Anda di halaman 1dari 12

TEKNOLOGI DAN KEJURUAN, VOL. 34, NO.

1, PEBRUARI 2011: 112

STUDI PRODUKTIVITAS KERJA GURU PADA SEKOLAH


MENENGAH KEJURUAN NEGERI DI MALANG RAYA

Tri Atmadji Sutikno

Abstract: Teachers’ working productivities study on state vocational high school of


Malang Raya. This study aims to describe the productivity of teachers at Vocational
High School (SMK) Malang Raya. The research method is using descriptive design,
entangling 264 teachers as the samples. Data were collected with a Likert scale with
proportionate random sampling technique. The result shows that teachers’ working
productivity was being in the middle level. In detail, the research indicate some
results: (1) for the lesson plans preparation, student guides frequency, the frequency
of making instructional media, frequency of use of instructional media, the level of
achievement of graduation and participation in scientific forums, are in the high
category, (2) the implementation of learning is in very high category, (3) frequency of
PPL and colleagues guiding and passing rate lie in medium category, (4) classroom
action research (PTK) frequency and the frequency of writing articles lie in poor
category.

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan produktivitas kerja guru


SMKN di Malang Raya. Metode penelitian menggunakan rancangan penelitian des-
kriptif, dengan jumlah sampel 264 guru. Data dikumpulkan dengan skala Likert
dengan teknik proposional random sampling. Hasil penelitian menemukan produk-
tivitas kerja guru berada pada kategori sedang. Secara rinci ditemukan: (1) penyusun-
an rencana pembelajaran, frekuensi membimbing siswa, frekuensi membuat media
pembelajaran, frekuensi menggunakan media pembelajaran, tingkat pencapaian ke-
lulusan, keikutsertaan dalam forum ilmiah, dalam kategori tinggi, (2) pelaksanaan
pembelajaran dalam kategori sangat tinggi, (3) pembimbingan PPL dan teman sejawat
serta tingkat pencapaian kenaikan dalam kategori sedang; (4) frekuensi melakukan
penelitian tindakan kelas (PTK) dan penulisan artikel dan buku ajar dalam kategori
kurang.

Kata-kata kunci: produktivitas kerja, guru SMK

U ndang-undang Nomor 20 tahun 2003


tentang Sistem Pendidikan Nasional
Bab I Pasal 1 dikatakan bahwa pendidikan
mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara ak-
tif mengembangkan potensi dirinya untuk
adalah usaha sadar dan terencana untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

Tri Atmadji Sutikno adalah Dosen Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Negeri Malang.
Kampus: Jl. Semarang 5 Malang 65145

1
2 TEKNOLOGI DAN KEJURUAN, VOL. 34, NO. 1, PEBRUARI 2011:112

pengendalian diri, kepribadian, kecerdas- syarat utama untuk meningkatkan laju


an, akhlak mulia, serta keterampilan yang pertumbuhan ekonomi, pemerataan ke-
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa sempatan dan perubahan sosial (Schip-
dan negara. pers, 1994). Kebijakan adanya pendidik-
Pembelajaran dalam pendidikan dapat an kejuruan mencakup: (1) kebijakan per-
dilaksanakan melalui pendidikan formal, ekonomian, (2) kebijakan ketenagakerja-
nonformal, dan informal yang dapat sa- an, dan (3) kebijakan kebudayaan. Dalam
ling melengkapi dan memperkaya. Dalam hal kebijakan perekonomian, pendidikan
hal ini pendidikan formal adalah jalur kejuruan memberi kontribusi yang sangat
pendidikan yang terstruktur dan berjen- besar dalam rangka meningkatkan kuali-
jang yang terdiri atas pendidikan dasar, tas dan produktivitas dunia usaha dan sis-
pendidikan menengah, dan pendidikan tem perekonomian nasional, baik secara
tinggi (Bab VI Pasal 13 dan 14). Lebih kuantitatif maupun kualitatif. Pertumbuh-
lanjut, dalam Pasal 18 Ayat 2 dan 3 di- an ekonomi tidak mungkin tercapai tanpa
jelaskan bahwa pendidikan menengah ter- tersedianya sumber daya manusia yang
diri atas pendidikan umum dan pendidik- berkualifikasi dan dikelola secara baik.
an menengah kejuruan, dan pendidikan Kebijakan ketenagakerjaan dalam pen-
menengah berbentuk Sekolah Menengah didikan kejuruan dilaksanakan melalui
Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), pembekalan peserta didik dengan ilmu
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dan pengetahuan, teknologi, dan seni, serta
Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), atau kompetensi-kompetensi tertentu, agar
bentuk lain yang sederajat. mampu mengembangkan diri. Kebijakan
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) ketenagakerjaan ini menekankan pada ke-
sebagai bentuk satuan pendidikan kejuru- mampuan kemandirian lulusan, sehingga
an sebagaimana ditegaskan dalam penje- dapat menciptakan peluang-peluang pe-
lasan pasal 15 UU SISDIKNAS, merupa- kerjaan bagi dirinya atau orang lain, serta
kan pendidikan menengah yang memper- mengisi kebutuhan ketenagakerjaan pada
siapkan peserta didik terutama untuk dunia usaha/industri, yang pada akhirnya
bekerja dalam bidang tertentu. Substansi akan mengurangi jumlah pengangguran.
atau materi yang diajarkan di SMK di- Sedang dalam hal kebijakan kebudayaan,
sajikan dalam bentuk berbagai kompe- pendidikan kejuruan harus merupakan
tensi yang dinilai penting dan perlu bagi salah satu unsur budaya bangsa dan ke-
peserta didik dalam menjalani kehidupan beradaannya harus diterima secara layak
sesuai dengan zamannya. Pendidikan ke- oleh masyarakat (Schippers, 1994). Ke-
juruan bertujuan untuk membekali siswa bijakan kejuruan harus merupakan bagian
agar memiliki kompetensi perilaku dalam yang tidak terpisahkan dari sistem pendi-
bidang kejuruan tertentu sehingga yang dikan formal dengan kurikulumnya yang
bersangkutan mampu bekerja (memiliki bersifat transparan sehingga melalui jalur
kinerja) demi masa depannya dan bangsa- pendidikan kejuruan terbuka kesempatan
nya (Schippers, 1994). Dalam pendidikan untuk mencapai pendidikan lanjutan yang
kejuruan, siswa dibekali pengetahuan lebih tinggi.
teori dan keterampilan praktis, serta pola Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
dan tingkah laku sosial dan wawasan ber- sebagai bagian dari pendidikan kejuruan,
kebangsaan. mempunyai tujuan: (1) menyiapkan pe-
Pendidikan kejuruan, khususnya Se- serta didik agar menjadi manusia produk-
kolah Menengah Kejuruan, merupakan tif, mampu bekerja mandiri, mengisi lo-
investasi untuk meningkatkan kualitas wongan pekerjaan yang ada di pelayanan
sumber daya manusia, yang merupakan dunia usaha dan lainnya sebagai tenaga
Sutikno, Studi Produktivitas Guru pada Sekolah Menengah Kejuruan 3

