Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Tren hidup sehat yang belakangan marak dikampanyekan sejumlah kalangan,
telah menumbuhkan kesadaran masyarakat akan pentingnya memelhara ksehatan.
Dampak dari kesadaran masyarakat yang meningkat itu, otomatis mendorong
peningkatan kesehatan pada lanjut usia (lansia) di Indonesia. Pemerintah terus berupaya
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan yang mampu mendukung peningkatan usia
harapan hidup (UHH). Akibatnya jumlah penduduk senior akan terus bertambah da nada
kecenderungan meroket lebih cepat. Menurut data Kementerian Kesehatan RI
(2016),UHH di Indonesia mengalami peningkatan dari 86,6 tahun (2004) menjadi 72
tahun (2015).
Data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) pada tahun 2015 menunjukka
bahwa Indonesia memiliki jumlah lansia sebanyak 21,5 juta jiwa atau sekitar 8,43 persen
dari seluruh penduduk Indonesia. Data tersebut menunjukkan peningkatan jika
dibandingkan dengan hasil Sensus Penduduk tahun 2010, yaitu 18,1 juta orang atau 7,6
persen dari total jumlah penduduk Hal ini sejalan dengan pernyataan Sekretaris Jendral
Kementerian Kesehatan RI, drg. Untung Suseno Sutarjo, M.Kes. yang dikutip Detik.com
bahwa Indonesia merupaka salah satu negara dengan jumlah lansiaterbesar di dunia,
karena imbas dari peningkatan kualitas dan standar pelayanan kesehatan di masyarakat.
WHO (2012), di antara negara-negara di dunia, Indonesia termasuk negara kelima yang
akan memiliki populasi lansia terbesar setelah Cina, India, Amerika Serikat, dan
Meksiko.
Pelayanan keperawatan pada lanjut usia merupakan bagian dari tugas dan profesi
keperawatan yang memerlukan keahlian dan keterampilan spesifik. Dalam hal ini,
dikenal dengan istilah gerontology dan geriatri. Gerontologi berasal dari bahasa yunani,
yakni geros (tua) dan logos (ilmu). Oleh karena itu, gerontology dapat didefinisikan
sebagai iu yang mempelajari tentang proses penuaan dan gejalanya, termasuk pula
permasalahan yang timbul dari konsekuensi proses menua. Sedangka geriatri dapat
diartikan sebagai cabang ilmu kedokteran yang mempelajari tentang penyakit dan
permasalahan ang terjadi pada lansia. Dengan kata lain, geriatri, berfokus pada kondisi
abnormal lansia dan treatment-nya (Dewi, 2015).

B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan keperawatan gerontik?
2. Apa saja fungsi keperawatan gerontik?
3. Bagaimana dengan peran perawat gerontik?
4. Apa saja luang lingkup keperawatan gerontik?
5. apa saja masalah kesehatan lansia?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui dimaksud dengan keperawatan gerontik
2. Untuk mengetahui fungsi keperawatan gerontik
3. Untuk mengetahui peran perawat gerontik
4. Untuk mengetahui lingkup keperawatan gerontik
5. Untuk mengetahui masalah kesehatan lansia
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian keperawatan Gerontologi


