Anda di halaman 1dari 352

KEMENTERIAN DALAM NEGERI RI.

BALAI BESAR PEMBERDAYAAN


MASYARAKAT DAN DESA MALANG
2012
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa

SUB MATA LATIHAN 1.1.


KEBIJAKAN PEMERINTAH
TENTANG DESA

KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA


BALAI BESAR PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA MALANG
2012

1
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa

Lembar Bacaan

KEBIJAKAN PEMERINTAH TENTANG DESA


I.

PENDAHULUAN
1. Ketentuan Pasal 18 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945 ditegaskan bahwa “Negara
Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah provinsi dan daerah provinsi itu
dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi, kabupaten dan kota itu
mempunyai pemerintahan daerah, yang diatur dengan undang-undang. Selanjutnya
dalam ketentuan Pasal 18 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945 ditegaskan bahwa
“Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten dan kota mengatur dan mengurus
sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan.
(Sekretariat Jenderal MPR-RI, 2002: 66).
2. Ketentuan konstitusional di atas menunjukkan bahwa Indonesia sebagai Negara
Kesatuan menetapkan pilihan pada kebijakan desentralisasi, karena pemerintahan
daerah provinsi, daerah kabupaten/kota mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. Pengaturan etntang
kebijakan desentralisasi saat ini ditetapkan di dalam dalam Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
3. Di dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah,
diatur tentang satuan wilayah administrasi pemerintahan di daerah, yakni daerah
provinsi dibagi atas daerah kabupaten dan daerah kota (ketentuan Pasal, selanjutnya
daerah kabupaten dan daerah kota dibagi atas kecamatan (ketentuan Pasal 126),
selanjutnya kecamatan dibagi atas kelurahan (ketentuan Pasal 127) dan Desa
(ketentun Pasal 200). (Departemen Dalam Negeri, 2004).
4. Berdasarkan konstruksi pembagian satuan wilayah administrasi pemerintahan
tersebut, maka penyelenggaraan pemerintahan desa merupakan subsistem dari
sistem penyelenggaraan pemerintahan secara nasional, sehingga keberhasilan
penyelenggaraan pemerintahan secara nasional turut ditentukan oleh efetivitas
penyelenggaraan pemerintahan desa.
5. Oleh karena itu, mengingat strategisnya penyelenggaraan pemerintahan desa dalam
sistem penyelenggaraan pemerintahan secara nasional, maka di dalam UndangUndang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, diatur ketentuan
mengenai penyelengaraan pemerintahan desa, yang ditindaklanjuti pengaturannya di

2
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
dalam Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa, serta
kebijakankebijakan turunannya yang diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri.
6. Untuk memperoleh pemahaman yang utuh tentang hakikat penyelenggaraan
pemerintahan desa, maka diperlukan pemahaman tentang kebijakan desentralisasi
dan otonomi daerah, serta hubungan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah
dengan pemerintahan desa sebagai satu kesatuan sistem pemerintahan secara
nasional, agar memiliki ketepatan pemahaman mengenai kebijakan pemerintah
tentang pemerintahan desa.
7. Dalam materi ini, akan diuraikan hal-hal pokok tentang: (a) Pokok-Pokok
kebijakan
desentralisasi dan otonomi daerah; (b) Hubungan antara pemerintah pusat dan
pemerintah daerah dengan pemerintahan desa; dan (c) kebijakan pemerintah tentang
pemerintahan desa. Disamping itu untuk mencapai tujuan dan cita-cita Bangsa
Indonesia untuk memperkuat keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia sesuai
konsepsi ketahanan nasional.

II.

KETAHANAN NASIONAL
Dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan idiil Pancasila,
landasan konstitusional Undang-Undang Dasar 1945, landasan nasional yaitu Wawasan
Nusantara. Pengertian ketahanan nasional adalah kondisi kehidupan nasional perlu
keuletan dan ketangguhan untuk meningkatkan kemampuan dalam mengembangkan
kekuatan nasional dalam menghadapi lawan baik langsung dari dalam negeri maupun
dari
luar negeri berupa tantangan, ancaman, hambatan, gangguan yang membahayakan
integritas, identitas, kelangsungan hidup dan perjuangan dalam mengejar tujuan
hidup.
Oleh karena itu, tujuan Negara Indonesia : 1) memajukan kesejahteraan umum;
2) mencerdaskan kehidupan bangsa; dan 3) ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan perdamaian abadi dan keadilan sosial. Sedangkan ketahanan nasional
merupakan kondisi yang harus dimiliki dalam semua aspek kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, bernegara dalam ruang lingkup Negara Republik Indonesia.
Dengan

demikian

bangsa

Indonesia

harus

tetap

membangun

dalam

menyelenggarakan kehidupan Nasional (politik, ekonomi, sosial budaya dan pertahanan


keamanan) dengan mengutamakan persatuan, keutuhan dan kesatuan bangsa dan
wilayah, sehingga pentingnya perekat Wawasan Nusantara yang merupakan cara
pandang Bangsa Indonesia tentang jati dirinya, lingkungannya dalam eksistensinya
yang
serba berkembang baik regional, nasional dan global. Pentingnya asas-asas Ketahanan
Nasional Indonesia yaitu tata laku berdasarkan nilai-nilai Pancasila, Undang-Undang
Dasar 1945 dan Wawasan Nusantara yang terdiri dari : 1) asas kesejahteraan dan
3
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
keamanan; 2) asas komprehensif integral; 3) asas mawas kedalam dan keluar; dan 4)
asas kekeluargaan.
Oleh karena itu, visi pemberdayaan masyarakat desa dalam mewujudkan
kemandirian masyarakat yang mempunyai empat pilar negara meliputi : 1) Pancasila;
2)
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945; 3) Negara Kesatuan Negara Republik
Indonesia; dan 4) Bhinneka Tunggal Ika.

III.

POKOK-POKOK KEBIJAKAN DESENTRALISASI DAN OTONOMI DERAH


A. Telaahan Konseptual tentang Makna Desentralisasi dan Otonomi Daerah

1. Menurut beberapa teori modern, bentuk-bentuk negara modern yang terpenting


dewasa ini adalah Negara Serikat atau Federasi dan Negara Kesatuan atau
Unitarisme. Negara Kesatuan dapat dibedakan ke dalam bentuk: (a) negara
kesatuan dengan sistem sentralisasi, dimana segala sesuatu dalam Negara itu
langsung ditetapkan oleh Pemerintah Pusat, dan daerah-daerah tinggal
melaksanakannya; dan (b) Negara Kesatuan dengan sistem desentralisasi,
dimana kepada Daerah diberikan kekuasaan untuk mengatur dan mengurus
urusan rumah tangganya sendiri (otonomi daerah) yang dinamakan Daerah
Otonom. (Kansil, 1976).
2. Dengan demikian, penyelenggaraan kewenangan pemerintahan di dalam sebuah
Negara Kesatuan, senantiasa berada dalam dua pilihan kebijakan antara
“sentralisasi” atau “desentralisasi”. Bila ditetapkan pilihan pada desentralisasi,
maka kewenangan pemerintahan harus diserahkan kepada daerah otonom,
sehingga setiap daerah otonom memiliki kewenangan otonomi yang disebut
otonomi daerah (Lipson, 1981).
3. Beberapa

pakar

mengemukakan

alasan

pentingnya

pelaksanaan

asas

desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan. Menurut The Liang Gie


(1968), alasan dianutnya asas desentralisasi adalah:
a. Dilihat dari sudut politik sebagai permainan kekuasaan, desentralisasi
dimaksudkan untuk mencegah penumpukan kekuasaan pada satu pihak saja,
yang pada akhirnya dapat menimbulkan tirani;
b. Dalam bidang politik, penyelenggaraan desentralisasi dianggap sebagai
tindakan pendemokrasian, untuk menarik rakyat ikut serta dalam pemerintahan
dan melatih diri dalam mempergunakan hak-hak demokrasi;
c. Dari

sudut

teknik

organisatoris
pemerintahan,

alasan

mengadakan

desentralisasi adalah semata-mata untuk mencapai suatu pemerintahan yang


efisien. Apa yang dianggap lebih utama untuk diurus oleh pemerintah setempat,
4
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
pengurusannya diserahkan kepada Pemerintah Daerah, dan hal-hal yang tepat
di tangan Pusat, diurus oleh Pemerintah Pusat;
d. Dari sudut kultural, desentralisasi perlu diadakan supaya perhatian dapat
sepenuhnya ditumpahkan kepada kekhususan sesuatu daerah, seperti
geografi, keadaan penduduk, kegiatan ekonomi, watak kebudayaan atau latar
belakang sejarah;
e. Dari sudut kepentingan pembangunan ekonomi, desentralisasi diperlukan,
karena pemerintah daerah dapat lebih banyak dan secara langsung membantu
pembangunan tersebut.
4. Sedangkan Cheema dan Rondinelli (1983) mengemukakan sembilan alasan
dianutnya desentralisasi, yakni:
a. Kebijakan desentralisasi akan mempermudah artikulasi dan implementasi
kebijakan pembangunan atas dasar pemerataan dengan meningkatnya
kemampuan

administratif

unit-unit

kerja

daerah.

Hal

ini

dapat

pula

meningkatkan kemampuan pejabat dan pimpinan politik dalam rangka


mengidentifikasi masalah-masalah pembangunan setempat dengan penentuan
prioritas pembangunan yang tepat.
b. Desentralisasi dapat mengurangi dan menyederhanakan prosedur birokrasi
yang rumit dan berliku-liku.
c. Desentralisasi dapat pula meningkatkan persatuan nasional dan memperteguh
legitimasi pemerintahan, karena desentralisasi memberi kesempatan kepada
masyarakat untuk mengenal masalah yang dihadapi dan menyalurkan
permasalahan itu kepada lembaga-lembaga pemerintahan yang relevan.
d. Koordinasi

yang

lebih

efektif

dapat

pula

dicapai

melalui

Kebijakan
desentralisasi. Bermacam-macam kegiatan yang dilaksanakan oleh aneka
ragam organisasi pemerintahan, dapat lebih mudah

diharmoniskan dan

dipadukan.
e. Desentralisasi

dapat

pula

dianggap

sebagai

suatu

mekanisme

untuk

meningkatkan efisiensi pemerintah pusat, karena tugas-tugas rutin akan lebih


efektif jika diselenggarakan oleh pejabat daerah.
f. Partisipasi masyarakat dalam pembangunan dapat pula ditingkatkan dengan
menempuh

kebijakan

desentralisasi.

Perluasan

partisipasi

masyarakat

dilakukan melalui mekanisme dan saluran tertentu, agar anggota masyarakat


dapat

menyalurkan

pandangan

dan

kebutuhan-kebutuhannya

melalui

pengambil keputusan di berbagai tingkatan pemerintahan. Rasa tanggung

5
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
jawab

pejabat-pejabat

daerah

akan

meningkat

melalui

mekanisme

desentralisasi ini.
g. Desentralisasi

mengandung

kemungkinan

untuk

meningkatkan

dan

memperluas fasilitas dan pelayanan oleh pemerintah dengan mengurangi


kontrol oleh kelompok elit lokal terhadap kegiatan pembangunan. Masyarakat
yang berkepentingan terhadap fasilitas dan pelayanan dapat melakukan
pemantauan dan evaluasi terhadap program-program pembangunan.
h. Dengan

desentralisasi,

pemberian

pelayanan

oleh

pemerintah

kepada

masyarakat yang menyangkut kebutuhan dasar akan lebih efisien, karena biaya
pelayanan tersebut dapat ditekan serendah mungkin. Masyarakat secara
langsung dapat memberi tanggapan terhadap program-program kesejahteraan
yang dilaksanakan pemerintah.
i. Desentralisasi dapat mempertinggi fleksibilitas instansi pusat, staf lapangan
serta pemimpin lokal dalam rangka penanganan masalah-masalah setempat
yang bersifat khusus. Program-program tertentu dapat diujicoba terlebih dahulu,
tanpa harus mempertimbangkan seluruh bagian negara, menilai inovasi
administratif secara lokal, serta meningkatkan prakarsa pejabat dan pimpinan
politik lokal.
5. Selain

beberapa
alasan

pentingnya

desentralisasi,

Riwu

Kaho

(1982)

mengemukakan pendapat tentang 5 (lima) kelemahan desentralisasi dalam


penyelenggaraan pemerintahan, yakni:
a. Karena banyaknya urusan pemerintahan yang diserahkan dan dilaksanakan
oleh Daerah-Daerah, maka organisasi Pemerintah Daerah menjadi lebih besar
dengan

struktur

pemerintahan

yang

lebih

kompleks,

sehingga

dapat

mempersulit koordinasi;
b. Keseimbangan dan keserasian antara bermacam-macam kepentingan daerah
akan lebih mudah terganggu;
c. Khusus mengenai desentralisasi teritorial atau pola pembagian wilayah, akan
dapat mendorong timbulnya hal-hal yang disebut Daerahisme atau Provinsialisme;
d. Keputusan yang diambil memerlukan waktu yang lama, karena membutuhkan
perundingan-perundingan yang lama, khususnya antara badan legislatif dan
badan eksekutif Daerah.
e. Dalam penyelenggaraan desentralisasi, diperlukan biaya yang lebih banyak,
dan sulit untuk memperoleh keseragaman dan kesederhanaan dalam
menentukan pola perimbangan keuangan antara Pusat dan Daerah.

6
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
6. Pendapat beberapa pakar di atas menunjukkan bahwa aspek-aspek pokok
pentingnya desentralisasi adalah:
a. aspek politik dalam rangka mewujudkan demokratisasi dan partisipasi
masyarakat dalam penyelenggaraan negara.
b. aspek pemerintahan, agar dapat diselenggarakan secara lebih efektif dan efisien.
c. aspek pembangunan, agar dalam pengelolaannya dapat lebih sesuai dengan
prioritas masalah dan kebutuhan masyarakat lokal.
d. aspek kultural, agar dapat lebih meningkatkan apresiasi budaya lokal sesuai
latar belakang sejarah dan warisan budaya yang dapat menjadi perekat
interaksi sosial antara berbagai suku bangsa.
7. Melalui kebijakan desentralisasi yang memiliki makna penyerahan wewenang
pemerintahan oleh Pemerintah kepada daerah otonom untuk mengatur dan
mengurus urusan pemerintahan dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia,
maka Pemerintah Daerah memiliki diskresi atau keleluasaan kewenangan dalam
mengatur dan mengurus kehidupan masyarakat di masing-masing daerah.
8. Oleh karena itu, setiap Daerah Otonom, baik daerah provinsi maupun daerah
kabupaten dan kota, harus mengabdikan penyelenggaraan otonomi daerah bagi
kepentingan masyarakat setempat. Dengan mengikuti pendapat Rasyid (1996: 3738),
maka Pemerintah dan Pemerintah Daerah memiliki tiga fungsi hakiki, yakni:
”pelayanan

(services),

pemberdayaan

(empowerment)

dan

pembangunan

(development). Meskipun, dalam proses penyelenggaraan pemerintahan, menurut


Osborne dan Gaebler (1993: 49), pemerintah harus lebih mengutamakan upaya
memberdayakan

masyarakat

ketimbang

memberikan

pelayanan

kepada

masyarakat (empowering rather than serving).


9. Pentingnya tugas pelayanan, pemberdayaan dan pembangunan yang harus
diemban oleh setiap daerah otonom, dapat dicermati di dalam konsiderans
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, yang
menegaskan bahwa “otonomi daerah diarahkan untuk mempercepat terwujudnya
kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan
masyarakat dan peningkatan daya saing daerah dengan memperhatikan
prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan, dan kekhususan suatu
daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia”.
10. Oleh karena itu, tingkat kinerja Pemerintah Daerah dalam melaksanakan
kewenangan otonominya akan diukur dari:
a. tingkat penerimaan masyarakat terhadap pelayanan yang diberikan oleh
Pemerintah Daerah.
7
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
b. meningkatnya keberdayaan masyarakat dalam seluruh aspek kehidupannya.
c. meningkatnya kesejahteraan masyarakat sebagai dampak langsung dari
pelaksanaan pembangunan daerah.
B. Kebijakan Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia

1. Di dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah,


dinyatakan bahwa ”desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan
oleh Pemerintah kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan
pemerintahan dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia”.
2. Penyerahan wewenang pemerintahan oleh Pemerintah kepada daerah otonom
untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, diimplementasikan dalam
bentuk ”pembagian urusan pemerintahan antara pemerintah dan daerah otonom”.
Pembagian urusan pemerintahan tersebut didasarkan pada pemikiran bahwa
”selalu terdapat berbagai urusan pemerintahan yang sepenuhnya/tetap menjadi
kewenangan pemerintah.
3. Di dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah,
dinyatakan bahwa terdapat 6 (enam) urusan pemerintahan yang tidak diserahkan
kepada daerah otonom, yakni: politik luar negeri, pertahanan, keamanan, yustisi,
moneter dan fiskal nasional,

dan

agama. Tidak diserahkannya

urusan

pemerintahan tersebut kepada daerah otonom, karena pelaksanaan urusan


pemerintahan tersebut menyangkut terjaminnya kelangsungan kehidupan bangsa
dan nenara secara keseluruhan dalam rangka menegakkan wibawa negara dan
pemerintahan dalam hubungan internasional (urusan politik luar negeri), menjaga
persatuan dan kesatuan nasional serta keutuhan Negara Kesatuan Republik
Indonesia (urusan pertahanan, keamanan, dan yustisi), kepentingan stabilitas
perekonomian nasional (urusan moneter dan fiskal nasional), serta penegakkan
kebebasan beragama bagi setiap warga negara sesuai amanat Pasal 28E
Undang-Undang Dasar 1945 (urusan agama).
4. Selain enam urusan pemerintahan yang menajdi wewenang pemerintah tersebut,
urusan-urusan pemerintahan lainnya diserahkan kepada daerah otonom. Namun,
dalam pelaksanaan urusan-urusan pemerintahan tersebut, senantiasa terdapat
”bagian urusan pemerintahan yang bersifat concurrent”, artinya urusan
pemerintahan yang penanganannya dalam bagian atau bidang tertentu dapat
dilaksanakan bersama antara pemerintah dan pemerintah daerah. Dengan
demikian, setiap urusan pemerintahan yang bersifat concurrent senantiasa ada
bagian urusan yang menjadi kewenangan pemerintah, ada bagian urusan yang

8
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
diserahkan kepada provinsi, dan ada bagian urusan yang diserahkan kepada
kabupaten/kota.
5. Implikasi dari kebijakan desentralisasi (penyerahan wewenang pemerintahan oleh
Pemerintah kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan
pemerintahan) tersebut adalah adanya ”otonomi daerah” yakni hak, wewenang,
dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
6. Dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan
daerah, pemerintahan daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya untuk
mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan berdasarkan asas otonomi
dan tugas pembantuan.
7. Dalam

pelaksanaan

penyerahan

urusan

pemerintahan

tersebut,

urusan

pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom diklasifikasi ke dalam 2


(dua) bentuk urusan pemerintahan, yakni: (a) Urusan wajib, yaitu suatu urusan
pemerintahan yang berkaitan dengan pelayanan dasar (seperti pendidikan dasar,
kesehatan, pemenuhan kebutuhan hidup minimal, atau prasarana lingkungan
dasar); dan (b) Urusan pilihan, yaitu urusan pemerintahan yang terkait erat
dengan potensi unggulan dan kekhasan daerah.
8. Rincian urusan wajib dan urusan pilihan untuk provinsi dan kabupaten/kota adalah
sebagai berikut:
a. Daerah Provinsi (ketentuan Pasal 13 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004):
1) Urusan wajib, meliputi: (a) Perencanaan dan pengendalian pembangunan;
(b)

perencanaan,

pemanfaatan

dan

pengawasan

tata

ruang;

(c)

penyelenggaraan ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat; (d)


penyediaan sarana dan prasarana umum; (e) penanganan bidang
kesehatan; (f) penyelengaraan pendidikan dan alokasi sumber daya
manusia potensial; (g) penanggulangan masalah sosial lintas kabupaten/
kota; (h) pelayanan bidang ketenagakerjaan lintas kabupaten/kota; (i)
fasilitasi pengembangan koperasi, usaha kecil, dan menengah termasuk
lintas kabupaten/kota; (j) pengendalian lingkungan hidup; (k) pelayanan
pertanahan termasuk lintas kabupaten/kota; (l) pelayanan kependudukan
dan catatan sipil; (m) pelayanan administrasi umum pemerintahan; (n)
pelayanan administrasi penanaman modal termasuk lintas kabupaten/ kota;
(o)

penyelenggaraan

pelayanan

dasar lainnya

yang

belum

dapat

dilaksanakan oleh kabupaten/kota; (p) urusan wajib lainnya yang


diamanatkan oleh peraturan perundang-undangan.
9
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
2) Urusan pilihan, meliputi urusan pemerintahan yang secara nyata ada dan
berotensi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan
kondisi, kekhasan dan potensi unggulan daerah yang bersangkutan (seperti
pertambangan, perikanan, pertanian, perkebunan, kehutanan, pariwisata).
b. Daerah Kabupaten/Kota: (ketentuan Pasal 14 Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2004):
1) Urusan wajib, meliputi: (a) Perencanaan dan pengendalian pembangunan;
(b)

perencanaan,

pemanfaatan

dan

pengawasan

tata

ruang;

(c)

penyelenggaraan ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat; (d)


penyediaan sarana dan prasarana umum; (e) penanganan bidang
kesehatan; (f) penyelengaraan pendidikan; (g) penanggulangan masalah
sosial; (h) pelayanan bidang ketenagakerjaan; (i) fasilitasi pengembangan
koperasi, usaha kecil, dan menengah; (j) pengendalian lingkungan hidup;
(k) pelayanan pertanahan; (l) pelayanan kependudukan dan catatan sipil;
(m)

pelayanan

administrasi

umum

pemerintahan;

(n)

pelayanan

administrasi penanaman modal; (o) penyelenggaraan pelayanan dasar


lainnya; dan (p) urusan wajib lainnya yang diamanatkan oleh peraturan
perundang-undangan.
2) Urusan pilihan, meliputi urusan pemerintahan yang secara nyata ada dan
berotensi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan
kondisi, kekhasan, dan potensi unggulan daerah yang bersangkutan (seperti
pertambangan, perikanan, pertanian, perkebunan, kehutanan, pariwisata).
9. Selain melaksanakan urusan pemerintahan yang diserahkan oleh Pemerintah
Pusat (melalui asas desentralisasi dan dilaksanakan secara otonom), Pemerintah
Daerah

juga

melaksanakan
tugas

pembantuan,

yakni

penugasan

dari

pemerintah kepada daerah, atau dari pemerintah provinsi kepada kabupaten/kota


untuk melaksanakan tugas tertentu.
10. Sejalan dengan desentralisasi kewenangan (dalam bentuk penyerahan urusan
pemerintahan untuk dilaksanakan oleh daerah otonom), maka juga dilaksanakan
”desentraliasi fiskal” (dalam bentuk Perimbagan Keuangan antara Pemerintah
Pusat dan Pemerintah Daerah), agar setiap daerah otonom dapat membiayai
penyelenggaraan urusan pemerintahan tersebut secara efektif dan efisien bagi
kepentingan masyarakat.
11. Oleh

karena

itu,

dalam

rangka

meningkatkan

efektivitas

dan

efisiensi

penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi wewenang daerah otonom,


serta pendayagunaan keuangan daerah yang diperoleh melalui mekanisme
10
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
desentralisasi fiskal, maka Pemerintah Pusat wajib melakukan pembinaan dan
pengawasan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah.
12. Desa sebagai sebuah entitas pemerintahan otonom (otonomi asli), juga memiliki
kewenangan untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan. Di dalam Pasal 206
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan daerah ditetapkan
bahwa ”Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan desa mencakup: (a)
urusan pemerintahan yang sudah ada berdasarkan hak asal usul desa; (b) urusan
pemerintahan yang menjadi kewenangan kabupaten/kota yang diserahkan
pengaturannya kepada desa; (c) tugas pembantuan dari Pemerintah, Pemerintah
Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota; dan (d) urusan pemerintahan lainnya
yang oleh peraturan perundang-undangan diserahkan kepada desa.
13. Ketentuan di atas menunjukkan bahwa kewenangan desa berupa ”urusan
pemerintahan yang menjadi kewenangan kabupaten/kota yang diserahkan
pengaturannya

kepada

desa”

merupakan

urusan

pemerintahan

yang

didesentralasasikan secara berjenjang dari pemerintah kepada kabupaten/kota, dan


selanjutnya kabupaten/kota menyerahkan sebagian urusan pemerintahan tersebut
kepada desa (desentralisasi kewenangan berjenjang). Kebijakan ini telah diatur
di dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 30 Tahun 2006 tentang Tatacara
Penyerahan Urusan Pemerintahan Kabupaten/Kota Kepada Desa.
14. Dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan
desa, maka desa juga memperoleh dana perimbangan dari Pemerintah Pusat
melalui kabupaten/kota dalam bentuk ”Alokasi Dana Desa” (desentralisasi fiskal
berjenjang).

Dana/keuangan

tersebut

digunakan

untuk

membiayai

penyelenggaraan pemerintahan desa dan pemberdayaan masyarakat desa.


15. Oleh

karena

itu,

dalam

rangka
meningkatkan

efektivitas

dan

efisiensi

penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan desa, serta


pendayagunaan keuangan desa yang diperoleh dari Pemerintah Pusat melalui
Pemerintah kabupaten/kota, maka Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
wajib

melakukan

pembinaan

dan

pengawasan

atas

penyelenggaran

pemerintahan desa.

IV. HUBUNGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAHAN DAERAH


DENGAN PEMERINTAHAN DESA
A. Di dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, telah
diatur lima bentuk hubungan antara Pemerintah Pusat dan Daerah Otonom, yakni:

11
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
1. Hubungan dalam bidang kewenangan, meliputi: (1) penyerahan urusan
pemerintahan dari pemerintah kepada daerah otonom untuk mengatur dan
mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat
sesuai dengan peraturan perundang-undangan (melalui asas desentralisasi dan
dilaksanakan secara otonom); dan (2) penugasan dari pemerintah kepada daerah,
atau dari pemerintah provinsi kepada kabupaten/kota untuk melaksanakan tugas
tertentu berdasarkan asas tugas pembantuan.
2. Hubungan dalam bidang keuangan, meliputi: (1) pemberian sumber-sumber
keuangan

untuk

menyelengarakan

urusan

pemerintahan

yang

menjadi

kewenangan pemerintahan daerah; (2) pengalokasian dana perimbagan kepada


pemerintah daerah; dan (3) pemberian pinjaman dan/atau hibah kepada
pemerintahan daerah.
3. Hubungan dalam bidang pelayanan umum, meliputi: (1) kewenangan,
tanggungjawab dan penentuan standar pelayanan minimal; (2) pengalokasian
pendanaan pelayanan umum yang menjadi kewenangan daerah; dan (3) fasilitasi
pelaksanaan kerjasama antar pemerintah daerah dalam penyelenggaraan
pelayanan umum.
4. Hubungan dalam bidang pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya
lainnya,

meliputi:

(1)

kewenangan,

tanggungjawab

dan

pemanfaatan,

pemeliharaan, pengendalian dampak, budidaya, dan pelestarian; (2) bagi hasil


atas pemanfaatan sumber daya sumber daya alam dan sumber daya lainnya; dan
(3) penyerasian lingkungan dan tata ruang serta rehabilitasi lahan.
5. Hubungan dalam bidang pembinaan dan pengawasan, meliputi:
a. Pembinaan penyelengaraan pemerintahan daerah dilaksanakan oleh pemerintah,
yang meliputi: (a) koordinasi pemerintahan antar susunan pemerintahan; (b)
pemberian pedoman dan standar pelaksanaan urusan pemerintahan; (c)
pemberian bimbingan, supervisi, dan konsultasi pelaksanan urusan pemerintahan;
(d) pendidikan dan pelatihan; dan (e) perencanaan, penelitian, pengembangan,
pemantauan, dan evaluasi pelaksanaan urusan pemerintahan.
b. Pengawasan penyelengaraan pemerintahan daerah dilaksanakan oleh pemerintah,
yang meliputi: (a) pengawasan atas pelaksanaan urusan pemerintahan; (b)
penagawasan atas peraturan daerah dan peraturan kepala daerah; (c) pemberian
penghargaan dan sanksi dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah; (d)
pendidikan dan pelatihan; dan (e) perencanaan, penelitian, pengembangan,
pemantauan, dan evaluasi pelaksanaan urusan pemerintahan.

12
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
B. Sejalan dengan bentuk-bentuk hubungan antara Pemerintah Pusat dan Daerah
Otonom, maka sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 72 tahun 205
tentang Desa, terdapat tiga bentuk hubungan antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah dengan Pemerintah Desa, yakni:

13
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
1. Hubungan dalam bidang kewenangan, meliputi:
a. Hubungan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Desa, meliputi:
penugasan dari pemerintah pusat kepada desa untuk melaksanakan tugas
tertentu berdasarkan asas tugas pembantuan.
b. Hubungan antara Pemerintah Provinsi dan Pemerintahan Desa, meliputi:
penugasan dari pemerintah provinsi kepada desa untuk melaksanakan tugas
tertentu berdasarkan asas tugas pembantuan.
c. Hubungan antara Pemerintah Kabupaten/Kota dan Pemerintahan Desa,
meliputi: (a) penyerahan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan
kabupaten/kota kepada desa untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahan tersebut; dan (b) penugasan dari pemerintah kabupaten/kota
kepada desa untuk melaksanakan tugas tertentu berdasarkan asas tugas
pembantuan.
2. Hubungan dalam bidang keuangan, meliputi:
a. Hubungan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Desa, meliputi:
pemberian bantuan keuangan oleh Pemerintah Pusat kepada desa untuk
membiayai

penyelenggaraan

pemerintahan

desa

dan

program-program

pemberdayaan masyarakat desa.


b. Hubungan antara Pemerintah Provinsi dan Pemerintahan Desa, meliputi:
pemberian bantuan keuangan oleh Pemerintah Provinsi kepada desa untuk
membiayai

penyelenggaraan

pemerintahan

desa

dan

program-program

pemberdayaan masyarakat desa.


c. Hubungan antara Pemerintah Kabupaten/Kota dan Pemerintahan Desa,
meliputi: (a) bagi hasil pajak daerah minimal 10% untuk desa; (b) bagi hasil
retribusi daerah; (c) pemberian ”Alokasi Dana Desa”, yakni bagian dari dana
perimbangan keuangan antara pusat dan daerah yang diterima kabupaten/kota
minimal sebesar 10% untuk desa; dan (d) pemberian bantuan keuangan oleh
Pemerintah kabupaten/kota kepada desa untuk membiayai penyelenggaraan
pemerintahan desa dan program-program pemberdayaan masyarakat desa.
3. Hubungan dalam bidang pembinaan dan pengawasan, meliputi:
a. Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi berkewajiban untuk melakukan
pembinaan atas penyelenggaraan pemerintahan desa.
b. Pemerintah Kabupaten/Kota berkewajiban untuk melakukan pembinaan dan
pengawasan atas penyelenggaraan pemerintahan desa.
c. Aparatur Kecamatan berkewajiban untuk melakukan fasilitasi dan koordinasi
atas penyelenggaraan pemerintahan desa.
14
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa

V.

POKOK-POKOK KEBIJAKAN PEMERINTAH TENTANG PEMERINTAHAN DESA


A. Lima Kebijakan Baru Mengenai Desa di dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
Bila kita mencermati ketentuan di dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah (khususnya ketentuan-ketentuan yang mengatur
mengenai desa), yang ditindaklanjuti dengan Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun
2005 tentang Desa, maka jika kita bandingkan dengan pengaturan mengenai desa
pada peraturan perundang-undangan sebelumnya, sekurang-kurangnya terdapat 5
(lima) kebijakan baru mengenai desa, yakni:
1. Penambahan kewenangan desa, yakni: urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan kabupaten/kota yang diserahkan pengaturannya kepada desa;
2. Kepastian sumber-sumber keuangan desa, yakni: bagian dari dana perimbangan
yang diterima oleh kabupaten/kota, minimal 10% diberikan kepada Desa (yang
disebut Alokasi Dana Desa);
3. Memperkuat makna demokrasi desa berdasarkan nilai musyawarah untuk mufakat
dalam penetapan kebijakan desa, yakni merubah nomenklatur ”Badan Perwakilan
Desa” menjadi ”Badan Permusyawaratan Desa”.
4. Memperkuat kedudukan Kepala Desa sebagai Kepala Pemerintahan Desa, agar
tercipta kesinambungan penyelenggaraan pemerintahan desa yakni: (a) melarang
Kepala Desa menjadi pengurus partai politik; (b) memastikan kedudukan keuangan
kepala desa; dan (c) Kepala Desa bertanggungjawab kepada Bupati/Walikota;
5. Menigkatkan kinerja penyelenggaraan administrasi pemerintahan desa, yakni
jabatan Sekretaris desa diisi dari pegawai negeri sipil.
B. Pembentukan dan Perubahan Status Desa
1. Pembentukan Desa:
a. Desa dibentuk atas prakarsa masyarakat dengan memperhatikan asal-usul
desa dan kondisi sosial budaya masyarakat setempat.
b. Pembentukan desa harus memenuhi syarat: jumlah penduduk; luas wilayah;
bagian wilayah kerja; perangkat; dan sarana dan prasarana pemerintahan.
c. Pembentukan desa dapat berupa penggabungan beberapa desa, atau bagian
desa yang bersandingan, atau pemekaran dari satu desa menjadi dua desa
atau lebih, atau pembentukan desa di luar desa yang telah ada.
d. Pemekaran dari satu desa menjadi dua desa atau lebih dapat dilakukan setelah
mencapai paling sedikit 5 (lima) tahun penyelenggaraan pemerintahan desa.
e. Desa yang kondisi masyarakat dan wilayahnya tidak lagi memenuhi
persyaratan dapat dihapus atau digabung.

15
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
f. Dalam wilayah desa dapat dibentuk Dusun atau sebutan lain yang merupakan
bagian wilayah kerja pemerintahan desa dan ditetapkan dengan peraturan desa.
g. Sebutan bagian wilayah kerja pemerintahan desa, disesuaikan dengan kondisi
sosial budaya masyarakat setempat yang ditetapkan dengan peraturan desa.
2. Perubahan Status
a. Desa dapat diubah atau disesuaikan statusnya menjadi kelurahan berdasarkan
prakarsa Pemerintah Desa bersama BPD dengan memperhatikan saran dan
pendapat masyarakat setempat.
b. Perubahan status desa menjadi kelurahan memperhatikan persyaratan : luas
wilayah; jumlah penduduk; prasarana dan sarana pemerintahan; potensi
ekonomi; dan kondisi sosial budaya masyarakat.
c. Desa yang berubah menjadi Kelurahan, Lurah dan Perangkatnya diisi dari
pegawai negeri sipil.
d. Desa yang berubah statusnya menjadi Kelurahan, kekayaannya menjadi
kekayaan daerah dan dikelola oleh kelurahan yang bersangkutan untuk
kepentingan masyarakat setempat.
e. Pendanaan sebagai akibat perubahan status desa menjadi kelurahan
dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah kabupaten/kota.
3. Ketentuan lebih lanjut mengenai Pembentukan, Penghapusan dan Penggabungan
Desa, serta perubahan status desa menjadi kelurahan diatur dengan Peraturan
Daerah Kabupaten/Kota dengan berpedoman pada Peraturan Menteri. Peraturan
Daerah Kabupaten/Kota wajib mengakui dan menghormati hak asal-usul, adat
istiadat desa dan sosial budaya masyarakat setempat.
4. Peraturan Menteri Dalam Negeri yang mengatur mengenai pembentukan dan
perubahan status desa adalah: (a) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 27
Tahun 2006 tentang Penetapan Dan Penegasan Batas Desa; dan (b) Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 28 Tahun 2006 tentang Pembentukan, Penghapusan,
Penggabungan Desa dan Perubahan Status Desa Menjadi Kelurahan.
C. Kewenangan Desa
1. Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan desa mencakup: (a) urusan
pemerintahan yang sudah ada berdasarkan hak asal usul desa; (b) urusan
pemerintahan yang menjadi kewenangan kabupaten/kota yang diserahkan
pengaturannya kepada desa; (c) tugas pembantuan dari Pemerintah, Pemerintah
Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota; dan (d) urusan pemerintahan lainnya
yang oleh peraturan perundang-undangan diserahkan kepada desa.

16
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
2. Urusan pemerintahan yang sudah ada berdasarkan hak asal usul desa, pada
hakikatnya merupakan urusan pemerintahan yang dilaksanakan oleh pemerintahan
desa sesuai dengan sistem nilai sosial budaya masyarakat setempat, serta hal-hal
yang berkenaan dengan aspek religiositas (karena dalam kehidupan masyarakat
kita terjadi proses inkulutrasi nilai-nilai religi dalam kehidupan sosial budaya
masyarakat

setempat).

Contoh:

urusan

di

bidang

pelestarian

lingkungan

berdasarkan sistem nilai sosial budaya masyarakat setempat.


3. Tugas pembantuan dari pemerintah, pemerintah provinsi, dan pemerintah
kabupaten/kota, pada hakikatnya merupakan bentuk penugasan dari pemerintah,
pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota kepada desa untuk
melaksanakan urusan pemerintahan tertentu, disertai sumber pembiayaannya,
sehingga Pemerintah Desa memberikan pertangungjawaban pelaksanaan tugas
tersebut kepada pihak yang menugaskannya. Contoh: pelaksanaan program
beras murah untuk keluarga miskin.
4. Urusan

pemerintahan

lainnya

yang

oleh

peraturan

perundang-undangan

diserahkan kepada desa, pada hakikatnya merupakan jenis urusan pemerintahan


tertentu yang ditetapkan di dalam peraturan perundang-undangan untuk
diserahkan kepada desa, sehingga Pemerintahan Desa memiliki kewenangan
mengatur dan mengurus atas urusan pemerintahan tersebut. Contoh: Di dalam
Undang-Undang

Nomor

25

Tahun

2004

tentang
Sistem

Perencanaan

Pembangunan Nasional ditetapkan bahwa salah satu pendekatan perencanaan


pembangunan adalah ”perencanaan bawah-atas (bottom-up planning)” yang
dilaksanakan

dalam

forum

”Musyawarah

Perencanaan

Pembangunan/

Musrenbang” secara berjenjang mulai dari Musrenbang Desa/Kelurahan hingga


Musrenbang Pusat, sehingga Pemerintahan Desa memiliki kewenangan untuk
melaksanakan Musrenbang secara partisipatif dalam rangka menyusun Rencana
Pembangunan Desa.
5. Sedangkan ”urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Kabupaten/Kota
yang diserahkan pengaturannya kepada Desa” pada hakikatnya memiliki tujuan
agar urusan-urusan pemerintahan tertentu yang dapat dikelola secara efisien dan
akuntabel oleh Desa dapat dilakukan secara otonom oleh Pemerintah Desa.
Ketentuan tersebut telah diatur di dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
30

Tahun

2006

tentang

Tata

Cara

Penyerahan

Urusan

Pemerintahan

Kabupaten/Kota Kepada Desa.


6. Penyerahan ”urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Kabupaten/Kota
yang diserahkan pengaturannya kepada Desa” akan berimplikasi terhadap:
17
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
a. Kewenangan memutuskan ada pada tingkat Desa, sehingga terjadi: (1)
pergeseran

kewenangan

dari

Pemerintahan

kabupaten/kota

kepada

Pemerintahan desa; dan (2) peningkatan volume perumusan peraturan


perundang-undangan berupa Peraturan Desa, Peraturan Kepala Desa, dan
Keputusan Kepala Desa.
b. Adanya pembiayaan yang diberikan Kabupaten/Kota kepada Desa dalam
rangka pelaksanaan urusan pemerintahan tersebut, sehingga terjadi: (1)
pergeseran anggaran dari pos perangkat daerah kepada pos pemerintahan
desa; dan (2) adanya program pembangunan yang bisa mengatasi kebutuhan
masyarakat Desa dalam skala Desa.
c. Adanya prakarsa dan inisiatif pemerintahan desa dalam mengembangkan
aspek budaya, ekonomi, dan lingkungan hidup di wilayahnya sesuai ruang
lingkup kewenangan yang diserahkan.
d. Adanya prakarsa dan kewenangan memutuskan oleh Pemerintahan Desa
sesuai

kebutuhan

masyarakat

Desa,

sehingga

keterlibatan

seluruh

stakeholders (Badan Permusyawaratan Desa, Lembaga Kemasyarakatan, dan


masyarakat desa) dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan
pembangunan semakin lebih maksimal.
e. Bila semua kebutuhan lokal dapat diatasi oleh pemerintah desa, diharapkan
akan

semakin

meningkat

partisipasi

masyarakat

dalam

mendukung

keberhasilan program-program pemerintah.


7. Namun, implementasi penyerahan kewenangan dari Pemerintah Kabupaten/Kota
kepada Desa tersebut membutuhkan terpenuhinya beberapa prasyarat pokok,
yakni: (a) dibutuhkan tingkat kemampuan yang memadai dari Kepala Desa dan
Perangkat Desa dalam mengelola urusan pemerintahan tersebut, yang dapat
dilakukan melalui kegiatan sosialisasi, pendidikan, pelatihan dan/atau pemagangan;
(b) meningkatnya kebutuhan tenaga teknis pada tingkat Pemerintahan Desa.
D. Pemerintah Desa
1. Pemerintah Desa terdiri dari Kepala Desa dan Perangkat Desa. Perangkat Desa
terdiri dari: (a) Sekretariat Desa (unsur staf), yang dipimpin oleh Sekretaris
Desa;
(b) pelaksana teknis lapangan (sebagai unsur lini), dan (c) Dusun (sebagai unsur
wilayah). Jumlah Perangkat Desa disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi
sosial budaya masyarakat setempat. Susunan organisasi dan tata kerja
pemerintahan desa ditetapkan dengan peraturan desa.
2. Pedoman Penyusunan Organisasi dan Tata Kerja Pemerintahan Desa diatur
dengan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota, yang sekurang-kurangnya memuat
18
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
tata cara penyusunan struktur organisasi, perangkat, tugas dan fungsi, serta
hubungan kerja, untuk selanjutnya diatur kembali di dalam Peraturan Desa
tentang Organisasi dan Tata Kerja Pemerintahan Desa sesuai dengan nilai-nilai
sosial budaya masyarakat setempat.
3. Kepala Desa:
a. Kepala

Desa

(selaku

Kepala

Pemerintahan

Desa)

mempunyai

tugas

menyelenggarakan urusan pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan.


Dalam melaksanakan tugas tersebut, Kepala Desa mempunyai wewenang: (1)
memimpin penyelenggaraan pemerintahan desa berdasarkan kebijakan yang
ditetapkan bersama BPD; (2) mengajukan rancangan peraturan desa; (3)
menetapkan peraturan desa yang telah mendapat persetujuan bersama BPD;
(4) menyusun dan mengajukan rancangan peraturan desa mengenai APB Desa
untuk dibahas dan ditetapkan bersama BPD; (5) membina kehidupan
masyarakat desa; (6) membina perekonomian desa; (7) mengoordinasikan
pembangunan desa secara partisipatif; (8) mewakili desanya di dalam dan di
luar pengadilan dan dapat menunjuk kuasa hukum untuk mewakilinya sesuai
dengan peraturan perundang-undangan; dan (9) melaksanakan wewenang lain
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
b. Dalam melaksanakan tugas dan wewenang, Kepala Desa mempunyai
kewajiban: (1) memegang teguh dan mengamalkan Pancasila, melaksanakan
Undang-Undang

Dasar Negara

Republik

Indonesia

Tahun

1945

serta

mempertahankan dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik


Indonesia; (2) meningkatkan kesejahteraan masyarakat; (3) memelihara
ketentraman

dan

ketertiban

masyarakat;
(4)

melaksanakan

kehidupan

demokrasi; (5) melaksanakan prinsip tata pemerintahan desa yang bersih dan
bebas dari Kolusi, Korupsi dan Nepotisme; (6) menjalin hubungan kerja dengan
seluruh mitra kerja pemerintahan desa; (7) menaati dan menegakkan seluruh
peraturan

perundang-undangan;

(8)

menyelenggarakan

administrasi

pemerintahan desa yang baik; (9) melaksanakan dan mempertanggungjawabkan


pengelolaan keuangan desa; (10) melaksanakan urusan yang menjadi
kewenangan desa; (11) mendamaikan perselisihan masyarakat di desa; (12)
mengembangkan pendapatan masyarakat dan desa; (13) membina, mengayomi
dan melestarikan nilai-nilai sosial budaya dan adat istiadat; (14) memberdayakan
masyarakat dan kelembagaan di desa; dan (15) mengembangkan potensi
sumber daya alam dan melestarikan lingkungan hidup.

19
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
c. Selain kewajiban tersebut diatas, Kepala Desa mempunyai kewajiban untuk
memberikan laporan penyelenggaraan pemerintahan desa kepada Bupati/
Walikota, memberikan laporan keterangan pertanggungjawaban kepada BPD,
serta menginformasikan laporan penyelenggaraan pemerintahan desa kepada
masyarakat. Laporan penyelenggaraan pemerintahan desa disampaikan
kepada Bupati/Walikota melalui Camat 1(satu) kali dalam satu tahun. Laporan
keterangan pertanggungjawaban kepada BPD disampaikan 1(satu) kali dalam
satu

tahun

dalam

musyawarah

BPD.

Menginformasikan

laporan

penyelenggaraan pemerintahan desa kepada masyarakat, dapat berupa


selebaran yang ditempelkan pada papan pengumuman atau diinformasikan
secara lisan dalam berbagai pertemuan masyarakat desa, radio komunitas atau
media lainnya. Laporan tersebut digunakan oleh Bupati/Walikota sebagai dasar
melakukan evaluasi penyelenggaraan pemerintahan desa dan sebagai bahan
pembinaan lebih lanjut. Laporan akhir masa jabatan Kepala Desa disampaikan
kepada Bupati/ Walikota melalui Camat dan kepada BPD.
d. Kepala desa dilarang: (1) menjadi pengurus partai politik; (2) merangkap
jabatan sebagai Ketua dan/atau Anggota BPD, dan lembaga kemasyarakatan
di desa bersangkutan; (3) merangkap jabatan sebagai Anggota DPRD; (4)
terlibat dalam kampanye pemilihan umum, pemilihan presiden, dan pemilihan
kepala daerah; (5) merugikan kepentingan umum, meresahkan sekelompok
masyarakat, dan mendiskriminasikan warga atau golongan masyarakat lain; (6)
melakukan kolusi, korupsi dan nepotisme, menerima uang, barang dan/atau
jasa dari pihak lain yang dapat mempengaruhi keputusan atau tindakan yang
akan dilakukannya; (7) menyalahgunakan wewenang; dan (8) melanggar
sumpah/janji jabatan.
e. Masa jabatan Kepala Desa adalah 6 (enam) tahun terhitung sejak tanggal
pelantikan dan dapat dipilih kembali hanya untuk satu kali masa jabatan berikutnya.
f. Kepala Desa dipilih langsung oleh penduduk desa dari calon yang memenuhi
syarat. Pemilihan Kepala Desa bersifat langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan
adil. Pemilihan Kepala Desa dan masa jabatan kepala desa dalam kesatuan
masyarakat hukum adat beserta hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan
yang diakui keberadaannya berlaku ketentuan hukum adat setempat, yang diatur
dalam Peraturan Daerah Kabupaten/Kota dan wajib memperhatikan nilai-nilai
sosial budaya dan adat istiadat kesatuan masyarakat hukum adat setempat.
g. Kepala Desa berhenti, karena meninggal dunia, permintaan sendiri, atau
diberhentikan.

Kepala

Desa

diberhentikan

karena:
(1)

berakhir

masa
20
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
jabatannya dan telah dilantik pejabat yang baru; (2) tidak dapat melaksanakan
tugas secara berkelanjutan atau berhalangan tetap secara berturut-turut selama
6 (enam) bulan; (3) tidak lagi memenuhi syarat sebagai kepala desa; (4)
dinyatakan melanggar sumpah/janji jabatan; (5) tidak melaksanakan kewajiban
kepala desa; dan/atau (6) melanggar larangan bagi kepala desa.
h. Tindakan penyidikan terhadap Kepala Desa dilaksanakan setelah adanya
persetujuan tertulis dari Bupati/Walikota. Hal-hal yang dikecualikan dari
ketentuan ini adalah: (a) tertangkap tangan melakukan tindak pidana kejahatan;
dan (b) diduga telah melakukan tindak pidana kejahatan yang diancam dengan
pidana mati. Tindakan penyidikan tersebut diberitahukan secara tertulis oleh
atasan penyidik kepada Bupati/Walikota paling lama 3 (tiga) hari.
i. Kepala Desa diberikan penghasilan tetap setiap bulan dan/atau tunjangan
lainnya sesuai dengan kemampuan keuangan desa. Penghasilan tetap
dan/atau tunjangan lainnya yang diterima Kepala Desa paling sedikit sama
dengan Upah Minimum Regional Kabupaten/Kota, yang ditetapkan setiap tahun
dalam Anggaran Pendapatand an Belanja Desa (APB-Desa).
4. Perangkat Desa
a. Perangkat Desa bertugas membantu Kepala Desa dalam melaksanakan tugas
dan

wewenangnya.

Dalam

melaksanakan

tugasnya,

Perangkat

Desa

bertanggungjawab kepada Kepala Desa.


b. Sekretaris Desa diisi dari Pegawai Negeri Sipil yang memenuhi persyaratan,
yaitu:
(1) berpendidikan paling rendah lulusan SMU atau sederajat; (2) mempunyai
pengetahuan tentang teknis pemerintahan; (3) mempunyai kemampuan di bidang
administrasi perkantoran; (4) mempunyai pengalaman di bidang administrasi
keuangan dan di bidang perencanaan; (5) memahami sosial budaya masyarakat
setempat; dan (6) bersedia tinggal di desa yang bersangkutan.
c. Sekretaris Desa yang diisi daripegawai negeri sipil, diangkat oleh Sekretaris
Daerah Kabupaten/Kota atas nama Bupati/Walikota.
d. Perangkat Desa lainnya diangkat oleh Kepala Desa dari penduduk desa.
Pengangkatan Perangkat Desa lainnya ditetapkan dengan Keputusan Kepala
Desa. Usia Perangkat Desa paling rendah 20 (dua puluh) tahun dan paling
tinggi 60 (enam puluh) tahun.
e. Perangkat Desa diberikan penghasilan tetap setiap bulan dan/atau tunjangan
lainnya sesuai dengan kemampuan keuangan desa. Penghasilan tetap
dan/atau tunjangan lainnya yang diterima Perangkat Desa paling sedikit sama
dengan Upah Minimum Regional Kabupaten/Kota, yang ditetapkan setiap tahun
dalam Anggaran Pendapatand an Belanja Desa (APB-Desa).
21
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
5. Oleh karena itu, fokus pemantapan kelembagaan Pemerintahan Desa adalah:
a. Penataan susunan organisasi dan tata kerja Pemerintah Desa, yakni penataan
Sekretariat Desa (sebagai unsur staf), penataan pelaksana teknis lapangan
(sebagai unsur lini), dan penataan Dusun (sebagai unsur wilayah), dengan
kejelasan pembagian tugas dan fungsi, agar dapat mengemban tugas-tugas
pemerintah desa secara efektif.
b. Penataan proses pemilihan, penetapan, pengangkatan, pelantikan, dan
pemberhentian Kepala Desa, agar proses pergantian Kepala Desa dapat
dilaksanakan sesuai ketentuan yang berlaku.
c. Penataan proses seleksi, penetapan, dan pengangkatan Perangkat Desa, agar
terwujud

kesinambungan

pelaksanaan

tugas-tugas

pemerintahan

desa,

meskipun terjadi pergantian Kepala Desa.


d. Penataan

pola

hubungan

antara

Pemerintah

Desa

dengan

Badan

Permusyawatan Desa dan Lembaga kemasyarakatan.


e. Penataan kedudukan keuangan Kepala Desa dan Perangkat Desa, agar memiliki
kepastian dalam memperoleh penghasilan tetap dan tunjangan lainnya.
f. Penataan pola pertanggungjawaban Perangkat Desa kepada Kepala Desa,
agar Perangkat Desa dapat memberikan pertanggungjawaban pelaksanaan
tugas dan fungsinya kepada Kepala Desa.
g. Penataan pola laporan pertanggungjawaban Kepala Desa kepada Bupati/
Walikota, memberikan keterangan laporan pertanggung-jawaban kepada
Badan

Permusyawaratan

pertangungjawaban

Desa,

kepada

mempertanggungjawabkan
dan

masyarakat,
pelaksanaaan

penyampaian

informasi

laporan

agar

Kepala

Desa

seantiasa

tugas

dan

fungsinya

sesuai

ketentuan yang berlaku.


h. Peningkatan kapasitas Kepala Desa

dan Perankat Desa melalui kegiatan

pendidikan dan pelatihan, pemagangan, studi banding, dll.


E. Badan Permusyawaratan Desa/BPD
1. Kedudukan

BPD:

BPD

berkedudukan

sebagai

unsur

penyelenggara

pemerintahan desa.
2. Keanggotaan BPD:
a. Anggota BPD adalah wakil dari penduduk desa bersangkutan berdasarkan
keterwakilan wilayah yang ditetapkan dengan cara musyawarah dan mufakat.
Anggota BPD terdiri dari Ketua Rukun Warga, pemangku adat, golongan
profesi, pemuka agama dan tokoh atau pemuka masyarakat lainnya.

22
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
b. Jumlah anggota BPD ditetapkan dengan jumlah ganjil, paling sedikit 5 (lima)
orang dan paling banyak 11 (sebelas) orang, dengan memperhatikan luas
wilayah, jumlah penduduk, dan kemampuan keuangan desa.
c. Peresmian anggota BPD ditetapkan dengan Keputusan Bupati/Walikota. Anggota
BPD sebelum memangku jabatannya mengucapkan sumpah/janji secara
bersama-sama di hadapan masyarakat dan dipandu oleh Bupati/Walikota.
d. Pimpinan BPD terdiri dari 1 (satu) orang Ketua, 1 (satu) orang Wakil Ketua, dan
1 (satu) orang Sekretaris, yang dipilih dari dan oleh anggota BPD secara
langsung dalam Rapat BPD yang diadakan secara khusus.
e. Pimpinan dan Anggota BPD tidak diperbolehkan merangkap jabatan sebagai
Kepala Desa dan Perangkat Desa.
f. Pimpinan dan Anggota BPD dilarang: (a) sebagai pelaksana proyek desa; (b)
merugikan kepentingan umum, meresahkan sekelompok masyarakat, dan
mendiskriminasikan warga atau golongan masyarakat lain; (c) melakukan korupsi,
kolusi, nepotisme dan menerima uang, barang dan/atau jasa dari pihak lain yang
dapat mempengaruhi keputusan atau tindakan yang akan dilakukannya;

(d)

menyalahgunakan wewenang; dan (e) melanggar sumpah/ janji jabatan.


