Anda di halaman 1dari 162

PEMETAAN DIGITAL PENYEBARAN PENYAKIT KUSTA

BERBASIS WEBSITE DI KABUPATEN JEMBER


TAHUN 2013-2015

SKRIPSI

Oleh :

Zahrotul Jannah
NIM G41130743

PROGRAM STUDI REKAM MEDIK


JURUSAN KESEHATAN
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
2017
PEMETAAN DIGITAL PENYEBARAN PENYAKIT KUSTA
BERBASIS WEBSITE DI KABUPATEN JEMBER
TAHUN 2013-2015

SKRIPSI

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains Terapan (S.ST)
Di Program Studi D-IV Rekam Medis
Jurusan Kesehatan

Oleh :

Zahrotul Jannah
NIM G41130743

PROGRAM STUDI REKAM MEDIK


JURUSAN KESEHATAN
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
2017

i
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
POLITEKNIK NEGERI JEMBER

PEMETAAN DIGITAL PENYEBARAN PENYAKIT KUSTA BERBASIS


WEBSITE DI KABUPATEN JEMBER TAHUN 2013-2015

Telah diuji pada tanggal : 17 Juli 2017

Pembimbing I, Pembimbing II,

Faiqatul Hikmah, S.KM. M.Kes Vita Permatasari. ST.MT.


NIP 19840722 200912 2 004 NIK 19900923 201509 2 001

Mengesahkan,
Ketua Jurusan Kesehatan

Sustin Farlinda, S.Kom.,MT


NIP. 19120204 200112 2 003

ii
HALAMAN PERSEMBAHAN

Dengan segala puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa dan atas
dukungan dan do’a dari orang-orang tercinta, akhirnya skripsi ini dapat
dirampungkan dengan baik dan tepat pada waktunya. Oleh karena itu, dengan rasa
bangga dan bahagia saya khaturkan rasa syukur dan terimakasih saya kepada:
1. Allah SWT, sampai saat ini aku masih sangat yakin dan percaya apa yang
terjadi pada diriku ini semua atas kehendak-Mu. Terima kasih Tuhan telah
Kau berikan kesempatan melewati suatu kehidupan dengan cara seperti
ini.
2. Bapak Edy Suyitno dan Ibu Sri Hoiriyah sebagai orang tua yang telah
memberikan dukungan moril maupun materi serta do’a yang tiada henti
untuk kesuksesan saya, karena tiada kata seindah lantunan do’a dan tiada
do’a yang paling khusyuk selain do’a yang terucap dari orang tua. Ucapan
terimakasih saja takkan pernah cukup untuk membalas kebaikan orang tua,
karena itu terimalah persembahan bakti dan cinta ku untuk kalian bapak
ibuku.
3. Ibu Faiqatul Hikmah. S.KM. M.Kes, selaku dosen pembimbing 1 dan Ibu
Vita Permatasari, ST, MT, selaku dosen pembimbing 2 saya yang selama
ini telah tulus dan ikhlas meluangkan waktunya untuk menuntun dan
mengarahkan saya, memberikan bimbingan dan pelajaran yang tiada
ternilai harganya, agar saya menjadi lebih baik lagi. Terima kasih banyak.
4. Dosen beserta para praktisi Rekam Medis Politeknik Negeri Jember yang
telah memberikan ilmunya kepada saya dan teman-teman seangkatan.
5. Adik yang senantiasa memberikan dukungan, semangat, dan do’anya
untuk keberhasilan ini.
6. Jaisyur Rahman Alfarisi yang selalu memberikan semangat, nasehat dan
do’a kepada saya.

iii
7. Teman-teman Rekam Medis angkatan 2013 : Cici, Mbak Mita, Bias,
Tewol, Ucup, Afif, Alung, Retno, Fadia, Paramitha, Nimas, Fara, mbak
R.Aj Rina, mbak Fresty dan semua teman-teman yang telah memberikan
semangat dan bantuannya, terima kasih.
8. Pimpinan Dinas Kesehatan Kabupaten Jember yang telah mengijinkan
saya dalam melakukan penelitian di Dinas Kesehatan Kabupaten Jember.
9. Kepada Ibu Diah sebagai Kepala Bidang Dinas Kesehatan Kabupaten
Jember dan Bapak Sultoni, serta semua pihak di Dinas Kesehatan
Kabupaten Jember yang telah membantu saya dalam memberikan
informasi dan data yang saya butuhkan dalam penelitian skripsi tersebut.

iv
HALAMAN MOTTO

“Allah SWT senantiasa mengajarkan kepada kita hikmah, dan hanya mereka yang
berilmu yang akan memahami makna dibalik setiap kegagalan dan kehilangan”

-Zahrotul Jannah-

“Banyaknya kegagalan dalam hidup ini dikarenakan orang-orang tidak menyadari


betapa dekatnya mereka dengan keberhasilan saat mereka menyerah”

-Thomas Alva Edison-

If you don’t fight for what you want, don’t cry for what you lose”

-Taufiiqul Hakiim-

“Manusia tidak merancang gagal, mereka hanya gagal untuk merancang”

-William J.Siegel-

v
SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : Zahrotul Jannah
NIM : G41130743
Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa segala pernyataan dalam
skripsi yang berjudul “PEMETAAN DIGITAL PENYEBARAN PENYAKIT
KUSTA BERBASIS WEBSITE DI KABUPATEN JEMBER TAHUN 2013-
2015” merupakan gagasan dan hasil karya sendiri dengan arahan komisi
pembimbing, dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun pada perguruan
tinggi manapun.
Semua data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas
dan dapat diperiksa kebenarannya. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam naskah dan
dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Jember, 17 Juli 2017

Zahrotul Jannah
NIM. G41130743

vi
Spread of Leprosy Digital Mapping Website Based in Jember Year 2013-
2015, Zahrotul Jannah, Nim G41130743, Year 2017, Medical Records,
Polytechnic of Jember, Faiqatul Wisdom, S.KM, Kes (Supervisor 1), Vita
Permatasari, ST , MT (Supervisor 2)

Zahrotul Jannah
Study Program Medical Records
Health Programs

ABSTRACT

Leprosy is a chronic infectious disease that causes very complex problems caused
by infection with the bacteria Mycobacterium leprae (M.Leprae). Leprosy in
Jember ranks fourth in East Java. In 2013 the number of cases of leprosy as many
as 158 cases, 296 cases of 2014 and 2015 a total of 287 cases. Jember Regency
itself also has yet to reach the elimination of leprosy prevalence rate is still more
than 1 per 10,000 population. It is necessary for intensive monitoring to suppress
the incidence of leprosy. Monitoring can be done easily using the Digital Mapping
System Web-based deployment of leprosy in Jember. The mapping system using
Quantum GIS applications. This study aims to map the spread of leprosy-related
area Jember. This research was conducted in Jember District Health Office. This
type of research is qualitative. In this study, Quantum GIS is used to create digital
maps and MySQL as its database for storing data. Results from this study is a
digital map-based website that shows the incidence of leprosy in Jember. The
digital map display the details of which, the number of leprosy by district,
population density, temperature, humidity as well as the main indicator of leprosy.
The digital map is equipped with color gradation as an indicator of the high and
low cases of leprosy in each of the districts. Digital map-based website is
expected to be used as a reference Jember Health Office decision on the incidence
of leprosy and the public can find out the spread and prevention as early as
possible.

Keywords : Digital Mapping, Leprosy, Website, Geographical Information


Systems

vii
Pemetaan Digital Penyebaran Penyakit Kusta Berbasis Website di Kabupaten
Jember Tahun 2013-2015, Zahrotul Jannah, Nim G41130743, Tahun 2017,
Rekam Medik, Politeknik Negeri Jember, Faiqatul Hikmah, S.KM, M.Kes
(Pembimbing 1), Vita Permatasari, ST. MT (Pembimbing 2)

Zahrotul Jannah
Program Studi Rekam Medik
Jurusan Kesehatan

ABSTRAK

Penyakit Kusta merupakan salah satu penyakit menular menahun yang


menimbulkan masalah yang sangat komplek yang disebabkan oleh infeksi bakteri
Mycobacterium Leprae (M.Leprae). Kusta di Kabupaten Jember menempati
peringkat ke empat di Jawa Timur. Pada tahun 2013 jumlah kasus Kusta sebanyak
158 kasus, Tahun 2014 sebanyak 296 kasus dan Tahun 2015 sebanyak 287 kasus.
Kabupaten Jember sendiri juga masih belum mencapai eliminasi Kusta dengan
angka prevalensi yang masih lebih dari 1 per 10.000 penduduk. Untuk itu perlu
dilakukan pemantauan secara intensif untuk menekan angka kejadian Kusta.
Pemantauan dapat dilakukan dengan mudah menggunakan Sistem Pemetaan
Digital penyebaran penyakit Kusta berbasis website di Kabupaten Jember. Sistem
pemetaan ini menggunakan aplikasi Quantum GIS. Penelitian ini bertujuan untuk
memetakan wilayah terkait persebaran penyakit Kusta Kabupaten Jember.
Penelitian ini dilakukan di Dinas Kesehatan Kabupaten Jember. Jenis penelitian
ini adalah Kualitatif. Dalam penelitian ini, Quantum GIS digunakan untuk
membuat peta digital dan MySQL sebagai database nya untuk menyimpan data.
Hasil dari penelitian ini adalah sebuah peta digital berbasis website yang
menunjukkan angka kejadian Kusta di Kabupaten Jember. Peta digital ini
menampilkan keterangan diantaranya, jumlah kusta per kecamatan, kepadatan
penduduk, suhu, kelembaban serta indikator utama Kusta. Peta digital ini
dilengkapi dengan gradasi warna sebagai indikator tinggi rendahnya kasus Kusta
di tiap wilayah kecamatan. Peta digital berbasis website ini diharapkan dapat
digunakan Dinas Kesehatan Jember sebagai acuan pengambilan keputusan
terhadap kejadian Kusta dan masyarakat dapat mengetahui penyebarannya serta
melakukan pencegahan sedini mungkin.

Kata Kunci : Pemetaan Digital, Kusta, Website, Sistem Informasi Geografis

viii
RINGKASAN

Pemetaan Digital Penyebaran Penyakit Kusta Berbasis Website di Kabupaten


Jember Tahun 2013-2015, Zahrotul Jannah, Nim G41130743, Tahun 2017,
Rekam Medik, Politeknik Negeri Jember, Faiqatul Hikmah, S.KM,. M.Kes
(Pembimbing 1), Vita Permatasari, S.T,.MT (Pembimbing 2).

Penyakit Kusta pada umumnya terdapat di negara-negara yang sedang


berkembang sebagai akibat keterbatasan kemampuan negara itu dalam
memberikan pelayanan yang memadai dalam bidang kesehatan, pendidikan,
kesejahteraan sosial ekonomi. Jumlah kasus baru Kusta di dunia pada tahun 2011
adalah sekitar 219.075. Dari jumlah tersebut paling banyak terdapat regional Asia
Tenggara (160.132) diikuti regional Amerika (36.832), regional Afrika (12.673)
dan sisanya berada di regional lain di dunia (Kementrian Kesehatan RI Ditjen PP
dan PL, 2012).
Sementara itu di Regional Asia Tenggara dilihat dari situasi Kusta di
wilayah WHO-SEARO pada tahun 2011, Indonesia menduduki peringkat ketiga
setelah India (127.295 kasus) dan Brazil (33.955 kasus) dengan jumlah kasus baru
yang ditemukan (CDR) sebanyak 20.023 kasus dan jumlah kasus Kusta terdaftar
(prevalensi) awal tahun 2012 sebanyak 23.169 kasus. Berdasarkan Kementerian
Kesehatan RI Ditjen PP dan PL (2012) dalam 12 tahun terakhir (2000-2011),
situasi penyakit Kusta di Indonesia tidak mengalami perubahan, jadi dapat
disimpulkan bahwa penyakit Kusta masih menjadi masalah di Indonesia.
Berdasarkan studi pendahuluan yang peneliti lakukan di Dinas Kesehatan
Kabupaten Jember, bahwa Kabupaten Jember menduduki peringkat ke empat di
Provinsi Jawa Timur setelah Kabupaten Sampang, Sumenep, Bangkalan. Pada
tahun 2013, jumlah penderita Kusta di Jember mencapai 158 penderita, tahun
2014 meningkat menjadi 296 penderita dan pada tahun 2015 sebanyak 287
penderita.
Dampak yang akan terjadi apabila tindakan pencegahannya tidak
dioptimalkan yaitu dapat menimbulkan kecacatan pada penderita Kusta. Dampak

ix
penderita Kusta tidak hanya mempengaruhi kondisi kesehatan, namun juga
mempengaruhi keadaan ekonomi dan sosial, misalnya stigma yang muncul di
masyarakat diakibatkan pola pikir masyarakat yang salah.
Sistem Informasi Geografis merupakan sistem berbasis komputer yang
digunakan untuk memproses, menyusun, menyimpan, memanipulasi, dan
menyajikan data spasial. Adapun cara untuk memberikan gambaran informasi
yaitu dalam bentuk pemetaan dengan menggunakan Quantum GIS.
Penelitian ini bertujuan untuk memetakan secara digital sebaran penyakit
Kusta per wilayah di Kabupaten Jember. Jenis penelitian yang digunakan peneliti
adalah jenis penelitian kualitatif.
Hasil dari penelitian ini adalah peta digital persebaran penyakit Kusta
berbasis website di Kabupaten Jember. Peta digital ini dilengkapi warna yang
dapat mendefinisikan jumlah kejadian Kusta dilihat dari angka prevalensinya di
tiap wilayah pada Kabupaten Jember. Tidak hanya itu, peta digital juga dapat
menampilkan keterangan di tiap kecamatan, sehingga dapat diketahui karakteristik
dari suatu daerah tersebut.
Diharapkan peta digital penyebaran penyakit Kusta berbasis website dapat
membantu petugas Dinas Kesehatan Kabupaten Jember untuk mengetahui
penyebaran penyakit Kusta dan menentukan wilayah prioritas pelaksanaan
program antisipasi dan penanggulangan penyakit Kusta di Kabupaten Jember,
sehingga dapat mengurangi jumlah penderita Kusta, penyakit Kusta dapat segera
diketahui persebarannya, dan upaya pencegahan penularan dapat dilakukan sedini
mungkin. Serta dapat memberikan pengetahuan bagi masyarakat tentang penyakit
Kusta itu sendiri, sehingga masyarakat dapat mengetahui gejala-gejala awal Kusta
dan bisa melakukan pencegahan secara dini.

x
PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan
karunia-Nya, maka penulis karya tulis ilmiah berjudul Pemetaan Digital
Penyebaran Penyakit Kusta Berbasis Website di Kabupaten Jember Tahun 2013-
2015 dapat diselesaikan dengan baik.
Tulisan ini adalah laporan hasil penelitian yang dilaksanakan mulai bulan
Maret 2016-Januari 2017, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains Terapan Kesehatan (S.Tr.Kes) di Program Studi Rekam Medik
Jurusan Kesehatan.
Penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Direktur Politeknik Negeri Jember Bapak Ir.Nanang Dwi Wahyono, MM
2. Ketua Jurusan Kesehatan Ibu Sustin Farlinda,S.Kom, M.T.
3. Ketua Program Studi Rekam Medik Ibu Faiqatul Hikmah, S.KM, M.Kes
4. Ibu Faiqatul Hikmah, S.KM, M.Kes selaku pembimbing 1
5. Ibu Vita Permatasari, ST.,MT selaku pembimbing 2
6. Staf dan karyawan di Dinas Kesehatan Kabupaten Jember yang telah
membantu dalam memberikan data dan informasi yang dibutuhkan
7. Teman-teman Rekam Medik angkatan 2013 yang telah memberikan
motivasi selama proses pengerjaan skripsi ini.
Laporan karya tulis ilmiah ini masih kurang sempurna, mengharapkan
kritik dan saran yang sifatnya membangun guna perbaiki di masa mendatang.
Semoga tulisan ini bermanfaat.

Jember, 2017

Penulis

xi
PERNYATAAN
PERSETUJUAN PUBLIKASI
KARYA TULIS ILMIAH UNTUK
KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, Saya :


Nama : Zahrotul Jannah
NIM : G41130743
Program Studi : Rekam Medik
Jurusan : Kesehatan

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui untuk memberikan


kepada UPT Perpustakaan Politeknik Negeri Jember, Hak Bebas Royalti Non-
Eksklusif (Non-Exclusive Royalty Free Right) atas Karya Ilmiah berupa Skripsi
saya yang berjudul :

PEMETAAN DIGITAL PENYEBARAN PENYAKIT KUSTA BERBASIS


WEBSITE DI KABUPATEN JEMBER TAHUN 2013-2015

Dengan Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif ini UPT Perpustakaan Politeknik


Negeri Jember berhak menyimpan, mengalih media atau format, mengelola dalam
bentuk pangkalan data (database), mendistribusikan karya dan menampilkan atau
mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis
tanpa perlu meminta ijin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis atau pencipta.

Saya bersedia untuk menanggung secara pribadi tanpa melibatkan pihak


Politeknik Negeri Jember, segala bentuk tuntutan hukum yang timbul atas
Pelanggaran Hak Cipta dalam Karya Tulis Ilmiah ini.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Jember
Pada Tanggal : 23 Agustus 2017
Yang menyatakan,

Nama : Zahrotul Jannah


NIM : G41130743
xii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ................................................................................. i

HALAMAN PENGESAHAN................................................................... ii

HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................... iii

MOTTO ..................................................................................................... v

SURAT PERNYATAAN .......................................................................... vi

ABSTRACT ................................................................................................ vii

ABSTRAK ................................................................................................. viii

RINGKASAN ............................................................................................ ix

PRAKATA ................................................................................................. xi

PERNYATAAN PUBLIKASI.................................................................. xii

DAFTAR ISI.............................................................................................. xiii

DAFTAR TABEL ..................................................................................... xvii

DAFTAR GAMBAR................................................................................. xviii

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xx

DAFTAR SINGKATAN........................................................................... xxi

BAB 1. PENDAHULUAN ........................................................................ 1


1.1 Latar Belakang............................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian........................................................................ 4
1.3.1 Tujuan Umum ...................................................................... 4
1.3.2 Tujuan Khusus..................................................................... 4
1.4 Manfaat Penelitian...................................................................... 5
1.4.1 Manfaat Bagi Peneliti .......................................................... 5

xiii
1.4.2 Manfaat Bagi Dinas Kesehatan Jember ............................ 6
1.4.3 Manfaat Bagi Politeknik Negeri Jember ........................... 6

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA............................................................... 7


2.1 Penelitian Terdahulu .................................................................. 7
2.2 State Of The Art........................................................................... 9
2.3 Dasar teori ................................................................................... 9
2.3.1 Pengertian Kusta.................................................................. 9
2.3.2 Penyebab............................................................................... 10
2.3.3 Sumber Penularan ............................................................... 10
2.3.4 Cara Penularan .................................................................... 11
2.3.5 Upaya Pengendalian Penularan ......................................... 11
2.3.6 Klasifikasi Penyakit Kusta.................................................. 12
2.3.7 Patogenesis............................................................................ 14
2.3.8 Diagnosis ............................................................................... 15
2.3.9 Kecacatan ............................................................................. 15
2.3.10 Upaya Pencegahan Cacat Kusta......................................... 18
2.3.11 Pemeriksaan ......................................................................... 19
2.3.12 Pengobatan ........................................................................... 22
2.3.13 Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Kusta ....... 24
2.3.14 Faktor-Faktor Geografi yang Mempengaruhi Terjadinya
Kusta ..................................................................................... 25
2.4 Kondisi Geografis dan Iklim...................................................... 27
2.4.1 Kondisi Geografis ................................................................ 27
2.4.2 Kondisi Geografis Administratif ........................................ 27
2.4.2 Kondisi Demografi ............................................................... 28
2.5 Dinas Kesehatan Jember............................................................ 29
2.5.1 Tugas dan Fungsi Dinas Kesehatan Jember ..................... 30
2.6 Peta ............................................................................................... 30
2.6.1 Pengertian Peta .................................................................... 30
2.6.2 Fungsi Peta ........................................................................... 30
2.6.3 Peta Digital ............................................................................ 30

xiv
2.7 Sistem Informasi Geografis........................................................ 31
2.7.1 Sistem .................................................................................... 31
2.7.2 Informasi............................................................................... 31
2.7.3 Sistem Informasi .................................................................. 31
2.7.4 Sistem Informasi Geografis................................................. 32
2.7.5 Sistem Informasi Geografis Bidang Kesehatan ................ 33
2.8 Quantum GIS ............................................................................... 33
2.9 Web GIS........................................................................................ 35
2.10 HTML .......................................................................................... 35
2.11 PHP............................................................................................... 35
2.12 CSS ............................................................................................... 36
2.13 Javascript..................................................................................... 36
2.14 XAMPP ........................................................................................ 36
2.15 Flowchart ..................................................................................... 36
2.16 Data Flow Diagram ..................................................................... 38
2.17 Entity Relationship Diagram ....................................................... 39
2.18 Diagram Waterfall....................................................................... 40
2.19 Pengujian Sistem......................................................................... 40
2.19.1 Pengujian Sistem Black-Box............................................. 40
2.19.2 Pengujian Sistem White-Box............................................. 41
2.20 Kerangka Konsep........................................................................ 41
2.20.1 Input.................................................................................... 42
2.20.2 Proses .................................................................................. 42
2.20.3 Output................................................................................. 42

BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN................................................. 44


3.1 Jenis Penelitian............................................................................ 44
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian..................................................... 44
3.3 Teknik Pengumpulan Data ........................................................ 44
3.3.1 Observasi ............................................................................ 44
3.3.2 Wawancara ........................................................................ 44
3.3.3 Dokumentasi ...................................................................... 44

xv
3.3.4 Brainstorming .................................................................... 44
3.4 Instrumen Penelitian .................................................................. 45
3.5 Alat dan Bahan............................................................................ 45
3.5.1 Alat...................................................................................... 45
3.5.2 Bahan .................................................................................. 46
3.6 Definisi Operasional.................................................................... 46
3.7 Tahapan Penelitian ..................................................................... 48
3.8 Gambaran Sistem........................................................................ 52

BAB 4. PEMBAHASAN ........................................................................... 54


4.1 Menganalisis Kebutuhan Sistem Pemetaan Digital Penyebaran
Penyakit Kusta Berbasis Website di Kabupaten Jember Tahun
2013-2015 ..................................................................................... 54
4.2 Membuat Desain Sistem Pemetaan Digital Penyebaran
Penyakit Kusta Berbasis Website di Kabupaten Jember
Tahun 2013-2015......................................................................... 59
4.2.1 Desain Sistem ..................................................................... 60
4.2.2 Digitasi Peta di QGIS ........................................................ 66
4.2.3 Desain Database & Tabel di MySQL ............................... 66
4.2.4 Pembuatan web .................................................................. 66
4.3 Melakukan Pengkodean Sistem ke Dalam Program Komputer
Sesuai Dengan Desain Yang Telah Dibuat pada Pemetaan
Digital Penyebaran Penyakit Kusta Berbasis Website di
Kabupaten Jember Tahun 2013-2015....................................... 67
4.4 Melakukan Pengujian Program Komputer Menjadi Pemetaan
Digital Penyebaran Penyakit Kusta Berbasis Website di
Kabupaten Jember Tahun 2013-2015....................................... 87
4.4.1 Cara Penggunaan Program .............................................. 89
4.5 Mendeskripsikan Jumlah Kasus Kusta di Kabupaten Jember
Tahun 2013-2015......................................................................... 90
4.6 Mendeskripsikan Jumlah Kasus Kusta di Kabupaten Jember
Tahun 2013-2015 berdasarkan Kepadatan Penduduk............ 96

xvi
4.7 Mendeskripsikan Jumlah Kasus Kusta di Kabupaten Jember
Tahun 2013-2015 berdasarkan Tingkat Suhu.......................... 99
4.8 Mendeskripsikan Jumlah Kasus Kusta di Kabupaten Jember
Tahun 2013-2015 berdasarkan Kelembaban Udara ............... 100
4.9 Kelemahan Penelitian ................................................................. 105

BAB 5. KESIMPULAN & SARAN ......................................................... 107


5.1 Kesimpulan.................................................................................. 107
5.2 Saran ............................................................................................ 108

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 109

LAMPIRAN............................................................................................... 111

xvii
DAFTAR TABEL

Halaman
1.1 Data Penderita Kusta Tahun 2013-2015 ....................................................2

2.1 State Of The Art .........................................................................................9

2.2 Perbedaan Kusta tipe PB dan MB Menurut WHO....................................14

3.1 Definisi Operasional .................................................................................46

4.1 Tabel Users ...............................................................................................65

4.2 Tabel Suspect ............................................................................................65

4.3 Tabel Kecamatan.......................................................................................66

4.4 Daftar Menu dan Sub-Menu pada Tampilan Awal Setelah Log in..........84

4.5 Pengujian Sistem Pemetaan Digital Penyebaran Penyakit Kusta

Berbasis Website di Kabupaten Jember Tahun 2013-2015.......................88

4.6 Data Penderita Kusta Tahun 2013-2015 ...................................................90

4.7 Peringkat 3 Besar Jumlah Penderita Kusta Tahun 2015 ...........................92

4.8 Data Penderita Kecamatan Sumberbaru ...................................................92

4.9 Data Penderita Kecamatan Puger..............................................................93

4.10 Data Penderita Kecamatan Jenggawah ...................................................94

4.11 Data Penderita Kecamatan Arjasa...........................................................95

4.12 Penderita Kusta terhadap Kepadatan Penduduk Tahun 2013-2015........97

xviii
DAFTAR GAMBAR

Halaman
2.1 Mata Rantai Penularan Penyakit Kusta.....................................................12

2.2 Piramida Penduduk Kabupaten Jember ....................................................28

2.3 Subsistem SIG...........................................................................................32

2.4 Simbol-Simbol System Flowchart ............................................................37

2.5 Simbol-Simbol Program Flowchart .........................................................38

2.6 Simbol-Simbol Data Flow Diagram ........................................................38

2.7 Simbol-Simbol Entity Relationship Diagram...........................................39

2.8 Metode Pengembangan Perangkat Lunak Waterfall.................................40

2.9 Kerangka Konsep......................................................................................41

3.1 Diagram Tahapan Penelitian.....................................................................48

3.2 Gambaran Sistem Website ........................................................................52

4.1 Flowchart System Setelah Log in............................................................. 61

4.2 Flowchart System Sebelum Log in........................................................... 62

4.3 Context Diagram...................................................................................... 62

4.4 DFD Level 1 .............................................................................................63

4.5 ERD...........................................................................................................64

4.6 Hasil Pengkodean Menampilkan Peta ......................................................69

4.7 Hasil Pengkodean Pemberian Warna Peta Per Wilayah .......................... 70

4.8 Hasil Pengkodean Menampilkan Data Kusta di Peta ...............................71

4.9 Informasi Kusta.........................................................................................72

4.10 Hasil Pengkodean Menampilkan Grafik .................................................72

xix
4.11 Informasi Kusta Pada Submenu Kusta & Klasifikasi .............................75

4.12 Informasi Kusta Pada Submenu Pengobatan Kusta................................75

4.13 Informasi Kusta Pada Submenu Pencegahan Kusta ...............................76

4.14 Peta Awal Sebelum Dipilih Berdasarkan Tahun ....................................76

4.15 Peta Tahun 2013 .....................................................................................77

4.16 Peta Tahun 2014 .....................................................................................77

4.17 Peta Tahun 2015 .....................................................................................78

4.18 Keterangan Data Kusta ...........................................................................78

4.19 Tingkatan Warna Peta.............................................................................79

4.20 Grafik Tahun 2013 ..................................................................................80

4.21 Grafik Tahun 2014 ..................................................................................80

4.22 Grafik Tahun 2015 ..................................................................................81

4.23 Menu Tabel Populasi Penyakit ...............................................................81

4.24 Tampilan Log in......................................................................................82

4.25 Tampilan Ketika Sudah Memasukkan Username/Password..................82

4.26 Tampilan Awal Setelah Log in ...............................................................83

4.27 Tampilan Menu Penderita.......................................................................84

4.28 Tampilan Menu Cetak Laporan ..............................................................85

4.29 Laporan Data Kusta ................................................................................86

4.30 Menu Log out ..........................................................................................86

xx
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Permohonan Observasi, Wawancara dan Brainstroming .........................112

2. Lembar Informed Consent ........................................................................113

3. Hasil Wawancara Penelitian .....................................................................116

4. Hasil Observasi .........................................................................................124

5. Hasil Brainstorming..................................................................................126

6. Surat Ijin Studi Pendahuluan Dinas Kesehatan ........................................132

7. Surat Ijin Studi Pendahuluan Dinas Kesehatan Pengendalian Penyakit

dan Penyehatan Lingkungan .....................................................................134

