Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH SOSIOLOGI ANTROPOLOGI GIZI

KEBUDAYAAN MAKAN ORANG MAKASSAR

DI SUSUN OLEH :

1. NINA PETRINA D ( )

2. NOVITA INAWATI ( )

3. NURANI ARUM ( )

4. NURUL ISTIQOMAH ( )

5. OKSIANI SRI PURWANTO ( )

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

TAHUN AJARAN 2010 / 2011


KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkah rahmat,
hidayah dan petunjuk-Nya jualah sehingga penyusunan Makalah Karakteristik Dan
Budaya Makan Makassar ini dapat terselesaikan.

Makalah ini disusun dalam rangka memperdalam pemahaman tentang pola


makan dan kebudayaan makan masyarakat setempat dan sekaligus menjadi tugas
mahasiswa mata kuliah Sosiologi Antroplogi. Makalah ini merupakan gambaran
umum mengenai, karakteristik, kebiasaan dan pola makan masyarakat setempat.

Demikianlah makalah ini kami susun dengan segala keterbatasannya. Kritik


dan saran dari berbagai pihak demi kesempurnaan makalah ini sangat kami hargai.
Tak lupa pula kami ucapkan terimakasih serta penghargaan yang setinggi –
tingginya kepada semua pihak yang telah terlibat dalam penyusunan makalah ini,
dan kami berharap makalah ini dapat bermanfaat.

Semarang. 1 Desember 2010

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 2

BAB I

PENDAHULUAN 4

Latar Belakang 4

Rumusan Masalah 4

Tujuan Penulisan 4

BAB II

KARAKTERISTIK KOTA MAKASSAR 5

Geografi 5

Sejarah 6

Budaya 7

Religi 8

Mata pencaharian 8

BAB III

POLA DAN BUDAYA MAKAN di MAKSSAR 10

Pola Makan 10

Budaya Makan di Makassar 14

Makanan Khas Makassar 15

BAB IV

KESIMPULAN 20

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seperti yang kita ketahui Indonesia terdiri dari banyak pulau dan banyak
suku yang masing-masing mempunyai budaya yang berbeda-beda. Diantaranya
pulau Sulawesi yang salah satu provinsinya adalah Sulawesi Selatan, yang
beribu kota di Makassar. Karakter-karakter dari masing-masing daerah tersebut
berbeda-beda sehingga dapat menjadi suatu ciri khas dari daerah tersebut.
Kebudayaan suatu daerah juga dapat mempengaruhi kebiasan makan dalam
daerah tersebut.
Dari kebudayaan yang menghasilkan kebiasaan tersebut dapat dilihat
karakteristik serta budaya makan dari daerah tersebut. Setiap daerah memiliki
karakteristik makan yang berbeda-beda seperti hal nya Makassar yang juga
memiliki karakteristik tersendiri. Karakteristik tersebut tidak timbul begitu saja
tetapi bertahap dari nenek moyang hingga sekarang. Karakteristik tersebut
timbul karena banyak hal yang mempengaruhinya diantaranya sejarah, keadaan
alam, serta cara pandang masayarakat dari kota Makassar.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas, maka dapat
merumuskan masalah-masalah berikut :
1. Bagaimana karakteristik kota Makassar ?
2. Bagaimana budaya makan masyarakat Makassar?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Tujuan Umum
Sebagai syarat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Sosiologi
Antropologi Gizi tahun akademi 2010/2011.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui karakteristik dari kota Makassar.
b. Mengetahui budaya makan dari masyarakat Makassar.