3. Masa Jabatan anggota BPD: Masa jabatan anggota BPD adalah 6 (enam) tahun
dan dapat diangkat/diusulkan kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan berikutnya.
4. Fungsi BPD: BPD berfungsi: (1) menetapkan peraturan desa bersama Kepala
Desa; dan (2) menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat.
5. Wewenang BPD: BPD mempunyai wewenang: (1) membahas rancangan
peraturan desa bersama kepala desa; (2) melaksanakan pengawasan terhadap
pelaksanaan peraturan desa dan peraturan kepala desa; (3) mengusulkan
pengangkatan dan pemberhentian kepala desa; (4) membentuk panitia pemilihan
kepala desa; (5) menggali, menampung, menghimpun, merumuskan dan
menyalurkan aspirasi masyarakat; dan (6) menyusun tata tertib BPD.
6. BPD mempunyai hak: (1) meminta keterangan kepada Pemerintah Desa; dan (2)
menyatakan pendapat.
7. Anggota BPD mempunyai hak: (1) mengajukan rancangan peraturan desa; (2)
mengajukan pertanyaan; (3) menyampaikan usul dan pendapat; (4) memilih dan
dipilih; dan (5) memperoleh tunjangan.
8. Anggota BPD mempunyai kewajiban: (1) mengamalkan Pancasila, melaksanakan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan mentaati
segala peraturan perundang-undangan; (2) melaksanakan kehidupan demokrasi
dalam penyelenggaraan pemerintahan desa; (3) mempertahankan dan memelihara
23
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
hukum nasional serta keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia; (4)
menyerap, menampung, menghimpun, dan menindaklanjuti aspirasi masyarakat;
(5) memproses pemilihan kepala desa; (6) mendahulukan kepentingan umum
diatas kepentingan pribadi, kelompok dan golongan; (7) menghormati nilai-nilai
sosial budaya dan adat istiadat masyarakat setempat; dan (8) menjaga norma dan
etika dalam hubungan kerja dengan lembaga kemasyarakatan.
9. Rapat BPD: Rapat BPD dipimpin oleh Pimpinan BPD, dan dinyatakan sah apabila
dihadiri oleh sekurang-kurangnya ½ (satu per dua) dari jumlah anggota BPD, dan
keputusan ditetapkan berdasarkan suara terbanyak. Dalam hal tertentu Rapat
BPD dinyatakan sah apabila dihadiri oleh sekurang-kurangnya 2/3 (dua per tiga)
dari jumlah anggota BPD, dan keputusan ditetapkan dengan persetujuan
sekurang-kurangnya ½ (satu per dua) ditambah 1 (satu) dari jumlah anggota BPD
yang hadir. Hasil rapat BPD ditetapkan dengan Keputusan BPD dan dilengkapi
dengan notulen rapat yang dibuat oleh Sekretaris BPD.
10. Pimpinan dan Anggota BPD menerima tunjangan sesuai dengan kemampuan
keuangan desa. Tunjangan pimpinan dan anggota BPD ditetapkan dalam APBDesa. Untuk
kegiatan BPD disediakan biaya operasional sesuai kemampuan
keuangan desa yang dikelola oleh Sekretaris BPD, dan ditetapkan setiap tahun
dalam APB-Desa.
11. Oleh karena itu, fokus pemantapan Badan Permusyawaratan Desa/BPD adalah:
a. Penataan susunan organisasi Badan Permusyawaratan Desa, yang terdiri dari:
(a) Ketua dan wakil Ketua BPD (sebagai unsur pimpinan); (b) anggota BPD;
dan (c) Sekretariat BPD (yang dipimpin oleh Sekretaris BPD);
b. Penataan kedudukan, wewenang, tugas, dan fungsi BPD;
c. Penataan wewenang, tugas, dan fungsi anggota BPD;
d. Penataan

kedudukan keuangan anggota BPD dan biaya

operasional

Sekretariat BPD;
e. Penataan Tata Tertib BPD, termasuk penyelenggaraan rapat-rapat BPD dan
Kode Etik BPD.
f. Peningkatan kapasitas anggota BPD melalui kegiatan pendidikan dan
pelatihan, pemagangan, studi banding, dll.
F. Lembaga Kemasyarakatan
1. Di desa dapat dibentuk lembaga kemasyarakatan, yang ditetapkan dengan
Peraturan Desa.
2. Lembaga kemasyarakatan mempunyai tugas membantu Pemerintah Desa dan
merupakan mitra dalam memberdayakan masyarakat desa, yang meliputi: (a)
24
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
menyusun

rencana

pembangunan

secara

partisipatif;

(b)

melaksanakan,

mengendalikan, memanfaatkan, memelihara dan mengembangkan pembangunan


secara partisipatif; (c) menggerakkan dan mengembangkan partisipasi, gotong
royong dan swadaya masyarakat; dan (d) menumbuh-kembangkan kondisi
dinamis masyarakat dalam rangka pemberdayaan masyarakat.
3. Dalam melaksanakan tugasnya, lembaga kemasyarakatan mempunyai fungsi: (a)
penampungan dan penyaluran aspirasi masyarakat dalam pemba-ngunan; (b)
penanaman dan pemupukan rasa persatuan dan kesatuan masyarakat dalam
kerangka memperkokoh Negara Kesatuan Republik Indonesia; (c) peningkatan
kualitas dan percepatan pelayanan pemerintah kepada masyarakat; (d) penyusunan
rencana, pelaksanaan, pelestarian, dan pengembangan hasil-hasil pembangunan
secara partisipatif; (e) penumbuh-kembangan dan penggerak prakarsa, partisipasi,
serta swadaya gotong royong masyarakat; (f) pemberdayaan dan peningkatan
kesejahteraan keluarga; dan (g) pemberdayaan hak politik masyarakat.
4. Kegiatan lembaga kemasyarakatan ditujukan untuk mempercepat terwujudnya
kesejahteraan masyarakat melalui: (a) peningkatan pelayanan masyarakat; (b)
peningkatan peran serta masyarakat dalam pembangunan; (c) pengembangan
kemitraan; (d) pemberdayaan masyarakat; dan (e) pengembangan kegiatan lain
sesuai dengan kebutuhan dan kondisi masyarakat setempat.
5. Pengurus lembaga kemasyarakatan dipilih secara musyawarah dari anggota
masyarakat yang mempunyai kemauan, kemampuan, dan kepedulian dalam
pemberdayaan

masyarakat.

Susunan

dan

jumlah

pengurus

lembaga

kemasyarakatan disesuaikan dengan kebutuhan.


6. Hubungan kerja antara lembaga kemasyarakatan dengan Pemerintahan Desa
bersifat kemitraan, konsultatif dan koordinatif.
7. Dana kegiatan lembaga kemasyarakatan dapat bersumber dari: (a) swadaya
masyarakat; (b) Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa; (c) Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota dan/atau Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah Provinsi; (d) bantuan Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan
Pemerintah Kabupaten/Kota; (e) bantuan lain yang sah dan tidak mengikat.
G. Pengelolaan Keuangan Desa
1. Keuangan Desa:
a. Keuangan desa adalah semua hak dan kewajiban desa dalam rangka
penyelenggaraan pemerintahan desa yang dapat dinilai dengan uang, termasuk
didalamnya segala bentuk

kekayaan yang

berhubungan dengan hak dan

kewajiban desa tersebut.


25
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
b. Pengelolaan Keuangan Desa adalah keseluruhan proses kegiatan, yang
meliputi perencanaan dan penganggaran, pelaksanaan dan penatausahaan,
pelaporan dan pertanggungjawaban, serta pengawasan keuangan desa.
c. Pengelolaan keuangan desa dilakukan secara tertib dan terencana yang
ditetapkan di dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa.
2. Sumber Pendapatan Desa:
a. Sumber pendapatan desa terdiri atas: (a) pendapatan asli desa, terdiri dari
hasil
usaha desa, hasil kekayaan desa, hasil swadaya dan partisipasi, hasil gotong
royong, dan lain-lain pendapatan asli desa yang sah; (b) bagi hasil pajak
daerah Kabupaten/Kota paling sedikit 10% (sepuluh per seratus) untuk desa
dan dari retribusi Kabupaten/Kota sebagian diperuntukkan bagi desa; (c)
bagian dari dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh
Kabupaten/Kota untuk Desa paling sedikit 10% (sepuluh perseratus), yang
pembagiannya untuk setiap Desa secara proporsional yang merupakan alokasi
dana desa; (d) bantuan keuangan dari Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan
Pemerintah Kabupaten/Kota dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintahan;
(e) hibah dan sumbangan dari pihak ketiga yang tidak mengikat.
b. Sumber pendapatan desa yang telah dimiliki dan dikelola oleh desa tidak
dibenarkan diambil alih oleh pemerintah atau pemerintah daerah.
c. Sumber pendapatan daerah yang berada di desa baik pajak maupun retribusi
yang sudah dipungut oleh Provinsi atau Kabupaten/Kota tidak dibenarkan
adanya pungutan tambahan oleh Pemerintah Desa.
d. Bagian desa dari perolehan bagian pajak dan retribusi daerah ditetapkan
dengan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota dan pengalokasiannya ditetapkan
dengan Peraturan Bupati/Walikota.
e. Bantuan keuangan kepada desa (dari Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan
Pemerintah Kabupaten/Kota), serta Alokasi Dana Desa disalurkan melalui
kas desa.
f. Pemberian hibah dan sumbangan tidak mengurangi kewajiban-kewajiban pihak
penyumbang kepada desa. Sumbangan yang berbentuk barang, baik barang
bergerak maupun barang tidak bergerak dicatat sebagai barang inventaris
kekayaan milik desa sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Sumbangan yang berbentuk uang dicantumkan di dalam APB-Desa.
g. Khusus mengenai ”Alokasi Dana Desa (ADD)”, kebijakan alokasi diatur dalam 2
(dua) pola sebagai kesatuan alokasi, yakni: (a) Pola Minimal, yakni sebesar
60% dari total

Alokasi Dana Desa dibagikan secara merata untuk seluruh


26
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
Desa; dan (b) Pola Proporsional, yakni sebesar 40% dari total Alokasi Dana
Desa dibagikan secara proporsional kepada desa-desa tertentu atau seluruh
desa sesuai tingkat kemampuan keuangan desa yang berangkutan (fiscal
capacity) yang berkenaan dengan variabel potensi ekonomi yang mendukung
peningkatan pendapatan asli desa, serta constrain variabel yang dapat
menghambat perkembangan pembangunan desa (seperti tingkat pendidikan
dan kesehatan, ketersediaan infrastruktur, dan keterjangkauan wilayah desa).
Ratio pnggunaan dana ADD adalah 30% untuk biaya operasional Pemerintahan
Desa dan 70% untuk pemberdayan masyarakat.
3. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APB-Desa):
a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa adalah rencana keuangan tahunan
pemerintahan desa yang dibahas dan disetujui bersama oleh Kepala Desa dan
Badan Permusyawaratan Desa, dan ditetapkan dengan Peraturan Desa.
b. Fungsi Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa adalah:
1) Fungsi otorisasi: APBDesa menjadi dasar untuk melaksanakan pendapatan
dan belanja desa pada tahun yang bersangkutan.
2) Fungsi perencanaan: APBDesa menjadi pedoman bagi manajemen dalam
merencanakan kegiatan pada tahun yang bersangkutan.
3) Fungsi pengawasan: APBDesa menjadi pedoman utk menilai apakah
kegiatan penyelenggaraan pemerintahan desa sesuai dengan ketentuan
yang telah ditetapkan.
4) Fungsi alokasi: APBDesa harus diarahkan utk menciptakan lapangan
kerja/mengurangi pengangguran dan pemborosan sumber daya, serta
meningkatkan efisiensi dan efektivitas perekonomian desa.
5) Fungsi distribusi: kebijakan APBDesa harus memperhatikan rasa keadilan
dan kepatutan masyarakat.
c. Prinsip-prinsip penganggaran di dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja
Desa adalah:
1) semua penerimaan (baik dalam bentuk uang, maupun barang dan/atau
jasa) dianggarkan dalam APBDesa.
2) seluruh pendapatan dan belanja dianggarkan secara bruto.
3) jumlah pendapatan merupakan perkiraan terukur dan dapat dicapai serta
berdasarkan ketentuan perundang-undangan.
4) penganggaran pengeluaran harus didukung dengan adanya kepastian
tersedianya penerimaan dalam jumlah cukup dan harus didukung dengan
dasar hukum yang melandasinya.
27
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
d. Struktur Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa,

terdiri dari pendapatan

Desa, belanja Desa dan pembiayaan, yakni:


1) Anggaran Pendapatan terdiri dari:
a) Pendapatan Asli Desa, terdiri dari: (1) Hasil Usaha Desa; (2) Hasil
Kekayaan Desa; (3) Hasil Swadaya dan Partisipasi Masyarakat; (4) Hasil
Gotong Royong Masyarakat; dan (5) Lain-lain Pendapatan Asli Desa
Yang Sah (seperti Hibah dan Sumbangan Dari Pihak Ketiga);
b) Bagi Hasil Pejak Daerah (PBB, dan jenis Pajak lainnya).
c) Bagi Hasil Retribusi Daerah (Retribusi Pasar, dan lainya).
d) Alokasi Dana Desa dari Pemerintah Kabupaten;
e) Bantuan dari Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah
Kabupaten/Kota.
2) Anggaran Belanja terdiri dari:
a) Belanja Tidak Langsung, terdiri dari: (1) Belanja Pegawai (seperti
Penghasilan Tetap dan tunjangan bagi Kepala Desa, Perangkat Desa,
BPD); (2) Belanja Hibah/Bantuan Sosial (contoh: bantuan kepada anak
keluarga miskin); (3) Belanja Subsidi (misalnya: untuk Perpustakaan
Sekolah Dasar di Desa); dan (4) Belanja Tidak terduga.
b) Belanja Langsung, terdidi dari: (1) Belanja Pegawai (Honorarium
Kegiatan); (2) Belanja Barang dan Jasa (ATK, Listrik, Telpon, Perjalanan
dinas,

Pakaian dinas, dll); (3) Belanja Modal (Bangun Gedung,

Komputer, Mesin Tik, dll)


3) Anggaran Pembiayaan, terdiri dari:
a) Penerimaan Pembiayaaan, terdiri dari: (1) Sisa Lebih Perhitungan
Anggaran Tahun Sebelumnya; (2) Hasil Penjualan Kekayaan Desa yang
dipisahkan; (3) Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman; dan (4)
Pencairan Dana Cadangan.
b) Pengeluaran

Pembiayaan,

terdiri

dari:

(1)

Pembentukan

Dana

Cadangan; (2) Penyertaam Modal/Investasi Desa; dan (3) Pemberian


Pinjaman Desa.
e. Perencanaan dan Penganggaran APB-Desa:
1) Penyusunan APB-Desa diawali dengan: (1) penyusunan Rencana Kerja
Pembangunan Desa/RKPD (sebagai rencana tahunan desa), yang dibahas
dalam forum musyawarah perencanaan pembangunan/Musrenbang desa;
dan RKPD harus merujuk kepada Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Desa/RPJM-Desa (sebagai rencana lima tahunan desa); dan (2)
28
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Desa (RKA-Desa), yang terdiri
dari RKA-Desa untuk biaya operasioal Pemerintahan Desa dan RKA-Desa
untuk pemberdayaan masyarakat.
2) Rancangan

APB-Desa

dibahas

dalam

musyawarah

perencanaan

pembangunan desa. Hasil pembahasan rancangan APB-Desa ditempatkan


sebagai Lampiran dari Rancangan Peraturan Desa tentang Anggaran
Pendapatan dan belanja Desa.
3) Kepala Desa bersama BPD menetapkan APB-Desa setiap tahun dengan
Peraturan Desa.
f. Pelaksanaan dan Penatausahaan APB-Desa:
1) Pelaksanaan APB-Desa: (a) Pelaksanaan anggaran pendapatan desa
didasari prinsip ”semua penerimaan desa disetor ke kas desa sebagai
pendapatan desa”; dan (b) Pelaksanaan Anggaran belanja Desa didasari
prinsip pembayaran atas beban APB-Desa dapat dilakukan berdasarkan
Surat

Perintah

Membayar/SPM

yang

diterbitkan

oleh

pengguna

anggaran/kuasa pengguna anggaran.


2) Penatausahaan APB-Desa:
a) Kepala Desa:
(1) Kepala Desa adalah Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan
Desa.

Dalam

berwenang

melaksanakan

mewakili

kekuasaannya,

Pemerintahan

Desa
Kepala

dalam

Desa

kepemilikan

kekayaan desa yang dipisahkan (seperti BUM-Desa);


(2) Kepala

Desa

dapat

kekuasaannya

yang

melimpahkan
berupa

sebagian

perencanaan,

atau

seluruh

pelaksanaan,

penatausahaan, pelaporan kepada perangkat desa;


(3) Kepala Desa Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Desa,
mempunyai kewenangan menetapkan: (a) kebijakan pelaksanaan
APB-Desa; (b) kebijakan pengelolaan kekayaan desa; (c) kuasa
pengguna anggaran/pengguna barang; (d) bendahara penerimaan
dan/atau bendahara pengeluaran; (e) pejabat yang melakukan
penerimaan desa; (f) pejabat yang mengelola barang milik desa; dan
(g) pejabat yang menguji tagihan dan memerintahkan pembayaran.
b) Sekretaris Desa:
(1) Sekretaris Desa membantu Kepala Desa dalam menyusun kebijakan
dan mengkoordinasikan penyelenggaraan urusan Pemeintahan
Desa, termasuk pengelolaan Keuangan Desa.
29
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
(2) Sekretaris Desa mempunyai tugas koordinasi di bidang: (a)
penyusunan dan pelaksanaan kebijakan

pengelolaan APB-Desa

dan barang milik desa; (b) penyusunan rancangan RAPB-Desa dan


Rancangan Perhitungan APB-Desa; (c) penyusunan Raperdes APBDesa, PAPB-Desa, dan
pertanggungjawaban pelaksanaan APBDesa; (d) tugas-tugas Perangkat Desa lainnya yang
berkenaan
dengan penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Desa, serta
pelaksanaan dan penata-usahaan keuangan desa; (e) penyusunan
laporan

Keuangan

Desa

dalam

rangka

pertanggungjawaban

pelaksanaan APB-Desa; (f) menyiapkan petunjuk pelaksanaan APBDesa dan pengelolaan


barang milik desa; (g) Melaksanakan tugastugas koordinasi pengelolaan Keuangan Desa
lainnya berdasarkan
kuasa

yang

dilimpahkan

oleh

Kepala

Desa;

dan

(8)

Bertanggungjawab atas pelaksanaan tugas kepada Kepala Desa.


c) Perangkat Desa:
(1) Perangkat Desa diberi tugas menatausahakan keuangan desa, seperti
sebagai Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan dan Bendahara Desa.
(2) Perangkat desa dalam pelaksanaan tugas pengelolaan keuangan
desa bertanggungjawab kepada Kepala Desa.
g. Pelaporan dan Pertanggungjawaban Keuangan Desa
1) Jenis-jenis laporan keuangan desa, meliputi: laporan realisasi anggaran;
neraca; laporan arus kas; dan catatan atas laporan keuangan (yang harus
menggambarkan tentang hak, kewajiban dan kekayaan desa pada akhir
tahun, serta sumber dan penggunaannya);
2) Laporan

keuangan

desa diperiksa oleh Badan Pengawasan Daerah


Kabupaten/Kota sebelum diajukan dalam bentuk Rancangan Peraturan
Desa tentang Perhitungan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa kepada
Basan Permusyawaratan Desa.
h. Pembinaan dan Pengawasan Pengelolaan Keuangan Desa:
1) Bupati/Walikota

melakukan

pembinaan

dan

pengawasan

terhadap

pengelolaan keuangan desa.


2) Pembinaan keuangan desa ditekankan pada aspek pembinaan manajerial
dan saran perbaikan ke depan.
3) Pengawasan/pemeriksaan

oleh

Badan

Pengawasan

Daerah

Kabupaten/Kota

30
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
i. Pedoman pengelolaan keuangan desa dan Pedoman penyusunan APB-Desa,
perubahan APB-Desa, perhitungan APB-Desa dan pertanggungjawaban
pelaksanaan APB-Desa ditetapkan dengan Peraturan Bupati/Walikota.
H. Badan Usaha Milik Desa
1. Dalam rangka meningkatkan pendapatan masyarakat dan Desa, Pemerintah Desa
dapat mendirikan Badan Usaha Milik Desa sesuai dengan kebutuhan dan potensi
Desa. Pembentukan Badan Usaha Milik Desa ditetapkan dengan Peraturan Desa
berpedoman pada peraturan perundang-undangan.
2. Bentuk Badan Usaha Milik Desa harus

berbadan hukum. Badan Usaha Milik

Desa adalah usaha desa yang dikelola oleh Pemerintah Desa. Kepengurusan
Badan Usaha Milik Desa terdiri dari Pemerintah Desa dan masyarakat.
3. Permodalan Badan Usaha Milik Desa dapat berasal dari: (a) Pemerintah Desa; (b)
tabungan masyarakat; (c) bantuan Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan
Pemerintah Kabupaten/Kota; (d) pinjaman; dan/atau (e) penyertaan modal pihak
lain atau kerja sama bagi hasil atas dasar saling menguntungkan.
4. Badan Usaha Milik Desa dapat melakukan pinjaman sesuai dengan peraturan
perundang-undangan. Pinjaman dapat dilakukan setelah mendapat persetujuan BPD.
I.

Pengelolaan Kekayaan/Asset Desa


1. Kekayaan/asset

desa

merupakan

bagian

dari

keuangan

desa,

karena

pembentukan kekayaan desa dibiayai dari keuangan desa.


2. Jenis-jenis kekayaan/asset Desa, antara lain: (a) tanah kas desa; (b) pasar
desa;
(c) pasar hewan; (d) tambatan perahu; (e) bangunan desa; (f) pelelangan ikan
yang dikelola oleh desa; dan (g) lain-lain kekayaan milik desa.
3. Lain-lain kekayaan milik desa, dapat berupa: (a) barang yang dibli atau
diperoleh
atas beban APB-Desa atau APBD Kabupaten/Kota; (b) barang yang berasal dari
perolehan lainnya dan atau hibah dan sumbangan dari pihak ketiga; (c) barang
yang diperoleh sebagai pelaksanaan perjanjian/kontrak sesauai peraturan
perundang-undangan; (d) barang yang dihibaholeh Pemerintah Puisat, Provinsi
dan/atau kabupatyen/kota; (e) barang yang diperoleh dari hasil kerjasama desa.
4. Pengelolaan kekayaan desa berdasarkan asas fungsional, kepastian hukum,
keterbukaan, efisiensi, akuntabilitas dan kepastian nilai, dan diarahkan untuk
meningkatkan

pendapatan

desa,
dengan

mendapat

persetujuan

Badan

Permusyawaratan Desa.
5. Kekayaan desa dapat diperoleh melalui: (a) pembelian; (b) sumbangan dan/atau
bantuan dari pihak ketiga yang sah dan tidak mengikat; (c) bantuan dari
pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten/kota;
31
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
6. Jenis pemanfaatan kekayaan desa, dapat berupa sewa, pinjam pakai, kwerjasama
pemanfaatan, bangun serah guna, atau bangun guna serah, yang menguntungkan
bagi kepentingan masyarakat desa dan peningkatan pendapatan desa.
7. Kepala Desa menyampaikan laporan hasil pengelolaan kekayaan desa kepada
Bupati/Walikota melalui Camat setiap akhir tahun anggaran dan/atau sewaktu-waktu.
8. Bupati/Walikota melakukan pembinaan dan pengawasan atas pengelolaan
kekayaan desa.
J. Produk Hukum Desa
1. Jenis-Jenis Produk Hukum Desa:
a. Ada tiga jenis produk hukum desa, yakni: (a) Peraturan Desa; (b) Peraturan
Kepala Desa; dan (c) Keputusan Kepala Desa.
b. Penetapan produk hukum desa tidak boleh betentangan dengan kepentingan
masyarakat dan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.
2. Peraturan Desa
a. Pembentukan

Peraturan

Desa

merupakan

pelaksanaan

”kewenangan

mengatur” (regeling) yang dimiliki Pemerintah Desa, sehingga Peraturan Desa


dibentuk dalam rangka penyelenggaraan Pemerintahan Desa.
b. Peraturan Desa merupakan peraturan perundang-undangan yang ditetapkan
oleh Kepala Desa bersama BPD.
c. Peraturan Desa merupakan penjabaran lebih lanjut dari peraturan
perundangundangan yang lebih tinggi dengan memperhatikan kondisi sosial budaya
masyarakat desa setempat.
d. Peraturan Desa dibentuk berdasarkan pada asas pembentukan peraturan
perundang-undangan yang baik, yang meliputi: kejelasan tujuan; kelembagaan
atau organ pembentuk yang tepat; kesesuaian antara jenis dan materi muatan;
dapat dilaksanakan; kedayagunaan dan kehasilgunaan; kejelasan rumusan;
dan keterbukaan.
e. Materi muatan Peraturan Desa adalah seluruh materi muatan dalam rangka
penyelenggaraan pemerintahan desa, pembangunan desa, dan pemberdayaan
masyarakat, serta penjabaran lebih lanjut dari ketentuan peraturan
perundangundangan yang lebih tinggi.
f. Rancangan Peraturan Desa dapat berasal dari BPD dan atau Kepala Desa.
Masyarakat berhak memberikan masukan secara lisan atau tertulis dalam
rangka penyiapan atau pembahasan Rancangan Peraturan Desa.
g. Pembahasan Rancangan Peraturan Desa dilakukan oleh BPD dan dapat
meminta Kepala Desa untuk memberikan penjelasan terhadap materi
Rancangan Peraturan Desa.
32
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
h. Rancangan Peraturan Desa tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa
(APB-Desa) yang telah disetujui bersama sebelum ditetapkan oleh Kepala
Desa paling lama 3 (tiga) hari disampaikan oleh Kepala Desa kepada
Bupati/Walikota untuk dievaluasi. Hasil evaluasi Bupati/Walikota terhadap
Rancangan Peraturan Desa disampaikan paling lama 20 (dua puluh) hari
kepada Kepala Desa. Apabila hasil evaluasi melampaui batas waktu dimaksud,
Kepala Desa dapat menetapkan Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa menjadi
Peraturan Desa.
i. Peraturan Desa yang telah ditetapkan oleh Kepala Desa dan BPD disampaikan
oleh Kepala Desa kepada Bupati/Walikota melalui Camat sebagai bahan
pengawasan dan pembinaan paling lambat 7 (tujuh) hari setelah ditetapkan.
j. Agar masyarakat mengetahui setiap Peraturan Desa yang ditetapkan oleh
Kepala Desa dan BPD, maka setiap Peraturan Desa diumumkan dalam Berita
Darah Kabupaten/Kota.
3. Peraturan Kepala Desa dan Keputusan Kepala Desa
a. Untuk melaksanakan Peraturan Desa, Kepala Desa menetapkan Peraturan
Kepala Desa dan Keputusan Kepala Desa. Pembentukan Peraturan Kepala
Desa merupakan pelaksanaan “kewenangan mengurus” yang dimiliki oleh
Pemerintah Desa, dan pembentukan Keputusan Kepala Desa merupakan
pelaksanaan “kewenangan administratif” yang dimiliki oleh Pemerintah Desa.
b. Peraturan Kepala Desa merupakan peraturan perundang-undangan yang
ditetapkan oleh Kepala Desa dalam rangka melaksanakan Peraturan Desa dan
peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.
c. Keputusan Kepala Desa adalah keputusan yang ditetapkan oleh Kepala Desa
yang bersifat menetapkan dalam rangka melaksanakan Peraturan Desa
maupun Peraturan Kepala Desa.
d. Materi muatan Peraturan Kepala Desa adalah penjabaran yang bersifat
pengaturan dalam pelaksanaan Peraturan Desa, sedangkan materi muatan
Keputusan Kepala Desa adalah penjabaran yang bersifat penetapan dalam
pelaksanaan Peraturan Desa dan Peraturan Kepala Desa.
e. Peraturan Kepala Desa dan Keputusan Kepala Desa ditetapkan oleh Kepala
Desa. Peraturan Kepala Desa dan Keputusan Kepala Desa dilarang bertentangan
dengan kepentingan umum dan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.
f. Kebijakan

teknis

mengenai

pedoman

pembentukan

dan

mekanisme

penyusunan Peraturan Desa diatur dengan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota


dengan berpedoman pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor Nomor 29
Tahun 2006 tentang Pedoman Pembentukan dan Mekanisme Penyusunan
Peraturan Desa.
33
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
K. Administrasi Desa
1. Administrasi Desa adalah seluruh proses kegiatan keseluruhan proses kegiatan
pencatatan data dan informasi mengenai penyelenggaraan pemerintahan desa
pada Buku Administrasi Desa.
2. Jenis-jenis Aministrasi Dsa adalah:
a. Administrasi Umum adalah kegiatan pencatatan data dan informasi mengenai
kegiatan Pemerintahan Desa pada Buku Administrasi Umum;
b. Administrasi Penduduk adalah kegiatan pencatatan data dan informasi
mengenai penduduk dan mutasi penduduk pada Buku Administrasi Penduduk;
c. Administrasi Keuangan adalah kegiatan pencatatan data dan informasi
mengenai pengelolaan keuangan desa pada Buku Administrasi Keuangan;
d. Administrasi Pembangunan adalah kegiatan pencatatan data dan informasi
pembangunan yang akan, sedang dan telah dilaksanakan pada Buku
Administrasi Pembangunan;
e. Administrasi Badan Permusyawaratan Desa (BPD) adalah kegiatan pencatatan
data dan informasi mengenai BPD.
3. Bentuk Administrasi Umum terdiri dari:
a. Buku Data Peraturan Desa;
b. Buku Data Peraturan Kepala Desa;
c. Buku Data Keputusan Kepala Desa;
d. Buku Data Inventaris Desa;
e. Buku Data Aparat Pemerintah Desa;
f. Buku Data Tanah Milik Desa/Tanah Kas Desa;
g. Buku Data Tanah di Desa;
h. Buku Agenda;
i. Buku Ekspedisi.
4. Bentuk Administrasi Penduduk terdiri dari :
a. Buku Data Induk Penduduk Desa;
b. Buku Data Mutasi Penduduk Desa;
c. Buku Data Rekapitulasi Jumlah Penduduk Akhir Bulan;
d. Buku Data Penduduk Sementara.
5. Bentuk Administrasi Keuangan Desa terdiri dari:
a. Buku Anggaran Pendapatan;
b. Buku Anggaran Belanja;
c. Buku Anggaran Pembiayaan;
d. Buku Kas Umum;
34
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
e. Buku Kas Pembantu Penerimaan;
f. Buku Kas Pembantu Pengeluaran;
g. Buku Bank;
h. Buku Register Surat Permintaan Pembayaran/SPP;
i. Buku Register Lembar Penguji SPP;
j. Buku Register Surat Perintah Membayar/SPM;
6. Bentuk Administrasi Pembangunan terdiri dari :
a. Buku Data Profil Desa;
b. Buku Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa/RPJM-Desa;
c. Buku Rencana Kerja Pembangunan Desa/RKP-Desa;
d. Buku Kegiatan Pembangunan;
e. Buku Inventaris Kegiatan Pembangunan;
f. Buku Register dan Kader-kader Pembangunan/Pemberdayaan Masyarakat.
g. Buku Register Pengurus dan Kegiatan Lembaga Kemasyarakatan.
7. Bentuk Administrasi Badan Permusyawaratan Desa (BPD) terdiri dari :
a. Buku Data Anggota BPD;
b. Buku Data Keputusan BPD;
c. Buku Data Kegiatan BPD;
d. Buku Agenda BPD;
e. Buku Ekspedisi BPD.
8. Jenis dan bentuk administrasi lainnya dapat ditambah sesuai kebutuhan dan
ditetapkan dengan Peraturan Bupati/Walikota.
9. Model dan tata cara pengisian Buku Administrasi Desa harus bersifat standard,
agar mudah dicatat dan disimpan/diarsipkan.
10. Pemerintah Kabupaten/Kota dan Camat wajib membina dan mengawasi
Pelaksanaan Tata Administrasi Pemerintahan Desa, yang meliputi:
a. menetapkan pengaturan yang berkaitan dengan Administrasi Pemerintahan Desa;
b. memberikan pedoman teknis Pelaksanaan Administrasi Pemerintahan Desa;
c. melakukan

evaluasi

dan

pengawasan

Pelaksanaan

Administrasi

Pemerintahan Desa;
d. Memfasilitasi penataan Administrasi Pemerintahan Desa;
e. melakukan pengawasan terhadap Administrasi Pemerintahan Desa;
f. memberikan bimbingan, supervisi dan konsultasi Pelaksanaan Administrasi
Pemerintahan Desa;
11. Ketentuan mengenai Administrasi Desa diatur Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 32 Tahun 2006 tentang Pedoman Administrasi Desa
35
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
L. Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa
1. Pemerintah

dan

Pemerintah

Provinsi

wajib

membina

penyelenggaraan

pemerintahan desa dan lembaga kemasyarakatan.


2. Pemerintah Kabupaten/Kota dan Camat wajib membina dan mengawasi
penyelenggaraan pemerintahan desa dan lembaga kemasyarakatan.
3. Pembinaan oleh Pemerintah Pusat,

meliputi: (a) memberikan pedoman dan

standar pelaksanaan urusan pemerintahan desa dan lembaga kemasyarakatan;


(b) memberikan pedoman tentang bantuan pembiayaan dari pemerintah,
pemerintah provinsi dan kabupaten/kota kepada desa; (c) memberikan pedoman
pendidikan dan pelatihan; (d) memberikan pedoman penyusunan perencanaan
pembangunan partisipatif; (e) memberikan pedoman dan standar tanda Jabatan,
pakaian dinas dan atribut bagi Kepala Desa serta perangkat desa; (f) memberikan
bimbingan, supervisi dan konsultasi pelaksanaan pemerintahan desa dan
lembaga kemasyarakatan; (g) memberikan penghargaan atas prestasi yang
dilaksanakan

dalam

penyelenggaraan

pemerintahan

desa

dan

lembaga

kemasyarakatan; (h) menetapkan bantuan keuangan langsung kepada Desa; (i)


melakukan pendidikan dan pelatihan tertentu kepada aparatur pemerintah daerah
yang bertugas membina Pemerintahan Desa; (j) melakukan penelitian tentang
penyelenggaraan pemerintahan desa pada desa-desa tertentu;

(k) melakukan

upaya-upaya percepatan atau akselerasi pembangunan perdesaan; dan (l)


pembinaan lainnya yang diperlukan.
4. Pembinaan oleh Pemerintah Provinsi, meliputi: (a) memberikan pedoman
pelaksanaan tugas pembantuan dari provinsi; (b) menetapkan bantuan keuangan
dari pemerintah provinsi; (c) memfasilitasi penyusunan peraturan daerah
kabupaten/kota; (d) melakukan pengawasan peraturan daerah kabupaten/kota; (e)
memfasilitasi keberadaan kesatuan masyarakat hukum adat, nilai adat istiadat,
lembaga adat beserta hak-hak tradisionalnya dalam pelaksanaan pemerintahan
desa; (f) melaksanakan pendidikan dan pelatihan tertentu skala provinsi; (g)
melakukan penelitian tentang penyelenggaraan pemerintahan desa pada desadesa
tertentu; (h) memberikan penghargaan atas prestasi penyelenggaraan
pemerintahan desa dan lembaga kemasyarakatan tingkat provinsi; dan (i)
melakukan upaya-upaya percepatan atau akselerasi pembangunan perdesaan
skala provinsi.
5. Pembinaan dan pengawasan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota, meliputi: (a)
menetapkan

pengaturan

kewenangan

kabupaten/kota

yang

diserahkan

pengaturannya kepada desa; (b) memberikan pedoman pelaksanaan tugas


36
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
pembantuan dari kabupaten/kota ke desa; (c) memberikan pedoman penyusunan
peraturan desa dan peraturan kepala desa; (d) memberikan pedoman teknis
pelaksanaan dan pengembangan lembaga kemasyarakatan; (e) memberikan
pedoman penyusunan perencanaan pembangunan partisipatif; (f) melakukan
penelitian tentang penyelenggaraan pemerintahan desa; (g) melakukan evaluasi
dan pengawasan peraturan desa; (h) menetapkan pembiayaan alokasi dana
perimbangan untuk desa; (i) mengawasi pengelolaan keuangan desa dan
pendayagunaan

aset

penyelenggaraan

desa;

(j)

pemerintahan

melakukan
desa

dan

pembinaan
lembaga

dan

pengawasan

kemasyarakatan;

(k)

memfasilitasi keberadaan kesatuan masyarakat hukum adat, nilai adat istiadat,


lembaga adat beserta hak-hak tradisionalnya dalam pelaksanaan pemerintahan
desa; (l) menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan bagi pemerintah desa dan
lembaga kemasyarakatan; (m) menetapkan pakaian dan atribut lainnya bagi
Kepala Desa, Perangkat Desa dan BPD sesuai dengan kondisi dan sosial budaya
masyarakat setempat; (n) memberikan penghargaan atas prestasi yang
dilaksanakan

dalam

penyelenggaraan

pemerintahan

desa

dan

lembaga

kemasyarakatan; (o) memberikan sanksi atas penyimpangan yang dilakukan oleh


kepala desa sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan; (p)
melakukan upaya-upaya percepatan atau akselerasi pembangunan perdesaan.
6. Pembinaan dan pengawasan oleh Camat, meliputi: (a) memfasilitasi penyusunan
peraturan desa dan peraturan kepala desa; (b) memfasilitasi administrasi tata
pemerintahan

desa;

(c)

memfasilitasi

pengelolaan

keuangan

desa

dan

pendayagunaan aset desa; (d) memfasilitasi pelaksanaan urusan otonomi daerah


Kabupaten/Kota yang diserahkan kepada desa; (e) memfasilitasi penerapan dan
penegakan peraturan perundang-undangan; (f) memfasilitasi pelaksanaan tugas
kepala desa dan perangkat desa; (g) memfasilitasi upaya penyelenggaraan
ketentraman dan ketertiban umum; (h) memfasilitasi pelaksanaan tugas, fungsi,
dan

kewajiban

lembaga

kemasyarakatan;

(i)

memfasilitasi

penyusunan

perencanaan pembangunan partisipatif; (j) memfasilitasi kerjasama antar desa


dan kerjasama desa dengan pihak ketiga; (k) memfasilitasi pelaksanaan
pemberdayaan masyarakat desa; (l) memfasilitasi kerjasama antar lembaga
kemasyarakatan dan kerjasama lembaga kemasyarakatan dengan pihak ketiga;
(m)

memfasilitasi

bantuan

teknis

dan

pendampingan

kepada

lembaga

kemasyarakatan; dan (n) memfasilitasi koordinasi unit kerja pemerintahan dalam


pengembangan lembaga kemasyarakatan.
37
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa

SUB MATA LATIHAN 2.1.


ORGANISASI DAN TATA KERJA
BPD

KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA


BALAI BESAR PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA MALANG
2012

38
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
Lembar Bacaan

M.3.1.4

ORGANISASI DAN TATA KERJA BPD


PENGANTAR
Untuk mengetahui susunan organisasi dan tata kerja Badan Permusyawaratan
Desa (BPD) maka yang menjadi rujukannya antara lain adalah Undang – undang Nomor
32 Tahun 2005 Tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 72
tahun 2005 tentang Desa, khususnya mulai dari Pasal 29 sampai dengan Pasal 43, dan
untuk menindaklanjuti Regulasi tersebut diatas maka harus Disusun Peraturan Daerah
baik Kabupaten maupun Kota agar supaya dalam pelaksanaannya di desa dapat
dioperasionalkan dengan lebih mudah dan tidak banyak mengalami kendala.
Sementara untuk implementasi di desa

agar supaya tidak menimbulkan

permasalahan dikelak kemudian hari baik diinteren BPD sendiri maupun dengan pihak
diluarnya maka perlu disusun tata tertib BPD agar lebih jelas baik susunan
organisasinya,
tata kerjanya maupun dalam hubungannya dengan pihak – pihak diluar BPD itu sendiri,
untuk itulah perlu kiranya dibuat rumusan – rumusan yang jelas.

ORGANISASI BPD
Peraturan Pemerintah Nomor 72 tahun 2005 tentang Desa menyebutkan bahwa yang
yang dimaksud dengan Badan Permusyawaratan Desa atau yang disebut dengan nama
lain, selanjutnya disingkat BPD, adalah lembaga yang merupakan merupakan perwujudan
demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan desa sebagai unsur penyelenggara
pemerintahan desa.
1. Kedudukan dan Keanggotaan
BPD berkedudukan sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa.
a. Anggota BPD adalah wakil dari penduduk desa bersangkutan berdasarkan
keterwakilan wilayah yang ditetapkan dengan cara musyawarah dan mufakat.
b. Anggota BPD sebagaimana dimaksud terdiri dari Ketua Rukun Warga, pemangku
adat, golongan profesi, pemuka agama dan tokoh atau pemuka masyarakat lainnya.
c. Masa jabatan anggota BPD adalah 6 (enam) tahun dan dapat diangkat/diusulkan
kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan berikutnya.
2. Jumlah Anggota dan Pelatikan
Jumlah anggota BPD ditetapkan dengan jumlah ganjil, paling sedikit 5 (lima) orang
dan paling banyak 11 (sebelas) orang, dengan memperhatikan luas wilayah, jumlah
penduduk, dan kemampuan keuangan desa.
39
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
a. Peresmian anggota BPD sebagaimana dimaksud ditetapkan dengan Keputusan
Bupati/Walikota.
b. Anggota BPD sebelum memangku jabatannya mengucapkan sumpah/janji secara
bersama-sama dihadapan masyarakat dan dipandu oleh Bupati/ Walikota.
3. Pimpinan
a. Pimpinan BPD terdiri dari 1 (satu) orang Ketua, 1 (satu) orang Wakil Ketua, dan
1
(satu) orang Sekretaris.
b. Pimpinan BPD sebagaimana dimaksud dipilih dari dan oleh anggota BPD secara
langsung dalam Rapat BPD yang diadakan secara khusus.
c. Rapat pemilihan Pimpinan BPD untuk pertama kali dipimpin oleh anggota tertua
dan dibantu oleh anggota termuda.
4. Fungsi, Wewenang, Hak Dan Kewajiban
a. BPD berfungsi menetapkan peraturan desa bersama Kepala Desa, menampung
dan menyalurkan aspirasi masyarakat.
b. BPD mempunyai wewenang:
1) membahas rancangan peraturan desa bersama kepala desa;
2) melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan desa dan
peraturan kepala desa;
3) mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian kepala desa;
4) membentuk panitia pemilihan kepala desa;
5) menggali,menampung, menghimpun, merumuskan dan menyalurkan aspirasi
masyarakat; dan
6) menyusun tata tertib BPD.
c. BPD mempunyai hak :
1) meminta keterangan kepada Pemerintah Desa;
2) menyatakan pendapat.
d. Anggota BPD mempunyai hak :
1) mengajukan rancangan peraturan desa;
2) mengajukan pertanyaan;
3) menyampaikan usul dan pendapat;
4) memilih dan dipilih; dan
5) memperoleh tunjangan.
e. Anggota BPD mempunyai kewajiban :
1) mengamalkan Pancasila, melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 dan mentaati segala peraturan perundang-undangan;
2) melaksanakan kehidupan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan desa;
40
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
3) mempertahankan dan memelihara hukum nasional serta keutuhan Negara
Kesatuan Republik Indonesia;
4) menyerap, menampung, menghimpun dan menindaklanjuti aspirasi masyarakat;
5) memproses pemilihan kepala desa;
6) mendahulukan kepentingan umum diatas kepentingan pribadi, kelompok
dan golongan;
7) menghormati nilai-nilai sosial budaya dan adat istiadat masyarakat setempat;
8) menjaga norma dan etika dalam hubungan kerja dengan lembaga kemasyarakatan.
5. Rapat - Rapat
a. Rapat BPD dipimpin oleh Pimpinan BPD.
b. Rapat BPD sebagaimana dimaksud dinyatakan sah apabila dihadiri oleh
sekurangkurangnya ½ (satu per dua) dari jumlah anggota BPD dan keputusan ditetapkan
berdasarkan suara terbanyak.
c. Dalam hal tertentu Rapat BPD dinyatakan sah apabila dihadiri oleh
sekurangkurangnya 2/3 (dua per tiga) dari jumlah anggota BPD, dan keputusan
ditetapkan
dengan persetujuan sekurangkurangnya ½ (satu per dua) ditambah 1 (satu) dari
jumlah anggota BPD yang hadir.
d. Hasil rapat BPD ditetapkan dengan Keputusan BPD dan dilengkapi dengan notulen
rapat yang dibuat oleh Sekretaris BPD.
6. Tunjangan
a. Pimpinan dan Anggota BPD menerima tunjangan sesuai dengan kemampuan
keuangan desa.
b. Tunjangan pimpinan dan anggota BPD sebagaimana dimaksud ditetapkan dalam
APB Desa.
c. Untuk kegiatan BPD disediakan biaya operasional sesuai kemampuan keuangan
desa yang dikelola oleh Sekretaris BPD.
d. Biaya sebagaimana dimaksud ditetapkan setiap tahun dalam APB Desa.
7. Larangan
a. Pimpinan dan Anggota BPD tidak diperbolehkan merangkap jabatan sebagai
Kepala Desa dan Perangkat Desa.
b. Pimpinan dan Anggota BPD dilarang :
1) sebagai pelaksana proyek desa;
2) merugikan kepentingan umum, meresahkan sekelompok masyarakat, dan
mendiskrimi nasikan warga atau golongan masyarakat lain;
3) melakukan korupsi, kolusi, nepotisme dan menerima uang, barang dan/atau
jasa dari pihak lain yang akan dapat mempengaruhi keputusan atau tindakan
yang akan dilakukannya;
41
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
4) menyalahgunakan wewenang; dan
5) melanggar sumpah/janji jabatan.
8. Peraturan
a. Ketentuan lebih lanjut mengenai BPD, ditetapkan dengan Peraturan Daerah
Kabupaten/Kota.
b. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud sekurang-kurangnya
memuat :
1) persyaratan untuk menjadi anggota sesuai dengan kondisi sosial budaya
masyarakat setempat;
2) mekanisme musyawarah dan mufakat penetapan anggota;
3) pengesahan penetapan anggota;
4) fungsi, dan wewenang;
5) hak, kewajiban, dan larangan;
6) pemberhentian dan masa keanggotaan;
7) penggantian anggota dan pimpinan;
8) tata cara pengucapan sumpah/janji;
9) pengaturan tata tertib dan mekanisme kerja;
10) tata cara menggali, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat;
11) hubungan kerja dengan kepala desa dan lembaga kemasyarakatan;
12) keuangan dan administratif Bagian Keempat Pemilihan Kepala Desa
c. BPD memberitahukan kepada Kepala Desa mengenai akan berakhirnya masa
jabatan kepala desa secara tertulis 6 (enam) bulan sebelum berakhir masa jabatan.
d. BPD memproses pemilihan kepala desa, paling lama 4 (empat) bulan sebelum
berakhirnya masa jabatan kepala desa.

TATA KERJA
(Salah satu contoh Tata Tertib BPD)
Guna memperlancar kerja dan pembahasan dalam sidang – sidang BPD, BPD
membentuk koomisi – komisi :
1. Komisi BPD bertugas membahas, memusyawarahkan dan mengambil keisimpulan
mengenai soal – soal yang menjadi acara sidang
2. Dengan memperhatikan saran – saran dan pendapat anggota komisi yang
bersangkutan disusun laporan komisi dan setelah ditandatangani oleh ketua komisi
disampaikan kepada pimpinan BPD
3. Laporan komisi bersifat sementarayang akan dibahas lebih lanjut dalam rapat
pleno
BPD
42
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
4. Komisi – komisi BPD memberikan pertanggungjawaban kepada rapat pleno BPD
tentang hasil kerja masing – masing
1. Keanggotaan Komisi BPD
a. Setiap anggota BPD harus menjadi anggota salah satu komisi BPD, kecuali ketua
BPD
b. Susunan dan jumlah anggota komisi ditetapkan oleh pimpinan Majelis dengan
persetujuan Rapat Pleno BPD
c. Anggota suatu komisi tidak boleh merangkap merangkap menjadi anggota Komisi
lain, tetapi dapat mengikuti rapat/sidang komisi hanya sebagai peninjau
d. Setiap komisi dipimpin oleh ketua dipilih dari dan oleh anggota
e. Masa tugas pimpinan komisi adalah satu tahun dan sesudahnya dapat dipilih
kembali
f. Ketua BPD dapat menghadiri dan turut serta dalam semua rapat
1) Komosi BPD meliputi :
a) Komisi A membidangi Pemerintahan meliputi pemerintahan, ketertiban,
kependudukan penerangan, hukum, peraturan desa, pertahanan, aparatur,
perijinan, sosial poitik dan bidang pemerintahan umum
b) Komisi B membidangi ekonomi pembangunan dan kesejahteraan rakyat
meliputi : pembangunan sarana dan prasarana, keuangan, perekonomian,
pariwisata, pertanian, tata ruang desa, perindustrian perdangan, lingkungan
hidup,

pembangunan

fisik,

keagamaan,

pendidikan,

sosial

budaya,

kesehatan, generasi muda, peranan wanita, keolahragaan, kesenian,


ketenagakerjaan, KB, pemukiman dan bidang sosial pada umumnya
2) Komisi bertugas :
a) Membahas rancangan peraturan desa dan rancangan keputusan BPD
sesuai dengan bidangnya
b) Mengadakan

pengawasan

terhadap

pelaksanaan

pemerintahan,

pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat


c) Membantu pimpinan BPD untuk menyelesaikan masalah yang masuk ke
BPD sesuai dengan bidangnya
d) Mengadakan rapat kerja dengan Kepala Desa dan Perangkat Desa
e) Mengadakan rapat dengar pendapat dengan lembaga, badan atau
organisasi kemasyarakatan dan lembaga diluar pemerintah desa lainnya
f)Mengadakan peninjauan atau kunjungan kerja ke wilayah desa
g) Mengadakan studi banding ke desa/daerah lain
43
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
h) Mengajukan saran pendapat dan pertanyaan kepada pimpinan BPD dan
Kepala Desa
i) Memberikan laporan kepada pipinan BPD
2. Panitia – Panitia
a. BPD dapat membentuk panitia – panitia
1) Panitia musyawarah
2) Panitia anggaran
3) Panitia khusus
b. Panitia – panitia sebagaimana dimaksud masing – masing terdiri dari
1) Ketua dan wakil ketua sebagai pimpinan merangkap anggota
2) Unsur – unsur komisi sebagai anggota panitia
3) Sekretaris panitia
4) Dalam tugas panitia – panitia dapat mengadakan rapat kerja, rapat dengar
pendapat maupun kunjungan kerja
c. Panitia musyawarah bertugas
1) Memberikan pertimbangan kepada pimpinan BPD tentang program BPD dan
pelaksanaannya
2) Menetapkan kegiatan persidangan, jadual rapat/sidang pleno BPD
3) Memusyawarahkan kerumahtanggan BPD
4) Memusyawarahkan jadual kegiatan komisi – komisi
5) Membahas hasil kerja komisi atau panitia khusus
d. Panitia anggaran bertugas
1) Mempersiapkan dan/melaksanakan pembahasan secara intensif terhadap
rancangan APBDes
2) Memberikan laporan/saran kepada pimpinan BPD terhadap hasil kerjanya
e. Panitia khusus
1) Membahas masalah yang bersifat khusus dan ksuistis, BPD dapat membentu
panitia khusu agar lebih intensif pembahasannya
2) Panitia khusus bersifat insidenti dan sementara dalam jangka waktu penugasan
samapi dengan selesainya tugas dan menyampaikan laporan panitia kepada
pimpinan BPD
3. Tata Cara Pemilihan dan Pemberhentian Kepala Desa/Pengangkatan/Pemilihan
Perangkat Desa
a. Tata cara pencalonan, pemilihan, pelatikan dan pemberhentian Kepala Desa
dilaksanakan berdasarkan berdasarkan peraturan perundang – undangan yang berlaku
b. Tata cara pencalonan, pemilihan, pelatikan dan pemberhentian Perangkat Desa
dilaksanakan berdasarkan berdasarkan peraturan perundang – undangan yang berlaku
44
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
4. Pertanggungjawaban Kepala Desa
a. Dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya Kepala Desa bertanggung jawab
kepada masyarakat dan menyampaikan laporan pertanggungjawaban kepada
Bupati/Walikota melalui Camat
b. Keterangan laporan pertanggungjawaban Kepala Desa disampaikan dalam
rapat paripurna BPD sekurang-kurangnya satu kali dalam satu tahun pada
akhir tahun anggaran
c. BPD dapat mengkritisi keterangan laporan pertanggungjawaban
5. Persidangan BPD
a. Rapat – rapat pleno BPD pada masa tertentu disebut masa sidang baik untuk
sidang tri wulan (sidang umum) maupun sidang luar biasa
b. BPD mengadakan sidang pleno sedikitnya satu kali dalam tiga bulan
c. BPD dapat meminta kehadiran Kepala Desa atau Perangkat Desa dalam sidang
untuk memberi penjelasan dan atau keterangan
d. Rancangan acara sidang disampaiakan oleh Pimpinan BPD kepada Rapat BPD
untuk disahkan
6. Rapat – Rapat BPD
a. BPD mengenal 7 jenis rapat yaitu :
1) Rapat pleno/paripurna BPD
2) Rapat pimpinan BPD
3) Rapat panitia musyawarah
4) Rapat Komisi BPD
5) Rapat Komisi khusu
6) Rapat kerja
7) Rapat dengar pendapat
b. Peninjauan dan kunjungan kerja dianggap sebagai rapat, hanya pelaksanaannya
diluar kantor BPD
c. Rapat – rapat tersebut diadakan sesuai dengan jadual acara sidang atas putusan
Pimpinan Rapat yang bersangkutan
d. Rapat paripurna merupakan forum tertinggi dalam melaksanakan tugas dan
wewenang BPD
e. Rapat paripurna dipimpin oleh Ketua atau wakil ketua yang dihadiri oleh semua
anggota BPD dan dapat dihadiri oleh undangan
f. Rapat pimpinan adalah rapat unsusr pimpinan yang dipimpin oleh Ketua atau Wakil
Ketua BPD yang diajukannya
g. Rapat pimpinan dapat pula mengundang pimpinan komisi, terutama dalam hal
koordinatif
45
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
h. Rapat Panitia Musyawarah dipimpin oleh Ketua atau Wakil Ketua yang secara
langsung ditunjuk sebagai pimpinan panitia musyawarah dan diikuti oleh anggota
panitia musyawarah dengan dibantu oleh sekretaris BPD
1) Rapat Komisi dipimpin oleh ketua dan dihadiri oleh anggota komisi yang
bersangkutan
2) Komisi – komisi dapat mengadakan rapat gabungan komisi sesuai dengan
keputusan Panitia Musyawarah dan dipimpin oleh Wakil Ketua BPD atau salah
seorang Ketua Komisi dan dihadiri oleh anggota – anggota komisi yang
bersangkutan
3) Rapat Panitia Anggaran dipimpin oleh Ketua atau Wakil Ketua sebagai
Pimpinan Panitia Anggaran dan dikuti oleh anggota Panitia Anggaran dengan
dibantu oleh Sekretaris BPD
i. Rapat Panitia Khusus dipimpin oleh Ketua atau Wakil Ketua BPD sebagai Pimpinan
Panitia Khususdengan dibantu oleh Skretaris BPD
1) Rapat Kerja adalah rapat BPD dengan Pemerintah Desa atau lembaga –
lembaga lain yang ada di desa
2) Rapat dengar pendapat adalah rapat BPD dengan lembaga swasta
7. Persiapan Dan Persyaratan Rapat BPD
a. Udangan dan bahan – bahan untuk sidang pleno BPD harus sudah diterima oleh
anggota sebelum sidang dimulai
b. Bahan – bahan untuk rapat lainnya sudah disampaikan kepada para anggota
sebelum rapat yang bersangkutan dimulai
c. Sebelum rapat dimulai setiap anggota mennandatangi daftar hadir
d. Apabila daftar hadir telah ditandatangani oleh lebih dari separuh jumlah anggota
Pimpinan membuka rapat
e. Jika pada waktu yang telah ditetapkan untuk dimulainya rapat jumlah anggota yang
ditentukan belum tercapai, Pimpinan rapat menunda rapat paling lama 30 menit
f. Bila telah ditunda selama 30 menit belum juga tercapai jumlah yang ditentukan.
Pimpinan mebuka rapat
g. Untuk dapat mengambil keputusan diperlukan kuorum
h. Pelaksanaan rapat
1) Sesudah rapat dibuka sekretaris BPD membacakan surat surat masuk dan
masalah – masalah terkhir
2) Surat – surat masuk dan keluar dibacakan apabila dianggap perlu oleh rapat
3) Anggotaq berbicara setelah mendapat ijin dari ketua rapat ditempat yang
disediakan
46
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
4) Pembicara tidak boleh diganggu selama berbicara
5) Pimpinan rapat mengadakan ketentuan mengenai lamanya waktu berbicara
bagi para anggota dengan persetujuan rapat
6) Setiap waktu dapat diberikan kesempatan interupsi kepada anggota untuk :
a) Mengajukan koreksi mengenai pelaksanaan rapat yang menyimpang dari
peraturan tata terib
b) Meminta penjelasan tentang duduk perkara sebenarnya mengenai soal yang
dibicarakan
c) Menjelaskan soal soal mengenai dirinya
d) Mengajukan usul tata cara mengenai yang sedang dibicarakan, atau
e) Mengajukan usul untuk menunda rapat
Agar pokok – pokok permusyawaratan suatu usul tata cara mengenai soal yang
sedang dibicarakan dan usul penundaan rapat sebagaimana dimaksud harus
didukung oleh anggota lain yang hadir
a. Apabila seorang anggota melakukan perbuatan yang mengganggu ketertiban rapat,
Pimpinan rapat memperingatkan agar anggota tersebut menghentikan perbuatan itu
b. Jika peringatan tersebut tidak diindahkan. Pipinan rapat dapat menyuruh anggota
itu untuk meninggalkan ruangan rapat
c. Apabila anggota tersebut tidak mengindahkan atas perintah pimpinan rapat ia
dapat
dikeluarkan dengan paksa dari ruangan rapat
d. Yang dimaksud ruangan rapat ialah ruangan yang dipergunakan untuk rapat
termasuk ruangan umum, undangan dan para tamu lainnya
Rapat pimpinan

BPD dapat diadakan setiap kali apabila dipandang perlu untuk

mengusahakan tercapainya kebulatan pendapat Majelis terhadap suatu soal


8. Sifat – Sifat Rapat BPD
a. Rapat Pleno BPD dan rapat Komisipada dasarnya bersifat terbuka kecuali apabila
rapat yang bersangkutan menghendaki memutuskan rapat tersebut tertutup
b. Rapat Pimpinan BPD bersifat tertutup
c. Rapat terbuka selain dihadiri oleh para anggota juga dapat dihadiri oleh bukan
anggotabaik diundang maupun tidak
d. Rapat tertutup hanya dihadiri oleh para anggota dan mereka yang diundang
e. Pembicaraan – pembicaraan dalam rapat tertutup tidak boleh diumumkan kecuali
jika rapat memutuskan untuk mengumumkan seluruhnya atau sebagian
9. Risalah Rapat
Untuk setiap rapat dibuat risalah resmi, yakni laporan tulisan cepat, rekaman, yang
lain selain memuat pengumuman dan pembicaraan yang telah dilakukan dalam rapat
juga mencantumkan
47
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
a. Tempat dan acara rapat
b. Hari/tanggal rapat dan jam dibuka serta ditutupnya rapat
c. Ketua dan Skretaris rapat
d. Nama – nama anggota yang hadir dan tidak hadir
e. Nama – nama pembicara dan pendapat masing – masing, dan
f. Keterangan – keterangan tentang putusan/kesimpulan
10. Pengambilan Keputusan BPD
a. Umum
1) Pengambilan keputusan pada dasarnya diusahakan sejauh mungkin dengan
musyawarah untuk mufakat, apabila hal ini tidak mungkin, putusan diambil
berdasarkan suara terbanyak
2)

Musyawarah dan/atau putusan yang diambil berdasarkan suara terbanyak


sebagai

hasil

musyawarah

haruslah

bermutu

tinggi

yang

dapat

dipertanggungjawabkan dan tidak bertentangan dengan Peraturan Perundang –


undangan yang berlaku
3) Setiap peserta musyawarah berhak dan berkesempatan yang sama bebasnya
untuk

mengemukakan

pendapat

dan

melahirkan

kritik

yang

bersifat

membangun dengan tanpa tekanan dari pihak manapun


4) Untuk dapat mengambil putusan, rapat memerlukan kuorum
5) Apabila hal termaksud tidak tercapai, rapat ditunda sampai paling banyak 2 kali
dengan tenggang waktu paling sedikit 24 jam
6) Apabila setelah 2 kali penundaan masih juga hal tersebut belum tercapai maka :
a) Jika terjadi dalam rapat pleno BPD maka permasalahannya menjadi batal
b) Jika terjadi dalam rapat Komisi maka pemecahannya disampaikan kepada
Pimpinan BPD
7) Putusan rapat harus mencerminkan pendapat – pendapat yang hidup dalam rapat
b. Putusan Berdasarkan Mufakat
1) Hakekatnya musyawarah untuk mufakat dalam kemurniannya adalah tata cara
khas yang bersumber pada inti paham kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah
kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan untuk memutuskan suatu
hal berdasarkan kehendak masyarakat dengan jalan mengemukakan hikmat
dalam kebijaksanaan yang tiada lain ialah pikiran yang sehat yang didasarkan
pada hati nurani yang luhur untuk mencapai putusan berdasarkan mufakat yang
diiktikatkan untuk dilaksanakan dengan jujur dan bertanggungjawab
2) Segala putusan diusahakan dengan cara musyawarah untuk mufakat
3) Jika hal tersebut tidak tercapai. Pimpinan rapat mengupayakan agar dapat
berhasil mencapai mufakat
48
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
4) Putusan berdasarkan mufakat adalah sah apabila diambil dalam rapat yang
daftar hadirnya ditandatangani oleh lebih dari separoh jumlah anggota rapat.
Kecuali hal – hal khusus yang berkenaan dengan APBDes
c. Pengambilan Putusan Dengan Suara Terbanyak
1) Putusan berdasarkan suara terbanyak diambil apabila putusan berdasarkan
mufakat sudah tidak mungkin diusahakan lagi
2) Sebelum rapat mengambil putusan dengan suara terbanyak. Para anggota
diberi kesempatan untuk lebih dahulu mempelajari naskah atau rumusan
masalah yang bersangkutan
3) a) Penyampaian suara dilakukan oleh para anggota untuk menyatakan sikap
setuju menolak atau abstain dengan secara lisan, mengacungkan tangan,
berdiri, tertulis, pindah tempat, pemanggilan nama atau cara lain yang
disetujui rapat.
b) Pemungutan suara tentang orang dan atau masalah yang dianggap penting
oleh rapat dilakukan dengan rahasia atau tertulis
4) Pengambilan putusan berdasarkan suara terbanyak adalah sah apabila
a) Diambil dalam rapat yang daftar hadirnya telah ditandatangani oleh sekurang
– kurangnya dua pertiga jumlah anggota (kuorum)
b) Disetujui oleh lebih dari separo jumlah anggota yang hadir yang memenuhi
kuorum
5) Apabila dalam mengambil keputusan berdasarkan suara terbanyak suara yang
diperoleh sama maka usul/permasalahan dianggap ditolak. Atau dalam hal lain
ditangguhkan samapai rapat berikutnya
6) Apabila dalam rapat berikutnya itu suara yang diperolehtetap sama maka
usul/permasalahan ditolak
11. Ketentuan Khusus
Untuk menentukan APBDes baik yang dicapai dengan putusan secara mufakat
maupun putusan dengan putusan berdasarkan suara terbanyak maka
a. Sekurang – kurangnya 2/3 dari jumlah anggota harus telah menandatangani
daftar hadir.
b. Putusan diambil atas persetujuan sekurang – kurangnya 2/3 dari jumlah anggota
yang hadir yang memenuhi kuorum
12. Proses Pembuatan Putusan
a. Dalam proses pembuatan putusan BPD selain pembahasan rancangan peraturan
desa dan APBDes dilakukan melalui dua tingkat
I.