kerja tingkat menengah sesuai dengan berkualifikasi sebagai guru, dosen, kon-
kompetensi dalam program keahlian yang selor, pamong belajar, widyaiswara, tutor,
dipilihnya; (2) menyiapkan peserta didik instruktur, dan fasilitator. Maka pendidik
agar mampu memilih karier, ulet dan dituntut memiliki sejumlah persyaratan
gigih dalam berkompetensi, beradaptasi (kualifikasi, kompetensi, sertifikat pendi-
di lingkungan kerja, dan mengembang- dik) agar dapat berperan sebagai guru
kan sikap profesional dalam bidang ke- yang profesional. Jika sejumlah persya-
ahlian yang diminatinya; (3) membekali ratan tersebut terpenuhi, maka perannya
peserta didik dengan ilmu pengetahuan, akan dapat menentukan maju mundurnya
teknologi, dan seni, agar mampu mengem- produktivitas organisasi.
bangkan diri dikemudian hari baik secara Handoko (1999) mengatakan bahwa
mandiri maupun melalui jenjang pen- pemenuhan pekerjaan yang benar dengan
didikan yang lebih tinggi; dan (4) mem- pemusatan sumber daya manusia dan
bekali peserta didik dengan kompetensi- usaha pada pekerjaan dapat mempenga-
kompetensi yang sesuai dengan program ruhi produktivitas organisasi. Produktivi-
keahlian yang dipilih. tas dalam organisasi sebagian besar ber-
Agar tujuan Sekolah Menengah Ke- gantung dari motivasi para anggotanya
juruan Negeri tercapai diperlukan pendi- dimana tindakan anggota ditujukan ke
dik dan tenaga kependidikan yang ber- arah pencapaian sasaran organisasi. Se-
kualitas, sarana prasarana yang memadai, jalan dengan itu, Hiks (dalam Winardi,
proses dan metode pembelajaran yang 2000) mengatakan produktivitas merupa-
mendukung, serta pengelolaan yang baik. kan salah satu fungsi dari motivasi. Moti-
Pendidik adalah tenaga kependidikan vasi menurut Hiks dapat bersifat positif
yang berkualifikasi guru, dosen, konselor, atau negatif, hal ini menunjukkan bahwa
pamong belajar, widyaiswara, tutor, ins- jika motivasi bersifat positif dapat men-
truktur, fasilitator, dan sebutan lain yang dorong peningkatan produktivitas kerja.
sesuai dengan kekhususannya, serta ber- Sebaliknya jika motivasi menurun dapat
partisipasi dalam penyelenggaraan pen- menurunkan produktivitas kerja.
didikan (Pasal 1 Ayat 6). Sedang tenaga Produktivitas organisasi sekolah se-
kependidikan adalah anggota masyarakat bagian besar dipengaruhi oleh produkti-
yang mengabdikan diri dan diangkat un- vitas kerja guru. Oleh karena itu, produk-
tuk menunjang penyelenggaraan pendi- tivitas kerja guru harus menjadi perhatian
dikan (Pasal 1 Ayat 5). Pendidik dan kepala sekolah sebagai pimpinan organi-
tenaga kependidikan berhak memperoleh sasi karena tinggi rendahnya produktivi-
penghasilan dan jaminan kesejahteraan tas kerja guru dapat berpengaruh terhadap
yang pantas dan memadai, penghargaan pencapaian tujuan organisasi sekolah se-
yang sesuai tugas dan prestasi kerja, dan cara keseluruhan. Kepala sekolah harus
pembinaan karier sesuai dengan tuntutan terus meningkatkan motivasi guru untuk
pengembangan kualitas. meningkatkan produktivitas kerja guru ini.
Pendidik, yang dalam hal ini guru, Penelitian Dangkua (dalam Tolla, 1991)
menduduki posisi strategis untuk mewu- melaporkan bahwa produktivitas kerja
judkan tujuan pendidikan nasional, ka- guru dapat meningkat antara 3540%
rena guru sebagai tenaga pendidik yang melalui pengaruh atau dorongan kepala
terlibat langsung dalam aktivitas proses sekolah, dan sekitar 6065% ditentukan
pembelajaran di kelas dan seluruh proses oleh kemampuan personal guru. Peneliti-
pendidikan di sekolah. Dalam UU No. an Tolla (1991) melaporkan bahwa pro-
20/2003 (2003:3) dinyatakan bahwa pen- duktivitas kerja guru merupakan per-
didik adalah anggota masyarakat yang bandingan antara kepemimpinan kepala
4 TEKNOLOGI DAN KEJURUAN, VOL. 34, NO. 1, PEBRUARI 2011:112

