Anda di halaman 1dari 49

LAPORAN KASUS

OSTEOMIELITIS PADA ANAK


Oleh :
Fuad Iqbal Elka Putra
Hesti Ariyanti

PRECEPTOR :
dr. Kumbang, Sp.OT

SMF ILMU BEDAH


RUMAH SAKIT UMUM JENDRAL AHMAD YANI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG
2018
Pendahuluan
insidensi osteomielitis adalah 1 dari 5000 orang.
Osteomielitis sering ditemukan pada usia dekade I-II,
tetapi dapat pula ditemukan pada bayi. Prevalensi
osteomielitis setelah terjadinya trauma kaki bisa
meningkat 16% jika dibandingkan antara laki-laki dan
perempuan kira kira 2:1. Angka kematian yang
disebabkan oleh osteomielitis rendah, biasanya
disebabkan sepsis atau kondisi medis serius yang
menyertai.
Identitas pasien
Nama : an. A MRS : 17/12/17
Jenis kelamin : laki-laki No RM : 311072
Tanggal lahir : 10/07/07 Pukul : 18.10 WIB
Usia : 10 tahun Ruang : bedah bawah
Agama : Islam
Suku : lampung
Alamat : Sukadana
ALOANAMNESIS
Keluhan Utama

• Nyeri pada luka bekas operasi

Keluhan Tambahan

• Demam dan keluar nanah dari luka bekas operasi


RPS
• 7 bulan yang lalu terjatuh dari motor, kaki kanan bengkak dan sulit digerakkan.
Pasien mengalami patah tulang kering kanan. Patahan tulang menonjol ke
permukaan. Os dibawa ke RS Sukadana. dirawat 1 hari kemudian pasien dirujuk ke
RSAY Metro untuk dilakukan operasi pemasangan “pen” pada tulang kering kaki
kanan. Pasien melakukan kontrol ke poliklinik bedah setiap bulan.  setelah 5 bulan
operasi pasien mengeluhkan kaki kanan terasa bengkak dan nyeri saat ditekan, dan
terkadang keluar cairan dari luka yang masih terbuka. Os diperiksa di poliklinik dan
dikatakan adanya infeksi, os mendapatkan terapi rawat jalan. Saat masuk RS, masih
terdapat nan yang keluar dari luka bekas operasi yang masih terbuka, nyeri (+),
demam (+), darah (-), gangguan gerak (-). Kemudian pasien dirawat inap untuk
dilakukan operasi.

RPD
• Tidak ada

RPK
• HT (-), DM (-)keganasan tulang (-) TB(-)
Pemeriksaan fisik

Keadaan Umum : TSS


Kesadaran : CM
Kepala : normocephal, CA-/- SI-/-, rinorhea (-) konka
TD :- edem (-) mukosa hidung merah muda, otore (-) liang
HR : 90x/menit telinga sempit (-) membran timpani intak, bibir kering (-
) sianosis (-), T1-1 faring hiperemis (-)
RR : 28x/menit
Leher : deviasi trakea (-), pembesaran limfonodi (-)
T : 37,7

Kesan: kepala leher dalam batas normal


Kesan: tanda-tanda vital dalam batas normal
Pulmo : simetris, fremitus ka= ki, sonor +/+,
vesikuler+/+ Abdomen: datar, venektasi (-), jejas (-), BU
cor : ictus cordis teraba di SIC V LMCS, (+), timpani (+), Supel (+), hepar lien tidak
thrill (-), pekak, BJ I-II reguler, gallop (-), teraba
murmur (-)
Kesan: abdomen dalam batas normal
Kesan thorax dalam batas norml

Status lokalis
Ekstremitas Superior
Inferior Look : pada kaki kanan bawah terdapat luka
bekas operasi yang terbuka. Pus (+)
Sianosis -/- -/-
perdarahan (-), edema (+), hiperemis(+)
Edema -/- -/- hematoma (-)
CRT <2”/<2’’ <2’’/<2’’ Feel : suhu sama dengan daerah sekitarnya,
Pulsasi a dorsalis pedis +/+ +/+ nadi/pulsasi distal pada fraktur (+) nyeri
tekan (+), sansabilitas (+), CRT <2 detik
Sensibilitas +/+ +/+
Move : gerakan terbatas, nyeri gerak aktif
Motorik 5/5 4/5
(+), nyeri gerak pasif (+), gerakan jari-jari (+)
Pemeriksaan penujang
• Pemeriksaan laboratorium

Darah lengkap hasil Nilai normal


Hb 13,7 g/dl 13,0 – 16
Lekosit 9,4 ribu/mm3 4.0 – 11.0
Eritrosit 4,87 juta/mm3 4,00-5,40
Trombosit 367 ribu/mm3 150 – 400
Bleeding time 1’ 30”
Cloting time 14’ 00”
• Foto rongent cruris dextra post ORIF
Kesan :
• fraktur tibia plateau
dekstra dalam fiksasi
interna i plate dan 9
screw, aposisi dan
alignment cukup
• ujung drain pada
proyeksi hole ke 2
proksima
• Foto rongent thorax