4
BAB II

KARAKTERISTIK KOTA MAKASSAR

2.1 Geografi

Kota Makassar mempunyai posisi strategis karena berada di persimpangan


jalur lalu lintas dari arah selatan dan utara dalam propinsi di Sulawesi. Wilayah
kota Makassar berada koordinat 119 derajat bujur timur dan 5,8 derajat lintang
selatan dengan ketinggian yang bervariasi antara 1-25 meter dari permukaan
laut. Kota Makassar merupakan daerah pantai yang datar dengan kemiringan 0
- 5 derajat ke arah barat, diapit dua muara sungai yakni sungai Tallo yang
bermuara di bagian utara kota dan sungai Jeneberang yang bermuara di
selatan kota. Luas wilayah kota Makassar seluruhnya berjumlah kurang lebih
175,77 Km² daratan dan termasuk 11 pulau di selat Makassar ditambah luas
wilayah perairan kurang lebih 100 Km².Jumlah kecamatan di kota Makassar
sebanyak 14 kecamatan dan memiliki 143 kelurahan.
Kota Makassar berdekatan dengan sejumlah kabupaten yakni sebelah utara
dengan kabupaten Pangkep, sebelah timur dengan kabupaten Maros, sebelah
selatan dengan kabupaten Gowa dan sebelah barat dengan Selat Makassar.
Dari penjelasan tersebut da[pat disimpulkan kota Makassar sangat strategis
dilihat dari sisi kepentingan ekonomi maupun politik. Dari sisi ekonomi,
Makassar menjadi simpul jasa distribusi yang tentunya akan lebih efisien
dibandingkan daerah lain. Saat ini Kota Makassar dijadikan inti pengembangan
wilayah terpadu Mamminasata.
Jumlah penduduk Kota Makassar tahun 2003 tercatat sebanyak 1.160.011
jiwa. Pada tahun 2004 penduduk Kota Makasar tercatat sebanyak 1.179.023
jiwa. Penyebaran penduduk Kota Makassar menunjukkan bahwa penduduk
masih terkonsentrasi di wilayah kecamatan Tamalate, disusul kecamatan
Rappocini, kecamatan Panakkukang, dan yang terendah kecamatan Ujung
Pandang.
Ditinjau dari kepadatan penduduk per km persegi, kecamatan Makassar
yang terpadat yaitu 31.408 jiwa per km persegi. Wilayah-wilayah yang

5
kepadatan penduduknya masih rendah masih memungkinkan untuk
pengembangan daerah pemukiman. Kota ini termasuk dalam zona waktu WITA
dan juga memiliki kode wilayah +62 411.

2.2 Sejarah
Awal kota dan Bandar Makassar berada di muara sungai Tallo dengan
pelabuhan niaga kecil di wilayah itu pada penghujung abad XV. Karena semakin
inytensifnya kegiatan pertanian dihulu sungai Talloo, mengakibatkan
pendangkalan sungai Tallo, sehingga Bandar nya dipindahkan ke muara sungai
Jeneberang, disinilah terjadi pembangunan kekuasaan kawasan istana oleh
para ningrat Gowa-Talo yang kemudian membangun pertahanan benteng
Somba Opu, yang untuk selanjutnya 100 tahun kemudian menjadi wilayah inti
kota Makassar.
Komoditi ekspor utama Makassar adalah beras, yang dapat ditukar dengan
rempah-rempah di Maluku maupun barang-barang manufaktur asal timur
tengah, India dan Cina di Nusantara barat. Dalam hanya seabad saja, Makassar
menjadi salah satu kota niaga terkemuka dunia yang dihuni lebih 100000 orang
(dan dengan ini termasuk ke-20 kota terbesar dunia. Pada zaman itu jumlah
penduduk Amsterdam, kota terbesar musuh utamanya, Belanda, baru mencapai
60000 orang) yang bersifat kosmopolitan dan multikultural. Ketika Malaka
diambil aliholeh kompeni dagang Belanda VOC pada tahun 1641, sekian banyak
pedagang Portugis ikut berpindah ke Makassar.
Akibat dari interaksi dengan komunitas kota yang kosmopolitan
menyebabkan sebuah “creative renaisance” yang menjadikan bandar Makassar
salah satu pusat ilmu pengetahuan terdepan pada zamannya.
Selanjutnya Makassar jatuh ke tangan VOC yang menyebabkan Bandar
perdagangannya lumpuh. Pada tahun 30an pelabuhan Makassar dibuka bagi
kapal-kapal dagang Cina. Adanya pasaran baru itu mendorong kembali aktivitas
maritim penduduk kota dan kaawasan Makassar, terutama penduduk pulau-
pulau dikawasan Spermonde mulai menspesialisasikan diri sebagai pencari
teripang. Sampai sekarang, hasil laut masih merupakan salah satu mata
pencaharian utama bagi penduduk pulau-pulau dalam wilayah kota Makassar.