8. Rencana Kegiatan Penelitian ....................................................................136

9. Dokumentasi .............................................................................................138

xxi
DAFTAR SINGKATAN

Singkatan Keterangan
BTA : Bakteri Tahan Asam
CDR : Case Detection Rate
DFD : Data Flow Diagram
Dinkes : Dinas Kesehatan
ERD : Entity Relationship Diagram
KLB : Kejadian Luar Biasa
MB : Multi Basiller
MDT : Multi Drug Therapy
PB : Pausi Basiller
PR : Prevalensi Rate
SIG : Sistem Informasi Geografis
RSU : Rumah Sakit Umum
QGIS : Quantum Geography Information System

xxi
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit kusta merupakan salah satu penyakit menular menahun yang
menimbulkan masalah yang sangat komplek yang disebabkan oleh infeksi bakteri
Mycobacterium leprae (M.leprae). Masalah yang dimaksud bukan hanya dari segi
medis tetapi meluas sampai masalah sosial, ekonomi, budaya, keamanan dan
ketahanan nasional (Kementrian Kesehatan RI Ditjen PP dan PL, 2012).
Kementrian Kesehatan RI Ditjen PP dan PL (2012) menjelaskan bahwa
penyakit kusta umumnya terdapat di negara yang sedang berkembang sebagai
akibat keterbatasan kemampuan negara itu dalam memberikan pelayanan yang
memadai dalam bidang kesehatan, pendidikan, kesejahteraan sosial ekonomi pada
masyarakat. Jumlah kasus baru Kusta di dunia pada tahun 2011 adalah sekitar
219.075 kasus. Jumlah tersebut paling banyak terdapat di regional Asia Tenggara
(160.132 kasus) diikuti regional Amerika (36.832 kasus), regional Afrika (12.673
kasus), dan sisanya berada di regional lain di dunia. Sementara itu di Regional
Asia Tenggara dilihat dari situasi Kusta di wilayah WHO-SEARO pada tahun
2011, Indonesia menduduki peringkat ketiga setelah India (127.295 kasus) dan
Brazil (33.955 kasus) dengan jumlah kasus baru yang ditemukan (CDR) sebanyak
20.023 kasus dan jumlah kasus Kusta terdaftar (prevalensi) awal tahun 2012
sebanyak 23.169 kasus. Berdasarkan Kementrian Kesehatan RI Ditjen PP dan PL
(2012) dalam 12 tahun terakhir (2000-2011), situasi penyakit Kusta di Indonesia
tidak mengalami perubahan, jadi dapat disimpulkan bahwa penyakit Kusta masih
menjadi masalah di Indonesia.
Jawa Timur berada pada peringkat pertama di tingkat nasional untuk
jumlah penemuan kasus Kusta tertinggi diantara provinsi lainnya dengan jumlah
kasus baru (jiwa) sebanyak 5.284 kasus dan CDR 14,00% pada tahun 2011-2013
(Infodatin Kemenkes RI). Rata-rata penemuan Kusta di Jawa Timur per tahun
antara 4000 – 5000 orang. Pada tahun 2012, penemuan penderita baru di Jawa
Timur sebanyak 4.807 orang (25,5% dari jumlah penderita baru di Indonesia).
Angka kesakitan penyakit Kusta di 16 Kabupaten / Kota di Jawa Timur masih
1
2

cukup tinggi, karena mempunyai prevalensi diatas 1 per 10.000


penduduk terutama di daerah Pantai Utara Jawa dan Madura, sedangkan
Kabupaten Jember menduduki peringkat ke empat di Provinsi Jawa Timur setelah
Kabupaten Sampang (541 kasus), Sumenep (540 kasus), Bangkalan (393 kasus)
dan Kabupaten Jember dengan jumlah penderita sebanyak 373 kasus (Profil
Kesehatan Provinsi Jawa Timur, 2012).
Adapun data yang didapat dari Dinas Kesehatan Jember mengenai
banyaknya jumlah penderita penyakit Kusta di Kabupaten Jember dari tahun
2013-2015 sebagai berikut :
Tabel 1.1 Data Penderita Kusta Tahun 2013-2015
Data Penderita Kusta Kabupaten Jember 2013-2015
Tahun Angka penderita Kusta PR per 10.000 penduduk
2013 307 kasus 1,29 per 10.000 penduduk
2014 328 kasus 1,37 per 10.000 penduduk
2015 296 kasus 1,23 per 10.000 penduduk
Sumber : Data Kusta Dinas Kesehatan Jember Tahun 2013-2015
Berdasarkan tabel diatas didapatkan jumlah penderita Kusta dari tahun
2013-2015 sebanyak 741 penderita Kusta. Tahun 2013 jumlah kasus baru yang
ditemukan sebanyak 307 penderita, pada tahun 2014 jumlah kasus baru yang
ditemukan mengalami peningkatan menjadi 328 penderita, sedangkan pada tahun
2015 menunjukkan bahwa penderita Kusta mengalami penurunan menjadi 296
penderita. Selain data diatas, informasi lain yang didapatkan dari hasil laporan
data peringkat penyakit Dinas Kesehatan Jember yaitu Kusta menduduki
peringkat ke 217 dari total 407 berbagai macam penyakit menular dan tidak
menular. Berdasarkan hasil wawancara dengan petugas Dinas Kesehatan, penyakit
Kusta memang tidak masuk dalam peringkat 10 besar, dikarenakan laporan data
penyakit baik penyakit menular dan tidak menular tidak dipisah, serta di
Kabupaten Jember penyakit Kusta termasuk high endemic dan merupakan
penyakit kronis yang jika tidak segera dilakukan pengobatan dapat menimbulkan
kecacatan.
Menurut hasil wawancara dengan Kepala Bidang P2KL Dinas Kesehatan
Jember, penyakit Kusta memang bukan termasuk KLB (Kejadian Luar Biasa),
3

tetapi setiap tahunnya penyakit menular ini penderitanya menunjukkan angka


yang tinggi. Tingginya jumlah penderita kusta di Jember cepat meningkat karena
penyakit kusta di Jember sebagian besar adalah tipe Multi Basiller (MB) yaitu tipe
Kusta basah yang sangat mudah menular. Dari hasil data penderita Kusta yang
diperoleh dari Dinas Kesehatan Jember 2013-2015 menunjukkan bahwa penderita
Kusta dengan tipe MB memang mengalami peningkatan, misalnya pada
kecamatan Gumukmas tahun 2013 penderita Kusta tipe MB jumlahnya 9 orang,
tahun 2014 jumlahnya 11 orang, dan tahun 2015 jumlahnya 18 orang.
Menurut hasil wawancara dengan informan 2, selain masalah tingginya
jumlah tipe Kusta MB di Kabupaten Jember, yaitu Dinas Kesehatan Jember tidak
memiliki aplikasi pemetaan digital untuk mengetahui penyebaran penderita Kusta
dan Kabupaten Jember juga masih belum mencapai eliminasi penyakit Kusta.
Tahap eliminasi bisa dicapai, apabila angka prevalensi nya kurang dari 1 per
10.000 penduduk. Adapun jumlah angka prevalensi yang didapatkan dari tahun
2013-2015 yaitu : tahun 2013 jumlahnya 1,29 per 10.000 penduduk, tahun 2014
jumlahnya 1,37 per 10.000 penduduk, dan tahun 2015 jumlahnya 1,23 per 10.000
penduduk. Sehingga, bisa dikatakan bahwa Kabupaten Jember masih bermasalah
terhadap penyakit Kusta. Hal ini yang memungkinkan terjadi peningkatan jumlah
kasus Kusta di tahun berikutnya jika tindakan pencegahannya tidak dioptimalkan.
Dampak yang akan terjadi apabila tindakan pencegahannya tidak
dioptimalkan yaitu dapat menimbulkan kecacatan pada penderita Kusta. Hal ini
terjadi karena penderita tidak patuh dalam mengkonsumsi obat, sedangkan di
setiap Puskesmas sudah disediakan obat-obatan untuk penderita Kusta. Bila
penderita Kusta tidak minum obat secara teratur, maka kuman Kusta dapat
menjadi resisten/kebal terhadap MDT, sehingga gejala penyakit menetap, bahkan
memburuk. Dampak penderita Kusta tidak hanya mempengaruhi kondisi
kesehatan, namun juga mempengaruhi keadaan ekonomi dan sosial, misalnya
stigma yang muncul di masyarakat diakibatkan pola pikir masyarakat yang salah.
Masyarakat beranggapan bahwa Kusta merupakan penyakit kutukan, penyakit
najis, dan menjijikkan, sehingga akan menimbulkan masalah sosial yaitu akan
terjadi kesenjangan dalam beinteraksi sosial.
4

Sistem Informasi Geografis merupakan sistem berbasis komputer yang


digunakan untuk memproses, menyusun, menyimpan, memanipulasi, dan
menyajikan data spasial. Adapun cara untuk memberikan gambaran informasi
yaitu dalam bentuk pemetaan dengan menggunakan Quantum GIS.
Quantum GIS merupakan aplikasi yang sifatnya open source dan dapat
memberikan informasi dengan mudah melalui bentuk peta dengan dilengkapi
gradasi warna yang nantinya dapat mengetahui persebaran Kusta yang tinggi
penderitanya. Oleh karena itu, dibutuhkan peta sebaran penyakit Kusta yang
diharapkan dapat membantu petugas Dinas Kesehatan Kabupaten Jember untuk
mengetahui penyebaran penyakit Kusta dan menentukan wilayah prioritas
pelaksanaan program antisipasi dan penanggulangan penyakit Kusta di Kabupaten
Jember, sehingga dapat mengurangi jumlah penderita Kusta, penyakit Kusta dapat
segera diketahui persebarannya, dan upaya pencegahan penularan dapat dilakukan
sedini mungkin.
Berdasarkan masalah yang melatar belakangi diatas, sehingga peneliti
tertarik untuk menyusun tugas akhir dengan judul “Pemetaan Digital Penyebaran
Penyakit Kusta Berbasis Website di Kabupaten Jember Tahun 2013-2015”.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian dalam latar belakang, maka dapat dirumuskan masalah
penelitian sebagai berikut: Bagaimana persebaran penyakit kusta berbasis Website
di Kabupaten Jember Tahun 2013-2015 dengan menggunakan Quantum GIS ?

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Memetakan persebaran penyakit kusta berbasis website di Kabupaten
Jember tahun 2013-2015 dengan menggunakan Quantum GIS.
1.3.2 Tujuan Khusus :

a. Menganalisis kebutuhan sistem pemetaan digital penyebaran penyakit Kusta


berbasis website di Kabupaten Jember tahun 2013-2015.
5

b. Membuat desain sistem pemetaan digital penyebaran penyakit Kusta berbasis


website di Kabupaten Jember tahun 2013-2015.
c. Melakukan pengkodean sistem ke dalam program komputer sesuai dengan
desain yang telah dibuat pada pemetaan digital penyebaran penyakit Kusta
berbasis website di Kabupaten Jember tahun 2013-2015.
d. Melakukan pengujian program komputer menjadi pemetaan digital
penyebaran penyakit Kusta berbasis website di Kabupaten Jember tahun
2013-2015.
e. Mendeskripsikan jumlah kasus Kusta di Kabupaten Jember Tahun 2013-
2015.
f. Mendeskripsikan jumlah kasus Kusta di Kabupaten Jember Tahun 2013-2015
berdasarkan kepadatan penduduk.
g. Mendeskripsikan jumlah kasus Kusta di Kabupaten Jember Tahun 2013-2015
berdasarkan tingkat suhu.
h. Mendeskripsikan jumlah kasus Kusta di Kabupaten Jember Tahun 2013-2015
berdasarkan kelembaban udara.

1.4 Manfaat Penelitian


Setiap hasil penelitian pada prinsipnya harus berguna sebagi petunjuk
pengambilan keputusan dalam artian yang cukup jelas. Adapun manfaat penulisan
skripsi adalah sebagi berikut :
1.4.1 Manfaat Bagi Peneliti
a. Memberikan pengalaman kepada penulis untuk menerapkan dan memperluas
wawasan penerapan teori dan pengetahuan yang telah diterima di dalam
perkuliahan pada kegiatan nyata khususnya dibidang SIG terkait pemetaan
penyakit menular.
b. Sebagai persyaratan dalam mencapai gelar Sarjana Sains Terapan sekaligus
telah menyelesaikan pendidikan di Politenik Negeri Jember.
6

1.4.2 Manfaat Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Jember


Memberikan informasi wilayah yang mempunyai tingkat penyebaran
Kusta tinggi, sehingga lebih mudah dalam memantau dan mengawasi penyebaran
penyakit Kusta di Kabupaten Jember.
1.4.3 Manfaat Bagi Politeknik Negeri Jember
Sebagai bahan referensi dalam mendukung penelitian selanjutnya dan
pengembangan ilmu pengetahuan di Politeknik Negeri Jember.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu


2.1.1 Analisis Spasial Kejadian Penyakit Kusta di Kabupaten Rembang
Tahun 2012
Kusta adalah penyakit menular menahun yang disebabkan oleh infeksi
Mycobacterium Leprae. Angka kesakitan penyakit kusta di tujuh kabupaten/kota
di Jawa Tengah masih cukup tinggi, karena mempunyai prevalensi di atas
1/10.000 penduduk. Tujuh kabupaten tersebut meliputi Brebes, Tegal, Blora,
Pekalongan, Kudus, Kota Tegal, dan Rembang. Prevalensi Rate (PR) Kusta di
Kabupaten Rembang pada tahun 2011 sebesar 2,39 per 10.000 penduduk
sedangkan Case Detection Rate (CDR) sebesar 1,89 per 10.000 penduduk. Jenis
penelitian ini adalah penelitian observasional yaitu dengan melihat secara
langsung gambaran dan keadaan suatu objektif tersebut. Tujuan dari penelitian ini
adalah menggambarkan distribusi penderita kusta berdasarkan orang, tempat, dan
waktu di Kabupaten Rembang dengan Sistem Informasi Geografis. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa penderita kusta pada tahun 2011 menyebar
merata di seluruh wilayah Kabupaten Rembang. Penderita banyak berusia dewasa
sebanyak 30 orang (33%) dan jumlah laki-laki lebih banyak daripada perempuan
dengan pendidikan masih rendah dan sebagian besar penderita bekerja sebagai
buruh dengan pendapatan kurang dari UMR di Kabupaten Rembang. Penderita
dengan tipe MB lebih banyak dan persebarannya merata di semua wilayah
Kabupaten Rembang. Hasil pemetaan persebaran penderita kusta banyak terdapat
di daerah yang memiliki kepadatan penduduk, kepadatan hunian, lembab dan
pinggiran laut. Hal itu disebabkan adanya lingkungan yang tidak memenuhi syarat
kesehatan dan sanitasi yang sangat buruk.

2.1.2 Pemetaan dan Analisis Geografis Persebaran Penyakit Kusta di


Kabupaten Sumenep Tahun 2012-2014 Dengan Aplikasi Arcview GIS 3.3
Penyakit Kusta merupakan salah satu penyakit menular menahun yang
menimbulkan masalah yang sangat komplek yang disebabkan oleh infeksi bakteri

7
8

Mycobacterium Leprae (M.Leprae). Kusta di Kabupaten Sumenep menempati


peringkat kedua di Jawa Timur. Pada Tahun 2012 jumlah kasus Kusta sebanyak
540 kasus, Tahun 2013 sebanyak 475 kasus dan Tahun 2014 sebanyak 517 kasus.
Untuk itu perlu dilakukan pemantauan secara intensif untuk menekan angka
kejadian Kusta. Pemantauan dapat dilakukan dengan mudah menggunakan Sistem
Pemetaan persebaran penyakit Kusta di Kabupaten Sumenep. Sistem pemetaan ini
menggunakan Aplikasi Arcview GIS 3.3. Penelitian ini bertujuan untuk
memetakan wilayah-wilayah terkait persebaran penyakit Kusta di Kabupaten
Sumenep. Penelitian ini dilakukan di Dinas Kesehatan Kabupaten Sumenep. Jenis
penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan berupa pemetaan. Dalam
penelitian ini, Arcview GIS 3.3 digunakan untuk membuat peta digital dan
database atribut-atribut Kecamatan. Hasil dari penelitian ini adalah sebuah peta
digital yang menunjukkan angka kejadian Kusta di Kabupaten Sumenep. Peta
digital ini menampilkan atribut diantaranya, jumlah kusta per kecamatan,
kepadatan penduduk, luas wilayah, tingkat suhu, kelembaban udara dan jumlah
puskesmas. Peta digital ini dilengkapi dengan gradasi warna sebagai indikator
tinggi rendahnya kasus Kusta di tiap wilayah kecamatan. Peta digital ini
diharapkan dapat digunakan Dinas Kesehatan kabupaten Sumenep sebagai acuan
pengambilan keputusan terhadap kejadian kusta.
9

2.2 State of The Art


Table 2.1 State of The Art
No Peneliti Rohmad R.Aj Rina Dwi N Zahrotul Jannah
(2012) (2015) (2016)
1 Judul Analisis Spasial Pemetaan dan Pemetaan Digital
Kejadian Penyakit Analisis Geografi Penyebaran
Kusta di Persebaran Penyakit Kusta
Kabupaten Penyakit Kusta di Berbasis Website
Rembang tahun Kabupaten di Kabupaten
2012 Sumenep Tahun Jember Tahun
2012-2014 2013-2015
dengan Aplikasi
Arcview GIS 3.3
2 Metode Deskriptif Deskriptif Waterfall
3 Lokasi Kab. Rembang Kab. Sumenep Kab. Jember
4 Ruang Analisis spasial Peta digital Peta digital
Lingkup penyakit Kusta penyebaran Kusta penyebaran Kusta
tahun 2012-2014 berbasis website
tahun 2013-2015

Kekurangan dan Kelebihan :


Dibandingkan dengan peneliti terdahulu, kelebihan dari penelitian yang
saya buat yaitu : Pemetaan digital yang saya buat berbasis website dan data nya
dapat di update. Sedangkan kekurangan dari peneliti terdahulu dibanding dengan
penelitian yang saya buat yaitu : Pemetaan digital peneliti terdahulu tidak berbasis
website dan data nya tidak dapat di update.

2.3 Dasar Teori


2.3.1 Pengertian Kusta
Penyakit Kusta atau Lepra disebut juga Morbus Hansen, sesuai dengan
nama yang menemukan kuman. Kusta adalah penyakit yang disebabkan oleh
infeksi Mycobacterium Leprae. Kusta menyerang berbagai bagian tubuh
diantaranya saraf dan kulit. Penyakit ini adalah penyakit granulomatosa pada saraf
tepi dan mukosa dari saluran pernafasan atas dan lesi pada kulit adalah tanda yang
10

bisa diamati dari luar. Bila tidak ditangani, kusta dapat sangat progresif
menyebabkan kerusakan pada kulit, saraf, anggota gerak, dan mata (Pusat Data
dan Informasi Kemenkes RI).

2.3.2 Penyebab
Penyakit Kusta disebabkan oleh bakteri yang bernama Mycobacterium
Leprae. Dimana Mycobacterium ini adalah kuman aerob, tidak membentuk spora,
berbentuk batang, dikelilingi oleh membran sel lilin yang merupakan ciri dari
spesies Mycobacterium, berukuran panjang 1-8 micro, lebar 0,2-0,5 micro,
biasanya berkelompok dan ada yang tersebar satu-satu, hidup dalam sel dan
bersifat tahan asam (BTA) atau gram positif, tidak mudah diwarnai namun jika
diwarnai akan tahan terhadap dekolorisasi oleh asam atau alkohol sehingga
dinamakan sebagai basil “tahan asam”. Mycobacterium Leprae belum dapat
dikultur pada laboratorium. Kuman ini menular kepada manusia melalui kontak
langsung dengan penderita (keduanya harus ada lesi baik mikroskopis maupun
makroskopis, dan adanya kontak yang lama dan berulang-ulang) dan melalui
pernapasan, bakteri Kusta ini mengalami proses perkembangbiakan dalam waktu
2-3 minggu, pertahanan bakteri ini dalam tubuh manusia mampu bertahan 9 hari
di luar tubuh manusia, kemudian kuman membelah dalam jangka 14-21 hari
dengan masa inkubasi rata-rata 2 hingga 5 tahun bahkan juga dapat memakan
waktu lebih dari 5 tahun. Setelah 5 tahun, tanda-tanda seseorang menderita
penyakit Kusta mulai muncul, antara lain : kulit mengalami bercak putih, merah,
rasa kesemutan bagian anggota tubuh hingga tidak berfungsi sebagaimana
mestinya. Penatalaksanaan kasus yang buruk dapat menyebabkan Kusta menjadi
progresif, menyebabkan kerusakan permanen pada kulit, saraf, anggota gerak, dan
mata (Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI).

2.3.3 Sumber Penularan


Sampai saat ini hanya manusia satu-satunya yang dianggap sebagai
sumber penularan walaupun kuman kusta dapat hidup pada armadillo, simpanse
dan pada telapak kaki tikus yang tidak mempunyai kelenjar thymus. Kuman Kusta
11

banyak ditemukan di mukosa hidung manusia. Telah terbukti bahwa saluran nafas
bagian atas dari pasien tipe Lepromatosa merupakan sumber kuman (Kemenkes
RI Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, 2012).

2.3.4 Cara Penularan


Kuman Kusta mempunyai masa inkubasi rata-rata 2-5 tahun, akan tetapi
dapat juga bertahun-tahun. Penularan terjadi apabila M.Leprae yang utuh (hidup)
keluar dari tubuh penderita dan masuk ke dalam tubuh orang lain. Secara teoritis
penularan ini dapat terjadi dengan cara kontak yang lama dengan penderita.
Penderita yang sudah minum obat MDT tidak menjadi sumber penularan kepada
orang lain. Menurut teori cara masuknya kuman ke dalam tubuh adalah melalui
saluran pernapasan bagian atas dan melalui kontak kulit.
Hanya sedikit orang yang akan terjangkit Kusta setelah kontak dengan
penderita Kusta, hal ini disebabkan adanya kekebalan tubuh. M.Leprae termasuk
kuman obligat intraseluler sehingga sistem kekebalan yang berperan adalah sistem
kekebalan seluler. Sebagian besar (95%) manusia kebal terhadap Kusta, hanya
sebagian kecil yang dapat ditulari (5%). Dari 5% yang tertular tersebut, sekitar
70% dapat sembuh sendiri dan hanya 30% yang menjadi sakit (Kemenkes RI
Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, 2012).

2.3.5 Upaya Pengendalian Penularan


Penentuan kebijakan dan metode pengendalian penyakit Kusta sangat
ditentukan oleh pengetahuan epidemiologi Kusta, perkembangan ilmu dan
teknologi di bidang kesehatan. Upaya pemutusan mata rantai penularan penyakit
Kusta dapat dilakukan melalui :
1. Pengobatan MDT pada pasien Kusta
2. Vaksinasi BCG.
Dari hasil penelitian di Malawi, tahun 1996 didapatkan bahwa pemberian
vaksinasi BCG satu dosis dapat memberikan perlindungan sebesar 50%, dengan
pemberian dua dosis dapat memberikan perlindungan terhadap Kusta hingga 80%.
Namun demikian penemuan ini belum menjadi kebijakan program di Indonesia
12

dan masih memerlukan penelitian lebih lanjut, karena penelitian di beberapa


negara memberikan hasil yang berbeda (Kemenkes RI Direktorat Jenderal
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, 2012).
Mata rantai penularan penyakit Kusta ditunjukkan pada gambar 2.1 :

- Vaksinasi Pengobatan
Menjadi sakit dan MDT
- Kemoprofilaksis
tubuh mereka
(Masih dalam
pengembangan) menjadi tempat
perkembangan
Tuan rumah Kasus
Mycobacterium
/ host : yang Kusta
kekebalannya menjadi
kurang sumber

Cara
Cara masuk
Cara penularan keluar :
ke host : dari
saluran nafas. utama : Melalui dari
percikan droplet saluran

Gambar 2.1 Mata rantai penularan penyakit Kusta

2.3.6 Klasifikasi Penyakit Kusta


A. Tujuan klasifikasi :
1. Untuk menentukan rejimen pengobatan, prognosis, dan komplikasi.
2. Untuk perencanaan operasional, misalnya menemukan pasien yang menular
yang mempunyai nilai epidemiologis tinggi sebagai target utama
pengobatan.
3. Untuk identifikasi pasien yang kemungkinan besar akan menderita cacat.
B. Jenis Klasifikasi yang Umum
1. Klasifikasi Internasional : Klasifikasi Madrid (1953)
a. Indeterminate (I)
b. Tuberkuloid (T)
c. Borderline – Dimorphous (B)
13

d. Lepromatosa (L)
2. Klasifikasi untuk kepentingan riset : Klasifikasi Ridley-Jopling (1962)
a. Tuberkuloid (TT)
b. Boderline tuberculoid (BT)
c. Mid-borderline (BB)
d. Borderline lepromatous (BL)
e. Lepromatosa (LL)
3. Klasifikasi untuk kepentingan program Kusta : Klasifikasi WHO (1981) dan
modifikasi WHO (1988)
a. Pausibasilar (PB)
Hanya Kusta tipe I, TT dan sebagian besar BT dengan BTA negatif
menurut kriteria Ridley dan Jopling atau tipe I dan T menurut klasifikasi
Madrid.
b. Multibasilar (MB)
Termasuk Kusta tipe LL, BL, BB dan sebagian BT menurut kriteria
Ridley dan Jopling atau B dan L menurut Madrid dan semua tipe Kusta
dengan BTA positif.

Untuk pasien yang sedang dalam pengobatan harus diklasifikasikan sebagai


berikut :
a. Bila pada mulanya di diagnosis tipe MB, tetap diobati sebagai MB apapun
hasil pemeriksaan BTA-nya saat ini.
b. Bila awalnya di diagnosis tipe PB, harus dibuat klasifikasi baaru berdasarkan
gambaran klinis dan hasil BTA saat ini.
Pedoman untuk menentukan klasifikasi/tipe penyakit Kusta menurut WHO
adalah seperti pada tabel 2.2 di bawah ini :
14

Tabel 2.2 Perbedaan tipe PB dan MB menurut klasifikasi WHO


No Tanda Utama PB MB
1 Lesi kulit (makula yang datar, a. 1-5 lesi a. > 5 lesi
papul yang meninggi, infiltrat, b. Hipopigmentasi b. Distribusi
plak eritem, nodus). c. Distribusi tidak lebih simetris
simetris

2 Kerusakan saraf (menyebabkan a.Hilangnya sensasi yang a.Hilangnya sensasi


hilangnya jelas kurang jelas
sensasi/kelemahan otot yang b. Hanya satu cabang saraf b. Banyak cabang saraf
dipersarafi
oleh saraf yang terkena)

Sumber : FKUI, 2013

2.3.7 Patogenesis
Mycobacterium Leprae merupakan parasit obligat intraselular yang
terutama terdapat pada sel makrofag di sekitar pembuluh darah superfisial pada
dermis atau sel Schwann di jaringan saraf. Bila kuman Mycobacterium Leprae
masuk ke dalam tubuh, maka tubuh akan bereaksi mengeluarkan makrofag
(berasal dari sel monosit darah, sel mononuklear, histosit) untuk memfagositnya.
Pada Kusta tipe LL terjadi kelumpuhan sistem imunitas selular, dengan
demikian makrofag tidak mampu menghancurkan kuman, sehingga kuman dapat
bermultiplikasi dengan bebas, yang kemudian dapat merusak jaringan. Pada Kusta
tipe TT kemampuan fungsi sistem imunitas selular tinggi, sehingga makrofag
sanggup menghancurkan kuman. Sayangnya setelah semua kuman di fagositosis,
makrofag akan berubah menjadi sel epiteloid yang tidak bergerak aktif dan
kadang-kadang bersatu membentuk sel datia Langhans. Bila infeksi ini tidak
segera diatasi akan terjadi reaksi berlebihan dan masa epiteloid akan
menimbulkan kerusakan saraf dan jaringan di sekitarnya.
Sel Schwann merupakan sel target untuk pertumbuhan Mycobacterium
Leprae, di samping itu sel Schwann berfungsi sebagai demielinisasi dan hanya
sedikit fungsinya sebagai fagositosis. Jadi, bila terjadi gangguan imunitas tubuh
dalam sel Schwann, kuman dapat bermigrasi dan beraktivasi. Akibatnya aktivitas
regenerasi saraf berkurang dan terjadi kerusakan saraf yang progresif (FKUI,
2013).
15

2.3.8 Diagnosis
Penyakit Kusta dapat menunjukkan gejala yang mirip dengan banyak
penyakit lain. Sebaliknya banyak penyakit lain dapat menunjukkan gejala yang
mirip dengan penyakit Kusta. Oleh karena itu dibutuhkan kemampuan untuk
mendiagnosis penyakit Kusta secara tepat dan membedakannya dengan berbagai
penyakit yang lain agar tidak membuat kesalahan yang merugikan pasien.
Diagnosis penyakit Kusta didasarkan pada penemuan tanda kardinal (tanda
utama), yaitu :
1. Bercak kulit yang mati rasa
Bercak hipopigmentasi atau eritematosa, mendatar (makula) atau meninggi
(plak). Mati rasa pada bercak bersifat total atau sebagian saja terhadap rasa raba,
rasa suhu, dan rasa nyeri.
2. Penebalan saraf tepi
Dapat disertai rasa nyeri dan dapat juga disertai atau tanpa gangguan fungsi
saraf yang terkena, yaitu :
a. Gangguan fungsi sensoris : mati rasa
b. Gangguan fungsi motoris : paresis atau paralisis
c. Gangguan fungsi otonom : kulit kering, edema, pertumbuhan rambut
yang terganggu.
3. Ditemukan kuman tahan asam
Bahan pemeriksaan adalah hapusan kulit cuping telinga dan lesi kulit pada
bagian yang aktif. Kadang-kadang bahan diperoleh dari biopsi kulit atau saraf.
Untuk menegakkan diagnosis penyakit Kusta, paling sedikit harus
ditemukan satu tanda kardinal. Bila tidak atau belum dapat ditemukan, maka kita
hanya dapat mengatakan tersangka Kusta dan pasien perlu diamati dan diperiksa
ulang setelah 3-6 bulan sampai diagnosis Kusta dapat ditegakkan atau
disingkirkan (FKUI, 2013).

