1
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
Lembar Bacaan
PENDAHULUAN
1. Ketentuan Pasal 18 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945 ditegaskan bahwa “Negara
Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah provinsi dan daerah provinsi itu
dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi, kabupaten dan kota itu
mempunyai pemerintahan daerah, yang diatur dengan undang-undang. Selanjutnya
dalam ketentuan Pasal 18 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945 ditegaskan bahwa
“Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten dan kota mengatur dan mengurus
sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan.
(Sekretariat Jenderal MPR-RI, 2002: 66).
2. Ketentuan konstitusional di atas menunjukkan bahwa Indonesia sebagai Negara
Kesatuan menetapkan pilihan pada kebijakan desentralisasi, karena pemerintahan
daerah provinsi, daerah kabupaten/kota mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. Pengaturan etntang
kebijakan desentralisasi saat ini ditetapkan di dalam dalam Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
3. Di dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah,
diatur tentang satuan wilayah administrasi pemerintahan di daerah, yakni daerah
provinsi dibagi atas daerah kabupaten dan daerah kota (ketentuan Pasal, selanjutnya
daerah kabupaten dan daerah kota dibagi atas kecamatan (ketentuan Pasal 126),
selanjutnya kecamatan dibagi atas kelurahan (ketentuan Pasal 127) dan Desa
(ketentun Pasal 200). (Departemen Dalam Negeri, 2004).
4. Berdasarkan konstruksi pembagian satuan wilayah administrasi pemerintahan
tersebut, maka penyelenggaraan pemerintahan desa merupakan subsistem dari
sistem penyelenggaraan pemerintahan secara nasional, sehingga keberhasilan
penyelenggaraan pemerintahan secara nasional turut ditentukan oleh efetivitas
penyelenggaraan pemerintahan desa.
5. Oleh karena itu, mengingat strategisnya penyelenggaraan pemerintahan desa dalam
sistem penyelenggaraan pemerintahan secara nasional, maka di dalam UndangUndang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, diatur ketentuan
mengenai penyelengaraan pemerintahan desa, yang ditindaklanjuti pengaturannya di
2
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
dalam Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa, serta
kebijakankebijakan turunannya yang diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri.
6. Untuk memperoleh pemahaman yang utuh tentang hakikat penyelenggaraan
pemerintahan desa, maka diperlukan pemahaman tentang kebijakan desentralisasi
dan otonomi daerah, serta hubungan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah
dengan pemerintahan desa sebagai satu kesatuan sistem pemerintahan secara
nasional, agar memiliki ketepatan pemahaman mengenai kebijakan pemerintah
tentang pemerintahan desa.
7. Dalam materi ini, akan diuraikan hal-hal pokok tentang: (a) Pokok-Pokok
kebijakan
desentralisasi dan otonomi daerah; (b) Hubungan antara pemerintah pusat dan
pemerintah daerah dengan pemerintahan desa; dan (c) kebijakan pemerintah tentang
pemerintahan desa. Disamping itu untuk mencapai tujuan dan cita-cita Bangsa
Indonesia untuk memperkuat keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia sesuai
konsepsi ketahanan nasional.
II.
KETAHANAN NASIONAL
Dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan idiil Pancasila,
landasan konstitusional Undang-Undang Dasar 1945, landasan nasional yaitu Wawasan
Nusantara. Pengertian ketahanan nasional adalah kondisi kehidupan nasional perlu
keuletan dan ketangguhan untuk meningkatkan kemampuan dalam mengembangkan
kekuatan nasional dalam menghadapi lawan baik langsung dari dalam negeri maupun
dari
luar negeri berupa tantangan, ancaman, hambatan, gangguan yang membahayakan
integritas, identitas, kelangsungan hidup dan perjuangan dalam mengejar tujuan
hidup.
Oleh karena itu, tujuan Negara Indonesia : 1) memajukan kesejahteraan umum;
2) mencerdaskan kehidupan bangsa; dan 3) ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan perdamaian abadi dan keadilan sosial. Sedangkan ketahanan nasional
merupakan kondisi yang harus dimiliki dalam semua aspek kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, bernegara dalam ruang lingkup Negara Republik Indonesia.
Dengan
demikian
bangsa
Indonesia
harus
tetap
membangun
dalam
III.
pakar
mengemukakan
alasan
pentingnya
pelaksanaan
asas
sudut
teknik
organisatoris
pemerintahan,
alasan
mengadakan
administratif
unit-unit
kerja
daerah.
Hal
ini
dapat
pula
yang
lebih
efektif
dapat
pula
dicapai
melalui
Kebijakan
desentralisasi. Bermacam-macam kegiatan yang dilaksanakan oleh aneka
ragam organisasi pemerintahan, dapat lebih mudah
diharmoniskan dan
dipadukan.
e. Desentralisasi
dapat
pula
dianggap
sebagai
suatu
mekanisme
untuk
kebijakan
desentralisasi.
Perluasan
partisipasi
masyarakat
menyalurkan
pandangan
dan
kebutuhan-kebutuhannya
melalui
5
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
jawab
pejabat-pejabat
daerah
akan
meningkat
melalui
mekanisme
desentralisasi ini.
g. Desentralisasi
mengandung
kemungkinan
untuk
meningkatkan
dan
desentralisasi,
pemberian
pelayanan
oleh
pemerintah
kepada
masyarakat yang menyangkut kebutuhan dasar akan lebih efisien, karena biaya
pelayanan tersebut dapat ditekan serendah mungkin. Masyarakat secara
langsung dapat memberi tanggapan terhadap program-program kesejahteraan
yang dilaksanakan pemerintah.
i. Desentralisasi dapat mempertinggi fleksibilitas instansi pusat, staf lapangan
serta pemimpin lokal dalam rangka penanganan masalah-masalah setempat
yang bersifat khusus. Program-program tertentu dapat diujicoba terlebih dahulu,
tanpa harus mempertimbangkan seluruh bagian negara, menilai inovasi
administratif secara lokal, serta meningkatkan prakarsa pejabat dan pimpinan
politik lokal.
5. Selain
beberapa
alasan
pentingnya
desentralisasi,
Riwu
Kaho
(1982)
struktur
pemerintahan
yang
lebih
kompleks,
sehingga
dapat
mempersulit koordinasi;
b. Keseimbangan dan keserasian antara bermacam-macam kepentingan daerah
akan lebih mudah terganggu;
c. Khusus mengenai desentralisasi teritorial atau pola pembagian wilayah, akan
dapat mendorong timbulnya hal-hal yang disebut Daerahisme atau Provinsialisme;
d. Keputusan yang diambil memerlukan waktu yang lama, karena membutuhkan
perundingan-perundingan yang lama, khususnya antara badan legislatif dan
badan eksekutif Daerah.
e. Dalam penyelenggaraan desentralisasi, diperlukan biaya yang lebih banyak,
dan sulit untuk memperoleh keseragaman dan kesederhanaan dalam
menentukan pola perimbangan keuangan antara Pusat dan Daerah.
6
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
6. Pendapat beberapa pakar di atas menunjukkan bahwa aspek-aspek pokok
pentingnya desentralisasi adalah:
a. aspek politik dalam rangka mewujudkan demokratisasi dan partisipasi
masyarakat dalam penyelenggaraan negara.
b. aspek pemerintahan, agar dapat diselenggarakan secara lebih efektif dan efisien.
c. aspek pembangunan, agar dalam pengelolaannya dapat lebih sesuai dengan
prioritas masalah dan kebutuhan masyarakat lokal.
d. aspek kultural, agar dapat lebih meningkatkan apresiasi budaya lokal sesuai
latar belakang sejarah dan warisan budaya yang dapat menjadi perekat
interaksi sosial antara berbagai suku bangsa.
7. Melalui kebijakan desentralisasi yang memiliki makna penyerahan wewenang
pemerintahan oleh Pemerintah kepada daerah otonom untuk mengatur dan
mengurus urusan pemerintahan dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia,
maka Pemerintah Daerah memiliki diskresi atau keleluasaan kewenangan dalam
mengatur dan mengurus kehidupan masyarakat di masing-masing daerah.