Gerontologi berasal dari kata geros yang berarti lanjut usia dan logos berarti ilmu.
Gerontologi adalah ilmu yang mempelajari tentang lanjut usia dengan masalah-masalah
yang terjadi pada lansia yang meliputi aspek biologis, sosiologis, psikologis, dan
ekonomi. Gerontik menurut Josaputa (1987) adalah ilmu yang mempelajari, membahas,
meneliti segala bidang masalah lanjut usia, mulai dari kesehatan sampai dengan
menyangkut social kesejahteraan, pemukiman, lingkungan hidup, pendidikan, dan
perundang-undangan. Keperawatan gerontik menurut Maryam dkk. (2008) adalah
spesialis keperawatan usia lanjut (orang berusia <60 tahun, baik ang kondisinya sehat
maupun sakit) yang dapat menjalankan perannya pada tiap tatanan pelayanan, baik itu di
rumah sakit, rumah, ataupun panti, dengan berbekal pengetahuan, keahlian, dan
keterampilan keperawatan gerontik (mencakup biopsikososial dan spiritual) guna
meningkatkan fungsi optimal para lansia secara komprehensif.
Pendapat tersebut serupa dengan pendapat Lueckenotte dalam Sunaryo dkk.,
(2015) yang menyebutkan bahwa keperawatan lansia (gerontic nursing) adalah bidang
keperawatan spesifik yang memfokuskan perhatian terhadap pengkaian kesehatan dan
status fungsional usia lanjut, merencanakan, mengimplementasikan pelayanan
keperawatan untuk memenuhi kepatuhan yang terganggu, serta menevaluasi efektivitas
dan pelayanan keperawatan yang diberikan Menurut Nugroho (2006), gerontik adalah
segala sesuatu yang berhubungan dengan lanjut usia dengan segala permasalahannya,
baik dalam keadaan sehat maupun sakit. Menurut para ahli, istilah yang paling
menggambarkan keperawatan pada lansai adalah gerontological nursing karena lebih
menekankan kepeada kesehatan ketimbang penyakit. Menurut Kozier (1987),
keperawatan gerontik adalah praktek perawatan yang berkaitan dengan penyakit pada
proses menua.
2. Fungsi Keperawatan Gerontik
Perawat memiliki banyak fungsi dalam memberikan pelayanan prima dalam bidang
gerontik. Menurut Eliopoulus (2005), fungsi dari perawat gerontologi adalah :
1. Guide persons of all ages toward a healthy aging process (membimbing orang pada
segala usia untuk mencapai masa tua yang sehat)
2. Eliminate ageism (menghilangkan perasaan takut tua)
3. Respect the tight of older adults and ensure other do the same (menghormati hak
orang yang lebih tua dan memastikan yang lain melakukan hal yang sama)
4. Overse and promote the quality of service delivery (memantau dan mendorong
kualitas pelayanan)
5. Notice and reduce risks to health and well being (memerhatikan serta menguragi
resiko terhadap kesehatan dan kesejahteraan)
6. Teach and support caregives (mendidik dan mendorong pemberi pelayanan
kesehatan)
7. Open channels for continued growth (membuka kesempatan untuk pertumbuhan
selanjutnya)
8. Listen and support (mendengarkan dan member dukungan)
9. Offer optimism, encouragement and hope (memberikan semangat, dukungan, dan
harapan)
10. Generate, support, use, and participate in research (menghasilkan, mendukung,
menggunakan, dan berpartisipasi dalam penelitian)
11. Implement restorative and rehabilitative measures (melakukan perawatan restorative
dan rehabilitative)
12. Coordinate and managed care (mengoordinasi dan mengatur perawatan)
13. Asses, plan, implement, and evaluate care in an individualized, holistic maner
(mengkaji, merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi perawatan individu dan
perawatan secara menyeluruh)
14. Link service with needs (memberikan pelayanan sesuai kebutuhan)
15. Nurtuere futue gerontological nurses for advancement of the speciality (membangun
masa depan perawat gerontik untuk menjadi ahli dibidangnya)
16. Understand the unique physical, emotical, social, spiritual aspect of each other
(saling memahami keunikan pada aspek fisik, emosi, social, dan spiritual)
17. Recognize and encourage the appropriate management of ethical concern (mengenal
dan mendukung manajemen etika yang sesuai dengan tempatnya bekerja)
18. Support and comfort through the dying process (memberikan dukungan dan
kenyamanan dalam menghadapi proses kematian)
19. Educate to promote self care and optimal independence (mengajarkan untuk
meningkatkan perawatan mandiri dan kebebasan yang optimal)

