal ini berbeda dengan proses GeoCoding di
ArcGIS dimana jika kita ingin melakukan GeoCoding kita harus membayar untuk
dapat menggunakan ArcGIS online GeoCoding Service. Begitu juga jika kita
35
2.9 WebGIS
WebGIS (Web-based GIS) yaitu Sistem Informasi Geografis yang
terdistribusi pada jaringan komputer untuk mengintegrasikan dan
menyebarluaskan informasi geografis pada World Wide Web. WebGIS dengan
kata lain adalah sebuah web mapping yang berbasis Sistem Informasi Geografis
yang memanfaatkan media internet untuk pemetaan.
WebGIS memiliki tujuan dan manfaat. Salah satu tujuan WebGIS adalah
untuk mengembangkan peta digital untuk memudahkan mendapatkan suatu
informasi, pencarian data yang berkaitan dengan geografis berbasis web. Manfaat
yang didapat dari WebGIS yaitu menyediakan peta atau informasi yang tersusun
rapi, akurat, mudah dibaca dan mudah untuk menggunakan baik berupa data
maupun peta skematik berbasis web (Putu Kurniawan.A.K, 2014).
2.10 HTML
HTML (Hyper Text Markup Language) sebenarnya bukan sebuah bahasa
pemrograman, karena HTML adalah bahasa mark up. HTML digunakan untuk
mark up (penanda) terhadap suatu dokumen teks. Simbol mark up yang digunakan
oleh HTML ditandai dengan tanda lebih kecil (<) dan tanda lebih besar (>)
(Binarso dkk, 2012).
2.11 PHP
2.12 CSS
CSS (Cascading Style Sheet) adalah stylesheet language yang digunakan
untuk mendeskripsikan penyajian dari dokumen yang dibuat dalam mark up
language. CSS merupakan sebuah dokumen yang berguna untuk melakukan
pengaturan pada komponen halaman web, inti dari dokumen ini adalah
memformat halaman web standar menjadi bentuk web yang memiliki kualitas
yang lebih indah dan menarik (Binarso dkk, 2012).
2.13 Javascript
Javascript adalah bahasa yang berbentuk kumpulan skrip yang fungsinya
digunakan untuk menambahkan interaksi antara halaman web dengan pengunjung
halaman web. Javascript dijalankan pada sisi klien yang akan memberikan
kemampuan fitur-fitur tambahan halaman web yang lebih baik dibandingkan fitur-
fitur yang terdapat pada HTML (Binarso dkk, 2012).
2.14 XAMPP
2.15 Flowchart
Notasi Keterangan
Proses atau fungsi atau prosedur
Simbol Deskripsi
Entitas Entitas merupakan data inti yang akan disimpan;
bakal tabel pada basis data; benda yang memiliki
data harus disimpan datanya agar dapat diakses
oleh aplikasi komputer; penamaan entitas
biasanya lebih ke kata benda dan belum
merupakan nama tabel.
Atribut Field atau kolom data yang butuh disimpan dalam
suatu entitas
Atribut Kunci Primer Field atau kolom data yang butuh disimpan dalam
suatu entitas dan digunakan sebagai kunci akses
record yang diinginkan; biasanya berupa id; kunci
primer dapat lebih dari 1 kolom, asalkan
kombinasi dari beberapa kolom tersebut dapat
bersifat unik.
Atribut Multivalue Field atau kolom data yang butuh disimpan dalam
suatu entitas yang dapat memiliki nilai lebih dari
satu.
Sistem/Rekayasa
informasi
Analisis Desain Pengkodean Pengujian
2. TIDAK DITELITI
2.20.1 Input
2.20.2 Proses
Proses dalam aplikasi untuk pembuatan peta digital penyakit Kusta
berbasis web di Kabupaten Jember ini antara lain :
1. Menerjemahkan rancangan sistem ke dalam program yang terdiri dari 2
tahap yaitu :
a. Desain, yaitu proses penggambaran, perancangan dan pembuatan
pemetaan digital penyebaran penyakit Kusta di Kabupaten Jember.
b. Koding, yaitu pembuatan program dengan menggunakan kode script.
Dalam hal ini pembuatan program menggunakan bahasa pemrograman
PHP, Javascript, CSS, HTML, databasenya adalah MySQL, aplikasi
XAMPP, Notepad ++ untuk proses pembuatan coding, selanjutnya
integrasi basis data dengan Quantum GIS untuk menampilkan peta.
c. Testing/Pengujian, yaitu pengujian program aplikasi yang telah dibuat
untuk mengetahui kesalahan dan kekurangan yang selanjutnya dilakukan
evaluasi.
d. Perawatan, yaitu pemeliharaan program yang telah dibuat, dan apabila
ditemukan kesalahan dan kecacatan dapat langsung diperbaiki. Namun
dalam penelitian ini maintenance tidak dilakukan karena keterbatasan
waktu.
2.20.3 Output
Output atau hasil dari aplikasi untuk pemetaan digital penyebaran penyakit
Kusta berbasis website di Kabupaten Jember tahun 2013-2015 ini adalah
menghasilkan sebuah aplikasi yang dapat membantu petugas Dinas Kesehatan
Jember untuk melakukan pencegahan secara dini terhadap penyakit Kusta di
43
44
45
ditanggapi oleh peserta lain, tetapi untuk brainstorming pendapat orang lain tidak
untuk ditanggapi.