Pembahasan ditingkat Komisi BPD

II. Pembahasan ditingkat rapat Pleno BPD


49
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
b. Pembahasan Rancangan Peraturan Desa dilakukan melalui 4 tingkat kecuali panitia
musyawarah menentukan lain
Tahap I

: Rapat Paripurno BPD dengan mata acara penyampaian penjelasan


Rancangan Peraturan Desa oleh Kepala Desa (dan/juru bicara
BPD, bila Peraturan Desa atas usul BPD)

Tahap II

: 1. Rapat Paripurna BPD dengan mata acara pemandangan umum


atas Rancangan Peraturan Desa dimaksud oleh Komisi –
komisi atau Anggota BPD (atau Kepala Desa bila Peraturan
Desa atas usul BPD)
2. Rapat Paripurno BPD dengan mata acara jawaban Kepala
Desa/BPD atas Pemandangan umum anggota BPD atau
Kepala Desa

Tahap III

: Rapat Komisi dengan Pemerintah Desa

Tahap IV

: Rapat Paripurna dengan mata acara :


1. Laporan hasil pembahasan tahap III
2. Pendapat akhir BPD terhadap Rancangan Peraturan Desa
tersebut
3. Persetujuan Rancangan Peraturan Desa menjadi/mengabil
keputusan

13. Ketentuan Penutup


a. Usul perubahan dan tambahan tata tertib dapat diusulkan oleh sekurang –
kurangnya 3 anggota
b. Usul perubahan dan tambahan sebagaimana dimaksud

ditandatangani oleh

pengusul dan disertai penjelasan


c. Persetujuan seluruhnya, penerimaan sebagian atau penolakan usul sebagaimana
dimaksud diputuskan BPD dalam bentuk putusan BPD
d. Segala sesuatu yang belum diatur dalam keputusan diputuskan oleh BPD
BENTUK – BENTUK HUBUNGAN KERJA BPD DAN KEPALA DESA
(Dalam bukunya Prof. Dr. H. Ateng Safrudin, S.H. dan Dr. Suprin Na’a, S.H., M.H
yang
berjudul Republika Desa Pergulatan Hukum Tradisional dan Hukum Modern dalam Desain
Otonomi Desa Hal.52,53)
1. Bentuk hubungan searah positif : yang terjadi apabila Kades maupun BPD memiliki
visi
yang sama dalam menjalankan pemerintahan dan bertujuan untuk kemaslahatan desa
itu sendiri (good governance) yang pada prinsipnya memiliki ciri – ciri :
transparan,
demokratis, baik berkeadilan, bertanggungjawab dan obyektif. Dengan perkataan lain,
50
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
pemerintahan desa harus diselenggarakan dengan memperhatikan faktor – faktor
yang edial, berdasarkan keinginan dan harapan masyarakat serta memperhatikan
aturan hukum yang ada.
2. Bentuk hubungan konflik, yang terjadi apabila kedua lembaga tersebut (Kades dan
BPD) dalam visi menyangkut tujuan kelembagaan dan tujuan pembangunan desa. Hal
ini berwujud pada pertentangan yang dapat mengakibatkan munculnya tindakan yang
tidak produktif dalam menyelenggarakan pemerintahan desa dan pencapaian tujuan –
tujuan desa itu secara keseluruhan.
3. Bentuk hubungan searah negatif, yang terjadi apabila Kades maupun BPD
berkolaborasi (KKN) dalam penyelenggaraan pemerintahan dan secara bersama –
sama menyembunyikan kolaborasinya tersebut kepada publik (masyarakat desa).
Secara politis hal tersebut bisa saja terjadi, tetapi secara hukum dan etika hal
ini
sangat bertetangan dengan prinsip – prinsip good governance.

51
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa

SUB MATA LATIHAN 2.2.


SIMULASI RAPAT BPD

KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA


BALAI BESAR PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA MALANG
2012

52
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
Lembar Bacaan

SIMULASI RAPAT BPD


I.

TUJUAN
Untuk mendapatkan pemahaman sekaligus penghayatan terhadap rapat BPD,
sehingga dalam pelaksanaan nantinya di desa sudah ada gambaran kongkrit yang bisa
dipedomani oleh para peserta pelatihan selaku anggota BPD.

II.

MANFAAT
Manfaat yang dapat diperoleh dalam simulasi rapat BPD, yaitu :
1. mendapatkan pengalaman langsung dalam proses rapat BPD;
2. diperolehnya ketrampilan dalam meningkatkan kemampuan individu;
3. saling memberikan umpan balik antara peserta dalam pelaksanaan rapat BPD;
4. mengetahui kelebihan/kekurangan kemampuan diri peserta masing-masing dalam
pelaksanaan rapat BPD

III.

PROSES SIMULASI

PENGAMATAN

Penjelasan
Simulasi

Persiapan
Simulasi

Pelaksanaan
Simulasi

Refleksi Hasil
Simulasi

PENGAMATAN

IV. PERAN SIMULASI


Dalam simulasi Rapat BPD ini yang akan dijadikan

obyek simulasi adalah

mengenai rapat paripurna rancangan Peraturan Desa tentang APBDes untuk lebih
meningkatkan ketrampilan bagi peserta pelatihan, maka masing-masing peserta bermain
peran agar proses simulai dapat berjalan dengan lancar dan tertib sesuai ketentuan
peraturan desa yang mengatur tentang tata tertib BPD. Untuk itu peserta perlu
memahami
peran masing-masing, sesuai langkah-langkah kegiatan simulasi sebagai berikut.
53
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
A. Peran BPD
1. Memimpin rapat paripurna rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa;
2. Ketua BPD memberi kesempatan pada Camat untuk menyampaikan sambutan
pengarahan pada forum rapat rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa;
3. Ketua BPD memberi kesempatan kepada Wakil Ketua BPD dan Komisi A
(Pemerintahan),

Komisi

(Pembangunan)

dan

Komisi

(...........)

untuk

menyampaikan pokok-pokok pikiran rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa;


4. Ketua BPD memberi kesempatan pada Kepala Urusan Pemerintahan, Kepala
Urusan Pembangunan dan Kepala Urusan Keuangan untuk menyampaikan saran
masukan klarifikasi terhadap rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa meliputi
garis besar struktur APBDesa;
5. Ketua BPD memberi kesempatan kepada pemantau (Kepala Dusun, Pengurus
RW/RT, tokoh masyarakat, tim penggerak PKK, dan lain-lain) untuk menanyakan
substansi materi rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa yang dipandang perlu
penyempurnaan dan struktur APBDesa sesuai sistem pengelolaan keuangan desa
yang baru;
6. Ketua BPD memberi kesempatan pada Kepala Desa untuk memberikan klarifikasi
dan jawaban atas pertanyaan saran masukan untuk penyempurnaan rancangan
Peraturan Desa tentang APBDesa.
B. Peran Camat
1. Menyampaikan sambutan pengarahan dalam forum rapat paripurna rancangan
Peraturan Desa tentang APBDesa;
2. Memberikan garis besar arahan dan meluruskan proses simulasi agar lebih fokus
terhadap pokok bahasan rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa;
3. Mengikuti proses simulasi rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa dengan
menyaksikan penandatanganan Berita Acara dan penetapan Peraturan Desa
tentang APBDesa;
C. Peran Komisi A Bidang Pemerintahaan BPD
1. Mengikuti dengan cermat proses rapat paripurna rancangan Peraturan Desa tentang
APBDesa;
2. Menyampaikan pokok-pokok pikiran rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa,
secara garis besar bahwa :
a. Dengan berakhirnya pelaksanaan APBDesa Tahun 20… maka perlu menetapkan
perhitungan APBDesa Tahun 20… sesuai struktur APBDesa dengan mengacu
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2007 atau peraturan daerah
yang mengatur tentang pengelolaan keuangan desa.
54
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
b. Perhitungan
KODE
ANGGARAN
1.
1.1
1.2
1.3
1.4
1.5
1.6
1.7

URAIAN

TAHUN
BERJALAN

KET.

PENDAPATAN
Pendapatan Asli Desa
Bagi Hasil Pajak
Bagi Hasil Retribusi
Bagian Dana Perimbangan Keuangan Pusat
dan Daerah
Bantuan Keuangan Pemerintah Provinsi,
Kabupaten/Kota dan desa lainnya
Hibah
Sumbangan Pihak Ketiga
JUMLAH PENDAPATAN

2.1
2.2

BELANJA
Belanja Langsung
Belanja Tidak Langsung
JUMLAH BELANJA

3.1
3.2

PEMBIAYAAN
Penerimaan Pembiayaan
Pengeluaran Pembiayaan
JUMLAH PEMBIAYAAN

TAHUN
SEBELUMNYA

D. Peran Komisi B Bidang Pembanguanan BPD


Jika dipandang perlu melengkapi pokok-pokok pikiran rancangan Peraturan Desa
tentang APBDesa yang telah disampaikan Komisi A Bidang Pemerintahan BPD.
E. Peran Komisi C Bidang
Jika dipandang perlu melengkapi substansi tata naskah dan memberikan klarifikasi
untuk lebih memantapkan tambahan pokok-pokok pikiran rancangan Peraturan Desa
tentang APBDesa, sehingga produk hukum desa memenuhi standar tata naskah
penetapan peraturan desa.
F. Peran Wakil Ketua BPD
Apabila dipandang perlu memberikan tambahan pokok-pokok pikiran yang telah
disampaikan Komisi A Bidang Pemerintahan BPD.
G. Peran Kepala Desa
Memberikan tanggapan yang dipandu pemimpin rapat paripurna dibagi dalam 2 termin.
1. Termin I
Menanggapi pertanyaan peserta rapat paripurna rancangan Peraturan Desa tentang
APBDesa, baik dari unsur Kepala Urusan dan unsur Komisi A, B, C BPD.

55
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
2. Termin II
a. Menanggapi pertanyaan peserta rapat paripurna rancangan Peraturan Desa
tentang APBDesa dari unsur Kepala Dusun, Tim Penggerak PKK, Ketua RW/RT,
tokoh masyarakat, tokoh agama, pemangku adat, guru dan anggota DPRD
kabupaten yang berdomisili di desa.
b. Menanggapi pertanyaan pemerintah kabupaten yang mengikuti proses rapat
paripurna rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa.
H. Peran Sekretaris BPD
1. Sebagai notulen rapat paripurna;
2. Mencatat metode tanya jawab dan tanggapan kepala desa terhadap rancangan
Peraturan Desa tentang APBDesa;
3. Membacakan hasil rapat paripurna rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa;
4. Mendokumentasikan hasil rapat paripurna, antara lain :
a. Berita acara penetapan Peraturan Desa tentang APBDes;
b. Penetapan Peraturan Desa tentang APBDesa.
I. Peran Sekretaris Desa
1. Mencatat proses kegiatan rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa;
2. Mendokumentasikan hasil rapat paripurna, antara lain :
a. Berita acara penetapan Peraturan Desa tentang APBDesa;
b. Penetapan Peraturan Desa tentang APBDesa;
c. Keputusan Kepala Desa tentang Penjelasan Pelaksanaan Teknik Pengelolaan
Keuangan Desa, Pemegang Kas Desa dan Bendahara Desa;
d. Mengirim kepada Bupati penetapan Peraturan Desa tentang APBDesa;
e. Mendokumentasikan dalam Buku Kegiatan BPD.

56
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa

LAMBANG
DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN ……….


KECAMATAN …………………
DESA ................................
Jalan. ……………...….. No…., Telepon …………. Kode Pos ……….

PERATURAN DESA ........… (Nama Desa)


NOMOR 1 TAHUN 20...
TENTANG
ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
KEPALA DESA ….......(Nama Desa),
Menimbang

: a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal ..... ayat (...) Peraturan


Daerah Kabupaten ................. Nomor ..... Tahun 20... tentang
Keuangan Desa, maka perlu mengatur Anggaran Pendapatan dan
Belanja Desa dalam suatu Peraturan Desa;
b. bahwa dengan berakhirnya pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Desa Tahun 20..., maka perlu adanya pengelolaan keuangan
desa yang transparan, akuntabel, partisipatif, disiplin anggaran dengan
memperhatikan azas keadilan dan manfaat bagi kesejahteraan
masyarakat;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam
huruf a dan b perlu membuat Peraturan Des tentang Anggaran
Pendapatan dan Belanja Desa;

Mengingat

: 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan


Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme;
2. Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan atas
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah;
3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa;
5. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2007 tentang
Pengelolaan Keuangan Desa;
6. Peraturan Daerah Kabupaten ........... Nomor 1 Tahun 20... tentang
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten ........ Tahun
Anggaran 20... (Lembaran Daerah Kabupaten ..... Tahun .... Nomor 1);
7. Keputusan Bupati ........... Nomor .... Tahun 20... tentang Pedoman
Alokasi Dana Desa bagi desa-desa di Kabupaten .........;

Memperhatikan

: Surat Menteri Dalam Negeri Nomor 140/640/SJ tanggal 22 Maret 2005


tentang Pedoman Alokasi Dana Desa dari Pemerintah Kabupaten/Kota
kepada Pemerintah Desa
57
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
Dengan Persetujuan Bersama
BADAN PERMUSYAWARATAN DESA ............. (Nama Desa)
dan
KEPALA DESA ................ (Nama Desa)
MEMUTUSKAN :
Menetapkan

: PERATURAN DESA TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN


BELANJA DESA.
BAB I
KETENTUAN UMUM
A.

Pasal 1

Dalam Peraturan Desa ini yang dimaksud dengan :

1. Desa adalah ......................;


2. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa dan Badan Permusyawaratan Desa;
3. Pemerintahan Desa adalah Kepala Desa dan Perangkat Desa;
4. Kepala Desa adalah Kepala Desa ......................;
5. Badan Permusyawaratan Desa adalah Badan Permusyawaratan Desa ................;
6. Alokasi Dana Desa yang selanjutnya disingkat ADD adalah dana yang dialokasikan
oleh
Pemerintah Kabupaten ............ untuk desa-desa di Kabupaten ....... yang
bersumber dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten .................

BAB II
PENDAPATAN
B.

Pasal 2

.................... pendapatan ...................... terdiri dari :


1. Pendapatan Asli Desa;
2. Bagi Hasil;
3. Bagi Hasil Retribusi;
4. Bagian.

BAB III
BELANJA
C.

Pasal 3

Anggaran Belanja Desa ..................... terdiri dari :


1. Belanja langsung;
2. Belanja tidak langsung.

58
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
BAB IV
PEMBIAYAAN
D.

Pasal 4

Anggaran pembiayaan ..................... terdiri dari :


1. Penerimaan pembiayaan;
2. Pengeluaran pembiayaan.
E.

Pasal 5

Jumlah Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa ..................... Tahun 20...


adalah sebesar Rp.
...................... (terbilang .........................) dengan perincian :
a. Anggaran Pendapatan

Rp. .....................

b. Anggaran Belanja
1. Belanja langsung

Rp. .....................

2. Belanja tidak langsung

Rp. .....................
Rp. .....................

Surplus

Rp. .....................

c. Anggaran Pembiayaan
1. Penerimaan pembiayaan

Rp. .....................

2. Pengeluaran pembiayaan

Rp. .....................

Pembiayaan netto

Rp. .....................

3. Sisa lebih perhitungan anggaran (SiLPA) tahun

Rp. .....................

sebelumnya

F.

Pasal 6

1) Rincian lebih lanjut mengenai anggaran penerimaan adalah sebagaimana dimaksud


dalam
Pasal 5 huruf a adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran I;
2) Rincian lebih lanjut mengenai anggaran pembiayaan adalah sebagaimana dimaksud
dalam
Pasal 5 huruf b adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran II.
G.

Pasal 7

Rincian-rincian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 merupakan satu kesatuan yang


tidak
dapat dipisahkan dari Peraturan Desa ini.

59
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
BAB V
PENUTUP
Pasal 8
Peraturan Desa ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di … (Nama Desa)


pada tanggal ................... 20....
KEPALA DESA …, (Nama Desa)
KEPALA DESA
........................

(NAMA JELAS)

Diundangkan di ................
pada tanggal ................. 20...

SETDA

SEKRETARIS DAERAH
KABUPATEN ................

(NAMA JELAS)

BERITA DAERAH KABUPATEN …………. NOMOR ............. TAHUN 20...

60
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
PENJELASAN ATAS
PERATURAN DESA …. (Nama Desa)
NOMOR ... TAHUN ...
TENTANG
ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA (APBDesa)

I.

UMUM
...................................................................................
.................…
...................................................................................
....................
...................................................................................
................….

II. PASAL DEMI PASAL


Pasal 1
Cukup jelas
Pasal 11
Ayat (1) yang dimaksud dengan ... adalah ...
Pasal 12
Cukup jelas
Pasal ...dst

61
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa

DESA …………. KECAMATAN ……….. KABUPATEN ………..


SEKRETARIAT : Jl. …………… No. ………….. Telp. (……) …………..

DAFTAR HADIR RAPAT


Hari/tanggal : …….., ……….. 20…
Tempat
: Sekretariat BPD
Acara
: Rapat Paripurna pembahasan Rancangan Peraturan Desa tentang
APBDesa Tahun 20…
NO NAMA

JABATAN/KEDUDUKAN TANDA TANGAN

1.
2.

4
1.
2.

62
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa

KETUA BPD
( …………………..)

63
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa

BERITA ACARA
RAPAT PARIPURNA
BADAN PERMUSYAWARATAN DESA
TANGGAL …………. 20…
Pada hari …….. tanggal ……… bulan ………. 20… telah dilaksanakan Rapat
Paripurna mulai jam 08.00 WIB s.d 22.30 WIB dengan agenda acara :
Persetujuan Rancangan Peraturan Desa tentang Rancangan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Desa Tahun 20….
Rapat Paripurna ini dihadiri oleh :
1. Camat;
2. 11 orang anggota BPD;
3. Kepala desa;
4. Sekretaris desa;
5. Kepala urusan pemerintahan;
6. Kepala urusan pembangunan;
7. Kepala urusan kesejahteraan rakyat;
8. Kepala dusun;
9. Ketua RW;
10. Ketua RT;
11. Ketua tim penggerak PKK;
12. Tokoh masyarakat.
(daftar hadir terlampir)
Pimpinan rapat
………….. (Ketua BPD) .
Setelah menerima penjelasan dari Kepala Desa …….. dalam hal Rancangan Peraturan
Desa tentang APBDesa Tahun 20…, maka dalam rapat paripurna ini melalui proses
sambutan pimpinan BPD, Kepala Desa, Camat, tanya jawab dengan argumentasi dengan
adanya saran masukan, pendapat dan harapan yang berhubungan dengan Rancangan
Peraturan Desa tentang APBDesa Tahun 20…. Perbedaan pendapat dan pandangan
diantara anggota BPD ini sempat ada beberapa format yang direvisi untuk
penyempurnaan yang akhirnya musyawarah mufakat diperoleh komitmen secara
aklamasi, bahwa Badan Permusyawaratan Desa …….. menyetujui Rancangan Peraturan
Desa tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa Tahun 20….

………, ………….. 20…


Badan Permusyawaratan Desa …………….
Ketua,

( ………………….. )

64
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa

BAGAN PROSES PENYUSUNAN DAN PENETAPAN PERATURAN DESA

KEPENTINGAN MASYARAKAT

KEPALA DESA
Mengusulkan
Rancangan Perdes

RANCANGAN

Keputusan Kepala Desa


Pelaksanaan Perdes

BPD
Pembahasan

Rapat pembahasan
dihadiri sekurangkurangnya 2/3 dari
jumlah anggota

D
E
M
O
K
R
A
S
I
P
A
N
C
A
S
I
L
A

PERATURAN DESA
 Ditetapkan oleh Kepala
Desa setelah disetujui
BPD.
 Ditandatangani
oleh
Kepala Desa.

65
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
SUSUNAN ACARA
RAPAT PARIPURNA RANCANGAN PERATURAN DESA TENTANG APB-DESA
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.

Kegiatan
Prakata pembukaan oleh MC
Pengarahan BPD sebagai pimpinan Rapat Paripurna Rancangan Peraturan Desa
tentang APBDesa
Sambutan Camat
Presentasi pokok-pokok pikiran Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa oleh
Kepala Desa
Ketua BPD memberi kesempatan menanggapi Rancangan Peraturan Desa tentang
APBDesa kepada peserta rapat
Kepala Desa memberikan jawaban atas tanggapan dari peserta rapat
Pembahasan bersama antara Kepala Desa dan BPD atas perubahan atau saran
masukan dipandu oleh Ketua BPD
Pleno menyepakati hasil kerja Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa
Sekretaris BPD membacakan hasil proses Rapat Paripurna Rancangan Peraturan Desa
tentang APBDesa
Penandatanganan Berita Acara Penetapan APBDesa
Penandatanganan Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa menjadi Peraturan
Desa tentang APBDesa
Sambutan penutupan
Do’a
Refleksi hasil simulasi Rapat Paripurna Peraturan Desa tentang APBDesa

Waktu (menit)
5
5
15
10
20
10
25
15
2
2
10
2
5

Catatan :
Susunan Acara Rapat Paripurna Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa disesuaikan
dengan Peraturan Daerah tentang :
1. Tata tertib BPD;
2. Peraturan Desa;
3. APBDesa.

66
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa

LAMBANG
DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN ……….


KECAMATAN …………………
DESA ................................
Jalan. ……………...….. No…., Telepon …………. Kode Pos ……….

KEPUTUSAN KEPALA DESA …............ (Nama Desa)


NOMOR .... TAHUN 20...
TENTANG
PENUNJUKAN PELAKSANA TEKNIS PENGELOLA KEUANGAN DESA, PEMEGANG KAS
DESA DAN BENDAHARA DESA ............ (Nama Desa) TAHUN ANGGARAN 200....

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


KEPALA DESA .....… (Nama Desa),
Menimbang

: a. bahwa untuk kelancaran dan keberhasilan pengelolaan keuangan


desa tahun 20... perlu menunjuk Pelaksana Teknis Pengelola
Keuangan Desa, Pemegang Kas Desa dan Bendahara Desa;
b. bahwa mereka yang namanya tercantum pada lampiran keputusan ini
dianggap mampu dan memenuhi syarat untuk dapat sebagai
Pelaksana Teknis Pengelola Keuangan Desa, Penatausahaan dan
Pemegang Keuangan Desa;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam
huruf a dan b perlu menetapkan Keputusan Kepala Desa tentang
Penunjukan Pelaksana Teknis Pengelola Keuangan Desa, Pemegang
Kas Desa dan Bendahara Desa .......... Tahun Anggaran 20....;

Mengingat

: 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;


2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara;
3. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan,
Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara;
4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah;
5. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah;
6. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan
Pemerintah dan Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom;
7. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana
Perimbangan;
8. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa;
9. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pembinaan dan
Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah;
10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2007 tentang
Pengelolaan Keuangan Desa;
11. Peraturan Daerah Kabupaten ........ Nomor .... Tahun ....... tentang ......;
12. Peraturan Bupati .......... Nomor .... Tahun ...... tentang ..........;
13. Keputusan Bupati .......... Nomor .... Tahun ..... tentang ..........;
14. Peraturan Desa ....... Nomor 01 Tahun ..... tentang Anggaran
Pendapatan dan Belanja Desa;
67
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa

Memperhatikan

: Hasil Rapat Tanggal .............. 200....


MEMUTUSKAN :

Menetapkan

PERTAMA

KEDUA

: KEPUTUSAN KEPALA DESA TENTANG PENUNJUKAN PELAKSANA


TEKNIS PENGELOLA KEUANGAN DESA, PEMEGANG KAS DESA
DAN BENDAHARA DESA ............ TAHUN ANGGARAN 20....
: Menunjuk mereka yang namanya tercantum pada kolom 2 dalam
Lampiran Keputusan ini dengan jabatan pada kolom 3 dan kedudukan
pada kolom 4.
: Pelaksana Teknis Pengelola Keuangan Desa, Pemegang Kas Desa

dan Bendahara Desa ......... bekerja dibawah dan bertanggungjawab


kepada Kepala Desa.
KETIGA

: Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan dengan ketentuan


akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya apabila ternyata
terdapat kekeliruan dalam penetapannya.

Ditetapkan di ............… (Nama Desa)


pada tanggal ................
KEPALA DESA …, (Nama Desa)
KEPALA DESA
........................

( NAMA JELAS )

68
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
LAMPIRAN : KEPUTUSAN KEPALA DESA
Nomor : ..............
Tanggal : ..............
NO
1
1.

NAMA
2
..............................................

JABATAN
3
SEKRETARIS DESA

2.

..............................................

KAUR KEUANGAN

KEDUDUKAN
4
PELAKSANA TEKNIS PENGELOLA
KEUANGAN DESA
PEMEGANG KAS DESA

3.

..............................................

BENDAHARA DESA

PENATAUSAHAAN KEUANGAN DESA

KEPALA DESA…,(Nama Desa)


KEPALA DESA
........................

( NAMA JELAS )

69
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa

SUB MATA LATIHAN 2.3.


MENAMPUNG DAN
MENYALURKAN ASPIRASI
MASYARAKAT

KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA


BALAI BESAR PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA MALANG
2012

70
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
Lembar Bacaan

MENAMPUNG DAN MENYALURKAN ASPIRASI MASYARAKAT


V.

LATAR BELAKANG
Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa memberikan ruang
gerak yang semakin luas bagi Pemerintahan Desa (Pemerintah Desa dan Badan
Permusyawaratan Desa) untuk mengurus dan mengakomodir kebutuhan masyarakat
desa. Otoritas desa sebagaimana disebutkan dalam Pasal 7 Peraturan Pemerintah Nomor
72 Tahun 2005, bahwa desa mempunyai kewenangan sebagaimanan kewenangan yang
sudah ada berdasarkan hak asal usul Desa.
Kewenangan desa dimiliki oleh desa antar lain tercermin pada tugas dan
wewenang Kepala Desa sebagaimana diatur dalam Pasal 14 yaitu memimpin
penyelenggaraan pemerintahan desa berdasarkan kebijakan yang ditetapkan bersama
BPD; mengajukan rancangan peraturan desa; menetapkan peraturan desa yang telah
mendapat persetujuan bersama BPD; menyusun dan mengajukan rancangan peraturan
desa mengenai APBDes untuk dibahas dan ditetapkan bersama BPD; membina
kehidupan

masyarakat

desa;

membina

perekonomian

desa;

mengkoordinasikan

pembangunan desa secara partisipatif; mewakili desanya di dalam dan di luar


pengadilan
dan dapat menunjuk kuasa hukum untuk mewakilinya sesuai dengan peraturan
perundang-undangan; dan melaksanakan wewenang lain sesuai dengan peraturan
perundang-undangan. Demikian pula kewenangan desa yang tercermian pada Fungsi
Badan Permusyawaratan Desa sebagaimana disebutkan pada Pasal 34 yaitu menetapkan
peraturan desa bersama kepala desa, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat.
Kewenangan lembaga Pemerintahan Desa yang menyangkut hajat hidup
kepentingan dan kebutuhan masyarakat dalam pelaksanaan perlu mendapatkan legitimasi
atau dukungan masyarakat secara luas. Bentuk dukungan masyarakat yang sangat
sederhana namun cukup mencerminkan nilai-nilai demokrasi adalah keterlibatan
masyarakat dalam proses penyelenggaraan Pemerintahan Desa.

VI. PENGERTIAN
Aspirasi masyarakat adalah harapan, kebutuhan dan pendapat rakyat yang

berkenaan dengan penyelenggaran pemerintahan desa, pembangunan dan


pelayanan umum.
Menjaring aspirasi masyarakat adalah sebuah proses pengumpulan sejumlah
informasi yang diperlukan sebagai data awal pendukung perumusan sebuah kebijakan
yang
71
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
melibatkan masyarakat. Masyarakat yang terlibat dalam proses penjaringan aspirasi
adalah
masyarakat yang nantinya akan menjadi pengguna sekaligus obyek dari sebuah
kebijakan.
Aspirasi

masyarakat

sangat

dibutuhkan

BPD

sebagai

masukan

dalam

penyusunan peraturan desa yang menyangkut kepentingan orang banyak.


KAPAN PENJARINGAN ASPIRASI MASYARAKAT DILAKUKAN
• Pada saat sebelum dilakukan penyusunan dan pembahasan peraturan desa
• Sebelum membahas kegiatan-kegiatan yang mengharuskan adanya partisipasi warga
• Dilakukan secara rutin pada saat anggota bertemu dengan kontituenya.

VII. PRINSIP-PRINSIP
Penjaringan aspirasi masyarakat dalam rangka proses pembuatan sebuah
kebijakan di tingkat desa harus mengandung prinsip-prinsip :

1. Keterlibatan masyarakat
Dalam proses pembuatan kebijakan harus melibatkan masyarakat desa secara
luas. Yaitu anggota masyarakat yang secara langsung atau tidak langsung tidak
hanya memiliki kepentingan dan tersentuh dengan kebijakan tersebut. Hal ini
dimaksudkan agar sebuah kebijakan ketika diundangkan dan diterapkan selain
mendapatkan legitimasi dan dimiliki oleh seluruh lapisan masyarakat juga telah
sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakat.
2. Transparasi (keterbukaan)
Sebelum penyerapan aspirasi masyarakat dilakukan, Pemerintah desa maupun
BPD melakukan pertemuan dengan masyarakat luas tentang rencana adanya
kebijakan. Masyarakat diundang untuk hadir dengan agenda pertemuan
sosialisasi adanya rencana kebijakan. Hal ini dilakukan agar masyarakat
mengetahui apa yang menjadi tujuan, sasaran, proses, out put, bahkan kapan
pelaksanaan kebijakan tersebut dilakukan. Oleh karena itu sosialisasi kepada
masyarakat pada forum-forum pertemuan perlu dilakukan.
3. Akuntabilitas
Segala produk hukum di desa baik peraturan desa maupun keputusan desa
yang

dilakukan

melalui

proses

penjaringan

aspirasi
harus

dapat

dipertanggungjawabkan dampak dan manfaatnya kepada masyarakat, oleh


sebab itu hasil dari penjaringan aspirasi bukan hanya sekedar data dari
masyarakat, namun yang lebih penting adalah data tersebut menjadi materi
dalam subtansi sebuah kebijakan.
72
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa

4. Koordinasi
Pengelolaan aspirasi masyarakat harus beker jasama atau melibatakan
lembaga yang ada di Desa Sesuai dengan tanggung jawab masing-masing.
5. Azas Keadilan
Aspirasi Masyarakat harus mengedepankan keadilan dan berimbang dengan
memperhatikan laporan, baik yang Disampaikan oleh pelapor maupun terhadap
pelapor.
6. Rahasia
Aspirasi Masyarakata yang Disampaikan secara langsung maupun tidak
langsung dilaksanakan dengan memperhatikan kerahasiaan atas masalah yang
Disampaikan oleh pelapor dan khusu yang disapaikan secara tertulis harus
dijaga kerahasiaan dari pihak-pihak yang tidak berkepentingan.

VIII. TEKNIK MENJARING ASPIRASI MASYARAKAT


1. Brainstorming
Brainstorming atau curah pendapat/ sumbang saran adalah kegiatan kelompok
dimana anggota-anggota masyarakat yang dipilih melakukan tukar menukar
pendapat yang berkaitan dengan topik tertentu.
Tujuan
a. Untuk

mengumpulkan

informasi-informsi

baru,

pandangan-pandangan,

gagasan, pendapat yang berbeda dari sekelompok orang terhadap topik


tertentu.
b. Mengumpulkan isu-isu yang berkembang di masyarakat terhadap fenomena
tertentu.
Kelebihan dan kekurangan
a. Menghasilkan informasi up to date dengan cepat
b. Sederhana, partisipasi tinggi
c. Adanya dominasi dari anggota masyarakat yang kritis ( kekurangan)
2. Diskusi group fokus
Diskusi group fokus adalah suatu bentuk diskusi yang diikuti oleh anggota
masyarakat yang terpilih (perwakilan) dari masing-masing elemen (tokoh-tokoh)
masyarakat. Diskusi dilakukan berdasarkan petunjuk (Guide lines) yang
terperinci sesuai dengan topik-topik yang akan dibahas.
73
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa

Tujuan
a. Mengembangkan informasi, membuat konsensus, Klarifikasi Informasi
b. Mengumpulkan pendapat-pendapat yang berbeda tentang suatu isu,
mengumpulkan informasi yang berkaitan dengan isu tertentu.
- Guide lines berupa pertanyaan terbuka, agar peserta diskusi terangsang
mengeluarkan pendapat.
- Guide lines harus singkat
- Hindari pertanyaan yang jawabannya “ ya” atau “tidak”
3. Sketsa desa
Sketsa desa adalah gambaran desa secara umum mengenai keadaan sumber
daya fisik (alam maupun buatan). Sebagai teknik panggalian kebuituhan
masyarakat, sktsa desa adalah alat untuk menggali masalah-masalah yang
berhubungan dengan keadaan sumber daya pembangunan dan potensi yang
tersedia untuk mengatasi masalah tersebut.
Tujuan
a. Menyadari akan jenis, jumlah dan mutu simber daya desa
b. Menyadari cara, pola dan tingkat pemanfaatan sumber daya tersebut
c. Dapat menggali masalah yang sesuai dengan keadaan desa
d. dapat menggali potensi desa untuk memecahkan masalah
e. Menyamakan persepsi tentang masalah yang tidak dihadapi bersama di desa
4. Analisis K3H
Analisis K3H (kekuatan, kelemahan, kesempatan dan hambatan) menekankan
pada faktor yang mendorong dan faktor yang menghambat baik yang berada
internal maupun eksternal dari suatu masyarakat. Kekuatan dan kesempatan
adalah faktor yang mendorong, sedangkan kelemahan dan hambatan adalah
faktor yanh menghambat. Kekuatan dan kelemahan ada di internal masyarakat,
sedang kesempatan dan hambatan ada di eksternal masyarakat. Dalam
analisis ini ikut diperhitungkan banyak aspek antara lain sosio kultural, politik,
ekonomi, lingkungan, teknik.
Tujuan
a. Mengidentifikasi kekuatan dan kesempatan untuk dioptimalkan
b. mengidentifikasi kelemahan dan hambatan untuk dapat ditanggulangi

74
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa

c. Menganalisis kemampuan masyarakat dalam menangani permasalahannya


dan mengupayakan menjadi tesisi efektif.

IX. STRATEGI MENAMPUNG ASPIRASI MASYARAKAT


1. Informasikan kepada masyarakat tentang kepastian waktu dan tempat
pelaksanaan pengumpulan aspirasi. Ini bisa dilakukan melalui: rapat RT/ RW,
pertemuan warga, Pengajian,, surat resmi, pengumuman dirumah-rumah ibadat
dan sebagainya.
2. Pendekatan pelaksanaan Penampungan Aspirasi Masyarakat
• Pendekatan formal terstruktur: dilakukan melalui pertemuan-pertemuan resmi
yang dikoordinasikan oleh sekretariat BPD atau Pemerintah Dasa (Pemdes).
Masyarakat diundang secara langsung untuk menyampaikan aspirasinya yang
berkaitan dengan bidang kewenangan BPD. Cara lain adalah menghadiri
undangan-undangan resmi dari kelompok-kelompok masyarakat (fungsional
maupun spatial) untuk berdialog atau mendengar aspirasi mereka. Bentuk-bentuk
kegiatan yang bisa dilakukan adalah: dengar pendapat, lokakarya, dan kelompok
diskusi terfokus (FGD).
• Pendekatan informal: melalui pertemuan-pertemuan tidak terstruktur dilakukan di
mana saja (di rumah, tempat ibadah, di kantor-kantor, dsb) dan kapan saja.
Masyarakat yang ingin menyampaikan aspirasinya tidak perlu dibatasi oleh ruangruang
formal, sehingga setiap saat bisa bertemu atau berkomunikasi dengan
anggota BPD. Bentuk-bentuk kegiatan: kunjungan ke kantor BPD, kunjungan ke
rumahrumah pribadi. Pendekatan informal ini meniscayakan aktifnya kedua belah
pihak (anggota BPD dan konstituen) dalam menyampaikan aspirasi dan atau
mempertanyakan

masalah,

kebutuhan

dan

harapan

masyarakat

terhadap

Pemerintahan Desa.

KAPAN PENJARINGAN ASPIRASI MASYARAKAT DILAKUKAN


• Pada saat sebelum dilakukan penyusunan dan pembahasan peraturan desa
• Sebelum membahas kegiatan-kegiatan yang mengharuskan adanya partisipasi warga
• Dilakukan secara rutin pada saat anggota bertemu dengan kontituenya.

X.

PENGELOLAAN HASIL PENGUMPULAN ASPIRASI MASYARAKAT


a. Pemetaan Informasi/Aspirasi:

75
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
Setelah memperoleh informasi/aspirasi dari masyarakat, maka infomrasi itu dijadikan
dasar untuk selanjutnya dilakukan:
• Membuat kategorisasi/pemetaan informasi/aspirasi berdasarkan bidang kewenangan
BPD (Legeslasi regulasi Desa, Pengawasan Pelaksanaan Regulasi Desa).
• Memastikan bahwa informasi/aspirasi yang diperoleh dianggap sebagai suatu yang
urgen untuk ditindak lanjuti.
b. Konfirmasi/Verifikasi dan Analisis:
• Lakukan konfirmassi dan atau verifikasi informasi/aspirasi kepihak-pihak yang
terkait dan berkompeten (terbatas)
• Lakukan konsultasi publik dengan menghadirkan stakeholders dan Tokoh Masyarakat.
• Membuat laporan deskriptif-analitis atas hasil aspirasi masyarakat.
• Membuat ringkasan/fact sheet tentang hasil penyerapan aspirasi.
• Sampaikan hasil penyerapan aspirasi kepada publik dan pihak-pihak yang terkait
secara langsung melalui penyampaaian secara langsung.

XI. MENYALURKAN ASPIRASI MASYARAKAT


Tindak lanjut aspirasi:
a. Dilakukan

pembahasan

dengan

lembaga

lokal

Desa

untuk

dikajian

secara

konprehensif (Pemdes, Lembaga Kemasyarakatan, Tokoh Masyarakat)


b. Kalau belum ditemukan tidak lanjut dalam pembahasan tingkat Desa maka
dikoordinasikan ke tingkat Pemerintah Daerah.
c. Lakukan segara mungkin pelaksanaan hasil tindak lanjut.

Contoh format penyerapan dan Tindak lanjut aspirasi masyarakat:


TEMPAT
SUMBER
DAN
INFORMASI
WAKTU
Di rumah warga
Dari Ibu Nur
RT.4/ RW.9 pada
Halimah dan Ibuwaktu pertemuan
Ibu PKK Lainnya.
pengajian tgl.12-012012.
Di Pos Kampling
RT.2/ RW.9 tgl. 1901-2012

ISI
ASPIRASI
Belum adanya
pengelolaan sampah
dilingkungan Desa
dengan baik

Dari Bapak
Pengaturan pengairan
Nurdin dan Bapak lahan pertanian yang tidak
Yusuf
merata dan 15 m saluran
irigrasi sudah rusak.

TINDAK LANJUT

Perlu diterbitkan
regulasi tentang
pengelolaan sampah
secara mandiri dari
masyarakat
1. Di usulkan dalam
perencanaan
Pembanguan Desa
2. Perlu diterbitkan
regulasi pengaturan
76
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
tentang pembagian
pengairan lahan
pertanian.

77
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa

SUB MATA LATIHAN 2.4.


TEKNIK PENYUSUNAN
PERATURAN DESA,
PERATURAN KEPALA DESA DAN
KEPUTUSAN BPD

KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA


BALAI BESAR PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA MALANG
2012

78
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
Lembar Bacaan

TEKNIK PENYUSUNAN PERATURAN DESA, PERATURAN KEPALA


DESA, KEPUTUSAN KEPALA DESA DAN KEPUTUSAN BPD
I.

LATAR BELAKANG
Salah satu tuntutan aspirasi masyarakat yang berkembang dalam era reformasi
sekarang ini adalah reformasi hukum menuju terwujudnya supremasi sistem hukum di
bawah sistem konstitusi yang berfungsi sebagai acuan dasar yang efektif dalam
proses
penyelenggaraan negara dan kehidupan nasional sehari-hari. Dalam upaya mewujudkan
sistem hukum yang efektif itu, penataan kembali kelembagaan hukum, didukung oleh
kualitas sumberdaya manusia dan kultur dan kesadaran hukum masyarakat yang terus
meningkat, seiring dengan pembaruan materi hukum yang terstruktur secara harmonis,
dan terus menerus diperbarui sesuai dengan tuntutan perkembangan kebutuhan. Dalam
upaya pembaruan hukum tersebut, penataan kembali susunan hirarkis peraturan
perundang-undangan dengan menata kembali sumber tertib hukum dan tata-urut
peraturan perundang-undangan yang dapat dijadikan acuan bagi upaya memantapkan
sistem perundang-undangan di masa depan.
Pembentukan peraturan perundang-undangan merupakan salah satu syarat
dalam rangka membangun hukum nasional

yang hanya dapat diwujudkan apabila

didukung cara dan metoda yang pasti, baku dan standart. Berkaitan dengan penyusunan
tata naskah peraturan perundang-undangan, Pemerintah telah menetapkan standarisasi
pembentukan berbagai peraturan melalui Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan. Berkaitan dengan penyelenggaraan
pemerintahan desa yang berhak mengatur dan mengurus sendiri sebagai upaya
terwujudnya kepastian pemerintahan yang kapabel dan kredibel, landasan hukum yang
digunakan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 dalam pasal 209 menentukan dengan
tegas bhwa BPD berfngsi menetapkan peraturan desa bersama Kepala Desa. Setelah
berlakuknya Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 menggantikan Undang-Undang
Nomor 10 Tahun 2004 memamng tidak dinyatakan secara tegas keberadaan peraturan
desa, namun hal tersebut tidak mempengaruhi fungsi BPD untuk menetapkan Peraturan
Desa bersama Kepala Desa karena memperoleh landasan hukum Undang-undang Nomor
32 Tahun 2004 dan ditindak lanjuti dengan Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005
tentang Desa khususnya Pasal 55 s/d 60 yang berkaitan dengan penyusunan Peraturan
Desa dalam Pemerintahan Desa termasuk ketentuan (Pasal 73) yang mengatur
pengelolaan keuangan Desa, maka segala sesuatu yang berkaitan dengan penetapan
kebijakan Pemerintah Desa harus berdasarkan pada peraturan perundang-undangan baik
79
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
subtansi maupun tata naskah sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri dalam Negeri
Nomor 29 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pembentukan dan Mekanisme Penyusunan
Peraturan Desa Adapun pengaturan pembentukan peraturan perundang-undangan
dimaksud meliputi sistem, asas, jenis dan materi muatan yang dilakukan sejak
persiapan
pembahasan dan pengesahan serta penyebarluasan maupun partisipasi masyarakat.
II.

RUANG LINGKUP PENGATURAN


1. Berdasarkan Ps. 211 ayat (1) & 212 ayat (5) UU 32/2004
a. Menetapkan “lembaga kemasyarakatan” di desa; (Ps. 89 ayat 2 PP 72/2005)
b. Menetapkan APB Desa (Pengelolaan Keuangan Desa).
2. Berdasarkan Ps. 206 UU 32/2004 & Ps. 7 PP 72/2005
a. Urusan pemerintahan yg sdh ada berdasarkan hak asal-usul desa;
b. Urusan pemerintahan Kab./Kota yg diserahkan ke desa;
c. Tugas pembantuan dari Pem., Pem. Prov., Pem. Kab./Kota;
d. Urusan pemerintahan lainnya yg oleh per per-UU diserahkan ke desa.
3. Berdasarkan Ps. 55 ayat (3) PP 72/2005

Menjabarkan/lebih lanjut per per-UU yg lebih tinggi.


4. Berdasarkan Ps. 78 ayat (2) PP 72/2005

Pembentukan Badan Usaha Milik Desa.


5. Dalam kenyataannya ruang lingkup yg menjadi materi muatan Peraturan Desa,
pada umumnya meliputi:
a. Pembentukan dusun (Ps. 3 PP 72/2005);
b. Susunan organisasi & tata kerja Pem. Desa (Ps. 12 PP 72/2005);
c.

APB Desa (Ps. 61 & 73 PP 72/2005);

d. Renc Pemb Jk Menengah Desa (Ps. 64 PP 72/2005);


e. Pengelolaan keuangan desa (Ps. 76 PP 72/2005);
f.

Pembentukan BUMDesa (Ps. 78 PP 72/2005);

g. Pembentukan lembaga kemasyarakatan di desa (Ps. 89 PP 72/2005).


6. Berdasarkan pasal 5 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 tahun 2006
Peraturan Desa tidak boleh bertentangan dengan kepentingan umum dan/atau
peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi. Peraturan Desa dan Peraturan

Kepala Desa yang bertentangan dengan kepentingan umum dan peraturan


perundang-undangan yang lebih tinggi dapat dibatalkan oleh Bupati/ Walikota
setelah dilakukan evaluasi.

80
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
III.

AZAS PEMBENTUKAN DAN MATERI MUATAN PERATURAN DESA


1. Asas Pembentukan
a. Kejelasan tujuan;
b. Kelembagaan atau organ pembentuk yang tepat;
c. Kesesuaian antara jenis dan materi muatan;
d. Dapat dilaksanakan;
e. Kedayagunaan dan kehasilgunaan;
f. Kejelasan rumusan dan
g. Keterbukaan.
2. Muatan Materi Mengandung Asas :
a. Pengayoman
b. Kemanusiaan
c. Kebangsaan
d. Kekeluargaan
e. Kenusantaraan
f. Bhineka tunggal ika
g. Keadilan
h. Kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan
i. Ketertiban dan kepastian hukum dan/atau
j. Keseimbangan, keserasian dan keselarasan.

IV.

JENIS - JENIS PERATURAN DESA


Berdasarkan pasal 4 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 tahun 2006 :
a. Materi muatan Peraturan Desa adalah seluruh materi muatan dalam rangka
penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pembangunan desa, dan pemberdayaan
masyarakat, serta penjabaran lebih lanjut dari ketentuan Peraturan
Perundangundangan yang lebih tinggi.
b. Materi muatan Peraturan Kepala Desa adalah penjabaran pelaksanaan Peraturan Desa
yang bersifat pengaturan.
c. Materi muatan Keputusan Kepala Desa adalah penjabaran pelaksanaan Peraturan
Desa dan Peraturan Kepala Desa yang bersifat penetapan
d. Peraturan Desa merupakan penjabaran lebih lanjut dari Peraturan Daerah yang
mengatur tentang Desa, yang menurut jenisnya antara lain terdiri dari :

Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa;

Penegasan Batas Wilayah Administrasi Desa;

Penetapan Pusat-pusat Pertumbuhan dan Pengembangan Desa;


81
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa

Penetapan sebutan untuk Desa, Kepala Desa, Perangkat Desa,

dan Badan

Permusyawaratan Desa;

Penetapan Keberadaan Lembaga Adat dan Lembaga Kemasyarakatan di Desa;

Penetapan susunan Organisasi Pemerintahan Desa;

Pembentukan Panitia Pencalonan dan pemilihan Anggota Badan Permusyawaratan


Desa;

Penetapan yang berhak menggunakan hak pilih dalam pemilihan anggota Badan
Permusyawaratan Desa;

Penentuan tanda gambar calon, pelaksanaan kampanye, dan cara pemilihan


anggota Badan Permusyawaratan Desa;

Penetapan Jumlah Anggota Badan Permusyawaratan Desa;

Pembentukan Panitia Pencalonan dan Pemilihan Perangkat Desa;

Penetapan yang berhak menggunakan hak pilih dalam pemilihan Perangkat Desa;

Penentuan tanda gambar calon, pelaksanaan kampanye, cara pemilihan, dan biaya
pelaksanaan pemilihan Perangkat Desa;

Penetapan Jumlah Perangkat Desa;

Pembentukan Susunan Panitia Pencalonan dna Pemilihan Kepala Desa;

Penetapan yang berhak menggunakan hak pilih dalam pemilihan Kepala Desa;

Penentuan tanda gambar calon, pelaksanaan kampanye, cara pemilihan, dan biaya
pelaksanaan pemilihan Kepala Desa;

Jenis Besarnya Penghasilan, Tunjangan, dan Penghasilan Tambahan Kepala Desa


dan Perangkat Desa;

Pemberian Penghargaan kepada mantan Kepala Desa dan Perangkat Desa;

Penetapan Pengelolaan dan Pengaturan Pelimpahan/ Pengalihan fungsi Sumbersumber


Pendapatan dan Kekayaan Desa;

V.