8. Oleh karena itu, setiap Daerah Otonom, baik daerah provinsi maupun daerah
kabupaten dan kota, harus mengabdikan penyelenggaraan otonomi daerah bagi
kepentingan masyarakat setempat. Dengan mengikuti pendapat Rasyid (1996: 3738),
maka Pemerintah dan Pemerintah Daerah memiliki tiga fungsi hakiki, yakni:
”pelayanan
(services),
pemberdayaan
(empowerment)
dan
pembangunan
masyarakat
ketimbang
memberikan
pelayanan
kepada
dan
urusan
8
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
diserahkan kepada provinsi, dan ada bagian urusan yang diserahkan kepada
kabupaten/kota.
5. Implikasi dari kebijakan desentralisasi (penyerahan wewenang pemerintahan oleh
Pemerintah kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan
pemerintahan) tersebut adalah adanya ”otonomi daerah” yakni hak, wewenang,
dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
6. Dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan
daerah, pemerintahan daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya untuk
mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan berdasarkan asas otonomi
dan tugas pembantuan.
7. Dalam
pelaksanaan
penyerahan
urusan
pemerintahan
tersebut,
urusan
perencanaan,
pemanfaatan
dan
pengawasan
tata
ruang;
(c)
penyelenggaraan
pelayanan
dasar lainnya
yang
belum
dapat
perencanaan,
pemanfaatan
dan
pengawasan
tata
ruang;
(c)
pelayanan
administrasi
umum
pemerintahan;
(n)
pelayanan
juga
melaksanakan
tugas
pembantuan,
yakni
penugasan
dari
karena
itu,
dalam
rangka
meningkatkan
efektivitas
dan
efisiensi
kepada
desa”
merupakan
urusan
pemerintahan
yang
Dana/keuangan
tersebut
digunakan
untuk
membiayai
karena
itu,
dalam
rangka
meningkatkan
efektivitas
dan
efisiensi
melakukan
pembinaan
dan
pengawasan
atas
penyelenggaran
pemerintahan desa.
11
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
1. Hubungan dalam bidang kewenangan, meliputi: (1) penyerahan urusan
pemerintahan dari pemerintah kepada daerah otonom untuk mengatur dan
mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat
sesuai dengan peraturan perundang-undangan (melalui asas desentralisasi dan
dilaksanakan secara otonom); dan (2) penugasan dari pemerintah kepada daerah,
atau dari pemerintah provinsi kepada kabupaten/kota untuk melaksanakan tugas
tertentu berdasarkan asas tugas pembantuan.
2. Hubungan dalam bidang keuangan, meliputi: (1) pemberian sumber-sumber
keuangan
untuk
menyelengarakan
urusan
pemerintahan
yang
menjadi
meliputi:
(1)
kewenangan,
tanggungjawab
dan
pemanfaatan,
12
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
B. Sejalan dengan bentuk-bentuk hubungan antara Pemerintah Pusat dan Daerah
Otonom, maka sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 72 tahun 205
tentang Desa, terdapat tiga bentuk hubungan antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah dengan Pemerintah Desa, yakni:
13
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
1. Hubungan dalam bidang kewenangan, meliputi:
a. Hubungan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Desa, meliputi:
penugasan dari pemerintah pusat kepada desa untuk melaksanakan tugas
tertentu berdasarkan asas tugas pembantuan.
b. Hubungan antara Pemerintah Provinsi dan Pemerintahan Desa, meliputi:
penugasan dari pemerintah provinsi kepada desa untuk melaksanakan tugas
tertentu berdasarkan asas tugas pembantuan.
c. Hubungan antara Pemerintah Kabupaten/Kota dan Pemerintahan Desa,
meliputi: (a) penyerahan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan
kabupaten/kota kepada desa untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahan tersebut; dan (b) penugasan dari pemerintah kabupaten/kota
kepada desa untuk melaksanakan tugas tertentu berdasarkan asas tugas
pembantuan.
2. Hubungan dalam bidang keuangan, meliputi:
a. Hubungan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Desa, meliputi:
pemberian bantuan keuangan oleh Pemerintah Pusat kepada desa untuk
membiayai
penyelenggaraan
pemerintahan
desa
dan
program-program
penyelenggaraan
pemerintahan
desa
dan
program-program
V.
15
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
f. Dalam wilayah desa dapat dibentuk Dusun atau sebutan lain yang merupakan
bagian wilayah kerja pemerintahan desa dan ditetapkan dengan peraturan desa.
g. Sebutan bagian wilayah kerja pemerintahan desa, disesuaikan dengan kondisi
sosial budaya masyarakat setempat yang ditetapkan dengan peraturan desa.
2. Perubahan Status
a. Desa dapat diubah atau disesuaikan statusnya menjadi kelurahan berdasarkan
prakarsa Pemerintah Desa bersama BPD dengan memperhatikan saran dan
pendapat masyarakat setempat.
b. Perubahan status desa menjadi kelurahan memperhatikan persyaratan : luas
wilayah; jumlah penduduk; prasarana dan sarana pemerintahan; potensi
ekonomi; dan kondisi sosial budaya masyarakat.
c. Desa yang berubah menjadi Kelurahan, Lurah dan Perangkatnya diisi dari
pegawai negeri sipil.
d. Desa yang berubah statusnya menjadi Kelurahan, kekayaannya menjadi
kekayaan daerah dan dikelola oleh kelurahan yang bersangkutan untuk
kepentingan masyarakat setempat.
e. Pendanaan sebagai akibat perubahan status desa menjadi kelurahan
dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah kabupaten/kota.
3. Ketentuan lebih lanjut mengenai Pembentukan, Penghapusan dan Penggabungan
Desa, serta perubahan status desa menjadi kelurahan diatur dengan Peraturan
Daerah Kabupaten/Kota dengan berpedoman pada Peraturan Menteri. Peraturan
Daerah Kabupaten/Kota wajib mengakui dan menghormati hak asal-usul, adat
istiadat desa dan sosial budaya masyarakat setempat.
4. Peraturan Menteri Dalam Negeri yang mengatur mengenai pembentukan dan
perubahan status desa adalah: (a) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 27
Tahun 2006 tentang Penetapan Dan Penegasan Batas Desa; dan (b) Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 28 Tahun 2006 tentang Pembentukan, Penghapusan,
Penggabungan Desa dan Perubahan Status Desa Menjadi Kelurahan.
C. Kewenangan Desa
1. Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan desa mencakup: (a) urusan
pemerintahan yang sudah ada berdasarkan hak asal usul desa; (b) urusan
pemerintahan yang menjadi kewenangan kabupaten/kota yang diserahkan
pengaturannya kepada desa; (c) tugas pembantuan dari Pemerintah, Pemerintah
Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota; dan (d) urusan pemerintahan lainnya
yang oleh peraturan perundang-undangan diserahkan kepada desa.
16
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
2. Urusan pemerintahan yang sudah ada berdasarkan hak asal usul desa, pada
hakikatnya merupakan urusan pemerintahan yang dilaksanakan oleh pemerintahan
desa sesuai dengan sistem nilai sosial budaya masyarakat setempat, serta hal-hal
yang berkenaan dengan aspek religiositas (karena dalam kehidupan masyarakat
kita terjadi proses inkulutrasi nilai-nilai religi dalam kehidupan sosial budaya
masyarakat
setempat).
Contoh:
urusan
di
bidang
pelestarian
lingkungan
pemerintahan
lainnya
yang
oleh
peraturan
perundang-undangan
Nomor
25
Tahun
2004
tentang
Sistem
Perencanaan
dalam
forum
”Musyawarah
Perencanaan
Pembangunan/
Tahun
2006
tentang
Tata
Cara
Penyerahan
Urusan
Pemerintahan
kewenangan
dari
Pemerintahan
kabupaten/kota
kepada
kebutuhan
masyarakat
Desa,
sehingga
keterlibatan
seluruh
semakin
meningkat
partisipasi
masyarakat
dalam
mendukung
Desa
(selaku
Kepala
Pemerintahan
Desa)
mempunyai
tugas
Dasar Negara
Republik
Indonesia
Tahun
1945
serta
dan
ketertiban
masyarakat;
(4)
melaksanakan
kehidupan
demokrasi; (5) melaksanakan prinsip tata pemerintahan desa yang bersih dan
bebas dari Kolusi, Korupsi dan Nepotisme; (6) menjalin hubungan kerja dengan
seluruh mitra kerja pemerintahan desa; (7) menaati dan menegakkan seluruh
peraturan
perundang-undangan;
(8)
menyelenggarakan
administrasi
19
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
c. Selain kewajiban tersebut diatas, Kepala Desa mempunyai kewajiban untuk
memberikan laporan penyelenggaraan pemerintahan desa kepada Bupati/
Walikota, memberikan laporan keterangan pertanggungjawaban kepada BPD,
serta menginformasikan laporan penyelenggaraan pemerintahan desa kepada
masyarakat. Laporan penyelenggaraan pemerintahan desa disampaikan
kepada Bupati/Walikota melalui Camat 1(satu) kali dalam satu tahun. Laporan
keterangan pertanggungjawaban kepada BPD disampaikan 1(satu) kali dalam
satu
tahun
dalam
musyawarah
BPD.