B. Perangkat Lunak
Perangkat lunak (software) yang digunakan terdiri dari :
a. Database : MySQL, Aplikasi XAMPP
b. Editor : Notepad ++
c. Bahasa Pemrograman : CSS, PHP, HTML, Javascript
d. Tampilan peta : Quantum GIS
e. Browser : UC Browser
f. Analisis : Microsoft Excel 2010, Microsoft Word 2010
3.5.2 Bahan
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Menentukan Variabel
Instrumen Penelitian :
Pedoman Wawancara,
Observasi, dan
Dokumentasi
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
i. Analisis Kebutuhan
Proses pengumpulan kebutuhan dilakukan secara intensif untuk
menspesifikasikan kebutuhan perangkat lunak agar dapat dipahami
perangkat lunak seperti apa yang dibutuhkan oleh user. Spesifikasi
kebutuhan perangkat lunak pada tahap ini perlu untuk didokumentasikan.
j. Desain Sistem
Tahap ini mentranslasi kebutuhan perangkat lunak dari tahap analisis
kebutuhan ke representasi desain agar dapat diimplementasikan menjadi
program pada tahap selanjutnya. Desain perangkat lunak yang dihasilkan
pada tahap ini juga perlu didokumentasikan.
k. Pengkodean
Usia
Peta Jumlah
Penyebaran Penderita
Jenis Kelamin
Penyakit Kusta
Website Kusta
Penyebaran Indikator Prevalency
Rate, Case
Penyakit Utama Detection Rate,
Kusta di Kusta Proporsi MB,
Kabupaten anak dan cacat
tingkat 2.
Jember
Tahun 2013 Kelembaban,
Data
- 2015 Suhu, Jumlah
Pendukung penduduk
“Di Kabupaten Jember penderita Kusta masih tinggi, dan belum mencapai
eliminasi Kusta serta Dinas Kesehatan juga belum memiliki sistem yang
menampilkan penyebaran penyakit Kusta” (R1)
54
55
Kabupaten Jember masih belum bisa mencapai eliminasi Kusta karena angka
prevalensinya masih belum sesuai dengan standar yang telah ditentukan serta
Dinas Kesehatan Jember juga masih belum memiliki sistem informasi geografis
untuk memetakan penyebaran penyakit Kusta. Oleh karena itu dari permasalahan
dan kebutuhan yang ada, peneliti berinisiatif melakukan pembuatan sistem
informasi geografis penyebaran penyakit Kusta berbasis website di Kabupaten
Jember.
Analisis kebutuhan sistem dalam penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu
analisis kebutuhan secara fungsional dan non fungsional. Analisis secara
fungsional berisi fungsi-fungsi apa saja yang nantinya dapat dilakukan oleh
sistem. Kebutuhan non fungsional adalah kebutuhan yang menitikberatkan pada
properti yang dimiliki oleh sistem.
Format data manual (ms.excel) jumlah penderita Kusta di Kabupaten
Jember yang digunakan di Dinas Kesehatan Jember :
a. Jumlah penduduk Kabupaten Jember Tahun 2013-2015
b. Penderita Terdaftar :
1) Kusta PB : Laki-laki (Anak dan dewasa) dan Perempuan (Anak dan dewasa)
2) Kusta MB : Laki-laki (Anak dan dewasa) dan Perempuan (Anak dan
dewasa)
3) Total Penderita
4) Prevalensi / 10.000 penduduk
c. Penderita Baru :
1) Kusta PB : Laki-laki (Anak dan dewasa) dan Perempuan (Anak dan dewasa)
2) Kusta MB : Laki-laki (Anak dan dewasa) dan Perempuan (Anak dan
dewasa)
3) Total Penderita
4) CDR / 100.000 penduduk
5) Penemuan pasien baru (%) : S, K, AS, A
6) Proporsi MB (%)
7) Proporsi Wanita (%)
8) Penderita Anak
9) Cacat 1
10) Cacat 2
Berikut adalah kebutuhan fungsional sistem pemetaan digital penyebaran
Kusta berbasis website di Dinas Kesehatan Kabupaten Jember :
58
(Peserta Brainstorming)
Desain perangkat lunak adalah proses multi langkah yang fokus pada
desain pembuatan program perangkat lunak termasuk struktur data, arsitektur
perangkat lunak, representasi antar muka, dan prosedur pengodean. Tahap ini
mentranslasi kebutuhan perangkat lunak dari tahap analisis kebutuhan ke
representasi desain agar dapat diimplementasikan menjadi program pada tahap
60
selanjutnya. Desain perangkat lunak yang dihasilkan pada tahap ini juga perlu
didokumentasikan (Rosa dan Shalahuddin, 2015).
Berdasarkan fakta dan teori tersebut dapat disimpulkan bahwa informasi
yang akan ditampilkan dalam sistem pemetaan digital penyebaran penyakit Kusta
berbasis website yaitu jumlah penderita Kusta, indikator utama Kusta, grafik
berdasarkan prevalensi per kecamatan, dan laporan yang berisi jumlah penderita,
prevalensi, dan indikator lainnya. Sehingga mempermudah petugas Dinas
Kesehatan dalam mengolah data dan membantu Dinas Kesehatan dalam
mengetahui penyebaran penyakit Kusta di Jember serta angka prevalensinya
sudah sesuai standar atau belum.