Ketentuan Jenis-jenis Pungutan Desa;

Pendirian Badan Usaha Milik Desa;

Pendirian Badan Kerjasama Desa;

Penetapan Rencana Umum Pembangunan Desa;

Aturan-aturan Pelaksanaan dari Peraturan Daerah Mengenai Pemerintahan Desa;

Peraturan Desa lainnya sesuai dengan masalah yang berkembang di Desa.

PROSES PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN DESA


1. Persiapan
a. Rancangan Peraturan Desa diprakarsai oleh Pemerintah Desa dan dapat berasal
dari usul inisiatif BPD.

82
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
b. Masyarakat berhak memberikan masukan baik secara tertulis maupun lisan terhadap
Rancangan Peraturan Desa pada tahap penyiapan/ pembahasan rancangan
peraturan desa.

Mekanisme penyampaian masukan dari masyarakat untuk

penyiapan/pembahasan rancangan

Peraturan Desa diatur lebih lanjut dalam

peraturan daerah kabupaten/kota.


c. Masukan secara tertulis maupun lisan dari masyarakat dapat dilakukan dalam
proses
penyusunan Rancangan Peraturan Desa.
d. Rancangan peraturan desa sebelum ditetapkan disosialisasikan kepada masyarakat
sesuai dengan kondisi sosial budaya setempat.
e. Mekanisme

penggunaan

hak

diatur

lebih

lanjut

dalam

Peraturan

Daerah

Kabupaten/Kota.
2. Pembahasan
a. Rancangan Peraturan Desa dibahas secara bersama oleh Pemerintah Desa dan BPD.
b. Rancangan Peraturan Desa yang berasal dari Pemerintah Desa, dapat ditarik
kembali sebelum dibahas bersama BPD.
c. Rancangan Peraturan Desa tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa,
pungutan, dan penataan ruang yang telah disetujui bersama dengan BPD, sebelum
ditetapkan oleh Kepala Desa paling lama 3 (tiga) hari disampaikan oleh Kepala Desa
kepada Bupati/Walikota untuk dievaluasi. Evaluasi meliputi tata naskah penyusunan,
persyaratan material maupun arah kebijakan Pemerintah Daerah dalam kaitannya
dengan aspirasi masyarakat serta terkait dengan pedoman dan pengelolaan
keuangan desa, pembinaan dan pengawasan dikoordinasikan oleh Bupati guna
pertanggungjawaban alokasi dana yang masuk desa.
d. Hasil evaluasi rancangan Peraturan disampaikan oleh Bupati/Walikota kepada
Kepala Desa paling lama 20 (dua puluh) hari sejak Rancangan Peraturan Desa
tersebut diterima.
e. Apabila Bupati/Walikota belum memberikan hasil evaluasi Rancangan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Desa, Kepala Desa dapat menetapkan Rancangan
Peraturan Desa tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APB Desa)
menjadi Peraturan Desa.
f. Evaluasi Rancangan Peraturan Desa tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja
Desa didelegasikan kepada Camat.

VI.
PENETAPAN DAN PENYEBARLUASAN PERATURAN DESA
1. Penetapan

83
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
Dalam menetapkan Peraturan Desa, BPD mengadakan rapat yang dihadiri oleh
sekurang-kurangnya 2/3 (dua pertiga) dari jumlah anggota BPD. Dengan demikian
proses penetapan dimaksud, dilakukan melalui :
a. Rancangan Peraturan Desa dapat diajukan oleh Pemerintah Desa dan atau Badan
Permusyawaratan Desa;
b. Naskah Rancangan Peraturan Desa disampaikan kepada para anggota Badan
Permusyawaratan Desa selambat-lambatnya 3 (tiga) hari atau tiga kali 24 jam
sebelum Rapat Badan Permusyawaratan Desa dilaksanakan untuk menetapkan
Peraturan Desa;
c. Dalam menyusun Rancangan Peraturan Desa, Pemerintah Desa dan atau Badan
Permusyawaratan Desa dapat menghadirkan lembaga kemasyarakatan di Desa atau
pihak-pihak terkait untuk memberikan masukan terhadap hal-hal yang berkaitan
dengan materi Peraturan Desa tersebut;
d. Dalam rangka menetapkan Peraturan Desa, Badan Permusyawaratan Desa
mengadakan rapat yang harus dihadiri oleh sekurangkurangnya 2/3 (dua per tiga)
dari jumlah anggota Badan Permusyawaratan Desa, dan dianggap tidak sah apabila
jumlah anggota Badan Permusyawaratan yang hadir kurang dari ketentuan tersebut;
e. Apabila rapat Badan Permusyawaratan Desa dinyatakan tidak sah, maka Kepala
Desa dan Pimpinan Badan Permusyawaratan Desa menentukan waktu untuk
mengadakan rapat berikutnya;
f. Rapat Badan Permusyawaratan Desa dalam penetapan Peraturan Desa dapat
dihadiri oleh lembaga kemasyarakatan dan pihak-pihak terkait sebagai peninjau;
g. Pengambilan Peraturan dalam penetapan Peraturan Desa dilaksanakan melalui
musyawarah;
h. Apabila dalam musyawarah mufakat tidak mendapat kesepakatan yang bulat, dapat
diambil secara voting berdasarkan suara terbanyak;
i. Persetujuan pengesahan terhadap rancangan peraturan desa menjadi peraturan
desa dituangkan dalam Berita Acara Rapat Badan Permusyawaratan Desa;
j. Peraturan Desa yang telah mendapatkan persetujuan Badan Permusyawaratan
Desa ditetapkan dan ditandatangani oleh Kepala Desa dan Ketua Badan
Permusyawaratan Desa;
k. Peraturan Desa yang telah ditetapkan tidak lagi memerlukan pengesahan dari
Bupati
tetapi wajib melaporkan kepada Bupati melalui Camat sebagai bahan pembinaan
dan pengawasan paling lambat 7 (tujuh) hari setelah ditetapkan.
2. Penyebarluasan

84
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
Peraturan Desa dan peraturan pelaksanaannya wajib disebarluaskan kepada
masyarakat oleh Pemerintah Desa.
VII.

BENTUK DAN KERANGKA PERATURAN DESA, PERATURAN KEPALA DESA,


KEPUTUSAN KEPALA DESA DAN KEPUTUSAN BPD
Kerangka struktur Peraturan Desa, Peraturan Kepala Desa dan Keputusan Kepala Desa
serta Keputusan BPD terdiri dari :
a. Penamaan/Judul;
b. Pembukaan;
c. Batang Tubuh;
d. Penutup; dan
e. Lampiran (bila diperlukan).
Uraian dari masing-masing substansi kerangka Peraturan Desa, Peraturan Kepala Desa
dan Keputusan Kepala Desa, sebagai berikut :
A. Penamaan/Judul
1. Judul

Peraturan

Desa

memuat

keterangan

menenai

jenis,

nomor,

tahun

pengundangan atau penetapan, dan nama peraturan desa.


2. Nama Peraturan Desa dibuat secara singkat dan mencerminkan isi Peraturan Desa.
3. Judul ditulis seluruhnya dengan huruf kapital (besar) yang diletakan di tengah
margin
tanpa diakhiri tanda baca.
B. Pembukaan
1. Frasa “Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa”
2. Jabatan pembentuk Peraturan Desa;
3. Konsideran yang diawali dengan kata menimbang dan berisikan :
 Uraian singakat mengenai pokok-pokok pikiran yang menjadi latar belakang dan
alasan pembuatan Peraturan Desa;
 Jika konsideran memuat lebih dari satu pokok pikiran, maka tiap-tiap pokok
pikiran
dirumuskan dalam rangkaian kalimat yang merupakan satu kesatuan pengertian.
4. Dasar hukum;
5. Diktum :
 Kata Memutuskan
 Kata Menetapkan
 Nama Peraturan Desa
C. Batang Tubuh
1. Batang tubuh Peraturan Desa memuat semua substansi Peraturan Desa yang
dirumuskan dalam pasal-pasal;
2. Pada umumnya substansi dalam batang tubuh dikelompokkan kedalam :
a. Ketentuan umum
b. Materi pokok yang diatur
85
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
c. Ketentuan pidana jika diperlukan
d. Ketentuan peralihan (jika diperlukan)
e. Ketentuan penutup
D. Penutup
Penutup atau bagian akhir Peraturan Desa terdiri dari :
1. Nama tempat ditetapkan;
2. Tanggal, bulan, dan tahun ditetapkan;
3. Nama jabatan.
4. Uraian singkat mengenai latar belakang perlunya penetapan Peraturan Desa;
5. Uraian pasal demi pasal.
E. Lampiran
(jika diperlukan)
VIII.

TEKNIK PENYUSUNAN
Kerangka struktur Peraturan Desa dan Peraturan Kepala Desa terdiri dari :
A. Penamaan/Judul;
B. Pembukaan;
C. Batang Tubuh;
D. Penutup;
E. Lampiran (bila diperlukan)
Uraian dari masing-masing substansi kerangka Peraturan Desa dan Peraturan Kepala
Desa, sebagai berikut :
A. Penamaan/Judul;
1. Setiap Peraturan Desa dan Peraturan Kepala Desa mempunyai penamaan/judul.
2. Penamaan/judul Peraturan Desa dan Peraturan Kepala Desa memuat keterangan
mengenai jenis, nomor, tahun dan tentang nama Peraturan yang diatur.
3. Nama Peraturan Desa dan Peraturan Kepala Desa dibuat singkat dan mencerminkan
isi Peraturan Desa dan Peraturan Kepala Desa.
4. Judul ditulis dengan huruf kapital tanpa diakhiri tanda baca.
Contoh :
Penulisan Penamaan/Judul.
a. Jenis Peraturan Desa :
PERATURAN DESA …………….
NOMOR … TAHUN ……
TENTANG
PENDIRIAN BADAN USAHA MILIK DESA
b. Jenis Peraturan Kepala Desa :
PERATURAN KEPALA DESA ……………………….
NOMOR … TAHUN …
86
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
TENTANG
TATA CARA PENDIRIAN BADAN USAHA MILIK DESA
c. Jenis Keputusan Kepala Desa
KEPUTUSAN KEPALA DESA ……………………….
NOMOR … TAHUN ….
TENTANG
PEMBENTUKAN PANITIA HARI ULANG TAHUN RI KE 68
B. Pembukaan
1. Pembukaan pada Peraturan Desa terdiri dari :
a. Frasa “Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa”.
b. Jabatan pembentuk Peraturan Desa;
c. Konsiderans;
d. Dasar Hukum;
e. Frasa “Dengan persetujuan bersama Kepala Desa dan Badan Permusyawaratan
Desa”.
f. Memutuskan;
g. Menetapkan.
2. Pembukaan pada Peraturan Kepala Desa terdiri dari :
a. Frasa " Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa";
b. Jabatan pembentuk Peraturan Kepala Desa.
c. Konsiderans;
d. Dasar Hukum;
e. Memutuskan; dan
f. Menetapkan.
3. Pembukaan pada Keputusan Kepala Desa terdiri dari:
a. Frasa "Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa";
b. Jabatan pembentuk Keputusan Kepala Desa;
c. Konsiderans;
d. Dasar Hukum; dan
e. Memutuskan;

PENJELASAN :
a. Frasa “Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa”.
Kata frasa yang berbunyi “Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa” merupakan
kata yang harus ditulis dalam Peraturan Desa, cara penulisannya seluruhnya
huruf kapital dan tidak diakhiri tanda baca.
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
b. JABATAN
87
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa

Jabatan pembentuk Peraturan Desa, Peraturan Kepala Desa dan Keputusan


Kepala Desa ditulis dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda baca koma
(,).
Contoh :
KEPALA DESA TRIBUANA,

c. Konsiderans
Konsiderans harus diawali dengan kata “Menimbang” yang memuat uraian singkat
mengenai
pokok-pokok pikiran yang menjadi latar belakang, alasan-alasan serta landasan
yuridis
dibentuknya Peraturan Desa dan Peraturan Kepala Desa.
Jika konsiderans terdiri dari lebih satu pokok pikiran, maka tiap-tiap pokok
pikiran
dirumuskan pengertian, dan tiap-tiap pokok pikiran diawali dengan huruf a,b,c, dst.
dan
diakhiri dengan tanda titik koma (;).
Contoh :
Menimbang
:

a. ........………....................................................…;
b. ………................................................................;
c. ….……...........................................................….;

d. Dasar Hukum
1. Dasar Hukum diawali dengan kata “Mengingat” yang harus memuat dasar hukum bagi
pembuatan produk hukum. Pada bagian ini perlu dimuat pula jika ada peraturan
perundang-undangan yang memerintahkan dibentuknya Peraturan Desa, Peraturan
Kepala Desa dan Keputusan Kepala Desa atau yang mempunyai kaitan langsung dengan
materi yang akan diatur.
2. Dasar Hukum dapat dibagi 2, yaitu :
a) Landasan yuridis kewenangan membuat Peraturan Desa, Peraturan Kepala Desa dan
Keputusan Kepala Desa; dan
b) Landasan yuridis materi yang diatur.
3. Yang dapat dipakai sebagai dasar hukum hanyalah jenis peraturan perundang-
undangan
yang tingkat derajatnya sama atau lebih tinggi dari produk hukum yang dibuat.
4. Dasar hukum dirumuskan secara kronologis sesuai dengan hierarkii peraturan
perundangundangan, atau apabila peraturan perundang-undangan tersebut sama
tingkatannya,
maka dituliskan berdasarkan urutan tahun pembentukannya, atau apabila peraturan
perundang-undangan tersebut dibentuk pada tahun yang sama, maka dituliskan
berdasarkan nomor urutan pembuatan peraturan perundang-undangan tersebut.

88
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
5. Penulisan dasar hukum harus lengkap dengan Lembaran Negara, Tambahan Lembaran
Negara, Lembaran Daerah, dan Tambahan Lembaran Daerah (kalau ada).
6. Jika dasar hukum lebih dari satu peraturan perundang-undangan, maka tiap dasar
hukum
diawali dengan angka arab 1, 2, 3 dst dan diakhiri dengan tanda baca titik koma
(;).

89
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
Contoh:
Mengingat :

1. Undang-Undang Nomor … Tahun … tentang … (Lembaran Negara


Tahun ….. Nomor …, Tambahan Lembaran Negara Nomor ….);
2. Peraturan Pemerintah Nomor … Tahun … tentang ……………..
(Lembaran Negara Tahun ….. Nomor …, Tambahan Lembaran Negara
Nomor ….);
3. Peraturan Presiden Nomor … Tahun … tentang ……....;
4. Peraturan Menteri ............. Nomor … Tahun …. tentang ............;
5. Peraturan Daerah ….. Nomor … Tahun … tentang ….. (Lembaran
Daerah Tahun …. Nomor …, Tambahan Lembaran Daerah Nomor ....);

e. Frasa “Dengan Persetujuan Bersama Badan Permusyawaratan Desa dan


Kepala Desa”.
Kata frasa yang berbunyi “Dengan persetujuan bersama Kepala Desa dan
Badan Permusyawaratan Desa” merupakan kalimat yang harus dicantumkan
dalam Peraturan Desa, cara penulisannya dilakukan sebagai berikut :
1. Ditulis sebelum kata MEMUTUSKAN;
2. Kata “Dengan Persetujuan Bersama”, hanya huruf awal kata ditulis dengan huruf
kapital;
3. Kata “antara” serta “dan”, semua ditulis dengan huruf kecil; dan
4. Kata “Kepala Desa” dan “Badan Permusyawaratan Desa” seluruhnya ditulis huruf
kapital.
Contoh :
Dengan Persetujuan Bersama
BADAN PERMUSYAWARATAN DESA
dan
KEPALA DESA
1. Diktum :
a. Memutuskan
Kata “Memutuskan” ditulis dengan huruf kapital, dan diakhiri dengan tanda baca
titik dua
(:). Peletakan kata MEMUTUSKAN adalah ditengah margin.
b. Menetapkan
Kata “Menetapkan” dicantumkan sesudah kata MEMUTUSKAN yang disejajarkan ke
bawah dengan kata “Menimbang” dan “Mengingat”. Huruf awal kata “Menetapkan” ditulis
dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda baca titik dua (:).
c. Nama Perdes
Contoh :
Menetapkan :

MEMUTUSKAN :
…………..…........................................…………dst

90
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa

Penulisan kembali nama Peraturan Desa dan Peraturan Kepala Desa yang
bersangkutan dilakukan sesudah kata “Menetapkan”,

dan cara penulisannya

adalah :
 Menuliskan kembali nama yang tercantum dalam judul;
 Nama tersebut diatas, didahului dengan jenis peraturan yang bersangkutan;
 Nama dan jenis peraturan tersebut, ditulis dengan huruf kapital dan diakhiri
dengan
tanda baca titik (.).
Pada Peraturan Desa sebelum kata “MEMUTUSKAN” dicantumkan frasa :
Dengan Persetujuan Bersama
BADAN PERMUSYAWARATAN DESA
dan
KEPALA DESA
Catatan :
a) Jenis Peraturan Desa
MEMUTUSKAN :
Menetapkan :

PERATURAN DESA TENTANG PENDIRIAN BADAN USAHA


MILIK DESA.

b) Jenis Peraturan Kepala Desa


MEMUTUSKAN :
Menetapkan :

PERATURAN KEPALA DESA TENTANG


PENDIRIAN BADAN USAHA MILIK DESA.

TATA

CARA

c) Jenis Keputusan Kepala Desa


MEMUTUSKAN :
Menetapkan : KEPUTUSAN
KEPALA
DESA
CIMANGGIS
PENUNJUKAN PETUGAS JAGA SISKAMLING.

TENTANG

Catatan :
Contoh pembukaan Peraturan Desa dan Peraturan Kepala Desa secara keseluruhan
dapat dirumuskan sebagai berikut :
a) Peraturan Desa
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
KEPALA DESA ……………………..,
Menimbang
:

a. ........………....................................................…;
b. ………................................................................;
c. ….……...........................................................….;
Mengingat
:

1. ……………...................................….;
2. .……………..............................…….;
3. ………….................................….dst;
Dengan Persetujuan Bersama
BADAN PERMUSYAWARATAN DESA
91
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
dan
KEPALA DESA
MEMUTUSKAN :
Menetapkan :

PERATURAN DESA PENDIRIAN BADAN USAHA MILIK DESA.

92
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
b) Peraturan Kepala Desa.
PERATURAN KEPALA DESA ………………..,
Menimbang
:

a. ........………....................................................…;
b. ………................................................................;
c. ….……...........................................................….;

Mengingat
:

1. ……………...................................….;
2. .……………..............................…….;
3. ………….................................….; dst;
MEMUTUSKAN :
PERATURAN KEPALA DESA ……… TENTANG TATA CARA
PENDIRIAN BADAN USAHA MILIK DESA.

Menetapkan :

c) Keputusan Kepala desa


DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
KEPALA DESA CIMANGGIS,
Menimbang : ……………………………………………;
……………………………………………;
………………………………………..dst;
Mengingat

……………………………………………;
……………………………………………;
………………………………………..dst;

Menetapkan : KEPUTUSAN
KEPALA
DESA
CIMANGGIS
PENETAPAN PETUGAS SISKAMLING.
: ……………………………………………………………...
KESATU
: ………………………………………………………………
KEDUA
: ……………………………………………………..dst
KETIGA

TENTANG

C. Batang Tubuh
Batang Tubuh memuat semua materi yang dirumuskan dalam pasal-pasal dan
diktumdiktum. Batang tubuh yang dirumuskan dalam pasal-pasal adalah Peraturan Desa
dan
Peraturan Kepala Desa yang bersifat mengatur (Regelling), sedangkan jenis Peraturan
Kepala Desa yang bersifat penetapan (Beschikking), batang tubuhnya dirumuskan
dalam diktum-diktum.
Uraian masing-masing batang tubuh, sebagai berikut :
1. Batang Tubuh Peraturan Desa :
a) Peraturan Desa, pengelompokan batang tubuhnya terdiri atas :
1) Ketentuan Umum;
2) Materi yang diatur;
3) Ketentuan Peralihan (kalau ada); dan
4) Ketentuan Penutup.
93
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
Pengelompokan materi dalam Bab, Bagian dan Paragraf tidak merupakan
keharusan. Jika Peraturan Desa mempunyai materi yang ruang lingkupnya sangat
luas

dan

mempunyai

banyak

pasal,

maka

pasal-pasal

tersebut

dapat

dikelompokkan menjadi Bab, Bagian dan Paragraf. Pengelompokan materi-materi


dalam Bab, Bagian dan Paragraf dilakukan atas dasar kesamaan kategori atau
kesatuan lingkup isi materi yang diatur. Urutan penggunaan kelompok adalah :
1) Bab dengan pasal-pasal, tanpa bagian dan paragraf;
2) Bab dengan bagian dan pasal-pasal tanpa paragraf;
3) Bab dengan bagian dan paragraf yang terdiri dari pasal-pasal.
b) Tata cara penulisan Bab, Bagian, Paragraf, Pasal dan ayat ditulis sebagai
berikut :
1) Bab diberi nomor urut dengan angka Romawi dan judul Bab semua ditulis
dengan huruf kapital.
Contoh :
BAB I
KETENTUAN UMUM
2) Bagian diberi nomor urut dengan bilangan yang ditulis dengan huruf kapital dan
diberi judul. Huruf awal kata Bagian, urutan bilangan, dan judul Bagian ditulis
dengan huruf kapital, kecuali huruf awal dari kata partikel yang tidak terletak
pada awal frasa.
Contoh :
BAB II
( ………JUDUL BAB ……..)
Bagian Kedua
.................................................................
3) Paragraf diberi nomor urut dengan angka arab dan diberi judul.
Huruf awal dalam judul paragraf, dan huruf awal judul paragraf ditulis dengan
huruf kapital, sedangkan huruf lainnya setelah huruf pertama ditulis dengan
huruf kecil.
Contoh :
Bagian Ketiga
(…………Judul Bagian…………)
Paragraf 1
..............................................................
4) Pasal adalah satuan aturan yang memuat satu norma dan dirumuskan dalam
satu kalimat.
Materi Peraturan Desa lebih baik dirumuskan dalam banyak pasal yang singkat
dan jelas dari pada dalam beberapa pasal yang panjang dan memuat beberapa
ayat, kecuali jika materi yang menjadi isi pasal itu merupakan satu rangkaian
yang tidak dapat dipisahkan. Pasal diberi nomor urut dengan angka arab, dan
huruf awal kata pasal ditulis dengan huruf kapital.
94
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
Contoh :
Pasal 5
5) Ayat adalah merupakan rincian dari pasal, penulisannya diberi nomor urut
dengan angka arab diantara tanda baca kurung tanpa diakhiri tanda baca. Satu
ayat hanya mengatur satu hal dan dirumuskan dalam satu kalimat.
Contoh :
Pasal 21
(1) ...............................................................................
.......
(2) …….……….................................................................
(3) ……………….............................................................
Jika satu pasal atau ayat memuat rincian unsur, maka disamping dirumuskan
dalam bentuk kalimat yang biasa, dapat pula dipertimbangkan penggunaan
dalam bentuk tabulasi.
Contoh :
Pasal ……
Kartu tanda iuran pedagang sekurang-kurangnya harus memuat nama
pedagang, jenis dagangan, besarnya iuran, alamat pedagang.
Isi pasal ini dapat lebih mudah dipahami dan jika dirumuskan sebagai berikut :
Kartu tanda iuran sekurang-kurangnya harus memuat :
a. Nama pedagang;
b. Jenis dagangan;
c. Besarnya iuran; dan
d. Alamat pedagang.
Dalam membuat rumusan pasal atau ayat dengan tabulasi, hendaknya
diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a. Setiap rincian harus dapat dibaca sebagai satu rangkaian kesatuan dengan
kalimat pembuka;
b. Setiap rincian diawali dengan huruf abjad kecil;
c. Setiap rincian diakhiri dengan tanda baca titik koma (;);
d. Jika suatu rincian dibagi lagi kedalam unsur-unsur yang lebih kecil, maka
unsur yang lebih kecil dituliskan agak kedalam;
e. Kalimat yang masih mempunyai rincian lebih lanjut diberi tanda baca titik dua
(:);
f. Pembagian rincian hendaknya tidak melebihi empat tingkat. Jika rincian lebih
dari empat tingkat, maka perlu dipertimbangkan pemecahan pasal yang
bersangkutan ke dalam beberapa pasal.

95
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
Jika unsur atau rincian dalam tabulasi dimaksudkan sebagai rincian yang kumulatif,
maka perlu ditambahkan kata “dan” di belakang rincian kedua dari belakang.
Contoh :
a. Tiap-tiap rincian ditandai dengan huruf a dan seterusnya.
(3) ……………………………………………… :
a. ………………………………….; dan
b. ……………………………
b. Jika suatu rincian memerlukan perincian lebih lanjut, maka perincian itu
ditandai dengan angka 1, 2, dan seterusnya.
(4) ………………………………………………..:
a. …………………………………..;
b. ……………………………………; dan
c. …………………………….:
1. ………………………………………;
2. ………………………………….; dan
3. …………………………… :
a) ……………………………………..;
b) ………………………………..; dan
c) …………………………..:
1) …………………………………;
2) ……………………………; dan
3) ………………………………
Gambaran penulisan kelompok Batang Tubuh secara keseluruhan adalah :
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
(Isi Pasal 1)
BAB II
(Judul Bab)
Pasal …
(Isi pasal)
BAB III
(Judul Bab)
Bagian Pertama
(Judul Bagian)
Paragraf
(Judul paragraf)
Pasal …..
(1) (Isi ayat)
(2) (Isi ayat ) :
Perincian ayat :
a. ……………………
b. ……………………. :
1. Isi sub ayat.
2. …………………
3. …………………..
96
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
a) (perincian sub ayat)
b) ………………………..
c) ………………………….
1) (perincian mendetail dari sub ayat)
2) ……………………………..
Penjelasan masing-masing kelompok Batang Tubuh adalah :
a. Ketentuan Umum.
Ketentuan Umum diletakkan dalam Bab Pertama atau dalam pasal pertama, jika
tidak ada pengelompokan dalam bab.
Ketentuan umum berisi :
1) Batasan dari pengertian;
2) Singkatan atau akronim yang digunakan dalam Peraturan Kepala Desa; dan
3) Hal-hal lain yang bersifat umum yang berlaku bagi pasal-pasal berikutnya.
Jika ketentuan umum berisi lebih dari satu hal, maka setiap batasan dari
pengertian dan singkatan atau akronim diawali dengan angka arab dan diakhiri
dengan tanda baca titik (.).
Contoh :
Pasal 1
Dalam Peraturan Kepala Desa ini yang dimaksud dengan :
1. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Daerah Kabupaten Banjarnegara.
2. …………………………………………………………………….
3. ………………………………………………………….
Urutan pengertian atau istilah dalam bab Ketentuan Umum hendaknya mengikuti
ketentuan sebagai berikut :
1. Pengertian atau istilah yang ditemukan lebih dahulu dalam materi yang diatur
ditempatkan teratas.
2. Jika pengertian atau istilah mempunyai hubungan atau kaitan dengan pengertian
atau istilah terdahulu, maka pengertian atau istilah yang ada hubungannya itu
diletakkan dalam satu kelompok berdekatan.
b. Ketentuan Materi yang akan diatur.
Materi yang diatur adalah semua obyek yang diatur secara sistimatik sesuai
dengan luas lingkup dan pendekatan yang dipergunakan. Materi yang diatur harus
memperhatikan dasar-dasar dan kaidah-kaidah yang ada seperti :
1) Landasan hukum materi yang diatur.
Dalam menyusun materi Peraturan Desa harus memperhatikan dasar hukumnya.
2) Landasan filosofis, artinya alasan yang mendasari diterbitkannya Peraturan
Kepala Desa.
97
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
3) Landasan sosiologis, maksudnya agar Peraturan Desa yang diterbitkan jangan
sampai bertentangan dengan nilai-nilai yang hidup di tengah-tengah masyarakat,
misalnya adat istiadat, agama.
4) Landasan politis, maksudnya agar Peraturan Desa yang diterbitkan dapat berjalan
sesuai dengan tujuan tanpa menimbulkan gejolak di tengah-tengah masyarakat.
5) Tata cara penulisan materi yang diatur adalah :
a) Materi yang diatur ditempatkan langsung setelah Bab Ketentuan Umum atau
pasal-pasal ketentuan umum jika tidak ada pengelompokan dalam bab.
b) Dihindari adanya Bab tentang Ketentuan Lain-lain. Materi yang akan dijadikan
materi Ketentuan Lain-lain, hendaknya ditempatkan dalam kelompok materi
yang diatur dengan judul yang sesuai dengan materi tersebut.
Ketentuan Lain-lain hanya dicantumkan untuk ketentuan yang lain dari materi
yang diatur, namun mempunyai kaitan dan perlu diatur. Penempatan bab
Ketentuan Lain-lain dicantumkan pada bab atau pasal terakhir sebelum Bab
Ketentuan Peralihan.

c. Ketentuan Peralihan
Ketentuan Peralihan timbul sebagai cara mempertemukan antara azas mengenai
akibat kehadiran peraturan baru dengan keadaan sebelum peraturan baru itu
berlaku. Pada azasnya pada saat peraturan baru berlaku, maka semua peraturan
lama beserta akibat-akibatnya menjadi tidak berlaku. Kalau azas ini diterapkan
tanpa memperhitungkan keadaan yang sudah berlaku, maka dapat timbul
kekacauan hukum, ketidakpastian hukum atau kesewenang-wenangan hukum.
Untuk menampung akibat berlakunya peraturan baru terhadap peraturan lama
atau pelaksanaan peraturan lama, diadakan ketentuan atau aturan peralihan.
Dengan demikian Ketentuan Peralihan berfungsi :
1) Menghindari kemungkinan terjadinya kekosongan hukum (Rechtsvacuum)
2) Menjamin kepastian hukum (Rechtszekerheid)
3) Perlindungan hukum (Rechtsbescherming), bagi rakyat atau kelompok
tertentu atau orang tertentu.
Jadi pada dasarnya, Ketentuan Peralihan merupakan “penyimpangan” terhadap
peraturan baru itu sendiri. Suatu penyimpangan yang tidak dapat dihindari
(Necessery evil) dalam rangka mencapai atau mempertahankan tujuan hukum
secara keseluruhan (ketertiban, keamanan dan keadilan).
Penyimpangan ini bersifat sementara, karena itu dalam rumusan Ketentuan
Peralihan harus dimuat keadaan atau syarat-syarat yang akan mengakhiri masa
peralihan tersebut. Keadaan atau syarat tersebut dapat berupa pembuatan
98
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
peraturan pelaksanaan baru (dalam rangka melaksanakan peraturan baru) atau
penentuan jangka waktu tertentu atau mengakui secara penuh keadaan yang
lama menjadi keadaan baru.
d. Ketentuan Penutup
Ketentuan Penutup merupakan bagian terakhir Batang Tubuh Peraturan Desa,
yang biasanya berisi ketentuan-ketentuan sebagai berikut :
1) Penunjukan

organ

atau

alat

kelengkapan

yang

diikutsertakan

dalam

melaksanakan Peraturan Desa, yaitu berupa :


a) Pelaksanaan sesuatu yang bersifat menjalankan (eksekutif), yaitu menunjuk
pejabat tertentu yang diberi kewenangan untuk melaksanakan hal-hal
tertentu.
b) Pelaksanaan sesuatu yang bersifat mengatur (legisatif), yaitu pendelegasian
kewenangan untuk membuat peraturan pelaksanaan (Peraturan Desa).
2) Nama singkatan (citeer titel).
3) Ketentuan tentang saat mulai berlakunya Peraturan Desa yang bersangkutan.
Ketentuan mulai berlakunya Peraturan Desa dapat melalui cara-cara sebagai
berikut :
a) Penetapan mulai berlakunya Peraturan Desa pada suatu tanggal tertentu;
b) Saat mulai berlakunya Peraturan Desa tidak harus sama untuk seluruhnya
(untuk beberapa bagian dapat berbeda).
4) Ketentuan tentang pengaruh Peraturan Desa yang baru terhadap Peraturan Desa
yang lain.
2. Batang Tubuh Peraturan Kepala Desa dan Keputusan Kepala Desa
a. Peraturan Kepala Desa.
1) Batang tubuh Peraturan Kepala Desa memuat semua materi yang akan
dirumuskan dalam pasal-pasal.
2) Pengelompokan dalam batang tubuh terdiri atas :
a) Ketentuan umum;
b) Materi yang diatur;
c) Ketentuan Peralihan (kalau ada);
d) Ketentuan penutup
3) Materi muatan Peraturan Kepala Desa adalah merupakan pelaksanaan dari
Peraturan Desa
4) Tata cara perumusan dan penulisan materi muatan batang tubuh Peraturan
Kepala Desa, sama halnya dengan tata cara perumusan dan penulisan materi
muatan Peraturan Desa.
99
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
b. Keputusan Kepala Desa.
1) Batang tubuh Peraturan Kepala Desa yang bersifat penetapan, memuat
semua materi muatan Peraturan yang dirumuskan dalam Diktum-diktum.
2) Pengelompokan dalam batang tubuh terdiri atas materi yang akan diatur.
Contoh :
PERTAMA

.........................................................................

KEDUA

.........................................................................

3) Diktum terakhir menyatakan Peraturan dinyatakan mulai berlaku pada tanggal


ditetapkan.
Catatan :
Ketentuan Umum dan Ketentuan Peralihan tidak perlu ada dalam Batang
Tubuh, karena Peraturan Kepala Desa yang bersifat penetapan adalah
konkrit, individual dan final.
D. Penutup

Penutup suatu Peraturan Desa, Peraturan Kepala Desa atau Keputusan


Kepala Desa, memuat hal-hal sebagai berikut :
1. Rumusan tempat dan tanggal penetapan, diletakkan di sebelah kanan;
2. Nama jabatan ditulis dengan huruf kapital dan pada akhir kata diberi tanda
baca koma;
3. Nama lengkap pejabat yang menandatangani, ditulis dengan huruf
kapital tanpa gelar dan pangkat;
4. Penetapan Peraturan Kepala Desa, hanya ditandatangani oleh Kepala
Desa;
E. Penjelasan

Adakalanya

suatu

Peraturan

Desa

atau

Peraturan

Kepala

Desa

memerlukan penjelasan, baik penjelasan umum maupun penjelasan pasal


demi pasal.
Pada Bagian penjelasan umum biasanya dimuat politik hukum yang
melatarbelakangi penerbitan Peraturan Kepala Desa yang bersangkutan.
Pada bagian penjelasan pasal demi pasal dijelaskan materi dari normanorma yang
terkandung dalam setiap pasal di dalam batang tubuh.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penjelasan adalah :

100
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa

1. Pembuat Peraturan Desa agar tidak menyandarkan argumentasi pada


penjelasan, tetapi harus berusaha membuat Peraturan Desa yang
dapat meniadakan keragu-raguan dan mulai interprestasi.
2. Naskah penjelasan disusun (dibuat) bersama-sama dengan Rancangan
Peraturan Desa yang bersangkutan.
3. Penjelasan berfungsi sebagai tafsiran atau materi tertentu.
4. Penjelasan tidak dapat dipakai sebagai dasar hukum untuk membuat
peraturan lain.
5. Judul

penjelasan

sama

dengan

judul

Peraturan

Desa

yang

bersangkutan.
6. Penjelasan terdiri atas penjelasan umum dan penjelasan pasal yang
pembagiannya dirinci dengan angka romawi.
7. Penjelasan Umum memuat uraian sistimatis mengenai latar belakang
pemikiran, maksud dan tujuan penyusunan

serta pokok-pokok atau

azas yang dibuat dalam Peraturan Kepala Desa.


8. Bagian-bagian dari penjelasan umum dapat diberi nomor dengan angka
Arab jika hal itu lebih memberikan kejelasan.
9. Tidak boleh bertentangan dengan apa yang diatur dalam materi Peraturan
Kepala Desa.
10. Tidak boleh memperluas atau menambah norma yang sudah ada dalam
batang tubuh.
11. Tidak boleh sekedar pengulangan semata-mata dari materi Peraturan
Kepala Desa.
12. Tidak boleh memuat istilah atau pengertian yang sudah dimuat dalam
ketentuan umum
13. Beberapa pasal yang tidak memerlukan penjelasan, disatukan dan
diberi keterangan cukup jelas.
IX.

PERUBAHAN PERATURAN DESA DAN PERATURAN KEPALA DESA


Perubahan Peraturan Desa, Peraturan Kepala Desa dan Keputusan Kepala Desa
dapat meliputi :

101
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa

1. Menambah atau menyisipkan ketentuan baru, menyempurnakan atau


menghapus ketentuan yang sudah ada, baik yang berbentuk Bab, Bagian,
Paragraf, Pasal, ayat maupun perkataan angka, huruf, tanda baca dan
lain-lainnya.
2. Mengganti suatu ketentuan dengan ketentuan lain, baik yang berbentuk Bab,
Bagian,
Paragraf, Pasal, ayat maupun perkataan angka, huruf, tanda baca dan lain-lainnya.
Dalam mengadakan perubahan terhadap suatu Peraturan Desa, Peraturan Kepala
Desa dan Keputusan Kepala Desa, hal-hal yang harus diperhatikan adalah sebagai
berikut :
a. Dilakukan oleh pejabat yang berwenang membentuknya.
b. Peraturan Desa diubah dengan Peraturan Desa, Peraturan Kepala Desa dengan
peraturan kepala desa sedangkan Keputusan Kepala Desa diubah dengan Keputusan
Kepala Desa.
c. Perubahan Peraturan Desa, Peraturan Kepala Desa atau Keputusan Kepala Desa
dilakukan tanpa mengubah sistematika yang diubah.
d. Dalam penamaan disebut Peraturan Desa, Peraturan Kepala Desa, Keputusan Kepala
Desa mana yang diubah dan perubahan yang diadakan itu adalah perubahan yang
keberapa kali.
Contoh perubahan yang pertama kali :
PERATURAN DESA KARANGSONO
NOMOR .... TAHUN .......
TENTANG
PERUBAHAN ATAS
PERATURAN DESA TRIBUANA NOMOR ... TAHUN .....
TENTANG PENDIRIAN BADAN USAHA MILIK DESA
Contoh perubahan selanjutnya :
PERATURAN DESA TRIBUANA
NOMOR ... TAHUN .....
TENTANG
PERUBAHAN KEDUA ATAS
PERATURAN DESA TRIBUANA NOMOR ... TAHUN .....
TENTANG PENDIRIAN BADAN USAHA MILIK DESA
e. Dalam konsiderans Menimbang Peraturan Desa, Peraturan Kepala Desa atau
Keputusan Kepala Desa yang diubah, harus dikemukakan alasan-alasan atau
pertimbangan-pertimbangan mengapa peraturan yang lama perlu diadakan perubahan.
f. Batang tubuh Peraturan Desa, Peraturan Kepala Desa etau Keputusan Kepala Desa
yang diubah, hanya ditulis dengan angka Romawi, dimana pasal-pasal tersebut dimuat
ketentuan sebagai berikut :
a) Pasal I memuat segala sesuatu perubahan dengan diawali penyebutan Peraturan
Desa,
102
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
Peraturan Kepala Desa atau Keputusan Desa yang diubah dan urutan perubahanperubahan
tersebut hendaknya ditandai dengan huruf besar A, B, C dan seterusnya.
b) Pasal II memuat ketentuan mengenai mulai berlakunya Peraturan Desa, Peraturan
Kepala Desa, Keputusan Kepala Desa perubahan tersebut.
g. Apabila Peraturan Desa, Peraturan Kepala Desa atau Keputusan Kepala Desa sudah
mengalami perubahan berulang kali, sebaiknya Peraturan Desa, Peraturan Kepala
Desa atau Keputusan Kepala Desa tersebut dicabut dan diganti Peraturan Desa,
Peraturan Kepala Desa atau Keputusan Kepala Desa yang baru.
h. Apabila pembuat Peraturan Desa, Peraturan Kepala Desa, atau Keputusan Kepala
Desa berniat mengubah secara besar-besaran demi kepentingan pemakai, lebih baik
apabila dibentuk Peraturan Desa, Peraturan Kepala Desa atau Keputusan Kepala Desa
yang baru.
i. Cara-cara merumuskan perubahan Peraturan Desa, Peraturan Kepala Desa atau
Keputusan Kepala Desa (dalam Pasal I) sebagai berikut :
1) Apabila suatu Bab, Bagian, Pasal atau ayat akan dihapuskan, angka satu nomor
pasal itu hendaknya tetap dituliskan tetapi tanpa isi, hanya dituliskan
“dihapuskan”.
Contoh :
BAB V Pasal 15 dihapuskan.
2) Apabila diantara dua pasal akan disisipkan suatu pasal baru yang tidak merupakan
suatu penggantian dari suatu pasal yang telah dihapuskan itu, maka pasal baru itu
tidak boleh ditempatkan pada tempat pasal yang dihapuskan. Dalam penulisannya
pasal baru itu ditempatkan diantara kedua pasal tersebut dan diberi nomor sesuai
dengan pasal yang terdahulu dan ditambahkan dengan huruf A (kapital).
Contoh :
Apabila diantara Pasal 14 dan Pasal 15 akan disisipkan pasal baru, maka pasal baru
itu dituliskan dengan “Pasal 14A”.
3) Apabila diantara dua ayat akan disisipkan ayat baru, maka ayat baru itu tersebut
ditempatkan diantara kedua ayat yang ada dan diberi nomor sesuai dengan ayat
yang terdahulu dengan menambahkan huruf a.
Contoh :
Apabila diantara ayat (1) dan ayat (2) akan disisipkan ayat baru, maka diletakkan
diantara ayat (1) dan ayat (2) dan dituliskan “ayat (1a)”.
4) Apabila suatu perubahan mengenai peristilahan yang mempunyai kesatuan makna,
maka perubahannya diusahakan agar tidak menimbulkan suatu pengertian baru.
Contoh :

103
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
Jika istilah “wilayah Dusun Samin” akan diubah menjadi “wilayah Dusun Saman”,
maka janganlah hanya mengubah perkataan “Samin” menjadi “Saman”, tetapi
seyogyanya perubahan tersebut dilakukan sebagai berikut : “wilayah Dusun Samin”
diganti dengan “wilayah Dusun Saman”.

X.

PENCABUTAN PERATURAN DESA, PERATURAN KEPALA DESA DAN KEPUTUSAN


KEPALA DESA

A. Pencabutan Dengan Penggantian


Pencabutan dengan penggantian terjadi apabila Peraturan Desa,
Peraturan Kepala Desa atau Keputusan Kepala Desa yang ada
digantikan dengan Peraturan Desa, atau Keputusan Kepala Desa yang
baru. Bentuk luar (kenvorm) dari Peraturan Desa, atau Peraturan Kepala
Desa atau Keputusan Kepala Desa yang baru ini sama seperti lazimnya
pada Peraturan Desa, Peraturan Kepala Desa dan Keputusan Kepala
Desa lainnya.
Dalam pencabutan dengan penggantian ini, ketentuan pencabutan
tersebut dapat diletakkan di depan (dalam pembukaan).
Contoh :
Menimbang

: a. bahwa ...tidak sesuai dengan perkembangan keadaan, sehingga


perlu diganti;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada
huruf a perlu menetapkan ...;
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN DESA TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN
BELANJA DESA.

Akan tetapi apabila ketentuan pencabutan tersebut diletakkan di belakang


(dalam ketentuan penutup). Peraturan Desa, Peraturan Kepala Desa atau
Keputusan Kepala Desa yang dicabut tersebut akan tercabut, tetapi tidak
beserta akar-akarnya, dalam arti Peraturan Desa, Peraturan Kepala Desa
atau Keputusan Kepala Desa tersebut tercabut, tetapi peraturan
pelaksanaanya masih dapat dinyatakan berlaku.
Contoh :
KETENTUAN PENUTUP
Pasal ....
104
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa

Dengan berlakunya Peraturan Desa ini, maka Peraturan Kepala Desa


Nomor ... Tahun ... tentang ....................... dinyatakan tidak berlaku
(dicabut).
B. Pencabutan Tanpa Penggantian
1) Dalam pencabutan Peraturan Desa, Peraturan Kepala Desa atau Keputusan Kepala
Desa yang dilakukan tanpa penggantian, bentuk luar (kenvorm) Peraturan Desa,
Peraturan Kepala Desa atau Keputusan Kepala Desa tersebut mempunyai
kesamaan dengan perubahan Peraturan Desa, Peraturan Kepala Desa atau
Keputusan Kepala Desa, yaitu bahwa batang tubuh Peraturan Desa, Peraturan
Kepala Desa dan Keputusan Kepala Desa tersebut akan terdiri atas dua pasal yang
diberi angka arab di mana masing-masing pasal tersebut berisi :
- Pasal 1
- Pasal 2

: berisi tentang ketentuan pencabutan produk hukum daerah.


: berisi tentang ketentuan mulai berlakunya Peraturan Kepala Desa
tersebut.

2) Pencabutan Peraturan Desa, Peraturan Kepala Desa dan Keputusan Kepala Desa
juga dilakukan oleh Pejabat yang berwenang membentuknya dan dengan peraturan
yang sejenis.

XI.

RAGAM BAHASA

Ragam Bahasa yang dipakai dalam menyusun Peraturan Desa dan


Peraturan Kepala Desa adalah :
A. Bahasa Perundang-undangan
1. Bahasa perundang-undangan termasuk Bahasa Indonesia yang tunduk pada kaidah
tata Bahasa Indonesia yang menyangkut pembentukan kata, penyusunan kalimat
maupun pengejaannya. Bahasa perundang-undangan mempunyai corak dan gaya yang
khas yang bercirikan kejernihan pengertian, kelugasan, kebakuan dan keserasian.
2. Dalam merumuskan materi Peraturan Desa, Peraturan Kepala Desa, atau Keputusan
Kepala Desa, maka pilihlah kalimat yang lugas dalam arti tegas, jelas dan mudah
ditangkap pengertiannya, tidak berbelit-belit. Kalimat yang dirumuskan tidak
menimbulkan salah tafsir atau menimbulkan pengertian yang berbeda bagi setiap
pembaca. Hindari pemakaian istilah yang pengertiannya kabur dan kurang jelas.
Istilah yang dipakai sebaiknya sesuai dengan pengertian yang biasa dipakai dalam
bahasa sehari-hari.
3. Hindari pemakaian :
105
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
a. Beberapa istilah yang berbeda untuk pengertian yang sama.
b. Satu istilah untuk beberapa pengertian yang berbeda.
4. Untuk mendapatkan kepastian hukum, istilah dan arti dalam peraturan pelaksanaan
harus disesuaikan dengan istilah dan arti yang dipakai dalam peraturan
perundangundangan yang lebih tinggi derajatnya.
5. Apabila istilah tertentu dipakai berulang-ulang, maka untuk menyederhanakan
susunan Peraturan Desa, Peraturan Kepala Desa atau Keputusan Kepala Desa
dapat dibuat definisi yang ditempatkan dalam Bab Ketentuan Umum.
6. Jika istilah tertentu dipakai berulang-ulang maka untuk menyederhanakan susunan
suku kata dapat menggunakan singkatan atau akronim.
7. Singkatan nama atau badan atau lembaga yang belum begitu dikenal umum dan bila
tidak

dimuat

dalam

Ketentuan

Umum,

maka

setelah

tulisan

lengkapnya,

singkatannya dibuat di antara tanda kurung.


8. Dianjurkan sedapat mungkin menggunakan istilah pembentukan Bahasa Indonesia.
Pemakaian (adopsi) istilah asing yang banyak dipakai dan sudah disesuaikan
ejaannya dengan kaidah Bahasa Indonesia dapat dipertimbangkan dan dibenarkan,
jika istilah asing itu memenuhi syarat :
a. Mempunyai konotasi yang cocok;
b. Lebih singkat bila dibandingkan dengan padanannya dalam Bahasa Indonesia;
c. Lebih mudah tercapainya kesepakatan;
d. Lebih mudah dipahami daripada terjemahan Bahasa Indonesia.
B. Pilihan Kata atau istilah
1. Pemakaian kata “Kecuali”.
Untuk menyatakan makna tidak termasuk dalam golongan, digunakan kata “kecuali”.
Kata “kecuali” ditempatkan di awal kalimat jika yang dikecualikan induk kalimat.
Contoh :
Kecuali A dan B, setiap warga Desa wajib melaksanakan Siskamling.
2. Pemakaian kata “Disamping”.
Untuk menyatakan makna termasuk, dapat digunakan kata “disamping”.
Contoh :
Disamping membayar iuran keamanan, warga yang berstatus Pegawai Negeri Sipil
juga dikenai kewajiban melaksanakan Siskamling.
3. Pemakaian kata “Jika” dan kata “Maka”.
Untuk menyatakan makna pengandaian atau kemungkinan, digunakan kata “jika”
atau frasa “dalam hal”. Gunakan kata “jika” bagi kemungkinan atau keadaan
yang akan terjadi lebih dari sekali dan setelah anak kalimat diawali kata “maka”.
Contoh :
106
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
Jika terdapat warga Desa yang tidak melaksanakan Siskamling, maka ...............
4. Pemakaian kata “Apabila”.

Untuk menyatakan atau menunjukkan uraian atau penegasan waktu


terjadinya sesuatu, sebaiknya menggunakan kata “apabila” atau “bila”.
Contoh ;
Salah satu warga Desa dapat tidak melaksanakan tugas Siskamling,
apabila sakit.
5. Pemakaian kata “dan”, “atau”, “dan atau”.
a. Untuk menyatakan sifat yang kumulatif, digunakan kata “dan”.
Contoh :
A dan B wajib memberikan .................
b. Untuk menyatakan sifat alternatif atau eksklusif digunakan kata “atau”.
Contoh :
A atau B wajib memberikan .....................
c. Untuk menyatakan sifat alternatif ataupun kumulatif, digunakan frasa “dan atau”.
Contoh :
A dan atau B dapat memperoleh ................................
6. Untuk menyatakan istilah hak, digunakan kata “berhak”.
Contoh :
Setiap warga Desa Tribuana yang telah berumur 17 (tujuh belas) tahun berhak
untuk mendapatkan Kartu Tanda Penduduk (KTP).
7. Untuk menyatakan kewenangan, digunakan kata “dapat” atau kata “boleh”.
Kata “dapat” merupakan kewenangan yang melekat pada seseorang, sedangkan
kata “boleh” tidak melekat pada diri seseorang. Untuk menyatakan istilah kewajiban,
digunakan kata “wajib”.
Contoh :
a. Kepala Desa dapat memberikan dispensasi bagi warga yang sedang mengalami
musibah.
b. Setiap warga Desa wajib membayar iuran keamanan.
8. Untuk menyatakan istilah sekedar kondisi atau persyaratan, digunakan kata
“harus”.
Contoh :
Untuk menduduki suatu jabatan Kepala Urusan Keuangan, seorang calon Kepala
Urusan Keuangan harus terlebih dahulu mengikuti kursus Bendaharawan.
9. Untuk menyangkal suatu kewajiban atau kondisi yang diwajibkan, digunakan frasa
“tidak diwajibkan” atau “tidak wajib”.
Contoh :
107
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
Warga Desa yang belum berumur 17 tahun dan belum kawin, tidak diwajibkan
untuk mengikuti pemilihan Kepala Dusun.
C. Teknik Pengacuan
1. Untuk mengacu pasal lain, digunakan frasa “sebagaimana dimaksud dalam”.
Sedangkan untuk mengacu ayat lain, digunakan frasa “sebagaimana dimaksud pada”.
Contoh :
................. sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ...................
................. sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ........................
Jika mengacu ke peraturan lain, pengacuan dengan urutan pasal, ayat dan judul
Peraturan Kepala Desa.
Contoh :
................. sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2) Peraturan Kepala Desa
Nomor .... Tahun ....... tentang Angaran Pendapatan dan Belanja Desa.
2. Pengacuan dilakukan dengan mencantumkan secara singkat materi pokok yang
diacu. Pengacuan hanya boleh dilakukan ke peraturan yang tingkatannya sama atau
lebih tinggi.
3. Pengacuan dilakukan dengan menyebutkan secara tegas nomor dari pasal atau ayat
yang diacu, dan hindarkan penggunaan frasa “pasal yang terdahulu” atau “pasal
tersebut di atas” atau “Pasal ini”.
Contoh :
Panitia Pemilihan Kepala Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3),
bertugas ......
Jika ketentuan dari pengaturan yang diacu memang dapat diberlakukan seluruhnya,
maka istilah “tetap berlaku” dapat digunakan.
XII.

SOSIALISASI PERATURAN DESA


Segala jenis kebijakan Desa yang menjadi kepentingan masyarakat Desa, wajib
disosialisasikan terlebih dahulu kepada masyarakat. Begitupun dengan segala
penentuan
peraturan-peraturan Desa, harus terlebih dahulu masyarakat memahami makna yang
terkandung pada setia produk hukum Desa.
Dengan demikian, kerangka aturan yang mengatur Pemerintahan Desa
merupakan bentuk penjabaran dari segala kepentingan dan kebutuhan masyarakat desa
dalam melaksanakan pembangunan dan penyelenggaraan Pemerintahan Desa. Sehingga
dengan paradigma yang berkembang dalam diri masyarakat, maka kerangka aturan
penyusunan Peraturan Desa yang mengatur desa harus diketahui oleh masyarakat desa
sebagai bahan masukan terhadap materi sebelum menjadi Peraturan Desa.

108
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
Maksud dan tujuan dari sosialisasi kerangka aturan sebelum ditetapkan menjadi
Peraturan Desa antara lain sebagai berikut :
1. Masyarakat Desa mengetahui akan kedudukan dari Peraturan Desa yaitu bahwa
Peraturan Desa mempunyai kekuatan hukum yang sifatnya mengikat terhadap seluruh
kepentingan masyarakat desa.
2. Substansi akan materi yang diatur dalam Peraturan Desa agar diketahui oleh
masyarakat desa sehingga hal-hal yang sifatnya berupa pembebanan masyarakat dan
menyangkut pembebanan perekonomian desa diketahui oleh masyarakat.
3. Menjaring informasi yang berkembang di masyarakat berkaitan penyusunan Peraturan
Desa sehingga Peraturan Desa setelah masyarakat Desa merasa memiliki dan ikut
bertanggungjawab dalam hal pelaksanaannya.
Dalam hal pelaksanaan sosialisasi sebagai sasaran utama adalah masyarakat desa
setempat, sehingga media sosialisasi yang dapat digunakan adalah kelompok-kelompok
masyarakat atau organisasi organisasi kemasyarakatan yang ada di desa, seperti
kelompok pengajian, dasawisma, organisasi pemuda, dan lainnya sesuai kondisi sosial
budaya berkembang pada masyarakat tersebut. Pelaksanaan sosialisasi rancangan
Peraturan desa tidak harus dari unsur Pemerintahan Desa, akan tetapi bisa
melibatkan
stakeholders lainnya yang ada di Desa. Hal ini mengingat rancangan Peraturan Desa
bisa
disusun dan diusulkan dari pihak lain (kelompok masyarakat) sehingga Pemerintahan
Desa wajib menfasilitasi dalam pelaksanaan sosialisasi.
Hasil dari pelaksanaan sosialisasi merupakan rekomendasi untuk penyempurnaan
rancangan Peraturan Desa dan dibahas bersama dengan BPD, untuk penetapan
rancangan menjadi Peraturan Desa. Hal ini dimaksudkan agar Peraturan Desa setelah
ditetapkan akan benar-benar bermanfaat bagi kepentingan dari kebutuhan masyarakat
desa setempat.