Menginformasikan
laporan
Kepala
Desa
diberhentikan
karena:
(1)
berakhir
masa
20
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
jabatannya dan telah dilantik pejabat yang baru; (2) tidak dapat melaksanakan
tugas secara berkelanjutan atau berhalangan tetap secara berturut-turut selama
6 (enam) bulan; (3) tidak lagi memenuhi syarat sebagai kepala desa; (4)
dinyatakan melanggar sumpah/janji jabatan; (5) tidak melaksanakan kewajiban
kepala desa; dan/atau (6) melanggar larangan bagi kepala desa.
h. Tindakan penyidikan terhadap Kepala Desa dilaksanakan setelah adanya
persetujuan tertulis dari Bupati/Walikota. Hal-hal yang dikecualikan dari
ketentuan ini adalah: (a) tertangkap tangan melakukan tindak pidana kejahatan;
dan (b) diduga telah melakukan tindak pidana kejahatan yang diancam dengan
pidana mati. Tindakan penyidikan tersebut diberitahukan secara tertulis oleh
atasan penyidik kepada Bupati/Walikota paling lama 3 (tiga) hari.
i. Kepala Desa diberikan penghasilan tetap setiap bulan dan/atau tunjangan
lainnya sesuai dengan kemampuan keuangan desa. Penghasilan tetap
dan/atau tunjangan lainnya yang diterima Kepala Desa paling sedikit sama
dengan Upah Minimum Regional Kabupaten/Kota, yang ditetapkan setiap tahun
dalam Anggaran Pendapatand an Belanja Desa (APB-Desa).
4. Perangkat Desa
a. Perangkat Desa bertugas membantu Kepala Desa dalam melaksanakan tugas
dan
wewenangnya.
Dalam
melaksanakan
tugasnya,
Perangkat
Desa
kesinambungan
pelaksanaan
tugas-tugas
pemerintahan
desa,
pola
hubungan
antara
Pemerintah
Desa
dengan
Badan
Permusyawaratan
pertangungjawaban
Desa,
kepada
mempertanggungjawabkan
dan
masyarakat,
pelaksanaaan
penyampaian
informasi
laporan
agar
Kepala
Desa
seantiasa
tugas
dan
fungsinya
sesuai
BPD:
BPD
berkedudukan
sebagai
unsur
penyelenggara
pemerintahan desa.
2. Keanggotaan BPD:
a. Anggota BPD adalah wakil dari penduduk desa bersangkutan berdasarkan
keterwakilan wilayah yang ditetapkan dengan cara musyawarah dan mufakat.
Anggota BPD terdiri dari Ketua Rukun Warga, pemangku adat, golongan
profesi, pemuka agama dan tokoh atau pemuka masyarakat lainnya.
22
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
b. Jumlah anggota BPD ditetapkan dengan jumlah ganjil, paling sedikit 5 (lima)
orang dan paling banyak 11 (sebelas) orang, dengan memperhatikan luas
wilayah, jumlah penduduk, dan kemampuan keuangan desa.
c. Peresmian anggota BPD ditetapkan dengan Keputusan Bupati/Walikota. Anggota
BPD sebelum memangku jabatannya mengucapkan sumpah/janji secara
bersama-sama di hadapan masyarakat dan dipandu oleh Bupati/Walikota.
d. Pimpinan BPD terdiri dari 1 (satu) orang Ketua, 1 (satu) orang Wakil Ketua, dan
1 (satu) orang Sekretaris, yang dipilih dari dan oleh anggota BPD secara
langsung dalam Rapat BPD yang diadakan secara khusus.
e. Pimpinan dan Anggota BPD tidak diperbolehkan merangkap jabatan sebagai
Kepala Desa dan Perangkat Desa.
f. Pimpinan dan Anggota BPD dilarang: (a) sebagai pelaksana proyek desa; (b)
merugikan kepentingan umum, meresahkan sekelompok masyarakat, dan
mendiskriminasikan warga atau golongan masyarakat lain; (c) melakukan korupsi,
kolusi, nepotisme dan menerima uang, barang dan/atau jasa dari pihak lain yang
dapat mempengaruhi keputusan atau tindakan yang akan dilakukannya;
(d)
operasional
Sekretariat BPD;
e. Penataan Tata Tertib BPD, termasuk penyelenggaraan rapat-rapat BPD dan
Kode Etik BPD.
f. Peningkatan kapasitas anggota BPD melalui kegiatan pendidikan dan
pelatihan, pemagangan, studi banding, dll.
F. Lembaga Kemasyarakatan
1. Di desa dapat dibentuk lembaga kemasyarakatan, yang ditetapkan dengan
Peraturan Desa.
2. Lembaga kemasyarakatan mempunyai tugas membantu Pemerintah Desa dan
merupakan mitra dalam memberdayakan masyarakat desa, yang meliputi: (a)
24
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
menyusun
rencana
pembangunan
secara
partisipatif;
(b)
melaksanakan,
masyarakat.
Susunan
dan
jumlah
pengurus
lembaga
kekayaan yang
Pembiayaan,
terdiri
dari:
(1)
Pembentukan
Dana
APB-Desa
dibahas
dalam
musyawarah
perencanaan
Perintah
Membayar/SPM
yang
diterbitkan
oleh
pengguna
Dalam
berwenang
melaksanakan
mewakili
kekuasaannya,
Pemerintahan
Desa
Kepala
dalam
Desa
kepemilikan
Desa
dapat
kekuasaannya
yang
melimpahkan
berupa
sebagian
perencanaan,
atau
seluruh
pelaksanaan,
pengelolaan APB-Desa
Keuangan
Desa
dalam
rangka
pertanggungjawaban
yang
dilimpahkan
oleh
Kepala
Desa;
dan
(8)
keuangan
melakukan
pembinaan
dan
pengawasan
terhadap
oleh
Badan
Pengawasan
Daerah
Kabupaten/Kota
30
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
i. Pedoman pengelolaan keuangan desa dan Pedoman penyusunan APB-Desa,
perubahan APB-Desa, perhitungan APB-Desa dan pertanggungjawaban
pelaksanaan APB-Desa ditetapkan dengan Peraturan Bupati/Walikota.
H. Badan Usaha Milik Desa
1. Dalam rangka meningkatkan pendapatan masyarakat dan Desa, Pemerintah Desa
dapat mendirikan Badan Usaha Milik Desa sesuai dengan kebutuhan dan potensi
Desa. Pembentukan Badan Usaha Milik Desa ditetapkan dengan Peraturan Desa
berpedoman pada peraturan perundang-undangan.
2. Bentuk Badan Usaha Milik Desa harus
Desa adalah usaha desa yang dikelola oleh Pemerintah Desa. Kepengurusan
Badan Usaha Milik Desa terdiri dari Pemerintah Desa dan masyarakat.
3. Permodalan Badan Usaha Milik Desa dapat berasal dari: (a) Pemerintah Desa; (b)
tabungan masyarakat; (c) bantuan Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan
Pemerintah Kabupaten/Kota; (d) pinjaman; dan/atau (e) penyertaan modal pihak
lain atau kerja sama bagi hasil atas dasar saling menguntungkan.
4. Badan Usaha Milik Desa dapat melakukan pinjaman sesuai dengan peraturan
perundang-undangan. Pinjaman dapat dilakukan setelah mendapat persetujuan BPD.
I.
desa
merupakan
bagian
dari
keuangan
desa,
karena
pendapatan
desa,
dengan
mendapat
persetujuan
Badan
Permusyawaratan Desa.
5. Kekayaan desa dapat diperoleh melalui: (a) pembelian; (b) sumbangan dan/atau
bantuan dari pihak ketiga yang sah dan tidak mengikat; (c) bantuan dari
pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten/kota;
31
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
6. Jenis pemanfaatan kekayaan desa, dapat berupa sewa, pinjam pakai, kwerjasama
pemanfaatan, bangun serah guna, atau bangun guna serah, yang menguntungkan
bagi kepentingan masyarakat desa dan peningkatan pendapatan desa.