Dalam mendesain sistem pemetaan digital penyebaran penyakit Kusta
berbasis website, berikut ini merupakan langkah-langkah yang dilakukan pada
tahap desain yaitu :
4.2.1 Desain Sistem
Desain sistem dibuat berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan secara
lengkap pada tahap pertama. Aplikasi yang digunakan untuk membuat desain
sistem ini yaitu Microsoft Office Visio 2010 untuk pembuatan Flowchart System
dan Entity Relationship Diagram (ERD) serta Power Designer untuk pembuatan
Data Flow Diagram (DFD). Berikut ini adalah desain sistem pemetaan digital
yang telah dibuat berdasarkan informasi pada tahap pertama.
a. Flowchart Sistem
Flowchart Sistem merupakan bagan yang menunjukkan arus pekerjaan
secara keseluruhan dari sistem. Bagan ini menjelaskan urutan dari prosedur yang
ada di dalam sistem. Berikut merupakan flowchart sistem dari website Pemetaan
Digital Penyebaran Penyakit Kusta di Kabupaten Jember Tahun 2013-2015 :
Gambar flowchart sistem ditunjukkan pada gambar 4.2 di bawah ini:
61
START
Ya
Menampilkan
halaman Admin Tampilan
Data Kusta
Ya (PDF)
Menu
Cetak Laporan
Input Data
Kusta Cetak Data Penderita
Cetak ke Ya Proses Cetak Data Demam Kusta (PDF)
Printer?
Memilih Menu
Input Data Kusta Tidak
Berhasil
menyimpan
Ya
dapat dicetak/download. Bila ingin mengisi data baru lagi, maka kembali lagi
pada menu penderita. Klik Log out untuk keluar dari halaman admin jika
pengiputan data telah selesai dilakukan.
Setelah itu jika masuk ke halaman utama sistem, maka akan muncul menu-
menu seperti gambar 4.2 dibawah ini : Informasi Kusta, Peta Penyebaran Kusta,
Grafik Prevalensi Kusta dan Tabel Penderita Kusta. Proses selesai.
Sta rt
Me n u - m enu
P ada
H ala m an
U ta ma
K e M e nu
I nf or ma si
in fo r mss i Ya
K ust a
K ust a?
T id a k
K e M e nu P et a Tam pi lan
P eny e bar a n? Ya P eta
T id a k
T id a k
T id a k
END
b. Context Diagram
data jmlpenduduk
Jmlpendebaru
Suhu Jmlpenduduk
ID PBLA
Username Jmlanak
MBLA
Users 1 Mengakses N Database Kusta MBLD
ID
MBPA
N PBLD PBPA
Jmlcacat PBPD
Menampilkan
1
ID
Peta Penyebaran
Kecamatan Kusta
2) Tabel Suspect
Tabel Suspect digunakan sebagai tempat penyimpanan data-data Kusta
yang telah dilakukan penginputan di website.
Tabel Suspect terdapat pada tabel 4.2 di bawah ini :
Tabel 4.2 Tabel Suspect
Nama Field Tipe Data Keterangan
ID Integer Primary Key
Jmlpendebaru Double precision
Jmlpenderita Double precision
Jmlpenduduk Double precision
Kelembaban Double precision
Suhu Double precision
MBLA Numeric
MBLD Numeric
MBPA Numeric
MBPD Numeric
PBLA Numeric
PBLD Numeric
PBPA Numeric
PBPD Numeric
Jmlanak Numeric
Jmlcacat Numeric
66
3) Tabel Kecamatan
Tabel Kecamatan digunakan untuk mengisi Kecamatan
Tabel Peta terdapat pada tabel 4.3 di bawah ini :
Pada tahap ini sistem yang telah dianalisis dan di desain mulai
diterjemahkan ke dalam bahasa mesin melalui bahasa pemrograman. Hasil desain
harus ditranlasikan ke dalam program perangkat lunak. Hasil dari tahap ini adalah
program komputer sesuai dengan desain yang telah dibuat pada tahap desain
(Rosa dan Shalahuddin, 2015).
Berdasarkan fakta dan teori tersebut dapat disimpulkan bahwa informasi
yang akan ditampilkan dalam sistem pemetaan digital penyebaran penyakit Kusta
berbasis website yaitu jumlah penderita Kusta, indikator utama Kusta, grafik
berdasarkan jumlah prevalensi per kecamatan, dan laporan yang berisi jumlah
penderita, prevalensi, dan indikator lainnya. Sehingga mempermudah petugas
68
Dinas Kesehatan dalam mengolah data dan membantu Dinas Kesehatan dalam
mengetahui penyebaran penyakit Kusta di Jember serta angka prevalensinya
sudah sesuai standar atau belum.
Pada tahap ini bahasa pemrograman yang dipakai adalah bahasa
pemrograman berorientasi objek dengan aplikasi Database MySQL, Quantum GIS
dan Aplikasi XAMPP. Adapun tahapan dalam proses ini yaitu :
a. Membuat tabel dan database di MySQL untuk Pemetaan
Pembuatan tabel di database MySQL dalam pemetaan digital dilakukan
dengan menggunakan MySQL(XAMPP). Database dalam program ini bernama
pemetaan_penyakit_kusta dan mempunyai 3 tabel yang berisi field-field, yang
berfungsi untuk menyimpan data inputan oleh pengguna/admin. Tabel-tabel yang
ada di database ini terdiri dari : tabel suspect, tabel users dan tabel kecamatan.
b. Membuat program Pemetaan Digital
Tahapan selanjutnya setelah pembuatan database dan tabel yaitu
pembuatan program Pemetaan Digital. Pembuatan program ini menggunakan
Quantum GIS, kemudian koneksikan dengan website agar data yang nanti di
inputkan di website dapat berubah juga secara otomatis pada database MySQL.
Syntax yang digunakan dalam pembuatan web ini yaitu :
a. HTML digunakan untuk menulis sebuah halaman website
b. PHP digunakan untuk menjadikan website lebih dinamis
c. CSS digunakan untuk mendesain tampilan pada website agar terlihat indah
d. Java script digunakan untuk mendesain tampilan pada website agar terlihat
indah
e. XAMPP digunakan untuk mengatur server localhost
g. GeoJSON adalah standar untuk data geospasial pada internet. Kelas data
mengikuti struktur GeoJSON dalam penggambaran data dan memudahkan
untuk menampilkan data GeoJSON. Gunakan metode loadGeoJSON( )
untuk dengan mudah mengimpor data GeoJSON dan menampilkan poin,
line-string dan polygon. GeoJSON ini bersifat vektor, artinya ketika peta
di zoom, gambar peta tidak akan pecah.