109
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa

BAGAN ALUR TEKNIS SOSIALISASI

TUJUAN
SOSIALISASI

MATERI
SOSIALISASI

METODE
SOSIALISASI

SASARAN
SOSIALISASI

Prasarana
Waktu
Biaya

Pelaksanaan
sosialisasi

EVALUASI
SOSIALISASI

Rekomendasi :
Bagi rapat
Pemerintah
Desa bersama
dengan
Peraturan Desa

110
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa

BAGAN PROSES
PENYUSUNAN DAN PENETAPAN PERATURAN DESA

D
E
M
O
K
R
A
S
I

KEPENTINGAN MASYARAKAT

KEPALA DESA
Mengusulkan
Rancangan Perdes

BPD
Mengusulkan Rancangan
Perdes

Pembahasan
Rancangan
Rapat pembahasan
dihadiri sekurangkurangnya 2/3 dari
jumlah anggota

RANCANGAN

Peraturan Kepala Desa


Pelaksanaan Perdes

P
A
N
C
A
S
I
L
A

PERDES
 Ditetapkan oleh Kepala Desa
setelah disetujui BPD.
 Ditandatangani
Desa.

oleh

Kepala

111
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
TATA NASKAH PENYUSUNAN
PERATURAN DESA, PERATURAN KEPALA DESA DAN
KEPUTUSAN KEPALA DESA

BERDASARKAN PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 29 TAHUN


2006 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN MEKANISME PENYUSUNAN
PERATURAN DESA

2. PERATURAN DESA

PERATURAN DESA … (Nama Desa)


NOMOR ... TAHUN ...
TENTANG
PENDIRIAN BADAN USAHA MILIK DESA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
KEPALA DESA…, (Nama Desa)
Menimbang

: a. bahwa ...;
b. bahwa ...;
c. bahwa ...;

Mengingat

: 1. Undang - Undang Nomor ... Tahun ... tentang ... (Lembaran Negara
Tahun ... Nomor ..., Tambahan Lembaran Negara Nomor ...);
2. …;
3. ...;
4. ...;
Dengan Persetujuan Bersama
BADAN PERMUSYAWARATAN DESA ... (Nama Desa)
dan
KEPALA DESA ... (Nama Desa)
MEMUTUSKAN :

Menetapkan

: PERATURAN DESA TENTANG PENDIRIAN BADAN USAHA MILIK


DESA.
BAB I
KETENTUAN UMUM
H.

Pasal 1

Dalam Peraturan Desa ini yang dimaksud dengan :

7. Daerah adalah ...;


112
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
8. Pemerintah Daerah adalah ...;
9. Kepala Desa adalah ....
BAB II
Pasal 2
...................................................................................
......................................................................
........................................................................

Pasal 3
...................................................................................
......................................................................
.........................................................................

Pasal 4
...................................................................................
......................................................................
.........................................................................

BAB III
...................................................................................
..............................
...................................................................................
..............................

Pasal 5
...................................................................................
..............................

Pasal 6
(1) ...............................................................................
............................
(2) ...............................................................................
............................

BAB IV
...................................................................................
..............................

Pasal 7
(1) ...............................................................................
............................
(2) ...............................................................................
............................

BAB V
113
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
...................................................................................
..............................

114
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
Pasal 8
(1) ...............................................................................
............................
(2) ...............................................................................
............................

BAB VI
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 9
...................................................................................
..............................

Pasal 10

Peraturan Desa ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di … (Nama Desa)


Pada tanggal ...
KEPALA DESA …, (Nama Desa)

(NAMA)
Diundangkan di … (Nama Kab/Kota)
Pada Tanggal…
SEKRETARIS DAERAH … (Nama Kab/Kota)
(tanda tangan)
(NAMA)
BERITA DAERAH … (Nama Kab/Kota) TAHUN… NOMOR…,

115
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
PENJELASAN ATAS
PERATURAN DESA …. (Nama Desa)
NOMOR ... TAHUN ...
TENTANG
PENDIRIAN BADAN USAHA MILIK DESA

III. UMUM
...................................................................................
.................…
...................................................................................
....................
...................................................................................
................….

IV. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1
Cukup jelas

Pasal 11
Ayat (1) yang dimaksud dengan ... adalah ...

Pasal 12
Cukup jelas

Pasal ...dst

116
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
3. PERATURAN KEPALA DESA

PERATURAN KEPALA DESA … ( Nama Desa )


NOMOR ... TAHUN ...
TENTANG
PENDIRIAN BADAN USAHA MILIK DESA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
KEPALA DESA…, (Nama Desa)
Menimbang

: a. bahwa ...;
b. bahwa ...;
c. bahwa ...;

Mengingat

: 1.
2.
3.
4.
5.

…;
…;
...;
...;
…. dst;

MEMUTUSKAN :
Menetapkan

: PERATURAN KEPALA DESA … (Nama Desa) TENTANG PENDIRIAN


BADAN USAHA MILIK DESA.

BAB I
KETENTUAN UMUM
I. Pasal 1
Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan :

1. Daerah adalah ...


2. Pemerintah Daerah adalah ...
3. Kepala Desa adalah ...
BAB II
Pasal ...
...................................................................................
..............................

Pasal ...
...................................................................................
..............................
...................................................................................
..............................
117
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa

BAB III
...

Pasal ...
...................................................................................
..............................

Pasal ...
...................................................................................
..............................

BAB ...
KETENTUAN PENUTUP

Pasal ...
...................................................................................
..............................

Pasal ...
Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di … (Nama Desa)


Pada tanggal ...
KEPALA DESA…,(Nama Desa)

(Nama jelas)

118
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
4. KEPUTUSAN KEPALA DESA

KEPUTUSAN KEPALA DESA …(Nama Desa)


NOMOR ... TAHUN ...
TENTANG
PENGANGKATAN BADAN PENGAWAS DAN
BADAN PENGURUS BADAN USAHA MILIK DESA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
KEPALA DESA…,(Nama Desa)
Menimbang

: d. bahwa ...;
e. bahwa ...;
f. bahwa ...;

Mengingat

: 1.
2.
3.
4.
5.

…;
…;
...;
...;
…. dst;
MEMUTUSKAN :

Menetapkan
KESATU

KEDUA

:
: Mengangkat Badan Pengawas dan Badan Pengurus Badan Usaha Milik
Desa dengan susunan sebagaimana tercantum dalam Lampiran Keputusan
ini.
: Badan Pengawas dan Badan Pengurus Badan Usaha Milik Desa
mempunyai tugas :

a. ... ;
b. … ;
c. ... dst;
KETIGA
KEEMPAT
KELIMA

: Dalam melaksanakan tugasnya, Badan Pengawas dan Badan Pengurus


Badan Usaha Milik Desa bertanggungjawab kepada ... …………………..
: Segala biaya yang dikeluarkan sebagai akibat ditetapkannya Keputusan ini,
dibebankan kepada anggaran ...
: Keputusan Kepala Desa ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di … (Nama Desa)


pada tanggal ...
KEPALA DESA …, (Nama Desa)
(NAMA)
119
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
Lampiran : Keputusan Kepala Desa … (Nama Desa)
Nomor
:
Tanggal
:
SUSUNAN KEANGGOTAAN
TIM ...
--------------------------NO.

NAMA

JABATAN

KET.

KEPALA DESA…,(Nama Desa)


(Nama Jelas)

120
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
5. PERUBAHAN PERATURAN DESA

PERATURAN DESA TRIBUANA


NOMOR ... TAHUN ...
TENTANG
PERUBAHAN ATAS PERATURAN DESA … (Nama Desa)
NOMOR ... TAHUN ...
TENTANG ...
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
KEPALA DESA…, (Nama Desa)
Menimbang

: a. bahwa ...;
b. bahwa ...;
c. bahwa ...;

Mengingat

: 1.
2.
3.
4.
5.

…;
…;
...;
...;
…. dst;
Dengan Persetujuan Bersama

BADAN PERMUSYAWARATAN DESA ...(Nama Desa)


dan
KEPALA DESA ...(Nama Desa)

MEMUTUSKAN :
Menetapkan

: PERATURAN DESA …. TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN


DESA …. NOMOR ... TAHUN ... TENTANG ...

Pasal 1
Peraturan Desa… Nomor ... Tahun ... tentang ..., diubah sebagai berikut :
a. Pasal 5 dihapus.
b. Ayat (3) Pasal 7 dihapus.
c.

Pasal 8 berbunyi sebagai berikut :

Pasal 8
(1) ... ;
(2) ...
121
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
d. Pada Pasal 10 ditambah ayat (5), yang berbunyi :
(5) ...

e. Diantara Pasal 14 dan Pasal 15, disisipkan 1 (satu) pasal “Pasal 14A” baru
berbunyi
sebagai berikut :
Pasal 14 A
...

f.

Dalam Pasal 18, perkataan “...” dibaca “...”

g. Dalam ayat (2) dari Pasal 20, diantara perkataan “...” dan “...” disisipkan
perkataan
“...”
h. Dalam ayat (2) dari Pasal 27, perkataan “...” dihapuskan.

Pasal 15
Peraturan Desa ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di … (Nama Desa)
Pada tanggal ...
KEPALA DESA…, (Nama Desa)

(Nama Jelas)

122
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
6. PENCABUTAN PERATURAN DESA

PERATURAN DESA … (Nama Desa)


NOMOR ... TAHUN ...
TENTANG
PENCABUTAN PERATURAN DESA ….(Nama Desa)
NOMOR ... TAHUN ...
TENTANG ...
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
KEPALA DESA…, (Nama Desa)
Menimbang

: a. bahwa ...;
b. bahwa ...;
c. bahwa ...;

Mengingat

: 1.
2.
3.
4.
5.

…;
…;
...;
...;
…. dst;

Dengan Persetujuan Bersama


BADAN PERMUSYAWARATAN DESA ...(Nama Desa)
dan
KEPALA DESA ...(Nama Desa)
MEMUTUSKAN :
Menetapkan

: PERATURAN DESA ….. TENTANG PENCABUTAN PERATURAN DESA


… (Nama Desa) NOMOR ... TAHUN ... TENTANG ...

Pasal 1
Mencabut Peraturan Desa … (Nama Desa) Nomor ... Tahun ... Tentang ...

Pasal 2

Peraturan Desa ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.


Ditetapkan di … (Nama Desa)
Pada tanggal ...
KEPALA DESA…,(Nama Desa)

(Nama Jelas)
123
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa

124
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
7. PERUBAHAN PERATURAN KEPALA DESA

PERATURAN KEPALA DESA … (Nama Desa)


NOMOR ... TAHUN ...
TENTANG
PERUBAHAN ATAS PERATURAN KEPALA DESA …(Nama Desa)
NOMOR ... TAHUN ...
TENTANG ...
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
KEPALA DESA…, (Nama Desa)
Menimbang

: a. bahwa ...;
b. bahwa ...;
c. bahwa ...;

Mengingat

: 1.
2.
3.
4.
5.

…;
…;
...;
...;
…. dst;

MEMUTUSKAN :
Menetapkan

: PERATURAN KEPALA DESA …. TENTANG PERUBAHAN ATAS


PERATURAN KEPALA DESA NOMOR ... TAHUN ... TENTANG ...

Pasal 1
Peraturan Kepala Desa … Nomor ... Tahun ... tentang ..., diubah sebagai berikut :
a. Pasal 5 dihapus.
b. Ayat (3) Pasal 7 dihapus.
c.

Pasal 8 berbunyi sebagai berikut :

Pasal 8
(1) ...............................................................................
......................

d. Pada Pasal 10 ditambah ayat (5), yang berbunyi :


(5) ...............................................................................
......................

125
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
e. Diantara Pasal 14 dan Pasal 15, disisipkan 1 (satu) pasal “Pasal 14A” baru yang
berbunyi
sebagai berikut :

126
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa

Pasal 14 A
...

f.

Dalam Pasal 18, perkataan “...” dibaca “...”

g. Dalam ayat (2) dari Pasal 20, diantara perkataan “...” dan “...” disisipkan
perkataan “...”
h. Dalam ayat (2) dari Pasal 27, perkataan “...” dihapuskan.

Pasal 2
Peraturan Kepala Desa ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di … (Nama Desa)
Pada tanggal ...
KEPALA DESA….,(Nama Desa)

(Nama Jelas)

127
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
8. PENCABUTAN PERATURAN KEPALA DESA

PERATURAN DESA … (Nama Desa)


NOMOR … TAHUN …
TENTANG
PENCABUTAN PERATURAN KEPALA DESA … (nama Desa)
NOMOR … TAHUN …
TENTANG ...
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
KEPALA DESA…,(Nama Desa)
Menimbang

: a. bahwa ...;
b. bahwa ...;
c. bahwa ...;

Mengingat

: 1.
2.
3.
4.
5.

…;
…;
...;
...;
…. dst.

MEMUTUSKAN :
Menetapkan

: PERATURAN KEPALA DESA ..…. TENTANG PENCABUTAN


PERATURAN KEPALA DESA .…... NOMOR ..... TAHUN ….. TENTANG
...

Pasal 1
Mencabut Keputusan Kepala Desa … (Nama Desa) Nomor ... Tahun ... tentang ...

Pasal 2
Peraturan Kepala Desa ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di … (Nama Desa)
Pada tanggal ...
KEPALA DESA…,(Nama Desa)

(Nama Jelas)
128
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
PEMERINTAH KABUPATEN ………………
KECAMATAN ……………
BADAN PERMUSYAWARATAN DESA …………….
KEPUTUSAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA
NOMOR ……… TAHUN 20….
TENTANG
PERSETUJUAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA
TERHADAP PERATURAN DESA TENTANG APB-DESA ………..
TAHUN ANGGARAN 20….
BADAN PERMUSYAWARATAN DESA …………….,

Menimbang

: a. bahwa penyusunan Rancangan Anggaran dan Pendapatan Desa


tahun Anggaran 20…. harus dilakukan dengan terukur
berdasarkan PAD;
b. bahwa Rancangan Peraturan Desa APBDes tahun Anggaran 20….
dibahas dan disepakati oleh Kepala Desa dan BPD melalui Forum
Rapat BPD;
c. bahwa menimbang huruf a dan huruf b perlu ditetapkan Keputusan
BPD tentang Persetujuan BPD terhadap Peraturan Desa tentang
APBDes tahun Anggaran 20….;

Mengingat

: 1. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan


Reribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1997 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3685) sebagaimana telah diubah denga Undang-Undang
Nomor 34 Tahun 2000 (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2000 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4048);
2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan
Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851);
3. Undang-Undang Nomor 45 Tahun 1999 tentang Pembentukan
Provinsi Irian Jaya Tengah, Provinsi Irian Jaya Barat, Kabupaten
Panial, Kabupaten Mimika, Kabupaten Puncak Jaya dan Kota
Sorong (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1999 Nomor
173, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3894);
4. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus
bagi Provinsi Papua (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2001 Nomor 135, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4151):
5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tetang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor
125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4437) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang
129
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa

Perubahan Atas Udang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tetang


Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2005 Nomor 38, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4498) yang telah ditetapkan dengan UndangUndang Nomor 8 Tahun 2005
(Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4548);
6. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);
7. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tetang Pembentukan
Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2011 Nomor 82);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 tentang Pajak
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor
118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4138);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor
119, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4139);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2005 tentang Hibah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 139,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4577);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2001 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005
Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4578);
12. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 158,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4587);
13. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;
14. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2006 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa;
15. Peraturan Daerah Kabupaten …….. Nomor .... Tahun 20….
tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten
…….. Tahun Anggaran 20…. (Lembaran Daerah Kabupaten ……..
Tahun 20…. Nomor .......).
MEMUTUSKAN:
Menetapkan :
KESATU
: Menyetujui Rancangan Peraturan Desa ………. Nomor ….. Tahun
20…. Tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa)
Desa …… Tahun Anggaran 20…., sebesar Rp. …………… yang terdiri
atas :
a. Anggaran Penerimaan
: Rp.
130
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa

b. Anggaran Belanja
- Belanja Langsung
- Belanja Tidak Langsung

KEDUA

: Rp.
: Rp.
Rp.
c. Pembiayaan
: Rp
: Surat Keputusan ini beraku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di ..........................
pada tanggal ..........................
KETUA BPD ..........................

................................

131
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa

SUB MATA LATIHAN 2.5.


PERENCANAAN DAN
PENGANGGARAN SERTA
PENYUSUNAN RANCANGAN
PERATURAN DESA APBDES

KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA


BALAI BESAR PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA MALANG
2012

132
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
Lembar Bacaan

M.3.5.2

PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN SERTA PENYUSUNAN


RANCANGAN PERATURAN DESA APBDES
I.

PENDAHULUAN

Menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan


Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa, Desa
tidak

„‟kewenangan‟‟

mempunyai

menyusun

perencanaan

pembangunan,

melainkan diberikan „‟tugas‟‟ (tanggung jawab) menyusun perencanaan. Persoalan


antara kewenangan dan tugas ini sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 72
Tahun 2005, pasal 63 ayat 1 : “Dalam rangka penyelenggaraan Pemerintahan
Desa disusun perencanaan pembangunan Desa sebagai satu kesatuan dalam
sistem perencanaan pembangunan daerah Kabupaten/ Kota’’. Klausul ini
menegaskan

bahwa

posisi

Desa

berada

dalam

subsistem

pemerintahan

kabupaten/kota, bukan berdiri sendiri sebagai subsistem yang otonom dan menjadi
bagian dari NKRI. Karena posisi itu juga, Desa tidak diberikan otoritas untuk
menyusun perencanaan sendiri (village self planning) atau decentralized planning
sesuai dengan batas-batas kewenangan Desa.
Perencanaan Desa adalah peraturan Desa tentang arah pembangunan Desa
jangka pendek dan jangka panjang yang menjadi pijakan didalam merumuskan rencana
APBDes dan bahan masukan Pemerintah Kabupaten/Kota dalam menyusun kebijakan
tentang ADD. Dilihat dari segi jangka waktu, perencanaan dapat dibedakan menjadi 2
(dua) :
1. Rencana Pembangunan Jangka Pendek (tahunan) yang selanjutnya disebut Rencana
Kerja Pembangunan Desa (RKP Desa) adalah hail musyawarah masyarakat desa
tentang program dan kegiatan yang akan dilaksanakan untuk periode 1 (satu) tahun.
2. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa yang selanjutnya disingkat
RPJMDes adalah dokumen perencanaan desa untuk periode 5 (lima) tahun.

Keuangan

Desa

adalah

semua

hak

dan

kewajiban

dalam

rangka

penyelenggaraan pemerintahan desa yang dapat dinilai dengan uang termasuk


didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban
desa tersebut.

133
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa

Sedangkan Pengelolaan Keuangan Desa adalah keseluruhan kegiatan yang


meliputi

perencanaan,

penganggaran,

penatausahaan,

pelaporan,

pertanggungjawaban dan pengawasan keuangan desa.


Keuangan Desa memiliki peranan penting dalam membiayai pelaksanaan
tugas pemerintah Desa, baik untuk belanja operasional Pemerintahan Desa
maupun dalam rangka pemberdayaan masyarakat desa.
II.

PERENCANAAN DAN ANGGARAN DESA


Perencanaan dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa menjadi timbal balik,
di satu pihak, pencerminan dalam anggaran belanja menjamin kepastian pembiayaan,
sedangkan dilain pihak perencanaan akan memberikan perhatian terhadap keterbatasan
pembiayaan. Selain itu, perencanaan program dan pembangunan menjadi lebih
memperhatikan terhadap masalah biaya (cost conscius).
Dengan demikian, perencanaan dan APBDes merupakan rangkaian kegiatan dalam
satu kesatuan. Penyusunan rencana perlu memperhatikan pendapatan dan belanja yang
tersedia sehingga dalam penerapannya, konsekuensi atas integrasi kegiatan
perencanaan
pembangunan dan penganggaran didesa merupakan proses rencana yang paling krusial
dalam penyelenggaraan pemerintah desa itu sendiri. Perencanaan dan penganggaran
merupakan

proses

yang

terintegrasi

sehingga

output

dari

perencanaan

adalah

penganggaran. Proses perencanaan arah dan kebijakan pembangunan desa tahunan dan
rencana anggaran tahunan (APBDes) pada hakikatnya merupakan perencanaan instrumen
kebijakan publik sebagai upaya meningkatkan pelayanan kepada masyarakat
Oleh karena pentingnya anggaran tersebut maka perencanaan anggaran/
penyusunan anggaran juga menjadi sesuatu yang penting dalam penyelenggaranaan
pemerintah desa. Penyusunan anggaran merupakan suatu rencana tahunan sebagai
aktualisasi pelaksanaan rencana jangka panjang dan rencana jangka menegah perlu
diperhatikan. Salah satu fungsi anggaran adalah membantu manajemen pemerintahan
desa dalam mengambil keputusan sekaligus sebagai alat untuk mengevaluasi kinerja
unit
kerja dibawahnya. Pengeluaran Pemerintah Desa terutama pada anggaran desa akan
membantu

pemerintah

desa

dalam

mengambil

keputusan

dan

merencanakan

pembangunan. Dalam proses perencanaan anggaran dikenal dengan adanya siklus


anggaran yang meliputi tiga tahap sebagai berikut.
1. Tahap Persiapan Anggaran
Pada tahap persiapan anggaran dilakukan taksiran pengeluaran atas dasar taksiran
pendapatan yang tersedia. Terkait dengan masalah tersebut, yang perlu diperhatikan
adalah sebelum menyetujui taksiran pengeluaran hendaknya terlebih dahulu dilakukan
penaksiran pendapatan secara lebih akurat.
134
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
2. Tahap Pelaksanaan Anggaran
Setelah APBDes disetujui, tahap berikutnya adalah pelaksanaan anggaran. Dalam tahap
pelaksanaan anggaran, hal terpenting yang harus diperhatikan oleh pemerintah desa
adalah dimilikinya sistem informasi akuntansi dan pengendalian manajemen.
3. Tahap Pelaporan dan Evaluasi
Tahap terakhir dari siklus anggaran adalah pelaporan dan evaluasi anggaran. Tahap
persiapan dan pelaksanaan anggaran terkait dengan aspek operasional anggaran,
sedangkan tahap pelaporan dan evaluasi terkait dengan aspek akuntabilitas.
III.

PENGERTIAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA


Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, selanjutnya disingkat APBDes adalah
rencana keuangan tahunan pemerintahan desa yang dibahas dan disetujui bersama oleh
pemerintah desa dan Badan Permusyawaratan Desa, dan ditetapkan dengan Peraturan
Desa, menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2007 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Desa, struktur APBDes merupakan satu kesatuan yang terdiri
atas
3 (tiga) komponen.
1. Pendapatan
Pendapatan desa meliputi semua penerimaan uang melalui rekening umum kas desa
sebagai hak desa dalam satu tahun anggaran dan tidak dibayar kembali oleh desa.
Struktur pendapatan terdiri dari :
(1) Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa) terdiri dari :
a. Pendapatan Desa;
b. Belanja Desa; dan
c. Pembiayaan Desa.
(2) Pendapatan Desa meliputi semua penerimaan uang melalui rekening desa yang
merupakan hak desa dalam 1 (satu) tahun anggaran yang tidak perlu dibayar
kembali oleh desa.
(3) Pendapatan Desa terdiri dari :
a. Pendapatan Asli Desa (PADes);
b. Bagi Hasil Pajak Kabupaten/Kota;
c. Bagian dari Retribusi Kabupaten/Kota;
d. Alokasi Dana Desa (ADD);
e. Bantuan

Keuangan dari Pemerintah, Pemerintah

Provinsi,

Pemerintah

Kabupaten/Kota dan Desa lainnya;


f.

Hibah;

g. Sumbangan Pihak Ketiga.

2. Belanja
Belanja desa merupakan perkiraan beban pengeluaran desa yang dialokasikan secara
135
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
adil dan merata agar dapat dinikmati oleh seluruh kelompok masyarakat tanpa
diskriminasi, khususnya dalam pemberian pelayanan umum.
Struktur belanja terdiri dari :
(4) Belanja desa meliputi semua pengeluaran dari rekening desa yang merupakan
kewajiban desa dalam 1 (satu) tahun anggaran yang tidak akan diperoleh
pembayarannya kembali oleh desa.
(5) Belanja Desa terdiri dari :
a. Belanja langsung, dan
b. Belanja tidak langsung
(6) Belanja Langsung terdiri dari :
a. Belanja Pegawai;
b. Belanja Barang dan Jasa
c. Belanja Modal;
(7) Belanja Tidak Langsung terdiri dari :
a. Belanja Pegawai/Penghasilan Tetap;
b. Belanja Subsidi;
c. Belanja Hibah (Pembatasan Hibah);
d. Belanja Bantuan Sosial;
e. Belanja Bantuan Keuangan;
f.

Belanja Tak Terduga;

3. Pembiayaan
Pembiayaan desa adalah setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan atau
pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang
bersangkutan maupun pada tahun-tahun berikutnya.
Struktur pembiayaan terdiri dari :
(8) Pembiayaan desa meliputi semua penerimaan yang perlu dibayar kembali
dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran
yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya.
(9) Pembiayaan Desa terdiri dari :
a. Penerimaan Pembiayaan; dan
b. Pengeluaran Pembiayaan.
(10) Penerimaan Pembiayaan mencakup :
a. Sisa lebih perhitungan anggaran (SilPA) tahun sebelumnya.
b. Pencairan Dana Cadangan.
c. Hasil penjualan kekayaan desa yang dipisahkan.
d. Penerimaan Pinjaman.
(11) Pengeluaran Pembiayaan mencakup :
136
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
a. Pembentukan Dana Cadangan.
b. Penyertaan Modal Desa.
c. Pembayaran Utang.
Berkenaan dengan pendapatan desa, yang rencananya tertuang dalam Anggaran
Pendapatan dan Belanja Desa, merupakan jenis perencanaan jangka pendek yang
tujuannya menetapkan besarnya target penerimaan Desa yang harus dicapai dalam satu
tahun anggaran. Target pendapatan desa yang akan dicapai tersebut penyusunannya
harus seksama dan memperhatikan kondisi dan potensi yang dimiliki oleh Desa itu
sendiri,
karena pencapaiannya akan berpengaruh langsung terhadap pendapatan, belanja dan
pembiayaan desa. Pengelolaan keuangan desa harus berdasarkan pada prinsip-prinsip
sebagai berikut :
1. Transparan dan Akuntabilitas Anggaran
APBDes yang disusun harus dapat menyajikan informasi secara terbuka dan mudah
diakses oleh masyarakat meliputi : tujuan, sasaran, sumber pendanaan pada setiap
jenis objek belanja serta korelasi antara besaran anggaran dengan manfaat dan hasil
yang ingin dicapai dari suatu kegiatan yang dianggarkan. Oleh karena itu, setiap
pengguna anggaran harus bertanggung jawab terhadap penggunaan sumber daya
yang dikelola untuk mencapai hasil yang ditetapkan.
2. Partisipasi Masyarakat
Hal ini mengandung makna bahwa pengambilan keputusan dalam proses penyusunan
dan penetapan APBDes sedapat mungkin melibatkan partisipasi masyarakat sehingga
masyarakat mengetahui hak dan kewajibannya dalam pelaksanaan APBDes.
3. Disiplin Anggaran
Beberapa prinsip dalam disiplin anggaran yang perlu diperhatikan antara lain : 1)
pendapatan yang direncanakan merupakan perkiraan yang terukur secara rasional dan
dapat dicapai untuk setiap sumber pendapatan sedangkan belanja yang dianggarkan
merupakan batas tertinggi pengeluaran belanja; 2) penganggaran pengeluaran harus
didukung adanya kepastian tersedianya penerimaan dalam jumlah yang cukup dan
tidak dibenarkan melaksanakan kegiatan yang belum tersedia dan atau tidak mencukupi
kredit anggarannya dalam APBDes/perubahan APBDes; dan 3) semua penerimaan dan
pengeluaran daerah dalam tahun anggaran yang bersangkutan harus dianggarkan
dalam APBDes dan dilakukan melalui rekening kas desa.
4. Keadilan Anggaran
Retribusi Desa, dan Pungutan desa lain yang dibebankan kepada masyarakat harus
mempertimbangkan kemampuan untuk membayar. Masyarakat yang memiliki
kemampuan pendapatan rendah secara proporsional diberi beban yang sama,
137
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
sedangkan masyarakat yang mempunyai kemampuan untuk membayar tinggi pula.
Untuk menyeimbangkan kedua kebijakan tersebut, Pemerintah desa dapat melakukan
diskriminasi tarif secara rasional guna menghilangkan rasa ketidakadilan. Selain
itu
dalam mengalokasikan belanja desa juga harus mempertimbangkan keadilan dan
pemerataan agar dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat tanpa diskriminasi
pemberian pelayanan.
5. Efisiensi dan Efektivitas Anggaran
Dana yang tersedia harus dimanfaatkan dengan sebaik mungkin untuk dapat
menghasilkan peningkatan pelayanan dan kesejahteraan yang maksimal guna
kepentingan masyarakat. Oleh karena itu untuk dapat mengendalikan tingkat efisiensi
dan efektivitas anggaran, dalam perencanaan perlu diperhatikan : 1) penetapan
tujuan
dan sasaran secara jelas,hasil dan manfaat, serta indikator kinerja yang ingin
dicapai;
2) penetapan prioritas kegiatan dan penghitungan beban kerja, serta penetapan harga
satuan yang rasional.
6. Taat Asas
Penyusunan APBDes sebagai kebijakan Desa yang ditetapkan dengan
Peraturan Desa tidak boleh bertentangan dengan Peraturan perundang-undangan
yang lebih tinggi, kepentingan umum, dan Peraturan Daerah.
a. Tidak bertentangan dengan Peraturan Perundang-Undangan yang lebih tinggi
mengandung arti bahwa apabila pendapatan, belanja dan pembiyaan yang
dicantumkan dalam rancangan peraturan daerah tersebut telah sesuai dengan
Ketentuan

Undang-Undang,

Peraturan

Pemerintah,

Peraturan

Presiden,

Keputusan Presiden atau Peraturan Menteri/Keputusan Menteri/Surat Edaran


Menteri yang diakui keberadaannya dan mempunyai kekuatan hukum yang
mengikat sepanjang diperintahkan oleh Peraturan Perundang-Undangan yang
lebih tinggi. Peraturan Perundang-Undangan yang lebih tinggi yang dimaksud
mencangkup kebijakan yang berkaitan dengan Keuangan Daerah.
b. Tidak bertentangan dengan kepentingan umum mengandung arti bahwa
Rancangan Peraturan Desa tentang APBDes lebih diarahkan agar mencerminkan
keberpihakan kepada kebutuhan dan kepentingan masyarakat (publik) dan bukan
membebani masyarakat. Peraturan Desa tidak boleh menimbulkan diskriminasi
yang dapat mengakibatkan ketidakadilan, menghambat kelancaran arus barang
dan

pertumbuhan

ekonomi

masyarakat,

pemborosan

keuangan/memicu
ketidakberdayaan masyarakat kepada Pemerintah desa dan menganggu stabilitas
keamanan serta ketertiban masyarakat yang secara keseluruhan menganggu
jalannya penyelenggaraan Pemerintahan Di desa.
138
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
c. Tidak bertentangan dengan Peraturan Desa lainnya mengandung arti bahwa
apabila kebijakan yang dituangkan dalam Peraturan Desa
tersebut telah sesuai dengan Ketentuan Peraturan Desa

tentang APBDesa
sebagai penjabaran

lebih lanjut dari Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi dengan


memperhatikan ciri khas masing-masing desa. Sebagai konsekwensinya,
Rancangan Peraturan Desa

tersebut harus sejalan dengan pengaturannya

tentang pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Desa.


Ada beberapa langkah yang sebaiknya perlu dipedomani dalam menetapkan
target pendapatan Desa khususnya mengenai penyusunan dan penetapan jumlah
rupiah yang harus dihasilkan dari pendapatan desa minimal 1 (satu) tahun anggaran,
sedang untuk penyusunan dan penetapan rencana penggunaan pendapatan desa itu
dalam lingkup keuangan Desa, yang akan dibahas secara tersendiri. Adapun
langkahnya yaitu :

1. Penyusunan dan Penetapan Target Pendapatan Desa


Menetapkan jumlah besaran rupiah dari pendapatan Desa yang ditargetkan
secara minimal akan dicapai dalam satu tahun anggaran dan yang akan
dituangkan dalam APBDes dengan cara :
a. Meneliti kembali hasil pencatat di Buku Kas Umum dan Buku Kas
Pembantu Penerimaan Desa mengenai pemasukan pendapatan desa
dari masing-masing sumber pendapatan Desa pada tahun Anggaran
yang telah lalu.
b. Mengkaji kembali keputusan-keputusan Desa yang mengatur mengenai
besarnya

tarif

pendapatan

Desa

dari

masing-masing

sumber

pendapatan desa, apakah masih sesuai dengan perkembangan


keadaan yang terjadi.
c. Mengkaji kembali tehnik pemungutan Pendapatan Desa yang sekarang
sedang dilaksanakan masih efisien dan efektif apa tidak.
d. Meneliti kembali potensi pendapatan Desa di lapangan apa semua
sudah tergali secara intensif.
e. Memperkirakan pemasukan pendapatan Desa minimal yang harus
dicapai untuk tahap Anggaran yang akan datang.
f.

Menuangkan jumlah besaran rupiah sebagai terget pendapatan Desa


dalam rancangan Anggaran penerimaan dan pengeluaran Keuangan
Desa.
139
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa

Sedangkan untuk pendapatan desa yang berasal dari swadaya, partisipasi


masayarakat dan gotong royong, penyusunan target pendapatannya
didasarkan pada perkiraan jumlah uang, barang dan tenaga yang dinilai
dengan uang diperoleh dari swadaya partisipasi masyarakat dan gotong
royong masyarakat untuk menyelenggarakan pembangunan Desa yang
menjadi program kegiatan Pemerintahan Desa dan pelaksanaannya dikelola
langsung oleh pemerintah Desa pada satu tahun anggaran dalam APBDes.
2. Bahan Penyusunan Target Pendapatan Desa
Sebagai bahan untuk penyusunan target pendapatan Desa yang dituangkan
dalam APBDes adalah :
a. Realisasi pendapatan Desa pada tahun anggaran lalu, untuk ini
diperlukan pencatatan yang cermat dan tertib dari Buku Kas Umum dan
Buku Kas Pembantu Penerimaan Desa yang dimulai dari awal tahun
anggaran hingga akhir tahun anggaran yang telah berjalan, sehingga
akan diketahui jumlah akhir penerimaan Desa untuk masing-masing
sumber pendapatan Desa dalam kurun waktu satu tahun anggaran.
b. Alokasi Dana Desa berasal dari APBD Kabupaten/Kota dari Bagian
Dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh
Kabupaten/Kota untuk Desa paling sedikit 10% (sepuluh persen).
c. Bagi hasil pajak dan bagian dari retribusi kabupaten/kota, yang berupa
penyisihan sebagian penerimaan pajak kabupaten/kota dan retribusi
yang diserahkan ke desa.
d. Bantuan keuangan dari pemerintah, pemerintah provinsi, pemerintah
kabupaten/kota dan desa lainnya.
e. Sumbangan pihak ketiga.
3. Cara Pemungutan Desa
Didalam pelaksanaan pemungutan desa, ada 4 (empat) unsur yang penting
yang perlu mendapat perhatian yaitu aparat pelaksana pemungutan
pedapatan Desa, cara pemungutan pendapatan Desa, tarif pungutan
pendapatan Desa dan mekanisme pemungutan pendapatan Desa. 4
(Empat) unsur ini dalam pelaksanaannya saling terkait dan mempunyai
pengaruh yang cukup dalam upaya meningkatkan pendapatan Desa.
a. Aparat Pelaksana Pemungutan.
1) Kepala Desa

140
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
-

Merancang suatu Peraturan Desa tentang pemungutan pendapatan


Desa baru;

Meninjau atau mengajukan usul peninjauan kembali atas suatau


Peraturan Desa tentang pungutan pendapatan Desa tertentu misalnya
usulan untuk meninjau kembali/merubah tarif pendapatan dari sumber
pendapatan Desa tertentu.

2) Perangkat Desa
Tugas perangkat desa adalah membantu Kepala Desa dalam pemungutan
pendapatan Desa secara operasional dilapangan dengan jalan :
-

Melaksanakan penagihan atau pemungutan terhadap pungutanpungutan yang telah


ditetapkan dengan jalan Peraturan Desa.

Melaksanakan penagihan atas pengelolaan barang-barang atau harta


kekayaan milik Desa.

b. Cara Pemungutan
1) Mendatangi dan secara langsung melakukan peungutan terhadap warga
Desa/pihak lain yang berdasarkan Peraturan Desa menjadi sasaran/obyek
pungutan Desa.
2) Menerima pungutan Desa dikantor desa khususnya untuk pungutan Desa,
yang proses penyelesaian administrasinya berlangsung di kantor Desa.
3) Cara lain di luar kedua cara di atas.
c. Tarif pungutan/pendapatan desa
Ada beberapa hal penting yang menjadi dasar dalam menetapkan tarif
pendapatan Desa.
1) Besarnya penghasilan yang diperoleh dari sumber-sumber pendapatan asli
desa yang ditetapkan dengan Peraturan Desa.
2) Penentuan

besarnya

perkembangan

kondisi

tarif/perubahan
perekonomian

tarif
desa

disesuaikan
pada

dengan

khususnya
dan

kemampuan/pendapatan warga desa pada umumnya.


IV.

MAKSUD DAN TUJUAN APBDES


1. Merupakan program Pemerintah Desa yang diwujudkan dalam bentuk angka-angka.
Angka-angka menggambarkan secara jelas mengenai program/kegiatan yang akan
dilaksanakan oleh pemerintah desa setiap tahunnya.
2. Kepala desa sebagai Kepala Pemerintah Desa adalah pemegang kekuasaan
pengelolaan keuangan desa dan mewakili pemerintah desa dalam kepemilikan
kekayaan desa yang dipisahkan.
141
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
3. Memberikan arah terhadap penyelengaraan pemerintah desa dan sekaligus sebagai
sarana untuk melaksanakan pengawasan terhadap segenap kegiatan pemerintah desa.
4. Memberi isi terhadap tanggungjawab pemerintah desa dalam penyelenggaraan
pemerintahan, pembangunan dan pemberdayaan masyarakat.

V.

PENYUSUNAN RANCANGAN APBDES DAN RKPDES


Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa) pada dasarnya merpakan
program Pemerintahan Desa yang diwujudkan dalam bentuk angka-angka. Angka
menggambarkan secara jelas program-program yang akan dilaksanakan oleh Pemerintah
Desa setiap tahun, oleh karena itu angka-angka dalam APBDesa mempunyai arti dan
menunjukkan arah dan hasil pembangunan yang akan dicapai dalam satu tahun anggaran.
APBDes pada hakekatnya tidak dapat dipisahkan dengan program tahunan dari
Pemerintah Desa yang bersangkutan, karena anggaran merupakan pelaksanaan dari
program tahunan yang dituangkan dalam angka-angka rupiah. Program tahunan adalah
rencana kerja yang disusun oleh Pemerintah Desa yang mencerminkan kegiatan-kegiatan
yang akan dilaksanakan pada tahun yang bersangkuata. Agar program tahunan tersebut
dapat dilaksanakan tepat pada waktunya sesuai dengan tahap-tahap yang telah
ditentukan
harus didukung dengan perencanaan pembiayaan yang mantap yang disusun dalam APBD
setiap tahun. Dengan demikian yang dimaksud dengan APBDes adalah rencana keuangan
tahunan pemerintahan desa yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah desa
dan
Badan Permusyawaratan Desa, dan ditetapkan dengan peraturan desa.
A. RPJMDesa dan RKPDesa
1. RPJMDesa untuk jangka waktu 5 (lima) tahun merupakan penjabaran dan visi dan
misi dan Kepala Desa yang terpilih.
2. Setelah berakhir jangka waktu RPJMDesa, Kepala Desa terpilih menyusun
kembali RPJMDesa untuk jangka waktu 5 (lima) tahun.
3. RPJMDesa sebagaimana dimaksud pada angka 1 diatas ditetapkan paling lambat
3 (tiga) bulan setelah Kepala Desa dilantik.
4. Kepala Desa bersama Badan Permusyawaratan Desa (BPD) menyusun RKPDesa
yang merupakan penjabaran dari RPJMDesa berdasarkan hasil musyawarah
Rencana Pembangunan Desa
5. Penyusunan RKPDesa diselesaikan paling lambat akhir bulan Januari tahun
anggaran sebelumnya.
B. Penetapan Rancangan APBDesa
1. Sekretarias Desa menyusun Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa
berdasarkan pada RKPDesa;
142
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
2. Sekretaris Desa menyampaikan rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa
kepada Kepala Desa untuk memperoleh persetujuan;
3. Kepala Desa menyampaikan rancangan Peraturan Desa sebagaimana dimaksud
pada angka 2 di atas kepada BPD untuk dibahas bersama dalam rangka
memperoleh persetujuan bersama;
4. Penyampaian rancangan Peraturan Desa sebagaimana dimaksud pada angka 3 di
atas, paling lambat minggu pertama bulan November tahun anggaran sebelumnya;
5. Pembahasan sebagaimana dimaksud pada angka 3 di atas, menitikberatkan pada
kesesuaian dengan RKPDesa;
6. Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa yang telah disetujui

bersama

sebelum ditetapkan oleh Kepala Desa paling lambat 3 (tiga) hari kerja
disampaikan kepada Bupati/Walikota untuk dievaluasi.
7. Rancangan Peraturan Desa tentang APBDes ditetapkan paling lambat 1(satu)
bulan setelah APBD Kabupaten/Kota ditetapkan.
C. Evaluasi Rancangan APBDesa
1. Bupati/Walikota harus menetapkan evaluasi Rancangan APBDesa paling lama 20
(dua puluh) hari kerja;
2. Apabila hasil evaluasi melampui batas waktu, Kepala Desa dapat menetapkan
Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa menjadi Peraturan Desa;
3.

Dalam hal Bupati/Walikota menyatakan hasil evaluasi Raperdes tentang APBDesa


tidak sesuai dengan kepentingan umum dan peraturan perundang-undangan yang
lebih tinggi, Kepala Desa bersama BPD melakukan penyempurnaan paling lama 7
(tujuh) hari kerja terhitung sejak diterimanya hasil evaluasi;

4. Apabila hasil evaluasi tidak ditindaklanjuti oleh Kepala Desa dan BPD, dan
Kepala
Desa tetap menetapkan Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa menjadi
Peraturan Desa, Bupati/Walikota membatalkan Peraturan Desa dimaksud dan
sekaligus menyatakan berlakunya pagu APBDesa tahun anggaran sebelumnya;
5. Pembatalan Peraturan Desa dan pernyataan berlakunya pagu tahun anggaran
sebelumnya ditetapkan dengan Peraturan Bupati/Walikota;
6. Paling lama 7 (tujuh) hari kerja setelah pembatalan

Kepala Desa harus

memberhentikan pelaksanaan Peraturan Desa dan selanjutnya Kepala Desa


bersama BPD mencabut peraturan desa dimaksud;
7. Pencabutan peraturan

Desa dilakukan dengan Peraturan Desa

tentang

Pencabutan Peraturan Desa tentang APBDesa;


8. Pelaksanaan pengeluaran atas pagu APBDesa tahun sebelumnya

ditetapkan

dengan Keputusan Kepala Desa.


143
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa

VI.

PELAKSANAAN APBDES
1. Semua Pendapatan Desa dilaksanakan melalui rekening kas desa;
2. Khusus bagi desa yang belum memiliki pelayanan perbankan diwilayahnya maka
pengaturannya diserhkan kepada daerah;
3. Program dan kegiatan yang masuk desa merupakan sumber penerimaan dan
pendapatan desa dan wajib dicatat dalam APBDesa;
4. Setiap pendapatan desa harus didukung olehg bukti yang lengkap dan sah;
5. Kepala desa wajib mengintensifkan pemungutan pendapatan desa yang menjadi
wewenang dan tanggungjawabnya;
6. Pemerintah desa dilarang melakukan pungutan selain daro yang ditetapkan dalam
peraturan desa;
7. Pengembalian atas kelebihan pendapatan desa dilakukan dengan membebankan pada
pendapatan desa yang bersangkutan untuk pengembalian pendapatan desa yang
terjadi dalam tahun yang sama;
8. Untuk pengembalian kelebihan pendapatan desa yang terjadi pada tahun-tahun
sebelumnya dibebankan pada belanja tidak terduga;
9. Pengembalian harus didukung dengan bukti yang lengkap dan sah;
10. Setiap pengeluaran belanja atas beban APBDesa harus didukung dengan bukti yang
lengkap dan sah;
11. Bukti harus

mendapat pengesahan oleh Sekretaris Desa atas kebenaran material

yang timbul dari penggunaan bukti;


12. Pengeluaran kas desa yang yang mengakibatkan beban APBDesa tidsak dapat
dilakukan sebelum rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa ditetapkan menjadi
Peraturan Desa
13. Pengeluaran kas desa tersebut tidak termasuk untuk belanja desa desa yangt
bersifat
mengikat dan belanja desa yang bersifat wajib yang ditetapkan dalam Peraturan
Kepala Desa;
14. Bendahara Desa sebagai wajib pungut Pajak Penghasilan (PPh) dan pajak lainnya,
wajib menyetorkan seluruh penerimaan potongan dan pajak yang dipungutnya ke
rekening kas negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
15. Sisa lebih perhitungan Anggaran (SiLPA) tahun sebelumnya merupakan penerimaan
pembiayaan yang digunakan untuk:
a. Menutup defisit anggaran apabila realisasi pendapatan lebih kecil dari pada
realisasi belanja;
b. Mendanai pelaksanaan kegiatan lanjutan atas beban belanja langsung;
144
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
c.

Mendanai kewajiban lainnya yang sampai dengan akhir tahun anggaran belum
diselesaikan.

16. Dana Cadangan


a. Dana cadangan dibukukan dalam rekening tersendiri atau disimpan pada kas
desa tersendiri atas nama dana cadangan pemerintah desa;
b. Dana Cadangan tidak dapat digunakan untuk membiayai kegiatan lain diluar yang
telah ditetapkan dalam peraturan desa tentang pembentukan dana cadangan;
c. Kegiatan yang ditetapkan berdasarkan peraturan desa dilaksanakan apabila dana
cadangan telah mencukupi untuk melaksanakan kegiatan.

VII. PERUBAHAN APBDES


1. Perubahan APBDesa dapat dilakukan apabila terjadi :
a. Keadaan yang menyebabkan harus dilakukan pergeseran antar jenis belanja;
b. Keadaan yang menyebabkan sisa lebih perhitungan angganan (SiLPA) tahun
sebelumnya harus digunakan dalam tahun berjalan;
c. Keadaan darurat;
d. Keadaan luar biasa.
2. Perubahan APBDesa hanya dapat dilakukan 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun
anggaran, kecuali dalam keadaan luar biasa.
3. Perubahan APBDesa terjadi bila pergeseran anggaran yaitu Pergeseran antar jenis
belanja dapat dilakukan dengan cara merubah peraturan Desa tentang APBDesa.
4. Penggunaan SilPA tahun sebelumnya dalam perubahan APBDesa, yaitu keadaan
yang menyebabkan sisa lebih perhitungan anggaran (SILPA) tahun sebelumnya harus
digunakan dalam tahun berjalan.
5. Pendanaan Keadaan Darurat.
a. Keadaan darurat sekurang-kurangnya memenuhi kriteria sebagai berikut :
1) Bukan merupakan kegiatan normal dan aktivitas pemerintah Desa dan tidak
dapat diprediksikan sebelumnya;
2) Tidak diharapkan terjadi secara berulang;
3) Berada diluar kendali dan pengaruh Pemerintah Desa;
4) Memiliki dampak yang signifikan terhadap anggaran dalam rangka pemulihan
yang disebabkan oleh keadaan darurat.
b. Dalam Keadaan Darurat, pemerintah desa dapat melakukan pengeluaran yang
belum tersedia anggarannya, yang selanjutnya diusulkan dalam rancangan
perubahan APBDesa.
c. Pendanaan keadaan darurat yang belum tersedia anggarannya sebagaimana
145
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
dimaksud pada angka 2 diatas, dapat menggunakan belanja tidak terduga.
d. Dalam hal belanja tidak terduga tidak mencukupi dapat dilakukan dengan cara :
1) Menggunakan dana dan hasil penjadwalan ulang kegiatan dalam tahun
anggaran berjalan, dan/atau
2) Memanfaatkan uang kas yang tersedia.
e. Pelaksanaan pengeluaran untuk mendanai kegiatan dalam keadaan darurat
terlebih dahulu ditetapkan dengan keputusan Kepala Desa.
6. Pendanaan Keadaan Luar Biasa.
a. Keadaan Luar Biasa

merupakan keadaan yang menyebabkan estimasi

penerimaan dan/atau pengeluaran dalam APBDesa mengalami kenaikan atau


penurunan lebih besar dan 50% (lima puluh persen);
b. Persentase 50% (dua puluh persen) sebagaimana dimaksud pada angka 1 di atas
merupakan selisih kenaikan atau penurunan antara pendapatan dan belanja
dalam APBDesa;
c. Dalam hal kejadian luar biasa yang menyebabkan estimasi penerimaan dalam
APBDesa mengalami peningkatan lebih dan 50% (lima puluh persen), dapat
dilakukan penambahan kegiatan baru dan/atau peningkatan capaian target kinerja
kegiatan dalam tahun anggaran berjalan;
d. Dalam hal kejadian luar biasa yang menyebabkan estimasi penerimaan dalam
APBDesa mengalami penurunan lebih dan 50% (lima puluh persen), maka dapat
dilakukan pengurangan capaian target kinerja kegiatan dalam tahun anggaran
berjalan.
7. Penyampaian dan Pembahasan Perubahan APBDesa.
a. Sekretaris Desa menyusun Rancangan Peraturan Desa tentang Perubahan APBDesa;
b. Sekretaris Desa menyampaikan rancangan Peraturan Desa tentang Perubahan
APBDesa kepada Kepala Desa untuk memperoleh persetujuan;
c. Kepala Desa menyampaikan rancangan Peraturan Desa

kepada BPD untuk

dibahas bersama dalam rangka memperoleh persetujuan bersama;


d. Penyampaian rancangan Peraturan Desa dilakukan setelah APBDesa tahun
berjalan dilaksanakan 6 (enam) bulan;
e. Persetujuan bersama antara Kepala Desa dan BPD dilakukan paling lambat 15
(lima belas) hari kerja terhitung sejak Kepala Desa menyampaikan rancangan
Peraturan Desa kepada BPD.
8. Evaluasi Perubahan APBDesa.
a. Rancangan Peraturan Desa tentang perubahan APBDesa yang telah disetujui
bersama sebelum ditetapkan oleh Kepala Desa paling lambat 3 (tiga) hari kerja
disampaikan kepada Bupati/Walikota untuk dievaluasi;
146
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
b. Hasil evaluasi Bupati/Walikota dituangkan dalam Peraturan Bupati/Walikota dan
disampaikan paling lama 20 (dua puluh) hari kerja kepada Kepala Desa;
c.

Apabila hasil evaluasi melampaui batas waktu, Kepala Desa dapat menetapkan
Rancangan Peraturan Desa tentang perubahan APBDesa menjadi Peraturan Desa;

d. Dalam hal Bupati/Walikota menyatakan hasil evaluasi Raperdes tentang perubahan


APBDesa tidak sesuai dengan kepentingan umum dari peraturan perundangundangan yang
lebih tinggi, Kepala Desa bersama BPD melakukan penyempurnaan
paling lama 7 (tujuh) hari kerja terhitung sejak diterimanya hasil evaluasi;
e. Apabila hasil evaluasi tidak ditindaklanjuti oleh Kepala Desa dan BPD, dan
Kepala
Desa tetap menetapkan Rancangan Peraturan Desa tentang perubahan APBDesa
menjadi Peraturan Desa, Bupati/Walikota membatalkan Peraturan Desa dimaksud
dan sekaligus menyatakan tidak diperkenankan melakukan perubahan APBDesa
dan tetap berlaku APBDesa tahun anggaran berjalan;
f.

Pembatalan Peraturan Desa dan pernyataan berlakunya APBDesa tahun


anggaran berjalan sebagaimana dimaksud pada angka 6 di atas ditetapkan
dengan Peraturan Bupati/Walikota;

g. Paling lama 7 (tujuh) hari kerja setelah pembatalan

Kepala Desa harus

memberhentikan pelaksanaan Peraturan Desa dan selanjutnya Kepala Desa


bersama BPD mencabut peraturan Desa dimaksud;
h. Pencabutan

peraturan

Desa

dilakukan

dengan

Peraturan Desa

tentang

Pencabutan Peraturan Desa tentang perubahan APBDesa.

VIII. PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN APBDES


A. Penetapan Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBDesa
1

Sekretaris

Desa

menyusun

Rancangan

Peraturan
Desa

tentang

Pertanggungjawaban pelaksanaan APBDesa serta rancangan keputusan Kepala


Desa tentang keterangan pertanggungjawaban Kepala Desa;
2

Sekretaris

Desa

menyampaikan

rancangan

Peraturan

Desa

tentang

Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBDesa serta rancangan Keputusan Kepala


Desa tentang keterangan pertanggungjawaban Kepala Desa kepada Kepala Desa
untuk memperoleh persetujuan;
3

Berdasarkan persetujuan Kepala Desa dengan BPD maka Rancangan Peraturan


Desa tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBDesa dapat ditetapkan
menjadi Peraturan Desa;

Jangka Waktu penyampaian dilakukan paling lambat 1 (satu) bulan setelah tahun
anggaran berakhir.
147
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
B. Penyampaian Laporan Pentanggungjawaban Pelaksanaan APBDesa
1. Kepala Desa

menyampaikan

Peraturan

Desa

tentang

pertanggung-

jawaban pelaksanaan APBDesa dan keputusan Kepala Desa tentang keterangan


pertanggungjawaban Kepala Desa kepada Bupati/Walikota melalui Camat.
2. Penyampaian peraturan desa dan keputusan Kepala Desa paling lambat 7 (tujuh)
hari kerja setelah Peraturan Desa ditetapkan.

148
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
Contoh Berita Acara Musrenbang Desa (RPJM–Desa dan RKP–Desa)

BERITA ACARA
MUSRENBANG DESA
(RPJM–DESA DAN RKP–DESA)
Berkaitan dengan rencana pelaksanaan Musrenbang Desa tahun ……. di Desa …………….…
Kecamatan ..…………….. Kabupaten/Kota …………….……….. Provinsi ………………. Dalam
rangka penyusunan dan pembahasan RPJM–DESA dan RKP–DESA, maka pada hari ini :
Hari dan Tanggal
Pukul
Tempat

: …………………………………………………….
: …………………………………………….………
: …………………………………………………….

Telah diselenggarakan Musrenbang Desa/Kelurahan yang dihadiri oleh wakil–wakil dari


kelompok, dusun dan tokoh masyarakat serta unsur lain yang terkait di desa
sebagaimana
tercantum dalam Daftar Hadir terlampir.
Materi atau topik yang dibahas dalam musyawarah ini serta yang bertindak selaku
unsur
pimpinan rapat dan narasumber adalah :
A.

Materi atau Topik


……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………

B.

Unsur Pimpinan Rapat dan Narasumber


Pemimpin Rapat : …………………………
Sekretaris/Notulis : .…………………..……
Narasumber
: 1 ……………..………
2. ……………..………
3..…………..…………
4..………………..……
5..…………………..…

dari ………………….……..
dari ………………….……..
dari …………………………
dari …………..……………..
dari …………………………
dari …………………………
dari …………………………

Setelah dilakukan pembahasan dan diskusi terhadap materi atau topik di atas
selanjutnya
seluruh peserta Musrenbang Desa menyetujui serta memutuskan beberapa hal yang
berketetapan menjadi Keputusan Akhir dari Musrenbang Desa yaitu :
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
Keputusan diambil secara: musyawarah mufakat/aklamasi dan pemungutan suara/voting.

149
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
Demikian berita acara ini dibuat dan disahkan dengan penuh tanggung jawab agar
dapat
dipergunakan sebagaimana mestinya.
………………, tanggal ……………………
Pimpinan Musrenbang

Notulis/Sekretaris

Mengetahui,
Kepala Desa

Mengetahui dan Menyetujui,


Wakil dari Peserta Musrenbang Desa
No.
1.
2.
3.
4.
5.