6
Setelah VOC bangkrut pada akhir abad ke-18, Makassar dihidupkan kembali
dengan menjadikannya sebagai pelabuhan bebas pada tahun 1846. Kota
Makassar berkembang dari sebuah pelabuhan backwater menjadi kembali suatu
bandar internasional. Abad ke-19 dijuluki “kota kecil terindah diseluruh Hindia
Belanda” dan menjaadi salah satu port of call utama bagi para pelaut pedagang
Eropa, India, dan Arab.
Sifat asli Makassar emakin menghilang dengan kedatangan warga baru dari
daerah-daerah pedalaman yang berusaha menyelamatkan diri dari kekacauan
akibat berbagai pergolakan pasca revolusi. Hal ini dicerminkan dalam
penggantian nama kota menjadi Ujing Pandang berdasarkan julukan
“Jungpandang”. Pada tahun 1999 kota ini dinamakan kembali Makassar,
tepatnya 13 Oktober berdasarkan peraturan pemerintah nomer 86 tahun 1999.

2.3 Budaya
2.3.1 Sitem Adat
Orang Makassar yang tinggal di daerah pedesaan masih terkait
norma-norma yang keramat dan sifatnya sakral, biasa disebut
panngaderreng. Sistem adat ini terbagi menjadi 5 unsur yaitu :
1. Ade, terbagi menjadi dua
a. Ade akkalabinengeng
Unsur ini mengenai hal ikhwal perkawinan serta hubungan
kekerabatan dan sopan santun dalam pergaulan antar kerabat.
b. Ade tana
Unsur ini mengenai hal ikhwal bernegara dan memerintah suatu
negara berwujud hukum negara, hukum antarnegara, serta
etika dan pembinaan insan politik.
2. Bicara
Adalah konsep yang bersangkutpaut dengan peradilan.
3. Rapang
Berarti contoh, perumpamaan, atau analogi. Berisi pandangan-
pandangan keramat untuk mencegah tindakan-tindakan yang
bersifat gangguan terhadap hakl milik, serta ancaman terhadap
warga negara.

7
4. Wari
Adalah unsur yang mengklasifikasikan segala benda, peristiwa, dan
aktivitas dalam kehidupan bermasyarakat.
5. Sara
Unsur yang mengandung pranata-pranata dan hukum Islam, serta
unsur yang melengkapi keempat unsur lainnya.
2.3.2 Religi
Orang Makassar mengenal kitab suci yang diyakini sampai sekarang.
Kitab suci yang pertama yaitu kitab yang diturunkan kepada Nabitta
yaitu Al-Quran. Kitab suci yang kedua yaitu, Lontara' La Galigo, dan
yang terakhir adalah Google. Dari tiga kitab suci yang diyakini oleh
orang Makassar adalah Google yang menempati pengikut tertinggi, yaitu
sekitar 70% yang mempercayai google sebagai kitab suci. Penganut
ajaran ini umumnya anak muda yang baru mengenal teknologi
informasi, sehingga internet merupakan makanan rohani selain lagu
kacapi.La Galigo diyakini oleh kaum tua renta yang masih menghargai
warisan budaya makassar. Dan Al-Quran yang merupakan warisan
sejarah dari arab, umumnya hanya dianut oleh kaum yang memelihara
janggot lebat-lebat dan celana agak ketinggian.
2.3.3 Mata Pencaharian
Masyarakat yang tinggal di desa-desa di daerah pantai, mencari
ikan merupakan suatu mata pencaharian hidup yang amat penting.
Dalam hai ini, masyarakat Makassar menangkap ikan dengan perahu-
perahu layar sampai jauh dilaut. Orang Makassar terkenal sebagai suku
bangsa pelaut di Indonesia yang telah mengembangkan suatu
kebuadayaan maritim sejak beberapa abad lamanya. Perahu-perahu
layar mereka yang dari tipe penisi dan lambo telah mengarungi perairan
nusantara dan lebih jauh dari itu telah berlayar sampai ke Srilanka dan
Pilipina untuk berdagang.
Kebudayaan maritim dari orang Makassar ini tidak hanya
mengembangkan perahu-perahu layar dan kepandaian berlayar yang
cukup tinggi, tetapi juga meninggalkan suatu hukum niaga dalam
perlayaran, yang disebut Ade’ Allopi-loping Bicaranna Pabbalu’e dan
yang tertulis pada lontar oleh Amana Gapa dalam abad ke-17. Bakat