Cacat Tingkat 2. Apabila pada peta di klik 1 kali maka akan muncul informasi
yang menunjukkan data Kusta seperti gambar di bawah ini :
Gambar diatas merupakan menu dari Informasi Kusta yang di dalam menu
tersebut terdapat sub-sub menu seperti : pengertian Kusta dan klasifikasinya,
pengobatan Kusta, pencegahan Kusta dan tempat pelayanan Kusta.
Berikut pada gambar dibawah ini merupakan tampilan peta awal pada
menu Peta Populasi Penyakit :
Gambar 4.20, 4.21 dan 4.22 diatas merupakan menu grafik prevalensi
Kusta per Kecamatan. Dengan adanya menu tersebut, dapat mempermudah
petugas Dinas Kesehatan dalam melihat angka prevalensi Kusta di wilayah
Kabupaten Jember apakah sudah sesuai dengan standar Departemen Kesehatan (
< 1 / 10.000 penduduk ) atau belum. Karena, suatu wilayah dikatakan bisa
mencapai eliminasi Kusta apabila angka prevalensinya < 1 / 10.000 penduduk.
Berikut gambar di bawah ini merupakan tampilan dari menu tabel populasi
penyakit penderita Kusta dari tahun 2013-2015 :
b. Tampilan Log in
Menu log in merupakan menu awal yang disediakan bagi pengguna saat
pertama kali masuk sistem. Menu ini dimaksudkan untuk membatasi hak akses
pengguna sebagai upaya menjaga keamanan data. Pada menu ini pengguna harus
memasukkan username dan password. Bila username dan password yang
dimasukkan salah, maka seperti gambar yang ditunjukkan di bawah ini tidak dapat
masuk ke dalam tampilan awal setelah melakukan log in.
Tabel 4.4 Daftar Menu dan Sub-Menu pada Tampilan Awal Setelah Log in
No Menu Sub-Menu Keterangan
1 Peta - Mengarahkan ke halaman peta dan
inputan data penderita Kusta
2 Informasi Kusta Pengertian Kusta Mengarahkan ke halaman
pengertian dan klasifikasi Kusta
Pengobatan Kusta Mengarahkan ke halaman
pengobatan Kusta
Pencegahan Kusta Mengarahkan ke halaman
pencegahan Kusta
Tempat Pelayanan Mengarahkan ke halaman tempat
Kusta pelayanan Kusta
3 Grafik Jumlah Penderita - Mengarahkan ke halaman grafik
Kusta jumlah penderita
4 Grafik Prevalensi - Mengarahkan ke halaman grafik
angka prevalensi
5 Penderita - Mengarahkan ke halaman penderita
yang digunakan untuk melakukan
pengolahan data Kusta
6 Cetak Laporan - Mengarahkan ke halaman laporan
penderita Kusta dalam bentuk pdf
7 Log out - Mengarahkan pengguna untuk
keluar dari sistem dari hak
aksesnya
d. Menu Penderita
Gambar diatas merupakan tampilan dari menu Cetak Laporan. Pada menu
tersebut, di tampilan awalnya terdapat pilihan tahun, yang nantinya jika sudah
dilakukan pemilihan tahun maka akan muncul laporan dalam bentuk pdf seperti
gambar 4.29 yang ditunjukkan pada gambar di bawah ini :
Gambar 4.29 diatas merupakan laporan data Kusta dalam bentuk pdf.
Sehingga dengan mudah admin dapat melakukan download atau mencetak
langsung (print) laporan tersebut.
Gambar 4.28 merupakan menu log out, dimana menu log out merupakan
menu yang berisi tentang keluarnya akun dari hak akses yang dimiliki. Dilakukan
dengan melakukan klik pada tulisan log out sehingga akan secara otomatis keluar
dari akun yang telah login sebelumnya.
(Peserta brainstorming)
Pada tahap ini, pengujian fokus pada perangkat lunak dari segi lojik dan
fungsional dan memastikan bahwa semua bagian sudah diuji. Hal ini dilakukan
untuk meminimalisir kesalahan (error) dan memastikan keluaran yang dihasilkan
sesuai dengan yang diinginkan (Rosa dan Shalahuddin, 2015).
Pengujian sistem yang dilakukan oleh peneliti menggunakan teknik black
box yaitu menguji perangkat lunak dari segi spesifikasi fungsional tanpa menguji
desain dan kode program. Pengujian dimaksudkan untuk mengetahui apakah
88
menu tersebut diletakkan diluar sebelum melakukan log in, agar petugas
lain dapat melihat penyebaran penyakit Kusta melalui peta, walaupun
petugas tersebut tidak memiliki hak akses.
6. Klik menu Home untuk melihat informasi-informasi yang berkaitan
dengan Kusta.
7. Klik menu Peta Penyebaran Penyakit untuk melihat persebaran penyakit
Kusta di wilayah Kabupaten Jember.
8. Klik menu Grafik Prevalensi untuk melihat tampilan angka prevalensi per
kecamatan dalam bentuk grafik. Pilih tahun yang sesuai.
sebanyak 328 penderita. Namun pada tahun 2015 mengalami penurunan yaitu 296
penderita.
Tabel 4.6 diatas menunjukkan bahwa ada 3 kecamatan dengan jumlah
penderita Kusta tinggi pada tahun 2015. Berikut 3 besar kecamatan yang memiliki
jumlah penderita Kusta tinggi.