3. Peran Perawat Gerontik


Peran perawat gerontik secara garis besar dapat digolongkan menjadi dua macam,
yaitu peran secara umum dan peran spesialis. Peran secara umum yaitu pada berbagai
setting, seperti rumah sakit, rumah, nursing home, komunitas, dengan menyediakan
perawatan kepada individu dan keluarganya (Hess, Touhy, & Jett, 2005). Perawat bekerja
di berbagai macam bentuk pelayanan dan bekerja sama dengan para ahli dalam perawatan
klien mulai dari perencanaan hingga evaluasi. Peran secara spesialis terbagi menjadi dua
macam yaitu perawat gerontik spesialis klinis/gerontological clinical nurse specialist
(CNS) dan perawat gerontik pelaksana/geriatric nurse practitioner (GNP). Peran CNS
yaitu perawat klinis secara langsung, pendidik, manajer perawat, advokat, manajemen
kasus, dan peneliti dalam perencanaan perawatan atau meningkatkan kualitas perawatan
bagi klien lansia dan keluarganya pada setting rumah sakit, fasilitas perawatan jangka
panjang, outreach programs, dan independent consultant. Sedangkan peran GNP yaitu
memenuhi kebutuhan klien pada daerah pedalaman; melakukan intervensi untuk promosi
kesehatan, mempertahankan, dan mengembalikan status kesehatan klien; manajemen
kasus, dan advokat pada setting klinik ambulatori, fasilitas jangka panjang, dan
independent practice. Hal ini sedikit berbeda dengan peran perawat gerontik spesialis
klinis. Perawat gerontik spesialis klinis memiliki peran, diantaranya:
a) Provider of care
Perawat klinis melakukan perawatan langsung kepada klien, baik di rumah sakit
dengan kondisi akut, rumah perawatan, dan fasilitas perawatan jangka panjang.
Lansia biasanya memiliki gejala yang tidak lazim yang membuat rumit diagnose dan
perawatannya. Maka perawat klinis perlu memahami tentang proses penyakit dan
sindrom yang biasanya muncul di usia lanjut termasuk faktor resiko, tanda dan gejala,
terapi medikasi, rehabilitasi, dan perawatan di akhir hidup.

b) Peneliti
Level yang sesuai untuk melakukan penelitian adalah level S2 atau baccalaureate
level. Tujuannya adalah meningkatkan kualitas perawatan klien dengan metode
evidence based practice. Penelitian dilakukan dengan mengikuti literature terbaru,
membacanya, dan mempraktekkan penelitian yang dapat dipercaya dan valid.
Sedangkan perawat yang berada pada level undergraduate degrees dapat ikut serta
dalam penelitian seperti membantu melakukan pengumpulan data.

c) Manajer Perawat
Manajer perawat harus memiliki keahlian dalam kepemimpinan, manajemen
waktu, membangun hubungan, komunikasi, dan mengatasi perubahan. Sebagai
konsultan dan sebagai role model bagi staf perawat dan memiliki jiwa kepemimpinan
dalam mengembangkan dan melaksanakan program perawatan khusus dan protokol
untuk orang tua di rumah sakit. Perawat gerontik berfokus pada peningkatan kualitas
perawatan dan kualitas hidup yang mendorong perawat menerapkan perubahan
inovatif dalam pemberian asuhan keperawatan di panti jompo dan setting perawatan
jangka panjang lainnya.

d) Advokat
Perawat membantu lansia dalam mengatasi adanya ageism yang sering terjadi di
masyarakat. Ageism adalah diskriminasi atau perlakuan tidak adil berdasarkan umur
seseorang. Seringkali para lansia mendapat perlakuan yang tidak adil atau tidak
adanya kesetaraan terhadap berbagai layanan masyarakat termasuk pada layanan
kesehatan. Namun, perawat gerontology harus ingat bahwa menjadi advokat tidak
berarti membuat keputusan untuk lansia, tetapi member kekuatan mereka untuk tetap
mandiri dan menjaga martabat, meskipun di dalam situasi yang sulit.
e) Edukator
Perawat harus mengambil peran pengajaran kepada lansia, terutama sehubungan
dengan modifikasi dalam gaya hidup untuk mengatasi konsekuensi dari gejala atipikal
yang menyertai usia tua. Perawat harus mengajari para lansia tentang pentingnya
pemeliharaan berat badan, keterlibatan beberapa jenis kegiatan fisik seperti latihan
dan manajemen stres untuk menghadapi usia tua dengan kegembiraan dan
kebahagiaan. Perawat juga harus mendidik lansia tentang cara dan sarana untuk
mengurangi risiko penyakit seperti serangan jantung, stroke, diabetes, alzheimer,
dementia, bahkan kanker.

f) Motivator
Perawat memberikan dukungan kepada lansia untuk memperoleh kesehatan
optimal, memelihara kesehatan, menerima kondisinya. Perawat juga berperan sebagai
inovator yakni dengan mengembangkan strategi untuk mempromosikan keperawatan
gerontik serta melakukan riset/ penelitian untuk mengembangkan praktik
keperawatan gerontik.

g) Manajer kasus
Manajemen kasus adalah metode intervensi lain yang dapat mengurangi
penurunan fungsional klien lansia berisiko tinggi dirawat di rumah sakit. Umumnya,
manajemen kasus disediakan bagi klien yang mendapatkan berbagai perawatan yang
berbeda.