sekolah dan mendayagunakan potensi pulkan dan menghitung angka kredit


guru secara optimal dan kemampuan untuk kenaikan pangkat.
guru itu sendiri. Produktivitas kerja guru Tugas-tugas guru tidak hanya ber-
dimaksud adalah hasil kerja guru yang dasar pada Peraturan Pemerintah Nomor
terefleksi dalam cara merencanakan, me- 74 Tahun 2008 tentang Guru Pasal 52,
laksanakan, dan menilai proses belajar tetapi dalam mengembangkan keteram-
mengajar (PBM) yang intensitasnya di- pilan dan keilmuannya, saat ini guru di-
landasi oleh etos kerja, serta disiplin pro- tuntut melaksanakan penelitian, khusus-
fesional guru dalam proses pembelajaran nya Penelitian Tindakan Kelas (PTK),
(Whitmore, dalam Uno, 2007). Berdasar pelatihan dan workshop, dan pengem-
pengertian tersebut, dapat disimpulkan bangan media pembelajaran.
bahwa tugas guru bukan saja mengajar Produktvitas kerja guru merupakan
semata, tetapi dimulai dari proses peren- wujud dari pemahaman dan penerapan
canaan sampai dengan penilaian. Tugas tentang kompetensi guru, diantaranya
tersebut tidak mudah dilakukan, apabila kompetensi profesional (Mulyasa, 2008).
guru tidak memiliki profesionalisme kerja Kompetensi profesional guru meliputi:
yang baik. (1) memahami Standar Nasional Pendi-
Produktivitas kerja guru merupakan dikan; (2) mengembangkan Kurikulum
keluaran dari tugas-tugas guru yang ter- Tingkat Satuan Pendidikan, diantaranya
tuang dalam tugas pokok dan fungsi guru mengembangkan silabus, menyusun RPP,
(Depdiknas, 2009). Tugas pokok dan melaksanakan pembelajaran, dan menilai
fungsi guru adalah membantu dan ber- hasil belajar; (3) menguasai materi stan-
tanggungjawab kepada kepala sekolah dar, yaitu bahan pembelajaran dan bahan
dalam kegiatan belajar mengajar, diantara- pendalaman; (4) mengelola program pem-
nya: (1) membuat kelengkapan mengajar belajaran, meliputi merumuskan tujuan,
dengan baik dan lengkap; (2) melaksana- menjabarkan kompetensi dasar, memilih
kan kegiatan pembelajaran; (3) melaksa- dan menggunakan metode pembelajaran,
nakan kegiatan penilaian proses belajar, menyusun prosedur, dan melaksanakan
ulangan harian, ulangan umum dan ujian pembelajaran; (5) mengelola kelas; (6)
akhir; (4) melaksanakan analisis hasil menggunakan media dan sumber pem-
ulangan harian; (5) menyusun dan melak- belajaran, yang meliputi membuat dan
sanakan program perbaikan dan pengaya- menggunakan media pembelajaran, mem-
an; (6) mengisi daftar nilai anak didik; buat alat-alat pembelajaran, dan menge-
(7) melaksanakan kegiatan membimbing lola dan mengembangkan laboratorium;
(pengimbasan pengetahuan), kepada guru (7) memahami dan melaksanakan pe-
lain dalam proses pembelajaran; (8) mem- ngembangan peserta didik; (8) memahami
buat alat pelajaran/alat peraga; (9) me- dan menyelenggarakan administrasi se-
numbuh kembangkan sikap menghargai kolah; (9) memahami penelitian dalam
karya seni; (10) mengikuti kegiatan pe- pembelajaran, meliputi mengembangan
ngembangan dan pemasyarakatan kuri- rancangan penelitian, melaksanakan pe-
kulum; (11) melaksanakan tugas tertentu nelitian, dan menggunakan hasil peneli-
di sekolah; (12) mengadakan pengem- tian untuk meningkatkan kualitas pem-
bangan program pembelajaran; (13) mem- belajaran; (10) menampilkan keteladanan
buat catatan tentang kemajuan hasil bel- dan kepemimpinan dalam pembelajaran;
ajar anak didik; (14) mengisi dan me- (11) mengembangkan teori dan konsep
neliti daftar hadir sebelum memulai dasar kependidikan; (12) memahami dan
pelajaran; (15) mengatur kebersihan ruang melaksanakan konsep pembelajaran indi-
kelas dan sekitarnya; dan (16) mengum- vidual.
Sutikno, Studi Produktivitas Guru pada Sekolah Menengah Kejuruan 5