Tabel 4.7 Peringkat 3 besar jumlah penderita Kusta tahun 2015
No Kecamatan Jumlah Kusta
1 Puger 30
2 Sumberbaru 28
3 Jenggawah 23
Sumber : Dinas Kesehatan Jember
Berdasarkan tabel diatas, ditunjukkan bahwa kecamatan Puger memiliki
jumlah penderita Kusta terbanyak pada tahun 2015 yaitu 30 penderita. Kemudian
kecamatan Sumberbaru sebanyak 28 penderita dan kecamatan Jenggawah
sebanyak 23 penderita Kusta.
Peta digital yang dibuat peneliti merupakan peta yang memiliki unsur dari
segi kesehatan, karena data yang terdapat dalam sistem pemetaan digital tersebut
merupakan data penyakit Kusta yang telah didapatkan dari Dinas Kesehatan
Jember secara langsung, disertai data kepadatan penduduk, data suhu, dan data
kelembaban udara sebagai data pendukungya. Berdasarkan data yang telah diolah
dan disajikan dari tahun 2013-2015, terdapat 3 kecamatan yang memiliki
penderita Kusta tinggi dan 1 kecamatan yang memiliki penderita Kusta rendah di
Kabupaten Jember.
1. Kecamatan Sumberbaru
Tabel 4.8 Data Penderita Kecamatan Sumberbaru
Kondisi Keterangan
1. Luas Wilayah ( ) 166.37
3. Suhu ( ) 27.8
4. Kelembaban Udara (%) 79.5
93
Kondisi Keterangan
5. Jumlah Penderita Kusta Lama 2013 : 36
2014 : 36
2015 : 28
6. Jumlah Penderita Kusta Baru 2013 : 13
2014 : 24
2015 : 22
7. Prevalensi 2.72
8. Crude Detection Rate 21.41
9. Proporsi Kusta Tipe MB 90.91
10. Proporsi Wanita 40.91
11. Proporsi Anak 9.09
12. Proporsi Cacat Tingkat 2 18.18
2. Kecamatan Puger
Tabel 4.9 Data Penderita Kecamatan Puger
Kondisi Keterangan
1. Luas Wilayah ( ) 148.99
2. Kepadatan Penduduk per 788.006
3. Suhu ( ) 27.8
4. Kelembaban Udara (%) 79.5
94
Kondisi Keterangan
5. Jumlah Penderita Kusta Lama 2013 : 32
2014 : 22
2015 : 30
6. Jumlah Penderita Kusta Baru 2013 : 23
2014 : 19
2015 : 29
7. Prevalensi 2.53
8. Crude Detection Rate 24.50
9. Proporsi Kusta Tipe MB 82.76
10. Proporsi Wanita 34.48
11. Proporsi Anak 9.09
12. Proporsi Cacat Tingkat 2 24.14
3. Kecamatan Jenggawah
Tabel 4.10 Data Penderita Kecamatan Jenggawah
Kondisi Keterangan
1. Luas Wilayah ( ) 51.02
2. Kepadatan Penduduk per 1634.2
3. Suhu ( ) 27.8
4. Kelembaban Udara (%) 79.5
5. Jumlah Penderita Kusta Lama 2013 : 26
2014 : 25
2015 : 23
95
Kondisi Keterangan
6. Jumlah Penderita Kusta Baru 2013 : 11
2014 : 21
2015 : 21
7. Prevalensi 2.73
8. Crude Detection Rate 24.98
9. Proporsi Kusta Tipe MB 76.19
10. Proporsi Wanita 47.62
11. Proporsi Anak 4.76
12. Proporsi Cacat Tingkat 2 0.00
4. Kecamatan Arjasa
Tabel 4.11 Data Penderita Kecamatan Arjasa
Kondisi Keterangan
1. Luas Wilayah ( ) 43.75
2. Kepadatan Penduduk per 891.863
3. Suhu ( ) 27.8
4. Kelembaban Udara (%) 79.5
5. Jumlah Penderita Kusta Lama 2013 : 0
2014 : 1
2015 : 0
6. Jumlah Penderita Kusta Baru 2013 : 0
2014 : 1
2015 : 0
96
Kondisi Keterangan
7. Prevalensi 0.00
8. Crude Detection Rate 0.00
9. Proporsi Kusta Tipe MB -
10. Proporsi Wanita -
11. Proporsi Anak -
12. Proporsi Cacat Tingkat 2 -
baik dan optimal. Adanya fakta tersebut dapat disimpulkan bahwa suhu di
Kabupaten Jember berpengaruh terhadap persebaran penyakit Kusta.
Hal tersebut didukung dengan penelitian Syamsir (2012) dalam jurnalnya
yang berjudul “Karakteristik kondisi rumah penderita Kusta di wilayah kerja
Puskesmas Turikale dan Mandai Kabupaten Maros” menyatakan bahwa suhu
udara rumah penderita Kusta di wilayah kerja Puskesmas Turikale yang baik
untuk perkembangbiakan Mycobacterium Leprae terdapat 30% rumah. Padahal
orang yang serumah dengan penderita Kusta yang kondisi suhu rumahnya baik
untuk perkembangbiakan basil Mycobacterium Leprae, maka peluang untuk
tertular sangat besar. Apalagi frekuensi paparan yang lama dan terus-menerus
akan mempercepat penularan basil Mycobacterium Leprae. Penelitian tentang
Mycobacterium Leprae menunjukkan bahwa adanya korelasi antara suhu dengan
penularan kuman penyakit seperti Mycobacterium Leprae, yaitu dua kali lebih
beresiko dibandingkan dengan suhu rumah yang memenuhi syarat kesehatan.