7. Kepala Desa menyampaikan laporan hasil pengelolaan kekayaan desa kepada
Bupati/Walikota melalui Camat setiap akhir tahun anggaran dan/atau sewaktu-waktu.
8. Bupati/Walikota melakukan pembinaan dan pengawasan atas pengelolaan
kekayaan desa.
J. Produk Hukum Desa
1. Jenis-Jenis Produk Hukum Desa:
a. Ada tiga jenis produk hukum desa, yakni: (a) Peraturan Desa; (b) Peraturan
Kepala Desa; dan (c) Keputusan Kepala Desa.
b. Penetapan produk hukum desa tidak boleh betentangan dengan kepentingan
masyarakat dan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.
2. Peraturan Desa
a. Pembentukan
Peraturan
Desa
merupakan
pelaksanaan
”kewenangan
teknis
mengenai
pedoman
pembentukan
dan
mekanisme
evaluasi
dan
pengawasan
Pelaksanaan
Administrasi
Pemerintahan Desa;
d. Memfasilitasi penataan Administrasi Pemerintahan Desa;
e. melakukan pengawasan terhadap Administrasi Pemerintahan Desa;
f. memberikan bimbingan, supervisi dan konsultasi Pelaksanaan Administrasi
Pemerintahan Desa;
11. Ketentuan mengenai Administrasi Desa diatur Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 32 Tahun 2006 tentang Pedoman Administrasi Desa
35
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
L. Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa
1. Pemerintah
dan
Pemerintah
Provinsi
wajib
membina
penyelenggaraan
dalam
penyelenggaraan
pemerintahan
desa
dan
lembaga
(k) melakukan
pengaturan
kewenangan
kabupaten/kota
yang
diserahkan
aset
penyelenggaraan
desa;
(j)
pemerintahan
melakukan
desa
dan
pembinaan
lembaga
dan
pengawasan
kemasyarakatan;
(k)
dalam
penyelenggaraan
pemerintahan
desa
dan
lembaga
desa;
(c)
memfasilitasi
pengelolaan
keuangan
desa
dan
kewajiban
lembaga
kemasyarakatan;
(i)
memfasilitasi
penyusunan
memfasilitasi
bantuan
teknis
dan
pendampingan
kepada
lembaga
38
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
Lembar Bacaan
M.3.1.4
permasalahan dikelak kemudian hari baik diinteren BPD sendiri maupun dengan pihak
diluarnya maka perlu disusun tata tertib BPD agar lebih jelas baik susunan
organisasinya,
tata kerjanya maupun dalam hubungannya dengan pihak – pihak diluar BPD itu sendiri,
untuk itulah perlu kiranya dibuat rumusan – rumusan yang jelas.
ORGANISASI BPD
Peraturan Pemerintah Nomor 72 tahun 2005 tentang Desa menyebutkan bahwa yang
yang dimaksud dengan Badan Permusyawaratan Desa atau yang disebut dengan nama
lain, selanjutnya disingkat BPD, adalah lembaga yang merupakan merupakan perwujudan
demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan desa sebagai unsur penyelenggara
pemerintahan desa.
1. Kedudukan dan Keanggotaan
BPD berkedudukan sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa.
a. Anggota BPD adalah wakil dari penduduk desa bersangkutan berdasarkan
keterwakilan wilayah yang ditetapkan dengan cara musyawarah dan mufakat.
b. Anggota BPD sebagaimana dimaksud terdiri dari Ketua Rukun Warga, pemangku
adat, golongan profesi, pemuka agama dan tokoh atau pemuka masyarakat lainnya.
c. Masa jabatan anggota BPD adalah 6 (enam) tahun dan dapat diangkat/diusulkan
kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan berikutnya.
2. Jumlah Anggota dan Pelatikan
Jumlah anggota BPD ditetapkan dengan jumlah ganjil, paling sedikit 5 (lima) orang
dan paling banyak 11 (sebelas) orang, dengan memperhatikan luas wilayah, jumlah
penduduk, dan kemampuan keuangan desa.
39
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
a. Peresmian anggota BPD sebagaimana dimaksud ditetapkan dengan Keputusan
Bupati/Walikota.
b. Anggota BPD sebelum memangku jabatannya mengucapkan sumpah/janji secara
bersama-sama dihadapan masyarakat dan dipandu oleh Bupati/ Walikota.
3. Pimpinan
a. Pimpinan BPD terdiri dari 1 (satu) orang Ketua, 1 (satu) orang Wakil Ketua, dan
1
(satu) orang Sekretaris.
b. Pimpinan BPD sebagaimana dimaksud dipilih dari dan oleh anggota BPD secara
langsung dalam Rapat BPD yang diadakan secara khusus.
c. Rapat pemilihan Pimpinan BPD untuk pertama kali dipimpin oleh anggota tertua
dan dibantu oleh anggota termuda.
4. Fungsi, Wewenang, Hak Dan Kewajiban
a. BPD berfungsi menetapkan peraturan desa bersama Kepala Desa, menampung
dan menyalurkan aspirasi masyarakat.
b. BPD mempunyai wewenang:
1) membahas rancangan peraturan desa bersama kepala desa;
2) melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan desa dan
peraturan kepala desa;
3) mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian kepala desa;
4) membentuk panitia pemilihan kepala desa;
5) menggali,menampung, menghimpun, merumuskan dan menyalurkan aspirasi
masyarakat; dan
6) menyusun tata tertib BPD.
c. BPD mempunyai hak :
1) meminta keterangan kepada Pemerintah Desa;
2) menyatakan pendapat.
d. Anggota BPD mempunyai hak :
1) mengajukan rancangan peraturan desa;
2) mengajukan pertanyaan;
3) menyampaikan usul dan pendapat;
4) memilih dan dipilih; dan
5) memperoleh tunjangan.
e. Anggota BPD mempunyai kewajiban :
1) mengamalkan Pancasila, melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 dan mentaati segala peraturan perundang-undangan;
2) melaksanakan kehidupan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan desa;
40
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
3) mempertahankan dan memelihara hukum nasional serta keutuhan Negara
Kesatuan Republik Indonesia;
4) menyerap, menampung, menghimpun dan menindaklanjuti aspirasi masyarakat;
5) memproses pemilihan kepala desa;
6) mendahulukan kepentingan umum diatas kepentingan pribadi, kelompok
dan golongan;
7) menghormati nilai-nilai sosial budaya dan adat istiadat masyarakat setempat;
8) menjaga norma dan etika dalam hubungan kerja dengan lembaga kemasyarakatan.
5. Rapat - Rapat
a. Rapat BPD dipimpin oleh Pimpinan BPD.
b. Rapat BPD sebagaimana dimaksud dinyatakan sah apabila dihadiri oleh
sekurangkurangnya ½ (satu per dua) dari jumlah anggota BPD dan keputusan ditetapkan
berdasarkan suara terbanyak.
c. Dalam hal tertentu Rapat BPD dinyatakan sah apabila dihadiri oleh
sekurangkurangnya 2/3 (dua per tiga) dari jumlah anggota BPD, dan keputusan
ditetapkan
dengan persetujuan sekurangkurangnya ½ (satu per dua) ditambah 1 (satu) dari
jumlah anggota BPD yang hadir.
d. Hasil rapat BPD ditetapkan dengan Keputusan BPD dan dilengkapi dengan notulen
rapat yang dibuat oleh Sekretaris BPD.
6. Tunjangan
a. Pimpinan dan Anggota BPD menerima tunjangan sesuai dengan kemampuan
keuangan desa.
b. Tunjangan pimpinan dan anggota BPD sebagaimana dimaksud ditetapkan dalam
APB Desa.
c. Untuk kegiatan BPD disediakan biaya operasional sesuai kemampuan keuangan
desa yang dikelola oleh Sekretaris BPD.
d. Biaya sebagaimana dimaksud ditetapkan setiap tahun dalam APB Desa.