Berdasar pendapat Mulyasa tersebut pedulian terhadap lingkungan dan mema-


jelas bahwa seorang guru tidak hanya hamkan perkembangan dan penerapan
merencanakan dan melaksanakan pem- ilmu pengetahuan dan teknologi dalam
belajaran saja, tetapi juga merancang dan kehidupan modern.
melaksanakan penelitian, membuat media Husin (dalam Suparlan, 1997) me-
dan mengaplikasikannya dalam pembel- maparkan sembilan peran guru dan tugas-
ajaran, serta merancang, melaksanakan tugas yang harus dilaksanakan dalam ber-
dan mengaplikasikan penelitian dalam bagai aspek, yaitu peran-peran sebagai:
proses belejar mengajar. pendidik, pengajar, fasilitator, pembim-
Arikunto (1996) mengemukakan kom- bing, pelayan, perancang, pengelola,
petensi profesional mengharuskan guru innovator, dan penilai. Sebagai pendidik,
memiliki pengetahuan yang luas dan da- guru mempunyai tugas mengembangkan
lam tentang subject matter (bidang studi) kepribadian dan membina budi pekerti.
yang akan diajarkan, serta penguasaan Sebagai pengajar, guru bertugas menyam-
metodologi yaitu menguasai konsep teo- paikan ilmu pengetahuan, melatih ke-
ritik, maupun memilih metode yang tepat terampilan, memberikan penduaan atau
dan mampu menggunakannya dalam pro- petunjuk; memadukan antara pengetahu-
ses belajar mengajar. Kompetensi pro- an, bimbingan, dan keterampilan yang
fesional guru tercermin dari indikator: diberikan; merancang pengajaran; melak-
(1) kemampuan penguasaan materi pe- sanakan pembelajaran; dan menilai akti-
lajaran, (2) kemampuan penelitian dan vitas pembelajaran. Sebagai fasilitator,
penyusunan karya ilmiah, (3) kemampuan guru mempunyai tugas memotivasi siswa,
pengembangan profesi, dan (4) mema- membantu siswa, membimbing siswa
hami dan mampu memanfaatkan tekno- dalam proses pembelajaran di dalam
logi komunikasi untuk kepentingan pem- maupun di luar kelas, menggunakan
belajaran. strategi dan metode pembelajaran yang
Suparlan (1997) mengemukakan peran sesuai, menggunakan pertanyaan yang
dan tugas guru adalah sebagai berikut: merangsang siswa untuk belajar, me-
(1) peran manajemen (the management nyediakan bahan pengajaran, mendorong
role), dengan tugas utama: (a) menge- siswa untuk mencari bahan ajar, meng-
tahui latar belakang, sosial ekonomi, dan gunakan ganjaran dan hukuman sebagai
intelektual akademis siswa, dan (b) me- alat pendidikan, dan mewujudkan disiplin.
ngetahui perbedaan individual siswa, Sebagai pembimbing, guru mempunyai
potensi, dan kelemahan siswa, termasuk tugas: memberikan petunjuk atau bim-
pembelajaran mereka; dan (2) peran peng- bingan tentang gaya pembelajaran siswa,
ajaran (the instructional role), yang men- mencari kekuatan dan kelemahan siswa,
cakup tugas-tugas utama: (a) menyam- memberikan latihan, memberikan peng-
paikan pengetahuan dan keterampilan, hargaan kepada siswa, mengenal perma-
(b) memahamkan siswa tentang tanggung- salahan yang dihadapi siswa dan me-
jawab, disiplin, dan produktif; (c) meng- nemukan cara pemecahannya, membantu
hargai dan kasih sayang terhadap siswa; siswa untuk menemukan bakat dan minat
(d) menyampaikan nilai-nilai moral dan siswa, dan mengenali perbedaan indi-
kemanusiaan dalam semua langkahnya; vidual siswa.Sebagai pelayan, guru tugas-
(e) mendorong siswa untuk bersikap ino- nya memberikan layanan pembelajaran
vatif, kreatif, dan memahami perbedaan yang nyaman dan aman sesuai dengan
individualitas; (f) memberikan contoh perbedaan individual siswa, menyediakan
bagi siswa, baik kata-kata dan perilaku- fasilitas pembelajaran dari sekolah (se-
nya; dan (g) mengajarkan terhadap ke- perti ruang kelas, meja kursi, papan tulis,
6 TEKNOLOGI DAN KEJURUAN, VOL. 34, NO. 1, PEBRUARI 2011:112

almari, alat peraga, papan pengumuman), Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru dan
dan memberikan layanan sumber belajar. Pengawas (Dirjen PMPTK. 2009), Mul-
Sebagai perancang, guru menyusun pro- yasa (2008), Depdiknas (2009), Suparlan
gram pengajaran dan pembelajaran ber- (1997) yaitu: (1) perencanaan dan pelak-
dasarkan kurikulum yang berlaku, me- sanaan pembelajaran, dengan indikatar
nyusun rencana mengajar, dan menentu- RPP, program semester dan program
kan strategi dan metode pembelajaran tahunan; (2) prestasi akademik, dengan
sesuai dengan konsep PAKEM (pem- indikator karya akademik, dan karya mo-
belajaran aktif, kreatif, efektif, dan numental di bidang pendidikan; (3) karya
menyenangkan). Sebagai pengelola, guru pengembangan profesi, dengan indikator
mempunyai tugas: melaksanakan admi- artikel, media, alat pembelajaran, dan pe-
nistrasi kelas, melaksanakan presensi nelitian yang dilaksanakan; dan (4) ke-
kelas, dan memilih strategi dan metode ikutsertaan dalam forum ilmiah; dengan
pembelajaran yang efektif. Sebagai inno- indikator meliputi peran sebagai pemaka-
vator, guru mempunyai tugas menemu- lah atau peserta.
kan strategi dan metode mengajar yang Di sisi lain, Reina (1997) dalam pene-
efektif, meningkatkan kemampuan dan litiannya tentang produktivitas guru pada
keterampilan dalam penggunaan strategi Sekolah Menengah Pertama di Rajasthan
dan metode mengajar, dan mau mencoba India, melaporkan bahwa tingkat produk-
dan menerapkan strategi dan metode tivitas profesional guru SMP di Rajasthan
pembelajaran yang baru. Sebagai penilai, sangat rendah. Dalam hal ini produk-
guru menyusun tes dan instrumen penilai tivitas guru diukur dari: buku-buku yang
lain, melaksanakan penilaian terhadap dihasilkan, paper riset, artikel yang dipu-
siswa secara objektif, mengadakan pem- blikasikan, keikutsertaan dalam seminar,
belajaran remidial, dan mengadakan pe- dan workshop yang diikuti. Penelitian
ngayaan dalam pembelajaran. Benke (1990) tentang “Scholarly pro-
Tugas guru menurut Melisa (2008) ductivity and Teaching Accounting” me-
meliputi: (1) perencanaan, pengembang- nemukan bahwa ada hubungan positif
an, dan pengorganisasian pembelajaran; antara beberapa atribut pengajaran dengan
(2) mengambil kehadiran dan merekam produktivitas sekolah. Atribut pengajaran
kehadiran siswa; (3) mengelola perilaku guru meliputi intelegensi, persiapan, or-
siswa; (4) menyajikan materi pelajaran; ganisasi pengajaran, dan kejelasan tujuan
(5) menilai hasil belajar; dan (6) melaku- pengajaran.
kan evaluasi proses pembelajaran. Se- Produktivitas kerja guru pada Sekolah
dangkan Sutikno (2009) menyimpulkan Menengah Kejuruan di Malang Raya
dari kajiannya, bahwa produktivitas kerja menjadi pertanyaan akhir-akhir ini, itu
guru juga harus dilihat dari penelitiannya, dibuktikan dengan hasil kelulusan siswa
khususnya penelitian tindakan kelas yang pada ujian nasional tiga tahun terakhir
bertujuan untuk memperbaiki pembel- yang mengalami penurunan secara signi-
ajaran, menulis artikel pada majalah atau fikan. Untuk Jawa Timur angka ketidak-
jurnal, membuat alat dan media pembel- lulusan siswa pada tahun 2008 sebesar
ajaran, membimbing siswa dan teman 3,12%, tahun 2009 meningkat menjadi
sejawat yang lebih yunior, dan keikut- 5,48%, dan tahun 2010 angka ketidak-
sertaan dalam forum ilmiah (workshop, lulusan meningkat menjadi 7,078% (Dik-
pelatihan, seminar, forum diskusi). nas Jawa Timur). Sedang persentase ke-
Dalam penelitian ini subvariabel-sub- tidaklulusan siswa SMK di Malang Raya
variabel dan indikator yang digunakan seperti Tabel 1.
didasarkan pada Peraturan Pemerintah
Sutikno, Studi Produktivitas Guru pada Sekolah Menengah Kejuruan 7