Nama

Alamat

Ttd.

Catatan :
*> coret yang tidak perlu

150
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
Contoh Peraturan Desa tentang RPJMDesa

LAMBANG
DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN …..


KECAMATAN …..
DESA …..
Jalan …………………… 7, Telepon …………… Kode Pos ………

PERATURAN DESA .....


NOMOR ..... TAHUN 20.....
TENTANG
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA TAHUN 20..... – 20.....
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
KEPALA DESA ..............,
Menimbang

: a. bahwa Sesuai dengan Bab XI Pasal 63 Peraturan Pemerintah Nomor 72


Tahun 2005, dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan desa disusun
perencanaan pembangunan desa sebagai satu kesatuan dalam sistem
perencanaan pembangunan daerah/kota;
b. bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Bab II Pasal 4 Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 66 Tahun 2007, tentang Perencanaan
Pembangunan Desa, dipandang perlu menetapkan Peraturan Desa tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa Tahun 20....-20....;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan
b perlu menetapkan Peraturan Desa Nomor …………………. Tahun 20...
tentang Rencana Pembangunan Jangka Menegah Desa Tahun 20....-20....;

Mengingat

: 1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan


Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4421);
2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tetang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437)
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Atas UdangUndang Nomor 32 Tahun
2004 tetang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 38, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4498) yang telah ditetapkan dengan
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4548);
3. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4438);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa (Lembaran
Negara Republik lndonesia Tahun 2005 Nomor 158, Tambahan
Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 4587);
5. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2006 tentang
151
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa

6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.

Pedoman Pembentukan dan Mekanisme Penyusunan Peraturan Desa;


Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 5 Tahun 2007 tentang Pedoman
Penataan Lembaga Kemasyarakatan;
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 7 Tahun 2007 tentang Kader
Pemberdayaan Masyarakat;
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 12 Tahun 2007 tentang
Pedoman Penyusunan dan Pendayagunaan Data Profil Desa/Kelurahan;
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2007 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa;
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 66 Tahun 2007 tentang
Perencanaan Pembangunan Desa;
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 67 Tahun 2007 tentang
Pendataan Program Pembangunan Desa/Kelurahan;
Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 414.2/1408/PMD, Tanggal 31
Maret 2010 Tentang Petunjuk Teknis Perencanaan Pembangunan Desa;
Peraturan Daerah Kabupaten ….., Nomor ….. Tahun 20… Tentang
Alokasi Dana Desa;
Dengan Persetujuan Bersama
BADAN PERMUSYAWARATAN DESA …..
dan
KEPALA DESA ……
MEMUTUSKAN:

Menetapkan

: PERATURAN DESA ............. TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN


JANGKA MENENGAH DESA TAHUN 20....-20....

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Desa ini yang dimaksud dengan :
1. Pemerintahan Desa adalah penyelenggara urusan pemerintahan oleh Pemerintah Desa
.......... dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD).
2. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa Desa .......... dan Perangkat Desa sebagai
unsur
penyelenggara Pemerintahan Desa.
3. Peraturan Desa adalah semua peraturan yang ditetapkan oleh Kepala Desa dengan
persetujuan bersama BPD.
4. Keputusan Kepala Desa Desa adalah semua keputusan yang bersifat mengatur dan
merupakan pelaksanaan dari peraturan desa dan kebijaksanaan Kepala Desa desa yang
menyangkut pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan.
5. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa yang selanjutnya disingkat RPJM Desa
adalah dokumen perencanaan Desa untuk periode 5 (lima) tahunan yang memuat arah
kebijakan pembangunan desa, arah kebijakan keuangan desa, kebijakan umum, program,
program Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), lintas SKPD dan program prioritas
kewilayahan, disertai dengan rencana kerja.
6. Rencana Kerja Pembangunan Desa yang selanjutnya disingkat RKP - Desa adalah
dokumen perencanaan untuk periode 1 (satu) tahun yang merupakan penjabaran
mempertimbangkan kerangka pendanaan yang dimuthakirkan, program prioritas
pembangunan desa, rencana kerja dan pendanaan serta perkiraan maju, baik yang
dilaksanakan langsung oleh pemerintah desa maupun yang ditempuh dengan mendorong
partisipasi masyarakat dengan mengacu kepada Rencana Kerja Pemerintah (RKP).
7. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat/Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa yang
selanjutnya
152
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
disingkat LPM/LKMD adalah lembaga yang dibentuk oleh masyarakat sesuai dengan
kebutuhan dan merupakan mitra pemerintah desa dalam memberdayakan masyarakat.
8. Kader Pemberdayaan Masyarakat yang selanjutnya disingkat KPM adalah anggota
masyarakat desa yang memiliki pengetahuan. Kemauan untuk menggerakkan masyarakat
berpartisipasi dalam pemberdayaan masyarakat dan pembangunan partisipatif.
9. Profil Desa adalah gambaran menyeluruh tentang karakter desa yang meliputi data
dasar
keluarga, potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, kelembagaan, prasarana dan
sarana serta perkembangan kemajuan dan permasalahan yang dihadapi desa.

(1)
(2)
(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

BAB II
TATA CARA PENYUSUNAN DAN PENETAPAN RPJM-DESA
Pasal 2
Rancangan RPJM-Desa dapat diajukan oleh pemerintah desa.
Dalam menyusun rancangan RPJM-Desa, pemerintah desa harus memperhatikan dengan
sungguh-sungguh aspirasi yang berkembang dimasyarakat yang diwadahi oleh LPM/LKMD.
Rancangan RPJM-Desa yang berasal dari pemerintah desa disampaikan oleh Kepala Desa
kepada pemangku kepentingan yaitu, LPM/LKMD, LK, PKK Desa, KPM, Tokoh Masyarakat
dan sebagainya.
Setelah menerima rancangan RPJM-Desa, pemerintah desa melaksanakan musrenbang
desa dengan mendengarkan penjelasan Kepala Desa tentang perencanaan
pembangunan desa.
Jika rancangan RPJM-Desa berasal dari pemerintah desa, maka pemerintah desa
mengundang LPM/LKMD, lembaga-lembaga kemasyarakan, tokoh agama dan tokoh
masyarakat dan lain lain untuk melakukan musrenbang desa membahas RPJM-Desa.
Setelah dilakukan Musrenbang Desa sebagimana dimaksud dalam ayat (4) dan (5), maka
pemerintah desa menyelenggarakan rapat paripurna yang dihadiri oleh BPD dan
Pemerintah Desa serta LPM/LKMD dan Lembaga Kemasyarakatan dalam acara penetepan
persetujuan BPD atas rancangan RPJM-Desa menjadi RPJ-Desa yang dituangkan dalam
Peraturan Desa.
Setelah mendapatkan persetujuan pemerintah desa sebagimana dimaksud dalam ayat (6),
maka Kepala Desa menetapkan RPJM-Desa, serta memerintahkan sekretaris desa atau
kepala urusan yang ditunjuk untuk mengundangkandalam lembaran desa.

BAB III
MEKANISME PENGAMBILAN KEPUTUSAN
PENETAPAN RPJM-DESA
Pasal 3
(1) Pemerintah Desa wajib mengembangkan nilai-nilai demokrasi para anggotanya untuk
mengambil keputusan yang dikoordinir oleh LPM/LKMD atau sebutan lain dalam Forum
Musrenbang Desa.
(2) Mekanisme pengambilan keputusan dalam forum Musrenbang Desa dalam perencanaan
pembangunan desa berdasarkan musyawarah mufakat.
BAB IV
SISTEMATIKA PENYUSUNAN RPJM-DESA
Pasal 4
(1) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa .......... Tahun 20…-20….
(2) Disusun dengan Sitematika sebagai berikut;
BAB I.
PENDAHULUAN
BAB II.
PROFIL DESA
BAB III.
POTENSI DAN MASALAH
BAB IV.
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA
BAB V.
PENUTUP
153
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa

(3) Isi Rencana Pembangunan Jangka Menegah Desa Tahun 2009-2013 merupakan landasan
dan pedoman bagi Pemerintah Desa dalam melaksanakan pembangunan dan merupakan
satu kesatuan dan bagian yang tak terpisahkan dari Peraturan Desa ini.
Pasal 5
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJM Desa) Tahun 20....-20.... merupakan
landasan dan pedoman bagi Pemerintah Desa, Badan Permusyawaratan Desa dan
masyarakat
dalam pelaksanaan pembangunan lima tahun.
Pasal 6
Berdasarkan Peraturan Desa ini disusun Rencana Kerja Pemerintahan Desa (RKP Desa)
yang
ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa dan merupakan penjabaran kegiatan dari RPJM
Desa yang selanjutnya disusun dalam APB Desa.
Pasal 7
Pelaksanaan Pembangunan dapat dilaksanakan tidak sesuai/mengalami perubahan dari
RPJM
desa karena ada kondisi bencana (force majeure).
BAB III
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 8
Hal – hal yang belum cukup diatur dalam peraturan RPJM – Desa ini akan diatur oleh
keputusan Kepala Desa.
Pasal 9
Peraturan Desa tentang RPJM – Desa ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang dapat mengetahui, memerintahkan pengundangan peraturan desa ini
dengan
menempatkannya dalam Lembaran Daerah.
Ditetapkan di …..
Pada tanggal …………… 20….
KEPALA DESA ……………..,

(NAMA)
Diundangkan di … (Nama Kab/Kota)
Pada Tanggal…
SEKRETARIS DAERAH … (Nama Kab/Kota)

(NAMA)
BERITA DAERAH … (Nama Kab/Kota) TAHUN… NOMOR…

154
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
Contoh Berita Acara Musrenbang Desa Penyusunan RKP–Desa

BERITA ACARA
MUSRENBANG DESA
DALAM PENYUSUNAN RKP–DESA
Berkaitan dengan rencana pelaksanaan Musrenbang Desa tahun ……. di Desa …………….…
Kecamatan ..…………….. Kabupaten/Kota …………….……….. Provinsi ……………. Dalam
rangka penyusunan dan pembahasan RKP–DESA, maka pada hari ini :
Hari dan Tanggal : …………………………………………………….
Pukul
: …………………………………………….………
Tempat
: …………………………………………………….
Telah diselenggarakan Musrenbang Desa yang dihadiri oleh wakil–wakil dari kelompok,
dusun
dan tokoh masyarakat serta unsur lain yang terkait di desa sebagaimana tercantum
dalam
Daftar Hadir terlampir.
Materi atau topik yang dibahas dalam musyawarah ini serta yang bertindak selaku
unsur
pimpinan rapat dan narasumber adalah :
A. Materi atau Topik
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
B. Unsur Pimpinan Rapat dan Narasumber
Pemimpin Rapat : ………………………… dari ………………….……..
Sekretaris/Notulis : .…………………..…… dari ………………….……..
Narasumber
: 1 …….……………….. dari …………………………
2. ……………..……… dari …………..……………..
3..…………..………… dari …………………………
4..………………..…… dari …………………………
5..…………………..… dari …………………………
Setelah dilakukan pembahasan dan diskusi terhadap materi atau topik di atas
selanjutnya
seluruh peserta Musrenbang Desa menyetujui serta memutuskan beberapa hal yang
berketetapan menjadi Keputusan Akhir dari Musrenbang Desa yaitu :
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
Keputusan diambil secara: musyawarah mufakat/aklamasi dan pemungutan suara/voting

155
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
Demikian berita acara ini dibuat dan disahkan dengan penuh tanggung jawab agar
dapat
dipergunakan sebagaimana mestinya.
…………………… , tanggal ……………………
Pimpinan Musrenbang

Notulis/Sekretaris

Mengetahui,
Kepala Desa

Mengetahui dan Menyetujui,


Wakil dari Peserta Musrenbang Desa
No.
1.
2.
3.
4.
5.

Nama

Alamat

Ttd.

Catatan :
*> coret yang tidak perlu

156
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
Contoh Keputusan Kepala Desa tentang RKPDesa

LAMBANG
DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN BARENG


KECAMATAN KLENGKENG
DESA LANGSEP
Jalan Raya Langsep Nomor 7, Telepon 0341-730745 Kode Pos 65116

KEPUTUSAN KEPALA DESA ……..


NOMOR : …………. TAHUN ………
TENTANG
RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DESA (RKP-DESA)
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
KEPALA DESA ………….,
Menimbang

: a. bahwa Pemerintah Desa wajib menyusun dokumen perencanaan


pembangunan desa berupa rencana kerja pembangunan desa (RKPDesa) yang merupakan
penjabaran rencana pembangunan jangka
menengah desa (RPJM-Desa);
b. bahwa RKP-Desa dilakukan melalui forum musyawarah perencanaan
pembangunan desa (Musrenbang Desa) setiap tahun berdasarkan
RPJM-Desa dan dukukuhkan secara resmi dengan Keputusan Kepala
Desa;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud daloam
huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Keputusan Kepala Desa tentang
RKP-Desa;

Mengingat

: 1. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2006, tentang


Pedoman Pembentukan dan Mekanisme Penyusunan Peraturan Desa;
2. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 5 Tahun 2007, tentang
Pedoman Penataan Lembaga Kemasyarakatan;
3. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 7 Tahun 2007, tentang Kader
Pemberdayaan Masyarakat;
4. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 12 Tahun 2007, tentang
Pedoman Penyusunan dan Pendayagunaan Data Profil Desa/Kelurahan;
5. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 66 Tahun 2007, tentang
Perencanaan Pembangunan Desa;
6. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 67 Tahun 2007, tentang
Pendataan Program Pembangunan Desa/Kelurahan;
7. Peraturan Desa ……………., Nomor : ………….. Tahun ………, tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJM-Desa)

157
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa

MEMUTUSKAN:
Menetapkan
KESATU

KEDUA
KETIGA

KEEMPAT
KELIMA

:
: Melaksanakan musyawarah perencanaan pembangunan desa dalam
menyusun RKP-Desa dan melaporkan kepada Bupati/walikota melalui
Kecamatan.
: RKP-Desa disusun berdasarkan RPJM-Desa 5 (lima) tahunan melalui
forum Musrenbang-Desa.
: Berita acara RKP-Desa ditandatangani oleh Pemerintahan Desa dan
LPM/LKMD atau dengan sebutan lain sebagai koordinator penyusunan
RKP-Desa.
: RKP-Desa merupakan bahan baku rencana kegiatan pembangunan di
Desa untuk/wajib diusulkan ke RKP-Daerah.
: Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di ………….
pada tanggal ………….
KEPALA DESA ………………,

( …………………………….)

158
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
LATIHAN 3
Buatlah Rincian APBDes dalam Raperdes desa anda !
LAMBANG
DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN …………..


KECAMATAN ...............
DESA ................
Jalan …………………… Nomor ….., Telepon ……………. Kode Pos …………..

PERATURAN DESA ..........


NOMOR ..... TAHUN 20....
TENTANG
ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA TAHUN ANGGARAN 20.....
DENGAN RAHMAT TUHAN YAG MAHA ESA
KEPALA DESA ...............,
Menimbang

: bahwa dalam rangka pelaksanaan ketentuan Pasal 16 ayat 1


Peraturan Bupati/Walikota ………. Nomor …… Tahun 20….. tentang
Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa,
perlu ditetapkan Peraturan Desa tentang Anggaran Pendapatan dan
Belanja Desa Tahun Anggaran 20…..;

Mengingat

: 16. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tetang Pajak Daerah dan


Reribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1997 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3685) sebagaimana telah diubah denga Undang-Undang
Nomor 34 Tahun 2000 (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2000 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4048);
17. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tetang Penyelenggaraan
Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851);
18. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tetang Pembentukan
Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4389);
19. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tetang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005
tentang Perubahan Atas Udang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
tetang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2005 Nomor 38, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4498) yang telah ditetapkan dengan
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 (Lembaran Negara
159
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa

Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan


Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548);
20. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);
21. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 tentang Pajak
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001
Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4138);
22. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001
Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4139);
23. Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2005 tentang Hibah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 139,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4577);
24. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2001 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4578);
25. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 158,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4587);
26. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang
Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13
Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;
27. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2007 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa;
28. Peraturan Daerah Kabupaten Bareng Nomor 30 Tahun 20...
tentang Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Desa Tahun Anggaran 20... (Lembaran Daerah
Kabupaten Bareng Tahun 2008 Nomor 30).
Dengan Persetujuan Bersama
BADAN PERMUSWARATAN DESA ..........
dan
KEPALA DESA ............
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN DESA NOMOR .... TAHUN 20... TENTANG
ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA TAHUN
ANGGARAN 20...
Pasal 1
Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa Langsep Tahun Anggaran 20… adalah sebagai
berikut :
1. Pendapatan Desa
Rp. 606.400.000,00
2. Belanja Desa
Rp. 610.400.000,00 (-)
Surplus/defisit
Rp.
4.000.000,00
3. Pembiayaan Desa
a. Penerimaan
Rp. 147.321.000,00
160
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
b. Pengeluaran

Rp.

4.000.000,00 (-)
Pembiayaan Netto
Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun sebelumnya

Rp.
Rp.

143.321.000,00

(-)

Pasal 2
(1) Pendapatan Desa sebagaimana dimaksud pasal 1 terdiri dari :
a. Pendapatan Asli Desa Rp. 88.565.000,00
b. Bagi Hasil Pajak Rp. 4.000.000,00
c. Bagian Dana Perimbangan Pusat dan Daerah Rp. 429.575.000,00
d. Bantuan Keuangan Pemeritnah, Pemerintah Provinsi, Kota dan Desa lainnya Rp.
85.800.000,00
e. Lain-lain Pendapatan Asli Desa yang sah Rp. 6.460.000,00
(2) Pendapatan Asli Desa sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf a terdiri dari :
a. Hasil Usaha Desa Rp. 8.840.000,00
b. Hasil Pengelolaan Kekayaan Desa Rp. 24.975.000,00
c. Hasil Swadaya dan Partisipasi Rp. 20.000.000,00
d. Hasil Gotong-royong Rp. 22.000.000,00
e. Hasil Pungutan Desa Rp. 4.750.000,00
(3) Bagi Hasil Pajak sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf b terdiri dari :
a. Bagi Hasil PBB Rp. 4.000.000,00
(4) Bagian Dana Perimbangan Pusat dan Daerah sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf c
terdiri dari :
a. ADD untuk Program Pemberdayaan Rp. 289.575.000,00
b. ADD untuk Program Penyelenggaraan Pemerintahan Desa Rp. 115.000.000,00
c. Program LINMAS Rp. 25.000.000,00
(5) Bantuan Keuangan Pemeritnah, Pemerintah Provinsi, Kota dan Desa lainnya
sebagaimana
dimaksud ayat (1) huruf d terdiri dari :
a. Bantuan Keuangan Pemerintah Kota Rp. 85.800.000,00
(6) Lain-lain Pendapatan Asli Desa sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf e terdiri
dari :
a. Sumbangan RKL Rp. 3.960.000,00
b. Sumbangan PHBN Rp. 2.500.000,00
Pasal 3

(1) Belanja Desa sebagaimana dimaksud Pasal 1 terdiri dari :


a. Belanja Langsung Rp. 474.750.000,00
b. Belanja Tidak Langsung Rp. 135.650.000,00
(2) Belanja Langsung sebagaimana dimaksud ayat (1) terdiri dari :
a. Belanja Pegawai Rp. 13.200.000,00
b. Belanja Barang/Jasa Rp. 50.015.000,00
c. Belanja Modal Rp. 25.000.000,00
d. Program Prasarana Dasar Lingkungan Rp. 77.900.000,00
e. Program Ekonomi Produktif Rp. 115.825.000,00
f. Program Sosial Kemasyarakatan Rp. 76.450.000,00
g. Program Kelembagaan Rp. 69.400.000,00
h. Belanja Kegiatan PHBN dan Adat Desa Rp. 12.000.000,00
i. Belanja Operasional LINMAS Rp. 25.000.000,00
j. Biaya Kunjungan Kerja Antar Daerah Rp. 6.000.000,00
k. Biaya Operasional SATLAK K-3 Rp. 3.960.000,00
(3) Belanja Tidak Lagsung sebagaimana dimaksud ayat (2) terdiri dari :
a. Belanja Pegawai Rp. 130.000.000,00
b. Belanja Tak Terduga Rp. 5.000.000,00
161
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa

Pasal 4

(1) Pembiayaan Desa sebagaimana dimaksud Pasal 1 terdiri dari :


a. Penerimaan sejumlah Rp. 147.321.000,00
b. Pengeluaran sejumlah Rp. 4.000.000,00
(2) Penerimaan sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf a terdiri dari jenis
pembiayaan :
a. Dana Cadangan Rp. 135.000.000,00
b. Bunga Dana Cadangan Rp. 12.321.000,00
(3) Pengeluaran sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf b terdiri dari jenis pembiayaan
:
a. Pembayaran Hutang Rp. 4.000.000,00
Pasal 5

Uraian lebih lanjut Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa sebagaimana Pasal 1,
tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
Peraturan Desa ini.
Pasal 6

Peraturan Desa ini berlaku sejak ditetapkan.


Agar semua orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan
Desa ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah.
Ditetapkan di Desa ………….
pada tanggal ………………….. 20….
KEPALA DESA ………….,

……………………
Diundangkan di Kabupaten …………..
pada tanggal ................. 20....
SEKRETARIS DAERAH
KABUPATEN …………..,

……………..
BERITA DAERAH KABUPATEN ………. TAHUN 20…. NOMOR …..

162
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
Lampiran

Peraturan Desa Langsep


Nomor : ........................
Tanggal : ........................
Tentang : ........................

RINCIAN
ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA
DESA LANGSEP KECAMATAN KLENGKENG

TAHUN ANGGARAN 20…


KODE
REKENING
1
1.
1.1
1.1.1
1.1.1.1
1.1.1.2
1.1.2
1.1.2.1
1.1.2.2
1.1.2.3
1.1.3
1.1.4
1.1.5
1.1.5.1
1.1.5.2
1.1.5.3
1.1.5.4
1.2
1.2.1
1.3
1.3.1
1.3.2
1.4
1.4.1
1.5
1.5.1
1.5.2
2
2.1
2.1.1
2.1.1.1
2.1.1.2
2.1.1.3
2.1.1.4
2.1.2
2.1.2.1
2.1.2.2
2.1.2.3

URAIAN
2
PENDAPATAN
Pendapatan Asli Desa
Hasil Usaha Desa
PAM Desa
Polindes 12 bl x 50.000
Hasil Pengelolaan Kekayaan Desa
Tanah Kas Desa
Pasar Desa
Sewa Balai Desa 56 mgg x 178.125
Hasil Swadaya dan Partisipasi Masyarakat
Hasil Gotong Royong
Pungutan Desa
Pungutan Administrasi Pernikahan 25 x 30.000
Pungutan Rekomendasi IMB 10 x 100.000
Pungutan/Retribusi Hotel/Losmen 20 x 20.000
Pungutan Rekomendasi Ijin Keramaian
Bagi Hasil Pajak
Upah Pungutan PBB
Bagian Dana Perimbangan Pusat dan Daerah
ADD Kegiatan Pemerintahan
ADD Kegiatan Pemberdayaan
Bantuan Keuangan Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Kota dan
Desa lainnya
Bantuan Keuangan Pemerintah Kota
Tunjangan Kepala Desa dan Perangkat Desa
Lain-lain Pendapatan Asli Desa yang Sah
Sumbangan RKL
Sumbangan Selamatan Desa
JUMLAH PENDAPATAN
BELANJA
Belanja Langsung
Belanja Pegawai
Honorarium Kepala Desa 1 x 12 x 300.000
Honorarium PTPKD 1 x 12 x 200.000
Honorarium Bendahara Desa 1 x 12 x 200.000
Honorarium Karyawan Desa 4 x 12 x 100.000
Belanja Barang dan Jasa
Belanja Alat Tulis Kantor Sekretariat Desa
Belanja Jasa Komunikasi, Sumber Daya Air dan Listrik
Belanja Jasa Perbaikan Peralatan Kerja
JUMLAH
Pindahan

TAHUN
SEBELUMNYA
3

8.240.000
607.000
15.000.000
9.975.000
20.000.000
30.000.000

TAHUN
BERJALAN
4
88.565.000
8.840.000
8.240.000
600.000
24.975.000
15.000.000

850.000
100.000
3.480.000
100.000

9.975.000
20.000.000
30.000.000
4.750.000
750.000
100.000
3.500.000
400.000

3.096.000

4.000.000

115.000.000
324.675.000

115.000.000
289.575.000

52.800.000

85.800.000

2.400.000
4.500.000
615.823.000

3.960.000
2.500.00
614.400.00

2.400.000
1.800.000
1.800.000
4.800.000
8.200.000
3.667.150
1.500.000
22.367.150
22.367.150

KET.
5

PAD
PAD

ADD
ADD
13.200.000
3.600.000
2.400.000
2.400.000
4.800.000
50.015.000
7.500.000
3.750.000
2.000.000
24.450.000
24.450.000

163
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
KODE
REKENING
1
2.1.2.4
2.1.2.5
2.1.2.6
2.1.2.7
2.1.2.8
2.1.2.9
2.1.2.10
2.1.2.11
2.1.2.12
2.1.2.13
2.1.2.14
2.1.3
2.1.3.1
2.1.3.2
2.1.4
2.1.4.1
2.1.4.2
2.1.4.3
2.1.4.4
2.1.4.5
2.1.4.6
2.1.4.7
2.1.5
2.1.5.1
2.1.5.2
2.1.5.3
2.1.5.4
2.1.6
2.1.6.1
2.1.6.2
2.1.6.3
2.1.6.4
2.1.6.5
2.1.6.6
2.1.6.7
2.1.6.8
2.1.6.9
2.1.6.10
2.1.6.11
2.1.7
2.1.7.1
2.1.7.2
2.1.7.3
2.1.7.4
2.1.7.5
2.1.7.6
2.1.7.7
2.1.7.8
2.1.7.9
2.1.7.10
2.1.7.11
2.1.7.12

URAIAN
2
Belanja Peralatan dan Perlengkapan Kantor
Belanja Rapat dan Koordinasi
Belanja Makanan dan Minuman
Belanja Pakaian Dinas dan Perlengkapannya
Belanja Pakaian Batik 10 x 165.000
Belanja Pejalanan Dinas Kepala Desa
Belanja Pejalanan Dinas Sekretaris Desa
Biaya Perjalanan Dinas Kepala Urusan
Biaya Perjalanan Dinas Kepala Dusun 4 dusun
Biaya Perjalanan Lainnya
Belanja Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur
Belanja Modal
Belanja Sound System 1 unit
Belanja Taplak 15 x 100.000
Program Prasarana Dasar Lingkungan
Pembangunan Rabatan Jalan
Pembangunan Pos Kamling 10 x 1.000.000
Pembangunan Drainase dan Selokan
Pembangunan Plengsengan
Pembangunan Masjid 2 masjid x 4.000.000
Pembelian Mobil Pengangkut Sampah
Pembuatan Tempat Sampah 49 x 100.000
Program Ekonomi Produktif
Dana Revolving (Simpan Pinjam)
Home Industri (Industri Rumah Tangga)
Program Pemberdayaan Fakir Miskin
Sembako Gratis bagi Keluarga Miskin
Program Sosial Kemasyarakatan
Bantuan Kelompok Kerukunan Kematian
Bantuan Pembinaan Seni dan Budaya
Bantuan Perbaikan Rumah Tidak Layak Huni
Pembinaan Pemuda dan Olah Raga
Lomba Desa
Insentif Karang Taruna 12 x 250.000
BOP dan ATK Karang Taruna
Pemberdayaan Kelompok Usaha Karang Taruna 2 plthn x 5.000.000
BOP PAUD dan TPQ
Kegiatan Bulan Kerja Bakti Gotong Royong 1 x 3.000.000
Perhitungan Kerja Bakti Gotong Royong
Program Kelembagaan
BOP LPMD dan Insentif
BOP RW/RT
Perencanaan, Pelaksanaan, Pelaporan Kegiatan oleh PJAK
Insentif Tim Fasilitasi Desa
Insentif PKK Desa
BOP PKK Desa
Insentif PKK untuk Pokja 1,2,3,4
BOP dan ATK RW PKK Pokja 1,2,3,4
BOP PKK RW 1 sampai 8
Insentif Kelompok Yandu Balita/Lansia 12 x 375.000
BOP Kelompok Yandu Balita/Lansia
Biaya ATK PKK Desa
JUMLAH

TAHUN
SEBELUMNYA
3
6.000.000
1.500.000
5.045.000
1.925.000
1.200.000
1.000.000
750.000
450.000
1.000.000
18.000.000

2.250.000
30.000.000
7.500.000
12.500.000
27.000.000

26.462.000
24.350.000
40.587.500
6.000.000
2.000.000
6.000.000
3.715.000
1.000.000
3.000.000
2.000.000
10.000.000
3.000.000
3.000.000
30.000.000
10.000.000
11.550.000
5.000.000
11.000.000
3.000.000
4.000.000
3.000.000
2.000.000
8.000.000
5.000.000
3.000.000
2.000.000

TAHUN
BERJALAN
4

KET.
5

1.500.000
7.500.000
1.790.000
1.925.000
1.650.000
1.200.000
1.000.000
750.000
450.000
1.000.000
18.000.000
25.000.000
23.500.000
1.500.000
77.900.000
15.000.000
10.000.000
22.000.000
8.000.000
8.000.000
10.000.000
4.900.000
115.825.000
40.137.500
18.187.500
50.000.000
7.500.000
76.450.000
4.500.000
6.000.000
9.500.000
4.000.000
1.000.000
3.000.000
2.000.000
10.000.000
3.450.000
3.000.000
30.000.000
69.400.000
10.000.000
11.150.000
4.000.000
10.000.000
2.000.000
2.000.000
4.000.000
1.000.000
6.000.000
4.500.000
2.250.000
1.000.000

164
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
KODE
REKENING
1
2.1.7.13
2.1.7.14
2.1.7.15
2.1.8
2.1.9
2.2
2.2.1
2.2.1.1
2.2.1.2
2.2.1.3
2.2.1.4
2.2.1.5
2.2.1.6
2.2.1.7
2.2.1.8
2.2.1.9
2.2.2

3
3.1
3.1.1
3.1.2
3.1.3
3.2
3.2.1

TAHUN
SEBELUMNYA
3

URAIAN
2
Pindahan
Insentif Pengurus UPK dan BUMDes
Studi Banding
Biaya Lain-lain (Rapat, Transportasi, Konsumsi)
Belanja Kegiatan PHBN dan Adat Desa
Biaya Kunjungan Kerja Antar Daerah
Belanja Tidak Langsung
Belanja Pegawai
Penghasilan Kepala Desa 1 x 12 x 250.000
Penghasilan Sekretaris Desa 1 x 12 x 150.000
Penghasilan Kepala Urusan 5 x 12 x 70.000
Penghasilan Kepala Dusun 4 x 12 x 125.000
Honorarium dan Operasional BPD
Tunjangan Kesejahteraan Kepala Desa 1 x 12 x 1.000.000
Tunjangan Kesejahteraan Sekretaris Desa 1 x 12 x 750.000
Tunjangan Kesejahteraan Kepala Urusan
Tunjangan Kesejahteraan Kepala Dusun
Belanja Tidak Terduga
JUMLAH BELANJA
PEMBIAYAAN
Penerimaan Pembiayaan
Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SILPA) tahun sebelumnya.
Dana Cadangan
Bunga Dana Cadangan
Pengeluaran Pembiayaan
Pembayaran Hutang
JUMLAH PEMBIAYAAN

TAHUN
BERJALAN
4

1.585.000
7.500.000
2.000.000
10.000.000
25.000.000

4.000.000
6.000.000
1.500.000
12.000.000
25.000.000

3.000.000
1.800.000
4.200.000
6.000.000
15.000.000
8.400.000
6.000.000
19.200.000
19.200.000
19.850.000
526.088.150

3.000.000
1.800.000
4.200.000
6.000.000
15.000.000
12.000.000
9.000.000
32.400.000
32.400.000
19.850.000
610.400.000

KET.
5

147.321.000
828.850
135.000.000
3.546.000

139.374.850

135.000.000
12.321.000
4.000.000
4.000.000
143.321.000

Langsep, tanggal …………… 20…


KEPALA DESA LANGSEP,

……………………………….

165
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
Contoh: SK BPD ttg Persetujuan BPD terhadap APBDes
PEMERINTAH KABUPATEN ………………
KECAMATAN ……………
BADAN PERMUSYAWARATAN DESA …………….
KEPUTUSAN
BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD)
DESA …………. KECAMATAN ……….
NOMOR : …………….
TENTANG
PERSETUJUAN BPD ………….. KECAMATAN …………
TERHADAP PERATURAN DESA TENTANG APBDES DESA ………..
TAHUN ANGGARAN 20….
BADAN PERMUSYAWARATAN DESA …………….,

Menimbang

: d. bahwa dalam rangka pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten


….. Nomor …….. Tahun 20…. tentang ……………., Pemerintah
Desa ….. telah menyampaikan Rancangan Peraturan Desa ………
tentang APBDes untuk dibahas dalam Rapat Badan
Permusyawaratan Desa guna mendapatkan persetujuan;
e. bahwa Rancangan Peraturan Desa sebagaimana dimaksud dalam
huruf a diatas, telah dibahas oleh Badan Permusyawaratan Desa
(BPD) Desa …………. Sesuai tata tertib dan telah disetujui untuk
disahkan menjadi Peraturan Desa;
f. bahwa untuk itu perlu memberikan persetujuan terhadap
Rancangan Peraturan Desa dengan Keputusan Badan
Permusyawaratan Desa;

Mengingat

: 1. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tetang Pajak Daerah dan


Reribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997
Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3685) sebagaimana telah diubah denga Undang-Undang Nomor 34
Tahun 2000 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000
Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4048);
2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tetang Penyelenggaraan
Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851);
3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tetang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor
125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4437) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang
Perubahan Atas Udang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tetang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2005 Nomor 38, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4498) yang telah ditetapkan dengan UndangUndang Nomor 8 Tahun 2005
(Lembaran Negara Republik
166
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa

Indonesia Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara


Republik Indonesia Nomor 4548);
4. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);
5. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tetang Pembentukan
Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2011 Nomor 82);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 tentang Pajak
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor
118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4138);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor
119, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4139);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2005 tentang Hibah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 139,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4577);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2001 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005
Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4578);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 158,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4587);
11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2006 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa;
12. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang
Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun
2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah yang telah
dirubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun
2011 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah;
13. Peraturan Daerah Kabupaten …….. Nomor .... Tahun 20….
tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten
…….. Tahun Anggaran 20…. (Lembaran Daerah Kabupaten ……..
Tahun 20…. Nomor .......).
MEMUTUSKAN:
Menetapkan :
Pertama
: Menyetujui Rancangan Peraturan Desa ………. Nomor ….. Tahun
20…. Tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa)
Desa …… Tahun Anggaran 20…., sebesar Rp. …………… yang terdiri
atas :
d. Anggaran Pendapatan
:
Rp.
e. Anggaran Belanja
167
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa

- Belanja Langsung
: Rp.
- Belanja Tidak Langsung : Rp.

Kedua

Rp.
f. Pembiayaan
:
Rp.
: Surat Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan, dengan
ketentuan apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan, maka akan
diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di ..........................
pada tanggal ..........................
KETUA BPD ..........................

...............................

168
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
IX.

PENUTUP
2. Selama ini keuangan Desa ditopang dengan 2 (dua) sumber utama, yakni Pendapatan
Asli Desa (pungutan, hasil kekayaan Desa, gotong royong dan swadaya masyarakat)
serta bantuan dari pemerintah (termasuk ADD salah satu sumber pendapatan Desa).
3. Perencanaan Desa merupakan system yang terpadu dan dibuat system budgeter
(budgetary system) di Desa melalui skema APBDes.
4. Pengelolaan APBDes, meliputi : (a) perencanaan dan penganggaran; (b) pelaksanaan
dan penatausahaan; (c) pelaporan dan pertanggungjawaban; dan (d) pengawasan
keuangan desa.
5. Perencanaan APBDes melalui pembahasan bersama oleh Kepala Desa dan BPD yang
penggunaanya dikelola secara bertanggungjawab oleh Pemerintah Desa.
6. Anggaran lain masuk desa, berupa proyek sektor yang anggarannya tidak menyatu
dengan sistem perencanaan dan APBDes menggunakan birokrasi tersendiri.

1
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
CONTOH
RENCANA PENGGUNAAN DANA (RPD)
ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA LANGSEP TAHUN ANGGARAN 20…

DESA
KECAMATAN
KABUPATEN/KOTA
PROVINSI
N
O
1
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45

KODE
REKENING
2
2
2.1
2.1.1
2.1.1.1
2.1.1.2
2.1.1.3
2.1.1.4
2.1.2
2.1.2.1
2.1.2.2
2.1.2.3
2.1.2.4
2.1.2.5
2.1.2.6
2.1.2.7
2.1.2.8
2.1.2.9
2.1.2.10
2.1.2.11
2.1.2.12
2.1.2.13
2.1.2.14
2.1.3
2.1.3.1
2.1.3.2
2.1.4
2.1.4.1
2.1.4.2
2.1.4.3
2.1.4.4
2.1.4.5
2.1.4.6
2.1.4.7
2.1.5
2.1.5.1
2.1.5.2
2.1.5.3
2.1.5.4
2.1.6
2.1.6.1
2.1.6.2
2.1.6.3
2.1.6.4
2.1.6.5
2.1.6.6

:
:
:
:

LANGSEP
KLENGKENG
BARENG
JAWA TIMUR

URAIAN
3
BELANJA
Belanja Langsung
Belanja Pegawai
Honorarium Kepala Desa 1 x 12 x 300.000
Honorarium PTPKD 1 x 12 x 200.000
Honorarium Bendahara Desa 1 x 12 x 200.000
Honorarium Karyawan Desa 4 x 12 x 100.000
Belanja Barang dan Jasa
Belanja Alat Tulis Kantor Sekretariat Desa
Belanja Jasa Komunikasi, Sumber Daya Air dan Listrik
Belanja Jasa Perbaikan Peralatan Kerja
Belanja Peralatan dan Perlengkapan Kantor
Belanja Rapat dan Koordinasi
Belanja Makanan dan Minuman
Belanja Pakaian Dinas dan Perlengkapannya
Belanja Pakaian Batik 10 x 165.000
Belanja Pejalanan Dinas Kepala Desa
Belanja Pejalanan Dinas Sekretaris Desa
Biaya Perjalanan Dinas Kepala Urusan
Biaya Perjalanan Dinas Kepala Dusun 4 dusun
Biaya Perjalanan Lainnya
Belanja Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur
Belanja Modal
Belanja Sound System 1 unit
Belanja Taplak 15 x 100.000
Program Prasarana Dasar Lingkungan
Pembangunan Rabatan Jalan
Pembangunan Pos Kamling 10 x 1.000.000
Pembangunan Drainase dan Selokan
Pembangunan Plengsengan
Pembangunan Masjid 2 masjid x 4.000.000
Pembelian Mobil Pengangkut Sampah
Pembuatan Tempat Sampah 49 x 100.000
Program Ekonomi Produktif
Dana Revolving (Simpan Pinjam)
Home Industri (Industri Rumah Tangga)
Program Pemberdayaan Fakir Miskin
Sembako Gratis bagi Keluarga Miskin
Program Sosial Kemasyarakatan
Bantuan Kelompok Kerukunan Kematian
Bantuan Pembinaan Seni dan Budaya
Bantuan Perbaikan Rumah Tidak Layak Huni
Pembinaan Pemuda dan Olah Raga
Lomba Desa
Insentif Karang Taruna 12 x 250.000
JUMLAH

ANGGARAN
( RP )
4
474,750,000
13,200,000
3,600,000
2,400,000
2,400,000
4,800,000
50,015,000
7,500,000
3,750,000
2,000,000
1,500,000
7,500,000
1,790,000
2,500,000
1,650,000
1,200,000
1,000,000
750,000
450,000
1,000,000
18,000,000
25,000,000
23,500,000
1,500,000
102,900,000
25,000,000
10,000,000
22,000,000
18,000,000
8,000,000
15,000,000
119,785,000
40,137,500
18,187,500
50,000,000
11,460,000
76,450,000
4,500,000
6,000,000
9,500,000
4,000,000
1,000,000
3,000,000

TAHAP I
(Rp)
5

TAHAP II
(Rp)
6

1,800,000
1,200,000
1,200,000
2,400,000

1,800,000
1,200,000
1,200,000
2,400,000

3,750,000
1,875,000
1,000,000
750,000
3,750,000
895,000
1,250,000
825,000
600,000
500,000
375,000
225,000
500,000
9,000,000

3,750,000
1,875,000
1,000,000
750,000
3,750,000
895,000
1,250,000
825,000
600,000
500,000
375,000
225,000
500,000
9,000,000

11,750,000
750,000

11,750,000
750,000

12,500,000
5,000,000
11,000,000
9,000,000
4,000,000
7,500,000

12,500,000
5,000,000
11,000,000
9,000,000
4,000,000
7,500,000

59,892,500
20,068,750
9,093,750
25,000,000
5,730,000

59,892,500
20,068,750
9,093,750
25,000,000
5,730,000

2,250,000
3,000,000
4,750,000
2,000,000
500,000
1,500,000

2,250,000
3,000,000
4,750,000
2,000,000
500,000
1,500,000

JUMLAH
(Rp)
7
474,750,000
13,200,000
3,600,000
2,400,000
2,400,000
4,800,000
50,015,000
7,500,000
3,750,000
2,000,000
1,500,000
7,500,000
1,790,000
2,500,000
1,650,000
1,200,000
1,000,000
750,000
450,000
1,000,000
18,000,000
25,000,000
23,500,000
1,500,000
102,900,000
25,000,000
10,000,000
22,000,000
18,000,000
8,000,000
15,000,000
119,785,000
40,137,500
18,187,500
50,000,000
11,460,000
76,450,000
4,500,000
6,000,000
9,500,000
4,000,000
1,000,000
3,000,000
2
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
N
O
1

KODE
REKENING
2

46
47

2.1.6.7
2.1.6.8

48

2.1.6.9
2.1.6.10

49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
69
71
72
73
74
75
76
78
79
80
81
82

2.1.6.11
2.1.7
2.1.7.1
2.1.7.2
2.1.7.3
2.1.7.4
2.1.7.5
2.1.7.6
2.1.7.7
2.1.7.8
2.1.7.9
2.1.7.10
2.1.7.11
2.1.7.12
2.1.7.13
2.1.7.14
2.1.7.15
2.1.8
2.1.9
2.2
2.2.1
2.2.1.1
2.2.1.2
2.2.1.3
2.2.1.4
2.2.1.5
2.2.1.6
2.2.1.7
2.2.1.8
2.2.1.9
2.2.2

ANGGARAN
( RP )
4

URAIAN
3
PINDAHAN
BOP dan ATK Karang Taruna
Pemberdayaan Kelompok Usaha Karang Taruna 2
plthn x 5.000.000
BOP PAUD dan TPQ
Kegiatan Bulan Kerja Bakti Gotong Royong 1 x
3.000.000
Perhitungan Kerja Bakti Gotong Royong
Program Kelembagaan
BOP LPMD dan Insentif
BOP RW/RT
Perencanaan, Pelaksanaan, Pelaporan Kegiatan
oleh PJAK
Insentif Tim Fasilitasi Desa
Insentif PKK Desa
BOP PKK Desa
Insentif PKK untuk Pokja 1,2,3,4
BOP dan ATK RW PKK Pokja 1,2,3,4
BOP PKK RW 1 sampai 8
Insentif Kelompok Yandu Balita/Lansia 12 x 375.000
BOP Kelompok Yandu Balita/Lansia
Biaya ATK PKK Desa
Insentif Pengurus UPK dan BUMDes
Studi Banding
Biaya Lain-lain (Rapat, Transportasi, Konsumsi)
Belanja Kegiatan PHBN dan Adat Desa
Biaya Kunjungan Kerja Antar Daerah
Belanja Tidak Langsung
Belanja Pegawai
Penghasilan Kepala Desa 1 x 12 x 250.000
Penghasilan Sekretaris Desa 1 x 12 x 150.000
Penghasilan Kepala Urusan 5 x 12 x 70.000
Penghasilan Kepala Dusun 4 x 12 x 125.000
Honorarium dan Operasional BPD
Tunjangan Kesejahteraan Kades 1 x 12 x 1.000.000
Tunjangan Kesejahteraan Sekdes 1 x 12 x 750.000
Tunjangan Kesejahteraan Kepala Urusan
Tunjangan Kesejahteraan Kepala Dusun
Belanja Tidak Terduga
JUMLAH
JUMLAH TOTAL

TAHAP I
(Rp)
5

TAHAP II
(Rp)
6

JUMLAH
(Rp)
7

2,000,000

1,000,000

1,000,000

2,000,000

10,000,000

5,000,000

5,000,000

10,000,000

3,450,000

1,725,000

1,725,000

3,450,000

3,000,000

1,500,000

1,500,000

3,000,000

30,000,000
69,400,000
10,000,000
11,150,000

15,000,000

15,000,000

5,000,000
5,575,000

5,000,000
5,575,000

30,000,000
69,400,000
10,000,000
11,150,000

4,000,000

2,000,000

2,000,000

4,000,000

10,000,000
2,000,000
2,000,000
4,000,000
1,000,000
6,000,000
4,500,000
2,250,000
1,000,000
4,000,000
6,000,000
1,500,000
12,000,000
6,000,000
135,650,000
130,650,000

5,000,000
1,000,000
1,000,000
2,000,000
500,000
3,000,000
2,250,000
1,125,000
500,000
2,000,000
3,000,000
750,000
6,000,000
3,000,000
5,000,000
1,000,000
1,000,000
2,000,000
500,000
3,000,000
2,250,000
1,125,000
500,000
2,000,000
3,000,000
750,000
6,000,000
3,000,000

65,325,000

65,325,000

10,000,000
2,000,000
2,000,000
4,000,000
1,000,000
6,000,000
4,500,000
2,250,000
1,000,000
4,000,000
6,000,000
1,500,000
12,000,000
6,000,000
135,650,000
130,650,000

5,000,000

2,500,000

2,500,000

5,000,000

Terbilang : ………………………………………… (……………………………………………….)


............,
........................... 20...
Pelaksana Teknis Pengelola
Keuangan Desa (PTPKD)

Bendahara Desa Langsep,

………………………….

………………………….
Mengetahui
Kepala Desa Langsep,
………………………….
3
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
LATIHAN 1
Susunlah Daftar Usulan Rencana Kegiatan Pembangunan Desa, berikut !
(Sesuai dengan desa anda)

DAFTAR USULAN RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN DESA


(DU-RKP-DESA)
TAHUN : …………. / …………
DESA
KECAMATAN
KABUPATEN/KOTA
PROVINSI

: …………………………
: …………………………
: …………………………
: …………………………

I. Bahwa dalam rangka pemberdayaan masyarakat desa guna meningkatkan kemandirian


masyarakat sesuai hasil Musrenbang Desa dan telah ditetapkan melalui keputusan Desa
Nomor : …………… tanggal …….. bulan ………. tahun………. tentang APB-Desa, maka
kegiatan pembangunan di Desa sebesar Rp. …………., sasaran penggunaannya adalah :

No
1
1.
2.
3.
4.
5.

Kegiatan
2
Kegiatan PKK serta Ibu dan Anak
Penguatan Kelembagaan
Kegiatan U E P
Pembangunan Sarana dan Prasarana
Dan seterusnya ……..
Jumlah

Sumber Pembiayaan (Rp. 000,-)


Swadaya
APBN APBD
Jumlah
Mitra III
3
4
5
6

Rp.

Rp.

Rp.

Rp.

Rincian untuk masing-masing kegiatan tersebut yang tertuang dalam DU-RKP-Desa


sebagaimana terlampir :
- Lampiran DU-RKP-Desa 1 : Kegiatan PKK serta Ibu dan Anak;
- Lampiran DU-RKP-Desa 2 : Penguatan Kelembagaan;
- Lampiran DU-RKP-Desa 3 : Kegiatan UEP;
- Lampiran DU-RKP-Desa 4 : Pembangunan Sarana dan Prasarana.
II. Bahwa kegiatan tersebut dikelola oleh masyarakat melalui wadah LPM/LKMD atau
sebutan
lain secara terbuka, tertib dan lancar serta dapat dipertanggungjawabkan, oleh
karena itu
perlu ditetapkan susunan Tim Pelaksana Kegiatannya, yang terdiri dari :
1.
2.
3.
4.

Kepala Desa (pemerintah desa)


Sekretaris Desa
LPM/LKMD
Bendahara Desa atau Bendahara
LPM/LKMD

: Pembina dan pengendali


: Penanggungjawab pelaksana kegiatan
: Ketua pelaksana kegiatan
: Bendahara

4
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
III. Bahwa DU-RKP-Desa yang telah disahkan sebagai dasar bank penyalur untuk
pemindahbukuan, bantuan kepada rekening giro Sekretaris Des sebagai
penanggungjawab pelaksanaan kegiatan. Selanjutnya pencairan dana dilaksanakan
secara bertahap sesuai dengan kebutuhan dan kesiapan swadaya masyarkat atau mitra
ketiga desa. Oleh Sekretaris Desa bersama-sama dengan bendahara.
………., ………….., 20….
Mengetahui :
Kepala Desa,
Pembina dan Pengendali

Sekretaris Desa,
Penanggungjawab Pelaksanaan Kegiatan,

( ……………………………)

( ……………………………)

Menyetujui :
Camat …………….,

(…………………………..)
NIP. ………………..

Disetujui dan diperintahkan kepada


Kantor Cabang Bank Penyalur untuk
Pencairan kepada Sekretaris Desa
……………, tanggal : ………….. 20.…
a.n Bupati/Walikota
Kepala Badan/Dinas/Kantor
Kabupaten/Kota …………………..

( ……………………………… )
NIP. ……………………….

5
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
LATIHAN 2
Isilah RKA-Desa berikut ! (Sesuai dengan desa anda)

RENCANA KERJA DAN ANGGARAN DESA


DESA LANGSEP
TAHUN ANGGARAN 20…
Organisasi
Program
Kegiatan
Lokasi Kegiatan
Jumlah Anggaran

FORMULIR
RKA-DESA

:
:
:
:
:
RINCIAN ANGGARAN BELANJA DESA

KODE
REKENING

URAIAN

RINCIAN PERHITUNGAN
Harga
Volume
Satuan
Satuan
3
4
5

JUMLAH
(RP)
6={3X5}

JUMLAH BELANJA

Langsep, tanggal …………… 20…


KEPALA DESA LANGSEP,

……………………………….

6
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa

RENCANA KERJA DAN ANGGARAN DESA


DESA LANGSEP
TAHUN ANGGARAN 20…
Organisasi
Program
Kegiatan
Lokasi Kegiatan
Jumlah Anggaran

FORMULIR
RKA-DESA

:
:
:
:
:
RINCIAN ANGGARAN BELANJA DESA

KODE
REKENING

URAIAN

RINCIAN PERHITUNGAN
Harga
Volume
Satuan
Satuan
3
4
5

JUMLAH
(RP)
6={3X5}

JUMLAH BELANJA

Langsep, tanggal …………… 20…


KEPALA DESA LANGSEP,

……………………………….

7
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa

SUB MATA LATIHAN 3.1.


PERTANGGUNGJAWABAN
KEUANGAN BPD

KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA


BALAI BESAR PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA MALANG
2012

8
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
Lembar Bacaan

PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN
BADAN PERMUSYAWARATAN DESA
I.

PENDAHULUAN
Pengelolaan keuangan desa sebagaimana diamanahkan dalam Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa ini
merupakan sub sistem keuangan desa dari sistem pengelolaan keuangan daerah.
Pengelolaan

keuangan

Negara

dan

Daerah

dalam mendanai Penyelenggaraan

Pemerintahan Desa. Sehubungan hal tersebut maka dalam pengelolaan keuangan desa
diperlukan

suatu

standar

pengaturan

yang

dimulai

dari

aspek

perencanaan,

penganggaran, pelaksanaan, penatausahaan dan pertanggungjawaban.


Dalam rangka pengelolaan keuangan desa yang bersumber dari pendapatam asli
desa dan Alokasi Dana Desa (ADD) seharusnya pengelolaan keuangan desa harus
akuntabilitas dan transparan

maka Kepala Desa sebagai pemegang kekuasaan

penyelenggara keuangan desa wajib menyampaikan pertangjawabannya kepada


Bupati/Walikota melalui camat. Untuk mendukung pengelolaan keuangan desa dan
pertanggungjawaban Kepala Desa yang akurat maka Kepala Desa membentuk Tim
pengelola keuangan desa.

II.

PRINSIP PENGELOLAAN KEUANGAN (Pasal 123 ayat (1) UUD 1945)


1. Pertanggungjawaban Pengelolaan Keuangan Negara : Penyampaian laporan
pertanggungjawaban keuangan pemerintah yang memenuhi prinsip-prinsip tepat
waktu dan disusun dengan mengikuti standar akuntansi. (Penjelasan Undan-Undang
Nomor 17 Tahun 2003 Butir 9).
2. Tanggungjawab Keuangan Negara adalah kewajiban Pemerintah untuk melaksanakan
pengelolaan keuangan Negara secara tertib, taat pada peraturan perundangundangan,
efisien, ekonomis, efektif, dan transparan dengan memperhatikan rasa
keadilan dan kepatutan (Pasal 17 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004).

III.

TIM PENGELOLA KEUANGAN DESA


1. Tim pengelola keuangan desa bertugas melakukan kegiatan mulai dari :
a. Perencanaan;
- Pendapatan
- Belanja
9
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
- Pembiayaan
b. Penganggaran;
- Belanja langsung
- Belanja tidak langsung
- Belanja pembiayaan ( Jika ada SILPA)
c. Pelaksanaan;
- Semua pendapatan desa dilaksanakan melalui rekening kas desa;
d. Penatausahaan;
- Buku kas umum;
- Buku kas pembantu perincian obyek penerimaan;
- Buku kas pembantu perincian obyek pengeluaran;
- Buku kas harian pembantu;
- Buku Pembantu Pajak;
- Buku Pembantu Bank;
e. Pelaporan;
- Bendahara
pengeluaran

Desa
uang

wajib

mempertanggungjawabkan

yang

menjadi

penerimaan

tanggungjawabnya

melalui

dan

laporan

pertanggungjawaban penerimaan kepada Kepala Desa paling lambat tanggal


10 bulan berikutnya;
f.

Pertanggungjawaban;
- Sekretaris

Desa

menyusun

Rancangan

Peraturan

Desa

tentang
Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBDesa dan Rancangan Keputusan
Kepala Desa tentang Pertanggungjawaban Kepala Desa Sebagai lampiran
bukti-bukti penerimaan dan pengeluaran keuangan desa.
g. Pengawasan keuangan.
- Interanal
- External
2. Susunan Tim Pengelola Keuangan Desa :
Pemegang Kekuasaan Pengelola Keuangan Desa (PKPKD) yang bertindak selaku
Kuasa Pemegang Anggaran keuangan Desa (KPA) adalah Kepala Desa karena
jabatannya

mempunyai

kewenangan

menyelenggarakan

seluruh

pengelolaan

Kepala

Desa

keuangan desa.
3. Penanggungjawab

Operasional

Kegiatan

(PJOK)

adalah

yang

mempunyai tugas bertanggungjawab atas pelaksanaan seluruh kegiatan yang


mengakibatkan pengeluaran anggaran keuangan desa.