2.3.9 Kecacatan
Menurut International Classification of Function Disability and Health
(ICF), kecacatan adalah istilah yang dipakai untuk mencakup 3 aspek yaitu :
16

kerusakan struktur dan fungsi (impairment), keterbatasan aktifitas (activity


limitation) dan masalah partisipasi (participation problem). Ketiga aspek ini
sangat dipengaruhi oleh faktor individu dan faktor lingkungan. Yang dimaksud
dengan faktor individu, misalnya usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan.
Sedangkan faktor lingkungan adalah kebijakan pemerintah, masyarakat sekitar,
stigma serta kondisi lingkungan (Kementerian Kesehatan RI Direktorat Jenderal
PP dan PL, 2012).
A. Patogenesis Kecacatan
Kecacatan akibat Kusta hingga terjadi kerusakan saraf tepi dapat dibagi
menjadi 3 tahap, yaitu :
1. Tahap pertama: Terjadi kelainan pada saraf, berbentuk penebalan saraf,
nyeri, tanpa gangguan fungsi gerak, namun telah terjadi gangguan
sensorik.
2. Tahap kedua : Terjadi kerusakan pada saraf, timbul paralisis tidak
lengkap atau paralisis awal termasuk pada otot kelopak mata, otot jari
tangan, dan otot kaki. Pada stadium ini masih dapat terjadi pemulihan,
kekuatan otot. Bila berlanjut, dapat terjadi luka (di mata, tangan dan kaki)
dan kekakuan sendi.
3. Tahap ketiga : Terjadi penghancuran saraf. Kelumpuhan akan menetap.
Pada stadium ini dapat terjadi infeksi yang progresif dengan kerusakan
tulang dan kehilangan penglihatan (FKUI, 2013).
B. Cacat Kusta
Menurut WHO (1980) batasan istilah dalam cacat Kusta adalah :
1. Impairment : Segala kehilangan atau abnormalitas struktur atau fungsi
yang bersifat psikologik, fisiologik, atau anatomik, misalnya leproma,
ginekomastia, madarosis, claw hand, ulkus, dan absorbsi jari.
2. Disbility : Segala keterbatasan atau kekurangmampuan (akibat
impairment) untuk melakukan kegiatan dalam batas-batas kehidupan yang
normal bagi manusia. Disability ini merupakan obyektivitas impairment,
yaitu gangguan pada tingkat individu termasuk ketidakmampuan dalam
17

aktifitas sehari-hari, misalnya memegang benda atau memakai baju


sendiri.
3. Handicap : Kemunduran pada seorang individu (akibat impairment
atau disability) untuk membatasi atau menghalangi penyelesaian tugas
normal yang bergantung pada umur, seks, dan faktor sosial budaya.
Handicap ini merupakan efek penyakit Kusta yang berdampak sosial,
ekonomi, dan budaya.
4. Deformity : Kelainan struktur anatomis.
5. Dehabilitation : Keadaan/proses pasien Kusta (handicap) kehilangan status
sosial secara progresif, terisolasi dari masyarakat, keluarga dan teman-
temannya.
6. Destitution : Dehabilitasi yang berlanjut dengan isolasi yang
menyeluruh dari seluruh masyarakat tanpa makanan atau perlindungan
(shelter) (FKUI, 2013).
C. Jenis Cacat Kusta
Cacat yang timbul pada penyakit Kusta dapat dikelompokkan menjadi 2
kelompok, yaitu :
1. Kelompok cacat primer
Kelompok cacat yang disebabkan langsung oleh aktifitas penyakit,
terutama kerusakan akibat respons jaringan terhadap Mycobacterium Leprae.
Termasuk cacat primer adalah :
a. Cacat pada fungsi saraf sensorik, misalnya anastesi fungsi saraf motorik,
misalnya claw hand, wrist drop, foot drop, claw toes, lagoftalmos, dan
cacat pada fungsi otonom dapat menyebabkan kulit menjadi kering,
elastisitas kulit berkurang, serta gangguan refleks vasodilatasi.
b. Infiltrasi kuman pada kulit dan jaringan subkutan menyebabkan kulit
berkerut dan berlipat-lipat. Kerusakan folikel rambut menyebabkan
alopecia atau madarosis, kerusakan glandula sebasea dan sudorifera
menyebabkan kulit kering dan tidak elastis.
c. Cacat pada jaringan lain akibat infiltrasi kuman Kusta dapat terjadi pada
tendo, ligamen, sendi, tulang rawan, testis, dan bola mata.
18

2. Kelompok cacat sekunder


Cacat sekunder ini terjadi akibat cacat primer, terutama akibat adanya
kerusakan saraf (sensorik, motorik, otonom). Anestesi akan memudahkan
terjadinya luka akibat trauma mekanis atau termis yang dapat mengalami infeksi
sekunder dengan segala akibatnya. Kelumpuhan motorik menyebabkan kontraktur
sehingga dapat menimbulkan gangguan menggenggam atau berjalan, juga
memudahkan terjadinya luka. Demikian pula akibat lagoftalmus dapat
menyebabkan kornea kering sehingga mudah timbul keratitis. Kelumpuhan saraf
otonom menyebabkan kulit kering dan elastisitas berkurang. Akibatnya kulit
mudah retak-retak dan dapat terjadi infeksi sekunder (FKUI, 2013).
D. Derajat Cacat Kusta
Mengingat bahwa organ yang paling berfungsi dalam kegiatan sehari-
hari adalah mata, tangan, dan kaki. Maka WHO (1988) membagi cacat Kusta
menjadi 3 tingkat kecacatan, yaitu :
1. Cacat pada tangan dan kaki :
a. Tingkat 0 : tidak ada anestesi dan kelainan anatomi.
b. Tingkat 1 : ada anestesi, tanpa kelainan anatomi.
c. Tingkat 2 : terdapat kelainan anatomi.
2. Cacat pada mata :
a. Tingkat 0 : tidak ada kelainan pada mata (termasuk visus).
b. Tingkat 1: ada kelainan pada mata, tetapi tidak terlihat, visus sedikit
berkurang.
c. Tingkat 2 : ada lagoftalmos dan virus sangat terganggu (FKUI, 2013).

2.3.10 Upaya Pencegahan Cacat Kusta


Pencegahan cacat Kusta jauh lebih baik dan lebih ekonomis daripada
penanggulannya. Pencegahan ini harus dilakukan sedini mungkin, baik oleh
petugas kesehatan maupun oleh pasien itu sendiri dan keluarganya. Disamping itu
perlu mengubah pandangan yang salah dari masyarakat, antara lain bahwa Kusta
identik dengan deformitas atau disability (Kementerian Kesehatan RI Direktorat
Jenderal PP dan PL, 2012).
19

Komponen pencegahan cacat :


a. Penemuan dini pasien sebelum cacat
b. Pengobatan pasien dengan MDT-WHO sampai RFT
c. Deteksi dini adanya reaksi Kusta dengan pemeriksaan fungsi saraf secara
rutin
d. Penanganan reaksi
e. Penyuluhan
f. Perawatan Diri
g. Penggunaan alat bantu
h. Rehabilitasi medis (antara lain operasi rekonstruksi)

2.3.11 Pemeriksaan
A. Anamnesis
a. Keluhan pasien
b. Riwayat kontak dengan pasien
c. Latar belakang keluarga, misalnya keadaan sosial ekonomi (FKUI,2013).
B. Inspeksi
Dengan penerangan yang baik, lesi kulit harus diperhatikan dan juga
kerusakan kulit (FKUI, 2013).
C. Palpasi
1. Kelainan kulit : nodus, infiltrat, jaringan parut, ulkus, khususnya pada
tangan dan kaki.
2. Kelainan saraf : Pemeriksaan saraf, termasuk meraba dengan teliti pada
N.Aurikularis magnus, N.Ulnaris dan N.Peroneus. Petugas harus mencatat
adanya nyeri tekan dan penebalan saraf. Harus diperhatikan raut wajah
pasien, apakah kesakitan atau tidak pada waktu saraf diaraba. Pemeriksaan
saraf harus sistematis, meraba atau palpasi sedemikian rupa jangan sampai
menyakiti.
20

Pemeriksaan saraf tepi :


a. Bandingkan saraf bagian kiri dan kanan
b. Membesar atau tidak
c. Pembesaran regular atau irregular, bergumpal
d. Perabaan keras atau kenyal
e. Nyeri atau tidak
Untuk mendapat kesan saraf mana yang mulai menebal atau sudah
menebal dan saraf mana yang masih normal, diperlukan pengalaman yang banyak
(FKUI, 2013).
D. Tes Fungsi Saraf
1. Tes Sensoris
Gunakan kapas, jarum, serta tabung reaksi berisi air hangat dan dingin.
a. Rasa raba
Sepotong kapas yang dilancipkan ujungnya digunakan untuk memeriksa
perasaan rangsang raba dengan menyinggungkannya pada kulit. Terlebih
dahulu petugas menerangkan bahwa bilamana merasa disinggung bagian
tubuhnya dengan kapas, ia harus menunjukkan kulit yang disinggung
dengan jari telunjuknya dan dikerjakan dengan mata terbuka. Bilamana hal
ini telah jelas, maka ia diminta menutup matanya.
b. Rasa nyeri
Diperiksa dengan memakai jarum. Petugas menusuk kulit dengan ujung
jarum yang tajam dan dengan pangkal tangkainya yang tumpul dan pasien
haarus mengatakan tusukan mana yang tajam dan mana yang tumpul.
c. Rasa suhu
Dilakukan dengan mempergunakan 2 tabung reaksi, yang satu berisi air
panas (sebaiknya ) yang lainnya air dingin (sebaiknya ), lalu
ditempelkan pada daerah kulit yang dicurigai. Bila daerah yang dicurigai
tersebut beberapa kali pasien salah menyebutkan rasa pada tabung yang
ditempelkan, maka dapat disimpulkan bahwa sensasi suhu di daerah
tersebut terganggu (FKUI, 2013).
21

2. Tes Otonom
Berdasarkan adanya gangguan berkeringat di makula anestesi pada
penyakit Kusta, pemeriksaan lesi kulit dapat dilengkapi dengan tes anhidrosis.
a. Tes dengan pensil tinta (tes Gunawan)
Pensil tinta digariskan mulai dari bagian tengah lesi yang dicurigai terus
sampai ke daerah kulit normal.
b. Tes pilocarpin
Daerah kulit pada makula dan perbatasannya disuntik dengan pilocarpin
subkutan. Setelah beberapa menit tampak daerah kulit normal berkeringat,
sedankan daerah lesi tetap kering.
3. Tes Motoris : Voluntary muscle test (VMT) (FKUI, 2013).
E. Pemeriksaan Bakteriologis
Slit skin smear atau skin smear atau kerokan jaringan kulit adalah
pemeriksaan sediaan yang diperoleh lewat irisan dan kerokan kecil pada kulit
yang kemudian diberi pewarnaan tahan asam untuk melihat Mycobacterium
Leprae. Pemeriksaan ini beberapa tahun terakhir tidak diwajibkan dalam program
Nasional. Namun demikian menurut penelitian, pemeriksaan skin smear banyak
berguna untuk mempercepat penegakan diagnosis, karena sekitar 7-10% pasien
yang datang dengan lesi Pausi Basillar (PB), merupakan pasien Multi Basillar
(MB) yang dini.
Pada pasien yang meragukan harus dilakukan pemeriksaan kerokan
jaringan kulit. Pemeriksaan ini dilakukan oleh petugas terlatih. Karena cara
pewarnaan yang sama dengan pemeriksaan TBC, maka pemeriksaan dapat
dilakukan di Puskesmas Rujukan Mikroskopis (PRM) yang memiliki tenaga serta
fasilitas untuk pemeriksaan BTA (Kementerian Kesehatan RI Direktorat Jenderal
PP dan PL, 2012).
F. Pemeriksaan Histopatologis
Diagnosis penyakit Kusta biasanya dapat dibuat berdasarkan pemeriksaan
klinis secara teliti dan pemeriksaan bakterioskopis. Pada sebagian kecil kasus,
bilamana diagnosis masih meragukan, pemeriksaan histopatologis dapat
membantu. Pemeriksaan histopatologis digunkan untuk menegakkan diagnosis
22

penyakit Kusta. Pemeriksaan ini sangat membantu khususnya pada anak-anak,


bilamana pemeriksaan saraf sensoris sulit dilakukan, juga pada lesi dini contohnya
pada tipe indeterminate, serta untuk menentukan klasifikasi yang tepat (FKUI,
2013).

2.3.12 Pengobatan
Melalui pengobatan, penderita diberikan obat-obat yang dapat membunuh
kuman Kusta, dengan demikian pengobatan akan bertujuan :
1. Memutuskan mata rantai penularan
2. Mencegah resistensi obat
3. Memperpendek masa pengobatan
4. Meningkatkan keteraturan berobat
5. Mencegah terjadinya cacat atau mencegah bertambahnya cacat yang sudah
ada sebelum pengobatan.
Dengan matinya kuman maka sumber penularan dari pasien, terutama tipe
Multi Basiller (MB) ke orang lain terputus. Cacat yang sudah terjadi sebelum
pengobatan tidak dapat diperbaiki dengan MDT.
Bila pasien Kusta tidak minum obat secara teratur, maka kuman Kusta
dapat menjadi resisten/kebal terhadap MDT, sehingga gejala penyakit menetap,
bahkan memburuk. Gejala baru dapat timbul pada kulit dan saraf (Kementerian
Kesehatan Direktorat Jenderal PP dan PL, 2012).
A. Regimen Pengobatan MDT
Multi Drug Therapy (MDT) adalah kombinasi dua atau lebih obat
antikusta, salah satunya rifampisin sebagai antikusta yang bersifat bakterisidal
kuat, sedangkan obat antikusta lain bersifat bakteriostatik (FKUI, 2013).
Berikut ini merupakan kelompok orang yang membutuhkan MDT :
1. Pasien yang baru didiagnosis Kusta dan belum pernah mendapat MDT
2. Pasien ulangan, yaitu pasien yang mengalami hal-hal di bawah ini :
a. Relaps
b. Masuk kembali setelah default (dapat Pausi Basillar maupun Multi
Basillar)
23

c. Pindahan (pindah masuk)


d. Ganti klasifikasi/tipe.
Regimen pengobatan MDT di Indonesia sesuai dengan yang
direkomendasikan oleh WHO. Regimen tersebut adalah sebagai berikut :
1. Pasien Pausi Basillar (PB)
Dewasa
Pengobatan bulanan : hari pertama ( obat diminum di depan petugas)
a. 2 kapsul rifampisin @ 300 mg (600 mg)
b. 1 tablet dapson/DDS 100 mg
Pengobatan harian : hari ke 2-28
a. 1 tablet dapson/DDS 100 mg
Satu blister untuk 1 bulan. Dibutuhkan 6 blister yang diminum selama 6-
9 bulan.
2. Pasien Multi Basillar (MB)
Dewasa
Pengobatan bulanan : hari pertama (obat diminum di depan petugas)
a. 2 kapsul rifampisin @ 300 mg (600 mg)
b. 3 tablet lampren @ 100 mg (300 mg)
c. 1 tablet dapson/DDS 100 mg
Pengobatan harian : hari ke 2-28
a. 1 tablet lampren 50 mg
b. 1 tablet dapson/DDS 100 mg
Satu blister untuk 1 bulan. Dibutuhkan 12 blister yang diminum selama
12-18 bulan.
3. Dosis MDT Pausi Basillar (PB) untuk anak (umur 10-15 tahun)
Pengobatan bulanan : hari pertama (obat diminum di depan petugas)
a. 2 kapsul rifampisin 150 mg dan 300 mg
b. 1 tablet dapson/DDS 50 mg
Pengobatan harian : hari ke 2-28
a. 1 tablet dapson/DDS 50 mg
24

Satu blister untuk 1 bulan. Dibutuhkan 6 blister yang diminum selama 6-


9 bulan.
4. Dosis MDT Multi Basillar (MB) untuk anak (umur 10-15 tahun)
Pengobatan bulanan : hari pertama (obat diminum di depan petugas)
a. 2 kapsul rifampisin 150 mmg dan 300 mg
b. 3 tablet lampren @50 mg (150 mg)
c. 1 tablet dapson/DDS 50 mg
Pengobatan harian : hari ke 2-28
a. 1 tablet lampren 50 mg selang sehari
b. 1 tablet dapson/DDS 50 mg
Satu blister untuk 1 bulan. Dibutuhkan 12 blister yang diminum selama
12-18 bulan.
Bagi dewasa dan anak usia 10-14 tahun tersedia paket dalam bentuk
blister.
Dosis anak disesuaikan dengan berat badan :
a. Rifampisin : 10-15 mg/kgBB
b. Dapson : 1-2 mg/kgBB
c. Lampren : 1 mg/kgBB

2.3.13 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Kusta


a. Etnik atau suku
Dalam satu negara atau wilayah yang sama kondisi lingkungannya,
didapatkan bahwa faktor etnik mempengaruhi distribusi tipe Kusta. Di Myanmar
kejadian Kusta Lepromatosa lebih sering terjadi pada etnik Burma dibandingkan
dengan etnik India.
b. Faktor sosial ekonomi
Faktor sosial ekonomi berperan penting dalam kejadian Kusta, hal ini
terbukti pada negara-negara di Eropa. Dengan adanya peningkatan sosial
ekonomi, maka kejadian Kusta sangat cepat menurun bahkan hilang. Kasus Kusta
yang masuk dari negara lain ternyata tidak menularkan kepada orang yang sosial
ekonominya tinggi.
25

c. Distribusi menurut umur


Kebanyakan penelitian melaporkan distribusi penyakit Kusta menurut
umur berdasarkan prevalensi, hanya sedikit yang berdasarkan insiden karena pada
saat timbulnya penyakit sangat sulit diketahui. Dengan kata lain, kejadian
penyakit sering terkait pada umur saat diketemukan dari pada saat timbulnya
penyakit. Pada penyakit kronik seperti Kusta, angka prevalensi penyakit
berdasarkan kelompok umur tidak menggambarkan resiko kelompok umur
tertentu untuk terkena penyakit. Kusta diketahui terjadi pada semua usia berkisar
antara bayi sampai usia lanjut (3 minggu-lebih dari 70 tahun). Namun yang
terbanyak adalah pada usia muda dan produktif.
d. Distribusi menurut jenis kelamin

Kusta dapat mengenai laki-laki dan perempuan. Berdasarkan laporan,


sebagian besar negara di dunia kecuali di beberapa negara di Afrika menunjukkan
bahwa laki-laki lebih banyak terserang daripada perempuan. Rendahnya kejadian
Kusta pada perempuan kemungkinan karena faktor lingkungan dan sosial budaya.
Pada kebudayaan tertentu akses perempuan ke layanan kesehatan sangat terbatas
(Kementerian Kesehatan RI Direktorat Jenderal PP dan PL, 2012).

2.3.14 Faktor – Faktor Geografi Yang Mempengaruhi Terjadinya Kusta


a. Kelembaban Udara
Kelembaban udara adalah prosentase jumlah kandungan air dalam udara.
Secara umum penilaian kelembaban dalam rumah dengan menggunakan
hygrometer. Menurut indikator pengawasan perumahan, kelembaban udara yang
memenuhi syarat kesehatan dalam rumah adalah < 40% - 70% (Kementrian
Kesehatan RI, 1999). Rumah yang lembab merupakan media yang baik bagi
pertumbuhan mikroorganisme, antara lain bakteri, spiroket, ricketsia dan virus.
Selain itu kelembaban yang tinggi dapat menyebabkan membrane mukosa
hidung menjadi keringat sehingga kurang efektif dalam menghadang
mikroorganisme. Bakteri pada umumnya akan tumbuh dengan subur pada
lingkungan dengan kelembaban tinggi karena air membentuk lebih dari 80%
volume sel bakteri dan merupakan hal yang esensial untuk pertumbuhan dan
26

kelangsungan hidup sel bakteri. Kelembaban juga merupakan sarana yang baik
untuk pertumbuhan mikroorganisme, termasuk kuman tuberculosis dan kusta
(leprae) sehingga viabilitas lebih lama (Suardi, 2012).

b. Kepadatan Penduduk
Kepadatan penduduk adalah banyaknya orang yang mendiami suatu
wilayah dalam 1 km . Kepadatan penduduk di Indonesia setiap pulau dan
propinsi tidak sama. Semakin tinggi tingkat kepadatan penduduk semakin banyak
masalah kesehatan yang ditimbulkan mulai dari sarana air bersih, pembuangan,
limbah dan polusi udara (Winarsih,2010). Daerah yang kumuh dengan jumlah
penduduk yang padat dan kondisi lingkungan yang tidak sehat menyebabkan
bakteri Mycobacterium Leprae dengan mudah berkembang dan menular sehingga
akan mempercepat penyebaran penyakit Kusta (Rachmawati, 2014).
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kepadatan penduduk dapat
berpengaruh terhadap persebaran penyakit Kusta dan dapat menimbulkan banyak
masalah kesehatan yang ditimbulkan seperti sarana air bersih, pembuangan
limbah dan lain-lain.

c. Suhu
Ketentuan kualitas udara di dalam ruangan khususnya suhu udara nyaman
apabila berkisar sampai . Kuman Mycobacterium Leprae sebagai
penyebab penyakit Kusta merupakan kuman yang dapat hidup dengan baik di
daerah tropis dengan suhu . Maka jika suhu di suatu ruangan tidak
memenuhi suhu normal , maka tempat tersebut berpotensi untuk
menularkan penyakit menular, seperti Kusta (Yuniarasari, 2013).
Berdasarkan teori diatas dapat disimpulkan bahwa kuman Kusta dapat
tumbuh pada daerah tropis dengan suhu . Pada suhu tersebut kuman
Kusta dapat hidup dan berkembang dengan baik.
27

2.4 Kondisi Geografis dan Iklim


2.4.1 Kondisi Geografis
Secara umum wilayah Kabupaten Jember berbentuk ngarai dengan
karakter topografi yang relatif datar dan subur pada bagian tengah dan selatan,
dikelilingi pegunungan sepanjang batas utara dan timur, serta Samudera Indonesia
sepanjang batas selatan.
Luas wilayah Kabupaten Jember secara keseluruhan adalah sekitar
. Ditinjau dari letak astronomi, Kabupaten jember terletak diantara
Lintang Selatan dan Bujur Timur.
Berikut adalah batas-batas wilayah Kabupaten Jember :
a. Sebelah Utara : Kabupaten Bondowoso dan Kabupaten Probolinggo
b. Sebelah Timur : Kabupaten Banyuwangi
c. Sebelah Selatan: Samudera Indonesia
d. Sebelah Barat : Kabupaten Lumajang

2.4.2 Kondisi Strategis Administratif


Secara administratif Kabupaten Jember terbagi menjadi 31 kecamatan.
Jumlah desa/kelurahan yang ada di Kabupaten Jember sebanyak 248
desa/kelurahan dengan 966 dusun/lingkungan, 4.127 Rukun warga (RW) dan
14.166 Rukun Tetangga (RT). Kecamatan dengan wilayah terluas adalah
Kecamatan Tempurejo dengan luas dan yang tersempit adalah
Kecamatan Kaliwates dengan luas .
Kabupaten Jember memiliki predikat sebagai salah satu lumbung pangan
Jawa Timur, hal ini tercermin pada potensi desa/kelurahan dimana 83%
desa/kelurahan berpotensi di bidang pertanian yang sebagian besar berupa sawah,
lading, dan kebun. Sedangkan 17% sisanya berpotensi di bidang peternakan,
jasa/perdagangan dan industri.
28

2.4.3 Kondisi Demografi


a. Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk
Jumlah penduduk Kabupaten Jember Tahun 2013 berdasrkan proyeksi
penduduk sasaran program kesehatan yang dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan
Propinsi Jawa Timu sebesar 2.375.469 jiwa.
Tingkat kepadatan penduduk yang tinggi masih didominasi oleh
kecamatan yang terletak di wilayah kota yaitu Kecamatan Kaliwates dengan
tingkat kepadatan sebesar dan Kecamatan Sumbersari
sebesar . Sedangkan kepadatan penduduk terendah di
Kecamatan Tempurejo, yaitu hanya sebesar .
Melalui hasil perhitungan proyeksi penduduk sasaran program menurut
kelompok umur dan jenis kelamin tahun 2013, kita dapat memperoleh gambaran
piramida penduduk sebagai berikut :

Gambar 2.2 Piramida Penduduk Kabupaten Jember


Komposisi penduduk Kabupaten Jember menurut kelompok umur,
menunjukkan bahwa penduduk yang berusia muda (0-14 tahun) sebesar 24,35%
dan penduduk tahun sebesar 7,25%, sedangkan penduduk berusia produktif
(15-64 tahun) sebesar 68,40%. Dengan demikian rasio beban tanggungan
penduduk Kabupaten Jember pada tahun 2013 sebesar 46,19%
29

2.5 Dinas Kesehatan Jember


a. Visi Dinas Kesehatan Jember
Dengan memperhatikan dasar-dasar pembangunan kesehatan jangka
panjang, yaitu: (1) perikmanusiaan, (2) pemberdayaan dan kemandirian, (3) adil
dan merata, (4) pengutamaan dan manfaat serta memperhatikan tujuan
pembangunan jangka panjang bidang kesehatan tahun 2005-2025, yaitu:
meningkatnya kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang
agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya; dengan
perilaku dan dalam lingkungan sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau
pelayanan kesehatan yang bermutu, secara adil dan merata di Kabupaten Jember;
maka visi Dinas Kesehatan Kabupaten Jember adalah: “TERWUJUDNYA
MASYARAKAT JEMBER YANG SEHAT, MANDIRI DAN BERKEADILAN”
Masyarakat Jember yang sehat, mandiri dan berkeadilan adalah keadaan
masa depan masyarakat Jember yang ingin dicapai melalui pembangunan
kesehatan, yaitu masyarakat yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dalam
lingkungan dan dengan perilaku hidup sehat, baik jasmani, rohani dan sosial.
Dinas Kesehatan Kabupaten Jember diharapkan dapat menjadi penggerak
pembangunan kesehatan untuk terwujudnya masyarakat Jember yang sehat,
mandiri dan berkeadilan; yang mengandung arti bahwa Dinas Kesehatan mampu
membina, dan mengembangkan, serta melaksanakan pembangunan kesehatan
sesuai dengan tugas dan fungsinya.
b. Misi Dinas Kesehatan Jember
Untuk mewujudkan Visi “Masyrakat Jember yang sehat, mandiri dan
berkeadilan”, maka misi Dinas Kesehatan Kabupaten Jember adalah sebagai
berikut:
1. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, melalui pemberdayaan
masyarakat dan peningkatan aksesibilitas pelayanan kesehatan masyarakat.
2. Melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya upaya
kesehatan yang paripurna, merata, bermutu, dan berkeadilan.
3. Menjamin ketersediaan dan pemerataan sumberdaya kesehatan.
4. Menciptakan tata kelola kepemerintahan yang baik.
30

2.5.1 Tugas dan Fungsi Dinas Kesehatan Jember

Dinas Kesehatan mempunyai tugas pokok membantu Bupati dalam


merumuskan kebijakan, melaksanakan koordinasi, perencanaan, pelaksanaan dan
pengawasan kesehatan masyarakat dan tugas lain yang diberikan oleh Bupati.
Untuk melaksanakan tugas dimaksud, Dinas Kesehatan mempunyai fungsi
sebagai berikut:
a. Perumusan kebijakan teknis dalam penyusunan program pelayanan
kesehatan;
b. Pelaksanaan pengendalian penyakit dan kesehatan lingkungan; dan
c. Pelaksanaan pengembangan sumberdaya kesehatan dan pemberdayaan
Kesehatan masyarakat.

2.6 Peta
2.6.1 Pengertian Peta
Menurut PP Nomor 10 Tahun 2000 peta didefinisikan sebagai gambaran
dari unsur-unsur alam maupun buatan manusia yang berada di atas maupun di
bawah permukaan bumi yang digambarkan pada suatu bidang datar dengan skala
tertentu (Indarto, 2010).

2.6.2 Fungsi Peta


a. Sebagai penunjuk posisi atau lokasi suatu tempat di permukaan bumi.
b. Untuk memperlihatkan ukuran dan arah suatu tempat di permukaan bumi.
c. Untuk menggambarkan bentuk-bentuk yang ada di permukaan bumi.
d. Sebagai media untuk menyajikan data tentang potensi suatu daerah.

2.6.3 Peta Digital

Peta digital dapat menyimpan informasi yang lebih banyak daripada peta
analog (peta kertas) untuk suatu cakupan luas tertentu. Pengguna pada awalnya
mungkin kesulitan untuk mengidentifikasi informasi apa sebenarnya yang
31

terkandung dalam suatu peta digital. Informasi yang dapat dimuat dalam suatu
peta digital, meliputi :
a. Informasi Geografis (Geographic information), yang menyatakan posisi dan
bentuk suatu fitur geografis tertentu.
b. Informasi atribut (Attribute information), yang memuat informasi non-
geografis sebagai pelengkap fitur-fitur yang digambarkan dalam informasi
geografis.
c. Informasi display (Display information), yang menyatakan bagaimana suatu
fitur akan ditampilkan di dalam layar (Indarto, 2010).

2.7 Sistem Informasi Geografis (SIG)


2.7.1 Sistem
Sistem bisa ditafsirkan sebagai kesatuan elemen yang memiliki
keterkaitan. Beberapa elemen dapat digabung menjadi suatu unit, kelompok, atau
komponen sistem dengan fungsi tertentu (ITB, 2002).

2.7.2 Informasi
Informasi menyandang arti manfaat, bila kita bisa memanfaatkannya.
Informasi mengandung makna usaha, untuk mendapatkannya, memahaminya,
menggunakannya, menyebarkannya, menyimpannya, dan memadukannya dengan
informasi lain menjadi suatu bentuk informasi baru (ITB, 2002).