Tabel 1. Persentase Ketidaklulusan SMK diknas, 2009). Dengan adanya jumlah


di Malang Raya guru yang besar, problematika pendidik-
Tahun an di SMK juga akan meningkat dan
Kota
2008 2009 2010 memerlukan perhatian pemerhati pendi-
Kota Malang 14,05 % 13,11 % 17,83 % dikan, masyarakat, dan pemerintah.
Kab. Malang 7,94 % 8,60 % 9,89 % Tujuan dalam penelitian ini secara
Kota Batu 24,19 % 21,20 % 29,88 %
umum adalah memperoleh gambaran per-
(Sumber: Diknas Kota Malang, Batu, dan Kabu- sepsi tentang sertifikasi guru, komunikasi
paten Malang, 2010) organisasi, strategi penyelesaian konflik,
Dengan memperhatikan Tabel 1 ter- motivasi kerja guru, dan produktivitas
sebut, persentase ketidaklulusan siswa kerja guru pada Sekolah Menengah Ke-
pada tahun 2010 lebih tinggi dari tahun- juruan Negeri Negeri di Malang Raya.
tahun sebelumnya. Ketidaklulusan siswa
dalam Unas yang semakin meningkat METODE
pada tiga tahun terakhir tersebut menun-
jukkan adanya kinerja guru yang rendah, Rancangan penelitian yang dilakukan
dan berdampak pada penurunan produk- adalah didasarkan model survey yang
tivitas kerja guru. Kritikan Rachmad bersifat deskriptif dan korelasional yang
(Radar Malang, 2009) pada acara loka- merupakan bagian dari penelitian kuanti-
karya manajemen berbasis sekolah (MBS) tatif. Survey yang dilakukan bertujuan
di Diknas Kota Malang, mengatakan untuk melakukan studi dokumentasi yaitu
bahwa para guru di Kota Malang masih untuk mengetahui jumlah sekolah dan
banyak kelemahan, yaitu: kurang tanggap jumlah guru SMKN di Malang Raya
strategi, tidak banyak cara, kurang disi- yang mempunyai masa kerja lebih dari 2
plin, lemah sumber, kurang terampil, tidak tahun.
punya selera, asal susun materi, muatan Populasi dalam penelitian ini adalah
amat lemah, dan jaman dulu. Lebih lanjut guru-guru pada Sekolah Menengah Keju-
dikatakan, walaupun fasilitas sekolah ruan Negeri (SMKN) yang berstatus PNS
lengkap dan modern, jika para guru masih di Malang Raya (Kota Malang, Kabupa-
banyak kekurangan tersebut, maka pen- ten Malang, dan Kota Batu) yang mem-
didikan akan sulit untuk maju. Pernyataan punyai masa kerja lebih dari dua tahun,
tersebut mengindikasikan bahwa banyak yang berjumlah 830 orang dari 21 seko-
guru di Kota Malang tidak aktif, kreatif, lah. Kota Malang ada 12 SMKN dengan
inovatif, dan motivasi rendah, yang tentu- jumlah guru 493 orang, Kota Batu ada 3
nya akan berdampak pada produktivitas SMKN dengan jumlah guru 93 orang,
kerja yang rendah. dan Kabupaten Malang ada 6 SMKN
Disamping alasan-alasan tersebut, pe- dengan jumlah guru 244 orang (data Kota
nelitian ini dilaksanakan pada Sekolah Malang, Batu, dan Kabupaten Malang
Menengah Kejuruan Negeri (SMK) Ne- tahun 2008). Dengan menggunakan teknik
geri di Malang Raya dengan pertimbang- proporsional random sampling, sampel
an sesuai dengan program Depdiknas penelitian ditentukan 278 guru, yang
bahwa hingga tahun 2015 direncanakan tersebar di Kota Malang 165 guru, Kota
rasio siswa SMK dan SMA adalah 70% Batu 31 guru, dan Kabupaten Malang 82
berbanding 30%, ini berarti akan terjadi guru. Dari jumlah sampel sebesar 278
jumlah guru pada Sekolah Menengah guru tersebut yang kembali dan dapat
Kejuruan Negeri (SMK) lebih besar di- dianalisis sejumlah 264 responden.
banding jumlah guru pada Sekolah Me-
nengah Atas (SMA) (Dit. PSMK Dep-
8 TEKNOLOGI DAN KEJURUAN, VOL. 34, NO. 1, PEBRUARI 2011:112