Berkembangnya kuman Kusta dengan baik pada suhu tropis di Kabupaten
Jember harus diiringi dengan tingkat pengetahuan masyarakat Jember mengenai
sifat-sifat agent kuman Kusta yang sangat penting untuk pencegahan dan
penanggulangan penyakit, sifat-sifat tersebut termasuk ukuran, kemampuan
berkembangbiak, kematian agent atau daya tahan terhadap pemanasan atau
pendinginan.
sehingga penderita Kusta tidak memahami akibat buruk yang ditimbulkan dari
penyakit Kusta. Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Brakel and Kaur
(2002) yang mengatakan bahwa sebagian besar (65%) penderita Kusta tidak
menempuh pendidikan formal. Hal ini sesuai dengan Yuniarasari (2013) yang
mengutip dari hasil penelitian Maria Christiana (2009) menyimpulkan bahwa
responden yang mempunyai pendidikan rendah memiliki resiko terkena Kusta
7,405 kali lebih besar dibandingkan dengan responden yang berpendidikan tinggi.
2. Pekerjaan
Jenis pekerjaan disini yaitu pekerjaan atau mata pencaharian sehari-hari
yang dilakukan responden, digolongkan menjadi pekerjaan ringan (tidak bekerja,
pelajar, pegawai kantor) dan pekerjaan berat (pekerja bangungan, buruh, tukang
batu, pekerja bengkel, penjahit, buruh angkut, pembantu, petani dan nelayan).
Sebagian besar penderita Kusta di dunia berada di negara yang sedang
berkembang termasuk Indonesia, sebagian besar penduduk Indonesia mencari
penghasilan dengan bercocok tanam atau bertani. Hal ini sangat berpengaruh
terhadap terjadinya cacat pada Kusta. Penelitian yang dilakukan di Nepal oleh
Ghimire (1996), membagi responden dalam dua kategori, yaitu mereka yang
bekerja secara “manual worker” dan “non manual worker”. Diperoleh hasil 64%,
pada “manual worker” mengalami kecacatan sekunder, hal ini disebabkan karena
Nepal adalah negara pertanian, banyak yang bekerja sebagai petani. Selain itu
karena pasien-pasien Kusta lebih suka menyediri sehingga kegiatan sehari-hari
juga dilakukan sendiri.
Berdasarkan hasil wawancara dengan petugas, bahwa orang yang
menderita Kusta sebagian besar bermata pencaharian sebagai buruh tani. Telah
diketahui dengan jelas bahwa faktor social ekonomi memainkan peranan penting
pada penyakit Kusta. Menurut Ellyeke (2012) yang mengutip pada penelitian
Soemirat yang menyebutkan bahwa status sosial ekonomi sangat berpengaruh
terhadap status gizi, kebiasaan, kualitas lingkungan, pengetahuan, keberadaan
sumber daya materi, sehingga efek agent terhadap berbagai status sosial ekonomi
akan berbeda pula.
104
pengetahuan terhadap perawatan diri, serta persepsi terhadap perawatan diri. Hal
tersebut juga sesuai dengan yang dijelaskan oleh Manyullei, et.al (2012) yang
dikutip dari penelitian Malaviya, menyatakan bahwa myasis pada Kusta bisa
diminimalisir dengan adanya penyuluhan tentang perilaku hidup bersih dan sehat.
Hygiene perorangan yang tidak baik akan mempermudah tubuh terserang berbagai
penyakit, seperti penyakit kulit, penyakit infeksi, penyakit mulut dan penyakit
saluran cerna atau bahkan dapat menghilangkan fungsi bagian tubuh tertentu,
seperti halnya kulit. Apalagi bagi orang-orang yang memiliki akses terbatas ke
pelayanan kesehatan, tentunya tindakan pencegahan perlu dikedepankan. Namun,
jika seseorang mampu menjaga kebersihan dirinya makan tentunya akan berkaitan
dengan tingkat kesehatannya pula. Dimana nantinya tingkat kesehatannya akan
terus berkembang ke arah yang lebih baik. Untuk mengurangi dampak yang
ditimbulkan pada penularan Kusta, dianjurkan untuk menghindari kontak
langsung ke penderita Kusta. Apabila kontak langsung tidak dapat dihindarkan,
makan hygiene perorangan cukup menjamin pencegahannya.
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari Pemetaan Digital Penyebaran
Penyakit Kusta Berbasis Website di Kabupaten Jember Tahun 2013-2015 adalah
sebagai berikut :
1. Kebutuhan sistem untuk sistem pemetaan digital penyebaran penyakit
Kusta berbasis website dibagi menjadi dua, yaitu kebutuhan fungsional
dan non fungsional. Dari identifikasi masalah yang sudah dijelaskan pada
analisis kebutuhan yaitu bahwa Dinas Kesehatan Kabupaten Jember
membutuhkan sistem informasi geografis berbasis website yang dapat
terupdate sehingga membantu Dinas Kesehatan Kabupaten Jember dalam
mengolah data dan mengetahui penyebarannya.
2. Desain yang digunakan dalam merancang sistem pemetaan digital
penyebaran penyakit Kusta berbasis website adalah dengan menggunakan
desain flowchart sistem, Konteks Diagram, DFD Level 1, Diagram
Hubungan Entitas (ERD), dan desain table.
3. Pengkodean yang dilakukan dengan menggunakan bahasa pengkodean
antara lain HTML, CSS, JavaScript, PHP dan Database MySQL
4. Pengujian semua fungsi-fungsi yang ada dalam sistem pemetaan digital
penyebaran penyakit Kusta berbasis website dapat dijalankan semua sesuai
dengan kebutuhan fungsional.