2.7.3 Sistem Informasi


Dengan mengacu pada makna dua kata diatas, Sistem Informasi bisa
diartikan sebagai kesatuan elemen informasi, termasuk cara merancang,
mengaktifkan, menangani, memelihara, dan memanfaatkan informasi. Sistem
Informasi memang telah dipakai sebagai nama dari suatu cabang ilmu yang
menangani informasi yang diperlukan dalam melaksanakan kegiatan tertentu
(ITB, 2002).
32

2.7.4 Sistem Informasi Geografis


Sistem Informasi Geografis (SIG) atau lebih terkenal dengan istilah
Geographical Information System (SIG) didefinisikan sebagai sebuah sistem
komputer yang menyediakan empat kemampuan utama untuk menangani data
yang telah tergeoreferensi, meliputi : proses pemasukan data, manajemen data
(menyimpan dan pemanggilan kembali), manipulasi dan analisis data, dan proses
penyajian data (keluaran) (Indarto, 2010).
Sistem Informasi Geografis mempunyai kemampuan mengintegrasikan
data spasial maupun atribut-atributnya dan merepresentasikan unsur-unsur
permukaan bumi dalam warna, bentuk dan simbol-simbol. Menurut Prahasta
dalam buku SIG 2002, Sistem Informasi Geografis dapat digolongkan ke dalam
beberapa subsistem sebagaimana yang dapat digambarkan pada gambar 2.2
sebagai berikut :

MANIPULAS
I DATA

DATA SIG DATA

PENGOLAH
AN DATA
Gambar 2.3 Subsistem Sistem Informasi Geografis (Prahasta, 2002)

a. Data Input (Masukan Data)

Subsistem ini berfungsi mengumpulkan data spasial dan data atribut serta
bertanggung jawab mentransformasikan format data asli ke dalam format yang
dapat digunakan untuk Sistem Informasi Geografis.
b. Data Management
Subsistem ini mengorganisasikan data spasial dan data atribut ke dalam
sebuah basis data sedemikian rupa sehingga mudah dipanggil, diupdate, dan
diedit.
33

c. Data Manipulasi dan Analisis


Pada subsistem ini, informasi yang dapat dihasilkan oleh Sistem Informasi
Geografis ditentukan. Data pada subsistem ini dimanipulasi dan di model untuk
menghasilkan informasi yang diharapkan.
d. Data Output
Subsistem ini berfungsi menampilkan hasil analisis data geografis secara
kualitatif maupun kuantitatif. Serta berfungsi menampilkan keluaran seluruh atau
sebagian basis data dalam bentuk softcopy atau hardcopy.
2.7.5 Sistem Informasi Geografis Bidang Kesehatan
Kesehatan masyarakat memiliki misi untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat untuk memastikan kondisi seseorang sehat. Misi ini dapat terlaksana
sangatlah bergantung pada 3 komponen yaitu : tenaga kerja, organisasi tempat
para tenaga kerja, baik organisasi pemerintah atau swasta, serta sistem informasi
dan komunikasi yang digunkan untuk mengumpulkan dan menyebarkan data yang
akurat.
Data yang disajikan belum tentu digunakan karena kurangnya keakuratan
data tersebut dan masih disajikan dalam bentuk laporan. Penggunaan Sistem
Informasi Geografis dapat digunakan untuk mengatasi masalah kesehatan
masyarakat, antara lain : menghubungkan dan mengintegrasikan berbagai data
dengan cepat dan akurat, serta menggambarkan analisis data pada peta.
Memberikan gambaran visual kesehatan yang mudah dimengerti dan data
kesehatan mudah diakses (Putu Kurniawan.A.K, 2014).

2.8 Quantum GIS


Quantum GIS merupakan Sistem Informasi Geografis user-friendly,
dengan lisensi terbuka di bawah GNU General Public License. Quantum GIS
adalah projek resmi dari Open Source Geospatial Foundation ( OSGeo ). Aplikasi
ini mendukung berbagai format dan fungsionalitas vector, raster dan database.
Quantum GIS memiliki sejumlah kemampuan yang disediakan oleh fungsi-fungsi
inti dan plugins, yang selalu dikembangkan. Pengguna dapat memvisualisasi,
34

mengelola, mengubah, menganalisa data, dan menulis peta yang dapat dicetak
( Hendriana dkk, 2013 ). Berikut kelebihan QGIS dibandingkan dengan ArcGIS :
a. Dapat Membuka Banyak Jenis Data Spasial
QGIS memiliki Bahasa pemprograman yang memungkinkan dia membuka
banyak jenis data spasial dari sumber manapun. Hal ini tentu saja memudahkan
kita ketika ingin membuka data-data yang kurang familiar dan tidak dapat dibuka
di ArcGIS. Selain itu, menghemat waktu kita dalam melakukan konversi jenis
data tersebut.
b. Tampilan QGIS Simpel dan User Friendly
Untuk para pengguna baru atau biasa dikatakan newbie, tampilan muka
(interface) memang sangat penting. Kesan pertama agar kita bisa menyukai suatu
software adalah salah satunya apakah dapat mudah digunakan dan jelas. QGIS
memiliki pilihan „add data‟ sesuai dengan jenis data yang ingin kita pilih, seperti
vektor, raster, dll.
c. Lisensi dan OpenSource
Inilah yang menjadi kekuatan utama dari QGIS. Dengan sifatnya yang
open source, QGIS dapat digunakan oleh siapa saja tanpa harus melanggar aturan
atau dalam bahasa lainnya membajak software tersebut. Untuk menggunakan
QGIS kita cukup download dan install. Tidak diperlukan keterampilan untuk hack
atau crack seperti yang (mungkin) kita lakukan saat menginstal software yang
memiliki lisensi berbayar seperti ArcGIS. Selain itu, kita dapat menggunakan
seluruh alat dan plugin yang ada di QGIS secara gratis dan tidak perlu
mengeluarkan biaya tambahan.
d. GeoCoding dan Alat Data Konversi di QGIS Gratis
Proses GeoCoding adalah memberikan koordinat ataupun nilai X,Y
terhadap nama jalan di peta kita. Di QGIS kita dapat menggunakan 2 plugin untuk
melakukan GeoCoding yaitu MMQGIS Plugin dan Geo Code Plugin dan semua
plugin itu gratis untuk digunakan. Hal ini berbeda dengan proses GeoCoding di
ArcGIS dimana jika kita ingin melakukan GeoCoding kita harus membayar untuk
dapat menggunakan ArcGIS online GeoCoding Service. Begitu juga jika kita
35

ingin menggunakan alat konversi geometri di ArcGIS beberapa alat harus


memiliki lisensi tersendiri.

2.9 WebGIS
WebGIS (Web-based GIS) yaitu Sistem Informasi Geografis yang
terdistribusi pada jaringan komputer untuk mengintegrasikan dan
menyebarluaskan informasi geografis pada World Wide Web. WebGIS dengan
kata lain adalah sebuah web mapping yang berbasis Sistem Informasi Geografis
yang memanfaatkan media internet untuk pemetaan.
WebGIS memiliki tujuan dan manfaat. Salah satu tujuan WebGIS adalah
untuk mengembangkan peta digital untuk memudahkan mendapatkan suatu
informasi, pencarian data yang berkaitan dengan geografis berbasis web. Manfaat
yang didapat dari WebGIS yaitu menyediakan peta atau informasi yang tersusun
rapi, akurat, mudah dibaca dan mudah untuk menggunakan baik berupa data
maupun peta skematik berbasis web (Putu Kurniawan.A.K, 2014).

2.10 HTML
HTML (Hyper Text Markup Language) sebenarnya bukan sebuah bahasa
pemrograman, karena HTML adalah bahasa mark up. HTML digunakan untuk
mark up (penanda) terhadap suatu dokumen teks. Simbol mark up yang digunakan
oleh HTML ditandai dengan tanda lebih kecil (<) dan tanda lebih besar (>)
(Binarso dkk, 2012).

2.11 PHP

PHP (Hypertext Preprocessor) merupakan bahasa scripting yang


tergabung menjadi satu dengan HTML dan dijalankan pada server side atau
semua perintah yang diberikan akan secara penuh dijalankan pada server,
sedangkan yang dikirimkan ke klien (browser) hanya berupa hasilnya saja
(Binarso dkk,2012).
36

2.12 CSS
CSS (Cascading Style Sheet) adalah stylesheet language yang digunakan
untuk mendeskripsikan penyajian dari dokumen yang dibuat dalam mark up
language. CSS merupakan sebuah dokumen yang berguna untuk melakukan
pengaturan pada komponen halaman web, inti dari dokumen ini adalah
memformat halaman web standar menjadi bentuk web yang memiliki kualitas
yang lebih indah dan menarik (Binarso dkk, 2012).

2.13 Javascript
Javascript adalah bahasa yang berbentuk kumpulan skrip yang fungsinya
digunakan untuk menambahkan interaksi antara halaman web dengan pengunjung
halaman web. Javascript dijalankan pada sisi klien yang akan memberikan
kemampuan fitur-fitur tambahan halaman web yang lebih baik dibandingkan fitur-
fitur yang terdapat pada HTML (Binarso dkk, 2012).

2.14 XAMPP

XAMPP adalah sebuah software web server Apache yang didalamnya


sudah tersedia database server MySQL dan mendukung PHP programming.
XAMPP merupakan singkatan dari X (untuk empat sistem operasi), Apache,
MySQL, PHP, Perl (Binarso dkk, 2012).

2.15 Flowchart

Menurut Oetomo (2002) flowchart merupakan metode untuk


menggambarkan tahap-tahap pemecahan masalah dengan merepresentasikan
simbol-simbol tertentu yang mudah dimengerti, mudah digunakan dan standar.
Tujuan utama penggunaan flowchart adalah untuk menggambarkan suatu
tahapan penyelesaian masalah secara sederhana, terurai, rapi, dan jelas dengan
menggunakan simbol-simbol yang standar. Tahap penyelesaian masalah yang
disajikan harus jelas, sederhana, efektif, dan tepat. Dalam penulisan flowchart
dikenal dua model, yaitu system flowchart dan program flowchart.
37

System Flowchart merupakan diagram alir yang menggambarkan suatu


sistem peralatan komputer yang digunakan dalam proses pengolahan data serta
hubungan antar peralatan tersebut. System flowchart ini tidak digunakan untuk
menggambarkan urutan langkah untuk memecahkan masalah, tetapi hanya untuk
menggambarkan prosedur dalam sistem yang dibentuk.
Berikut gambar 2.3 yang ditunjukkan dibawah ini merupakan gambar dari
simbol-simbol standar yang telah banyak digunakan pada penggambaran system
flowchart.

Pita Magnetik Keyboard Paper Tape On Line Storage

Input / Output Magnetik Drum Proses Magnetik Data

Off Line Storage Proses Sortir Proses Merge Arus


Sumber : Oetomo (2002)
Gambar 2.4 Simbol-simbol System Flowchart

Program Flowchart merupakan diagram alir yang menggambarkan urutan


logika dari suatu prosedur pemecahan masalah. Dalam menggambarkan program
flowchart, telah tersedia simbol-simbol standar, tetapi seperti pada system
flowchart, pemrogram dapat menambah simbol-simbol tersebut. Tetapi
pemrogram juga harus melengkapi penggambaran program flowchart dalam
kamus simbol.
Berikut dibawah ini adalah gambar simbol-simbol standar yang digunakan
pada program flowchart.
38

Proses Input / Output Keterangan

Pengujian Pemberian Nilai Awal Awal/akhir program

Konektor pada satu Konektor pada satu Arus


halaman halaman
Sumber : Oetomo (2002)
Gambar 2.5 Simbol-simbol Program Flowchart
2.16 Data Flow Diagram (DFD)
Data Flow Diagram (DFD) adalah representasi grafik yang
menggambarkan aliran informasi dan transformasi informasi yang diaplikasikan
sebagai data yang mengalir dari masukan (input) dan keluaran (output).
DFD lebih sesuai digunakan untuk memodelkan fungsi-fungsi perangkat
lunak yang akan diimplementasikan menggunakan pemrograman terstruktur
karena pemrograman terstruktur membagi-bagi bagiannya dengan fungsi-fungsi
dan prosedur-prosedur (Rosa A.S dan M.Shalahuddin, 2015).
Berikut notasi-notasi pada DFD (Edward Yourdon dan Tom DeMarco) :

Notasi Keterangan
Proses atau fungsi atau prosedur

File atau basis data atau penyimpanan (storage)

Entitas luar atau masukan atau keluaran atau orang yang


berinteraksi dengan perangkat lunak yang dimodelkan

Aliran data : merupakan data yang dikirim antar proses,


atau dari proses ke masukan atau keluaran.
Sumber : Rosa A.S dan M.Shalahuddin, 2015.
Gambar 2.6 Simbol-simbol Data Flow Diagram
39

2.l7 Entity Relationship Diagram (ERD)


ERD adalah bentuk paling awal dalam melakukan perancangan basis data
relasional. ERD memiliki beberapa aliran notasi seperti notasi Chen, Barker,
notasi Crow‟s Foot, dan beberapa notasi lain. Namun yang banyak digunakan
adalah notasi dari Chen. Berikut gambar 2.7 yang ditunjukkan dibawah ini adalah
gambar simbol-simbol yang digunakan pada ERD dengan notasi Chen :

Simbol Deskripsi
Entitas Entitas merupakan data inti yang akan disimpan;
bakal tabel pada basis data; benda yang memiliki
data harus disimpan datanya agar dapat diakses
oleh aplikasi komputer; penamaan entitas
biasanya lebih ke kata benda dan belum
merupakan nama tabel.
Atribut Field atau kolom data yang butuh disimpan dalam
suatu entitas

Atribut Kunci Primer Field atau kolom data yang butuh disimpan dalam
suatu entitas dan digunakan sebagai kunci akses
record yang diinginkan; biasanya berupa id; kunci
primer dapat lebih dari 1 kolom, asalkan
kombinasi dari beberapa kolom tersebut dapat
bersifat unik.
Atribut Multivalue Field atau kolom data yang butuh disimpan dalam
suatu entitas yang dapat memiliki nilai lebih dari
satu.

Relasi Relasi yang menghubungkan antar entitas;


biasanya diawali dengan kata kerja.

Asosiasi Penghubung antara relasi dan entitas di mana di


kedua ujungnya memiliki multiplicity
kemungkinan jumlah pemakaian.
Sumber : Rosa A.S dan M.Shalahuddin, 2015.

Gambar 2.7 Simbol-simbol Entity Relationship Diagram


40

2.18 Diagram Waterfall


Model SDLC air terjun (waterfall) sering juga disebut model sekuensial
linier (sequential linear) atau alur hidup klasik (classic life cycle). Model air
terjun menyediakan pendekatan alur hidup perangkat lunak secara sekuensial atau
terurut dimulai dari analisis, desain, pengodean, dan tahap pendukung (support)
(Rosa A.S dan M.Shalahuddin, 2015). Metode pengembangan perangkat lunak
ditunjukkan pada gambar 2.8 dibawah ini.
Berikut adalah gambar model air terjun :

Sistem/Rekayasa
informasi
Analisis Desain Pengkodean Pengujian

Gambar 2.8 Metode Pengembangan Perangkat Lunak Waterfall


2.19 Pengujian Sistem

2.19.1 Pengujian Sistem Black-Box


Menurut Pressman (2002), mengungkapkan bahwa, pengujian perangkat
lunak adalah elemen kritis dari jaminan kualitas perangkat lunak dan
mempresentasikan kajian pokok dari spesifikasi, desain dan pengkodean.
Pengujian juga dapat diartikan sebagai sebuah proses eksekusi suatu program
dengan maksud menemukan kesalahan.
Pengujian black-box berfokus pada persyaratan fungsional perangkat
lunak. Dengan demikian, pengujian black-box memungkinkan perekayasa
perangkat lunak mendapatkan serangkaian kondisi input yang sepenuhnya
menggunakan semua persyaratan fungsional untuk suatu program. Pengujian
black-box bukan merupakan alternatif dari teknik white-box, tetapi merupakan
pendekatan komplememter yang kemungkinan besar mampu mengungkap
kesalahan-kesalahan dari pada metode white-box (Pressman, 2002).
41

2.19.2 Pengujian Sistem White-Box


Pengujian white-box atau disebut glass-box adalah metode desain test case
yang menggunakan struktur kontrol desain prosedural untuk memperoleh test
case. Dengan menggunakan metode pengujian white-box, perekayasa sistem dapat
melakukan test case berupa : (Pressman, 2002).
1. Memberikan jaminan bahwa semua jalur independent pada suatu modul
telah digunakan paling tidak satu kali
2. Menggunakan semua keputusan logis pada sisi true dan false
3. Mengeksekusi semua loop pada batasan mereka dan pada batas
operasionalnya
4. Menggunakan struktur data internal untuk menjamin validitasnya

2.20 Kerangka Konsep

INPUT PROSES OUTPUT

1. Identifikasi 1. Analisis kebutuhan Pemetaan Digital


kebutuhan perangkat Penyebaran Penyakit
lunak. 2. Desain
Kusta Berbasis Web di
a. Data Jumlah 3. Koding Kabupaten Jember
Penderita dan Indikator Tahun 2013-2015
4. Testing / Pengujian
Utama Penyakit Kusta dengan menggunakan
Kabupaten Jember 5. Perawatan Quantum GIS.
Tahun 2013-2015
b. Data Kepadatan
Penduduk Kabupaten Metode waterfall yang
Jember Tahun 2013- digunakan yaitu metode
2015 dari buku “Rossa dan
M.Shalahuddin (2015)”
c. Data Pendukung
( Kelembaban, Suhu,
Jumlah Penduduk)
Keterangan :
1. DITELITI

2. TIDAK DITELITI

Gambar 2.9 Kerangka Konsep


42

2.20.1 Input

Input dari penelitian ini berkaitan dengan analisis yang mencakup :


a. Analisis kebutuhan perangkat lunak tediri dari jumlah penderita Kusta dan
indikator utama Kusta, data pendukung (kelembaban, suhu, jumlah
penduduk) di Kabupaten Jember Tahun 2013-2015.

2.20.2 Proses
Proses dalam aplikasi untuk pembuatan peta digital penyakit Kusta
berbasis web di Kabupaten Jember ini antara lain :
1. Menerjemahkan rancangan sistem ke dalam program yang terdiri dari 2
tahap yaitu :
a. Desain, yaitu proses penggambaran, perancangan dan pembuatan
pemetaan digital penyebaran penyakit Kusta di Kabupaten Jember.
b. Koding, yaitu pembuatan program dengan menggunakan kode script.
Dalam hal ini pembuatan program menggunakan bahasa pemrograman
PHP, Javascript, CSS, HTML, databasenya adalah MySQL, aplikasi
XAMPP, Notepad ++ untuk proses pembuatan coding, selanjutnya
integrasi basis data dengan Quantum GIS untuk menampilkan peta.
c. Testing/Pengujian, yaitu pengujian program aplikasi yang telah dibuat
untuk mengetahui kesalahan dan kekurangan yang selanjutnya dilakukan
evaluasi.
d. Perawatan, yaitu pemeliharaan program yang telah dibuat, dan apabila
ditemukan kesalahan dan kecacatan dapat langsung diperbaiki. Namun
dalam penelitian ini maintenance tidak dilakukan karena keterbatasan
waktu.

2.20.3 Output
Output atau hasil dari aplikasi untuk pemetaan digital penyebaran penyakit
Kusta berbasis website di Kabupaten Jember tahun 2013-2015 ini adalah
menghasilkan sebuah aplikasi yang dapat membantu petugas Dinas Kesehatan
Jember untuk melakukan pencegahan secara dini terhadap penyakit Kusta di
43

Kabupaten Jember. Dengan menggunakan aplikasi berbasis website ini petugas


Dinas Kesehatan Jember dapat mengetahui penyebaran penyakit Kusta di
Kabupaten Jember secara mudah, cepat, dan up to date sehingga dapat dilakukan
pencegahan secara dini.
BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Jenis penelitian ini adalah penelitian kualititatif berupa Pemetaan Digital
Penyebaran Penyakit Kusta Berbasis Website di Kabupaten Jember Tahun 2013-
2015. Penelitian ini menggunakan metode pengembangan waterfall (air terjun).

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian


Pelaksanaan penelitian ini dilakukan mulai dari bulan Maret 2016 sampai
dengan Januari 2017 bertempat di Dinas Kesehatan P2L Jember.

3.3 Teknik Pengumpulan Data


3.3.1 Observasi
Pengumpulan informasi dilakukan dengan observasi langsung ke Dinas
Kesehatan Kabupaten Jember. Kegiatan ini dilakukan untuk mengetahui secara
langsung data-data yang dibutuhkan sebagai penunjang dalam pembuatan
pemetaan digital.
3.3.2 Wawancara

Wawancara pada tahap ini dilakukan kepada Kepala Bidang Dinas


Kesehatan Jember dan Bagian Penanggulangan Penyakit Menular Kusta, guna
memperoleh data yang tepat untuk melakukan analisis kebutuhan dan menunjang
kebutuhan sistem.
3.3.3 Dokumentasi

Pada tahap ini dilakukan pendokumentasian data dalam bentuk gambar,


dokumen yang disimpan, dan pendokumentasian atas informasi yang dibutuhkan.
3.3.4 Brainstorming
Brainstorming merupakan suatu bentuk diskusi dalam rangka
menghimpun gagasan, pendapat, informasi, pengetahuan, pengalaman dari semua
peserta. Brainstorming berbeda dengan diskusi, dimana gagasan dari seseorang

44
45

ditanggapi oleh peserta lain, tetapi untuk brainstorming pendapat orang lain tidak
untuk ditanggapi.

3.4 Instrumen Penelitian


Dalam penelitian ini peneliti menggunakan instrumen penelitian :
a. Pedoman wawancara yaitu pedoman tertulis yang berupa pertanyaan untuk
mendapatkan informasi terkait penyebaran penyakit Kusta di Kabupaten
Jember.
b. Lembar Observasi.
c. Brainstorming
d. Metode dokumentasi :
1) Data jumlah penderita penyakit Kusta di Kabupaten Jember dari Dinas
Kesehatan Jember.
2) Data Jumlah penduduk dari Badan Pusat Statistik Jember
3) Data Kelembaban udara, suhu udara dari Bandara Penerbangan

3.5 Alat dan Bahan


3.5.1 Alat
Alat-alat yang dibutuhkan dalam pembuatan Tugas Akhir ini ada dua
jenis, yaitu perangkat keras dan perangkat lunak seperti yang dijabarkan di bawah
ini.
A. Perangkat Keras
Perangkat keras yang digunakan dalam pembuatan program ini adalah
sebagai berikut :
a. Notebook ASUS dengan spesifikasi :
1. Processor Onboard : Core i3
2. Memori terpasang 2GB DDR3, memori maksimal 8GB (2 DIMM)
b. Flashdisk Toshiba 8 GB
c. Mouse
d. Keyboard
46

B. Perangkat Lunak
Perangkat lunak (software) yang digunakan terdiri dari :
a. Database : MySQL, Aplikasi XAMPP
b. Editor : Notepad ++
c. Bahasa Pemrograman : CSS, PHP, HTML, Javascript
d. Tampilan peta : Quantum GIS
e. Browser : UC Browser
f. Analisis : Microsoft Excel 2010, Microsoft Word 2010

3.5.2 Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan Pemetaan Digital


Penyebaran Penyakit Kusta Berbasis Web di Kabupaten Jember Tahun 2013-2015
adalah sebagai berikut :
1. Data kepadatan penduduk Kabupaten Jember tahun 2013-2015
2. Data jumlah penderita dan indikator utama penyakit Kusta di Kabupaten
Jember tahun 2013-2015
3. Data pendukung (kelembaban, suhu, kepadatan penduduk)
4. Buku Pedoman Penyakit Kusta 2012
5. Buku Kusta, Diagnosis dan Penatalaksanaan 2003
6. Buku Ajar Sistem Informasi Geografis 2002

3.6 Definisi Operasional


Tabel 3.1 Definisi Operasional
No Variabel Definisi Operasional Metode Pemgumpulan
Data
1 Data Jumlah Data utama terkait jumlah penderita 1. Wawancara
Penderita Kusta dan dan indikator Kusta yang di dapat 2. Observasi
Indikator Utama dari Dinas Kesehatan. Data ini
Kabupaten Jember merupakan data yang nantinya akan
Tahun 2013-2015 diinputkan ke dalam sistem sesuai
dengan kebutuhan.
2 Data Jumlah Data yang digunakan sebagai data 1. Wawancara
Penduduk pendukung dari sistem. Data ini 2. Observasi
Kabupaten Jember digunakan untuk menghitung data
Tahun 2013-2015 kepadatan penduduk sebagai salah -
47

No Variabel Definisi Operasional Metode Pemgumpulan


Data

2 Data Jumlah satu faktor penyebab terjadinya 1. Wawancara


Penduduk Kusta. 2. Observasi
Kabupaten Jember
Tahun 2013-2015
3 Data Kelembaban Data geografis yang digunakan 1. Wawancara
Kabupaten Jember sebagai salah satu faktor penyebab 2. Observasi
Tahun 2013-2015 terjadinya Kusta

4 Data Suhu Data geografis yang digunakan 1. Wawancara


Kabupaten Jember sebagai salah satu faktor penyebab 2. Observasi
Tahun 2013-2015 terjadinya Kusta
5 Analisis Kebutuhan Proses pengumpulan kebutuhan 1. Wawancara
Perangkat Lunak dengan dilakukan wawancara dan 2. Brainstorming
brainstorming untuk
menspesifikasikan kebutuhan
sisitem, agar dapat dipahami sistem
informasi geografis seperti apa yang
dibutuhkan oleh admin dan user.

6 Desain Tahap mentranslasi kebutuhan 1. Power Designer


sistem dari tahap analisis kebutuhan 2. Microsoft Visio
ke representasi desain agar dapat 2013
diimplementasikan menjadi program
pada tahap selanjutnya. Desain
sistem disini mencakup seperti :
a. Flowchart System
b. Context Diagram
c. Data Flow Diagram
d. Entity Relationship Diagram
e. Desain Tabel Sistem
f. Desain database
g. Pembuatan website
7 Koding Proses penerjemahan desain ke 1. Notepad ++
dalam bahasa pemrograman 2. MySQL
(coding). 3. XAMPP

8 Testing Pengujian sistem dilakukan untuk 1. Metode Black Box


meminimalisir kesalahan (error) dan 2. Brainstorming
memastikan sistem yang dihasilkan
sesuai dengan yang dibutuhkan oleh
Dinas Kesehatan.
9 Quantum GIS Aplikasi yang digunakan untuk
pengelolaan data dan pengembangan
aplikasi Sistem Informasi Geografi

Tahapan penelitian ditunjukkan pada gambar 3.1.