Data diambil dengan menggunakan kan penelitian tindakan kelas (PTK) dan
skala Likert, yang berhubungan dengan frekuensi menulis artikel tergolong rendah.
(1) perencanaan dan pelaksanaan pem- Sedang frekuensi membimbing PPL dan
belajaran; (2) pembimbingan; (3) peneli- teman sejawat serta tingkat pencapaian
tian dan penulisan artikel; (4) pembuatan kenaikan dalam kategori sedang. Secara
dan penggunaan media pembelajaran; rinci produktivitas kerja guru SMKN di
(5) kelulusan dan kenaikan siswa; dan Malang Raya dijelaskan sebagai berikut:
(6) keikutsertaan dalam forum ilmiah. (1) frekuensi menyusun rencana pembel-
Sedang teknik analisis deskriptif yang ajaran skor tertinggi 10, skor terendah 5,
dilakukan untuk menentukan: (1) tabel mean 7,81 termasuk dalam kategori tinggi,
distribusi frekuensi, (2) menghitung rerata (2) frekuensi melaksanakan pembelajaran
(mean) dan standar deviasi, (3) meng- skor tertinggi 10, skor terendah 4, mean
gambarkan grafik, dan (4) mengkonfersi- 8,19, termasuk dalam kategori sangat
kan rerata ke dalam kriteria skala lima tinggi, (3) frekuensi membimbing siswa
grafik dari masing-masing variabel. skor tertinggi 10, skor terendah 3, mean
7,4, termasuk dalam kategori tinggi,
(4) frekuensi membimbing PPL dan teman
HASIL
sejawat skor tertinggi 10, skor terendah
Hasil analisis deskriptif untuk varia- 3, mean 5,94, termasuk dalam kategori
bel produktivitas kerja guru pada SMKN sedang; (5) frekuensi melakukan peneliti-
di Malang Raya diperoleh skor tertinggi an tindakan kelas (PTK) skor tertinggi 9,
sebesar 95 dari skor maksimal yang mung- skor terendah 2, mean 3,97, termasuk da-
kin dicapai sebesar 115. Sedang skor te- lam kategori kurang; (6) frekuensi me-
rendah yang dicapai adalah 40 dari skor nulis artikel skor tertinggi 9, skor te-
terendah yang mungkin dicapai adalah 23. rendah 2, mean 3,24, termasuk dalam
Besarnya mean (rerata) diperoleh sebesar kategori kurang; (7) frekuensi membuat
73,11 atau 66,46% dengan standar deviasi media pembelajaran skor tertinggi 10,
10,59. Dengan memperhatikan nilai mean skor terendah 2, mean 6,5, termasuk da-
dan kriteria persentase, maka dapat di- lam kategori tinggi; (8) frekuensi meng-
nyatakan bahwa variabel produktivitas gunakan media pembelajaran skor ter-
kerja guru berada pada kategori sedang. tinggi 10, skor terendah 2, mean 6,65,
Tetapi untuk indikator frekuensi melaku- termasuk dalam kategori tinggi; (9) ting-
Tabel 2. Statistik Deskriptif Variabel Produktivitas Kerja
Teoritis Aktual
Variabel dan Indikator Skor Skor Median Skor Skor Mean
Maks Min Maks Min
Variabel: produktivitas kerja 115 23 66 95 40 73,11
Indikator;
1. Frekuensi menyusun rencana pembelajaran 10 2 6 10 5 7,81
2. Frekuensi melaksanakan pembelajaran 10 2 6 10 4 8,19
3. Frekuensi membimbing siswa 10 2 6 10 3 7,40
4. Frekuensi membimbing PPL dan teman sejawat 10 2 6 10 3 5,94
5. Frekuensi melakukan penelitian tindakan kelas (PTK) 10 2 6 9 2 3,97
6. Frekuensi menulis artikel 10 2 6 9 2 3,24
7. Frekuensi membuat media pembelajaran 10 2 6 10 2 6,56
8. Frekuensi menggunakan media pembelajaran 10 2 6 10 2 6,65
9. Tingkat pencapaian kelulusan 10 2 6 10 4 7,95
10. Tingkat pencapaian kenaikan 10 2 6 9 2 5,61
11. Keikutsertaan dalam forum ilmiah 15 3 9 15 5 10,64
Sutikno, Studi Produktivitas Guru pada Sekolah Menengah Kejuruan 9

kat pencapaian kelulusan skor tertinggi atau 1,13% dalam kategori rendah. Jika
10, skor terendah 4, mean 7,95, termasuk dilihat dari indikator-indikator variabel
dalam kategori tinggi; (10) tingkat pen- produktivitas kerja guru ini, indikator
capaian kenaikan skor tertinggi 9, skor frekuensi melakukan penelitian tindakan
terendah 2, mean 5,61, termasuk dalam kelas (mean 3,97) dan frekuensi menulis
kategori sedang; dan (11) keikutsertaan artikel (mean 3,24) tergolong rendah.
dalam forum ilmiah skor tertinggi 15, Kemudian indikator tingkat kenaikan
skor terendah 5, mean 10,64, termasuk siswa dengan mean 5,61 dan indikator
dalam kategori tinggi. Tabel 2 menyaji- frekuensi membimbing PPL dan teman
kan skor dari setiap indikator. sejawat sebesar 5,94, yang keduanya ter-
Secara grafis, variabel produktivitas masuk kategori sedang. Sedangkan indi-
kerja guru disajikan pada Gambar 1. kator-indikator yang lain masuk dalam
Gambar histogram (dan poligon) tersebut kategori tinggi.
menunjukkan bahwa variabel produktivi- Hasil produktivitas kerja guru yang
tas kerja guru berdistribusi normal. Dari tergolong sedang di Malang Raya ini
gambaran tersebut dapat diinterpretasikan menunjukkan bahwa guru telah bekerja
karena nilai mean sebesar 73,11 maka untuk meningkatkan produktivitas kerja-
produktivitas kerja guru pada SMKN di nya, ini sesuai dengan ciri-ciri seorang
Malang Raya cenderung sedang. pegawai yang produktif (Timpe,1989).