7. Larangan
a. Pimpinan dan Anggota BPD tidak diperbolehkan merangkap jabatan sebagai
Kepala Desa dan Perangkat Desa.
b. Pimpinan dan Anggota BPD dilarang :
1) sebagai pelaksana proyek desa;
2) merugikan kepentingan umum, meresahkan sekelompok masyarakat, dan
mendiskrimi nasikan warga atau golongan masyarakat lain;
3) melakukan korupsi, kolusi, nepotisme dan menerima uang, barang dan/atau
jasa dari pihak lain yang akan dapat mempengaruhi keputusan atau tindakan
yang akan dilakukannya;
41
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
4) menyalahgunakan wewenang; dan
5) melanggar sumpah/janji jabatan.
8. Peraturan
a. Ketentuan lebih lanjut mengenai BPD, ditetapkan dengan Peraturan Daerah
Kabupaten/Kota.
b. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud sekurang-kurangnya
memuat :
1) persyaratan untuk menjadi anggota sesuai dengan kondisi sosial budaya
masyarakat setempat;
2) mekanisme musyawarah dan mufakat penetapan anggota;
3) pengesahan penetapan anggota;
4) fungsi, dan wewenang;
5) hak, kewajiban, dan larangan;
6) pemberhentian dan masa keanggotaan;
7) penggantian anggota dan pimpinan;
8) tata cara pengucapan sumpah/janji;
9) pengaturan tata tertib dan mekanisme kerja;
10) tata cara menggali, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat;
11) hubungan kerja dengan kepala desa dan lembaga kemasyarakatan;
12) keuangan dan administratif Bagian Keempat Pemilihan Kepala Desa
c. BPD memberitahukan kepada Kepala Desa mengenai akan berakhirnya masa
jabatan kepala desa secara tertulis 6 (enam) bulan sebelum berakhir masa jabatan.
d. BPD memproses pemilihan kepala desa, paling lama 4 (empat) bulan sebelum
berakhirnya masa jabatan kepala desa.
TATA KERJA
(Salah satu contoh Tata Tertib BPD)
Guna memperlancar kerja dan pembahasan dalam sidang – sidang BPD, BPD
membentuk koomisi – komisi :
1. Komisi BPD bertugas membahas, memusyawarahkan dan mengambil keisimpulan
mengenai soal – soal yang menjadi acara sidang
2. Dengan memperhatikan saran – saran dan pendapat anggota komisi yang
bersangkutan disusun laporan komisi dan setelah ditandatangani oleh ketua komisi
disampaikan kepada pimpinan BPD
3. Laporan komisi bersifat sementarayang akan dibahas lebih lanjut dalam rapat
pleno
BPD
42
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
4. Komisi – komisi BPD memberikan pertanggungjawaban kepada rapat pleno BPD
tentang hasil kerja masing – masing
1. Keanggotaan Komisi BPD
a. Setiap anggota BPD harus menjadi anggota salah satu komisi BPD, kecuali ketua
BPD
b. Susunan dan jumlah anggota komisi ditetapkan oleh pimpinan Majelis dengan
persetujuan Rapat Pleno BPD
c. Anggota suatu komisi tidak boleh merangkap merangkap menjadi anggota Komisi
lain, tetapi dapat mengikuti rapat/sidang komisi hanya sebagai peninjau
d. Setiap komisi dipimpin oleh ketua dipilih dari dan oleh anggota
e. Masa tugas pimpinan komisi adalah satu tahun dan sesudahnya dapat dipilih
kembali
f. Ketua BPD dapat menghadiri dan turut serta dalam semua rapat
1) Komosi BPD meliputi :
a) Komisi A membidangi Pemerintahan meliputi pemerintahan, ketertiban,
kependudukan penerangan, hukum, peraturan desa, pertahanan, aparatur,
perijinan, sosial poitik dan bidang pemerintahan umum
b) Komisi B membidangi ekonomi pembangunan dan kesejahteraan rakyat
meliputi : pembangunan sarana dan prasarana, keuangan, perekonomian,
pariwisata, pertanian, tata ruang desa, perindustrian perdangan, lingkungan
hidup,
pembangunan
fisik,
keagamaan,
pendidikan,
sosial
budaya,
pengawasan
terhadap
pelaksanaan
pemerintahan,
hasil
musyawarah
haruslah
bermutu
tinggi
yang
dapat
mengemukakan
pendapat
dan
melahirkan
kritik
yang
bersifat
Tahap II
Tahap III
Tahap IV
ditandatangani oleh
51
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
52
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
Lembar Bacaan
TUJUAN
Untuk mendapatkan pemahaman sekaligus penghayatan terhadap rapat BPD,
sehingga dalam pelaksanaan nantinya di desa sudah ada gambaran kongkrit yang bisa
dipedomani oleh para peserta pelatihan selaku anggota BPD.
II.
MANFAAT
Manfaat yang dapat diperoleh dalam simulasi rapat BPD, yaitu :
1. mendapatkan pengalaman langsung dalam proses rapat BPD;
2. diperolehnya ketrampilan dalam meningkatkan kemampuan individu;
3. saling memberikan umpan balik antara peserta dalam pelaksanaan rapat BPD;
4. mengetahui kelebihan/kekurangan kemampuan diri peserta masing-masing dalam
pelaksanaan rapat BPD
III.
PROSES SIMULASI
PENGAMATAN
Penjelasan
Simulasi
Persiapan
Simulasi
Pelaksanaan
Simulasi
Refleksi Hasil
Simulasi
PENGAMATAN
mengenai rapat paripurna rancangan Peraturan Desa tentang APBDes untuk lebih
meningkatkan ketrampilan bagi peserta pelatihan, maka masing-masing peserta bermain
peran agar proses simulai dapat berjalan dengan lancar dan tertib sesuai ketentuan
peraturan desa yang mengatur tentang tata tertib BPD. Untuk itu peserta perlu
memahami
peran masing-masing, sesuai langkah-langkah kegiatan simulasi sebagai berikut.
53
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
A. Peran BPD
1. Memimpin rapat paripurna rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa;
2. Ketua BPD memberi kesempatan pada Camat untuk menyampaikan sambutan
pengarahan pada forum rapat rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa;
3. Ketua BPD memberi kesempatan kepada Wakil Ketua BPD dan Komisi A
(Pemerintahan),
Komisi
(Pembangunan)
dan
Komisi
(...........)
untuk
URAIAN
TAHUN
BERJALAN
KET.
PENDAPATAN
Pendapatan Asli Desa
Bagi Hasil Pajak
Bagi Hasil Retribusi
Bagian Dana Perimbangan Keuangan Pusat
dan Daerah
Bantuan Keuangan Pemerintah Provinsi,
Kabupaten/Kota dan desa lainnya
Hibah
Sumbangan Pihak Ketiga
JUMLAH PENDAPATAN
2.1
2.2
BELANJA
Belanja Langsung
Belanja Tidak Langsung
JUMLAH BELANJA
3.1
3.2
PEMBIAYAAN
Penerimaan Pembiayaan
Pengeluaran Pembiayaan
JUMLAH PEMBIAYAAN
TAHUN
SEBELUMNYA
55
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
2. Termin II
a. Menanggapi pertanyaan peserta rapat paripurna rancangan Peraturan Desa
tentang APBDesa dari unsur Kepala Dusun, Tim Penggerak PKK, Ketua RW/RT,
tokoh masyarakat, tokoh agama, pemangku adat, guru dan anggota DPRD
kabupaten yang berdomisili di desa.
b. Menanggapi pertanyaan pemerintah kabupaten yang mengikuti proses rapat
paripurna rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa.
H. Peran Sekretaris BPD
1. Sebagai notulen rapat paripurna;
2. Mencatat metode tanya jawab dan tanggapan kepala desa terhadap rancangan
Peraturan Desa tentang APBDesa;
3. Membacakan hasil rapat paripurna rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa;
4. Mendokumentasikan hasil rapat paripurna, antara lain :
a. Berita acara penetapan Peraturan Desa tentang APBDes;
b. Penetapan Peraturan Desa tentang APBDesa.
I. Peran Sekretaris Desa
1. Mencatat proses kegiatan rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa;
2. Mendokumentasikan hasil rapat paripurna, antara lain :
a. Berita acara penetapan Peraturan Desa tentang APBDesa;
b. Penetapan Peraturan Desa tentang APBDesa;
c. Keputusan Kepala Desa tentang Penjelasan Pelaksanaan Teknik Pengelolaan
Keuangan Desa, Pemegang Kas Desa dan Bendahara Desa;
d. Mengirim kepada Bupati penetapan Peraturan Desa tentang APBDesa;
e. Mendokumentasikan dalam Buku Kegiatan BPD.