8
berlayar yang rupa-rupanya telah ada pada orang Makassar, akibat
kebudayaan maritim dari abad-abad yang telah lampau.
Sebelum perang dunia ke-2, daerah sulawesi selatan merupakan
daerah surplus bahan makanan, yang mengekspor beras dan jagung ke
tempat-tempat lain di Indonesia. Adapun kerajinan rumah tangga yang
khas dari sulawesi selatan adalah tenunan sarung dari sutera dari
Mandar dan Wajo dan tenunan sarung Samarinda dari Bulukumba.

9
BAB III

POLA DAN BUDAYA MAKAN MAKASSAR

3.1 POLA MAKAN MAKASSAR

Seperti halnya dengan daerah lain kota Makassar juga memiliki keaneka
ragaman dan budaya makan sendiri. Masyarakat Makasar sama seperti daerah
lain, mereka juga mengkonsumsi makanan pokok, lauk pauk dan sayur.

Namun perbedaanya terletak pada komposisi antara makanan pokok, lauk


pauk maupun sayur. Masyarakat Makassar mengkonsumsi makanan sumber
protein terutama hewani jauh lebih banyak dibanding sumber karbohidrat
maupun sayur dan buah. Hal ini dikarenakan sumber protein yang melimpah.
Hal ini juga dapat dilihat dari makanan khas Makassar yang sebagian besar
berbahan daging baik daging sapi maupun daging kambing maupun hasil laut.

Selain itu, Makassar sebagai penghasil kopra dan kelapa juga mempengaruhi
masakan yang dihasilkan. Terbukti hampir sebagian besar masakan Makassar
berkuah santan. Pola makan yang seperti ini mengakibatkan timbul
kecenderungan terhadap suatu penyakit, seperti penyakit hipertensi dan
penyakit jantung. Hal ini dibuktikan oleh suatu penelitian yang meneliti 10
penyebab kematian di kota Makassar , yaitu :

N Umur
Penyebab Total
O <1 1-4 5-14 15-24 25-44 >45
1 Usia lanjut 357 357
2 Hipertensi 280 280
3 Asma 8 41 180 229
4 Jantung 81 93 174
5 Diabetes 18 47 65
Kecelakaan
6 1 28 15 20 64
lantas
7 Broncho 15 27 20 62

10
pnemoni
8 Lahir mati 59 59
9 Ginjal 1 27 31 59
1
Lever 30 28 58
0
JUMLAH 74 27 21 37 212 1036 1407

Sumber : Bidang P2 Dinas Kesehatan Kota Makassar

Makanan pokok merupakan bagian paling penting dari menu makanan.


Untuk makanan pokok, masyarakat Makassar biasa makan sagu dan beras.
Untuk sagu biasa diolah menjadi papeda, sedangkan beras diolah menjadi
buras (sejenis ketupat) , bubur, lalampa, dan nasi jaha.

Untuk lauk pauk masyarakat Makasar berasal dari kekayaan alamnya. Hal ini
berkaitan dengan hasil lautnya, yaitu ikan. Melimpahnya ikan dan relatif murah
harganya menjadikan ikan sebagai lauk pauk yang favorit bagi masyarakat kota
Makasar. Beberapa jenis masakan yang berbahan dasar ikan adalah, ikan
bakar, juku kambu (bahan dasar ikan bandeng), langga roko (ikan kakap), juku
palumara (bandeng), pallu mara mairo (ikan teri), dan tuing-tuing (telur ikan
terbang). Selain ikan, makanan berunsur daging pun sangat kental di kota
Makasar seperti konro, sop saudara, dan coto. Jadi jangan heran jika kita akan
mudah menjumpai pedagang daging dan ikan di kota ini.