48

3.7 Tahapan Penelitian

Tahapan penelitian dilakukan dengan mengikuti alur dasar penelitian dan


pengembangan sistem berdasarkan pada metode yang digunakan yaitu metode
waterfall seperti pada diagram di bawah ini :

Studi Pendahuluan Identifikasi Masalah Studi Pustaka

Rumusan Masalah

Tujuan Penelitian

Menentukan Variabel

Teknik Pengumpulan Data :


Observasi, Brainstorming,
Wawancara, dan Dokumentasi

Instrumen Penelitian :
Pedoman Wawancara,
Observasi, dan
Dokumentasi

4.1 Analisis Kebutuhan (Brainstorming)

4.2 Desain Sistem


49

4.2.1 Desain Sistem : 4.2.2 Digitasi Peta di QGIS


4.2.3 Desain Database dan el di MySQL
a. Flowchart : Ms.Visio
b. Context Diagram : tab 4.2.4 Pembuatan web
Power Designer
c. DFD : Power Designer
d. ERD : Power Designer
e. Desain database dan Tabel Sistem
Menggunakan database MySQL di
aplikasi XAMPP

4.3 Melakukan pengkodean


untuk Pembuatan Web :
Javascript, html, css, php di
Notepad++

4.4 Melakukan Pengujian Sistem

4.5 Hasil dan Pembahasan

5.1 Kesimpulan
5.2 Saran

Gambar 3.1 Diagram Tahapan Penelitian


50

Berikut ini adalah penjelasan dari diagram tahapan penelitian :


a. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah merupakan tahap pertama dalam melakukan
penelitian dengan merumuskan masalah yang akan diteliti, yang
didapatkan melalui studi pendahuluan dan studi pustaka.
b. Studi Pendahuluan
Studi pendahuluan yaitu kegiatan yang melakukan pengamatan pada objek
yang akan diteliti dengan mengumpulkan data-data yang dibutuhkan
dalam penelitian.
c. Studi Pustaka
Studi pustaka merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan
suatu informasi melalui pustaka, seperti buku dan jurnal yang nantinya
dapat mendukung dalam penelitian yang dilakukan.
d. Rumusan Masalah
Rumusan masalah merupakan sebuah pertanyaan singkat yang digunakan
untuk menjelaskan masalah yang akan dibahas dalam penelitian.
e. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian dilakukan untuk memperkuat pembahasan serta
memberikan arah yang tepat dalam proses penelitian.
f. Menentukan Variabel
Penentuan variabel ini dilakukan untuk peneliti dalam menentukan
variabel resiko apa saja yang akan digunakan dalam penelitian.
g. Teknik Pengumpulan Data
Teknik atau cara yang dilakukan untuk mengumpulkan data, misalnya :
Observasi, wawancara, dokumentasi.
h. Instrumen Penelitian
Alat yang digunakan untuk mengumpulkan, memeriksa, menyelidiki suatu
masalah, atau mengumpulkan, mengolah, menganalisa dan menyajikan
data-data secara sistematis serta objektif dengan tujuan memecahkan suatu
masalah.
51

i. Analisis Kebutuhan
Proses pengumpulan kebutuhan dilakukan secara intensif untuk
menspesifikasikan kebutuhan perangkat lunak agar dapat dipahami
perangkat lunak seperti apa yang dibutuhkan oleh user. Spesifikasi
kebutuhan perangkat lunak pada tahap ini perlu untuk didokumentasikan.
j. Desain Sistem
Tahap ini mentranslasi kebutuhan perangkat lunak dari tahap analisis
kebutuhan ke representasi desain agar dapat diimplementasikan menjadi
program pada tahap selanjutnya. Desain perangkat lunak yang dihasilkan
pada tahap ini juga perlu didokumentasikan.
k. Pengkodean

Desain harus ditranslasikan ke dalam program perangkat lunak. Hasil dari


tahap ini adalah program komputer sesuai dengan desain yang telah dibuat
pada tahap desain.
l. Pengujian
Pengujian fokus pada perangkat lunak dari segi logik dan fungsional dan
memastikan bahwa semua bagian sudah diuji. Hal ini dilakukan untuk
meminimalisir kesalahan (error) dan memastikan keluaran yang
dihasilkan sesuai dengan yang diinginkan.
m. Hasil dan Pembahasan
Merupakan hasil dari proses yang dilakukan selama penelitian, kemudian
dilakukan ulasan pada penelitian yang dikerjakan.
n. Kesimpulan dan Saran
Tahap terakhir yaitu memberikan kesimpulan dan saran dari hasil yang
telah diperoleh dari penelitian yang sudah dilakukan.
Gambaran sistem website ditunjukkan pada gambar 3.2.
52

3.8 Gambaran Sistem


Informasi a. Definisi
Home Kusta Kusta
b. Pencegahan
Kusta
c. Pengobatan
Kusta

Usia
Peta Jumlah
Penyebaran Penderita
Jenis Kelamin
Penyakit Kusta
Website Kusta
Penyebaran Indikator Prevalency
Rate, Case
Penyakit Utama Detection Rate,
Kusta di Kusta Proporsi MB,
Kabupaten anak dan cacat
tingkat 2.
Jember
Tahun 2013 Kelembaban,
Data
- 2015 Suhu, Jumlah
Pendukung penduduk

Diagram Angka Prevalensi


Penderita Kusta per
Kecamatan

Log in Admin Cetak Laporan


Jumlah Penderita
Kusta Tahun 2013-
2015 (PDF)

Input Data Kusta(Menu


Untuk Mengolah Data)
Log out

Gambar 3.2 Gambaran Sistem Website


53

Berikut adalah menu-menu yang ada pada website pemetaan digital


penyebaran penyakit Kusta berbasis website di Kabupaten Jember Tahun 2013-
2015 :
1. Home merupakan halaman utama pada website yang akan dilakukan load
oleh browser pertama kali.
2. Log in merupakan menu yang digunakan oleh admin untuk memperbarui
data jumlah penderita Kusta dan informasi tentang Kusta.
3. Informasi tentang Kusta merupakan menu yang berisi informasi mengenai
definisi Kusta, klasifikasi Kusta, tempat pelayanan kesehatan dan
pengobatan Kusta.
4. Peta penyebaran penyakit Kusta merupakan menu yang nantinya akan
menampilkan peta jumlah penderita penyakit Kusta menurut usia dan jenis
kelamin, indikator utama penyakit Kusta, faktor geografis (Kelembaban,
suhu dan kepadatan penduduk).
5. Diagram merupakan menu yang nantinya menampilkan sebuah diagram
berbentuk batang untuk menggambarkan angka prevalensi penderita Kusta
per kecamatan di Kabupaten Jember tahun 2013-2015.
6. Cetak Laporan merupakan sebuah menu dalam bentuk PDF yang berisi
jumlah penderita Kusta per kecamatan di Kabupaten Jember dari tahun
2013-2015 yang nantinya dapat dilakukan proses pengunduhan dan print
untuk menghasilkan laporan dalam bentuk cetak.
7. Input Data Kusta merupakan menu yang nantinya digunakan oleh admin
untuk melakukan proses pengolahan data.
8. Log out merupakan menu yang digunakan oleh admin untuk proses keluar
dari sistem setelah sebelumnya melakukan log in.
BAB 4. PEMBAHASAN

4.1 Menganalisis kebutuhan sistem pemetaan digital penyebaran


penyakit Kusta berbasis website di Kabupaten Jember tahun 2013-2015
Analisis merupakan proses pengumpulan kebutuhan yang dilakukan secara
intensif untuk menspesifikasikan kebutuhan perangkat lunak agar dapat dipahami
perangkat lunak seperti apa yang dibutuhkan oleh user. Analisis dalam pembuatan
sistem pemetaan digital penyebaran penyakit Kusta berbasis website bertujuan
untuk mengidentifikasi permasalahan yang terjadi serta mengidentifikasi
kebutuhan terkait sistem yang akan dibuat.
Tahap ini merupakan tahap pengumpulan data-data yang dibutuhkan
dalam membuat sistem pemetaan digital penyebaran penyakit Kusta berbasis
website serta mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten Jember terkait tingginya jumlah penderita Kusta di Kabupaten Jember
dan Dinas Kesehatan Jember belum memiliki sistem informasi geografis untuk
memetakan penyebaran penyakit Kusta di wilayah Jember melalui observasi,
wawancara, brainstorming dan dokumentasi agar sistem yang dihasilkan sesuai
dengan kebutuhan. Sistem yang berjalan saat ini masih menggunakan manual
(microsoft excel) dan dalam bentuk formulir-formulir. Untuk itu peneliti tertarik
untuk membuat sistem informasi geografis guna membantu Dinas Kesehatan
Kabupaten Jember dalam mengetahui penyebaran penyakit Kusta di wilayah
Jember, hal ini didukung oleh pemaparan tiga responden sebagai berikut :

“Di Kabupaten Jember penderita Kusta masih tinggi, dan belum mencapai
eliminasi Kusta serta Dinas Kesehatan juga belum memiliki sistem yang
menampilkan penyebaran penyakit Kusta” (R1)

“Untuk daerah Jember, penderitanya cukup tinggi. Pengolahan data nya


dilakukan masih dengan cara manual” (R2)

“Tidak memiliki sistem pemetaan digital. Jumlah penderita Kusta di Jember


meningkat dari tahun ke tahun, dan Jember belum eliminasi Kusta” (R3)

54
55

Hasil wawancara dan brainstorming kepada responden yang mendukung


pembuatan sistem pemetaan digital penyebaran penyakit Kusta berbasis website :

“Sangat membantu dan memudahkan Dinas Kesehatan untuk melihat


persebaran Kusta di wilayah Jember”

( R1, R2, R3)

Berdasarkan hasil wawancara, permasalahan yang dihadapi oleh Dinas


Kesehatan Kabupaten Jember khususnya untuk penyakit Kusta yaitu jumlah
penderita Kusta di Kabupaten Jember masih tinggi dan belum mencapai eliminasi
Kusta serta Dinas Kesehatan Kabupaten Jember masih belum memiliki sistem
informasi geografis untuk memetakan penyebaran penyakit Kusta berbasis
website, hal ini menyebabkan petugas Dinas Kesehatan Kabupaten Jember
kesulitan dalam mengetahui wilayah kecamatan mana saja yang tinggi atau rendah
jumlah penderitanya dilihat dari tingkatan warna, dan wilayah kecamatan mana
saja yang sudah mencapai eliminasi Kusta dengan syarat angka prevalensi < 1 per
10.000 penduduk.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Eldiansyah et al (2016) yang menyatakan
Kabupaten Jember menempati peringkat ke 4 kejadian kusta terbanyak di Jawa
Timur pada tahun 2012 sebanyak 373 orang diikuti dengan jumlah proporsi cacat
tingkat 2 sebesar 19,84%. Jumlah penderita kusta di Jember cepat meningkat
karena penyakit kusta di Jember sebagian besar adalah tipe Multi Basiller (MB)
yang bisa menular. Berdasarkan data yang didapat dari Dinas Kesehatan
Kabupaten Jember menunjukkan bahwa Kabupaten Jember belum mencapai
eliminasi Kusta dikarenakan angka prevalensinya masih diatas 1 per 10.000
penduduk. Hal ini juga sesuai dengan pernyataan NLR Indonesia yang
menyatakan bahwa dari data tahun 2014 masih ada 13 Kabupaten/Kota yang
angka prevalensinya di atas 1 per 10.000 penduduk. Harapan untuk bisa
menurunkan jumlah penderita terdaftar lebih difokuskan pada kabupaten
prevalensi tinggi (> 2 per 10.000 penduduk) dengan kegiatan kemoprofilaksis di
56

Kabupaten Sampang dan Sumenep serta kegiatan intensifikasi penemuan


penderita baru dan dekonsentrasi mulai tahun 2016 yang difokuskan di Kabupaten
Situbondo, Pamekasan, Lumajang, Jember dan Tuban.
Hasil wawancara dan brainstorming diatas diketahui bahwa responden
sangat mendukung adanya sistem informasi geografis berbasis website yang dapat
membantu Dinas Kesehatan Kabupaten Jember dalam mengetahui penyebaran
penyakit Kusta di Kabupaten Jember dan mengetahui tinggi rendahnya jumlah
penderita melalui tingkatan warna peta, sehingga petugas Dinas Kesehatan Jember
dapat melakukan pencegahan secara dini. Hal ini didukung dengan pernyataan
dari WHO bahwa dalam rangka untuk menghidupkan kembali upaya untuk
pengendalian kusta, WHO telah mengembangkan “Strategi Global Kusta 2016-
2020″, yang terdiri dari 3 pilar sebagai berikut: Memperkuat sistem pengawasan
dan informasi kesehatan untuk monitoring dan evaluasi program termasuk sistem
informasi geografis (Pilar 1). Selain itu, hal ini juga didukung sesuai dengan
pernyataan dari Krisna et al (2014) yang menyatakan bahwa terdapatnya sistem
informasi geografis berbasis web dapat membantu untuk menanggulangi masalah
penyebaran penyakit pada suatu daerah. Sistem informasi geografis dapat
dimanfaatkan untuk menandai suatu daerah untuk mengetahui titik penyebaran
penyakit. Melalui sistem pemetaan penyakit yang dibangun, diharapkan
pengaksesan informasi tentang titik dan angka penyebaran penyakit dapat lebih
mudah sehingga kedepannya bisa mendapatkan penanggulangan dari pihak-pihak
yang bersangkutan. Manfaat yang didapat dari sistem informasi geografis berbasis
website yaitu menyediakan peta atau informasi yang tersusun rapi, akurat, mudah
dibaca dan mudah untuk menggunakan, baik berupa data maupun peta skematik
berbasis web.
Berdasarkan fakta dan teori tersebut diketahui bahwa jumlah penderita
Kusta di Kabupaten Jember masih tinggi dan masih belum mencapai eliminasi
Kusta dengan standar angka prevalensinya < 1 per 10.000 penduduk. Berikut
angka prevalensi dari tahun 2013-2015 di Kabupaten Jember : Tahun 2013 yaitu
1,29 per 10.000 penduduk, tahun 2014 yaitu 1,37 per 10.000 penduduk dan tahun
2015 yaitu 1,23 per 10.000 penduduk. Dari data diatas dapat diketahui bahwa
57

Kabupaten Jember masih belum bisa mencapai eliminasi Kusta karena angka
prevalensinya masih belum sesuai dengan standar yang telah ditentukan serta
Dinas Kesehatan Jember juga masih belum memiliki sistem informasi geografis
untuk memetakan penyebaran penyakit Kusta. Oleh karena itu dari permasalahan
dan kebutuhan yang ada, peneliti berinisiatif melakukan pembuatan sistem
informasi geografis penyebaran penyakit Kusta berbasis website di Kabupaten
Jember.
Analisis kebutuhan sistem dalam penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu
analisis kebutuhan secara fungsional dan non fungsional. Analisis secara
fungsional berisi fungsi-fungsi apa saja yang nantinya dapat dilakukan oleh
sistem. Kebutuhan non fungsional adalah kebutuhan yang menitikberatkan pada
properti yang dimiliki oleh sistem.
Format data manual (ms.excel) jumlah penderita Kusta di Kabupaten
Jember yang digunakan di Dinas Kesehatan Jember :
a. Jumlah penduduk Kabupaten Jember Tahun 2013-2015
b. Penderita Terdaftar :
1) Kusta PB : Laki-laki (Anak dan dewasa) dan Perempuan (Anak dan dewasa)
2) Kusta MB : Laki-laki (Anak dan dewasa) dan Perempuan (Anak dan
dewasa)
3) Total Penderita
4) Prevalensi / 10.000 penduduk
c. Penderita Baru :
1) Kusta PB : Laki-laki (Anak dan dewasa) dan Perempuan (Anak dan dewasa)
2) Kusta MB : Laki-laki (Anak dan dewasa) dan Perempuan (Anak dan
dewasa)
3) Total Penderita
4) CDR / 100.000 penduduk
5) Penemuan pasien baru (%) : S, K, AS, A
6) Proporsi MB (%)
7) Proporsi Wanita (%)
8) Penderita Anak
9) Cacat 1
10) Cacat 2
Berikut adalah kebutuhan fungsional sistem pemetaan digital penyebaran
Kusta berbasis website di Dinas Kesehatan Kabupaten Jember :
58

a. Kebutuhan Fungsional : Admin


Admin adalah Staf Bagian Kusta Dinas Kesehatan Kabupaten Jember.
1) Admin dapat melakukan log in.
2) Admin dapat melakukan tambah dan ubah penderita kusta terupdate pada
halaman utama peta.
3) Admin dapat menampilkan peta pada halaman utama.
4) Admin dapat melihat menu informasi Kusta.
5) Admin dapat melihat menu data penderita Kusta.
6) Admin dapat menampilkan grafik prevalensi Kusta pada menu grafik.
7) Admin dapat menampilkan laporan dalam bentuk pdf pada menu laporan.
8) Admin dapat melakukan cetak dan unduh pada menu laporan (pdf).
9) Admin dapat melakukan log out.
b. Kebutuhan Non Fungsional
Kebutuhan non fungsional berisi proses-proses yang diberikan pada
perangkat lunak yang akan dibangun diluar fungsi utama website.
1) Operasional
a) Bahasa pemrograman yang sesuai menggunakan javascript, html, css dan
php.
b) Menyimpan data dengan menggunakan database MySQL.
2) Keamanan : Website dan database dilengkapi dengan user name dan
password.
Adapun hasil brainstorming yang dilakukan di Dinas Kesehatan
Kabupaten Jember mengenai informasi yang akan ditampilkan pada sistem
informasi geografis penyebaran penyakit Kusta berbasis website, sebagai berikut :
“Menu yang dibutuhkan dalam sistem informasi “Informasi data yang ditampilkan dalam sistem
geografis meliputi : informasi geografis meliputi :
a. Menu untuk menampikan peta a. informasi jumlah penderita
b. Menu informasi tentang kusta mencakup: b. indikator utama Kusta
pengertian dan c. jumlah penduduk.
klasifikasi,pencegahan,pengobatan.. d. informasi Kusta : pengertian, klasifikasi,
c. Menu angka prevalensi per kecamatan dalam pencegahan,pengobatan.
bentuk grafik, e. angka prevalensiper kecamatan.
d. Menu laporan terdiri dari : jumlah penderita, f. Laporan dalam bentuk PDF.
angka prevalensi,
(Peserta brainstorming) (Peserta brainstorming)
59

Sistem pemetaan digital penyebaran penyakit Kusta berbasis website


dirancang sesuai dengan format data manual (ms.excel) jumlah penderita Kusta di
Dinas Kesehatan Kabupaten Jember dengan menambah menu-menu yang belum
ada pada format data manual jumlah penderita Kusta sesuai kebutuhan Dinas
Kesehatan Kabupaten Jember. Pada sistem pemetaan digital penyebaran Kusta
berbasis website terdiri dari 1 hak akses yaitu petugas Dinas Kesehatan pada sub
bagian penyakit Kusta sebagai admin.

4.2 Membuat desain sistem pemetaan digital persebaran penyakit Kusta


berbasis website di Kabupaten Jember tahun 2013-2015
Tahap kedua ini adalah tahap dimana data-data yang diperoleh pada tahap
pertama diimplementasikan ke dalam bentuk desain atau perancangan sistem
untuk mempermudah kita dalam membaca alur program. Pembuatan sistem
pemetaan digital penyebaran penyakit Kusta berbasis website disesuaikan dengan
kebutuhan data dan informasi sesuai kesimpulan dalam pelaksanaan
brainstorming yang sebelumnya telah dilakukan dengan hasil sebagai berikut :

“Menu yang dibutuhkan dalam sistem informasi geografis meliputi :


a. Menu untuk menampikan peta
b. Menu informasi tentang kusta mencakup: pengertian dan
klasifikasi,pencegahan,pengobatan..
c. Menu angka prevalensi per kecamatan dalam bentuk grafik,
d. Menu laporan terdiri dari : jumlah penderita, angka prevalensi.”

(Peserta Brainstorming)

Desain perangkat lunak adalah proses multi langkah yang fokus pada
desain pembuatan program perangkat lunak termasuk struktur data, arsitektur
perangkat lunak, representasi antar muka, dan prosedur pengodean. Tahap ini
mentranslasi kebutuhan perangkat lunak dari tahap analisis kebutuhan ke
representasi desain agar dapat diimplementasikan menjadi program pada tahap
60

selanjutnya. Desain perangkat lunak yang dihasilkan pada tahap ini juga perlu
didokumentasikan (Rosa dan Shalahuddin, 2015).
Berdasarkan fakta dan teori tersebut dapat disimpulkan bahwa informasi
yang akan ditampilkan dalam sistem pemetaan digital penyebaran penyakit Kusta
berbasis website yaitu jumlah penderita Kusta, indikator utama Kusta, grafik
berdasarkan prevalensi per kecamatan, dan laporan yang berisi jumlah penderita,
prevalensi, dan indikator lainnya. Sehingga mempermudah petugas Dinas
Kesehatan dalam mengolah data dan membantu Dinas Kesehatan dalam
mengetahui penyebaran penyakit Kusta di Jember serta angka prevalensinya
sudah sesuai standar atau belum.
Dalam mendesain sistem pemetaan digital penyebaran penyakit Kusta
berbasis website, berikut ini merupakan langkah-langkah yang dilakukan pada
tahap desain yaitu :
4.2.1 Desain Sistem
Desain sistem dibuat berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan secara
lengkap pada tahap pertama. Aplikasi yang digunakan untuk membuat desain
sistem ini yaitu Microsoft Office Visio 2010 untuk pembuatan Flowchart System
dan Entity Relationship Diagram (ERD) serta Power Designer untuk pembuatan
Data Flow Diagram (DFD). Berikut ini adalah desain sistem pemetaan digital
yang telah dibuat berdasarkan informasi pada tahap pertama.
a. Flowchart Sistem
Flowchart Sistem merupakan bagan yang menunjukkan arus pekerjaan
secara keseluruhan dari sistem. Bagan ini menjelaskan urutan dari prosedur yang
ada di dalam sistem. Berikut merupakan flowchart sistem dari website Pemetaan
Digital Penyebaran Penyakit Kusta di Kabupaten Jember Tahun 2013-2015 :
Gambar flowchart sistem ditunjukkan pada gambar 4.2 di bawah ini:
61

START

Username dan Database


Password Simpan Data Penderita Kusta pemetaan_penyakit
_kusta

Login sebagai Menu


Admin Tidak
Cetak Laporan
Input Data
Kusta

Validasi Data penderita


Kusta

Ya

Menampilkan
halaman Admin Tampilan
Data Kusta
Ya (PDF)
Menu
Cetak Laporan
Input Data
Kusta Cetak Data Penderita
Cetak ke Ya Proses Cetak Data Demam Kusta (PDF)
Printer?

Memilih Menu
Input Data Kusta Tidak

Tidak Mengisi Data


Tidak Log Out END
Masukkan data
Kusta

Berhasil
menyimpan

Ya

Gambar 4.1 Flowchart Sistem Setelah Log In


Gambar 4.1 merupakan flowchart program pemetaan digital penyebaran
penyakit Kusta berbasis website di Kabupaten Jember. Alur dari sistem tersebut
yaitu admin memasukkan username dan password kemudian klik “Log in”, jika
sesuai username dan password nya maka akan menampilkan halaman admin, jika
tidak sesuai maka akan kembali lagi untuk memasukkan username dan password.
Pada halaman admin terdapat 2 menu : Menu Penderita dan Menu Cetak
Laporan. Bila memilih menu penderita, selanjutnya melakukan input data Kusta
lalu klik simpan. Jika berhasil disimpan, maka data tersebut akan tersimpan di
database MySQL dan data tersebut akan ditampilkan dalam bentuk PDF. Namun,
jika tidak berhasil menyimpan, maka harus kembali lagi pada menu penderita
untuk menginputkan data Kusta. Setelah input data selesai, pilih menu cetak
laporan untuk memunculkan data-data tersebut dalam bentuk PDF, yang nantinya
62

dapat dicetak/download. Bila ingin mengisi data baru lagi, maka kembali lagi
pada menu penderita. Klik Log out untuk keluar dari halaman admin jika
pengiputan data telah selesai dilakukan.
Setelah itu jika masuk ke halaman utama sistem, maka akan muncul menu-
menu seperti gambar 4.2 dibawah ini : Informasi Kusta, Peta Penyebaran Kusta,
Grafik Prevalensi Kusta dan Tabel Penderita Kusta. Proses selesai.
Sta rt

Me n u - m enu
P ada
H ala m an
U ta ma

K e M e nu
I nf or ma si
in fo r mss i Ya
K ust a
K ust a?

T id a k

K e M e nu P et a Tam pi lan
P eny e bar a n? Ya P eta

T id a k

K e Me nu G r afi k Tam pi lan


Ya
P re val en s? G ra fik

T id a k

K e M e nu T abe l Tam pi lan


Ya
P end erit a ? Tab el

T id a k

END

Gambar 4.2 Flowchart Sistem Sebelum Log In

b. Context Diagram

data jmlpenduduk

Input data jmlpenduduk data jmlpenderita

Input data jmlpenderita data jmlpenderitabaru


Input data jmlpenderitabaru Sistem Informasi Geografis data kelembaban
Admin Input data kelembaban Penyebaran Kusta Berbasis User
data suhu
Website
Input data suhu data jmlcacat
Input data jmlcacat
data PBLA,PBLD,PBPA,PBPD
Input data PBLA,PBLD,PBPA,PBPD
data MBLA,MBLD,MBPA,MBPD
Input data MBLA,MBLD,MBPA,MBPD

Gambar 4.3 Context Diagram


63

c. Data Flow Diagram


input data jmlpenduduk data jmlpenduduk
1 file jml penduduk
input data jmlpenderita data jmlpenderita
input data jmlpenderitabaru 2 file jml penderita
input data kelembaban data jmlpenderitabaru
input data suhu 1.Master 3 file jml penderitabaru
Admin_1
input data jmlcacat data kelembaban
4 file kelembaban
input data PBLA,PBLD,PBPA,PBPD
data suhu
input data MBLA,MBLD,MBPA,MBPD 5 file suhu
data jmlcacat
6 file jml cacat

data PBLA,PBLD,PBPA,PBPD 7 file PBLA,PBLD,PBPA,PBPD

data MBLA,MBLD,MBPA,MBPD 8 file MBLA,MBLD,MBPA,MBPD

input data jmlpenderita data jmlpenderita


9 file jml penderita1
input data juml ah penduduk pada tahun
data jmlpenduduk
yang sama 10 file jml penduduk1
2.Transaksi data preval ensi
input data jmlpenderita baru
11 file prevalensi
data jmlpenderita baru
12 file jml pendebaru

Laporan jml penderita


User_1 Laporan jml penderita baru 3.Laporan(PDF)

Laporan Angka Preval ensi

Gambar 4.4 DFD Level 1

Gambar 4.3 menunjukkan Context Diagram dan gambar 4.4 menunjukkan


DFD level 1 pada sistem pemetaan digital penyebaran penyakit Kusta berbasis
website di Kabupaten Jember yang terdiri dari dua entitas dan satu proses secara
umum. Entitas tersebut yaitu admin dan user. Entitas admin pada sistem
memberikan data Kusta, lalu sistem akan memberikan data Kusta untuk entitas
admin. Sedangkan entitas users pada sistem menerima informasi dan data Kusta
dari sistem. Untuk DFD Level 1, administrator menginputkan data Kusta pada
master. Kemudian data-data tersebut disimpan ke database. Transaksi disini
petugas menginputkan kemudian disimpan pada database. Data pada proses
transaksi didapatkan pada database dari proses master.Laporan, hasil dari database
proses transaksi dibuat laporan pada proses laporan yang kemudian
diserahkan kepada Kepala Bidang Dinas Kesehatan Kabupaten Jember.
64

d. Entity Relationship Diagram

Jmlpendebaru

Suhu Jmlpenduduk

Password Jmlpenderita Kelembaban MBPD

ID PBLA
Username Jmlanak
MBLA
Users 1 Mengakses N Database Kusta MBLD
ID
MBPA

N PBLD PBPA

Jmlcacat PBPD
Menampilkan

1
ID

Peta Penyebaran
Kecamatan Kusta

Gambar 4.5 ERD Sistem Pemetaan Digital Penyebaran Penyakit Kusta


Berbasis Website

Gambar 4.5 menunjukkan ERD sistem pemetaan digital penyebaran


penyakit Kusta berbasis website di Kabupaten Jember. Pada ERD diatas terdapat 3
entitas yang saling berhubungan. Entitas-entitas tersebut yaitu users, database
kusta dan peta penyebaran kusta
Entitas users memiliki primary key ID, entitas database Kusta memiliki
primary key ID, entitas peta penyebaran Kusta memiliki primary key ID. Pada
gambar diatas users mengakses database Kusta untuk melakukan penginputan
data dan data disimpan pada database. Setelah melakukan penginputan dan data
disimpan, maka database Kusta tersebut akan menampilkan peta penyebaran
Kusta per kecamatan beserta data-data yang sudah di input diawal.
ERD sistem pemetaan digital penyebaran penyakit Kusta berbasis website
di Kabupaten Jember juga menggambarkan relasi kardinalitas untuk setiap entitas.
Relasi tersebut diperinci sebagai berikut :
1) Entitas users dengan database Kusta yaitu one to many
2) Entitas database Kusta dengan peta penyebaran Kusta yaitu many to one
65

e. Desain Tabel Sistem Pemetaan Digital


Desain tabel pada sistem pemetaan digital penyebaran penyakit Kusta
berbasis website di Kabupaten Jember memiliki 3 tabel yaitu :
1) Tabel Users
Tabel Users digunakan sebagai data untuk melakukan log in oleh admin.
Tabel Users terdapat pada tabel 4.1 di bawah ini :
Tabel 4.1 Tabel Users
Nama Field Tipe Data Keterangan
ID Integer Primary Key
Username Integer
Password Integer

2) Tabel Suspect
Tabel Suspect digunakan sebagai tempat penyimpanan data-data Kusta
yang telah dilakukan penginputan di website.
Tabel Suspect terdapat pada tabel 4.2 di bawah ini :
Tabel 4.2 Tabel Suspect
Nama Field Tipe Data Keterangan
ID Integer Primary Key
Jmlpendebaru Double precision
Jmlpenderita Double precision
Jmlpenduduk Double precision
Kelembaban Double precision
Suhu Double precision
MBLA Numeric
MBLD Numeric
MBPA Numeric
MBPD Numeric
PBLA Numeric
PBLD Numeric
PBPA Numeric
PBPD Numeric
Jmlanak Numeric
Jmlcacat Numeric
66

3) Tabel Kecamatan
Tabel Kecamatan digunakan untuk mengisi Kecamatan
Tabel Peta terdapat pada tabel 4.3 di bawah ini :

Nama Field Tipe Data Keterangan


ID Integer Primary Key
Kecamatan String
Status Integer

4.2.2 Digitasi Peta di Quantum GIS


Tahap pertama yaitu melakukan digitasi pada peta Kabupaten Jember.
Teknik digitasi ini adalah proses pembuatan peta melalui proses komputer.
Penyimpanan file di komputer dari hasil digitasi peta tersebut dikelompokkan
berdasarkan pada layer-layer yang sesuai dengan tipenya masing-masing,
misalnya layer garis untuk data digital batas wilayah, layer polygon digunakan
untuk data digital kawasan prioritas dan penggunaan lahan lain, dan layer titik
digunakan untuk memberikan label nama untuk setiap kawasan. Setelah selesai
proses digitasi, siapkan peta.kml di Quantum GIS yang nantinya akan di lakukan
perubahan dari peta.kml ke GeoJson.
4.2.3 Desain Database dan tabel di MySQL
Tahap berikutnya adalah membuat database dan tabel di MySQL.
Pembuatan database dan tabel ini dilakukan untuk menyimpan data-data yang
telah diinputkan melalui Sistem Pemetaan Digital.
4.2.4 Pembuatan Web
Pembuatan web ini dilakukan dengan langkah mengkoding untuk
membuat website sesuai dengan kebutuhan.
67

4.3 Melakukan pengkodean sistem ke dalam program komputer sesuai


dengan desain yang telah dibuat pada pemetaan digital persebaran penyakit
Kusta berbasis website di Kabupaten Jember tahun 2013-2015
Tahap selanjutnya dari pemetaan digital adalah melakukan pengkodean
dari desain sistem yang sudah dibuat ke dalam bahasa pemrograman. Pembuatan
sistem pemetaan digital penyebaran penyakit Kusta berbasis website disesuaikan
dengan kebutuhan data dan informasi sesuai kesimpulan dalam pelaksanaan
wawancara dan brainstorming yang sebelumnya telah dilakukan. Adapun hasil
informasi yang akan ditampilkan dalam sistem pemetaan digital penyebaran
penyakit Kusta berbasis website berdasarkan kebutuhan data yang diperoleh saat
wawancara dengan hasil sebagai berikut :