Gambar 1. Skor Variabel Produktivitas Kerja

PEMBAHASAN Pertama, lebih dari memenuhi kualifikasi


pekerjaan, pengamatan yang khas adalah
Produktivitas kerja guru di SMKN
(1) cerdas dan dapat belajar dengan cepat;
Malang Raya mempunyai mean (rerata)
(2) kompeten secara profesional atau tek-
sebesar 73,11 atau 66,46% dengan stan-
nis; (3) kreatif dan inovatif, (4) mema-
dar deviasi 10,59, berada pada kategori
hami pekerjaaan; (5) bekerja dengan
sedang. Dari 264 guru yang dijadikan
“cerdik”, menggunakan logika, mengor-
responden ternyata hanya 5 orang atau
ganisasi pekerjaan dengan efisien, selalu
1,9% berada pada kategori sangat tinggi,
memperhatikan kinerja rancangan, mutu,
120 orang atau 45,45%% berada pada
kategori tinggi, 136 orang atau 51,51% kehandalan, pemeliharaan, kemananan,
pembiayaan, dan penjadwalan; (5) selalu
pada kategori sedang, dan sisanya 3 orang
10 TEKNOLOGI DAN KEJURUAN, VOL. 34, NO. 1, PEBRUARI 2011:112

mencari perbaikan tetapi tahu kapan Kelima, dapat bergaul dengan efektif.
harus berhenti; (6) dianggap bernilai oleh Pengamatannya yang khas adalah: (1)
atasannya; (7) mempunyai catatan pres- memperagakan kecerdasan sosial; (2) pri-
tasi yang berhasil; dan (8) selalu me- badi yang menyenangkan; (3) berkomu-
ningkatkan diri. nikasi dengan efektif (jelas dan cermat,
Kedua, bermotivasi tinggi, yang dalam terbuka terhadap saran dan pendengar
hal ini pengamatan yang khas adalah: yang baik); (4) bekerja produktif dalam
(1) dapat memotivasi diri sendiri; (2) te- rangka upaya tim; dan (5) memperagakan
kun; (3) mempuanyai kemauan keras sikap positif dan antusiaisme.
untuk bekerja; (4) bekerja efektif dengan Jika dilihat dari indikator perencanaan
atau tanpa atasan; (5) melihat hal-hal yang pembelajaran dan pelaksanaan pembel-
harus dikerjakan dan mengambil tindak- ajaran, guru-guru telah melasanakan de-
an yang perlu, (6) menyukai tantangan, ngan baik, ini sesuai dengan tugas-tugas
(7) selalu ingin bertanya; (8) memperaga- guru yang tertuang dalam tugas pokok
kan ketidakpuasan yang konstruktif dan dan fungsi guru. Jenis tugas guru sebagai-
selalu memikirkan perbaikan; (9) ber- mana yang tercantum dalam Peraturan
orientasi pada sasaran atau pencapaian Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 ten-
hasil; (10) selalu tepat waktu; (11) merasa tang Guru dan Pengawas Pasal 52, me-
puas jika telah mengerjakan dengan baik; liputi: (1) merencanakan pembelajaran;
(12) memberikan andil lebih dari yang (2) melaksanakan pembelajaran; (3) me-
diharapkan; dan (13) percaya bahwa kerja nilai hasil pembelajaran; (4) membimbing
wajar sehari perlu dimbangi dengan gaji dan melatih peserta didik; dan (5) melak-
wajar untuk sehari. sanakan tugas tambahan (Dirjen PMPTK).
Ketiga, mempunyai orientasi pekerja- Tetapi perlu dikaji juga, bahwa dalam
an yang positif. Hal ini dapat diamati temuan penelitian ini ada beberapa indi-
dari: (1) menyukai pekerjaannya dan kator yang mempunyai kategori rendah,
membanggakannya; (2) menetapkan stan- diantaranya penelitian tindakan kelas dan
dar yang tinggi; (3) mempunyai kebiasa- penulisan artikel atau makalah. Ini mem-
an kerja yang baik; (4) selalu terlihat buktikan bahwa guru-guru belum me-
dalam pekerjaannya; (5) cermat, dapat di- lakukan penelitian tindakan kelas (PTK)
percaya, dan konsisten; (6) menghormati secara konsisten dan berkesinambungan,
manajemen dan tujuannya; (7) mempu- sifatnya masih insidental. Temuan ini
nyai hubungan baik dengan manajemen; membuktikan bahwa guru-guru belum
(7) dapat menerima pengarahan; dan melaksanakan Peraturan Pemerintah No-
(8) luwes dan dapat menyesuaikan diri. mor 74 Tahun 2008 tentang Guru dan
Keempat, dewasa, yang dalam hal ini Pengawas, diantaranya: (1) prestasi aka-
pegawai yang dewasa memperlihatkan demik, misalnya karya akademik, dan
kinerja yang konsisten. Kedewasaan pe- karya monumental di bidang pendidikan;
gawai dapat diamati melalui: (1) integri- (2) karya pengembangan profesi, seperti
tas tinggi; (2) mempunyai rasa tanggung penulisan artikel, pembuatan dan peng-
jawab yang kuat; (3) mengetahui kele- gunaan media pembelajaran, pembuatan
mahan atau kekuatan sendiri; (4) mandiri, alat pembelajaran, dan penelitian tindakan
percaya diri, dan disiplin diri; (5) pantas kelas; dan (3) keikutsertaan dalam forum
memperoleh harga diri; (6) mantap secara ilmiah; yang meliputi peran sebagai pe-
emosional dan percaya diri, (7) dapat be- makalah atau peserta (Dirjen PMPTK,
kerja efektif di bawah tekanan; (8) dapat 2009; Mulyasa, 2008; Depdiknas; 2009;
belajar dari pengalaman; dan (9) mem- dan Suparlan; 1995).
punyai ambisi yang kuat.
Sutikno, Studi Produktivitas Guru pada Sekolah Menengah Kejuruan 11