4. Lingkup Keperawatan Gerontik


Lingkup askep gerontik meliputi:
a) Pencegahan terhadap ketidakmampuan akibat proses penuaan
b) Perawatan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan akibat proses penuaan
c) Pemulihan ditujukan untuk upaya mengatasi kebutuhan akibat proses penuaan

5. Masalah Kesehatan Pada Lansia


Penampilan penyakit pada lanjut usia (lansia) sering berbeda dengan pada dewasa
muda, karena penyakit pada lansia merupakan gabungan dari kelainan-kelainan yang
timbul akibat penyakit dan proses menua, yaitu proses menghilangnya secara perlahan-
lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri serta
mempertahankan struktur dan fungsi normalnya, sehingga tidak dapat berthan terhadap
jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita.
Demikian juga, masalah kesehatan yang sering terjadi pada lansia berbeda dari
orang dewasa, yang menurut Kane dan Ouslander sering disebut dengan istilah 14 I, yaitu
immobility (kurang bergerak), instability (berdiri dan berjalan tidak stabil atau mudah
jatuh), incontinence (beser buang air kecil dan atau buang air besar), intellectual
impairment (gangguan intelektual/dementia), infection (infeksi), impairment of vision
and hearing, taste, smell, communication, convalescence, skin integrity (gangguan
pancaindera, komunikasi, penyembuhan, dan kulit), impaction (sulit buang air besar),
isolation (depresi), inanition (kurang gizi), impecunity (tidak punya uang), iatrogenesis
(menderita penyakit akibat obat-obatan), insomnia (gangguan tidur), immune deficiency
(daya tahan tubuh yang menurun), impotence (impotensi).
Masalah kesehatan utama tersebut di atas yang sering terjadi pada lansia perlu
dikenal dan dimengerti oleh siapa saja yang banyak berhubungan dengan perawatan
lansia agar dapat memberikan perawatan untuk mencapai derajat kesehatan
yang seoptimal mungkin.
Kesehatan
1. Kurang bergerak: gangguan fisik, jiwa, dan faktor lingkungan dapat menyebabkan
lansia kurang bergerak. Penyebab yang paling sering adalah gangguan tulang, sendi
dan otot, gangguan saraf, dan penyakit jantung dan pembuluh darah.

2. Instabilitas: penyebab terjatuh pada lansia dapat berupa faktor intrinsik (hal-hal yang
berkaitan dengan keadaan tubuh penderita) baik karena proses menua, penyakit
maupun faktor ekstrinsik (hal-hal yang berasal dari luar tubuh) seperti obat-obat
tertentu dan faktor lingkungan. Akibat yang paling sering dari terjatuh pada lansia
adalah kerusakan bahagian tertentu dari tubuh yang mengakibatkan rasa sakit, patah
tulang, cedera pada kepala, luka bakar karena air panas akibat terjatuh ke dalam
tempat mandi. Selain daripada itu, terjatuh menyebabkan lansia tersebut sangat
membatasi pergerakannya.

3. Beser: beser buang air kecil (bak) merupakan salah satu masalah yang sering didapati
pada lansia, yaitu keluarnya air seni tanpa disadari, dalam jumlah dan kekerapan yang
cukup mengakibatkan masalah kesehatan atau sosial. Beser bak merupakan masalah
yang seringkali dianggap wajar dan normal pada lansia, walaupun sebenarnya hal ini
tidak dikehendaki terjadi baik oleh lansia tersebut maupun keluarganya. Akibatnya
timbul berbagai masalah, baik masalah kesehatan maupun sosial, yang kesemuanya
akan memperburuk kualitas hidup dari lansia tersebut. Lansia dengan beser bak sering
mengurangi minum dengan harapan untuk mengurangi keluhan tersebut, sehingga
dapat menyebabkan lansia kekurangan cairan dan juga berkurangnya kemampuan
kandung kemih. Beser bak sering pula disertai dengan beser buang air besar (bab),
yang justru akan memperberat keluhan beser bak tadi.

4. Gangguan intelektual: merupakan kumpulan gejala klinik yang meliputi gangguan


fungsi intelektual dan ingatan yang cukup berat sehingga menyebabkan terganggunya
aktivitas kehidupan shari-hari. Kejadian ini meningkat dengan cepat mulai usia 60
sampai 85 tahun atau lebih, yaitu kurang dari 5 % lansia yang berusia 60-74 tahun
mengalami dementia (kepikunan berat) sedangkan pada usia setelah 85 tahun
kejadian ini meningkat mendekati 50 %. Salah satu hal yang dapat menyebabkan
gangguan interlektual adalah depresi sehingga perlu dibedakan dengan gangguan
intelektual lainnya.