10
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
4. Pelaksana Teknis Pengelolaan Keuangan Desa yang selanjutnya di sebut PTPKD atau
dengan sebutan lain adalah Penanggungjawab Kegiatan Teknis (PJKT) ditunjuk dari
perangkat desa (terdiri Sekretaris Desa atau perangkat desa lainnya) atau Ketua
Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa oleh Kepala Desa untuk melakukan
pengelolaan keuangan desa. Untuk memudahkan pengelolaan keungaan desa,
Kepala Desa dapat menunjuk PTPKD/PJKT lebih dari satu orang, contoh :
a. Untuk pengelolaan anggaran operasional pemerintahan desa maka yang ditunjuk
PTPKD/PJKT adalah dari perangkat desa;
b. Untuk mengelolaan anggaran program pemberdayaan masyarakat desa maka
yang ditunjuk PTPKD/PJKT adalah Ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat
Desa;
5. Bendahara Desa adalah perangkat desa yang diangkat oleh Kepala Desa untuk
melaksanakan kegiatan :
a. Menerima seluruh dana perolehan pendapatan desa, menarik dana dari bank;
b. Menyimpan seluruh dana dari pendapatan desa , pajak yang dipungut dari pihak
ke tiga ke Bank Pemerintah atau bank yang ditunjuk;.
c. Menatausahakan, melakukan

pencatatan, membukukan setiap terjadinya

transaksi yang mengakibatkan perubahan keuangan desa dan hasil pemunguan


dan penyetoran pajak;
d. Membayarkan ; mengeluarkan uang untuk semua yang menjadi kewajiban
pemerintahan desa;
e. Mempertanggung jawabkan keuangan desa ; membuat bukti-bukti penerimaan
dan pengeluaran (kuitansi) untuk dijadikan lampiran sebagai bukti pendukung
Buku Kas Umum yang telah dibuat untuk dilaporkan kepada Kepala Desa.
f.

Melakukan pemungutan pajak pada setiap transaksi yang sudah mengangdung


unsur pajak;

g. Melukukan setoran pajak yang dipungut paling lambat 10 (sepuluh) hari kerja
setelah pajak dipiungut oleh bendahara, kepada kantor pos atau bank persepsi;
6. Penanggung jawab Administrasi Kegiatan (PJAK) diangkat oleh Kepala Desa yang
mempunyai tugas sebagai Bendahara Desa disetiap kegiatan.

IV.

ALUR PERTANGGUNGJAWABAN DAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA


Untuk lebih runtunnya dalam pertanggungjawaban dan pengelolaan keuangan desa
maka digambarkan Alur pertanggungjawaban pengelolaan keuangan desa, sebagai berikut
:

11
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
MEKANISME
KADES (PKPKD/KPA/PJOK)

PTPKP/PJKT
(OPERASIOAL PEMDES)

PTPKP/PJKT
(PROGRAM PM)

BENDAHARA DESA (PJAK)

PIHAK KE TIGA

Keterangan:
1. Kepala Desa selaku PKPKD atau KPA mempertimbangkan dan mengambil keputusan
terhadap semua transaksi keuangan desa.
2. PTPKD bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan yang diakibatkan oleh
transaksi
keuangan desa.
3. Bendahara desa bertanggung jawab atas penerimaan dan pengeluaran pada setiap
transaksi.
4. Pihak ke tiga adalah penyedia barang dan jasa atau masyarakat yang menerima dana
bantuan dari pemerintahan desa.

V.

BUKTI PEMBAYARAN
Dalam pertangungjawaban pengelolaan keuangan desa seorang Bendahara Desa
atau Penanggungjawab Administrasi Kegiatan (PJAK) mempunyai kewajiban untuk
membuat bukti pembayaran yang disebut dengan Kuitansi pada setiap transaksi
penerimaan atau pengeluaran.
SYARAT – SYARAT KUITANSI :
Kuitansi yang benar

adalah berfungsi juga sebagai alat informasi transaksi yang

dilakukan oleh bendahara desa, agar kuitansi dapat dinyatakan syah sebagai alat
bukti
pembayaran maka harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut;
1. Kuitansi, harus mencantumkan nama Desa, Kecamatan, Kabupaten/Kota Desa
bersangkutan.
2. Kuitansi, harus mencantumkan nomor urut kuitansi sesuai dengan terjadinya
transaksi.
3. Kuitansi, harus mencantumkan jumlah nominal baik tertulis dengan huruf besar
diawali
dan diakhiri dengan tanda baca ( #, -,(...), =, ”) sedangkan penulisan angka
diawali
dengan simbul Rupiah (Rp.) dan diakhiri dengan tanda baca( ,- , 0,00).
12
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
4. Kuitansi, harus tertulis urian transaksi secara jelas dan terperinci, apabila
penulisan
urian transaksi belum terperinci maka kuitansi harus dilampirkan perincian
penerimaan
misal ; rincian penerimaan honor, rincian penerimaan uang saku, jenis barang dll.
5. Kuitansi, harus mencantumkan tanggal dan tempat Desa terjadinya transaksi.
6. Kuitansi,

harus

mencantumkan

tanda

tangan

dan

stempel;

Pihak

ketiga,

bendahara/PJAK, PTPKD/PJKT, PKPKD/PJOK.


7. Kuitansi, yang bernominal Rp. 300.000, - (tiga ratus ribu rupiah) sampai dengan
Rp.
1.000.000,- (satu juta rupiah) harus dibubuhi materei senilai Rp. 3.000,8.
Kuitansi, yang bernominal Rp. 1.000,000,- keatas, harus dibubuhi materei
Rp.6.000,serta dilampiri faktur pajak dan surat setora pajak.
9. Kuitansi harus dilampiri faktur pajak dan surat setoran pajak untuk transaksi
yang
mengadung pajak.
10. Kuitansi untuk perjalanan dinas harus dilampiri surat perintah tugas (SPT) dan
surat
perintah perjalanan dinas (SPPD).

13
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa

CONTOH KUITANSI BERNOMINAL


KURANG DARI Rp. 300.000,TA
: 2012
Nomor Bukti
: 01/IV/PDL/2012
Kode rekening : 2.XX.XXX

KUITANSI/BUKTI PEMBAYARAN

Sudah Terima
Dari
Jumlah Uang
Terbilang
Untuk
Pembayaran

: Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Desa


Desa
: Langsep
Bidang Program : Operasional Pemerintahan Desa
:
Rp. 150.000,-:
“ SERATUS LIMA PULUH RIBU RUPIAH “
: Pembelian konsumsi rapat Kepala Desa, perangkat dan
anggota BPD
27 bungkus nasi goreng x Rp. 5.000,- = Rp. 135.000,1 Kardus Air mineral Rp.
15.000,Klengkeng, 3 April 2012
Penerima
ttd
(nama terang)
Lunas dibayar : 04 April 2012

Setuju dibayar :
Kepala Desa Langsep

Pelaksana Teknis
Pengelola Keuangan
Desa (PTPKD)

Bendahara Desa

ttd
ttd

ttd

(nama terang)

(nama terang)
(nama terang)

Lampiran : - Daftar hadir peserta rapat.

14
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa

CONTOH KUITANSI BERNOMINAL


Rp. 300.000,- s.d Rp 1.000.000,TA
Nomor Bukti
Kode rekening

: 2012
: 02/IV/PDL/2012
: 2.XX.XXX

KUITANSI/BUKTI PEMBAYARAN
Sudah Terima
Dari

: Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Desa


Desa
: Langsep
Bidang Program : Prasarana Dasar Lingkungan

Jumlah Uang

Rp. 950.000,-

Terbilang

( SEMBILAN RATUS LIMA PULUH RIBU RUPIAH )

Untuk
Pembayaran

: Pembelian material rabatan jalan RW 01


8m3 tingslah @ Rp. 118.750,Klengkeng, 5 April 2012
Penerima
ttd
(nama terang)
Lunas dibayar : 6 April 2012

Setuju dibayar :
Kepala Desa Langsep

Pelaksana Teknis
Pengelola Keuangan
Desa (PTPKD)

ttd

Bendahara
Desa

ttd
ttd

(nama terang)
(nama terang)

(nama terang)

Dilampiri : - foto bangunan


15
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa

PEMBANGUNAN RABATAN JALAN RW 01


DESA LANGSEP KEC. KLENGKENG KABUPATEN BARENG

16
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa

CONTOH KUITANSI BERNOMINAL


DI ATAS Rp 1.000.000,TA
Nomor Bukti
Kode rekening

: 2012
: 06/IV/PDL/2012
: 2.XX.XXX

KUITANSI/BUKTI PEMBAYARAN

Sudah Terima
Dari

: Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Desa


Desa
: Langsep
Bidang Program : Prasarana Dasar Lingkungan

Jumlah Uang

Rp. 3.750.000,-

Terbilang

# TIGA JUTA TUJUH RATUS LIMA PULUH RIBU RUPIAH #

Untuk
Pembayaran

: Pembelian material pembangunan drainase RW 07


- 8 m3 pasir
@ Rp. 100.000,- = Rp. 800.000,- 10 m3 batu kali @ Rp. 95.000,- = Rp. 950.000,- 40
sak semen @ Rp. 50.000,- = Rp. 2.000.000,Klengkeng, 5 Maret 20....
Penerima
ttd
(nama terang)
Lunas dibayar : 06 April 20....

Setuju dibayar :
Kepala Desa Langsep
Selaku Penanggungjwab
Operasional Kegiatan
ttd

(nama terang)

Ketua LPMD Langsep


Sekretaris LPMD
Selaku Penanggungjawab
Langsep
Kegiatan Teknis
Selaku Penanggungjawab
Administrasi Kegiatan
ttd
ttd
(nama terang)
(nama terang)

Keterangan : 1. Dilampiri foto bangunan


2. Dilampiri faktur Pajak dan surat setoran pajak
17
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa

PEMBANGUNAN DRAINASE RW 07
DESA LANGSEP KEC. KLENGKENG KABUPATEN BARENG

18
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
VI.

PAJAK
Dalam peraturan perpajakan bahwa transaksi pengadaan barang dan jasa yang
nominalnya lebih dari pada Rp. 1.000.000,- (satu juta rupiah) sudah dipungut
pajaknya
dari Pihak Ketiga atau Rekanan. Pemungutan Pajak dilakukan oleh Bendahara atau
Penanggungjawab Administrasi Kegiatan dan disetor langsung ke rekening Negara
melalui kantor pos atau bank yang ditunjuk.

Cara perhitungan pajak.


1.

Pajak Lunas :
Pungutan pajak yang dihitung dari jumlah nominal yang ada di kuitansi dikalikan
langsung dengan prosentase pajaknya.

Contoh :

DAFTAR PENERIMAAN HONOR RAPAT BPD


NO

NAMA

PENERIMAAN
SEBELUM
PAJAK

Amin

Rp. 150.000,-

Budi

Rp. 150.000,-

Dani

Rp. 150.000,-

Yanti

Rp. 150.000,-

Tono

Rp. 150.000,-
Total

Rp.750.000,-

PAJAK
15 %
Rp.22.500,-

PENERIMAAN
SETELAH
PAJAK
Rp. 127.500,-

Rp.22.500,-

Rp. 127.500,-

Rp.22.500,-

Rp. 127.500,-

Rp.22.500,-

Rp. 127.500,-

Rp.22.500,-

Rp. 127.500,-

TANDA
TANGAN
1 ................
2 .................
3 .................
4..................
5.................

Rp.112.500,- Rp.637.500,-

Perhitungan pajak uang saku :


PPn

= 0%

PPh 21 = Nilai Nominal x 15 %


= Rp. 150.000,- x 15%
= Rp. 22.500, Disetor ke rekening negara dengan NPWP bersangkutan anggota BPD.
 Bendahara desa, membuat

5 (lima) kuitansi pungutan pajak dengan nilai nomonal

masing- masing Rp.22.500,- dan diserahkan kepada penerima .


 Honor rapat yang diterimakan adalah honor dikurangi pungutan pajak (PPh 21) 15%
= Rp.150.000,- (-) Rp.22.500,- = Rp.127,500,19
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
2. Penghitungan Pajak tidak lunas :
Pajak yang dipungut oleh bendahara diperhitungkan terlebih dahulu Dasar Pengenaan
Pajak (DPP), setelah diketahui DPPnya kemudian dikalikan dengan persentase pajak
penambahan nilai (PPn) dan pajak penambah penghasilan (PPh).

Contoh :
Cara menghitung DPP =

100 x Jumlah Nominal


110

Jika Pembelian ATK jumlah nominalnya Rp. 3.000.000,-

100 x Rp. 3.000.000,110

= Rp. 2.727.272,- (DPP)

Rp. 2.727.272,- x 10%

= Rp.

Rp. 2.727.272,- x 1,5%

= Rp.

272.728,- (PPn)
40.909,- (PPh 22)

CATATAN
1. Semua pembelian barang diatas Rp.2.000.000,- (dua juta rupiah) akan dikenakan
pajak
(PPn dan PPh 22);

- Untuk jasa katering berapapun besar pemesanan dikenakan pajak (PPn dan PPh)
- Pemesanan makanan di warung/toko kue dalam satu bulan dengan nilai pemesanan
diatas Rp. 1.000.000,- (satu juta rupiah) kena PPh 23
2. Transaksi jasa sewa dibawah Rp. 1.000.000,- (satu juta rupiah) akan dikenakan
pajak (PPh
23) dan untuk transaksi diatas Rp. 1.000.000,- (satu juta rupiah) kena pajak (PPn
dan PPh
22);
3. Transaksi-transaksi yang tidak kena pajak adalah :
- BBM (Bahan Bakar Minyak)
- Rekening listrik, air, telepon (karena sudah dipungut di instansi yang
bersangkutan)
- Pembelian gas elpiji
- Pembelian materai
- Foto copy untuk kegiatan administrasi pelaporan (kegiatan yang berhubugan dengan
SPJ)
4. Ketentuan materai untuk pembelian barang/jasa dengan
Nominal Rp. 250.000,- s/d Rp. 1.000.000,-
= materai Rp. 3.000,-

Nilai nominal Rp. 1.000.000,-

= materai Rp. 6.000,20


Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa

PEMUNGUTAN PAJAK KEGIATAN/PROYEK


Macam-macam pajak
1. Honor untuk pengajar/tim
PPn

=0

PPh 21

= ................
= Nilai Nominal x 15%

= ................

2. Pemesanan makanan untuk konsumsi


-

Rumah makan (cartering)


PPn
PPh 22

= DPP x 10%
= Nilai Nominal x 1,5%

= .................
= .................

Warung makan/rumah makan/toko kue


PPn
PPh 22

=0
= Nilai Nominal x 1,5%

= .................
= .................

3. Pembelian barang/ATK
PPn

= DPP x 10%

PPh 22

= DPP x 1,5%

= .................
= .................

4. Pemeliharaan Kantor/gedung/kendaraan, servis


PPn

= DPP x 10%

PPh 23
= DPP x 6%

= .................
= .................

5. Biaya sewa kursi/peralatan


PPn

= DPP x 10%

PPh 23

= .................

= DPP x 6%

= .................

6. Sewa mobil/angkutan darat


PPn

=0

PPh 23

= .................
= Nilai Nominal x 3%

= .................

7. Biaya jasa percetakan


PPn
PPh 23

= DPP x 10%
= DPP x 1,5%

= .................
= .................

8. Dekorasi (jasa dekorasi bukan pembelian)


PPn
PPh 23

= DPP x 10%
= DPP x 1,5%

= .................
= .................

9. Biaya entertainment, jasa TV, media cetak, dokumentasi


PPn
PPh 23

= DPP x 10%
= DPP x 1,5%

= .................
= .................

21
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
CONTOH FAKTUR PAJAK DAN SURAT SETORAN
Faktur Pajak Standar terdiri dari 5 (lima) lembar :
1. Untuk Arsip WP
2. Untuk KPP melalui KPKN
3. Untuk Dilaporkan oleh WP ke KPP
4. Untuk Bank Persepsi/Kantor Pos dan Giro
5. Untuk Arsip Wajib Pungut/Pihak Lain
FAKTUR PAJAK STANDAR
Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak
Pengusaha Kena Pajak
Nama
:
Alamat
:
NPWP
:
Tanggal Pengukuhan PKP
:

Lembar ke-1 : Untuk Pembeli BKP/Penerima


JKP sebagai bukti Pajak Masukan

Pembeli Barang Kena Pajak / Penerima Jasa Kena Pajak


Nama
:
Alamat
:
NPWP
:
No.
Urut

Harga Jual / Penggantian /


Uang Muka / Termin
(Rp.)

Nama Barang Kena Pajak /


Jasa Kena Pajak

Harga Jual / Penggantian / Uang Muka / Termin *)


Dikurangi potongan harga
Dikurangi uang muka yang telah diterima
Dasar Pengenaan Pajak
PPN 10% x Dasar Pengenaan Pajak
Pajak Penjualan Atas Barang Mewah
TARIF
DPP
PPn BM
……………….% Rp. …….………. Rp. ……………..
……………….% Rp. ……….……. Rp. ……………..
……………….% Rp. ……….……. Rp. ……………..
……………….% Rp. ……….……. Rp. ……………..
JUMLAH
Rp. ……………..

………………, tgl. ………………………


Nama
Jabatan

: ………………………………

*) coret yang tidak perlu

22
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa

SURAT SETORAN PAJAK (SSP)

LEMBAR

SURAT SETORAN PAJAK

(SSP)

……………………….
NPWP

Untuk Arsip WP

Diisi sesuai dengan Nomor Wajib Pajak yang dimiliki

NAMA WP
ALAMAT

……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
MAP/Kode Jenis Pajak
Kode Jenis Setoran
Uraian Pembayaran
……………………………………………………………
……………………………………………………………
……………………………………………………………
Masa Pajak
Tahun

Jan

Peb

:
:

Mar

Apr

Mei
Jun

Jul

Ags

Sep

Okt

Nop

Des

Beri tanda silang pada salah satu kolom bulan untuk masa yang berkenaan

Nomor Ketetapan

Diisi tahun terutangnya pajak

Diisi sesuai Nomor Keterangan : STP, SKPKB, SKPKBT

Jumlah Pembayaran
Diisi dengan rupiah penuh

Terbilang

Rp. ……………………………………...

………………………………………………………….
………………………………………………………….
………………………………………………………….

Diterima oleh Kantor Penerima Pembayaran


Tanggal ……………………..

Wajib Pajak / Penyetor


…………………., tgl. ……………..……………..

Cap dan tanda tangan

Cap dan tanda tangan

Nama Jelas : ………………………………………….

Nama Jelas : ………………………………………….


Ruang Validasi Kantor Penerima Pembayaran

Diisi sesuai buku petunjuk pengisian


F.2.0.32.01

23
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa

SSP terdiri dari 5 (lima) lembar :


6. Untuk Arsip WP
7. Untuk KPP melalui KPKN
8. Untuk Dilaporkan oleh WP ke KPP
9. Untuk Bank Persepsi/Kantor Pos dan Giro
10. Untuk Arsip Wajib Pungut/Pihak Lain

PETUNJUK PENGISIAN FORMULIR


1. Kolom Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
Diisi dengan Kolom Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP Bendahara Desa/Kelurahan)
2. Kolom Nama Wajib Pajak
Diisi dengan nama Bendahara Desa/Kelurahan
3. Kolom Alamat
Diisi dengan alamat Desa/Kelurahan
4. Kode Jenis Pajak/Kode Jenis Setoran
- PPN
: 411211/100
- PPh 21 : 411121/100
- PPh 22 : 411122/100
- PPh 23 : 411124/100
5. Kolom Uraian Pembayaran
Diisi dengan uraian pajak yang dibayar
6. Kolom Masa Pajak
Diisi dengan bulan pajak kegiatan
7. Kolom Jumlah Pembayaran
Diisi dengan jumlah pajak yang dibayar (dengan angka)
8. Kolom Terbilang
Diisi dengan jumlah pajak yang dibayar (dengan tulisan)
9. Kolom Tanda Tangan
Diisi dengan nama Wajib Pajak/penyetor dan stempel Desa/Kelurahan
10. Keterangan
- Lembar 1
Untuk SPJ (disisipkan di SPJ)
- Lembar 2, 3, 4
Untuk Kantor Pajak/Bank
- Lembar 5
Untuk Arsip Wajib Pajak

24
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
VII. PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN APBDES
A. Penetapan Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBDes
1. Sekretaris Desa menyusun Rancangan Peraturan Desa tentang Pertanggungjawaban
Pelaksanaan APBDes serta Rancangan Keputusan Kepala Desa tentang
Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Desa.
2. Sekretaris

Desa

menyampaikan

Rancangan

Peraturan

Desa

tentang

Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBDes serta Rancangan Keputusan Kepala


Desa tentang Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Desa kepada Kepala
Desa untuk memperoleh persetujuan.
3. Berdasarkan persetujuan Kepala Desa dengan BPD maka Rancangan Peraturan
Desa tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBDes dapat ditetapkan
menjadi Peraturan Desa.
4. Jangka waktu penyampaian dilakukan paling lambar 1 (satu) bulan setelah tahun
anggaran berakhir.
B. Penyampaian Laporan Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBDes
1. Kepala Desa menyampaikan Peraturan Desa tentang Pertanggungjawaban
Pelaksanaan APBDes serta Keputusan Kepala Desa tentang Keterangan
Pertanggungjawaban Kepala Desa kepada Bupati/Walikota melalui Camat.
2. Penyampaian peraturan desa dan keputusan kepala desa paling lambat 7 (tujuh)
hari kerja setelah peraturan desa ditetapkan.

25
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa

LAMBANG
DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN BARENG


KECAMATAN KLENGKENG
DESA LANGSEP
Jalan Raya Langsep Nomor 7, Telepon 0341-730745 Kode Pos 65116

RANCANGAN PERATURAN DESA LANGSEP


NOMOR 3 TAHUN 20…
TENTANG
PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA
DESA (APB DESA) TAHUN ANGGARAN 20…
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
KEPALA DESA LANGSEP,
Menimbang

: bahwa dalam rangka pelaksanaan ketentuan Pasal 16 ayat 1 Peraturan


Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2007 tentang Penetapan
Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBDes, maka perlu menetapkan
Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBDes Tahun Anggaran 20…. yang
dituangkan dalam Peraturan Desa;

Mengingat

: 29. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan


Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997
Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3685) sebagaimana telah diubah denga Undang-Undang Nomor 34
Tahun 2000 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor
246, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4048);
30. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan
Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851);
31. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437)
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Atas UdangUndang Nomor 32 Tahun
2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 38,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4498) yang
telah ditetapkan dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548);
32. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4438);
33. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tetang Pembentukan Peraturan
Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2011 Nomor 82);
34. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 118,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4138);
26
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
35. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 119,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4139);
36. Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2005 tentang Hibah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 139, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4577);
37. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2001 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005
Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);
38. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 158, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4587);
39. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang
Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006
tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;
40. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2006 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa;
41. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2006 tentang
Pedoman Pembentukan dan Mekanisme Penyusunan Peraturan Desa;
42. Peraturan Daerah Kabupaten Bareng Nomor 30 Tahun 20…. tentang
Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa Tahun
Anggaran 20…. (Lembaran Daerah Kabupaten Bareng Tahun 20….
Nomor 30);
43. Peraturan Bupati Kabupaten Bareng Nomor …. Tahun 20… tentang
Pedoman
Penyusunan,
Perubahan,
Perhitungan
dan
Pertanggungjawaban Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Desa (Berita Daerah Kabupaten Bareng Tahun 20… Nomor….);

Menetapkan

Dengan Persetujuan Bersama,


BADAN PERMUSYAWARATAN DESA LANGSEP
dan
KEPALA DESA LANGSEP
MEMUTUSKAN:
: PERATURAN DESA NOMOR 3 TAHUN 20…. TENTANG
PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN
DAN BELANJA DESA (APBDESA) TAHUN ANGGARAN 20…..

Pasal 1
Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa Langsep Tahun Anggaran 20…. adalah semula
berjumlah Rp. 614.400.000,- realisasi sejumlah Rp. 615.971.000,-sehingga menjadi
selisih
(surplus) Rp.1.571.000,- dengan rincian sebagai berikut :
1. Pendapatan Desa
a. Sejumlah
Rp. 614.400.000,b. Realisasi
Rp. 615.971.000,Jumlah selisih (surplus) pendapatan setelah realisasi
Rp.
1.571.000,2. Belanja Desa
a. Sejumlah
Rp. 610.400.000,b. Realisasi
Rp. 576.700.000,Jumlah selisih (surplus) belanja setelah realisasi
Rp. 33.700.000,3. Pembiayaan Desa
1) Penerimaan
a. Sejumlah
Rp. 147.321.000,b. Realisasi
Rp. 147.321.000,Jumlah selisih penerimaan setelah realisasi
Rp.
0
27
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
2) Pengeluaran
a. Sejumlah
Rp.
b. Realisasi
Rp.
Jumlah selisih pengeluaran setelah realisasi
Jumlah pembiayaan netto setelah realisasi
Sisa lebih pembiayaan anggaran setelah realisasi

4.000.000,4.000.000,Rp.

Rp.
Rp.

0
0

Pasal 2
(1) Pendapatan Desa sebagaimana dimaksud Pasal 1 terdiri dari :
1) Pendapatan Asli Desa
a. Sejumlah
Rp.
88.565.000,b. Realisasi
Rp.
89.640.000,Jumlah selisih (surplus) Pendapatan Asli Desa setelah realisasi
Rp.
1.075.000,2) Bagi Hasil Pajak
a. Sejumlah
Rp.
4.000.000,b. Realisasi
Rp.
3.850.000,Jumlah selisih (surplus) Bagi Hasil Pajak setelah realisasi
Rp.
150.000,3) Bagian Dana Perimbangan Pusat dan Daerah
a. Sejumlah
Rp. 429.575.000,b. Realisasi
Rp. 429.575.000,Jumlah selisih Bagian Dana Perimbangan Pusat dan Daerah
setelah realisasi
Rp.
0
4) Bantuan Keuangan Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kota dan Desa
lainnya
a. Sejumlah
Rp.
85.500.000,b. Realisasi
Rp.
85.500.000,Jumlah selisih Bantuan Keuangan Pemerintah, Pemerintah
Provinsi, Pemerintah Kota dan Desa lainnya setelah realisasi
Rp.
0
5) Lain-lain Pendapatan Asli Desa yang Sah
a. Sejumlah
Rp.
6.460.000,b. Realisasi
Rp.
6.460.000,Jumlah selisih (surplus) Lain-lain Pendapatan Asli Desa yang
Sah setelah realisasi
Rp.
0
(2) Pendapatan Asli Desa sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf a terdiri dari :
1) Hasil Usaha Desa
a. Sejumlah
Rp.
8.840.000,b. Realisasi
Rp.
8.790.000,Jumlah selisih (surplus) Hasil Usaha Desa setelah realisasi
Rp.
2) Hasil Pengelolaan Kekayaan Desa
a. Sejumlah
Rp.
74.975.000,b. Realisasi
Rp.
76.400.000,Jumlah selisih (defisit) Hasil Pengelolaan Kekayaan Desa
setelah realisasi
Rp.
3) Hasil Swadaya dan Partisipasi
a. Sejumlah
Rp.
20.000.000,b. Realisasi
Rp.
21.000.000,Jumlah selisih (defisit) Hasil Swadaya dan Partisipasi setelah
realisasi
Rp.
4) Hasil Gotong Royong
a. Sejumlah
Rp.
30.000.000,b. Realisasi
Rp.
30.000.000,Jumlah selisih Hasil Gotong Royong setelah realisasi
Rp.

50.000,-

(575.000,-)

(1.000.000,-)

0
28
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
5) Pungutan Desa
a. Sejumlah
Rp.
4.750.000,b. Realisasi
Rp.
4.850.000,Jumlah selisih (defisit) Pungutan Desa setelah realisasi
Rp.

(100.000,-)

(3) Bagi Hasil Pajak sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf b terdiri dari :
1) Bagi Hasil PBB
a. Sejumlah
Rp.
4.000.000,b. Realisasi
Rp.
3.850.000,Jumlah selisih (surplus) Bagi Hasil PBB setelah realisasi
Rp.

150.000,-

(4) Bagian Dana Perimbangan Pusat dan Daerah sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf c
terdiri dari :
1) ADD
a. Sejumlah
Rp. 429.575.000,b. Realisasi
Rp. 429.575.000,Jumlah selisih ADD setelah realisasi
Rp.
0
(5) Bantuan Keuangan Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kota dan Desa
lainnya
sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf d terdiri dari :
1) Bantuan Keuangan Pemerintah Kabupaten
a. Sejumlah
Rp.
85.800.000,b. Realisasi
Rp.
85.800.000,Jumlah selisih Bantuan Keuangan Pemerintah Kabupaten
setelah realisasi
Rp.
0
(6) Lain-lain Pendapatan Asli Desa yang Sah sebagaimana
dari :
1) Sumbangan RKL
a. Sejumlah
Rp.
b. Realisasi
Rp.
Jumlah selisih Sumbangan RKL setelah realisasi
2) Selamatan Desa
a. Sejumlah
Rp.
b. Realisasi
Rp.
Jumlah selisih Selamatan Desa setelah realisasi

dimaksud ayat (1) huruf e terdiri


3.960.000,3.960.000,Rp.

Rp.

Pasal 3
(4) Belanja Desa sebagaimana dimaksud Pasal 1 terdiri dari :
1) Belanja Langsung
a. Sejumlah
Rp. 426.790.000,b. Realisasi
Rp. 431.000.000,Jumlah selisih (surplus) Belanja Langsung setelah realisasi
Rp.

4.210.000,-

2) Belanja Tidak Langsung


a. Sejumlah
Rp. 130.000.000,b. Realisasi
Rp. 129.500.000,Jumlah selisih (surplus) Belanja Tidak Langsung setelah
realisasi
Rp.

500.000,-

2.500.000,2.500.000,-

29
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
(2) Belanja Langsung sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf a terdiri dari :
1) Belanja Pegawai
a. Sejumlah
Rp.
13.200.000,b. Realisasi
Rp.
13.200.000,Jumlah selisih Belanja Pegawai setelah realisasi
Rp.
2) Belanja Barang dan Jasa
a. Sejumlah
Rp.
49.015.000,b. Realisasi
Rp.
51.025.000,Jumlah selisih (surplus) Belanja Barang dan Jasa setelah
realisasi
Rp.
3) Belanja Modal
a. Sejumlah
Rp. 364.575.000,b. Realisasi
Rp. 362.775.000,Jumlah selisih (surplus) Belanja Modal setelah realisasi
Rp.
(3) Belanja Tidak Langsung sebagaimana dimaksud ayat (2) huruf b terdiri dari :
1) Belanja Pegawai/Penghasilan Tetap
a. Sejumlah
Rp. 130.000.000,b. Realisasi
Rp. 129.500.000,Jumlah selisih (surplus) Belanja Pegawai setelah realisasi
Rp.
2) Belanja Tak Terduga
a. Sejumlah
Rp.
5.000.000,b. Realisasi
Rp.
3.000.000,Jumlah selisih (surplus) Belanja Tak Terduga setelah realisasi Rp.

2.010.000,-

2.200.000,-

500.000,-

2.000.000,-

Pasal 4
(1) Pembiayaan Desa sebagaimana dimaksud Pasal 1 terdiri dari :
1) Penerimaan
a. Sejumlah
Rp. 147.321.000,b. Realisasi
Rp. 147.321.000,Jumlah selisih Penerimaan setelah realisasi
Rp.
2) Pengeluaran
a. Sejumlah
Rp.
4.000.000,b. Realisasi
Rp.
4.000.000,Jumlah selisih Pengeluaran setelah realisasi
Rp.
0

(2) Penerimaan sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf a terdiri dari jenis
pembiayaan :
1) Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA) Tahun sebelumnya
a. Sejumlah
Rp.
b. Realisasi
Rp.
Jumlah selisih Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA)
Tahun sebelumnya setelah realisasi
Rp.
2) Dana Cadangan
a. Sejumlah
Rp. 135.000.000,b. Realisasi
Rp. 135.000.000,Jumlah selisih Dana Cadangan setelah realisasi
Rp.
3) Bunga Dana Cadangan
a. Sejumlah
Rp.
12.321.000,b. Realisasi
Rp.
12.321.000,Jumlah selisih Bunga Dana Cadangan setelah realisasi
Rp.

30
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
(3) Pengeluaran sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf b terdiri dari jenis pembiayaan
:
1) Pembayaran Hutang
a. Sejumlah
Rp.
4.000.000,b. Realisasi
Rp.
4.000.000,Jumlah selisih Pembayaran Hutang setelah realisasi
Rp.

Pasal 5
Uraian lebih lanjut Target dan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa
sebagaimana
Pasal 1, tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
Peraturan Desa ini.
Pasal 6
Peraturan Desa ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Desa Langsep


pada tanggal 10 Desember 20….
KEPALA DESA LANGSEP,

MOCHAMAD

Diundangkan di Kabupaten Bareng


pada tanggal ................. 20....
SEKRETARIS DAERAH
KABUPATEN BARENG,

JAZULI
BERITA DAERAH KABUPATEN BARENG TAHUN 20…. NOMOR 23

31
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
Lampiran Peraturan Desa Langsep
Nomor : 3
Tanggal : 10 Desember 20…..
TARGET DAN REALISASI
ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA
DESA LANGSEP KECAMATAN KLENGKENG
TAHUN ANGGARAN 20….
KODE
REKENING
1
1.
1.1
1.1.1
1.1.1.1
1.1.1.2
1.1.2
1.1.2.1
1.1.2.2
1.1.2.3
1.1.3
1.1.4
1.1.5
1.1.5.1
1.1.5.2
1.1.5.3
1.1.5.4
1.2
1.2.1
1.3
1.3.1
1.3.2
1.3.3
1.4
1.4.1
1.5
1.5.1
1.5.2

2
2.1
2.1.1
2.1.1.1
2.1.1.2
2.1.1.3
2.1.1.4
2.1.2
2.1.2.1
2.1.2.2
2.1.2.3

URAIAN

TARGET

REALISASI

SELISIH
2

PENDAPATAN
Pendapatan Asli Desa
Hasil Usaha Desa
PAM Desa
Polindes 12 bl x 50.000
Hasil Pengelolaan Kekayaan Desa
Tanah Kas Desa
Pasar Desa
Sewa Balai Desa 56 mgg x 178.125
Hasil Swadaya dan Partisipasi Masyarakat
Hasil Gotong Royong
Pungutan Desa
Pungutan Administrasi Pernikahan 25 x 30.000
Pungutan Rekomendasi IMB 10 x 100.000
Pungutan/Retribusi Hotel/Losmen 20 x 20.000
Pungutan Rekomendasi Ijin Keramaian
Bagi Hasil Pajak
Upah Pungutan PBB
Bagian Dana Perimbangan Pusat dan Daerah
ADD Kegiatan Pemerintahan
ADD Kegiatan Pemberdayaan
Bantuan Langsung LINMAS
Bantuan Keuangan Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Kota dan
Desa lainnya
Bantuan Keuangan Pemerintah Kabupaten
Tunjangan Kepala Desa dan Perangkat Desa
Lain-lain Pendapatan Asli Desa yang Sah
Sumbangan RKL
Sumbangan Selamatan Desa
JUMLAH PENDAPATAN

88.565.000
8.840.000
8.240.000
600.000
74.975.000
15.000.000

89.640.000
8.790.000
8.240.000
550.000
76.400.000
15.000.000

9.975.000
20.000.000
30.000.000
4.750.000
750.000
100.000
3.500.000
400.000
4.000.000
4.000.000
429.575.000
115.000.000
289.575.000
25.000.000

10.000.000
21.000.000
30.000.000
4.850.000
850.000
100.000
3.450.000
450.000
3.850.000
3.850.000
429.575.000
115.000.000
289.575.000
25.000.000

85.800.000

85.800.000

85.800.000
6.460.000
3.960.000
2.500.00
614.400.000

85.800.000
6.460.000
3.960.000
2.500.00
615.971.000

BELANJA
Belanja Langsung
Belanja Pegawai
Honorarium Kepala Desa 1 x 12 x 300.000
Honorarium PTPKD 1 x 12 x 200.000
Honorarium Bendahara Desa 1 x 12 x 200.000
Honorarium Karyawan Desa 4 x 12 x 100.000
Belanja Barang dan Jasa
Belanja Alat Tulis Kantor Sekretariat Desa
Belanja Jasa Komunikasi, Sumber Daya Air dan Listrik
Belanja Jasa Perbaikan Peralatan Kerja
JUMLAH

426.790.000
13.200.000
3.600.000
2.400.000
2.400.000
4.800.000
49.015.000
7.500.000
3.750.000
2.000.000

431.000.000
13.200.000
3.600.000
2.400.000
2.400.000
4.800.000
51.025.000
8.000.000
3.500.000
1.500.000

50.000

(25.000)
(1.000.000)

(100.000)
50.000
50.000
150.000

(500.000)
250.000
500.000

32
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
KODE
REKENING
1
2.1.2.4
2.1.2.5
2.1.2.6
2.1.2.7
2.1.2.8
2.1.2.9
2.1.2.10
2.1.2.11
2.1.2.12
2.1.2.13
2.1.2.14
2.1.3
2.1.3.1
2.1.3.2
2.1.4
2.1.4.1
2.1.4.2
2.1.4.3
2.1.4.4
2.1.4.5
2.1.4.6
2.1.4.7
2.1.5
2.1.5.1
2.1.5.2
2.1.5.3
2.1.5.4
2.1.6
2.1.6.1
2.1.6.2
2.1.6.3
2.1.6.4
2.1.6.5
2.1.6.6
2.1.6.7
2.1.6.8
2.1.6.9
2.1.6.10
2.1.6.11
2.1.7
2.1.7.1
2.1.7.2
2.1.7.3
2.1.7.4
2.1.7.5
2.1.7.6
2.1.7.7
2.1.7.8
2.1.7.9
2.1.7.10
2.1.7.11

URAIAN

TARGET
REALISASI

SELISIH

Pindahan
Belanja Peralatan dan Perlengkapan Kantor
Belanja Rapat dan Koordinasi
Belanja Makanan dan Minuman
Belanja Pakaian Dimas dan Perlengkapannya
Belanja Pakaian Batik 10 x 165.000
Belanja Pejalanan Dinas Kepala Desa
Belanja Pejalanan Dinas Sekretaris Desa
Biaya Perjalanan Dinas Kepala Urusan
Biaya Perjalanan Dinas Kepala Dusun 4 dusun
Biaya Perjalanan Lainnya
Belanja Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur
Belanja Modal
Belanja Sound System 1 unit
Belanja Taplak 15 x 100.000
Program Prasarana Dasar Lingkungan
Pembangunan Rabatan Jalan
Pembangunan Pos Kamling 10 x 1.000.000
Pembangunan Drainase dan Selokan
Pembangunan Plengsengan
Pembangunan Masjid 2 masjid x 4.000.000
Pembelian Mobil Pengangkut Sampah
Pembuatan Tempat Sampah 49 x 100.000
Program Ekonomi Produktif
Dana Revolving (Simpan Pinjam)
Home Industri (Industri Rumah Tangga)
Program Pemberdayaan Fakir Miskin
Sembako Gratis bagi Keluarga Miskin
Program Sosial Kemasyarakatan
Bantuan Kelompok Kerukunan Kematian
Bantuan Pembinaan Seni dan Budaya
Bantuan Perbaikan Rumah Tidak Layak Huni
Pembinaan Pemuda dan Olah Raga
Lomba Desa
Insentif Karang Taruna 12 x 250.000
BOP dan ATK Karang Taruna
Pemberdayaan Kelompok Usaha Karang Taruna 2 plthn x 5.000.000
BOP PAUD dan TPQ
Kegiatan Bulan Kerja Bakti Gotong Royong 1 x 3.000.000
Perhitungan Kerja Bakti Gotong Royong
Program Kelembagaan
BOP LPMD dan Insentif
BOP RW/RT
Perencanaan, Pelaksanaan, Pelaporan Kegiatan oleh PJAK
Insentif Tim Fasilitasi Desa
Insentif PKK Desa
BOP PKK Desa
Insentif PKK untuk Pokja 1,2,3,4
BOP dan ATK RW PKK Pokja 1,2,3,4
BOP PKK RW 1 sampai 8
Insentif Kelompok Yandu Balita/Lansia 12 x 375.000
BOP Kelompok Yandu Balita/Lansia
JUMLAH

1.500.000
7.500.000
1.790.000
1.925.000
1.650.000
1.200.000
1.000.000
750.000
450.000
1.000.000
18.000.000
364.575.000
23.500.000
1.500.000
77.900.000
15.000.000
10.000.000
22.000.000
8.000.000
8.000.000
10.000.000
4.900.000
115.825.000
40.137.500
18.187.500
50.000.000
7.500.000
76.450.000
4.500.000
6.000.000
9.500.000
4.000.000
1.000.000
3.000.000
2.000.000
10.000.000
3.450.000
3.000.000
30.000.000
69.400.000
10.000.000
11.150.000
4.000.000
10.000.000
2.000.000
2.000.000
4.000.000
1.000.000
6.000.000
4.500.000
2.250.000
1.500.000
8.500.000
2.000.000
1.925.000
1.650.000
1.200.000
1.000.000
750.000
500.000
1.000.000
18.000.000
362.775.000
23.000.000
1.500.000
76.000.000
14.000.000
10.000.000
22.000.000
7.500.000
8.000.000
9.500.000
5.000.000
115.825.000
40.137.500
18.187.500
50.000.000
7.500.000
77.550.000
4.500.000
6.000.000
9.500.000
4.000.000
1.100.000
3.000.000
2.000.000
10.000.000
3.450.000
3.000.000
31.000.000
68.900.00
10.000.000
11.150.000
4.000.000
10.000.000
2.000.000
2.000.000
4.000.000
1.000.000
6.000.000
4.500.000
2.250.000

(1.000.000)
(210.000)

(50.000)

500.000
1.000.000

500.000
500.000
(100.000)

(100.000)

(1.000.000)

33
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
KODE
REKENING
1
2.1.7.12
2.1.7.13
2.1.7.14
2.1.7.15
2.1.8
2.1.9
2.1.10
2.1.11
2.2
2.2.1
2.2.1.1
2.2.1.2
2.2.1.3
2.2.1.4
2.2.1.5
2.2.1.6
2.2.1.7
2.2.1.8
2.2.1.9
2.2.2

3
3.1
3.1.1
3.1.2
3.1.3
3.2
3.2.1

URAIAN

TARGET

REALISASI

SELISIH

Pindahan
Biaya ATK PKK Desa
Insentif Pengurus UPK dan BUMDes
Studi Banding
Biaya Lain-lain (Rapat, Transportasi, Konsumsi)
Belanja Kegiatan PHBN dan Adat Desa
Belanja Operasional LINMAS
Biaya Kunjungan Kerja Antar Daerah
Biaya Operasional SATLAK K-3
Belanja Tidak Langsung
Belanja Pegawai
Penghasilan Kepala Desa 1 x 12 x 250.000
Penghasilan Sekretaris Desa 1 x 12 x 150.000
Penghasilan Kepala Urusan 5 x 12 x 70.000
Penghasilan Kepala Dusun 4 x 12 x 125.000
Honorarium dan Operasional BPD
Tunjangan Kesejahteraan Kepala Desa 1 x 12 x 1.000.000
Tunjangan Kesejahteraan Sekretaris Desa 1 x 12 x 750.000
Tunjangan Kesejahteraan Kepala Urusan
Tunjangan Kesejahteraan Kepala Dusun
Belanja Tidak Terduga
JUMLAH BELANJA
PEMBIAYAAN
Penerimaan Pembiayaan
Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SILPA) tahun sebelumnya.
Dana Cadangan
Bunga Dana Cadangan
Pengeluaran Pembiayaan
Pembayaran Hutang
JUMLAH PEMBIAYAAN

1.000.000
4.000.000
6.000.000
1.500.000
12.000.000
25.000.000
6.000.000
3.960.000
135.000.000
130.000.000
3.000.000
1.800.000
4.200.000
6.000.000
15.000.000
2.350.000
12.500.000
12.000.000
9.000.000
5.000.000
610.400.000

1.000.000
4.000.000
6.000.000
1.000.000
12.000.000
25.000.000
6.000.000
3.960.000
132.500.000
129.500.000
3.000.000
1.800.000
4.200.000
6.000.000
15.000.000
2.350.000
13.000.000
12.000.000
9.000.000
3.000.000
576.700.000

147.321.000

147.321.000

135.000.000
12.321.000
4.000.000
4.000.000
151.321.000

135.000.000
12.321.000
4.000.000
4.000.000
151.321.000

500.000

(500.000)

2.000.000

Langsep, tanggal 10 Desember 20…


KEPALA DESA LANGSEP,

MOCHAMAD

34
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa

LAMBANG
DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN BARENG


KECAMATAN KLENGKENG
DESA LANGSEP
Jalan Raya Langsep Nomor 7, Telepon 0341-730745 Kode Pos 65116

KEPUTUSAN KEPALA DESA LANGSEP


NOMOR 9 TAHUN 20…
TENTANG
KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN
DAN BELANJA DESA TAHUN ANGGARAN 20….
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
KEPALA DESA LANGSEP,
Menimbang

: bahwa dalam rangka pelaksanaan ketentuan Pasal 16 Peraturan Menteri


Dalam
Negeri
Nomor
37
Tahun
2007
tentang
Penetapan
Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBDes, maka perlu menetapkan
Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBDes Tahun Anggaran 20…. yang
dituangkan dalam Keputusan Kepala desa;

Mengingat

: 1. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tetang Pajak Daerah dan


Reribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997
Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3685) sebagaimana telah diubah denga Undang-Undang Nomor 34
Tahun 2000 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor
246, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4048);
2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tetang Penyelenggaraan
Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851);
3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tetang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437)
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Atas UdangUndang Nomor 32 Tahun
2004 tetang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 38, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4498) yang telah
ditetapkan dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548);
4. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4438);
5. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tetang Pembentukan Peraturan
Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2011 Nomor 82);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 118,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4138);
35
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
7. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 119,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4139);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2005 tentang Hibah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 139, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4577);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2001 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005
Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 158, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4587);
11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang
Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006
tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah yang telah dirubah
dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang
Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13
Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;
12. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2006 tentang
Pedoman Pembentukan dan Mekanisme Penyusunan Peraturan Desa;
13. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2007 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa;
14. Peraturan Daerah Kabupaten …….. Nomor … Tahun 20... tentang
Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa Tahun
Anggaran 20.... (Lembaran Daerah Kabupaten …. Tahun 20... Nomor …);
15. Peraturan Bupati Nomor ..... Tahun 20... tentang Pedoman Penyusunan,
Perubahan Perhitungan dan Pertanggungjawaban Pelaksanaan
APBDes (Berita Daerah .........................);
16. Peraturan Desa ........... Nomor ........ Tahun 20..... tentang
Pertanggungjawaban Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Desa Tahun
Anggaran 20........
MEMUTUSKAN :
Menetapkan
KESATU

:
: Pendapatan dari APBDes Tahun 20…. diterima sebesar Rp. 615.971.000,-

KEDUA

: Anggaran Belanja dari APBDes sebesar Rp. 576.700.000.

KETIGA

: SILPA Anggaran pendapatan dan Belanja Desa Tahun 20…. sebesar


Rp. 182.592.000.

KEEMPAT

: Pemanfaatan SILPA APBDes Tahun 20…. dimasukkan dalam Pembiayaan


pada APBDes Tahun 20…..
: Keputusan ini berlaku pada tanggal ditetapkan.

KELIMA

Ditetapkan di Desa Langsep.


pada tanggal 12 Desember 20….
KEPALA DESA LANGSEP,
MOCHAMAD
36
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa

SUB MATA LATIHAN 3.2.


LAPORAN KETERANGAN
PERTANGGUNGJAWABAN
PEMERINTAH DESA

KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA


BALAI BESAR PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA MALANG
2012

37
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
Lembar Bacaan

LAPORAN KETERANGAN
PERTANGGUNGJAWABAN PEMERINTAH DESA
VI. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Laporan Keterangan Pertanggung jawaban (LKPj) merupakan suatu proses
kegiatan pelaporan Kepala Desa kepada rakyat melalui Badan Permusyawaratan
Desa (BPD) yang meliputi keterangan seluruh proses pelaksanaan peraturanperaturan
desa termasuk Anggaran Pendapatan Belanja Desa (APBDes) selama satu
tahun anggaran. LKPj yang disampaikan Pemerintah Desa harus tertulis dan
disesuaikan dengan situasi, kondisi sosial budaya masyarakat setempat, dimana LKPj
dan mekanisme laporan keterangan pertanggung jawaban Kepala desa kepada BPD
ini diatur dalam Peraturan Desa. Evaluasi terhadap LKPJ yang sudah dilakukan oleh
BPD dilaporkan kepada Bupati/Walikota melalui camat selambat-lambatnya 15 hari
sejak diterimanya LKPj. Dimana Hasilnya dijadikan dasar untuk melakukan
pengawasan dalam penyelenggaraan pemerintahan desa.
Mengapa Kepala desa membuat LKPj ? Hal ini dikarenakan kedudukan BPD
sebagai penyelenggara Pemerintahan desa dan fungsi BPD sebagai pengawas
penyelenggara kinerja pemerintahan desa. Sehingga konsekuensi tersebut membawa
dampak pada pemerintahan desa untuk membuat LKPj yang diserahkan pada BPD.
Ruang lingkup LKPj meliputi Urusan pemerintahan berdasarkan hak asal
usul

desa,

urusan

pemerintahan

yang

diserahkan

Kabupaten/Kota,

Tugas

pembantuan dan urusan pemerintah lainnya yang diserahkan kepada desa.


B. Dasar Hukum
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah,
membawa pengaruh yang cukup besar terhadap jalannya Pemerintahan Desa.
Terlebih dengan terbitnya Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 35 Tahun 2007
tentang

Pedoman

Umum

Tata

Cara

Pelaporan

dan

Pertanggungjawaban
Penyelenggaraan Pemerintahan Desa.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 35 Tahun 2007 tentang Pedoman
Umum

Tata

Cara

Pelaporan

dan

Pertanggungjawaban

Penyelenggaraan

Pemerintahan Desa, maka Pemerintahan Desa dituntut untuk lebih kreatif di dalam
menjalankan roda pemerintahan yang otonom.

38
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
C. Gambaran Umum Desa
 Sejarah Terbentuknya Desa
 Sejarah Pemerintahan Desa
 Sejarah Pembangunan Desa
1. Kondisi Geografis
Menjelaskan tentang luas wilayah, ketinggian, dan suhu udara di suatu desa.
Serta batas wilayah, Aset Desa, jumlah Dusun, RW, RT.
2. Gambaran Umum Demografis
Gambaran umum demografis Desa pada tabel dibawah ini :
NO
1
2

3
4

TINGKATAN PENDUDUK
Jumlah Penduduk Desa
Jumlah Menurut Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
Jumlah Menurut Kepala Keluarga
Jumlah Menurut Umur
0 - 12 bulan
1 tahun
2 tahun
3 tahun
4 tahun
5 tahun
6 tahun
7 tahun
8 tahun
9 tahun
10 tahun
11 tahun
12 tahun
13 tahun
14 tahun
15 tahun
16 tahun
17 tahun
18 tahun
19 tahun
20 tahun
21 tahun
22 tahun
23 tahun
24 tahun
25 tahun
26 tahun
27 tahun
28 tahun
29 tahun
30 tahun
31 tahun

JUMLAH (Jiwa)
39
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
NO

TINGKATAN PENDUDUK
JUMLAH (Jiwa)
32 tahun
33 tahun
34 tahun
35 tahun
36 tahun
37 tahun
38 tahun
39 tahun
40 tahun
41 tahun
42 tahun
43 tahun
44 tahun
45 tahun
46 tahun
47 tahun
48 tahun
49 tahun
50 tahun
51 tahun
52 tahun
53 tahun
54 tahun
55 tahun ke atas
Total
Tabel 1
Jumlah Penduduk Desa Menurut Jenis Kelamin dan Golongan Umur.

Jumlah penduduk Desa menurut Jenis Pekerjaan selengkapnya dapat dilihat pada
tabel dibawah ini :
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15

Pekerjaan

Jumlah

Petani
Pelajar/Mahasiswa
Ibu Rumah Tangga
Pedagang
Pegawai Swasta
Pensiunan
Guru / Dosen
Industri / Wiraswasta
TNI
Dokter
Buruh Tani / Buruh Harian Lepas
Bidan / Tenaga Medis Lain
Pegawai Negeri
Belum Kerja / Tidak Bekerja
Lainnya
Total
Tabel 2
Jumlah Penduduk Desa menurut Jenis Pekerjaan
40
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
Jumlah penduduk menurut keadaan cacat di Desa selengkapnya dapat dilihat
pada tabel di bawah ini :
NO
1.
2.
3.
4.
5.

KEADAAN CACAT

JUMLAH

Cacat Fisik
Tuna Rungu
Tuna Wicara
Tuna Netra
Lumpuh
Total
Tabel 3
Jumlah Penduduk Desa menurut keadaan cacat

Jumlah penduduk menurut tenaga kerja di Desa pada tabel di bawah ini :
NO

TENAGA KERJA
JUMLAH
Penduduk Usia Produktif (15-55 th)
Tidak Produktif
Total
Tabel 4
Jumlah Penduduk Desa menurut tenaga kerja

Jumlah penduduk Desa menurut agama yang dipeluk dapat dilihat pada tabel di
bawah ini :
NO
1
2
3
4
5

AGAMA

JUMLAH PENGANUT

ISLAM
KATHOLIK
PROTESTAN
HINDU
BUDHA
JUMLAH
Tabel 5
Jumlah Penduduk Desa Menurut agama yang dianut

Jumlah penduduk Desa

menurut jenis pendidikan dapat dilihat pada tabel di


bawah ini :
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9

JENIS PENDIDIKAN
JUMLAH
Belum tamat SD/Sederajat
SD/Sederajat
SLTP
SLTA
D-1 / D-2
D-3
S-1
S-2
Tidak / Belum Sekolah
JUMLAH
Tabel 6
Jumlah Penduduk Desa Menurut tingkat pendidikan
41
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
3. Kondisi Ekonomi
Menjelaskan tentang lahan pertanian, budidaya tanaman, sektor industri kecil,
Pemasaran Hasil pertanian, dan kelompok Tani yang ada.

VII. RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA


A. Visi dan Misi
Visi dan misi pembangunan Desa mengacu pada visi dan misi pemerintah
Kabupaten/Kota. Visi dan misi pembangunan Desa sesuai dengan masa jabatan
Kepala Desa.
VISI

: Menuju Desa Mandiri Sejahtera Lahir dan Batin

MISI

: 1. Mewujudkan Desa yang bermasyarakat Religius yang sejahtera


lahir dan batin.
2. Mewujudkan kehidupan masyarakat yang berkualitas, rukun dan
damai.
3. Menciptakan lingkungan desa wisata yang indah dan nyaman.
4. Menerapkan tata kelola kepemerintahan yang baik dan bersih.
5. Mewujudkan pengembangan usaha ekonomi produktif sesuai
potensi desa.

B. Strategi dan Arah Kebijakan Desa


Lebih mengarah pada perkembangan sektor pertanian dan kawasan andalan, arah
kebijakan pembangunan Desa dititik beratkan pada pengembangan sektor pertanian.
Disamping sektor pendidikan dan sektor pariwisata. Untuk mewujudkan arah
kebijakan diatas perlu strategi-strategi yaitu :
1. Merubah cara pandang dan pemahaman serta menambah wawasan petani tentang
pentingnya membentuk kelompok tani serta memfasilitasi pembentukan gabungan
kelompok tani di tingkat desa dan juga menambah wawasan petani tentang
pentingnya merubah sistem dari petani non organik kepada petani organik.
2. Menjalin kerjasama dengan pihak ketiga untuk mewujudkan point pertama.
3. Menambah wawasan petani tentang pengembangan sektor pertanian untuk
pengembangan pariwisata berbasis pertanian ( agrowisata )
4. Bekerja sama dengan berbagai pihak yang terkait industri wisata serta
membentuk kelembagaan desa wisata dan membuat peraturan tentang desa
wisata untuk menunjang perwujudan point ketiga.
5. Memfasilitasi terbentuknya lembaga-lembaga pendidikan baru baik sektor formal
maupun informal ( pendidikan sekolah dan pendidikan luar sekolah (PLS) )

42
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
C. Prioritas Desa
Pembangunan Desa diprioritaskan pada hasil musrenbangdes sebagai perwujudan
dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMD). Di dalam
penyusunan RPJMD melibatkan unsur-unsur antara lain Badan Permusyawaratan
Desa (BPD), perangkat desa, Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa (LPMD),
tokoh masyarakat, tokoh agama, RT, RW, karang taruna, PKK.