Kesan :
• Pulmo normal, tak tampak
tanda-tanda pneumothorax
maupun hemothorax
• besar cor tidak valid dinilai,
os ekspirasi
• sistema tulang intak, tak
tampak fraktur maupun
dislokasi tulang
Diagnosis

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan Penunjang
Anamnesis

Demam nyeri tekan Lekosit meningkat


Mengeluarkan Oedem LED menigkat
nanah Hiperemis CRP meningkat
Anak kesulitan Teraba hangat Kultur darah dan
tegak secara normal tulang
atau menolak untuk kesukaran gerak
disentuh tungkainya dari ekstremitas Radiologi
dan anak akan yang terkena
Ada riwayat infeksi
yang baru terjadi
•Osteomielitis
Diagnosis tibialis dextra
Tatalaksana
• IVFD RL → 20 tpm
• Inj. Cefotaxime 1 g/12 jam/IV
• Pro debridement
• Tirah baring
• mobilisasi
Tinjauan Pustaka

OSTEOMIELITIS
Invasi mikroorganisme
Definisi : Infeksi sumsum tulang dan tulang
disebabkan oleh inokulasi langsung atau oleh
organisme dengan perantara darah

• Hematologis
• Invasi direk (luka, pembedahan, fraktur terbuka)
• Tipe organisme (virulensi)
• Lokasi infeksi
• Respon imun
Etiologi
Osteomielitis hematogen :
• <4 bulan : S aureus, Enterobacter species, dan group A and B
Streptococcus species.
• 4 bulan-4 tahun : S aureus, group A Streptococcus species, Haemophilus
influenzae, dan Enterobacter species
• 4 tahun-dewasa : S aureus (80%), group A Streptococcus species, H
influenzae dan Enterobacter species
• Pathogen lain yang dilaporkan dalam inflamasi tulang dan sendi meliputi
communityassociated methicillin-resistant Staphylococcus aureus (MRSA),
dan Kingella kingae
Direct osteomyelitis
• a. Generally - S aureus, Enterobacter species, and Pseudomonas species
• b. Melalui luka : S aureus and Pseudomonas species
Infeksi pada tulang
• Osteomielitis piogenik (non-spesifik)
• Arthritis piogenik (septik arthritis)
• Infeksi granulomatosa (spesifik)
• Infeksi jamur (jarang)
Osteomielitis Hematogenik Akut
(OHA)
• Pada anak-anak
• Kausa : Staphylococcus aureus, Haemofilus
influenza (bayi dan balita ), Salmonella (pd
sickle cell anaemia)
• Pada IVDA (Intra Venous Drug Abuser ) :
organisme lain
Patofisiologi
• Invasi bakteri dalam darah (luka, IV, dll ) 
metafisis (hairpin arrangement, slow flow )
• Bayi  bisa epifisis
• Dewasa  dimana saja
Patologi
• Awal : inflamasi akut  tek intraosseus ↑ 
obtruksi aliran darah ↑  nyeri hebat
• Formasi pus  kanal Volkmann  ke
permukaan tulang  abses subperiosteal 
jaringan lunak subkutis
• Pada bayi : pus  epifisis  sendi  Septik
arthritis
• Pada anak : ingat metafisis intrakapsular
(siku, kolum humeri/femur)
Patologi
• Tek intraosseus ↑  stasis vaskuler 
thrombosis infektif  periosteum terlepas
(stripping)  gangguan suplai darah ↑ 
bagian dari tulang nekrosis (= sekuester) 
iritasi foreign-body kontinu  supurasi
kontinu  fistula (sinus)
• Sekuester kecil dapat terdorong keluar
melalui sinus
• Sekuester besar tertahan dalam tulang
Patologi
• Periosteum  tulang baru  menebal 
involukrum  tumbuh menutupi sekuestra,
jaringan terinfeksi
• Bila supurasi berlanjut  perforasi pada
involukrum ( = kloaka )  fistula permukaan
kulit  osteomielitis kronik
• Infeksi tidak terkontrol  involukrum tidak
adekuat  fraktur patologis
• Infeksi terkontrol  involukrum adekuat
Patologi
• Inflamasi
• Supurasi
• Nekrosis
• Formasi tulang baru
• Resolusi
Tampilan klinis
• Anak
• Demam, nyeri, malaise, sepsis
• Riwayat : lesi kulit, faringitis
• Pseudoparesis ekstremitas, ‘fingertip
tenderness’.
• Lokal : nyeri tekan, hangat, edema
• Bayi : fails to thrive 
Gambaran radiologis
• Normal pada 10 hari pertama
• Rarefaksi metafisis
• Formasi tulang baru pada periosteum
• Sklerosis
• Sekuestra
Laboratorium + Investigasi lanjut
• Lekositosis
• Kultur darah positif
• Bone scanning
• CT scanning
• MRI tanpa / dengan kontras Gadolinium
(Gd)
Komplikasi
• Penyebaran : arthritis septik, osteomielitis
metastatik ( jarang )
• Gangguan pertumbuhan tulang
• Infeksi persisten
Penanganan/Terapi
• Kultur aspirat/darah
• Pewarnaan Gram aspirat
• Perbaiki KU (balans cairan, transfusi)
• Imobilisasi (traksi, bidai)
• Antibiotika i.v. SEGERA !!!
• Mulai dengan sefalosporin spektrum luas
• Analgetika
• Drainase
Penanganan/Terapi