5. Dari sistem pemetaan digital penyebaran penyakit Kusta Kabupaten
Jember tahun 2013-2015 di Kabupaten Jember dapat dilihat bahwa
terdapat 3 Kecamatan dengan angka tertinggi yaitu Kecamatan
Sumberbaru, Kecamatan Puger dan Kecamatan Jenggawah. Tingginya
angka penderita Kusta di Kabupaten Jember dipengaruhi oleh kepadatan
penduduk, suhu , kelembaban udara serta faktor pendukung lainnya seperti
: pendidikan, pekerjaan, personal hygiene.
107
108
5.2 Saran
Saran yang dapat dikemukakan dalam pemetaan digital penyebaran
penyakit Kusta berbasis website di Kabupaten Jember tahun 2013-2015 adalah :
1. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat membuat peta secara lebih menarik
dan dalam format 3D sehingga secara visual peta digital lebih bagus.
2. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat membuat website peta digital dengan
dikembangkan lagi menggunakan smartphone seperti berbasis android,
iphone, maupun windows phone.
3. Diharapkan Dinas Kesehatan Kabupaten Jember menggunakan sistem
pemetaan digital sebagai acuan untuk pengambilan keputusan dalam
memberikan tindakan dan penanggulangan terhadap persebaran penyakit
Kusta.
4. Untuk peneliti selanjutnya diharapkan dapat memperbaiki fitur untuk
admin agar bila petugas masuk sebagai admin hanya dapat melihat
informasi detail data Kusta dari kecamatan lainnya tanpa melakukan ubah
data kecamatan lainnya.
5. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat membahas faktor-faktor yang
menyebabkan tinggi rendahnya jumlah penderita Kusta di suatu wilayah
yang dipengaruhi oleh : pendidikan, pekerjaan dan personal hygiene
dilakukan lebih mendalam lagi dengan cara terjun langsung pada wilayah
yang tinggi/rendah, sehingga dapat benar-benar diketahui apakah faktor
tersebut memang berpengaruh atau tidak dan apakah ada faktor lainnya
yang dapat menyebabkan terjadinya hal tersebut.
110
DAFTAR PUSTAKA
Rina, R.Aj. 2016. Pemetaan dan Analisis Geografis Persebaran Penyakit Kusta
Di Kabupaten Sumenep Tahun 2012-2014 Dengan Aplikasi ArcView GIS
3.3. Jember : Politeknik Negeri Jember.
Rismawati. 2012. Hubungan Antara Sanitasi Rumah dan Personal Hygiene
Dengan Kejadian Kusta Multibasiler. Retrieved from
http://journal.unnes.ac.id
Rosa A.S. & M. Shalahudin. 2015. Rekayasa Perangkat Lunak. Bandung :
111
Penerbit Informatika.
LAMPIRAN
112
(Zahrotul Jannah)
113
INFORMED CONSENT
Saya telah diberikan penjelasan mengenai hal-hal tersebut di atas dan saya
telah diberikan kesempatan untuk bertanya mengenai hal-hal yang belum
dimengerti dan telah mendapat jawaban yang jelas dan benar.
Dengan ini saya menyatakan secara sukarela untuk ikhlas melaksanakan
kegiatatan wawancara ini.
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Informan 1 :
Bersedia untuk dijadikan subyek penelitian dari:
Nama : Zahrotul Jannah
NIM : G41130743
Jurusan / Program Studi : Kesehatan / Rekam Medis
Dengan judul “Pemetaan Digital Penyebaran Penyakit Kusta Berbasis
Website di Kabupaten Jember Tahun 2013-2015”.
Informan 1
(..............................)
114
INFORMED CONSENT
Saya telah diberikan penjelasan mengenai hal-hal tersebut di atas dan saya
telah diberikan kesempatan untuk bertanya mengenai hal-hal yang belum
dimengerti dan telah mendapat jawaban yang jelas dan benar.
Dengan ini saya menyatakan secara sukarela untuk ikhlas melaksanakan
kegiatatan wawancara ini.
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Informan 2 :
Bersedia untuk dijadikan subyek penelitian dari:
Nama : Zahrotul Jannah
NIM : G41130743
Jurusan / Program Studi : Kesehatan / Rekam Medis
Dengan judul “Pemetaan Digital Penyebaran Penyakit Kusta Berbasis
Website di Kabupaten Jember Tahun 2013-2015”.
Informan 2
(..............................)
115
INFORMED CONSENT
Saya telah diberikan penjelasan mengenai hal-hal tersebut di atas dan saya
telah diberikan kesempatan untuk bertanya mengenai hal-hal yang belum
dimengerti dan telah mendapat jawaban yang jelas dan benar.
Dengan ini saya menyatakan secara sukarela untuk ikhlas melaksanakan
kegiatatan wawancara ini.
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Informan 3 :
Bersedia untuk dijadikan subyek penelitian dari:
Nama : Zahrotul Jannah
NIM : G41130743
Jurusan / Program Studi : Kesehatan / Rekam Medis
Dengan judul “Pemetaan Digital Penyebaran Penyakit Kusta Berbasis
Website di Kabupaten Jember Tahun 2013-2015”.
Informan 3
(..............................)
116
Petunjuk Pengisian :
1. Pengisian lembar wawancara ini semata-mata untuk tujuan ilmiah dan
pengembangan ilmu pengetahuan, semua pilihan jawaban anda akan
dirahasiakan oleh peneliti.
2. Setiap pertanyaan telah disediakan kolom hasil dari lembar wawancara
3. Bila terjadi kesalahan dan ingin merubah jawaban, maka coretlah jawaban
yang salah dan ganti dengan jawaban baru.