56
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
LAMBANG
DAERAH
Mengingat
Memperhatikan
Pasal 1
BAB II
PENDAPATAN
B.
Pasal 2
BAB III
BELANJA
C.
Pasal 3
58
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
BAB IV
PEMBIAYAAN
D.
Pasal 4
Pasal 5
Rp. .....................
b. Anggaran Belanja
1. Belanja langsung
Rp. .....................
Rp. .....................
Rp. .....................
Surplus
Rp. .....................
c. Anggaran Pembiayaan
1. Penerimaan pembiayaan
Rp. .....................
2. Pengeluaran pembiayaan
Rp. .....................
Pembiayaan netto
Rp. .....................
Rp. .....................
sebelumnya
F.
Pasal 6
Pasal 7
59
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
BAB V
PENUTUP
Pasal 8
Peraturan Desa ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
(NAMA JELAS)
Diundangkan di ................
pada tanggal ................. 20...
SETDA
SEKRETARIS DAERAH
KABUPATEN ................
(NAMA JELAS)
60
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
PENJELASAN ATAS
PERATURAN DESA …. (Nama Desa)
NOMOR ... TAHUN ...
TENTANG
ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA (APBDesa)
I.
UMUM
...................................................................................
.................…
...................................................................................
....................
...................................................................................
................….
61
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
1.
2.
4
1.
2.
62
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
KETUA BPD
( …………………..)
63
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
BERITA ACARA
RAPAT PARIPURNA
BADAN PERMUSYAWARATAN DESA
TANGGAL …………. 20…
Pada hari …….. tanggal ……… bulan ………. 20… telah dilaksanakan Rapat
Paripurna mulai jam 08.00 WIB s.d 22.30 WIB dengan agenda acara :
Persetujuan Rancangan Peraturan Desa tentang Rancangan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Desa Tahun 20….
Rapat Paripurna ini dihadiri oleh :
1. Camat;
2. 11 orang anggota BPD;
3. Kepala desa;
4. Sekretaris desa;
5. Kepala urusan pemerintahan;
6. Kepala urusan pembangunan;
7. Kepala urusan kesejahteraan rakyat;
8. Kepala dusun;
9. Ketua RW;
10. Ketua RT;
11. Ketua tim penggerak PKK;
12. Tokoh masyarakat.
(daftar hadir terlampir)
Pimpinan rapat
………….. (Ketua BPD) .
Setelah menerima penjelasan dari Kepala Desa …….. dalam hal Rancangan Peraturan
Desa tentang APBDesa Tahun 20…, maka dalam rapat paripurna ini melalui proses
sambutan pimpinan BPD, Kepala Desa, Camat, tanya jawab dengan argumentasi dengan
adanya saran masukan, pendapat dan harapan yang berhubungan dengan Rancangan
Peraturan Desa tentang APBDesa Tahun 20…. Perbedaan pendapat dan pandangan
diantara anggota BPD ini sempat ada beberapa format yang direvisi untuk
penyempurnaan yang akhirnya musyawarah mufakat diperoleh komitmen secara
aklamasi, bahwa Badan Permusyawaratan Desa …….. menyetujui Rancangan Peraturan
Desa tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa Tahun 20….
( ………………….. )
64
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
KEPENTINGAN MASYARAKAT
KEPALA DESA
Mengusulkan
Rancangan Perdes
RANCANGAN
BPD
Pembahasan
Rapat pembahasan
dihadiri sekurangkurangnya 2/3 dari
jumlah anggota
D
E
M
O
K
R
A
S
I
P
A
N
C
A
S
I
L
A
PERATURAN DESA
Ditetapkan oleh Kepala
Desa setelah disetujui
BPD.
Ditandatangani
oleh
Kepala Desa.
65
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
SUSUNAN ACARA
RAPAT PARIPURNA RANCANGAN PERATURAN DESA TENTANG APB-DESA
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
Kegiatan
Prakata pembukaan oleh MC
Pengarahan BPD sebagai pimpinan Rapat Paripurna Rancangan Peraturan Desa
tentang APBDesa
Sambutan Camat
Presentasi pokok-pokok pikiran Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa oleh
Kepala Desa
Ketua BPD memberi kesempatan menanggapi Rancangan Peraturan Desa tentang
APBDesa kepada peserta rapat
Kepala Desa memberikan jawaban atas tanggapan dari peserta rapat
Pembahasan bersama antara Kepala Desa dan BPD atas perubahan atau saran
masukan dipandu oleh Ketua BPD
Pleno menyepakati hasil kerja Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa
Sekretaris BPD membacakan hasil proses Rapat Paripurna Rancangan Peraturan Desa
tentang APBDesa
Penandatanganan Berita Acara Penetapan APBDesa
Penandatanganan Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa menjadi Peraturan
Desa tentang APBDesa
Sambutan penutupan
Do’a
Refleksi hasil simulasi Rapat Paripurna Peraturan Desa tentang APBDesa
Waktu (menit)
5
5
15
10
20
10
25
15
2
2
10
2
5
Catatan :
Susunan Acara Rapat Paripurna Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa disesuaikan
dengan Peraturan Daerah tentang :
1. Tata tertib BPD;
2. Peraturan Desa;
3. APBDesa.
66
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
LAMBANG
DAERAH
Mengingat
Memperhatikan
Menetapkan
PERTAMA
KEDUA
( NAMA JELAS )
68
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
LAMPIRAN : KEPUTUSAN KEPALA DESA
Nomor : ..............
Tanggal : ..............
NO
1
1.
NAMA
2
..............................................
JABATAN
3
SEKRETARIS DESA
2.
..............................................
KAUR KEUANGAN
KEDUDUKAN
4
PELAKSANA TEKNIS PENGELOLA
KEUANGAN DESA
PEMEGANG KAS DESA
3.
..............................................
BENDAHARA DESA
( NAMA JELAS )
69
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
70
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
Lembar Bacaan
LATAR BELAKANG
Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa memberikan ruang
gerak yang semakin luas bagi Pemerintahan Desa (Pemerintah Desa dan Badan
Permusyawaratan Desa) untuk mengurus dan mengakomodir kebutuhan masyarakat
desa. Otoritas desa sebagaimana disebutkan dalam Pasal 7 Peraturan Pemerintah Nomor
72 Tahun 2005, bahwa desa mempunyai kewenangan sebagaimanan kewenangan yang
sudah ada berdasarkan hak asal usul Desa.
Kewenangan desa dimiliki oleh desa antar lain tercermin pada tugas dan
wewenang Kepala Desa sebagaimana diatur dalam Pasal 14 yaitu memimpin
penyelenggaraan pemerintahan desa berdasarkan kebijakan yang ditetapkan bersama
BPD; mengajukan rancangan peraturan desa; menetapkan peraturan desa yang telah
mendapat persetujuan bersama BPD; menyusun dan mengajukan rancangan peraturan
desa mengenai APBDes untuk dibahas dan ditetapkan bersama BPD; membina
kehidupan
masyarakat
desa;
membina
perekonomian
desa;
mengkoordinasikan
VI. PENGERTIAN
Aspirasi masyarakat adalah harapan, kebutuhan dan pendapat rakyat yang
masyarakat
sangat
dibutuhkan
BPD
sebagai
masukan
dalam
VII. PRINSIP-PRINSIP
Penjaringan aspirasi masyarakat dalam rangka proses pembuatan sebuah
kebijakan di tingkat desa harus mengandung prinsip-prinsip :
1. Keterlibatan masyarakat
Dalam proses pembuatan kebijakan harus melibatkan masyarakat desa secara
luas. Yaitu anggota masyarakat yang secara langsung atau tidak langsung tidak
hanya memiliki kepentingan dan tersentuh dengan kebijakan tersebut. Hal ini
dimaksudkan agar sebuah kebijakan ketika diundangkan dan diterapkan selain
mendapatkan legitimasi dan dimiliki oleh seluruh lapisan masyarakat juga telah
sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakat.
2. Transparasi (keterbukaan)
Sebelum penyerapan aspirasi masyarakat dilakukan, Pemerintah desa maupun
BPD melakukan pertemuan dengan masyarakat luas tentang rencana adanya
kebijakan. Masyarakat diundang untuk hadir dengan agenda pertemuan
sosialisasi adanya rencana kebijakan. Hal ini dilakukan agar masyarakat
mengetahui apa yang menjadi tujuan, sasaran, proses, out put, bahkan kapan
pelaksanaan kebijakan tersebut dilakukan. Oleh karena itu sosialisasi kepada
masyarakat pada forum-forum pertemuan perlu dilakukan.