SIMPULAN DAN SARAN Penelitian. Yogyakarta: Lembaga Pe-


nelitian IKIP Yogyakarta.
Berdasar hasil analisis data, simpulan
Benke, R.L. & Roof, B.M. 1990. Scho-
penelitian ini sebagai berikut: (1) produk-
larship Productivity and Teaching
tivitas kerja guru pada SMKN di Malang
Accounting, ABII Inform Research,
Raya dalam kategori sedang; (2) penyusun-
(Online), Vol. 72, No. 6; (http://-
an rencana pembelajaran dalam kategori
proquest.umi.com/, diakses 15 Okto-
sangat tinggi, (3) melaksanakan pembel-
ber 2009).
ajaran dalam kategori sangat tinggi, (4)
Departemen Pendidikan Nasional. 2009.
frekuensi membimbing siswa dalam kate-
Pedoman Pelaksanaan Tugas Guru
gori tinggi, (5) frekuensi membimbing
dan Pengawas. Jakarta: Direktorat
PPL dan teman sejawat dalam kategori
Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik
sedang; (6) frekuensi melakukan peneliti-
dan Tenaga Kependidikan Departe-
an tindakan kelas (PTK) dalam kategori
men Pendidikan Nasional.
kurang; (7) frekuensi menulis artikel da-
Departemen Pendidikan Nasional. 2007.
lam kategori kurang; (8) frekuensi mem-
Undang-undang Republik Indonesia
buat media pembelajaran dalam kategori
Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
tinggi; (9) frekuensi menggunakan media
Pendidikan Nasional. Jakarta: Cemer-
pembelajaran dalam kategori tinggi; (10)
lang Publisher.
tingkat pencapaian kelulusan dalam kate-
Dirjen PMPTK. 2009. Pedoman Pelaksa-
gori tinggi; (11) tingkat pencapaian ke-
naan Tugas guru dan Pengawas.
naikan dalam kategori sedang; dan (12)
Jakarta: Direktorat Jenderal Pening-
keikutsertaan dalam forum ilmiah dalam
katan Mutu Pendidik dan Tenaga Ke-
kategori tinggi.
pendidikan Departemen dan Tenaga
Berdasar temuan penelitian, saran-
Kependidikan Depdiknas .
saran yang disampaikan adalah: (1) guru-
Handoko, T. 1997. Manajemen. Jakarta:
guru SMKN di Malang Raya perlu me-
BPFE.
ningkatkan produktivitas kerjanya, khu-
Massy, W.F & Wilger, A.K. 1995. Im-
susnya untuk penelitian tindakan kelas
proving productivity. Change,Vol. 27,
(PTK), penulisan artikel, dan kualitas
serta kuantitas membimbing PPL dan No. 4, (http://proquest.umi.com/, di-
akses 5 Nopember 2009).
teman sejawat; dan (2) pimpinan, dalam
Melissa, K. 2008. Tugas-tugas Guru.
hal ini kepala sekolah dan pengambil
(Online). (http://712educators.about.-
kebijakan di atasnya, perlu memberikan
com/od/teachingstrategies/tp/teaching
dukungan, motivasi, dan fasilitas pada
_tasks.htm, diakses 20 Mei 2010).
guru-guru agar mampu melakukan pene-
Miller, J. F. 2002. Motivating People,
litian, penyusunan makalah, penyusunan
Executive Excellence, Vol. 19, No. 12,
buku ajar untuk membantu peningkatan
December 2002.
pembelajaran kepada siswa.
Mulyasa, E. 2008. Standar Kompetensi
dan sertifikasi Guru. Bandung: Re-
DAFTAR RUJUKAN maja Rosdakarya.
Arikunto, S., Wuraji, Aswani Syujud, Rachmad. 2009. Sepuluh Penyakit Guru.
dan Satiman. 1996. Iklim Organisasi Radar Malang, 5 Agustus 2009.
Sekolah Dasar dan Motivasi Mengem- Reiger, R.C. & Stang, J. 2000. Manage-
bangkan Mutu Profesional Guru Hu- ment and Motivation: An Analysis of
bungannya dengan Semangat Kerja Productivity in Educations and Work-
Mengajar Guru se-Jawa, Laporan place. Educational, Vol. 121, No.1,
12 TEKNOLOGI DAN KEJURUAN, VOL. 34, NO. 1, PEBRUARI 2011:112

(http://proquest.umi.com/, diakses 5 Pendidikan (Cetakan ketiga). Jakarta:


Nopember 2009). Bumi Akasara.
Reina, V.K. 1997. In Search Saraswati: A Timpe, A.D. 1989. Seri Manajemen Sum-
Study of the Professional Productivity ber Daya Manusia: Produktivitas.
of Indian teacher Educators. Journal Terjemahan oleh Dimas Samudra
Education for Teaching, (Online), Rum dan Soesanto Boediono. 1992.
Vol. 23, No. 2, (http://proquest.umi.- Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
com/, diakses 3 Nopember 2009). Tolla, I. 1991. Kajian tentang Peranan
Schippers, U. & Patriana, D.M. 1994. Supervisi Kepala Sekolah dalam
Pendidikan Kejuruan Indonesia. Ban- Meningkatkan Produktivitas Kerja
dung: PT. Angkasa. Guru SMA di Sulawesi Selatan.
Sinungan, M. 1997. Produktivitas: Apa Laporan Penelitian. Ujung Pandang:
dan Bagaimana. Jakarta: Mumi Ak- IKIP Ujung Pandang.
sara. Usa, L.O. 2002. Hubungan antara Peran
Suparlan. 1997. Menjadi Guru Efektif. Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam
Yogyakarta: Hikayat Publishing. Pengelolaan Kurikulum, Motivasi Ker-
Sutikno, T.A. (2009). Indikator Produk- ja Guru dengan Produktivitas Kerja
tivitas Kerja Guru Sekolah Menengah Guru SMAN di kabupaten Muna.
Kejuruan. Teknologi dan Kejuruan, Tesis tidak diterbitkan. Malang: PPS
(Jurnal Teknologi, Kejuruan, dan UM.
Pengajarannya), 32 (1): 107– 118. Winardi. 2000. Kepemimpinan dalam
Uno, H.B. 2007. Teori Motivasi dan Manajemen. Jakarta: Rineka Cipta.
Pengukurannya: Analisis di Bidang

Anda mungkin juga menyukai