“informasi yang ditampilkan : jumlah penderita kusta, pengertian kusta,


klasifikasinya, pencegahan, pengobatannya dan laporan dalam bentuk PDF”
(R1)

“Informasi yang dtiampilkan : jumlah penderita, indikator Kusta seperti :


Proporsi MB, Prevalensi Rate, Proporsi Wanita, Proporsi Anak, Proporsi
Cacat Tingkat 2. Tingkatan warna peta dengan 3 warna :
hijau,kuning,merah.” (R2)

“Informasi yang ditampilkan : jumlah penderita kusta, pengertian kusta dan


klasifikasi, pengobatan dan pencegahan” (R3)

Pada tahap ini sistem yang telah dianalisis dan di desain mulai
diterjemahkan ke dalam bahasa mesin melalui bahasa pemrograman. Hasil desain
harus ditranlasikan ke dalam program perangkat lunak. Hasil dari tahap ini adalah
program komputer sesuai dengan desain yang telah dibuat pada tahap desain
(Rosa dan Shalahuddin, 2015).
Berdasarkan fakta dan teori tersebut dapat disimpulkan bahwa informasi
yang akan ditampilkan dalam sistem pemetaan digital penyebaran penyakit Kusta
berbasis website yaitu jumlah penderita Kusta, indikator utama Kusta, grafik
berdasarkan jumlah prevalensi per kecamatan, dan laporan yang berisi jumlah
penderita, prevalensi, dan indikator lainnya. Sehingga mempermudah petugas
68

Dinas Kesehatan dalam mengolah data dan membantu Dinas Kesehatan dalam
mengetahui penyebaran penyakit Kusta di Jember serta angka prevalensinya
sudah sesuai standar atau belum.
Pada tahap ini bahasa pemrograman yang dipakai adalah bahasa
pemrograman berorientasi objek dengan aplikasi Database MySQL, Quantum GIS
dan Aplikasi XAMPP. Adapun tahapan dalam proses ini yaitu :
a. Membuat tabel dan database di MySQL untuk Pemetaan
Pembuatan tabel di database MySQL dalam pemetaan digital dilakukan
dengan menggunakan MySQL(XAMPP). Database dalam program ini bernama
pemetaan_penyakit_kusta dan mempunyai 3 tabel yang berisi field-field, yang
berfungsi untuk menyimpan data inputan oleh pengguna/admin. Tabel-tabel yang
ada di database ini terdiri dari : tabel suspect, tabel users dan tabel kecamatan.
b. Membuat program Pemetaan Digital
Tahapan selanjutnya setelah pembuatan database dan tabel yaitu
pembuatan program Pemetaan Digital. Pembuatan program ini menggunakan
Quantum GIS, kemudian koneksikan dengan website agar data yang nanti di
inputkan di website dapat berubah juga secara otomatis pada database MySQL.
Syntax yang digunakan dalam pembuatan web ini yaitu :
a. HTML digunakan untuk menulis sebuah halaman website
b. PHP digunakan untuk menjadikan website lebih dinamis
c. CSS digunakan untuk mendesain tampilan pada website agar terlihat indah
d. Java script digunakan untuk mendesain tampilan pada website agar terlihat
indah
e. XAMPP digunakan untuk mengatur server localhost

Tahapan ini merupakan tahapan yang secara nyata dalam mengerjakan


suatu sistem. Penggunaan sistem akan dimaksimalkan pada tahapan ini. Setelah
tahapan pengkodean selesai maka akan dilakukan testing atau pengujian terhadap
sistem yang telah dibuat. Berikut gambar 4.7 yang ditunjukkan dibawah ini adalah
hasil pengkodean sistem pemetaan digital penyebaran penyakit Kusta berbasis
website :
69

Gambar 4.6 Hasil Pengkodean Menampilkan Peta


Gambar 4.6 diatas merupakan hasil pengkodingan dari menampilkan peta
dengan diubah dulu ke GeoJson. Hal tersebut ditunjukkan mulai dari coding no
299-331 :
a. Coding 299-309 : Mengatur Lattitude dan Longitude dari peta Kabupaten
Jember
b. Coding 312-331 : Memasukkan peta yang sudah diubah ke GeoJson
terlebih dahulu, agar peta dapat ditampilkan di web.
Berikut merupakan cara mengintegrasikan QGIS ke GeoJSON yaitu :
a. Melakukan digitasi di QGIS terlebih dahulu, kemudian menyimpan dalam
bentuk peta.kml. Siapkan peta.kml yang akan diunggah ke server
b. Kemudian masuk ke halaman google drive
c. Pilih menu create-folder
d. Setelah itu masukkan ke dalam folder yang telah dibuat, lalu upload file
peta.kml
e. Aktifkan mode public web,simpan. Copy url hostingan kemudian simpan
f. Tahap selanjutnya tinggal memanggil peta.kml yang telah dihosting,
kemudian memanggilnya ke dalam peta menggunakan script
70

g. GeoJSON adalah standar untuk data geospasial pada internet. Kelas data
mengikuti struktur GeoJSON dalam penggambaran data dan memudahkan
untuk menampilkan data GeoJSON. Gunakan metode loadGeoJSON( )
untuk dengan mudah mengimpor data GeoJSON dan menampilkan poin,
line-string dan polygon. GeoJSON ini bersifat vektor, artinya ketika peta
di zoom, gambar peta tidak akan pecah.

Gambar 4.7 Hasil Pengkodean Pemberian Warna Peta per Wilayah

Gambar 4.7 diatas menunjukkan hasil pengkodean dari memberikan warna


peta per wilayah, sesuai dengan tingkatan prevalensi. Berikut penjelasan coding
dari no 333-348 :
a. Coding 333-341 : Merupakan coding untuk menampilkan warna hijau,
orange dan merah. Warna hijau menunjukkan bahwa angka prevalensi <
1/10.000 penduduk (rendah), warna orange menunjukkan bahwa angka
prevalensi > 1/10.000 penduduk sampai < 2/10.000 penduduk (sedang)
dan warna merah menunjukkan bahwa angka prevalensi > dari 2/10.000
penduduk (tinggi)
b. Coding 342-344 : Merupakan coding yang menampilkan warna peta awal
akan menjadi abu-abu apabila peta tersebut masih belum dipilih sesuai
dengan tahun.
71

Gambar 4.8 Hasil Pengkodean Menampilkan Data Kusta di Peta


Gambar 4.8 diatas merupakan coding dari menampilkan data Kusta ketika
peta tersebut di klik. Coding tersebut ditunjukkan mulai dari no 357-437, dimana
data yang ditampilkan memuat seperti : Nama Kecamatan, Jumlah Penduduk,
Prevalensi, Jumlah Penderita Lama, Jumlah Penderita Baru, Kelembaban Udara,
Suhu Udara, CDR, Proporsi Wanita, Proporsi MB, Proporsi Anak dan Proporsi
72

Cacat Tingkat 2. Apabila pada peta di klik 1 kali maka akan muncul informasi
yang menunjukkan data Kusta seperti gambar di bawah ini :

Gambar 4.9 Informasi Data Kusta


73
74

Gambar 4.10 Hasil Pengkodean Menampilkan Grafik


Gambar 4.10 diatas merupakan hasil dari pengkodean dalam menampilkan
grafik prevalensi per 3 tahun dan grafik per kecamatan. Coding tersebut
ditunjukkan dari no 441-700 yang didalamnya berisi seperti :
a. Coding untuk menampilkan grafik per 3 tahun
b. Coding untuk menampilkan grafik per kecamatan dengan memilih nama
kecamatan terlebih dahulu agar dapat melihat trend tinggi rendahnya
prevalensi per kecamatan dari tahun ke tahun.
c. Coding untuk memberi warna pada garis grafik per tahun nya.
75

Berikut tampilan sistem pemetaan digital penyebaran Kusta berbasis


website di Kabupaten Jember tahun 2013-2015 :
a. Tampilan sebelum Log in

Gambar 4.11 Informasi Kusta pada submenu Kusta dan Klasifikasi

Gambar 4.12 Informasi Kusta pada submenu Pengobatan Kusta


76

Gambar 4.13 Informasi Kusta pada submenu Pencegahan Kusta

Gambar diatas merupakan menu dari Informasi Kusta yang di dalam menu
tersebut terdapat sub-sub menu seperti : pengertian Kusta dan klasifikasinya,
pengobatan Kusta, pencegahan Kusta dan tempat pelayanan Kusta.

Berikut pada gambar dibawah ini merupakan tampilan peta awal pada
menu Peta Populasi Penyakit :

Gambar 4.14 Peta awal sebelum dipilih berdasarkan tahun


77

Setelah dilakukan pemilihan tahun, maka akan muncul tampilan peta


seperti dibawah ini :

Gambar 4.15 Peta tahun 2013

Gambar 4.16 Peta tahun 2014


78

Gambar 4.17 Peta tahun 2015

Pada gambar diatas merupakan tampilan peta penyebaran penyakit Kusta


dari tahun 2013-2015. Jika di klik salah satu wilayah peta, maka akan muncul
keterangan yang berisi tentang data Kusta. Berikut tampilan dari keterangan berisi
data Kusta :

Gambar 4.18 Keterangan Data Kusta


79

Untuk dapat mengetahui tinggi rendahnya suatu wilayah penderita pada


peta penyebaran penyakit Kusta yaitu dilihat dari tingkatan warna peta yang
terdiri dari warna hijau = rendah, kuning = sedang, dan merah = tinggi. Warna
tingkatan peta tersebut didasarkan pada tingkatan prevalensi ( < 1/10.000
penduduk), jika prevalensi suatu wilayah < 1, maka wilayah tersebut akan
berubah menjadi hijau, jika prevalensi > 1 - < 2, maka wilayah tersebut akan
berubah menjadi kuning, dan jika prevalensi > 2, maka wilayah tersebut akan
berubah menjadi warna merah. Berikut gambar 4.19 dibawah ini merupakan
tingkatan warna pada peta :

Gambar 4.19 Tingkatan warna peta

Di bawah ini merupakan angka prevalensi penyakit Kusta yang


ditampilkan melalui grafik :
80

Gambar 4.20 Grafik tahun 2013

Gambar 4.21 Grafik tahun 2014


81

Gambar 4.22 Grafik tahun 2015

Gambar 4.20, 4.21 dan 4.22 diatas merupakan menu grafik prevalensi
Kusta per Kecamatan. Dengan adanya menu tersebut, dapat mempermudah
petugas Dinas Kesehatan dalam melihat angka prevalensi Kusta di wilayah
Kabupaten Jember apakah sudah sesuai dengan standar Departemen Kesehatan (
< 1 / 10.000 penduduk ) atau belum. Karena, suatu wilayah dikatakan bisa
mencapai eliminasi Kusta apabila angka prevalensinya < 1 / 10.000 penduduk.
Berikut gambar di bawah ini merupakan tampilan dari menu tabel populasi
penyakit penderita Kusta dari tahun 2013-2015 :

Gambar 4.23 Menu Tabel Populasi Penyakit


82

b. Tampilan Log in

Gambar 4.24 Tampilan Log in

Menu log in merupakan menu awal yang disediakan bagi pengguna saat
pertama kali masuk sistem. Menu ini dimaksudkan untuk membatasi hak akses
pengguna sebagai upaya menjaga keamanan data. Pada menu ini pengguna harus
memasukkan username dan password. Bila username dan password yang
dimasukkan salah, maka seperti gambar yang ditunjukkan di bawah ini tidak dapat
masuk ke dalam tampilan awal setelah melakukan log in.

Gambar 4.25 Tampilan ketika salah memasukkan username/password


83

c. Tampilan awal setelah log in

Gambar 4.26 Tampilan awal setelah log in

Gambar 4.26 diatas menunjukkan tampilan awal setelah berhasil masuk ke


dalam halaman log in atau masuk ke dalam sistem. Pada sistem ini terdapat menu
cetak laporan, kecamatan dan penderita. Di halaman awal tersebut merupakan
halaman yang nantinya admin dapat melakukan pengolahan data Kusta. Untuk
menu informasi Kusta, tampilan Peta Penyebaran Kusta serta Grafik tidak
ditampilkan pada halaman awal setelah berhasil melakukan log in, tetapi menu-
menu tersebut diletakkan diluar halaman ketika sebelum melakukan proses log in.
Hal ini dilakukan untuk mencegah orang lain yang tidak memiliki hak akses selain
admin dapat masuk ke halaman pengolahan data. Adapun rincian menu pada
sistem pemetaan digital ditunjukkan pada tabel 4.4 seperti gambar yang
ditunjukkan di bawah ini :
84

Tabel 4.4 Daftar Menu dan Sub-Menu pada Tampilan Awal Setelah Log in
No Menu Sub-Menu Keterangan
1 Peta - Mengarahkan ke halaman peta dan
inputan data penderita Kusta
2 Informasi Kusta Pengertian Kusta Mengarahkan ke halaman
pengertian dan klasifikasi Kusta
Pengobatan Kusta Mengarahkan ke halaman
pengobatan Kusta
Pencegahan Kusta Mengarahkan ke halaman
pencegahan Kusta
Tempat Pelayanan Mengarahkan ke halaman tempat
Kusta pelayanan Kusta
3 Grafik Jumlah Penderita - Mengarahkan ke halaman grafik
Kusta jumlah penderita
4 Grafik Prevalensi - Mengarahkan ke halaman grafik
angka prevalensi
5 Penderita - Mengarahkan ke halaman penderita
yang digunakan untuk melakukan
pengolahan data Kusta
6 Cetak Laporan - Mengarahkan ke halaman laporan
penderita Kusta dalam bentuk pdf
7 Log out - Mengarahkan pengguna untuk
keluar dari sistem dari hak
aksesnya

d. Menu Penderita

Gambar 4.27 Tampilan menu Penderita


85

Pada gambar diatas menampilkan menu Penderita yang didalamnya berisi


tentang pengolahan data Kusta. Data-data yang diolah ke dalam menu tersebut
merupakan data-data seperti : Tahun, Nama Kecamatan, Jumlah Penduduk,
Jumlah Penderita, Jumlah Penderita Baru, Kelembaban, Suhu, dan data-data yang
lainnya yang berhubungan dengan indikator Kusta.
Di menu Penderita tersebut juga terdapat beberapa pilihan seperti : Detail,
Ubah dan Hapus. Fungsi dari pilihan-pilihan tersebut yaitu :
1. Detail : Untuk melihat data-data yang sudah diinputkan secara
keseluruhan.
2. Ubah : Untuk mengubah data-data yang kurang lengkap atau terjadi
kesalahan ketika menginputkan data
3. Hapus : Untuk menghapus data-data yang salah
Selain pilihan-pilihan yang sudah disebutkan diatas tadi, terdapat juga
kolom “search” di pojok kanan atas, yang gunanya untuk mencari wilayah
kecamatan yang sudah dilakukan inputan data. Jadi admin bisa langsung
menemukan secara cepat wilayah kecamatan yang akan dicari.

e. Menu Cetak Laporan

Gambar 4.28 Tampilan Menu Cetak Laporan


86

Gambar diatas merupakan tampilan dari menu Cetak Laporan. Pada menu
tersebut, di tampilan awalnya terdapat pilihan tahun, yang nantinya jika sudah
dilakukan pemilihan tahun maka akan muncul laporan dalam bentuk pdf seperti
gambar 4.29 yang ditunjukkan pada gambar di bawah ini :

Gambar 4.29 Laporan Data Kusta

Gambar 4.29 diatas merupakan laporan data Kusta dalam bentuk pdf.
Sehingga dengan mudah admin dapat melakukan download atau mencetak
langsung (print) laporan tersebut.

f. Menu Log out

Gambar 4.30 Menu Log Out


87

Gambar 4.28 merupakan menu log out, dimana menu log out merupakan
menu yang berisi tentang keluarnya akun dari hak akses yang dimiliki. Dilakukan
dengan melakukan klik pada tulisan log out sehingga akan secara otomatis keluar
dari akun yang telah login sebelumnya.

4.4 Melakukan pengujian program komputer menjadi pemetaan digital


persebaran penyakit Kusta berbasis website di Kabupaten Jember tahun
2013-2015 menggunakan Quantum GIS.
Tahap terakhir yang dilakukan peneliti dalam penelitian ini yaitu
melakukan pengujian sistem yang bertujuan untuk melihat apakah pemetaan
digital penyebaran penyakit Kusta berbasis website telah sesuai dengan kebutuhan
atau belum serta untuk meminimalisir kesalahan (error). Pembuatan sistem
pemetaan digital penyebaran penyakit Kusta berbasis website disesuaikan dengan
kebutuhan data dan informasi sesuai dengan kesimpulan dalam pelaksanaan
wawancara dan brainstorming yang sebelumnya telah dilakukan. Adapun menu
yang akan ditampilkan dalam sistem pemetaan digital penyebaran penyakit kusta
berdasarkan kebutuhan data yang diperoleh pada saat wawancara dengan hasil
sebagai berikut :
Menu yang akan ditampilkan dalam sistem yaitu :

Tampilan peta penyebaran Kusta, informasi Kusta , laporan dalam bentuk


PDF, grafik angka prevalensi per kecamatan

(Peserta brainstorming)

Pada tahap ini, pengujian fokus pada perangkat lunak dari segi lojik dan
fungsional dan memastikan bahwa semua bagian sudah diuji. Hal ini dilakukan
untuk meminimalisir kesalahan (error) dan memastikan keluaran yang dihasilkan
sesuai dengan yang diinginkan (Rosa dan Shalahuddin, 2015).
Pengujian sistem yang dilakukan oleh peneliti menggunakan teknik black
box yaitu menguji perangkat lunak dari segi spesifikasi fungsional tanpa menguji
desain dan kode program. Pengujian dimaksudkan untuk mengetahui apakah
88

fungsi-fungsi, masukan, dan keluaran dari perangkat lunak sesuai dengan


spesifikasi yang dibutuhkan (Rosa dan Shalahuddin, 2015).
Berdasarkan fakta dan teori tersebut dapat disimpulkan bahwa kebutuhan
sistem yang telah disajikan dalam bentuk gambaran sistem dan desain sistem
diterjemahkan melalui Notepad ++ dan kemudian dilakukan uji fungsionalitasnya
kepada admin dan Kepala Dinas Kesehatan Bawah. Admin disini yaitu staf bagian
Kusta, sedangkan Kepala Dinas Kesehatan Bawah yaitu Ibu Diah.
Berikut tabel 4.5 yang ditunjukkan dibawah ini merupakan hasil pengujian
black-box yang dilakukan oleh peneliti :
Tabel 4.5 Pengujian Sistem Pemetaan Digital Penyebaran Penyakit Kusta
Berbasis Website di Kabupaten Jember Tahun 2013-2015
No Fungsionalitas Skenario Uji Hasil yang Kesimpulan
diharapkan
1. Dapat melakukan log in Mengisi username Masuk ke dalam Berhasil
dan password lalu sistem
log in
2. Dapat melakukan input Mengisi/input data Data terisi dan Berhasil
data,hapus data dan ubah yang tersedia di tersimpan.
data kolom, kemudian Data dapat di
simpan/ubah/hapus ubah/hapus jika
salah mengisi/input
data
3. Dapat memunculkan peta Klik tombol tahun Peta muncul sesuai Berhasil
sesuai dengan pilihan kemudian pilih dengan tahun
tahun (2013-2015) tahun
4. Dapat melihat menu Klik menu Informasi Tampil informasi Berhasil
informasi Kusta dengan Kusta, lalu pilih sub pengertian dan
sub menu pengertian dan menu pengertian dan Klasifikasi Kusta
klasifikasi Kusta Klasifikasi Kusta
5. Dapat melihat menu Klik menu Informasi Tampil informasi Berhasil
informasi Kusta dengan Kusta, lalu pilih sub cara pengobatan
sub menu cara menu cara
pengobatan pengobatan
6. Dapat melihat menu Klik menu Informasi Tampil informasi Berhasil
informasi Kusta dengan Kusta, lalu pilih sub cara pencegahan
sub menu cara menu cara
pencegahan pencegahan
8. Dapat melihat menu data Klik menu data Tampil data jumlah Berhasil
jumlah penderita sesuai jumlah penderita dan penderita dalam
pilihan tahun dalam pilih sesuai tahun bentuk tabel
bentuk tabel (2013-2015)
10. Dapat melihat menu Klik menu grafik Tampil grafik Berhasil
grafik angka prevalensi prevalensi prevalensi dalam
per kecamatan sesuai bentuk grafik
tahun dalam bentuk
grafik
89

No Fungsionalitas Skenario Uji Hasil yang Kesimpulan


diharapkan
11. Dapat melihat menu Klik menu Laporan Tampil Laporan Berhasil
Laporan (pdf), kemudian (pdf) kemudian pilih dalam bentuk pdf
pilih sesuai tahun. sesuai tahun sesuai dengan
pilihan tahun
12. Dapat melakukan log out Klik menu log out Keluar dari Berhasil
halaman sistem

Berdasarkan hasil pengujian sistem pemetaan digital penyebaran penyakit


Kusta berbasis website di Kabupaten Jember tahun 2013-2015 oleh admin, Kepala
Bidang Dinas Kesehatan Jember dan staf bagian Kusta Dinas Kesehatan Jember
memberikan kesimpulan bahwa sistem pemetaan digital berbasis website yang
telah dibuat dapat diterapkan sebagai sistem pendukung dalam menyelesaikan
masalah seperti : Sudah tersedianya sistem pemetaan digital di Dinas Kesehatan
Jember yang sebelum nya Dinas Kesehatan Jember masih belum memiliki sistem
pemetaan digital dan melakukan pengolahan data menggunakan microsoft excel,
serta membantu Dinas Kesehatan Jember dalam mengetahui penyebaran penyakit
Kusta di wilayah Jember sehingga dapat mengurangi jumlah penderita Kusta dan
dapat mencapai eliminasi Kusta sesuai dengan standart nya yaitu angka prevalensi
< 1 per 10.000 penduduk.

4.4.1 Cara Penggunaan Program


Berikut ini merupakan langkah-langkah dalam penggunaan sistem
Pemetaan Digital Penyebaran Penyakit Kusta Berbasis Website di Kabupaten
Jember Tahun 2013-2015 :
1. Masukkan username dan password pada halaman Log in.
2. Klik menu Penderita untuk melakukan pengolahan data Kusta, yang hanya
bisa dilakukan oleh admin yang memiliki hak akses.
3. Klik menu Cetak Laporan untuk melakukan download atau print pada
laporan data Kusta dalam bentuk pdf.
4. Klik Log out untuk keluar dari sistem Pemetaan Digital.
5. Setelah log out dari sistem, maka akan muncul tampilan yang berisi menu
Home, Peta Penyebaran Penyakit dan Grafik Populasi Penyakit. Menu-
90

menu tersebut diletakkan diluar sebelum melakukan log in, agar petugas
lain dapat melihat penyebaran penyakit Kusta melalui peta, walaupun
petugas tersebut tidak memiliki hak akses.
6. Klik menu Home untuk melihat informasi-informasi yang berkaitan
dengan Kusta.
7. Klik menu Peta Penyebaran Penyakit untuk melihat persebaran penyakit
Kusta di wilayah Kabupaten Jember.
8. Klik menu Grafik Prevalensi untuk melihat tampilan angka prevalensi per
kecamatan dalam bentuk grafik. Pilih tahun yang sesuai.

4.5 Mendeskripsikan jumlah kasus Kusta di Kabupaten Jember Tahun


2013-2015
Peneliti melakukan penelitian dari bulan Maret 2016 – Januari 2017.
Peneliti mengambil data di Dinas Kesehatan Jember, yaitu data kasus penyebaran
Kusta dari tahun 2013-2015. Data ini merupakan data yang akan dimasukkan pada
database sistem. Berikut dibawah ini adalah data laporan Dinas Kesehatan
Kabupaten Jember terhadap situasi penyakit Kusta di Kabupaten Jember tahun
2013-2015.
Tabel 4.6 Data Penderita Kusta tahun 2013-2015
No Kecamatan Jumlah Jumlah Jumlah
Kusta 2013 Kusta 2014 Kusta 2015
1 Ajung 13 13 16
2 Ambulu 6 7 10
3 Arjasa 0 1 0
4 Balung 25 26 20
5 Bangsalsari 11 16 19
6 Gumukmas 17 14 22
7 Jelbuk 2 2 1
8 Jenggawah 26 25 23
9 Jombang 3 2 6
91

No Kecamatan Jumlah Jumlah Jumlah


Kusta 2013 Kusta 2014 Kusta 2015
10 Kalisat 4 5 3
11 Kaliwates 7 8 6
12 Kencong 10 11 9
13 Ledokombo 2 3 1
14 Mayang 7 11 1
15 Mumbulsari 13 10 15
16 Pakusari 1 2 0
17 Panti 5 6 3
18 Patrang 0 2 3
19 Puger 32 22 30
20 Rambipuji 10 13 9
21 Semboro 3 5 3
22 Silo 2 5 1
23 Sukorambi 1 1 0
24 Sukowono 2 1 2
25 Sumberbaru 36 36 28
26 Sumberjambe 0 1 0
27 Sumbersari 8 7 13
28 Tanggul 22 23 12
29 Tempurejo 11 3 15
30 Umbulsari 10 12 12
31 Wuluhan 18 19 13
Jumlah 307 328 296
Sumber : Dinas Kesehatan Jember 2013-2015
Berdasarkan hasil laporan Dinas Kesehatan diatas, menunjukkan jumlah
penderita Kusta di setiap kecamatan selama 3 tahun. Tahun 2013 jumlah penderita
Kusta sebanyak 307 penderita. Kemudian terjadi peningkatan pada tahun 2014
92

sebanyak 328 penderita. Namun pada tahun 2015 mengalami penurunan yaitu 296
penderita.
Tabel 4.6 diatas menunjukkan bahwa ada 3 kecamatan dengan jumlah
penderita Kusta tinggi pada tahun 2015. Berikut 3 besar kecamatan yang memiliki
jumlah penderita Kusta tinggi.
Tabel 4.7 Peringkat 3 besar jumlah penderita Kusta tahun 2015
No Kecamatan Jumlah Kusta
1 Puger 30
2 Sumberbaru 28
3 Jenggawah 23
Sumber : Dinas Kesehatan Jember
Berdasarkan tabel diatas, ditunjukkan bahwa kecamatan Puger memiliki
jumlah penderita Kusta terbanyak pada tahun 2015 yaitu 30 penderita. Kemudian
kecamatan Sumberbaru sebanyak 28 penderita dan kecamatan Jenggawah
sebanyak 23 penderita Kusta.
Peta digital yang dibuat peneliti merupakan peta yang memiliki unsur dari
segi kesehatan, karena data yang terdapat dalam sistem pemetaan digital tersebut
merupakan data penyakit Kusta yang telah didapatkan dari Dinas Kesehatan
Jember secara langsung, disertai data kepadatan penduduk, data suhu, dan data
kelembaban udara sebagai data pendukungya. Berdasarkan data yang telah diolah
dan disajikan dari tahun 2013-2015, terdapat 3 kecamatan yang memiliki
penderita Kusta tinggi dan 1 kecamatan yang memiliki penderita Kusta rendah di
Kabupaten Jember.
1. Kecamatan Sumberbaru
Tabel 4.8 Data Penderita Kecamatan Sumberbaru
Kondisi Keterangan
1. Luas Wilayah ( ) 166.37

2. Kepadatan Penduduk per 612.6926

3. Suhu ( ) 27.8
4. Kelembaban Udara (%) 79.5
93

Kondisi Keterangan
5. Jumlah Penderita Kusta Lama 2013 : 36
2014 : 36
2015 : 28
6. Jumlah Penderita Kusta Baru 2013 : 13
2014 : 24
2015 : 22
7. Prevalensi 2.72
8. Crude Detection Rate 21.41
9. Proporsi Kusta Tipe MB 90.91
10. Proporsi Wanita 40.91
11. Proporsi Anak 9.09
12. Proporsi Cacat Tingkat 2 18.18

Berdasarkan data tersebut, Kecamatan Sumberbaru memiliki jumlah


penderita Kusta tertinggi dari tahun 2013-2015, yaitu pada tahun 2013 penderita
Kusta sebanyak 36 penderita. Pada tahun 2014 jumlah penderita Kusta sama
seperti tahun sebelumnya sebanyak 36 penderita, kemudian menurun pada tahun
2015 yaitu 28 penderita. Kepadatan penduduk di Kecamatan Sumberbaru ialah
612,6926 per dengan luas wilayah 166.37 . Walaupun kepadatan
penduduk di Kecamatan Sumberbaru tidak sepadat kecamatan lain, namun jumlah
Kusta di Kecamatan Sumberbaru adalah yang tertinggi dari tahun 2013-2015.

2. Kecamatan Puger
Tabel 4.9 Data Penderita Kecamatan Puger
Kondisi Keterangan
1. Luas Wilayah ( ) 148.99
2. Kepadatan Penduduk per 788.006
3. Suhu ( ) 27.8
4. Kelembaban Udara (%) 79.5
94

Kondisi Keterangan
5. Jumlah Penderita Kusta Lama 2013 : 32
2014 : 22
2015 : 30
6. Jumlah Penderita Kusta Baru 2013 : 23
2014 : 19
2015 : 29
7. Prevalensi 2.53
8. Crude Detection Rate 24.50
9. Proporsi Kusta Tipe MB 82.76
10. Proporsi Wanita 34.48
11. Proporsi Anak 9.09
12. Proporsi Cacat Tingkat 2 24.14

Kecamatan Puger menempati posisi ke 2 tertinggi jumlah penderita Kusta


setelah Kecamatan Sumberbaru. Tahun 2013 jumlah penderita Kusta sebanyak 32
penderita. Kemudian di tahun 2014 jumlah penderita menurun sebanyak 22
penderita. Tahun 2015 meningkat lagi sebanyak 30 penderita. Kepadatan
penduduk di Kecamatan Puger menempati urutan ketiga di Kabupaten Jember
ialah 788.006 per dengan luas wilayah 148.99 .

