Systemic Inflammatory Response Syndrome adalah suatu bentuk respon peradangan terhadap
adanya infeksi bakteri, fungi, ricketsia, virus, dan protozoa. Responperadangan ini timbul ketika
sistem pertahanan tubuh tidak cukup mengenali atau menghilangkan infeksi tersebut.
Systemic Inflammatory Response Syndrome ditegakkan bila didapatkan minimal dua dari empat
kriteria berikut (salah satunya harus berupa suhu atau hitung leukosit abnormal).
•Takikardi dengan denyut jantung > 2 SD di atas normal berdasarkan usia (tanpa stimulus eksternal,
pengaruh obat, atau stimulus nyeri) atau peningkatan denyut jantung yang menetap selama >0.5
jam tanpa sebab jelas. Pada anak < 1 tahun termasuk juga bradikardi, didefinisikan sebagai rerata
denyut jantung <P 10 berdasarkan usia (tanpa stimulus vagal eksternal, obat penghambat beta
penyakit jantung bawaan, atau penurunan denyut jantung yang menetap selama >0.5 jam tanpa
sebab jelas).
•Rerata laju napas >2 SD di atas normal berdasarkan usia atau menggunakan ventilator karena
proses akut (bukan berhubungan dengan penyakit neuromuskular atau obat-obat anestesi umum)
PATOFISIOLOGI SEPSIS
Perubahan sistemik yang dapat dialami pasien terjadi pada saatlipopolisakarida binding protein
mulai terikat pada struktur yang berasaldari patogen dan dipresentasikan pada tempat pengikatan
monosit ataumakrofag. Dari kedua jenis sel ini dapat dilepaskan sitokin dan yangprimer adalah
tumor nekrosis faktor α (TNF-α), interlekuin 1 (IL 1), IL 6,dan IL 8. Mediator primer ini selanjutnya
merangsang pelepasan mediatorsekunder seperti prostaglandin E2 (PGE2), Tromboksan A2 (TXA2),
platelet activating factor (PAF), peptida vasoaktif seperti bradikinin dan angiotensin, intestinal
vasoaktif peptida serta histamin dan serotonin disamping zat-zat lain yang dilepaskan yang berasal
dari komplemen.
Sitokin berfungsi untuk mempercepat penyembuhan luka danpenetralan patogen. Respon sitokin
harusnya berangsur-angsurdideregulasi untuk akhirnya dapat menghentikan efek yang
telahdigulirkan. Kesulitan kadang-kadang dapat dialami tubuh untukmengembalikan homeostasis ini
dan bila semua pengendalian hilangsuatu reaksi sistemik yang dahsyat akan dialami tubuh sendiri.
Lipopolisakarida (LPS) langsung dapat mempengaruhi faktor XIIdan memicu pengaktifan sistem
koagulasi. Kaskade koagulasi yangberujung pada DIC dan fibrinolisis bersama tissue faktor
teraktivasimenyebabkan multiple organ failure mengingat pula bahwa aktivasineutrofil baik secara
langsung oleh LPS maupun sistem kompolemen dapat menyebabkan kerusakan endotel saat terjadi
degranulasi, agregasi dan adhesi. Pelepasan bradikinin yang berujung pada vasodilatasi dan
bersamanitric oksida (NO) yang meningkat akibat hipoksemia jaringan berujungpada hipotensi dapat
juga diinduksi faktor XII. Pengaruh yang membahayakan lainnya dari LPS dan produksejenis adalah
terjadinya pangaktifan sistem komplemen yang dapatmenyebabkan kebocoran kapiler, edema organ
vital danmigrasi/akumulasi serta aktivasi neutrofil.Peran trombosit pada kaskade sepsis belum
diketahui pasti, namundiduga pada endotel rusak dapat menginduksi vasokontrikasi dan
jugastimulasi netrofil. Pada endotel utuh, zat yang menghasilkan trombosit(ADP, ATP) dan serotonin
(5-HT) akan menyebabkan pelepasanEndoteliun Derived Relaxing Factor (EDRF) dan prostasiklin
(PGI2). Halserupa akan tejadi setiap kali terbentuk trombin. EDRF yang dilepasmerelaksasi otot polos
vaskular dan melebarkan pembuluh sehinggamembilas mikroagregat.
Perkembangan paling mutakhir dalam masalah sepsis meliputipengenalan sinyal terhadap mikroba
dari sistem imun yang dapat memberirespon melalui apa yang disebut dengan toll-like
receptor (TLRs). Mutasi pada reseptor ini pada hewan percobaan dapat mengakibatkan kematian
pada sepsis yang berhubungan dengan mutasi pada gen 4 TLR. Gen ini juga ditemukan pada manusia
sehingga kemungkinan kerentanan terhadap infeksi dan sepsis akan dapat dialami pasien yang
memiliki ciri genetik ini.
Teori yang menyebutkan bahwa kematian yang disebabkan sepsisadalah peran dari overstimulasi
sistem imun berdasarkan penelitian padahewan yang tidak menggambarkan gambaran klinik pada
manusia.Penelitain-penelitian ini menggunakan dosis endotoksin dan bakteri yangbesar; sebagai
konsekuensinya kadar sitokin yang bersirkulasi sepertitumor necrosis faktor α (TNF-α) lebih tinggi
pada hewan dibandingkanpada pasien dengan sepsis.