Konsumsi sayur dan buah di kota ini masih rendah. Untuk sayur hampir
sama dengan daerah lain, jadi ada masakan sayur yang khas di kota ini tapi
hanya sedikit. Untuk buah yang sering di konsumsi masyarakat kota ini adalah
pisang karena pisang melimpah di kota ini. Hal itu terlihat dari yang paling
sederhana seperti pisang goreng, dan olahan-olahan lainnya yang berbahan
pisang seperti:

a. Pisang ijo
b. Es palu butung, pisang epe (pisang bakar ditaburi gula encer {kinca}),
c. Barongko berupa pisang yang dilumatkan hingga seperti bubur
kemudian dicampur adonan telur lalu dibungkus dengan daun pisang.

11
d. Kalimbu (bahan-bahannya terdiri dari ubi kayu, pisang dan kelapa
parut),Biasanya disajikan dalam keadaan dingin.
e. Loka anjoroi yang terbuat dari pisang kepok mengkal yang sudah
dimasak kemudian dicampur dengan santan kental.
f. Sanggara balanda, pisang raja yang digoreng, digepengkan, diolesi
mentega dan dibubuhi gula pasir hingga meleleh.
Untuk masakan Makassar bisa di bilang termasuk masakan yang memiliki
citarasa tinggi , karena masakannya menggunakan bumbu yang lebih komplit
dari daerah lainya. Bumbu-bumbu yang biasa digunakan antara lain daun
kemangi, daun salam, daun jeruk, jeruk purut, jeruk nipis, bawang merah,
bawang putih, cabai, jahe, kunyit, lengkuas dan serai.

Bagi kalangan muda dan anak-anak di kota Makasar, makanan barat lebih
diminati daripada makanan tradisonal, atau makanan yang biasa dimakan di
rumah. Hal itu disebabkan untuk mencari suasan baru dan ketertarikan anak-
anak muda pada kemasan dan tempat yang menarik. Dalam pesta-pesta
pernikahan maupun acara-acara adat lainnya hidangan tradisional masih
mendominasi jenis hidangan yang ditampilkan. Jenis-jenis makanan dari Barat
juga mulai hadir dalam acara-acara adat, meskipun tidak mencolok. Hal itu
disebabkan oleh kemampuan ekonomi masyarakatnya. Dengan demikian
nampak juga suatu pandangan bahwa makanan dari Barat mahal, sementara
makanan tradisional murah, lebih menjurus pada nilai prestisius.

Untuk makanan sehari-hari di rumah, orang –orang Makassar juga sering


menikmati makanan dari daerah lain. Karena ibu-ibu di suatu lingkungan
tertentu saat ini mulai mudah mengakses resep makanan dari daerah lain dan
mencobanya di rumah.

Di Makassar, makanan khas kota lain jarang di jumpai, contohnnya rumah


makan Padang jarang dijumpai di Makasar. Artinya, tidak sebanyak dijumpai di
pulau Jawa atau di kota-kota besar di Indonesia lainnya. Kemungkinan hal itu
disebabkan oleh terlalu banyaknya makanan khas lokal di Makasar. Selain itu
itu disebabkan oleh pandangan bahwa makanan padang di rumah makan
Padang kurang segar, karena sudah berkali-kali dipanaskan selama beberapa
hari. Sementara masyarakat Makasar menyukai makanan yang segar (fresh).

12
Pengaruh makanan dari luar yang mulai dirasakan kehadirannya di jalan-jalan
di kota Makasar adalah berdirinya rumah makan-rumah makan bernuansa Jawa
Timur. Rumah makan tersebut biasanya menyajikan ikan yang diolah dengan
cara Jawa Timur. Rumah makan tersebut biasanya dikenal dengan rumah
makan Sari Laut.