3. Akuntabilitas
Segala produk hukum di desa baik peraturan desa maupun keputusan desa
yang
dilakukan
melalui
proses
penjaringan
aspirasi
harus
dapat
4. Koordinasi
Pengelolaan aspirasi masyarakat harus beker jasama atau melibatakan
lembaga yang ada di Desa Sesuai dengan tanggung jawab masing-masing.
5. Azas Keadilan
Aspirasi Masyarakat harus mengedepankan keadilan dan berimbang dengan
memperhatikan laporan, baik yang Disampaikan oleh pelapor maupun terhadap
pelapor.
6. Rahasia
Aspirasi Masyarakata yang Disampaikan secara langsung maupun tidak
langsung dilaksanakan dengan memperhatikan kerahasiaan atas masalah yang
Disampaikan oleh pelapor dan khusu yang disapaikan secara tertulis harus
dijaga kerahasiaan dari pihak-pihak yang tidak berkepentingan.
mengumpulkan
informasi-informsi
baru,
pandangan-pandangan,
Tujuan
a. Mengembangkan informasi, membuat konsensus, Klarifikasi Informasi
b. Mengumpulkan pendapat-pendapat yang berbeda tentang suatu isu,
mengumpulkan informasi yang berkaitan dengan isu tertentu.
- Guide lines berupa pertanyaan terbuka, agar peserta diskusi terangsang
mengeluarkan pendapat.
- Guide lines harus singkat
- Hindari pertanyaan yang jawabannya “ ya” atau “tidak”
3. Sketsa desa
Sketsa desa adalah gambaran desa secara umum mengenai keadaan sumber
daya fisik (alam maupun buatan). Sebagai teknik panggalian kebuituhan
masyarakat, sktsa desa adalah alat untuk menggali masalah-masalah yang
berhubungan dengan keadaan sumber daya pembangunan dan potensi yang
tersedia untuk mengatasi masalah tersebut.
Tujuan
a. Menyadari akan jenis, jumlah dan mutu simber daya desa
b. Menyadari cara, pola dan tingkat pemanfaatan sumber daya tersebut
c. Dapat menggali masalah yang sesuai dengan keadaan desa
d. dapat menggali potensi desa untuk memecahkan masalah
e. Menyamakan persepsi tentang masalah yang tidak dihadapi bersama di desa
4. Analisis K3H
Analisis K3H (kekuatan, kelemahan, kesempatan dan hambatan) menekankan
pada faktor yang mendorong dan faktor yang menghambat baik yang berada
internal maupun eksternal dari suatu masyarakat. Kekuatan dan kesempatan
adalah faktor yang mendorong, sedangkan kelemahan dan hambatan adalah
faktor yanh menghambat. Kekuatan dan kelemahan ada di internal masyarakat,
sedang kesempatan dan hambatan ada di eksternal masyarakat. Dalam
analisis ini ikut diperhitungkan banyak aspek antara lain sosio kultural, politik,
ekonomi, lingkungan, teknik.
Tujuan
a. Mengidentifikasi kekuatan dan kesempatan untuk dioptimalkan
b. mengidentifikasi kelemahan dan hambatan untuk dapat ditanggulangi
74
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
masalah,
kebutuhan
dan
harapan
masyarakat
terhadap
Pemerintahan Desa.
X.
75
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
Setelah memperoleh informasi/aspirasi dari masyarakat, maka infomrasi itu dijadikan
dasar untuk selanjutnya dilakukan:
• Membuat kategorisasi/pemetaan informasi/aspirasi berdasarkan bidang kewenangan
BPD (Legeslasi regulasi Desa, Pengawasan Pelaksanaan Regulasi Desa).
• Memastikan bahwa informasi/aspirasi yang diperoleh dianggap sebagai suatu yang
urgen untuk ditindak lanjuti.
b. Konfirmasi/Verifikasi dan Analisis:
• Lakukan konfirmassi dan atau verifikasi informasi/aspirasi kepihak-pihak yang
terkait dan berkompeten (terbatas)
• Lakukan konsultasi publik dengan menghadirkan stakeholders dan Tokoh Masyarakat.
• Membuat laporan deskriptif-analitis atas hasil aspirasi masyarakat.
• Membuat ringkasan/fact sheet tentang hasil penyerapan aspirasi.
• Sampaikan hasil penyerapan aspirasi kepada publik dan pihak-pihak yang terkait
secara langsung melalui penyampaaian secara langsung.
pembahasan
dengan
lembaga
lokal
Desa
untuk
dikajian
secara
ISI
ASPIRASI
Belum adanya
pengelolaan sampah
dilingkungan Desa
dengan baik
Dari Bapak
Pengaturan pengairan
Nurdin dan Bapak lahan pertanian yang tidak
Yusuf
merata dan 15 m saluran
irigrasi sudah rusak.
TINDAK LANJUT
Perlu diterbitkan
regulasi tentang
pengelolaan sampah
secara mandiri dari
masyarakat
1. Di usulkan dalam
perencanaan
Pembanguan Desa
2. Perlu diterbitkan
regulasi pengaturan
76
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
tentang pembagian
pengairan lahan
pertanian.
77
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
78
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
Lembar Bacaan
LATAR BELAKANG
Salah satu tuntutan aspirasi masyarakat yang berkembang dalam era reformasi
sekarang ini adalah reformasi hukum menuju terwujudnya supremasi sistem hukum di
bawah sistem konstitusi yang berfungsi sebagai acuan dasar yang efektif dalam
proses
penyelenggaraan negara dan kehidupan nasional sehari-hari. Dalam upaya mewujudkan
sistem hukum yang efektif itu, penataan kembali kelembagaan hukum, didukung oleh
kualitas sumberdaya manusia dan kultur dan kesadaran hukum masyarakat yang terus
meningkat, seiring dengan pembaruan materi hukum yang terstruktur secara harmonis,
dan terus menerus diperbarui sesuai dengan tuntutan perkembangan kebutuhan. Dalam
upaya pembaruan hukum tersebut, penataan kembali susunan hirarkis peraturan
perundang-undangan dengan menata kembali sumber tertib hukum dan tata-urut
peraturan perundang-undangan yang dapat dijadikan acuan bagi upaya memantapkan
sistem perundang-undangan di masa depan.
Pembentukan peraturan perundang-undangan merupakan salah satu syarat
dalam rangka membangun hukum nasional
didukung cara dan metoda yang pasti, baku dan standart. Berkaitan dengan penyusunan
tata naskah peraturan perundang-undangan, Pemerintah telah menetapkan standarisasi
pembentukan berbagai peraturan melalui Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan. Berkaitan dengan penyelenggaraan
pemerintahan desa yang berhak mengatur dan mengurus sendiri sebagai upaya
terwujudnya kepastian pemerintahan yang kapabel dan kredibel, landasan hukum yang
digunakan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 dalam pasal 209 menentukan dengan
tegas bhwa BPD berfngsi menetapkan peraturan desa bersama Kepala Desa. Setelah
berlakuknya Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 menggantikan Undang-Undang
Nomor 10 Tahun 2004 memamng tidak dinyatakan secara tegas keberadaan peraturan
desa, namun hal tersebut tidak mempengaruhi fungsi BPD untuk menetapkan Peraturan
Desa bersama Kepala Desa karena memperoleh landasan hukum Undang-undang Nomor
32 Tahun 2004 dan ditindak lanjuti dengan Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005
tentang Desa khususnya Pasal 55 s/d 60 yang berkaitan dengan penyusunan Peraturan
Desa dalam Pemerintahan Desa termasuk ketentuan (Pasal 73) yang mengatur
pengelolaan keuangan Desa, maka segala sesuatu yang berkaitan dengan penetapan
kebijakan Pemerintah Desa harus berdasarkan pada peraturan perundang-undangan baik
79
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
subtansi maupun tata naskah sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri dalam Negeri
Nomor 29 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pembentukan dan Mekanisme Penyusunan
Peraturan Desa Adapun pengaturan pembentukan peraturan perundang-undangan
dimaksud meliputi sistem, asas, jenis dan materi muatan yang dilakukan sejak
persiapan
pembahasan dan pengesahan serta penyebarluasan maupun partisipasi masyarakat.
II.
80
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
III.