43
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
NO

BIDANG

Th 20…

KEGIATAN
1. Jalan

FISIK PRASARANA

2. Pengairan
3. Air bersih

EKONOMI

SOSIAL BUDAYA

1. Peningkatan kesejahteraan
Petani
2. Peningkatan produksi pertanian
3. Penurunan angka kemiskinan
4. Peningkatan ketahanan pangan
5. Peningkatan pengembangan
pariwisata
6. Pengenbangan ekonomi lokal

KETERANGAN
- Kegiatan ini menggunakan
dana yang bersumber dari
swadaya masyarakat dan
juga bersumber dari bantuan
pemerintah

- Kegiatan ini menggunakan


dana yang bersumber dari
swadaya masyarakat dan
juga bersumber dari bantuan
pemerintah

- Kegiatan ini menggunakan


dana yang bersumber dari
swadaya masyarakat dan
juga bersumber dari bantuan
pemerintah

1. Penurunan tingkat kematian


2. Jaminan kesehatan masyarakat
3. Pengembangan nilai budaya

Tabel 7
Prioritas pembangunan Desa tahun 20…
44
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa

VIII. KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DESA


A. Pengelolaan Pendapatan Desa
1. Intensifikasi dan Ekstensifikasi
Berapapun jumlah anggaran bukan merupakan satu-satunya faktor
penentu berhasilnya perjalanan sebuah Pemerintahan Desa, tetapi memadainya
anggaran masih merupakan faktor kunci atas keberhasilan penyelenggaraan
Pemerintahan Desa. Karena itu bukan saja persoalan seberapa besar jumlah
keuangan desa yang mampu diperoleh oleh sebuah organisasi Pemerintahan
Desa, tetapi sekaligus seperti apa performa pengelolaan keuangan, termasuk
pengelolaan pendapatan desa, sehingga mampu memaksimalkan potensi loyalitas
perangkat dalam mengaktualisasikan kapasitas aparaturnya secara profesional.
Dalam struktur APBDes, pendapatan desa masih merupakan elemen
yang cukup penting peranannya baik untuk mendukung penyelenggaraan
pemerintahan maupun pelaksanaan pelayanan kepada publik. Apabila dikaitkan
dengan pembiayaan, maka pendapatan desa masih merupakan alternatif pilihan
utama dalam mendukung program dan kegiatan penyelenggaraan pemerintahan
dan pelayanan publik di Desa.
Oleh karena masih kecilnya kontribusi Pendapatan Asli Desa terhadap
APBDes, mengharuskan Pemerintah Desa secara terus menerus berupaya
meningkatkan Pendapatan Asli Desa sebagai sumber utama pendapatan desa,
secara wajar dan dapat dipertanggungjawabkan, dengan tetap memperhatikan
kondisi masyarakat yang menjadi subyek Pendapatan Asli Desa. Artinya, dalam
pengelolaan anggaran pendapatan desa senantiasa diperhatikan upaya untuk
peningkatan pendapatan dari swadaya desa, tetapi dengan semaksimal mungkin
menghilangkan melekatnya kesan menambah beban masyarakat dan apalagi
menimbulkan keengganan berswadaya.
Di Desa , implementasinya selain ektensifikasi juga sekaligus intensifikasi
perolehan

pendapatan

desa.

Intensifikasi

yang

dimaksud

adalah

upaya

melakukan kajian, perbaikan dan penyempurnaan internal dan berorientasi


kepada mutu dan kualitas maupun perlakuan terhadap subyek maupun obyek
pendapatan. Sedangkan upaya ekstensifikasi lebih merupakan upaya dan
perlakuan memperluas secara eksternal atas kekurangan yang terjadi dalam
pelaksanaan kegiatan meningkatkan jumlah perolehan swadaya masyarakat.
Dibawah ini beberapa operasionalisasi kegiatan yang dilakukan oleh
Pemerintah Desa

dalam rangka meningkatkan jumlah perolehan pendapatan

desa tahun 2010, sebagai berikut :


1
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
 Untuk meningkatkan pendapatan dari sektor HIPPAM, perlu perbaikan

manajemen administrasi, dana berasal dari keuangan HIPPAM sendiri.


 Untuk

meningkatkan kesadaran masyarakat dalam berswadaya, maka

Pemerintah Desa mengadakan pendekatan-pendekatan berupa rembug desa.


 Dana berasal dari ADD/K Pemerintahan pada pos biaya Rapat-rapat.
 Dana berasal dari ADD/K Pemberdayaan diusahakan bisa menjadi stimulasi

bagi masyarakat untuk dapat meningkatkan dan melestarikan Keswadayaan


masyarakat yang selama ini menjadi modal utama dan motor penggerak
kegiatan pembangunan di desa.
 Berusaha terus memperbaiki dan meningkatkan kualitas kelembagaan Badan

Pengelola Keuangan Desa


2. Target dan Realisasi Belanja
Berikut ini deskripsi rincian target dan realisasi Pendapatan Desa

Tahun

Anggaran 20... :
NO
1
1

URAIAN JENIS PENDAPATAN


2
PENDAPATAN ASLI DESA
Tanah Kas Desa
Hasil Swadaya dan Partisipasi
Hasil Gotong Royong

TARGET
Rp.
4

REALISASI
Rp.
5

DANA PERIMBANGAN
LAIN - LAIN PENDAPATAN YANG SAH
Dana tambahan penghasilan tetap Kepala Desa
3
dan Perangkat Desa
Tunjangan RT dan RW
JUMLAH TOTAL PENDAPATAN

Tabel 8
Target dan Realisasi Pendapatan Desa Tahun Anggaran 20…
(Merupakan Ringkasan dari APB Desa)
3. Permasalahan dan Penyelesaian
Selama tahun anggaran berjalan, tidak ada permasalahan yang berarti dan apabila
terdapat permasalahan tentunya akan diselesaikan sesuai dengan prosedur yang
ada. Semua program pada anggaran tahun 2010 telah terealisasi 100%.
B. Pengelolaan Belanja Desa
1. Kebijakan Umum Keuangan Desa
Anggaran Pemerintah Desa merupakan dokumen formal hasil kesepakatan
antara Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa tentang belanja yang
ditetapkan untuk melaksanakan kegiatan pemerintah dan pendapatan yang
diharapkan untuk menutup keperluan belanja tersebut atau pembiayaan yang
2
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
diperlukan bila diperkirakan akan terjadi defisit atau surplus. Dengan demikian,
anggaran mengkoordinasikan aktivitas belanja pemerintah dan memberi landasan
bagi upaya perolehan pendapatan dan pembiayaan oleh Pemerintah Desa untuk
suatu periode tertentu, biasanya mencakup periode tahunan.
Maka, fungsi anggaran di lingkungan Pemerintah Desa

mempunyai

pengaruh penting dalam akuntansi dan pelaporan keuangan, antara lain karena :
a. Anggaran merupakan pernyataan kebijakan publik ;
b. Anggaran merupakan target fiskal yang menggambarkan keseimbangan antara
belanja, pendapatan, dan pembiayaan yang diinginkan ;
c. Anggaran menjadi landasan pengendalian yang memiliki konsekuensi hukum ;
d. Anggaran memberi landasan penilaian kinerja pemerintah ;
e. Hasil pelaksanaan anggaran dituangkan dalam laporan keuangan Pemerintah
Desa sebagai pernyataan pertanggungjawaban pemerintah kepada publik.
Di Desa, akuntansi dana (fund accounting) merupakan sistem akuntansi
dan pelaporan keuangan yang baru akan diterapkan secara intregatif pada tahun
anggaran 2010.
2. Target dan Realisasi Belanja
Sebagaimana disebutkan diatas, bahwa Pemerintah Desa

pada tahun

anggaran 2010, segenap pengelolaan keuangan, baik pengelolaan Pendapatan


dan Belanja Desa mengacu pada aturan sebagaimana termaktub dalam Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Desa.
Belanja Desa sebagaimana tersurat dalam Peraturan Menteri itu terdiri
atas bagian Belanja langsung dan bagian Belanja tidak langsung. Setiap
Kelompok Belanja dirinci menurut Jenis Belanja. Setiap jenis belanja dirinci
menurut obyek belanja dan setiap obyek belanja dirinci menurut rincian obyek
belanja. Berikut ini Tabel yang menguraikan secara rinci Target dan realisasi
Belanja Desa Tahun Anggaran :
NO
1

URAIAN
Belanja Langsung
Belanja Pegawai
Belanja Barang/Jasa
Belanja Pemeliharaan
Belanja Perjalanan Dinas
Belanja Lain-lain
Belanja Tak terduga

TARGET

REALISASI

Belanja Tidak Langsung


Belanja Pegawai / Penghasilan Tetap
3
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
Belanja Bantuan Sosial
Belanja Bantuan Keuangan
Belanja Prasarana Produksi
Belanja Prasarana Pemerintahan
Desa
Belanja Pembangunan Lain-lain
JUMLAH BELANJA
Tabel 9
Target dan Realisasi Belanja Desa Tahun Anggaran
(Merupakan Ringkasan dari APBDesa)
3. Permasalahan dan Penyelesaian
Selama tahun anggaran

berjalan, tidak ada permasalahan yang berarti dan

apabila terdapat permasalahan tentunya akan diselesaikan sesuai dengan


prosedur yang ada.

IX. PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DESA


A. Urusan Hak Asal Usul Desa
Yang dimaksud dengan hak asal-usul desa dalam bab ini adalah hak untuk mengatur
dan mengurus kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan asal usul, adat
istiadat atau kebiasaan yang berlaku dan tidak bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan.
1. Pelaksanaan Kegiatan
Dalam hal melaksanakan hak asal usul desa, Desa melaksanakan beberapa hal
yang menyangkut kepentingan masyarakat, yaitu :
a. Pembangunan fisik meliputi :
1) Pembangunan jalan makadam, pembangunan bak sampah, pembangunan
kamar mandi umum dan pembangunan kamar mandi masjid. Pelaksana
kegiatan ini dilakukan oleh masyarakat dengan membentuk panitia
pelaksana pembangunan.
2) Pembangunan gedung Taman Pendidikan Al - Qur’an ( TPQ )
3) Pembangunan plengsengan, pelaksanaan bedah rumah, pengadaan tong
sampah, pembangunan pesarean, dll.
b. Pelaksanaan urusan pemerintahan yaitu meliputi pemilihan Kepala Dusun
c. Di bidang sosial budaya meliputi : fasilitasi kegiatan rukun kematian (Rukem)
d. Pengelolaan Tanah Kas Desa
Tanah kas desa (bengkok) dikelola langsung oleh perangkat desa sebagai
penghasilan

tetap

dan

tanah

bengkok

yang

kosong

dikelola

oleh

Pemerintah Desa.
4
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
2. Realisasi Pelaksanaan Kegiatan
Realisasi pelaksanaan kegiatan diatas dapat dilihat pada tabel berikut :
NO

JENIS KEGIATAN

JUMLAH
ANGGARAN
( RP.)

REALISASI
( Rp . )

Pembangunan Fisik :
a. Pembangunan jalan makadam
b. Pembangunan Bak sampah, dll.

a. Pembangunan TPQ
b. dll

a. Pembangunan Jalan tembus


b. dll

a. Bedah Rumah
b. dll
Pelaksanaan urusan pemerintahan
Bidang Sosial Budaya :
Pengelolaan Tanah Kas Desa
Tabel 10
Realisasi Pelaksanaan Kegiatan Urusan Hak Asal Usul Desa
(merupakan kegiatan yang berasal dari hak usul desa)

3. Permasalahan dan Penyelesaian


Kegiatan yang berkaitan dengan hak asal usul desa tidak pernah dijumpai
permasalahan yang berarti.
B. Urusan Pemerintahan Yang Diserahkan Kabupaten/Kota
1. Program Dan Kegiatan
a. Bidang Pertanian dan Ketahanan Pangan
b. Pertambangan dan Energi serta Sumber Daya Mineral
c. Bidang Kehutanan dan Perkebunan
d. Bidang Perindustrian dan Perdagangan
e. Bidang Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah
f.

Bidang Penanaman Modal

g. Bidang Tenaga Kerja dan Transmigrasi


h. Bidang Kesehatan
i.
Bidang Pendidikan dan Kebudayaan

j.

Bidang Sosial

k. Bidang Penataan Ruang


Program penataan ruang (Rencana Tata Ruang Wilayah, disingkat RTRW)
mengikuti RTRW induk Kota Batu.
l.

Bidang Pemukiman dan Perumahan


5
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
m. Bidang Pekerjaan Umum
n. Bidang Perhubungan
o. Bidang Lingkungan Hidup
p. Bidang Politik Dalam Negeri dan Administrasi Publik
q. Bidang Otonomi Desa
r.

Bidang Perimbangan Keuangan

s. Bidang Tugas Pembantuan


t.

Bidang Pariwisata

u. Bidang Pertanahan
v.

Bidang Kependudukan dan Catatan Sipil

w. Bidang Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat dan Pemerintahan Umum


x.

Bidang Perencanaan

y.

Bidang Penerangan / Informasi dan Komunikasi

z.

Bidang Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

aa. Bidang Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera


bb. Bidang Pemuda dan Olahraga
cc. Bidang Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
dd. Bidang Statistik
ee. Bidang Arsip dan Perpustakaan
2. Realisasi Pelaksanaan Kegiatan
Realisasi semua kegiatan diatas (sesuai dengan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Desa) selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut ini :
NO

PROGRAM

Pendapatan Asli Desa


1. Hasil Pengelolaan Tanah Kas Desa
2. Kekayaan Desa (HIPPAM)
3. Hasil Swadaya dan Partisipasi
4. Hasil Gotong Royong

Bagian Dana Perimbangan Pusat dan Daerah

ANGGARAN
Rp.
REALISASI

Bantuan Keuangan Pemerintah, Pemerintah


Propinsi, Kabupaten/Kota dan Desa
1. Tunjangan RW dan RT yang disalurkan
oleh Bagian Pemerintahan
2. Dana tambahan penghasilan tetap
Kepala Desa dan Perangkat Desa
JUMLAH
Tabel 11
Realisasi kegiatan urusan pemerintahan yang diserahkan Kota (sesuai APBDes)
6
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
3. Permasalahan dan Penyelesaian
Setiap kegiatan pembagunan yang direncanakan dan dikerjakan bersama
tentunya terdapat kekurangan. Namun dari kekurangan tersebut bisa di minimalisir
dengan jalan dibicarakan bersama antara Pemerintah Desa, lembaga desa dan
seluruh komponen yang terlibat didalamnya.

X.

PENYELENGGARAAN TUGAS PEMBANTUAN


A. Tugas Pembantuan Yang Diterima
1. Dasar Hukum
Dasar hukum Tugas Pembantuan yang Diterima adalah Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 52 Tahun 2001 tentang Penyelenggaran
Tugas Pembantuan. Pembagian wilayah administrasi pemerintaham di Indonesia
berdasarkan Pasal 18 Undang-Undang Dasar 1945 beserta penjelasannya
menegaskan bahwa pembagian daerah Indonesia atas daerah besar dan kecil,
dengan bentuk dan susunan pemerintahannya ditetapkan dengan undangundang. Daerah
Indonesia akan dibagi dalam Daerah Propinsi dan daerah
Propinsi akan dibagi dalam daerah yang lebih kecil, dengan mengingat dasar
permusyawaratan dalam sistem pemerintahan Negara dan hak-hak asal-usul
dalam daerah yang bersifat istimewa.
Negara

Republik

penyelenggaraan

Indonesia

pemerintahannya

sebagai

Negara

menggunakan

Kesatuan

asas

dalm

desentralisasi,

dekonsentrasi dan tugas pembantuan. Penyelenggaraan asas tugas pembantuan


adalah cerminan dari sistem dan prosedur penugasan Pemerintah kepada Daerah
dan Desa serta penugasan dari Propinsi atau Kabupaten kepada Desa untuk
menyelenggarakan urusan pemerintahan dan pembangunan yang disertai dengan
pembiayaan, sarana dan prasarana, serta sumber daya manusia dengan
kewajiban

melaporkan

pelaksanaannya

dan
mempertanggungjawabkannya

kepada yang memberi tugas. Tugas ini diselenggarakan karena tidak semua
wewenang dan tugas pemerintahan dapat dilakukan dengan menggunakan asas
desentralisasi dan asas dekonsentrasi.
Pemberian
efisiensi

dan

Tugas

efektivitas

Pembantuan

dimaksudkan

penyelenggaraan

untuk

pemerintahan,

meningkatkan
pengelolaan

pembangunan, dan pelayanan umum.tujuan pemberian Tugas Pembantuan


adalah memperlancar pelaksanaan tugas dan penyelesaian permasalahan serta
membantu pengembangan pembangunan bagi Daerah dan Desa.

7
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
Tugas Pembantuan yang diberikan oleh Pemerintah kepada Daerah dan
Desa meliputi sebagian tugas bidang politik luar negeri, pertahanan keamanan,
peradilan, moneter dan fiskal, agama dan kewenangan bidang lain yakni kebijakan
entang perencanaan nasional dan pengendalian pembangunan secara makro,
dana perimbangan keuangan, sistem administrasi Negara dan lembaga
perekonomian Negara, pembinaan dan pemberdayaan sumber daya manusia,
pendayagunaan sumber daya alam serta teknologi tinggi yang strategis,
konservasi, dan standarisasi nasional.
Tugas Pembantuan yang diberikan oleh Propinsi sebagai Daerah otonom
kepada Desa meliputi sebagian tugas dalam bidang pemerintahan yang bersifat
lintas Kabupaten dan Kota, serta sebagian tugas pemerintahan dalam bidang
tertentu lainnya, termasuk juga sebagian tugas pemerintahan yang tidak atau
belum dapat dilaksanakan oleh daerah Kabupaten dan Kota, sedangkan sebagai
wilayah administrasi mencakup sebagian tugas dalam bidang pemerintahan yang
dilimpahkan kepada Gubernur sebagai wakil Pemerintah.
Tugas Pembantuan yang diberikan oleh Kabupaten kepada Desa
mencakup sebagian tugas pemerintahan yang menjadi wewenang Kabupaten
termasuk sebagian tugas yang wajib dilaksanakan oleh Kabupaten meliputi
pekerjaan

umum,

kesehatan,

pendidikan

dan

kebudayaan,

pertanian,

perhubungan, industri dan perdagangan, penanaman modal, lingkungan hidup,


pertanahan, koperasi, dan tenaga kerja.
2. Instansi Pemberi Tugas Pembantuan
Instansi pemberi tugas pembantuan adalah :
a. Dinas Pendapatan Daerah
b. Bagian Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Daerah
c. Dinas Perindustrian dan Perdagangan
d. Badan Pusat Statistik
e. Kantor Pos dan Giro
f. Badan Pemberdayaan Masyarakat
g. Badan Perencanaan Daerah
h. Dinas Kependudukan, Catatan Sipil dan Tenaga Kerja
3. Satuan Kerja Perangkat Desa
Adanya perangkat desa yang berasal dari pegawai Pemerintah Kabupaten yang
diperbantukan di Desa.
4. Kegiatan Yang Diterima
a. Dinas Pendapatan Daerah
Kegiatan yang diterima dari Dinas Pendapatan Daerah berupa pemungutan
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).
8
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
b. Bagian Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Daerah
Kegiatan yang diterima Bagian Kesejahteraan Rakyat berupa penyaluran beras
murah untuk keluarga miskin.
c. Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Kegiatan yang diterima dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan berupa
penyaluran minyak goreng murah dan paket ramadhan untuk keluarga miskin.
d. Badan Pusat Statistik
Kegiatan yang diterima dari Badan Pusat Statistik berupa pencarian data, mulai
dari data kependudukan, sensus pertanian, sensus industri, ubinan, sensus
keuangan desa, update data keluarga miskin.
e. Kantor Pos dan Giro
Kegiatan yang diterima dari Kantor Pos dan Giro berupa pendistribusian surat
ke penerima dan pendistribusian kartu BLT kepada yang berhak menerima.
f. Badan Pemberdayaan Masyarakat
Kegiatan yang diterima dari Badan Pemberdayaan Masyarakat berupa
penyaluran sembako untuk keluarga miskin pada program pasar murah dan
penyaluran sembako gratis.
5. Sumber dan Jumlah Anggaran
Sumber dan jumlah anggaran kegiatan diatas dapat selengkapnya dilihat pada
tabel berikut :
NO

KEGIATAN

Penarikan Pajak Bumi dan


Bangunan
Penyaluran sembako murah dan
sembako gratis
Penyaluran minyak goreng dan
paket ramadhan
Sensus pertanian, sensus industri,
ubinan, sensus keuangan desa,
update data keluarga miskin
Pendistribusian surat dan kartu BLT

2
3
4

SUMBER

ANGGARAN
(Rp.)

KET

Tabel 12
Sumber dan jumlah anggaran kegiatan yang diterima Pemerintah Desa
6. Permasalahan dan Penyelesaian
B. Tugas Pembantuan Yang Diberikan
1. Sumber Hukum
Dasar Hukum Tugas Pembantuan yang Diberikan adalah Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 52 Tahun 2001 tentang Penyelenggaran Tugas
Pembantuan.
9
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
2. Urusan Pemerintahan Yang Ditugas Pembantuankan
Urusan pemerintahan yang ditugas pembantuankan meliputi pekerjaan umum,
kesehatan, pendidikan dan kebudayaan, pertanian, industri dan perdagangan,
perhubungan, penanaman modal, lingkungan hidup, pertanahan, koperasi dan
tenaga kerja. Namun yang menjadi prioritas Pemerintah Desa adalah bidang
pertanian, kesehatan dan lingkungan hidup.
3. Sumber dan Jumlah Anggaran
Sumber

dana

untuk

menjalankan

urusan

pemerintahan

yang

ditugas

pembantuankan adalah berasal dari Alokasi Dana Desa (ADD).


4. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana yang digunakan untuk mendukung jalannya tugas yang
dipembantuankan adalah seluruh fasilitas yang dimiliki oleh Pemerintah
Kabupaten dan Pemerintah Desa .

XI. PENYELENGGARAN URUSAN PEMERINTAHAN LAINNYA


A. Kerjasama Antar Desa
1. Kebijakan dan kegiatan
2. Realisasi pelaksanaan kegiatan
3. Permasalahan dan penyelesaian
B. Kerjasama Desa Dengan Pihak Ketiga
1. Kebijakan dan kegiatan
2. Permasalahan dan penyelesaian
C. Batas Desa
1. Kebijakan dan kegiatan
2. Permasalahan dan penyelesaian
D. Pencegahan dan Penanggulangan Bencana
1. Bencana yang terjadi dan penanggulannya
2. Status bencana
3. Sumber dan jumlah anggaran
4. Antisipasi desa
5. Potensi bencana yang diperkirakan terjadi
E. Penyelenggaraan Ketenteraman dan Ketertiban Umum
1. Gangguan yang terjadi
2. Satuan pelaksana kegiatan desa
3. Data perangkat desa
4. Sumber dan jumlah anggaran
5. Penanggulangan dan kendalanya
6. Keikutsertaan aparat keamanan dalam penanggulangannya
10
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
Lampiran LKPJ Desa Tahun 20…

GAMBARAN UMUM
PERENCANAAN DAN REALISASINYA
TAHUN 20…

NO

PERENCANAAN

REALISASI ( % )

Lampiran LKPJ Desa Tahun 20…

GAMBARAN UMUM
RENCANA DAN PROGRAM TAHUN 20…

NO

PERENCANAAN

REALISASI ( % )

11
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa

SUB MATA LATIHAN 3.3.


PENGAWASAN BPD TERHADAP
PELAKSANAAN PERATURAN
DESA DAN PERATURAN
KEPALA DESA

KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA


BALAI BESAR PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA MALANG
2012

12
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
Lembar Bacaan

PENGAWASAN BPD TERHADAP PELAKSANAAN


PERATURAN DESA DAN PERATURAN KEPALA DESA
XII. PENGERTIAN
Pengawasan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) terhadap Pemerintah Desa
adalah proses kegiatan yang ditujukan untuk menjamin agar pemerintah desa berjalan
secara
efisien dan efektif, sesuai dengan rencana dan ketentuan yang sudah ditetapkan
bersama.
Dalam hal ini pemerintah desa merupakan penyelenggara urusan pemerintah yang
mengatur
dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal usul dan adat
istiadat
yang diakui dan dihormati dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Dengan pengertian tersebut, pengawasan BPD terhadap pelaksanaan Perdes dan
Perkades merupakan kegiatan yang ditujukan untuk melihat penyelenggaraan pemerintah
desa dalam melaksanakan Peraturan desa yang sudah ditetapkan. Hal ini yang menjadi
dasar pimpinan maupun anggota BPD tidak diperbolehkan merangkap jabatan sebagai
kepala desa atau perangkat desa, agar dalam pengawasannya lebih obyektif.

XIII. RUANG LINGKUP


Pengawasan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) atas penyelenggaraan
pemerintah desa meliputi administrasi pemerintah desa dan urusan pemerintah desa,
dimana administrasi pemerintah desa terdiri dari kebijakan , kelembagaan, keuangan
dan
kekayaan desa.
Pengawasan kebijakan desa

termasuk didalamnya adalah peraturan desa,

peraturan kepala desa dan keputusan kepala desa.

XIV. MEKANISME PENGAWASAN


Pengawasan BPD atas pelaksanaan Peraturan desa dan peraturan kepala desa
dilakukan secara berkala dan komprehensif yang dimulai dari persiapan, pelaksanaan
dan pelaporan hasil pengawasan/rekomendasi sebagai bahan masukan dalam rangka
meningkatkan kualitas penyelenggaraan pemerintah desa.

XV. ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DESA


A. Kebijakan Desa
1. Peraturan Desa
a. Mengawasi Rancangan Peraturan Desa apakah telah memberikan kesempatan
pada masyarakat untuk memberikan masukan secara lisan atau tertulis.
13
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
b. Mengawasi apakah Peraturan Desa tidak bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan yang lebih tinggi atau kepentingan umum.
c. Mengawasi penyampaian Peraturan Desa kepada Bupati/Walikota sebagai
bahan pembinaan.
d. Mengawasi pelaksanaan Peraturan Desa yang telah ditetapkan oleh Kepala
Desa bersama Badan Pemusyawaratan Desa.
2. Peraturan Kepala Desa dan Keputusan Kepala Desa
a. Mengawasi apakah Peraturan Kepala Desa dan Keputusan Kepala Desa tidak
bertentangan dengan Peraturan Desa.
b. Mengawasi Kepala Desa dalam pelaksanaan Peraturan desa apakah telah
menetapkan Peraturan Kepala Desa dan Keputusan Kepala Desa.
3. Rancangan Peraturan Desa tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa
Mengawasi

Kepala Desa

dalam Penyampaikan Rancangan Peraturan Desa

tentang Anggaran Pendapatan Belanja Desa kepada Bupati/Walikota untuk


dievaluasi tepat waktu kalau tidak apa sebabnya.
B. Perencanaan Pembangunan Desa
1. Mengawasi keterkaitan dan konsistensinya antara RPJM-Desa dengan rencana
pembangunan daerah Kabupaten/Kota.
2. Mengawasi penyusunan dan pelaksanaan RPJM-Desa dan RKP Desa telah
sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.
3. Mengawasi apakah Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa sudah
sesuai dengan kebutuhan

masyarakat dan

keadaan setempat.

4. Mengawasi apakah perencanaan pembangunan desa (Rencana Pembangunan


Jangka Menengah-Desa) telah disusun secara partisipasif oleh pemerintahan
desa

yaitu

melibatkan

pihak

terkait

dalam

penyusunan

perencanaan

pembangunan desa.
5. Mengawasi apakah dalam menyusun perencanaan pembangunan desa telah
melibatkan lembaga kemasyarakatan desa seperti rukun tetangga, rukun warga,
karang taruna, PKK dan lembaga pemberdayaan masyarakat.
6. Mengawasi perencanaan pembangunan desa 5 tahun (Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Desa) yang telah disusun dan ditetapkan dengan Peraturan Desa.
7. Mengawasi
apakah

RPJM-Desa

telah

dijabarkan

dalam

Rencana

Kerja

Pembangunan Desa (RKP-Desa) dan apakah telah ditetapkan dengan Peraturan


Kepala Desa.
8. Mengawasi keterkaitan dan konsistensinya antara RKP-Desa dengan RPJM-Desa.

14
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
9. Pembangunan Kawasan Pedesaan.
a. Mengawasi apakah pembangunan kawasan pedesaan yang dilakukan oleh
Kabupaten/Kota dan atau pihak ketiga mengikut sertakan pemerintah desa.
b. Mengawasi

apakah

dalam

perencanaan,

pelaksanaan

pembangunan,

pemanfaatan dan pendayagunaan kawasan pedesaan telah mengikutsertakan


masyarakat sebagai upaya pemberdayaan masyarakat.
C. Keuangan Desa
1. Mengawasi perdes APBDes dengan melihat Peraturan Bupati tentang penetapan
Alokasi Dana Desa.
2. Mengawasi perdes APBDes yang mengatur tentang Alokasi Dana Perimbangan
Desa.
3. Mengawasi penyelenggaraan Alokasi Dana Desa telah mempertimbangkan faktor
pemerataan, keadilan, serta potensi desa.
4. Mengawasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa telah memuat sumbersumber
pendapatan desa, yaitu :
a. Pendapatan asli desa;
b. Bagi hasil pajak daerah dan retribusi tertentu;
c. Bagian dari dana perimbangan keuangan Pemerintah, Pemerintah Provinsi
yang diterima oleh Kabupaten;
d. Bantuan Keuangan dari Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah
Kabupaten;
e. Hibah dan sumbangan pihak ketiga yang tidak mengikat.
5. Mengawasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa yang telah dibahas dan
disetujui bersama.
6. Mengawasi apakah Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa telah ditetapkan
dengan Peraturan Kepala Desa.
7. Mengawasi apakah Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa telah didukung
dengan rencana kegiatan desa.
8. Mengawasi apakah bantuan Keuangan dari Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan
Pemerintah Kabupaten telah disalurkan melalui Kas Desa.
9. Mengawasi apakah Desa telah menerima alokasi dana perimbangan desa dari
bagi hasil pajak daerah, retribusi tertentu, bagian dari dana perimbangan
keuangan dari Pemerintah, Pemerintah Provinsi sesuai periode yang ditetapkan.
10. Mengawasi apakah realisasi penerimaan dana desa tersebut telah sesuai dengan
perhitungan sebagaimana mestinya.

15
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
11. Mengawasi apakah penggunaan Alokasi Dana Perimbangan Desa telah mengacu
pada komposisi:
a. Minimal 60% digunakan untuk pembiayaan pembangunan sarana dan
prasarana desa;
b. Maksimal 30% digunakan untuk pembiyaan operasional aparatur desa dan
Badan Permusyawaratan Desa;
c. Maksimal 10% digunakan untuk bantuan kepada lembaga kemasyarakatan dan
organisasi lainnya yang diakui Pemerintah Desa.
12. Mengawasi apakah ada sumber pendapatan desa yang telah dimiliki dan dikelola
oleh desa diambil oleh pemerintah atau pemerintah provinsi.
13. Mengawasi apakah ada sumber pendapatan daerah yang berada di desa baik
pajak maupun retribusi namun masih ada pungutan tambahan oleh Pemerintah
Desa.
14. Mengawasi apakah sudah semua jenis pengeluaran sesuai dengan Rencana
kegiatan Desa yangtertuang dalam dokumen anggaran belanja desa.
15. Mengawasi apakah telah dilakukan evaluasi terhadap hasil pelaksanaan kegiatan
desa.
16. Mengawasi apakah Kepala Desa telah membuat dan menyampaikan laporan
penggunaan dana alokasi desa secara berkala kepada Bupati/Walikota.
17. Badan Usaha Milik Desa.
a. Mengawasi apakah tata cara pembentukan dan pengelolaannya telah
disesuaikan dengan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.
b. Mengawasi peraturan desa tentang pembentuk dan pengelolaan Badan Usaha
Milik Desa
c. Mengawasi apakah kontribusi (bagi hasil usaha) yang diterima desa telah
sesuai dengan perjanjian dan apakah telah disetorkan ke rekening desa.
D. Kekayaan Desa
1. Kebijakan pengelolaan kekayaan desa
Mengawasi peraturan-peraturan desa yang berkaitan dengan tata cara pengelolaan
kekayaan desa dalam rangka meningkatkan tertib pengelolaan kekayaan desa.
2. Perencanaan Kebutuhan Kekayaan Desa.
a. Mengawasi perencanaan kebutuhan kekayaan desa yang dituangkan dalam
rencana kerja dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa.
b. Apakah perencanaan kebutuhan kekayaan desa tersebut telah memperhatikan
ketersediaan barang milik desa, yaitu barang yang diadakan benar-benar
dibutuhkan.
16
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
c. Apakah biaya yang diperlukan cukup tersedia dalam Anggaran Pendapatan dan
Belanja Desa.
d. Apakah jumlah barang, standart barang dan standar harga yang dibutuhkan
wajar.
3. Inventarisasi Kekayaan Desa
a. Mengawasi ada berapa jenis kekayaan yang dimiliki desa yang bersangkutan,
seperti:
- Tanah kas desa
- Pasar desa
- Pasar hewan
- Tambatan perahu
- Bangunan desa.
- Pelelangan ikan yang dikelola desa
- Lain-lain kekayaan milik desa.
b. Mengawasi apakah jenis kekayaan milik desa tersebut telah tercatat dalam
buku kekayaan desa.
c. Mengawasi Dokumen kepemilikan kekayaan Desa, apakah semua kekayaan desa
tersebut telah memiliki dokumen yang sah atas nama desa yang bersangkutan.
4. Mengawasi lain-lain kekayaan milik Desa
a. Mengawasi barang yang diperoleh dari hasil pengadaan atas beban Anggaran
Pendapatan dan Belanja Desa/ Daerah, apakah prosedur pengadaannya telah
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yaitu:
- Melalui panitia pengadaan/pejabat pengadaan.
- Cara Pengadaan dengan pelelangan, pemilihan langsung dan pengadaan
langsung sesuai dengan besarnya nilai pengadaan.
- Kewajaran harga.
- Kualitas harga.
- Kualitas dan kuantitas barang.
- Spesifikasi barang.
- Pemeriksaan oleh panitia pemeriksa barang.
- Penerimaan barang apakah sudah sesuai dengan SPK/Surat pesanan, baik
spesifikasi jumlah dan waktu penyerahan.
- Keberadaan barangnya.
b. Mengawasi barang yang berasal dari sumbangan pihak ketiga/Hibah.
- Melihat dan menyaksikan Berita Acara Penyerahan Barang dari pemerintah
provinsi, kabupaten/kota atau dari pihak ketiga.
17
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
- Mengawasi apakah barang-barang yang diserahkan dan yang diterima sudah
sesuai dengan yang tercantum dalam Berita Acara Serah Terima Barang.
- Mengawasi Dokumen kepemilikan barang yang sudah dihibahkan apakah
sudah beralih kepemilikannya atas nama desa yang bersangkutan.
- Mengawasi apakah barang-barang yang berasal dari sumbangan/hibah
tersebut sudah tercatat sebagai barang milik desa/kekayaan desa dalam buku
kekayaan desa. Mengawasi apakah penyerahan barang-barang yang
dihibahkan/sumbangan dari pihak ketiga, pemerintah provinsi, kabupaten, kota
tersebut disertai dengan dokumen kepemilikannya/dokumen perolehannya.
5. Pemanfaatan Kekayaan Desa
a. Mengawasi apakah ada barang-barang milik desa yang tidak dipergunakan
sebagai pendukung tugas pokok dalam penyelenggaraan pemerintahan desa,
Inventarisir jenis dan jumlah barangnya.
b. Mengawasi apakah barang-barang yang tidak digunakan tersebut telah
dimanfaatkan/didayagunakan.
c. Mengawasi apakah ada kekayaan desa yang dimanfaatkan/didayagunakan berupa :
- Sewa
- Pinjam pakai
- Kerjasama pemanfatan
- Bangun serah guna
- Bangun guna serah
d. Penyewaan kekayaan desa
1) Dapatkan data barang milik desa yang disewakan dengan pihak ketiga yaitu:
• Jenis barangnya
• Surat Perjanjian Sewa menyewa
• Keputusan Kepala Desa tentang Penetapan Tarif Sewa.
2) Mengawasi apakah Keputusan Kepala Desa tentang Penetapan Tarif Sewa
mendapat persetujuan Badan Permusyawaratan Desa.
3) Mengawasi apakah Surat Perjanjian sewa menyewa telah memuat:
• Pihak - pihak yang terikat dalam perjanjian;
• Obyek perjanjian sewa menyewa;
• Jangka waktu penyewaan;
• Hak dan kewajiban para pihak;
• Penyelesaian perselisihan;
• Keadaan diluar kemampuan para pihak (force majeure);
• Penanganan pelaksanaan perjanjian;
18
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
• Besarnya sewa;
• Cara pembayaran; dan
• Sanksi.
4) Mengawasi apakah ada Surat Perjanjian Sewa Menyewa yang sudah
berakhir waktunya tetapi barangnya belum dikembalikan, berapa lamanya
dan hitung kerugian yang dialami oleh desa.
5) Mengawasi apakah ada perpanjangan sewa menyewa namun tidak diikuti
dengan

perpanjangan

Surat

Perjanjian

Sewa

Menyewa

dan

cek

pembayaran sewanya apakah disetor ke rekening desa.


6) Mengawasi apakah penyewa (pihak ketiga) membayar tepat waktu sesuai
dengan Surat Perjanjian, kalau tidak apakah dikenakan sanksi denda
keterlambatan.
7) Mengawasi apakah

penerimaan

pembayaran

sewa sudah disetorkan

ke Kas Desa, kalau belum/ tidak cek penggunaannya.


6. Pinjam Pakai Kekayaan Desa
a. Mengawasi apakah ada barang-barang milik desa yang dipinjam pakai oleh
Pemerintah Desa, lain dapatkan Surat Perjanjian Pinjam pakai dan Berita Acara
Serah Terima Barang.
b. Mengawasi apakah Surat Perjanjian Pinjam Pakai telah memuat:
1) Pihak-pihak yang terikat dalam perjanjian;
2) obyek perjanjian pinjam pakai;
3) jangka waktu (7 hari);
4) hak dan kewajiban para pihak;
5) penyelesaian perselisihan;
6) force majeure; dan
7) Penanganan pelaksanaan perjanjian.
c. Mengawasi apakah ada pinjam pakai yang sudah habis waktunya sesuai dalam
Surat Perjanjian barangnya belum dikembalikan.
d. Apakah ada pinjam pakai yang waktunya diperpanjang namun tidak dibuatkan
Surat Perjanjian Pinjam Pakai perpanjangan waktu.
e. Mengawasi apakah ada tanah dan bangunan milik desa yang di pakai oleh
Pemerintah Desa lain atau oleh pihak ketiga, apa alasan dapatkan Surat
Perjanjiaanya, dan apakah Kepala Desa yang melaksanakan Pinjam Pakai
tersebut telah mendapatkan persetujuan BPD.
7. Kerjasama pemanfaatan tanah dan bangunan milik desa
a. Mengawasi apakah ada kerjasama pemanfaatan atas tanah dan bangunan
milik desa, dapatkan:
19
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
1) Keputusan Kepala Daerah tentang Penetapan Kerjasama Pemanfaatan
Kekayaan Desa.
2) Surat Perjanjian Kerjasama Pemanfaatan Kekayaan Desa.
3) Surat penetapan kerjasama Pemanfaatan Kekayaan Desa oleh Kepala Desa.
b. Mengawasi alasan/tujuan maksud dilakukannya kerjasama pemanfaatan
kekayaan Desa yang antara lain:
1) Mengoptimalkan daya guna dan hasil guna kekayaan desa.
2) Meningkatkan pendapatan Desa.
3) Tidak tersedia dana/tidak cukup dana dalam Anggaran Pendapatan dan
Belanja Desa untuk memenuhi berapa operasional/pemeliharaan kekayaan
Desa.
c. Mengawasi apakah penetapan mitra kerjasama pemanfaatan telah berdasarkan
musyawarah mufakat antara Kepala desa dengan Badan Permusyawaratan Desa.
d. Mengawasi apakah Surat Perjanjian kerjasama Pemanfaatan tersebut telah
memuat:
1) Pihak yang terikat dalam perjanjian;
2) obyek perjanjian pinjam pakai;
3) jangka waktu paling lama 3 tahun dan dapat diperpanjang;
4) Hak dan kewajiban para pihak;
5) Penyelesaiaan perselisihan;
6) Force majeur;
7) Penanganan pelaksanaan perjanjian;
8) Tidak dibolehkan menggadaikan/memindahtangankan pada pihak lain.
9) Sanksi.
e. Mengawasi apakah penerimaan hasil kerja sama pemanfaatan tersebut telah
sesuai dalam surat perjanjian, dan apakah telah disetorkan seluruhnya ke
Rekening Desa.
f. Mengawasi apakah tanah/bangunan obyek kerjasama pemanfaatan tersebut
segera diserahkan kembali kepada pemerintah Desa setelah perjanjian
berakhir, kalau tidak apa sebabnya.
g. Mengawasi apakah perpanjangan kerjasama pemanfaatan disertai dengan
surat perjanjian perpanjangan kerjasama.
8. Pemanfaatan Kekayaan Desa berupa Bangun Serah Guna dan Bangun Guna Serah.
a. Mengawasi apakah ada tanah (bangunan yang dimanfaatkan berupa Bangun
Guna Serah dan Bangun Serah Guna) dengan pihak ketiga, dapatkan surat
perjanjiannya.
20
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
b. Mengawasi apakah Bangun Guna Serah dan Bangun Serah Guna telah
memenuhi persyaratan yang meliputi:
1) Pemerintah desa memerlukan bangunan dan fasilitas bagi penyelenggaraannya
pemerintahan desa untuk kepentingan pelayanan umum.
2) Tidak tersedia dana dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa untuk
penyediaan bangunan dan fasilitas.
3) Mengawasi apakah surat perjanjiannya telah memenuhi persyaratan
dengan memuat:
- Pihak yang terikat dalam perjanjian.
- Obyek Bangun Guna Serah dan Bangun Serah Guna.
- Jangka waktu paling lama 3 Tahun.
- Hak dan kewajiban para pihak.
- Penyelesaian perselisihan.
- Force majure.
- Sanksi.
- Penanganan pelaksanaan perjanjian
c. Mengawasi apakah selama jangka waktu pengoperasian antara Bangun Guna
Serah dan Bangun Serah Guna tidak memenuhi kewajibannya sesuai Surat
Perjanjian antara lain:
1) Membayar kontribusi kepada Pemerintah Desa.
2) Tidak menjaminkan, mengalihkan dan menggadaikan obyek Bangunan
Serah Guna dan Bangunan Guna Serah kepada pihak lain.
3) Memelihara Obyek Bangunan Serah Guna dan Bangunan Guna Serah.
4) Mengawasi Kewajaran besaran kontribusi atas hasil pengoperasian
Bangunan Serah Guna dan Bangunan Guna Serah, cek penyetoranya ke
Rekening Desa.
d. Mengawasi apakah ada perjanjian Bangun Serah Guna dan Bangun Guna
Serah yang sudah berakhir, nama bangunan dan semua fasilitas yang ada
belum diserahkan kepada Pemerintah Desa.
e. Mengawasi apakah ada Surat Perjanjian Bangun Serah Guna dan Bangun
Guna Serah yang diperpanjang masa berlakunya, namun belum dibuatkan
Surat Perjanjian perpanjangan waktu.
9. Pelepasan hak kepemilikan atas tanah Desa
a. Mengawasi apakah ada kekayaan Desa berupa tanah yang hak kepemilikannya
dilepaskan kepada pihak lain, dapatkan data tanah dan dokumen pelepasan
hak tersebut.
21
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
b. Mengawasi apakah pelepasan hak tersebut memenuhi persyaratan yaitu untuk
kepentingan umum dan ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa.
c. Mengawasi apakah Keputusan Kepala Desa tentang pelepasan Hak Milik atas
Tanah Desa tersebut telah mendapat persetujuan Badan Pemusyawaratan
Desa dan ijin tertulis dari Bupati/Walikota dan Gubernur/dapatkan :
1) Surat persetujuan dari BPD.
2) Ijin tertulis dari Bupati/Walikota.
3) Ijin tertulis dari Gubernur.
d. Mengawasi

apakah

pelepasan

kepemilikan

tanah

desa

tersebut

menguntungkan/merugikan desa yaitu :


1) Cek kewajaran besarnya ganti rugi atas tanah kepada desa.
2) Bandingkan dengan harga pasar dan Nilai Jual Obyek Pajak (NJOP)
e. Mengawasi apakah ganti rugi pelepasan hak milik atas tanah Desa yang
berupa uang telah digunakan untuk membeli tanah pengganti yang berlokasi di
desa setempat, cek :
1) Apakah kondisi tanah pengganti tersebut lebih baik jika dibandingkan
dengan kondisi tanah desa yang dilepaskan.
2) Apakah tanah pengganti yang dibeli berlokasi di desa setempat dan
letaknya lebih strategis.
3) Nilai tanah yang dibeli sekurang-kurangnya sama dengan tanah desa yang
dilepaskan.
4) Mengawasi apakah tanah pengganti yang dibeli tersebut telah dicatat
dalam buku kekayaan desa.
10. Pelaporan
Mengawasi apakah Kepala Desa menyampaikan laporan hasil pengelolaan
kekayaan desa kepada Bupati/ Walikota setiap akhir tahun melalui Camat.
11. Kekayaan Desa akibat Penggabungan Desa
a. Dapatkan Berita Acara Serah Terima Kekayaan masing -masing Desa yang
ditandatangani Kepala Desa dan Badan Pemusyawaratan Desa dan diketahui
oleh Bupati/Walikota.
b. Mengawasi apakah sebelum dilakukan penyerahan kekayaan desa tersebut
telah dilakukan inventarisasi pengecekan fisik dan dokumen kepemilikannya
oleh tim yang dibentuk terhadap kekayaan desa yang akan diserahkan.
c. Dapatkan hasil inventarisasi dan pengecekan fisik oleh tim tersebut,
bandingkan dengan Berita Acara Serah Terima yaitu:
1) Apakah

kekayaan

yang

diserahkan

sudah
sesuai

dengan

hasil

inventarisasi Tim.
22
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
2) Apakah penyerahan kekayaan desa tersebut disertai dengan dokumen
kepemilikannya.
d. Mengawasi apakah Desa baru tersebut telah melakukan inventarisasi dan
pengecekan fisik di lapangan terhadap kekayaan yang diterima dari masingmasing Desa
yang digabung dan mencatat dalam Buku kekayaan Desa Baru.
12. Pembagian Kekayaan Desa akibat Pemekaran Desa
a. Mengawasi apakah proses pembagian kekayaan Desa induk kepada Desa
pemekaran telah berdasarkan musyawarah antar desa yang difasilitasi oleh camat.
b. Mengawasi apakah pembagian kekayaan desa yang telah disepakati dalam
musyawarah

tersebut

telah

diserahkan

seluruhnya

berikut

dokumen

kepemilikannya kepada desa pemekaran.


c. Mengawasi apakah dalam penyerahan kekayaan dari desa induk tersebut telah
dibuatkan Berita Serah Terima dan cek apakah telah sesuai dengan kondisi di
lapangan.
d. Cek dan inventarisir jika ada kekayaan desa induk yang belum diserahkan
kepada desa pemekaran dan apa sebabnya belum diserahkan.
e. Mengawasi apakah seluruh kekayaan desa telah dicatat pada buku kekayaan
desa.

XVI. URUSAN PEMERINTAHAN DESA


A. Urusan berdasarkan Hak Asal Usul Desa
1. Mengawasi jenis-jenis apa saja urusan pemerintahan apa saja yang berdasarkan
hak asal usul desa.
2. Mengawasi apakah urusan pemerintah tersebut benar-benar untuk mengatur
dan mengurus kepentingan masyarakat setempat.
3. Mengawasi apakah jenis kewenangan berdasarkan hak asal usul tersebut telah
ditetapkan dalam peraturan daerah Kabupaten/Kota.
4. Mengawasi apakah jenis kewenangan hak asal usul tersebut bertentangan
dengan peraturan perundang-undangan.
B. Urusan Pemerintahan yang Diserahkan Kepada Desa
1. Mengawasi

jenis-jenis

urusan

pemerintahan

yang

menjadi

kewenangan

Kabupaten/Kota yang diserahkan pengaturannya kepada desa,


dapatkan

Peraturan Daerah Kabupaten/Kota yang menetapkannya.


2. Mengawasi apakah kesiapan pemerintahan desa untuk melaksanakan urusan
pemerintahan Kabupaten/Kota telah ditetapkan dengan Keputusan Kepala

Desa

atas persetujuan pimpinan Badan Pemusyaratan Desa.


23
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
3. Mengawasi apakah urusan pemerintahan yang diserahkan kepada desa
berdasarkan Peraturan Bupati/Walikota telah sesuai dengan Keputusan Kepala
Desa mengenai kesiapan pemerintahan desa melaksanakan urusan pemerintahan
Kabupaten/Kota.
4. Mengawasi

apakah

ada

penambahan

penyerahan

urusan

pemerintahan

Kabupaten/Kota kepada Desa atas permintaan pemerintah desa apa alasannya


dan mengawasi pelaksanaannya.
5. Mengawasi apakah penyerahan urusan pemerintahan Kabupaten/Kota yang
diserahkan kepada desa disertai dengan pembiayaan yang bersumber dari APBD
Kabupaten/Kota.
6. Mengawasi pelaksanaan urusan pemerintahan Kabupaten/Kota yang diserahkan
kepada desa tersebut berjalan secara efektif.
7. Mengawasi apakah ada urusan pemerintah Kabupaten/Kota yang diserahkan
kepada desa yang tidak berjalan secara efektif dalam kurun waktu 2 (dua) tahun
tetapi belum ditarik kembali oleh pemerintah Kabupaten/Kota dan apa sebabnya.
8. Mengawasi apakah Bupati/Walikota telah melakukan pembinaan dan pengawasan
terhadap urusan pemerintahan Kabupaten/Kota yang diserahkan kepada desa,
dan apakah pembinaan dan pengawasan tersebut telah efektif.
C. Tugas Pembantuan
1. Mengawasi tugas pembantuan dari pemerintah, pemerintah provinsi dan
Kabupaten/Kota kepada desa.
2. Mengawasi apakah tugas pembantuan tersebut disertai dengan dukungan
pembiayaan, sarana dan prasarana serta sumber daya manusia yang memadai,
mengawasi pelaksanaan tugas pembantuan tersebut.
3. Mengawasi apakah ada pelaksanaan tugas pembantuan yang menghasilkan
penerimaan, apakah tata cara pemungutan dan penyalurannya telah sesuai dengan
peraturan perundang-undangan bagi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
4. Mengawasi apakah pengelolaan keuangan yang dilakukan oleh desa dalam
pelaksanaan tugas pembantuan telah diselenggarakan secara terpisah dari kegiatan
pengelolaan keuangan untuk pelaksanaan desentralisasi dan dekonsentrasi.
5. Mengawasi tata cara pelaksanaan kegiatan pengelolaan keuangan tugas
pembantuan telah mengacu pada peraturan perundang-undangan tentang tata
cara pengelolaan keuangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
6. Mengawasi apakah terdapat saldo anggaran pelaksanaan tugas pembantuan, cek
apakah telah disetor ke kas negara.

24
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
7. Mengawasi

apakah

Pemerintah

Desa

telah

menyampaikan

laporan

pertanggungjawaban keuangan atas pelaksanaan tugas pembantuan kepada


Departemen/Lembaga Pemerintah Non Departemen yang menugaskannya.
D. Penyelenggara Pemerintahan Desa
1. Mengawasi apakah Kepala Desa telah melaksanakan tugas yang menjadi
kewenangannya dan melaksanakan kewajiban yang telah ditetapkan dalam
peraturan perundang-undangan.
2. Mengawasi apakah Kepala Desa menjadi pengurus salah satu Partai Politik.
3. Mengawasi apakah Kepala Desa merangkap jabatan sebagai Ketua dan/atau
anggota Badan Pemusyawaratan Desa, Lembaga Kemasyarakatan di desa dan
sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
4. Mengawasi apakah Kepala Desa terlibat dalam kampanye pemilu, Pemilihan
Presiden dan Pemilihan Kepala Daerah.
5. Mengawasi apakah Sekretaris Desa diangkat dari Pegawai Negerl Sipil dan telah
memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan.
6. Mengawasi apakah perangkat desa lainnya yang terdiri sekretariat desa,
pelaksana teknis lapangan dan unsur kewllayahan telah diangkat oleh Kepala
Desa dan ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa, serta apakah telah
memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan.
E. Kerjasama Desa
1. Mengawasi apakah ada perjanjian kerjasama antar desa atau desa dengan pihak
ketiga yang meliputi:
a. Peningkatan perekonomian masyarakat desa
b. Peningkatan pelayanan pendidikan
c. Kesehatan
d. Sosial budaya
e. Ketentraman dan ketertiban
f. Pemanfaatan sumberdaya alam (SDA) dan teknologi tepat guna
g. Tenaga kerja
h. Pekerjaan umum
i. Batas desa
j. Lain-lain kerjasama yang menjadi kewenangan desa.
2. Mengawasi apakah perjanjian kerjasama yang membebani masyarakat dan desa
telah mendapat persetujuan Badan Permusyawaratan Desa.
3. Mengawasi apakah kerjasama antar desa telah ditetapkan dengan Keputusan
Bersama dan kerjasama desa dengan pihak ketiga telah ditetapkan dengan
Perjanjian Kerjasama.
25
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
4. Mengawasi apakah segala kegiatan dan pembiayaan bentuk kerjasama desa
telah dituangkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa.
5. Mengawasi apakah Badan Permusyawaratan Desa telah mendorong partisipasi
aktif masyarakat dalam kegiatan kerjasama desa mulai dari tahap perencanaan,
pelaksanaan, evaluasi dan pelestarian.
6. Mengawasi apakah Kepala Desa telah memberikan laporan keterangan
pertanggungjawaban pelaksanaan kerjasama desa kepada masyarakat melalui
Badan Permusyawaratan Desa.
7. Mengawasi apakah Badan Permusyawaratan Desa telah memberikan informasi
keterangan pertanggungjawaban kepala desa mengenai kegiatan kerjasama desa
kepada masyarakat.
8. Mengawasi apakah dalam rangka kerjasama desa dibentuk Badan Kerjasama Desa
yang ditetapkan dengan keputusan bersama dan apakah pengurus badan kerjasama
desa yang telah ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
9. Mengawasi apakah mekanisme dan tatakerja Badan Kerjasama Desa telah
ditetapkan dengan Peraturan Desa.
10. Mengawasi apakah provinsi, kabupaten/kota telah melaksanakan pembinaan dan
pengawasan terhadap pelaksanaan kerjasama desa yang meliputi:
a. Menetapkan pengaturan yang berkaitan dengan kerjasama desa.
b. Pemberian pedoman teknis pelaksanaan kerjasama desa.
c. Melakukan evaluasi dan pengawasan pelaksanaan kerjasama.
d. Memberikan bimbingan, supervisi dan konsultasi pelaksanaan kerjasama desa.
11. Mengawasi apakah camat telah melakukan fasilitasi dan pengawasan kerjasama
desa serta memberikan bimbingan, supervisi dan konsultasi pelaksanaan
kerjasama desa.
F. Laporan
1. Mengawasi

apakah

setiap

kepala

desa

telah

menyampaikan

laporan

penyelenggaraan pemerintahan desa (LPPJ) kepada Bupati/Walikota melalui Camat.


2. Mengawasi

apakah

Kepala

Desa

telah

menginformasikan

laporan

penyelenggaraan pemerintahan desa kepada masyarakat berupa :


a. selebaran yang ditempel pada papan pengumuman.
b. diinformasikan secara lisan dalam berbagai pertemuan masyarakat desa.
c. radio komunitas atau media lainnya.

26

Anda mungkin juga menyukai