117
tidak memeriksakan ke
puskesmas, lalu kurang telitinya
petugas dalam mencari
penderita sehingga penderita
tidak terdata, dan mungkin
memang penderita dari awal
sudah tahu dari gejala
awal/ciri-ciri nya jadi dia
langsung berobat ke puskesmas
dan tidak sampai terjadi
kecacatan”
Semua informasi yang didapat akan dirahasiakan dengan ketat dan hanya
digunakan sebagai bahan dari penelitian. Prosedur penelitian ini tidak akan
menimbulkan resiko dan dampak apapun.
Petunjuk Pengisian :
1. Pengisian lembar dokumentasi ini semata-mata untuk tujuan ilmiah dan
pengembangan ilmu pengetahuan, semua hasil observasi akan
dirahasiakan oleh peneliti.
2. Pemberi ijin observasi kegiatan yang sedang berjalan diberikan dengan
keadaan yang sebenarnya telah terjadi tanpa ada rekayasa.
125
Dengan hormat,
Sehubungan dengan akan dilaksanakannya penelitian dengan judul
“Pemetaan Digital Penyebaran Penyakit Kusta Berbasis Website di Kabupaten
Jember tahun 2013-2015”, saya sampaikan surat ini.
Penelitian ini bertujuan untuk membuat sistem Pemetaan Digital
Penyebaran Penyakit Kusta Berbasis Website. Dengan menggunakan sistem ini
dapat membantu petugas dalam mengolah data Kusta dan membantu petugas
Dinas Kesehatan dalam mengetahui penyebaran penyakit Kusta di wilayah
Kabupaten Jember sehingga dapat melakukan pencegahan secara dini.
Untuk penelitian ini saya mohon kesediaan bapak dan ibu untuk menjadi
responden dalam penelitian ini. Oleh karena itu saya mohon kerjasamanya dengan
memberikan informasi melalui brainstorming sesuai dengan kemauan dan
perasaan bapak dan ibu sebenarnya. Bapak dan ibu juga boleh tidak mengikuti
penelitian ini sama sekali, untuk itu bapak dan ibu tidak dikenakan sanksi apapun.
Dalam hal ini akan diberikan kompensasi berupa makanan ringan.
Atas bantuan dan kerjasama yang baik, saya ucapkan terimakasih.
Jember, 2016
Hormat saya
( Zahrotul Jannah )
127
INFORMED CONSENT
Saya telah diberikan penjelasan mengenai hal-hal tersebut diatas dan saya
telah diberikan kesempatan untuk bertanya mengenai hal-hal yang belum
dimengerti dan telah mendapat jawaban yang jelas dan benar.
Dengan ini saya menyatakan secara sukarela dan ikhlas untuk menjawab
pertanyaan dalam lembar brainstorming ini sesuai dengan fakta yang ada.
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama :
Alamat :
Jenis Kelamin :
Umur :
Bersedia untuk dijadikan subyek dalam penelitian dari :
Nama : Zahrotul Jannah
NIM : G41130743
Jurusan/Prodi : Kesehatan/Rekam Medik
Dengan judul “Pemetaan Digital Penyebaran Penyakit Kusta Berbasis Website di
Kabupaten Jember Tahun 2013-2015”.
Jember, 2016
Informan 1
( )
128
INFORMED CONSENT
Saya telah diberikan penjelasan mengenai hal-hal tersebut diatas dan saya
telah diberikan kesempatan untuk bertanya mengenai hal-hal yang belum
dimengerti dan telah mendapat jawaban yang jelas dan benar.
Dengan ini saya menyatakan secara sukarela dan ikhlas untuk menjawab
pertanyaan dalam lembar brainstorming ini sesuai dengan fakta yang ada.
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama :
Alamat :
Jenis Kelamin :
Umur :
Bersedia untuk dijadikan subyek dalam penelitian dari :
Nama : Zahrotul Jannah
NIM : G41130743
Jurusan/Prodi : Kesehatan/Rekam Medik
Dengan judul “Pemetaan Digital Penyebaran Penyakit Kusta Berbasis Website di
Kabupaten Jember Tahun 2013-2015”.
Jember, 2016
Informan 2
( )
129
INFORMED CONSENT
Saya telah diberikan penjelasan mengenai hal-hal tersebut diatas dan saya
telah diberikan kesempatan untuk bertanya mengenai hal-hal yang belum
dimengerti dan telah mendapat jawaban yang jelas dan benar.
Dengan ini saya menyatakan secara sukarela dan ikhlas untuk menjawab
pertanyaan dalam lembar brainstorming ini sesuai dengan fakta yang ada.
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama :
Alamat :
Jenis Kelamin :
Umur :
Bersedia untuk dijadikan subyek dalam penelitian dari :
Nama : Zahrotul Jannah
NIM : G41130743
Jurusan/Prodi : Kesehatan/Rekam Medik
Dengan judul “Pemetaan Digital Penyebaran Penyakit Kusta Berbasis Website di
Kabupaten Jember Tahun 2013-2015”.
Jember, 2016
Informan 3
( )
130
136
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
Mastrip PO.BOX 164 Telp. 333532-333534 Fax 333531
Tahun
Kegiatan 2017
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus
Pengajuan Judul Skripsi
Studi Pendahuluan
Studi Pustaka
Penyusunan Proposal
Seminar Proposal
Revisi
Perancangan Program
Pembuatan Program
Penyusunan Skripsi
Ujian Skripsi
Revisi Skripsi
Penggandaan Skripsi
Praktek Kerja Lapang
137
138
Lampiran 9. Dokumentasi
1. Dokumentasi Wawancara
139
2. Dokumentasi Brainstorming