Perkembang rumah makan tersebut sudah dirasakan sejak lebih dari lima
tahun terakhir.Walaupun demikian makanan daerah di kota Makasar tidak akan
punah, karena sehari-hari anak-anak di rumah juga tetap makan makanan
daerah.

3.2 BUDAYA MAKAN di MAKASSAR

Di Makassar makanan tidak hanya berfungsi sebagai penganjal perut saja


tapi juga sebagai penyerta ritual adat dan budaya ( sebagai sesaji ), hal ini
sudah ada sejak jaman dahulu kala.

Contohnya :

1. Pada acara mengantisipasi datangnya cuaca buruk, warga menggelar


ritual adat tahunan tolak cuaca buruk. Dalam ritual ini ratusan warga
dipimpin tokoh adat melepas sesajen di tengah laut. Prosesi adat diawali
para tokoh adat dengan melakukan ritual doa di dermaga Pulau
Makassar. Dalam ritual tersebut masyarakat menyediakan makanan
tradisional untuk di santap bersama. Setelah itu, ratusan perahu yang di
penuhi dengan sesajian bergerak menuju suatu titik yang di anggap
keramat oleh masyarakat setempat. Kemudian sesajen di larung
ketengah laut sebagai perlambang keharmonisan hubungan manusia dan
penghuni laut.
2. Pada acara setiap tanggal 10 Sya’ban biasanya diadakan acara upacara
tahunan Pa'jukukang di Bantaeng (Sulawesi Selatan), pada acara itu
orang Makassar datang dengan membawa anggota keluarga serta
makanan (nasi ketan hitam dan putih beserta lauk-lauk khas Bugis-
Makassar). Ada juga yang membawa hewan (kambing atau ayam)
sebagai seserahan dan kemudian diserahkan kepada pinanti (sesepuh
adat ).

13
Ini merupakan sebagian kecil dari budaya makan yang ada di Makassar.

3.3 MAKANAN KHAS MAKASSAR

3.3.1 LAUK

COTO MAKASSAR
Masakan khas daerah berupa sop berkuah
dengan bahan-bahan dasar yang terdiri dari usus,
hati, otak, daging sapi atau kuda, dimasak dengan
bumbu sereh, laos, ketumbar, jintan, bawang
merah, bawang putih, garam yang sudah
dihaluskan, daun salam, jeruk nipis, dan kacang.
Pada umumnya Coto Makassar disajikan/dimakan
bersama ketupat.

SOP KONRO
Masakan khas daerah yang disajikan berupa
sop berkuah maupun dibakar dengan bahan-
bahan dasar seperti tulang rusuk sapi atau
kerbau, dimasak/dibakar dengan bumbu
ketumbar, jintan, sereh, kaloa, bawang merah,
bawang putih, garam, vitsin yang sudah
dihaluskan. Sop Konro pada umumnya disajikan/dimakan bersama nasi putih
dan sambal.

SOP SAUDARA

Masakan khas daerah yang berupa sop


berkuah dengan bahan-bahan dasar seperti
daging sapi/kerbau yang dimasak dengan aneka
bumbu dan disajikan bersama nasi putih atau
ketupat dengan Ikan Bakar sebagai tambahan
lauknya.

14
PALLUMARA BANDENG

Pallumara, dalam bahasa Makassar artinya


“masak kering”. Pallumara adalah masakan ikan
berkuah kuning bening. Bumbu utama
racikannya adalah kunyit dan asam. asam bisa
juga diganti belimbing atau mangga yang
diawetkan. Rasanya seperti sup dengan rasa
asam yang kuat. Masakan pallumara adalah
masakan yang paling umum dijumpai di rumah
warga bugis makassar. Orang bugis - makassar
hampir setiap hari makan ikan dengan masakan pallumara.

PALLU KALOA
Pallu kaloa adalah masakan ikan berkuah agak kecoklatan. Bumbu utama
racikannya adalah rempah yang disebut kaloa. Kaloa sepertinya cuma
populer di bugis makassar. Kaloa membuat masakan menjadi lebih gurih.
Selain untuk bumbu kuah, kaloa biasa juga
digunakan sebagai bumbu untuk lombok.
Beberapa warung coto menggunakan kaloa
sebagai bumbu racikan lombok.