3. Kecamatan Jenggawah
Tabel 4.10 Data Penderita Kecamatan Jenggawah
Kondisi Keterangan
1. Luas Wilayah ( ) 51.02
2. Kepadatan Penduduk per 1634.2
3. Suhu ( ) 27.8
4. Kelembaban Udara (%) 79.5
5. Jumlah Penderita Kusta Lama 2013 : 26
2014 : 25
2015 : 23
95

Kondisi Keterangan
6. Jumlah Penderita Kusta Baru 2013 : 11
2014 : 21
2015 : 21
7. Prevalensi 2.73
8. Crude Detection Rate 24.98
9. Proporsi Kusta Tipe MB 76.19
10. Proporsi Wanita 47.62
11. Proporsi Anak 4.76
12. Proporsi Cacat Tingkat 2 0.00

Kecamatan Jenggawah menempati urutan tertinggi ketiga jumlah penderita


Kusta. Pada tahun 2013 jumlah penderita Kusta sebanyak 26 penderita. Kemudian
terjadi penurunan jumlah penderita pada tahun 2014 dan 2015 yaitu sebanyak 25
dan 23 penderita. Kecamatan Jenggawah merupakan salah satu kecamatan yang
kepadatan penduduknya paling tinggi diantara kecamatan lainnya yaitu 1634.2
per dengan luas wilayah 51.02 .

4. Kecamatan Arjasa
Tabel 4.11 Data Penderita Kecamatan Arjasa
Kondisi Keterangan
1. Luas Wilayah ( ) 43.75
2. Kepadatan Penduduk per 891.863
3. Suhu ( ) 27.8
4. Kelembaban Udara (%) 79.5
5. Jumlah Penderita Kusta Lama 2013 : 0
2014 : 1
2015 : 0
6. Jumlah Penderita Kusta Baru 2013 : 0
2014 : 1
2015 : 0
96

Kondisi Keterangan
7. Prevalensi 0.00
8. Crude Detection Rate 0.00
9. Proporsi Kusta Tipe MB -
10. Proporsi Wanita -
11. Proporsi Anak -
12. Proporsi Cacat Tingkat 2 -

Kecamatan Arjasa merupakan salah satu kecamatan paling rendah jumlah


penderitanya diantara tiga kecamatan yaitu : Kecamatan Sumberbaru, Kecamatan
Puger dan Kecamatan Jenggawah. Jumlah penderita Kusta di Kecamatan Arjasa
juga menunjukkan angka yang rendah. Pada tahun 2013 jumlah penderita Kusta
sebanyak 0 penderita, tahun 2014 naik menjadi 1 penderita dan tahun 2015 turun
kembali menjadi 0 penderita. Kepadatan penduduk di Kecamatan Arjasa
menempati urutan kedua yaitu 891.863 per dengan luas wilayah 43.75 .

4.6 Mendeskripsikan Jumlah Kasus Kusta di Kabupaten Jember Tahun


2013-2015 Berdasarkan Kepadatan Penduduk
Menurut Undang-Undang No 56 Tahun 1960 terdapat penggolongan
klasifikasi kepadatan penduduk yaitu 0 sampai 50 tidak padat, 51 sampai 250
kurang padat, 251 sampai 400 cukup padat dan lebih dari 401 sangat padat.
Berdasarkan ketentuan Undang-Undang tersebut 3 kecamatan tertinggi Kusta
yang memiliki kepadatan penduduk dengan kategori sangat padat ialah
Kecamatan Jenggawah (1634.20 ), Kecamatan Arjasa (891.86 ),
Kecamatan Puger (788.01 ) dan Kecamatan Sumberbaru (612.69 ).
Berikut tabel dibawah ini merupakan tabel penderita Kusta terhadap kepadatan
Penduduk Tahun 2013-2015
97

Tabel 4.12 Penderita Kusta terhadap Kepadatan Penduduk Tahun 2013-2015


No Kecamatan Tahun Tahun Tahun Total Kepadatan Kategori
2013 2014 2015 Penderita Penduduk
(
1 Sumberbaru 36 36 28 100 612.69 Sangat
padat
2 Puger 32 22 30 84 788.01 Sangat
padat
3 Jenggawah 26 25 23 74 1634.20 Sangat
padat

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa jumlah penderita tertinggi yaitu


Kecamatan Sumberbaru dengan jumlah penderita 100 orang dari tahun 2013-
2015, yang memiliki kepadatan penduduk sangat padat yaitu 612.69 per .
Kecamatan Puger dengan jumlah penderita dari tahun 2013-2015 sebanyak 84
orang, dengan kepadatan penduduk sangat padat yaitu 788.01 per .
Kecamatan Jenggawah jumlah penderita Kusta dari tahun 2013-2015 sebanyak 74
orang, yang memiliki kepadatan penduduk 1634.20 per .
Menurut Febrian Ade (2015) yang mengutip pendapat Achmadi dalam
buku Manajemen Penyakit Berbasis Wilayah mengatakan bahwa “Kepadatan
penduduk yang didukung kepadatan hunian merupakan persemaian subur bagi
virus dan kuman. Hunian yang padat dapat mempermudah penularan yang terjadi
melalui udara". Kepadatan penduduk yang tinggi memungkinkan penyebaran
kuman penyakit menjadi lebih cepat. Pada umumnya lingkungan yang padat
penduduk, kesadarannya untuk menjaga kebersihan lingkungan (baik sanitasi
maupun hiegenitas) sangat berkurang. Keadaan ini mungkin terjadi karena
kesibukan memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, sehingga kepedulian kepada
lingkungan berkurang, akibatnya penebaran wabah penyakit menjadi semakin
cepat dan usaha penanggulangannya menjadi semakin sulit.
Menurut Winarsih (2010) menyatakan “Semakin tinggi tingkat kepadatan
penduduk makin banyak masalah kesehatan yang ditimbulkan mulai dari sarana
air bersih, pembuangan limbah dan polusi udara. Kepadatan merupakan wadah
untuk proses penularan penyakit, semakin padat maka perpindahan penyakit
khususnya penyakit melalui udara akan semakin mudah dan cepat.
98

Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Rismawati (2012) tentang


hubungan antara sanitasi rumah dan personal hiegenitas dengan kejadian Kusta
tipe Multibasiller menyatakan bahwa kepadatan hunian merupakan salah satu
faktor resiko yang berhubungan dengan kejadian Kusta.
Kepadatan penghuni dalam satu rumah tinggal akan memberikan pengaruh
bagi penghuninya. Luas rumah yang tidak sebanding dengan jumlah penghuninya
akan menyebabkan berjubelan (over crowded). Hal ini tidak sehat karena selain
menyebabkan kurangnya konsumsi oksigen, juga bila salah satu anggota keluarga
terkena penyakit infeksi, terutama Kusta akan mudah menular kepada anggota
keluarga yang lain. Hal ini dapat terjadi karena penderita Kusta akan berinteraksi
dengan orang yang tidak terjangkit Kusta, bila interaksi ini terjadi secara terus-
menerus maka resiko untuk tertular Kusta bisa terjadi. Kepadatan merupakan
proses penularan penyakit, semakin padat maka perpindahan penyakit akan
semakin mudah dan cepat. Oleh karena itu kepadatan hunian dalam rumah tempat
tinggal merupakan variabel yang berperan dalam kejadian penyakit Kusta. Daerah
yang kumuh dengan jumlah penduduk yang padat dan kondisi lingkungan yang
tidak sehat menyebabkan bakteri Mycobacterium Leprae dengan mudah
berkembang dan menular yang akan mempercepat penyebaran penyakit Kusta
(Rachmawati, 2014).
Kepadatan penduduk memberikan banyak permasalahan kesehatan
diantaranya ialah tingginya angka prevalensi penyakit menular akibat kepadatan
penduduk yang meningkat, menjamurnya penyakit akibat kemiskinan, kesehatan
lingkungan secara global semakin menurun dan lain sebagainya. Begitu besar
dampak kepadatan penduduk terhadap kualitas hidup manusia. Masalah kesehatan
tersebut menuntut untuk diselesaikan dari berbagai aspek, mulai akarnya hingga
masalah pokok yang menjadi penyebab utama. Penyakit infeksi dan penyakit
menular khususnya akibat kepadatan penduduk tetap mendapat tempat khusus
untuk diselesaikan.
Berdasarkan fakta dan teori yang sudah dijelaskan diatas, dapat
disimpulkan bahwa penularan Kusta sangat mudah ditularkan dari kepadatan
penduduk. Lingkungan hidup yang sangat padat dan pemukiman yang padat
99

sangat berperan dalam peningkatan penyebaran kejadian Kusta. Penyebaran


bakteri Mycobacterium Leprae yang cepat akan meningkatkan jumlah penderita
Kusta di Kabupaten Jember. Hal ini menandakan bahwa kepadatan penduduk
berpengaruh terhadap penyebaran penyakit Kusta.

4.7 Mendeskripsikan Jumlah Kasus Kusta di Kabupaten Jember Tahun


2013-2015 Berdasarkan Tingkat Suhu
Rata-rata suhu di Kabupaten Jember untuk tahun 2013-2015 yaitu : Tahun
2013 adalah 27 , tahun 2014 adalah 28 dan tahun 2015 adalah 27 . Secara
teori suhu mempengaruhi pertumbuhan mikroba. Perkembangbiakan
mikroorganisme dipengaruhi oleh suhu lingkungan tempat mikroorganisme
tersebut hidup. Kuman Kusta (Mycobacterium Leprae) dapat hidup di daerah
tropis atau bahkan pada suhu diatas 30 . Mycobacterium Leprae merupakan
bakteri mesofilik yang tumbuh subur dalam rentang 25-40 , tetapi akan tumbuh
secara optimal pada suhu 31-37 (Budiman, 2011).
Teori lain menyebutkan dalam penelitian Winarsih (2010), kuman
Mycobacterium Leprae sebagai penyebab penyakit Kusta merupakan kuman yang
dapat hidup dengan baik di suhu 27-30 . Maka jika suhu di suatu ruangan tidak
memenuhi suhu normal (18-20 ), maka tempat tersebut berpotensi untuk
menularkan penyakit menular, seperti Kusta. Pada penelitian di Afrika ditemukan
bahwa prevalensi Kusta di daerah dengan suhu 15.6 - 21.1 lebih rendah
disbanding di daerah dengan temperatur 23.9 - 29.4 . Suhu yang lebih rendah
dan bertambahnya ketinggian suatu wilayah juga mempengaruhi kasus Kusta.
Dapat disimpulkan bahwa semakin rendah temperatur suatu wilayah dan semakin
tinggi suatu wilayah maka semakin rendah angka kejadian kasus Kusta.
Berdasarkan penelitian, suhu Kabupaten Jember sesuai dengan
pertumbuhan Mycobacterium Leprae yang tumbuh baik pada suhu 27-30 .
Kabupaten Jember yang merupakan wilayah yang memiliki iklim tropis dengan
suhu rata-rata berkisar 27 pada tahun 2013, 28 pada tahun 2014 dan 27
pada tahun 2015. Pada suhu tersebut kuman Kusta berkembang dan hidup dengan
100

baik dan optimal. Adanya fakta tersebut dapat disimpulkan bahwa suhu di
Kabupaten Jember berpengaruh terhadap persebaran penyakit Kusta.
Hal tersebut didukung dengan penelitian Syamsir (2012) dalam jurnalnya
yang berjudul “Karakteristik kondisi rumah penderita Kusta di wilayah kerja
Puskesmas Turikale dan Mandai Kabupaten Maros” menyatakan bahwa suhu
udara rumah penderita Kusta di wilayah kerja Puskesmas Turikale yang baik
untuk perkembangbiakan Mycobacterium Leprae terdapat 30% rumah. Padahal
orang yang serumah dengan penderita Kusta yang kondisi suhu rumahnya baik
untuk perkembangbiakan basil Mycobacterium Leprae, maka peluang untuk
tertular sangat besar. Apalagi frekuensi paparan yang lama dan terus-menerus
akan mempercepat penularan basil Mycobacterium Leprae. Penelitian tentang
Mycobacterium Leprae menunjukkan bahwa adanya korelasi antara suhu dengan
penularan kuman penyakit seperti Mycobacterium Leprae, yaitu dua kali lebih
beresiko dibandingkan dengan suhu rumah yang memenuhi syarat kesehatan.
Berkembangnya kuman Kusta dengan baik pada suhu tropis di Kabupaten
Jember harus diiringi dengan tingkat pengetahuan masyarakat Jember mengenai
sifat-sifat agent kuman Kusta yang sangat penting untuk pencegahan dan
penanggulangan penyakit, sifat-sifat tersebut termasuk ukuran, kemampuan
berkembangbiak, kematian agent atau daya tahan terhadap pemanasan atau
pendinginan.

4.8 Mendeskripsikan Jumlah Kasus Kusta di Kabupaten Jember Tahun


2013-2015 Berdasarkan Kelembaban Udara
Kelembaban udara yang relative rendah yaitu kurang dari 20% dapat
menyebabkan kekeringan selaput lendir membran, sedangkan kelembaban tinggi
akan meningkatkan pertumbuhan mikroorganisme. Basil Mycobacterium Leprae
dapat bertahan hidup lebih panjang pada kelembaban 70-90%. Mycobacterium
Leprae adalah soil bakteri yang ada pada tanah yang basah dan temperatur kamar
dapat bertahan selama 46 hari (Budiman, 2011).
Rata-rata kelembaban udara di Kabupaten Jember tahun 2013-2015 yaitu :
Tahun 2013 adalah 76%, tahun 2014 adalah 77% dan tahun 2015 79%.
101

Kelembaban rata-rata Kabupaten Jember sesuai dengan tempat pertumbuhan


mikroorganisme seperti Mycobacterium Leprae pada kelembaban 70-90%, yaitu
76% (2013), 77% (2014), 79% (2015). Winarsih (2010) menyatakan bahwa air
membentuk lebih dari 80% volume sel bakteri dan merupakan hal esensial untuk
pertumbuhan dan kelangsungan hidup sel bakteri.
Kuman Mycobacterium Leprae satu genus dengan kuman Tuberculosis,
dimana diluar tubuh manusia kuman Mycobacterium Leprae hidup baik pada
lingkungan yang lembab, akan tetapi tidak tahan terhadap sinar matahari. Kuman
Mycobacterium Leprae dapat bertahan hidup pada tempat yang sejuk, lembab,
gelap tanpa sinar matahari sampai bertahun-tahun lamanya. Kuman Tuberculosis
dan Mycobacterium Leprae jika terkena cahaya matahari akan mati dalam waktu
2 jam.
Menurut Suardi (2012) rumah yang tidak memiliki kelembaban yang
memenuhi syarat kesehatan akan membawa pengaruh bagi penghuninya. Rumah
yang lembab merupakan media yang baik bagi pertumbuhan mikroorganisme,
antara lain bakteri, spiroket, rickettsia dan virus. Mikroorganisme tersebut dapat
masuk ke dalam tubuh melalui udara. Selain itu kelembaban yang tinggi dapat
menyebabkan membran mukosa hidung menjadi keringat sehingga kurang efektif
dalam menghadang mikroorganisme. Bakteri-bakteri pada umumnya akan tumbuh
dengan subur pada lingkungan dengan kelembaban tinggi karena air membentuk
lebih dari 80% volume sel bakteri dan merupakan hal yang esensial untuk
pertumbuhan dan kelangsungan hidup sel bakteri.
Secara umum penilaian kelembaban dalam rumah dengan menggunakan
hygrometer. Menurut indikator pengawasan perumahan, kelembaban udara yang
memenuhi syarat kesehatan dalam rumah adalah < 40% atau > 70%.
Selain itu kelembaban udara yang meningkat merupakan media yang baik
untuk bakteri-bakteri pathogen. Suardi (2012) mengutip penelitian Mulyadi
(2003) di Kota Bogor, menyatakan bahwa penghuni rumah yang mempunyai
kelembaban ruang keluarga lebih besar dari 70% beresiko terkena penyakit
Tuberculosis 10.7 kali disbanding penduduk yang tinggal pada perumahan yang
memiliki kelembaban lebih kecil atau sama dengan 70%. Kelembaban merupakan
102

sarana yang baik untuk pertumbuhan mikroorganisme, termasuk kuman


Tuberculosis dan Mycobacterium Leprae, sehingga viabilitas lebih lama. Seperti
telah dikemukakan, kelembaban berhubungan dengan kepadatan dan ventilasi.
Topografi menurut penelitian juga berpengaruh terhadap kelembaban, wilayah
yang lebih tinggi cenderung memiliki kelembaban lebih rendah.
Dapat disimpulkan bahwa kelembaban mempengaruhi pertumbuhan
mikroba, khususnya kuman Mycobacterium Leprae. Tempat yang lembab
berpotensi sebagai wadah pertumbuhan dan persebaran penyakit Kusta. Hal ini
menandakan bahwa kelembaban di Kabupaten Jember berpengaruh terhadap
tingginya persebaran penyakit Kusta.
Berikut dibawah ini merupakan keterangan dari hasil wawancara
kepada petugas Dinas Kesehatan Kabupaten Jember terkait faktor-faktor
yang dapat menyebabkan terjadinya penyakit Kusta di suatu wilayah tinggi
atau rendah, diantaranya adalah :
1. Pendidikan
Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang
yang terdiri dari pendidikan dasar (SD/SMP/Sederajat), pendidikan menengah
(SMA/Sederajat) serta pendidikan tinggi (Diploma/Sarjana/Magister/Spesialis)
(UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional). Status pendidikan
berkaitan dengan tindakan pencarian pengobatan penderita Kusta. Rendahnya
tingkat pendidikan dapat mengakibatkan lambatnya pencarian pengobatan dan
diagnosis penyakit, hal ini dapat mengakibatkan kecacatan pada penderita Kusta
semakin parah.
Berdasarkan dari hasil wawancara dengan petugas bahwa masyarakat di
sekitar Puskesmas Jenggawah dan Puskesmas Kemuningsari Kidul sebagian besar
yang menderita Kusta hanya bersekolah sampai tingkat Sekolah Dasar (SD). Hal
tersebut menyebabkan tingkat pengetahuan penderita tentang Kusta tidak terlalu
mendalam. Sehingga ketidaktahuan penderita tentang Kusta yang seharusnya
segera mendapat pengobatan dan penanganan dengan cepat menyebabkan Kusta
yang diderita semakin parah dan dapat menyebabkan cacat. Pendidikan yang
rendah mengakibatkan kurangnya pengetahuan penderita terhadap penyakit Kusta,
103

sehingga penderita Kusta tidak memahami akibat buruk yang ditimbulkan dari
penyakit Kusta. Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Brakel and Kaur
(2002) yang mengatakan bahwa sebagian besar (65%) penderita Kusta tidak
menempuh pendidikan formal. Hal ini sesuai dengan Yuniarasari (2013) yang
mengutip dari hasil penelitian Maria Christiana (2009) menyimpulkan bahwa
responden yang mempunyai pendidikan rendah memiliki resiko terkena Kusta
7,405 kali lebih besar dibandingkan dengan responden yang berpendidikan tinggi.
2. Pekerjaan
Jenis pekerjaan disini yaitu pekerjaan atau mata pencaharian sehari-hari
yang dilakukan responden, digolongkan menjadi pekerjaan ringan (tidak bekerja,
pelajar, pegawai kantor) dan pekerjaan berat (pekerja bangungan, buruh, tukang
batu, pekerja bengkel, penjahit, buruh angkut, pembantu, petani dan nelayan).
Sebagian besar penderita Kusta di dunia berada di negara yang sedang
berkembang termasuk Indonesia, sebagian besar penduduk Indonesia mencari
penghasilan dengan bercocok tanam atau bertani. Hal ini sangat berpengaruh
terhadap terjadinya cacat pada Kusta. Penelitian yang dilakukan di Nepal oleh
Ghimire (1996), membagi responden dalam dua kategori, yaitu mereka yang
bekerja secara “manual worker” dan “non manual worker”. Diperoleh hasil 64%,
pada “manual worker” mengalami kecacatan sekunder, hal ini disebabkan karena
Nepal adalah negara pertanian, banyak yang bekerja sebagai petani. Selain itu
karena pasien-pasien Kusta lebih suka menyediri sehingga kegiatan sehari-hari
juga dilakukan sendiri.
Berdasarkan hasil wawancara dengan petugas, bahwa orang yang
menderita Kusta sebagian besar bermata pencaharian sebagai buruh tani. Telah
diketahui dengan jelas bahwa faktor social ekonomi memainkan peranan penting
pada penyakit Kusta. Menurut Ellyeke (2012) yang mengutip pada penelitian
Soemirat yang menyebutkan bahwa status sosial ekonomi sangat berpengaruh
terhadap status gizi, kebiasaan, kualitas lingkungan, pengetahuan, keberadaan
sumber daya materi, sehingga efek agent terhadap berbagai status sosial ekonomi
akan berbeda pula.
104

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Af’idah (2012) tentang


“Analisis Faktor Resiko Kejadian Kusta di Kabupaten Brebes Tahun 2010”,
bahwa presentase jenis pekerjaan yang beresiko Kusta sebesar 85,5% dan yang
tidak beresiko sebesar 14,5%. Uji statistik pada penelitian tersebut menunjukkan
bahwa ada hubungan antara jenis pekerjaan dengan kejadian Kusta. Hal tersebut
sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan di wilayah Kecamatan Jenggawah
bahwa jenis pekerjaan penderita Kusta sebagai petani mempengaruhi terhadap
terjadinya penyakit Kusta dan dapat menyebabkan kecacatan.
3. Personal Hygiene
Hygiene perorangan adalah perawatan diri dimana individu
mempertahankan kesehatannya dan dipengaruhi oleh nilai serta keterampilan. Di
dalam dunia keperawatan, hygiene perorangan merupakan kebutuhan dasar
manusia yang harus senantiasa terpenuhi. Hygiene perorangan termasuk kedalam
tindakan pencegahan primer yang spesifik. Hygiene perorangan menjadi penting
karena hygiene perorangan yang baik akan meminimalkan pintu masuk
mikroorganisme yang ada dimana-mana dan pada akhirnya mencegah seseorang
terkena penyakit.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada petugas di
puskesmas dan Dinas Kesehatan bahwa beberapa orang yang terjangkit Kusta
memiliki hygiene perorangan yang baik dan hygiene perorangan yang kurang.
Praktek hygiene perorangan yang paling sering dilakukan oleh penderita adalah
mandi minimal dua kali dalam sehari, tidak buang air besar di sembarangan
tempat, dan menggunakan pakaian bersih. Sedangkan praktek yang masih jarang
dilakukan yaitu tangan selalu dicuci bersih sebelum dan sesudah makan, bekerja
dan setelah buang air besar, serta membersihkan dan mencuci kasur/seprei tidur
minimal seminggu sekali. Hal tersebut yang dapat menyebabkan timbulnya
penyakit Kusta apabila seseorang kurang bersih dalam merawat dirinya sendiri.
Isro’in et all (2012) menjelaskan bahwa perawatan diri atau hygiene
perorangan merupakan perilaku perawatan diri sendiri yang dilakukan untuk
mempertahankan kesehatan, baik secara fisik maupun psikologis. Pemenuhan
perawatan diri dipengaruhi oleh faktor budaya, nilai sosial pada individu,
105

pengetahuan terhadap perawatan diri, serta persepsi terhadap perawatan diri. Hal
tersebut juga sesuai dengan yang dijelaskan oleh Manyullei, et.al (2012) yang
dikutip dari penelitian Malaviya, menyatakan bahwa myasis pada Kusta bisa
diminimalisir dengan adanya penyuluhan tentang perilaku hidup bersih dan sehat.
Hygiene perorangan yang tidak baik akan mempermudah tubuh terserang berbagai
penyakit, seperti penyakit kulit, penyakit infeksi, penyakit mulut dan penyakit
saluran cerna atau bahkan dapat menghilangkan fungsi bagian tubuh tertentu,
seperti halnya kulit. Apalagi bagi orang-orang yang memiliki akses terbatas ke
pelayanan kesehatan, tentunya tindakan pencegahan perlu dikedepankan. Namun,
jika seseorang mampu menjaga kebersihan dirinya makan tentunya akan berkaitan
dengan tingkat kesehatannya pula. Dimana nantinya tingkat kesehatannya akan
terus berkembang ke arah yang lebih baik. Untuk mengurangi dampak yang
ditimbulkan pada penularan Kusta, dianjurkan untuk menghindari kontak
langsung ke penderita Kusta. Apabila kontak langsung tidak dapat dihindarkan,
makan hygiene perorangan cukup menjamin pencegahannya.

4.9 Kelemahan Penelitian


Berikut dibawah ini merupakan beberapa kelemahan dari skripsi yang
sudah peneliti lakukan yaitu :
a. Pada pembahasan terkait faktor yang menyebabkan terjadinya penyakit
Kusta seperti kepadatan penduduk, suhu udara dan kelembaban,
pembahasan yang dijelaskan diatas tidak dilakukan secara mendalam.
Tetapi hanya dilakukan dengan wawancara kepada petugas Dinas
Kesehatan Kabupaten Jember. Oleh karena itu untuk peneliti selanjutnya
sebaiknya dilakukan pembahasan yang lebih mendalam lagi terkait faktor
yang menyebabkan terjadinya penyakit Kusta seperti : kepadatan
penduduk, suhu udara dan kelembaban.
b. Untuk pembahasan terkait faktor apa saja yang menyebabkan tinggi
rendahnya jumlah penderita Kusta di suatu wilayah juga tidak dilakukan
analisis pembahasan secara mendalam, hal tersebut hanya dilakukan
melalui wawancara kepada petugas Dinas Kesehatan Kabupaten Jember.
106

Alangkah baiknya untuk peneliti selanjutnya yaitu membahas faktor-faktor


yang menyebabkan tinggi rendahnya jumlah penderita Kusta di suatu
wilayah yang dipengaruhi oleh : pendidikan, pekerjaan dan personal
hygiene dilakukan lebih mendalam lagi dengan cara terjun langsung pada
wilayah yang tinggi/rendah, sehingga dapat benar-benar diketahui apakah
faktor tersebut memang berpengaruh atau tidak dan apakah ada faktor
lainnya yang dapat menyebabkan terjadinya hal tersebut.
c. Peneliti hanya dapat menambahkan fitur user puskesmas per wilayah agar
petugas puskesmas dapat melakukan input data Kusta sendiri, tetapi
kelemahan dari peneliti yaitu walaupun admin puskesmas masuk ke sistem
menggunakan hak aksesnya sendiri, namun masih dapat membuka data
Kusta wilayah lainnya, alangkah baiknya bila peneliti selanjutnya dapat
memperbaiki fitur untuk admin agar bila petugas masuk sebagai admin
hanya dapat melihat informasi detail data Kusta dari kecamatan lainnya
tanpa melakukan ubah data kecamatan lainnya.
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari Pemetaan Digital Penyebaran
Penyakit Kusta Berbasis Website di Kabupaten Jember Tahun 2013-2015 adalah
sebagai berikut :
1. Kebutuhan sistem untuk sistem pemetaan digital penyebaran penyakit
Kusta berbasis website dibagi menjadi dua, yaitu kebutuhan fungsional
dan non fungsional. Dari identifikasi masalah yang sudah dijelaskan pada
analisis kebutuhan yaitu bahwa Dinas Kesehatan Kabupaten Jember
membutuhkan sistem informasi geografis berbasis website yang dapat
terupdate sehingga membantu Dinas Kesehatan Kabupaten Jember dalam
mengolah data dan mengetahui penyebarannya.
2. Desain yang digunakan dalam merancang sistem pemetaan digital
penyebaran penyakit Kusta berbasis website adalah dengan menggunakan
desain flowchart sistem, Konteks Diagram, DFD Level 1, Diagram
Hubungan Entitas (ERD), dan desain table.
3. Pengkodean yang dilakukan dengan menggunakan bahasa pengkodean
antara lain HTML, CSS, JavaScript, PHP dan Database MySQL
4. Pengujian semua fungsi-fungsi yang ada dalam sistem pemetaan digital
penyebaran penyakit Kusta berbasis website dapat dijalankan semua sesuai
dengan kebutuhan fungsional.
5. Dari sistem pemetaan digital penyebaran penyakit Kusta Kabupaten
Jember tahun 2013-2015 di Kabupaten Jember dapat dilihat bahwa
terdapat 3 Kecamatan dengan angka tertinggi yaitu Kecamatan
Sumberbaru, Kecamatan Puger dan Kecamatan Jenggawah. Tingginya
angka penderita Kusta di Kabupaten Jember dipengaruhi oleh kepadatan
penduduk, suhu , kelembaban udara serta faktor pendukung lainnya seperti
: pendidikan, pekerjaan, personal hygiene.