5. Infeksi: merupakan salah satu masalah kesehatan yang penting pada lansia, karena
selain sering didapati, juga gejala tidak khas bahkan asimtomatik yang menyebabkan
keterlambatan di dalam diaggnosis dan pengobatan serta risiko menjadi fatal
meningkat pula. Beberapa faktor risiko yang menyebabkan lansia mudah mendapat
penyakit infeksi karena kekurangan gizi, kekebalan tubuh:yang menurun,
berkurangnya fungsi berbagai organ tubuh, terdapatnya beberapa penyakit sekaligus
(komorbiditas) yang menyebabkan daya tahan tubuh yang sangat berkurang. Selain
daripada itu, faktor lingkungan, jumlah dan keganasan kuman akan mempermudah
tubuh mengalami infeksi.

6. Gangguan pancaindera, komunikasi, penyembuhan, dan kulit: akibat prosesd


menua semua pancaindera berkurang fungsinya, demikian juga gangguan pada otak,
saraf dan otot-otot yang digunakan untuk berbicara dapat menyebabkn terganggunya
komunikasi, sedangkan kulit menjadi lebih kering, rapuh dan mudah rusak dengan
trauma yang minimal.

7. Sulit buang air besar (konstipasi): beberapa faktor yang mempermudah terjadinya
konstipasi, seperti kurangnya gerakan fisik, makanan yang kurang sekali mengandung
serat, kurang minum, akibat pemberian obat-obat tertentu dan lain-lain. Akibatnya,
pengosongan isi usus menjadi sulit terjadi atau isi usus menjadi tertahan. Pada
konstipasi, kotoran di dalam usus menjadi keras dan kering, dan pada keadaan yang
berat dapat terjadi akibat yang lebih berat berupa penyumbatan pada usus disertai rasa
sakit pada daerah perut.

8. Depresi: perubahan status sosial, bertambahnya penyakit dan berkurangnya


kemandirian sosial serta perubahan-perubahan akibat proses menua menjadi salah
satu pemicu munculnya depresi pada lansia. Namun demikian, sering sekali gejala
depresi menyertai penderita dengan penyakit-penyakit gangguan fisik, yang tidak
dapat diketahui ataupun terpikirkan sebelumnya, karena gejala-gejala depresi yang
muncul seringkali dianggap sebagai suatu bagian dari proses menua yang normal
ataupun tidak khas. Fejala-gejala depresi dapat berupa perasaan sedih, tidak bahagia,
sering menangis, merasa kesepian, tidur terganggu, pikiran dan gerakan tubuh
lamban, cepat lelah dan menurunnya aktivitas, tidak ada selera makan, berat badan
berkurang, daya ingat berkurang, sulit untuk memusatkan pikiran dan perhatian,
kurangnya minat, hilangnya kesenangan yang biasanya dinikmati, menyusahkan
orang lain, merasa rendah diri, harga diri dan kepercayaan diri berkurang, merasa
bersalah dan tidak berguna, tidak ingin hidup lagi bahkan mau bunuh diri, dan gejala-
gejala fisik lainnya. Akan tetapi pada lansia sering timbul depresi terselubung, yaitu
yang menonjol hanya gangguan fisik saja seperti sakit kepala, jantung berdebar-
debar, nyeri pinggang, gangguan pencernaan dan lain-lain, sedangkan gangguan jiwa
tidak jelas.

9. Kurang gizi: kekurangan gizi pada lansia dapat disebabkan perubahan lingkungan
maupun kondisi kesehatan. Faktor lingkungan dapat berupa ketidaktahuan untuk
memilih makanan yang bergizi, isolasi sosial (terasing dari masyarakat) terutama
karena gangguan pancaindera, kemiskinan, hidup seorang diri yang terutama terjadi
pada pria yang sangat tua dan baru kehilangan pasangan hidup, sedangkan faktor
kondisi kesehatan berupa penyakit fisik, mental, gangguan tidur, alkoholisme, obat-
obatan dan lain-lain.