BAROBBO

Barobbo merupakan bubur jagung khas


masyarakat bugis yang menetap di sulawesi
selatan.

15
3.3.2 KUDAPAN

BARONGKO
Barongko adalah makanan penutup khas daerah
Bugis-Makassar yang dibuat dari buah Pisang
Kepok matang yang dikukus dengan daun pisang.
Dahulu pada masa pemerintahan kerajaan di
Sulawesi Selatan, Barongko merupakan makanan
penutup yang mewah, dan hanya disajikan untuk
Raja-raja, dan disajikan pada moment-moment
tertentu, seperti acara perkawinan, ulang tahun,
dan lain. Untuk menambah cita rasa dan selera,
bahan dasar Barongko biasanya ditambah dengan
irisan buah Nangka atau Kelapa muda.

JALANGKOTE

Jelangkote adalah makanan sejenis pastel isi.


Rasanya juga hampir mirip, namun pastel biasanya
berisi potongan wortel, kentang dan bihun,
Jalangkote berisi daging cincang. Biasanya
disantap menggunakan sambal.

SARABBA

Sarabba hampir sama dengan bandrek, bedanya


bandrek terbuat dari jahe dan gula merah saja.
Sedangkan Sarabba ini menggunakan santan.
Rasanya Segar dan hangat, cocok untuk cuaca
dingin dan kondisi badan yang kurang sehat.

16
PISANG EPE'

Pisang epe adalah makanan khas daerah Makassar


yang terbuat dari pisang kepok yang mengkal,
dibakar dan dipipihkan. Pisang Epe' disajikan
dengan kuah air gula merah yang biasanya telah
dicampur dengan durian atau nangka yang
aromanya dapat membangkitkan selera.

ES PALLU BUTUNG

Terbuat dari pisang yang sudah dipotong-potong,


dimasak dengan santan yang diberi tepung terigu,
gula pasir, vanili, serta sedikit garam dan disajikan
dengan es serut dan sirop merah.

ES PISANG HIJAU

Terbuat dari pisang raja, dibungkus dengan tepung


terigu yang sudah diberi santan dan air daun
pandan sebagai pewarna dan pengharum sehingga
berwarna hijau, disajikan dengan saus yang diberi
es serut dan sirop.

17
BAB VI

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Dalam budaya dan pola makan orang Makassar sangat dipengaruhi oleh
geografis wilayah, sejarah serta adat dan istiadat yang dipegang teguh oleh orang
Makassar. Wilayah Makassar yang dekat dengan laut menyebabkan hasil lautnya
melimpah ruah, sehingga konsumsi hasil lautnya tinggi, dan menjadikan beraneka
ragamnya hasil olahan laut di daerah tersebut. Kondisi geografis yang seperti itu
juga berdampak pada kegemaran orang Makassar yang lebih menyukai makanan
yang segar, berkuah dan pedas. Dalam setiap acara adat makanan – makanan
tradisional Makassar juga masih mendominasi. Selain konsumsi hasil laut, konsumsi
daging juga cukup tinggi menyebabkan tingginya penderita hipertensi di Makassar.

4.2 SARAN

Sebagai masyarakat Indonesia yang memiliki keanekaragaman budaya


terutama budaya makan, kita harus memahami dan turut menjaga kelestarian
kuliner dan budaya di daerah kita. Dengan masuknya budaya asing yang masuk ke
Indonesia, sebaiknya kita dapat memilih mana yang baik dan mana yang buruk, jika
kita tidak dapat menyaring dengan baik maka kebudayaan kita akan terkikis. Oleh
karena itu, kita harus menjaga budaya leluhur kita, karena itu merupakan cirri khas
dari masing-masing daerah.

18
http://belajarpintar.com/

http://blog-indonesia.com/

http://www.fishyforum.com/fishysalt/fishydine/4905-papeda.html

http://deedde.wordpress.com/about/

19

Anda mungkin juga menyukai