107
108

5.2 Saran
Saran yang dapat dikemukakan dalam pemetaan digital penyebaran
penyakit Kusta berbasis website di Kabupaten Jember tahun 2013-2015 adalah :
1. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat membuat peta secara lebih menarik
dan dalam format 3D sehingga secara visual peta digital lebih bagus.
2. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat membuat website peta digital dengan
dikembangkan lagi menggunakan smartphone seperti berbasis android,
iphone, maupun windows phone.
3. Diharapkan Dinas Kesehatan Kabupaten Jember menggunakan sistem
pemetaan digital sebagai acuan untuk pengambilan keputusan dalam
memberikan tindakan dan penanggulangan terhadap persebaran penyakit
Kusta.
4. Untuk peneliti selanjutnya diharapkan dapat memperbaiki fitur untuk
admin agar bila petugas masuk sebagai admin hanya dapat melihat
informasi detail data Kusta dari kecamatan lainnya tanpa melakukan ubah
data kecamatan lainnya.
5. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat membahas faktor-faktor yang
menyebabkan tinggi rendahnya jumlah penderita Kusta di suatu wilayah
yang dipengaruhi oleh : pendidikan, pekerjaan dan personal hygiene
dilakukan lebih mendalam lagi dengan cara terjun langsung pada wilayah
yang tinggi/rendah, sehingga dapat benar-benar diketahui apakah faktor
tersebut memang berpengaruh atau tidak dan apakah ada faktor lainnya
yang dapat menyebabkan terjadinya hal tersebut.
110

DAFTAR PUSTAKA

Febrian Ade, I. 2015. Pemetaan Digital Penyakit Campak Menggunakan


Quantum GIS di Kabupaten Bondowoso. Jember : Politeknik Negeri
Jember
Indarto, 2010. Dasar-Dasar Sistem Informasi Geografis. Jember : Jember
University Press.

Kementerian Kesehatan RI. 1999. Persyaratan Kesehatan Perumahan. Jakarta.

Kementerian Kesehatan RI. 2012. Pedoman Nasional Program Pengendalian


Penyakit Kusta. Jakarta.

Kementrian Kesehatan. 2014. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013. Jakarta :


Kementerian Kesehatan RI.

Kementerian Kesehatan RI. 2015. Infodatin_Kusta. Jakarta.

Prahasta, Eddy. 2002. Sistem Informasi Geografis. Bandung : Informatika


Bandung.

Prahasta, Eddy. 2012. Tutorial PostGreSQL, PostGIS, dan pgRouting. Bandung :


Informatika Penerbit.

Pressman, Roger S. 2002. Rekayasa Perangkat Lunak, Pendekatan Praktisi (Buku


Satu). Yogyakarta : Penerbit Andi.

Rachmawati. 2014. Penyakit Kusta Di Bangkalan Tahun 1934-1939.


http://www.scribd.com.

Rina, R.Aj. 2016. Pemetaan dan Analisis Geografis Persebaran Penyakit Kusta
Di Kabupaten Sumenep Tahun 2012-2014 Dengan Aplikasi ArcView GIS
3.3. Jember : Politeknik Negeri Jember.
Rismawati. 2012. Hubungan Antara Sanitasi Rumah dan Personal Hygiene
Dengan Kejadian Kusta Multibasiler. Retrieved from
http://journal.unnes.ac.id
Rosa A.S. & M. Shalahudin. 2015. Rekayasa Perangkat Lunak. Bandung :
111

Penerbit Informatika.

Sjamsoe-daili, emmy. 2003. KUSTA. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.

Suardi. 2012. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Penyakit Kusta


Di Kabupaten Biak Numfor. Eprints.undip.ac.id/.

Syamsir. 2012. Karakteristik Kondisi Rumah Penderita Kusta di Wilayah Kerja


Puskesmas Turikale dan Mandai Kabupaten Maros.
http://repository.unhas.ac.id/
Winarsih. 2010. Analisis Spasial Faktor Resiko Kejadian Penyakit Kusta di
Kabupaten Jepara. http://digilib.unimus.ac.id.
111

LAMPIRAN
112

Lampiran 1. Permohonan Observasi, Wawancara dan Brainstroming

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN


PENDIDIKAN TINGGI
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
Mastrip PO.BOX 164 Telp. 333532-333534 Fax 333531

Perihal : Permohonan Kesediaan Mengikuti Observasi, Wawancara dan


Brainstorming
Dengan hormat,
Sehubungan dengan akan dilaksanakannya penelitian dengan judul
“Pemetaan Digital Penyebaran Penyakit Kusta Berbasis Website di Kabupaten
Jember Tahun 2013-2015” sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi
D-IV Rekam Medik Di Politeknik Negeri Jember, saya sampaikan surat ini.
Penelitian ini bertujuan untuk mempermudah Bapak/Ibu di Dinas
Kesehatan Jember dalam mengetahui penyebaran penyakit Kusta di Wilayah
Jember melalui pemetaan digital berbasis website.
Untuk penelitian ini saya mohon kesediaan bapak dan ibu untuk menjadi
responden dalam observasi, wawancara dan Brainstorming. Oleh karena itu saya
mohon kerjasamanya dengan memberikan informasi dari instansi terkait penyakit
Kusta khususnya mengenai penyebaran, jumlah penderita, penyebab dan faktor
resiko yang mempengaruhi terjadinya penyakit Kusta , saat melakukan observasi,
wawancara dan saat Brainstorming sesuai dengan kemampuan bapak dan ibu.
Saya selaku peneliti berjanji dalam melakukan observasi dan wawancara tidak
mengganggu aktivitas kerja bapak dan ibu. Bapak dan ibu juga boleh tidak
mengikuti penelitian ini sama sekali, dan tidak dikenakan sanksi apapun. Dalam
hal ini akan tidak diberikan kompensasi.
Atas bantuan dan kerjasama yang baik, saya ucapkan terimakasih.
Jember , 12 Agustus 2016
Hormat saya

(Zahrotul Jannah)
113

Lampiran 2. Lembar Informed Consent

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN


PENDIDIKAN TINGGI
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
Mastrip PO.BOX 164 Telp. 333532-333534 Fax 333531

INFORMED CONSENT
Saya telah diberikan penjelasan mengenai hal-hal tersebut di atas dan saya
telah diberikan kesempatan untuk bertanya mengenai hal-hal yang belum
dimengerti dan telah mendapat jawaban yang jelas dan benar.
Dengan ini saya menyatakan secara sukarela untuk ikhlas melaksanakan
kegiatatan wawancara ini.
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Informan 1 :
Bersedia untuk dijadikan subyek penelitian dari:
Nama : Zahrotul Jannah
NIM : G41130743
Jurusan / Program Studi : Kesehatan / Rekam Medis
Dengan judul “Pemetaan Digital Penyebaran Penyakit Kusta Berbasis
Website di Kabupaten Jember Tahun 2013-2015”.

Informan 1

(..............................)
114

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN


PENDIDIKAN TINGGI
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
Mastrip PO.BOX 164 Telp. 333532-333534 Fax 333531

INFORMED CONSENT
Saya telah diberikan penjelasan mengenai hal-hal tersebut di atas dan saya
telah diberikan kesempatan untuk bertanya mengenai hal-hal yang belum
dimengerti dan telah mendapat jawaban yang jelas dan benar.
Dengan ini saya menyatakan secara sukarela untuk ikhlas melaksanakan
kegiatatan wawancara ini.
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Informan 2 :
Bersedia untuk dijadikan subyek penelitian dari:
Nama : Zahrotul Jannah
NIM : G41130743
Jurusan / Program Studi : Kesehatan / Rekam Medis
Dengan judul “Pemetaan Digital Penyebaran Penyakit Kusta Berbasis
Website di Kabupaten Jember Tahun 2013-2015”.

Informan 2

(..............................)
115

Lampiran 2. Informed Consent

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN


PENDIDIKAN TINGGI
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
Mastrip PO.BOX 164 Telp. 333532-333534 Fax 333531

INFORMED CONSENT
Saya telah diberikan penjelasan mengenai hal-hal tersebut di atas dan saya
telah diberikan kesempatan untuk bertanya mengenai hal-hal yang belum
dimengerti dan telah mendapat jawaban yang jelas dan benar.
Dengan ini saya menyatakan secara sukarela untuk ikhlas melaksanakan
kegiatatan wawancara ini.
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Informan 3 :
Bersedia untuk dijadikan subyek penelitian dari:
Nama : Zahrotul Jannah
NIM : G41130743
Jurusan / Program Studi : Kesehatan / Rekam Medis
Dengan judul “Pemetaan Digital Penyebaran Penyakit Kusta Berbasis
Website di Kabupaten Jember Tahun 2013-2015”.

Informan 3

(..............................)
116

Lampiran 3. Hasil Wawancara Penelitian

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN


PENDIDIKAN TINGGI
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
Mastrip PO.BOX 164 Telp. 333532-333534 Fax 333531

LEMBAR WAWANCARA PENELITIAN

Petunjuk Pengisian :
1. Pengisian lembar wawancara ini semata-mata untuk tujuan ilmiah dan
pengembangan ilmu pengetahuan, semua pilihan jawaban anda akan
dirahasiakan oleh peneliti.
2. Setiap pertanyaan telah disediakan kolom hasil dari lembar wawancara
3. Bila terjadi kesalahan dan ingin merubah jawaban, maka coretlah jawaban
yang salah dan ganti dengan jawaban baru.
117

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN


PENDIDIKAN TINGGI
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
Mastrip PO.BOX 164 Telp. 333532-333534 Fax 333531

A. Tempat dan Waktu


Hari/Tangal :
Lokasi : Dinas Kesehatan Kabupaten Jember
B. Identitas Pribadi
1. Informan 1
a. Nama :
b. Umur :
c. Jenis Kelamin :
d. Pendidikan :
2. Informan 2
a. Nama :
b. Umur :
c. Jenis Kelamin :
d. Pendidikan :
3. Informan 3
e. Nama :
f. Umur :
g. Jenis Kelamin :
h. Pendidikan :
118

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN


PENDIDIKAN TINGGI
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
Mastrip PO.BOX 164 Telp. 333532-333534 Fax 333531

No Pertanyaan Informasi Jawaban

1 Bagaimana gambaran Responden 1 “Pada tahun 2013-2014


penderita penyakit mengalami peningkatan, dan
Kusta di Kabupaten pada tahun 2015 mengalami
penurunan yang tidak banyak.
Jember tahun 2013-
Kabupaten Jember juga masih
2015 ? belum bisa mencapai eliminasi
Kusta”

Responden 2 “Untuk Jember sendiri, memang


masih cukup tinggi
penderitanya dari tahun ke
tahun, dan belum eliminasi
kusta”.

Responden 3 “Dari tahun ke tahun


mengalami peningkatan”

2 Apa syarat nya jika Responden 1 “Syaratnya dikatakan eliminasi


suatu wilayah termasuk Kusta apabila angka
Kabupaten Jember prevalensinya < 1 per 10.000
penduduk. Dan Kabupaten
dikatakan sebagai
Jember sendiri masih lebih dari
eliminasi Kusta? 1 angka prevalensinya, jadi
masih belum bisa dikatakan
eliminasi Kusta.”

Responden 2 “Ya harus sesuai dengan


standartnya angka prevalensi <
1 per 10.000 penduduk”.

Responden 3 “Angka prevalensinya harus


sesuai dengan standar baru bisa
dikatakan bisa mencapai
eliminasi Kusta”.
119

No Pertanyaan Informasi Jawaban

3 Faktor resiko apa saja Responden 1 “Biasanya dari faktor


yang mempengaruhi kebersihan seseorang,
terjadinya penyakit lingkungan, suhu, kepadatan
penduduk, kelembaban dan lain-
Kusta ?
lain. Kusta ini memang penyakit
menular, tetapi menularnya
tidak langsung cepat menular ke
orang yang habis melakukan
kontak dengan penderita,
biasanya seseorang akan
tertular apabila melakukan
kontak yang sangat lama,
karena dari seseorang
melakukan kontak dengan
penderita sampai timbul gejala
itu bertahun-tahun baru
terdeteksi penyakit Kusta.

Responden 2 “Ya yang paling mempengaruhi


itu kalau melakukan kontak
langsung dengan penderita dan
itu terus menerus dalam jangka
waktu yang lama”.

Responden 3 “Kebersihan seseorang, tingkat


pengetahuan itu juga
berpengaruh, terus ya sama
kontak langsung yang
berlangsung secara lama dek”.

4 Mengapa pada tahun Responden 1 “Pada tahun 2015, jumlah


2015, jumlah penderita penderita Kusta memang
Kusta mengalami mengalami penurunan, tetapi
penurunannya tidak terlalu
penurunan ?
banyak. Hal ini terjadi tidak
mesti karena penderita Kusta
memang benar-benar
berkurang, tetapi bisa saja hal
ini terjadi karena tidak
terdeteksinya penderita secara
dini karena mungkin penderita
tidak tahu awal dari gejala
Kusta jadi penderita tersebut
120

No Pertanyaan Informasi Jawaban

tidak memeriksakan ke
puskesmas, lalu kurang telitinya
petugas dalam mencari
penderita sehingga penderita
tidak terdata, dan mungkin
memang penderita dari awal
sudah tahu dari gejala
awal/ciri-ciri nya jadi dia
langsung berobat ke puskesmas
dan tidak sampai terjadi
kecacatan”

Responden 2 “Mengalami penurunan itu


biasanya karena penderita
Kusta tidak ditemukan oleh
petugas kesehatan nya dek,
penderita tidak memeriksakan
dirinya ke puskesmas sehingga
petugas kesehatan tidak dapat
melakukan pendataan”.

Responden 3 “Biasanya itu karena penderita


tidak terdaftar di puskesmas
sebagai penderita kusta, itu
terjadi karena penderita tidak
mengetahui gejala awal
penyakit Kusta sehingga
dibiarkan dan tidak
memeriksakan dirinya ke faskes,
tapi ya juga bisa berkurang
karena memang angka
kesakitan Kustanya di suatu
wilayah memang berkurang.

5 Apakah Dinas Responden 1 “Belum, Dinas Kesehatan masih


Kesehatan Kabupaten belum memiliki sistem pemetaan
Jember sudah digital dan belum
menerapkannya”
menerapkan aplikasi
pemetaan digital untuk
penyakit Kusta ?
121

No Pertanyaan Informasi Jawaban

Responden 2 “Disini pengolahan data nya


masih manual dek, ya pakai
microsoft excel itu, terus sama
formulir yang sudah di
cetak,jadi masih belum punya
aplikasi pemetaan digital”

Responden 3 “Tidak ada sistem pemetaan


digital , masih manual”.

6 Bagaimana pendapat Responden 1 “Sangat membantu dan


anda mengenai memudahkan Dinas Kesehatan
penerapan aplikasi untuk melihat persebaran Kusta
di wilayah Jember”
pemetaan digital untuk
memetakan penyebaran
penyakit Kusta berbasis
website untuk
mengetahui penyebaran
Kusta dan mendeteksi
secara dini ?
Responden 2 “Sangat membantu dek”.
Responden 3 “Bagus dek, sangat membantu”.
7 Menu apa saja yang Responden 1 “Menu untuk menampilan peta,
dibutuhkan untuk informasi peta , kemudian buat
ditampilkan dalam grafik dan tabel untuk jumlah
website pemetaan penderita”
digital Kusta ?

Responden 2 “Ya menu peta itu dek, terus


buat nampilkan dalam bentuk
grafik, informasi-informasi
tentang Kusta juga”.

Responden 3 “Menu informasi kusta, data


dalam bentuk tabel dan grafik,
laporan dalam bentuk pdf”.
122

No Pertanyaan Informasi Jawaban

8 Data pendukung apa Responden 1 “Data pendukungnya jumlah


saja yang akan penderita, jumlah penduduk,
ditampilkan pada indikator utama nya juga di
pemetaan digital Kusta? masukkan"

Responden 2 “Masukkan data seperti


prevalensi rate, proporsi MB,
proporsi wanita, anak, dan
cacat tingkat 2, cdr”

Responden 3 “Ya masukkan data jumlah


penderita menurut jenis
Kustanya, angka prevalensi,
jumlah penduduk”.

9 Informasi apa saja yang Responden 1 “Yang ditampilkan


akan ditampilkan pada informasinya ya jumlah
menu-menu pemetaan penderita kusta, pengertian
digital ? kusta, klasifikasinya,
pencegahan, pengobatannya,
tampilkan dalam bentuk grafik
juga dek, sama laporan ya”

Responden 2 “Informasinya ya, jumlah


penderita , terus indikatornya
itu seperti : Proporsi MB,
Prevalensi Rate, Proporsi
Wanita, Proporsi Anak,
Proporsi Cacat Tingkat 2. Terus
warna peta nya 3 macam :
hijau,kuning,merah. Yang
penting itu nampilkan
indikatornya, terutama
prevalensi”
123

No Pertanyaan Informasi Jawaban

Responden 3 “Ya, tampilkan jumlah


penderita kusta, terus kayak
pengertian kusta, jenisnya, cara
pengobatannya,
pencegahannya”

10 Apakah jika aplikasi Responden 1 “Ya, sangat membantu”


pemetaan digital
diterapkan dapat
membantu petugas
Dinkes Jember dalam
memantau penyebaran
Kusta dan dapat
menekan jumlah
penderita penyakit
Kusta di Kabupaten
Jember ?
Responden 2 “Sangat membantu dek, karena
disini masih belum ada aplikasi
pemetaan digital, jadi bisa
membantu dalam mengolah
data dan mengetahui
penyebarannya dengan
mudah”.

Responden 3 “Iya sangat membantu dek”


124

Lampiran 4. Hasil Observasi

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN


PENDIDIKAN TINGGI
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
Mastrip PO.BOX 164 Telp. 333532-333534 Fax 333531

LEMBAR OBSERVASI PENELITIAN

Semua informasi yang didapat akan dirahasiakan dengan ketat dan hanya
digunakan sebagai bahan dari penelitian. Prosedur penelitian ini tidak akan
menimbulkan resiko dan dampak apapun.

Petunjuk Pengisian :
1. Pengisian lembar dokumentasi ini semata-mata untuk tujuan ilmiah dan
pengembangan ilmu pengetahuan, semua hasil observasi akan
dirahasiakan oleh peneliti.
2. Pemberi ijin observasi kegiatan yang sedang berjalan diberikan dengan
keadaan yang sebenarnya telah terjadi tanpa ada rekayasa.
125

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN


PENDIDIKAN TINGGI
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
Mastrip PO.BOX 164 Telp. 333532-333534 Fax 333531

NO Aspek Yang Di Observasi Ada Tidak Komentar


Ada
1 Dinas Kesehatan Kabupaten Tidak Dinas Kesehatan Jember
Jember belum memiliki masih belum memiliki
aplikasi peta digital berbasis sistem pemetaan digital
website untuk mengetahui berbasis website dan masih
penyebaran dan pencegahan menggunakan ms.excel
secara dini penyakit Kusta. untuk melakukan
pengolahan data
2 Terjadi peningkatan jumlah Ya Jumlah penderita Kusta di
penderita penyakit Kusta di Jember mengalami
Kabupaten Jember tahun peningkatan pada tahun
2013-2015. 2013-2014 dan penurunan
yang tidak terlalu signifikan
pada tahun 2015
3 Terdapat data jumlah Ya Tersedianya data jumlah
penderita Kusta dan Indikator penderita Kusta dan
Utama penyakit Kusta di indicator utama di Dinas
Dinas Kesehatan Jember Kesehatan Jember
tahun 2013-2015.

4 Terdapat data kepadatan Ya Tersedianya data kepadatan


penduduk Kabupaten Jember penduduk di Badan Pusat
di Badan Pusat Statistik tahun Statistik
2013-2015.
5 Terdapat data kelembaban Ya Tersedianya data
udara Kabupaten Jember di kelembaban udara di
Bandara Penerbangan tahun Bandara Penerbangan
2013-2015 Jember
6 Terdapat data suhu udara Ya Tersedianya data suhu udara
Kabupaten Jember di Bandara di Bandara Penerbangan
Penerbangan tahun 2013-2015 Jember
126

Lampiran 5. Hasil Brainstorming

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN


PENDIDIKAN TINGGI
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
Mastrip PO.BOX 164 Telp. 333532-333534 Fax 333531

Perihal : Permohonan Kesediaan Mengikuti Brainstorming

Dengan hormat,
Sehubungan dengan akan dilaksanakannya penelitian dengan judul
“Pemetaan Digital Penyebaran Penyakit Kusta Berbasis Website di Kabupaten
Jember tahun 2013-2015”, saya sampaikan surat ini.
Penelitian ini bertujuan untuk membuat sistem Pemetaan Digital
Penyebaran Penyakit Kusta Berbasis Website. Dengan menggunakan sistem ini
dapat membantu petugas dalam mengolah data Kusta dan membantu petugas
Dinas Kesehatan dalam mengetahui penyebaran penyakit Kusta di wilayah
Kabupaten Jember sehingga dapat melakukan pencegahan secara dini.
Untuk penelitian ini saya mohon kesediaan bapak dan ibu untuk menjadi
responden dalam penelitian ini. Oleh karena itu saya mohon kerjasamanya dengan
memberikan informasi melalui brainstorming sesuai dengan kemauan dan
perasaan bapak dan ibu sebenarnya. Bapak dan ibu juga boleh tidak mengikuti
penelitian ini sama sekali, untuk itu bapak dan ibu tidak dikenakan sanksi apapun.
Dalam hal ini akan diberikan kompensasi berupa makanan ringan.
Atas bantuan dan kerjasama yang baik, saya ucapkan terimakasih.

Jember, 2016
Hormat saya

( Zahrotul Jannah )
127

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN


PENDIDIKAN TINGGI
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
Mastrip PO.BOX 164 Telp. 333532-333534 Fax 333531

INFORMED CONSENT

Saya telah diberikan penjelasan mengenai hal-hal tersebut diatas dan saya
telah diberikan kesempatan untuk bertanya mengenai hal-hal yang belum
dimengerti dan telah mendapat jawaban yang jelas dan benar.
Dengan ini saya menyatakan secara sukarela dan ikhlas untuk menjawab
pertanyaan dalam lembar brainstorming ini sesuai dengan fakta yang ada.
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama :
Alamat :
Jenis Kelamin :
Umur :
Bersedia untuk dijadikan subyek dalam penelitian dari :
Nama : Zahrotul Jannah
NIM : G41130743
Jurusan/Prodi : Kesehatan/Rekam Medik
Dengan judul “Pemetaan Digital Penyebaran Penyakit Kusta Berbasis Website di
Kabupaten Jember Tahun 2013-2015”.

Jember, 2016
Informan 1

( )
128

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN


PENDIDIKAN TINGGI
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
Mastrip PO.BOX 164 Telp. 333532-333534 Fax 333531

INFORMED CONSENT

Saya telah diberikan penjelasan mengenai hal-hal tersebut diatas dan saya
telah diberikan kesempatan untuk bertanya mengenai hal-hal yang belum
dimengerti dan telah mendapat jawaban yang jelas dan benar.
Dengan ini saya menyatakan secara sukarela dan ikhlas untuk menjawab
pertanyaan dalam lembar brainstorming ini sesuai dengan fakta yang ada.
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama :
Alamat :
Jenis Kelamin :
Umur :
Bersedia untuk dijadikan subyek dalam penelitian dari :
Nama : Zahrotul Jannah
NIM : G41130743
Jurusan/Prodi : Kesehatan/Rekam Medik
Dengan judul “Pemetaan Digital Penyebaran Penyakit Kusta Berbasis Website di
Kabupaten Jember Tahun 2013-2015”.

Jember, 2016
Informan 2

( )
129

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN


PENDIDIKAN TINGGI
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
Mastrip PO.BOX 164 Telp. 333532-333534 Fax 333531

INFORMED CONSENT

Saya telah diberikan penjelasan mengenai hal-hal tersebut diatas dan saya
telah diberikan kesempatan untuk bertanya mengenai hal-hal yang belum
dimengerti dan telah mendapat jawaban yang jelas dan benar.
Dengan ini saya menyatakan secara sukarela dan ikhlas untuk menjawab
pertanyaan dalam lembar brainstorming ini sesuai dengan fakta yang ada.
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama :
Alamat :
Jenis Kelamin :
Umur :
Bersedia untuk dijadikan subyek dalam penelitian dari :
Nama : Zahrotul Jannah
NIM : G41130743
Jurusan/Prodi : Kesehatan/Rekam Medik
Dengan judul “Pemetaan Digital Penyebaran Penyakit Kusta Berbasis Website di
Kabupaten Jember Tahun 2013-2015”.

Jember, 2016
Informan 3

( )
130

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN


PENDIDIKAN TINGGI
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
Mastrip PO.BOX 164 Telp. 333532-333534 Fax 333531

No Pokok Diskusi Analisa dan Saran


1 Media apa yang digunakan oleh Dinas “Media yang digunakan oleh
Kesehatan untuk mengetahui Dinas Kesehatan Jember saat ini
penyebaran jumlah penderita Kusta di masih dalam bentuk manual , yaitu
Kabupaten Jember ? menggunakan microsoft excel dan
masih belum memiliki sistem
pemetaan digital penyebaran
penyakit Kusta.”
2 Bagaimana pendapat anda mengenai “Sangat membantu dan
sistem pemetaan digital penyebaran memudahkan Dinas Kesehatan
penyakit Kusta berbasis website guna untuk melihat persebaran Kusta di
membantu petugas Dinas Kesehatan wilayah Jember”
dalam mengetahui penyebaran Kusta ?
3 Bagaimana usulan anda mengenai “Lebih baik jika sistem pemetaan
sistem pemetaan digital penyebaran digital dibuat website . Dan untuk
penyakit Kusta berbasis website ? tampilan warna peta dibuat 3
warna yaitu hijau : rendah, kuning
: sedang, merah : tinggi. Warna
tersebut disesuaikan dengan angka
prevalensi per tahun nya, guna
membantu Dinas Kesehatan untuk
mengetahui apakah Kabupaten
Jember sudah bisa dikatakan
eliminasi kusta atau belum sesuai
dengan standart bisa mencapai
eliminasi jika angka prevalensi nya
< 1 per 10.000 penduduk. Terus
tampilkan juga nanti di petanya
indikator utama Kusta seperti :
Angka Prevalensi, CDR, Proporsi
MB, Proporsi Wanita, Proporsi
Anak dan Proporsi Cacat tingkat
2.”
4 Menu apa saja yang dibutuhkan dalam “Yang pertama menu untuk
sistem pemetaan digital penyebaran menampikan peta,menu informasi
penyakit Kusta berbasis website ? tentang kusta mencakup
pengertian,klasifikasi,pencegahan,
131

No Pokok Diskusi Analisa dan Saran


Pengobatan. Kemudian menu yang
menampilkan jumlah penderita
dalam bentuk tabel, grafik. Terus
untuk angka prevalensi juga dibuat
grafik, tetapi langsung per tahun
nya saja, terakhir menu laporan
yang didalamnya itu ada data
jumlah penderita, angka prevalensi
nya juga, jadi nanti bisa di
cetak/download.”
5 Informasi apa saja yang dibutuhkan “Kalau pada menu yang
dalam menu-menu sistem pemetaan menampilkan peta itu tampilkan
digital penyebaran penyakit Kusta informasi jumlah penderita,
berbasis website ? indikator utama Kusta,jumlah
penduduk, terus dibuat kolom
untuk mengisi data. Pada menu
informasi Kusta tampilkan
informasi pengertian, klasifikasi,
pencegahan,pengobatan dan
tempat layanan kesehatan. Pada
menu yang menampilkan jumlah
penderita dan angka prevalensi
dibuat grafik dan tabel, terus isi
nya itu mencakup nama
kecamatan, jumlah penderita, dan
angka prevalensi saja. Untuk menu
laporan cukup tampilkan jumlah
penderita per wilayah dan angka
prevalensi nya saja”
6 Siapa orang/admin yang dapat Yang mengelola adalah bagian
mengelola apabila sistem pemetaan pengelola data Kusta (sebagai
digital sudah diterapkan ? admin)
132

Lampiran 6. Surat Ijin Studi Pendahuluan Dinas Kesehatan

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN


PENDIDIKAN TINGGI
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
Mastrip PO.BOX 164 Telp. 333532-333534 Fax 333531
133

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN


PENDIDIKAN TINGGI
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
Mastrip PO.BOX 164 Telp. 333532-333534 Fax 333531
134

Lampiran 7. Surat Ijin Studi Pendahuluan Dinas Kesehatan Pengendalian Penyakit


dan Penyehatan Lingkungan

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN


PENDIDIKAN TINGGI
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
Mastrip PO.BOX 164 Telp. 333532-333534 Fax 333531
135

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN


PENDIDIKAN TINGGI
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
Mastrip PO.BOX 164 Telp. 333532-333534 Fax 333531
Lampiran 8. Rencana Kegiatan Penelitian

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


POLITEKNIK NEGERI JEMBER
Mastrip PO.BOX 164 Telp. 333532-333534 Fax 333531

RENCANA JADWAL KEGIATAN PENELITIAN

Tahun Tahun 2017


Kegiatan 2016
Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Januari
Pengajuan Judul Skripsi
Studi Pendahuluan
Studi Pustaka
Penyusunan Proposal
Seminar Proposal
Revisi
Perancangan Program
Pembuatan Program
Penyusunan Skripsi
Ujian Skripsi
Revisi Skripsi
Penggandaan Skripsi

136
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
Mastrip PO.BOX 164 Telp. 333532-333534 Fax 333531

RENCANA JADWAL KEGIATAN PENELITIAN

Tahun
Kegiatan 2017
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus
Pengajuan Judul Skripsi
Studi Pendahuluan
Studi Pustaka
Penyusunan Proposal
Seminar Proposal
Revisi
Perancangan Program
Pembuatan Program
Penyusunan Skripsi
Ujian Skripsi
Revisi Skripsi
Penggandaan Skripsi
Praktek Kerja Lapang

137
138

Lampiran 9. Dokumentasi

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN


PENDIDIKAN TINGGI
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
Mastrip PO.BOX 164 Telp. 333532-333534 Fax 333531

1. Dokumentasi Wawancara
139

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN


PENDIDIKAN TINGGI
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
Mastrip PO.BOX 164 Telp. 333532-333534 Fax 333531

2. Dokumentasi Brainstorming

Anda mungkin juga menyukai