10. Tidak punya uang: dengan semakin bertambahnya usia maka kemampuan fisik dan
mental akan berkurang secara perlahan-lahan, yang menyebabkan ketidakmampuan
tubuh dalam mengerjakan atau menyelesaikan pekerjaannya sehingga tidak dapat
memberikan penghasilan. Untuk dapat menikmati masa tua yang bahagia kelak
diperlukan paling sedikit tiga syarat, yaitu :memiliki uang yang diperlukan yang
paling sedikit dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, memiliki tempat tinggal
yang layak, mempunyai peranan di dalam menjalani masa tuanya.

11. Penyakit akibat obat-obatan: salah satu yang sering didapati pada lansia adalah
menderita penyakit lebih dari satu jenis sehingga membutuhkan obat yang lebih
banyak, apalagi sebahagian lansia sering menggunakan obat dalam jangka waktu
yang lama tanpa pengawasan dokter dapat menyebabkan timbulnya penyakit akibat
pemakaian obat-obat yaqng digunakan.

12. Gangguan tidur: dua proses normal yang paling penting di dalam kehidupan
manusia adalah makan dan tidur. Walaupun keduanya sangat penting akan tetapi
karena sangat rutin maka kita sering melupakan akan proses itu dan baru setelah
adanya gangguan pada kedua proses tersebut maka kita ingat akan pentingnya kedua
keadaan ini. Jadi dalam keadaan normal (sehat) maka pada umumnya manusia dapat
menikmati makan enak dan tidur nyenyak. Berbagai keluhan gangguan tidur yang
sering dilaporkan oleh para lansia, yakni sulit untuk masuk dalam proses tidur.
tidurnya tidak dalam dan mudah terbangun, tidurnya banyak mimpi, jika terbangun
sukar tidur kembali, terbangun dinihari, lesu setelah bangun dipagi hari.

13. Daya tahan tubuh yang menurun: daya tahan tubuh yang menurun pada lansia
merupakan salah satu fungsi tubuh yang terganggu dengan bertambahnya umur
seseorang walaupun tidak selamanya hal ini disebabkan oleh proses menua, tetapi
dapat pula karena berbagai keadaan seperti penyakit yang sudah lama diderita
(menahun) maupun penyakit yang baru saja diderita (akut) dapat menyebabkan
penurunan daya tahan tubuh seseorang. Demikian juga penggunaan berbagai obat,
keadaan gizi yang kurang, penurunan fungsi organ-organ tubuh dan lain-lain.

14. Impotensi: merupakan ketidakmampuan untuk mencapai dan atau mempertahankan


ereksi yang cukup untuk melakukan sanggama yang memuaskan yang terjadi paling
sedikit 3 bulan. Menurut Massachusetts Male Aging Study (MMAS) bahwa
penelitian yang dilakukan pada pria usia 40-70 tahun yang diwawancarai ternyata 52
% menderita disfungsi ereksi, yang terdiri dari disfungsi ereksi total 10 %, disfungsi
ereksi sedang 25 % dan minimal 17 %. Penyebab disfungsi ereksi pada lansia adalah
hambatan aliran darah ke dalam alat kelamin sebagai adanya kekakuan pada dinding
pembuluh darah (arteriosklerosis) baik karena proses menua maupun penyakit, dan
juga berkurangnya sel-sel otot polos yang terdapat pada alat kelamin serta
berkurangnya kepekaan dari alat kelamin pria terhadap rangsangan (Siburian, 2009).
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Gerontologi berasal dari kata geros yang berarti lanjut usia dan logos berarti ilmu.
Gerontologi adalah ilmu yang mempelajari tentang lanjut usia dengan masalah-masalah
yang terjadi pada lansia yang meliputi aspek biologis, sosiologis, psikologis, dan
ekonomi.
Keperawatan gerontik adalah suatu bentuk pelayanan keperawatan yang
profesional dengan menggunakan ilmu dan kiat keperawatan gerontik, mencangkup bio
psikososial dan spiritual, dimana klien adalah orang yang telah berusia >60 tahun, baik
yang kondisinya sehat maupun sakit.
DAFTAR PUSTAKA
http://dinnyanggraini.mahasiswa.unimus.ac.id/wp-content/uploads/sites/256/2016/01/Konsep-
Dasar-Keperawatan-Gerontik_Dinny-Anggraini_D3Keperawatan_G0A015080.docx
http://ayuwinda9.blogspot.co.id/2013/05/8-keperawatan-gerontik.html
Ratnawati, Emmelia. ‘Tanpa Tahun’. Asuhan Keperawatan gerontik. Yogyakarta: PT. Pustaka
Baru.

Anda mungkin juga menyukai