• ANTIBIOTIKA
• ANALGETIK
• IMOBILISASI
• DRAINASE
Penanganan/Terapi Lanjut
• Debridemen
• Sekuesterektomi
• Ingat ! Jangan mengganggu stabilitas
tulang (involukrum harus adekuat)
• Bone graft kalau perlu
Ostemielitis Hematogenik Subakut
• Virulensi kurang
• Sering pada proksimal tibia dan distal femur
• Anak / remaja
• Abses Brodie (lesi oval, dengan keliling
sklerosis)
• DD/ Osteoid osteoma
Osteomielitis pasca
trauma
• Tersering pada fraktur terbuka
• Demam, nyeri, bengkak daerah #, sinus dg
discharge seropurulen
• Lekositosis, LED ↑
• Evaluasi proses penyembuhan tulang
o Terganggu
o Tidak terganggu
Osteomielitis Kronik
• Sequel dari OHA
• Pasca # terbuka
• # tertutup pasca ORIF
Patologi
• Infeksi tulang  dead bone  sequester
dikelilingi tulang padat (sklerosis)  pus 
sinus
• Infeksi akut rekuren, kronik, bertahun-tahun
(> 20 tahun)
Tampilan klinis
• Demam
• Lokal : nyeri, kemerahan, bengkak, sinus,
discharge +/-
Radiologis
• Area rarefaksi dengan sklerosis sekitarnya
• Sekuestra +
• Sinogram +
• Bone scanning (Te 99)
• CT scanning
• MRI
Klasifikasi Cierny & Madder
Klasifikasi Berdasarkan Cierny-Mader

Tipe Anatomi
Stadium 1: osteomielitis medular
Stadium 2: osteomielitis superfisial
Stadium 3: Osteomielitis terlokalisasi
Stadium 4: Osteomielitis difus

Kelas Fisiologis
Host A : host normal
Host B :
- Membahayakan secara sistemik :
malnutrisi, gagal ginjal dan hepar, hipoksia kronik, keganasan, usia ekstrim,
imunosupresi/ neuropati, imunodefisiensi
- Membahayakan secara lokal :
limfedema kronik, stasis venosa, arteritis, fibrosis radiasi, merokok
- Membahayakan secara sistemik dan lokal
Host C :
Hasil penatalaksanaan berpotensi lebih buruk dibandingkan keadaan sebelum
penanganan
Terapi
• Konservatif : AB  infeksi terkontrol  bony
healing tak terganggu
• Operatif :
o Bony healing terganggu
o Sekuesterektomi
o Revaskularisasi
Daftar Pustaka
• Solomon L. Infection. Apley’s System of Orthopaedics and Fracture, 8th edition. New York:
Oxford University Press, 2001.
• Ladd A, Jones HH, Otanez O. Osteomyelitis. Stanford university Medical Media, 2003.
• Luca Lazzarini, Jon Mader, dan Jason Calhoun. 2004. Journal Osteomyelitis in Long Bones.
http://www.ejbjs.org/cgi/reprint/86/10/2305.pdf [diakses 24 Oktober 2010]
• King RW, Jonshon D. Osteomyelitis, 2009. Available at http://www.emedicine.com. [diakses 24
Oktober 2010]
• Brunicardi FC. Orthopaedic. In: Schwartz’s Pronciple of Surgery, 8th edition. McGraw-Hill
Companies, 2007.
• Rasjad C. Pengantar Ilmu Ortopedi. Makasar: Bintang lamumpatue,2003;7,9,11,132-153.
• Carek PJ, Dickerson LM, Sack JL. Diagnosis and Management of Osteomyelitis. American Family
Physician 2001; Vol 63(12):1-8.
• Lew DP, Waldvogel FA. Osteomyelitis. The New England Journal of Medicine, 1997; 336(14):999-
1007.
• William NS, Bulstrode CJ, O;Connel PR. Disease of Bone and Joints: infection. In: Bailey & love
Short Practice of Surgery. 25th edition. London: 2008.
• Rasjad C. Sistem Muskuloskletal. In: Sjamsuhidayat R, De Jong W(editors). Buku Ajar Ilmu Bedah,
edisi 2. Jakarta: EGC. 2005. 903-7.
• Chew FS, Schulze ES, Mattia AR. Osteomyelitis. Radiologic-phatologic conferences of
Massachusetts General Hospital. AJR 1994;162:942
• Dugdale DC. Osteomyelitis. Available at http://www.medlineplus.com. [diakses 24 Oktober
2010]
• Stead AG, Sread SM, Kaufman MS, Kent TS. First Aid for the Surgery Clerkship. Boston: McGraw-
Hill, 2003. 473-5.

Anda mungkin juga menyukai