IV.
dan Badan
Permusyawaratan Desa;
Penetapan yang berhak menggunakan hak pilih dalam pemilihan anggota Badan
Permusyawaratan Desa;
Penetapan yang berhak menggunakan hak pilih dalam pemilihan Perangkat Desa;
Penentuan tanda gambar calon, pelaksanaan kampanye, cara pemilihan, dan biaya
pelaksanaan pemilihan Perangkat Desa;
Penetapan yang berhak menggunakan hak pilih dalam pemilihan Kepala Desa;
Penentuan tanda gambar calon, pelaksanaan kampanye, cara pemilihan, dan biaya
pelaksanaan pemilihan Kepala Desa;
V.
82
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
b. Masyarakat berhak memberikan masukan baik secara tertulis maupun lisan terhadap
Rancangan Peraturan Desa pada tahap penyiapan/ pembahasan rancangan
peraturan desa.
penyiapan/pembahasan rancangan
penggunaan
hak
diatur
lebih
lanjut
dalam
Peraturan
Daerah
Kabupaten/Kota.
2. Pembahasan
a. Rancangan Peraturan Desa dibahas secara bersama oleh Pemerintah Desa dan BPD.
b. Rancangan Peraturan Desa yang berasal dari Pemerintah Desa, dapat ditarik
kembali sebelum dibahas bersama BPD.
c. Rancangan Peraturan Desa tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa,
pungutan, dan penataan ruang yang telah disetujui bersama dengan BPD, sebelum
ditetapkan oleh Kepala Desa paling lama 3 (tiga) hari disampaikan oleh Kepala Desa
kepada Bupati/Walikota untuk dievaluasi. Evaluasi meliputi tata naskah penyusunan,
persyaratan material maupun arah kebijakan Pemerintah Daerah dalam kaitannya
dengan aspirasi masyarakat serta terkait dengan pedoman dan pengelolaan
keuangan desa, pembinaan dan pengawasan dikoordinasikan oleh Bupati guna
pertanggungjawaban alokasi dana yang masuk desa.
d. Hasil evaluasi rancangan Peraturan disampaikan oleh Bupati/Walikota kepada
Kepala Desa paling lama 20 (dua puluh) hari sejak Rancangan Peraturan Desa
tersebut diterima.
e. Apabila Bupati/Walikota belum memberikan hasil evaluasi Rancangan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Desa, Kepala Desa dapat menetapkan Rancangan
Peraturan Desa tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APB Desa)
menjadi Peraturan Desa.
f. Evaluasi Rancangan Peraturan Desa tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja
Desa didelegasikan kepada Camat.
VI.
PENETAPAN DAN PENYEBARLUASAN PERATURAN DESA
1. Penetapan
83
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
Dalam menetapkan Peraturan Desa, BPD mengadakan rapat yang dihadiri oleh
sekurang-kurangnya 2/3 (dua pertiga) dari jumlah anggota BPD. Dengan demikian
proses penetapan dimaksud, dilakukan melalui :
a. Rancangan Peraturan Desa dapat diajukan oleh Pemerintah Desa dan atau Badan
Permusyawaratan Desa;
b. Naskah Rancangan Peraturan Desa disampaikan kepada para anggota Badan
Permusyawaratan Desa selambat-lambatnya 3 (tiga) hari atau tiga kali 24 jam
sebelum Rapat Badan Permusyawaratan Desa dilaksanakan untuk menetapkan
Peraturan Desa;
c. Dalam menyusun Rancangan Peraturan Desa, Pemerintah Desa dan atau Badan
Permusyawaratan Desa dapat menghadirkan lembaga kemasyarakatan di Desa atau
pihak-pihak terkait untuk memberikan masukan terhadap hal-hal yang berkaitan
dengan materi Peraturan Desa tersebut;
d. Dalam rangka menetapkan Peraturan Desa, Badan Permusyawaratan Desa
mengadakan rapat yang harus dihadiri oleh sekurangkurangnya 2/3 (dua per tiga)
dari jumlah anggota Badan Permusyawaratan Desa, dan dianggap tidak sah apabila
jumlah anggota Badan Permusyawaratan yang hadir kurang dari ketentuan tersebut;
e. Apabila rapat Badan Permusyawaratan Desa dinyatakan tidak sah, maka Kepala
Desa dan Pimpinan Badan Permusyawaratan Desa menentukan waktu untuk
mengadakan rapat berikutnya;
f. Rapat Badan Permusyawaratan Desa dalam penetapan Peraturan Desa dapat
dihadiri oleh lembaga kemasyarakatan dan pihak-pihak terkait sebagai peninjau;
g. Pengambilan Peraturan dalam penetapan Peraturan Desa dilaksanakan melalui
musyawarah;
h. Apabila dalam musyawarah mufakat tidak mendapat kesepakatan yang bulat, dapat
diambil secara voting berdasarkan suara terbanyak;
i. Persetujuan pengesahan terhadap rancangan peraturan desa menjadi peraturan
desa dituangkan dalam Berita Acara Rapat Badan Permusyawaratan Desa;
j. Peraturan Desa yang telah mendapatkan persetujuan Badan Permusyawaratan
Desa ditetapkan dan ditandatangani oleh Kepala Desa dan Ketua Badan
Permusyawaratan Desa;
k. Peraturan Desa yang telah ditetapkan tidak lagi memerlukan pengesahan dari
Bupati
tetapi wajib melaporkan kepada Bupati melalui Camat sebagai bahan pembinaan
dan pengawasan paling lambat 7 (tujuh) hari setelah ditetapkan.
2. Penyebarluasan
84
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
Peraturan Desa dan peraturan pelaksanaannya wajib disebarluaskan kepada
masyarakat oleh Pemerintah Desa.
VII.
Peraturan
Desa
memuat
keterangan
menenai
jenis,
nomor,
tahun
TEKNIK PENYUSUNAN
Kerangka struktur Peraturan Desa dan Peraturan Kepala Desa terdiri dari :
A. Penamaan/Judul;
B. Pembukaan;
C. Batang Tubuh;
D. Penutup;
E. Lampiran (bila diperlukan)
Uraian dari masing-masing substansi kerangka Peraturan Desa dan Peraturan Kepala
Desa, sebagai berikut :
A. Penamaan/Judul;
1. Setiap Peraturan Desa dan Peraturan Kepala Desa mempunyai penamaan/judul.
2. Penamaan/judul Peraturan Desa dan Peraturan Kepala Desa memuat keterangan
mengenai jenis, nomor, tahun dan tentang nama Peraturan yang diatur.
3. Nama Peraturan Desa dan Peraturan Kepala Desa dibuat singkat dan mencerminkan
isi Peraturan Desa dan Peraturan Kepala Desa.
4. Judul ditulis dengan huruf kapital tanpa diakhiri tanda baca.
Contoh :
Penulisan Penamaan/Judul.
a. Jenis Peraturan Desa :
PERATURAN DESA …………….
NOMOR … TAHUN ……
TENTANG
PENDIRIAN BADAN USAHA MILIK DESA
b. Jenis Peraturan Kepala Desa :
PERATURAN KEPALA DESA ……………………….
NOMOR … TAHUN …
86
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
TENTANG
TATA CARA PENDIRIAN BADAN USAHA MILIK DESA
c. Jenis Keputusan Kepala Desa
KEPUTUSAN KEPALA DESA ……………………….
NOMOR … TAHUN ….
TENTANG
PEMBENTUKAN PANITIA HARI ULANG TAHUN RI KE 68
B. Pembukaan
1. Pembukaan pada Peraturan Desa terdiri dari :
a. Frasa “Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa”.
b. Jabatan pembentuk Peraturan Desa;
c. Konsiderans;
d. Dasar Hukum;
e. Frasa “Dengan persetujuan bersama Kepala Desa dan Badan Permusyawaratan
Desa”.
f. Memutuskan;
g. Menetapkan.
2. Pembukaan pada Peraturan Kepala Desa terdiri dari :
a. Frasa " Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa";
b. Jabatan pembentuk Peraturan Kepala Desa.
c. Konsiderans;
d. Dasar Hukum;
e. Memutuskan; dan
f. Menetapkan.
3. Pembukaan pada Keputusan Kepala Desa terdiri dari:
a. Frasa "Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa";
b. Jabatan pembentuk Keputusan Kepala Desa;
c. Konsiderans;
d. Dasar Hukum; dan
e. Memutuskan;
PENJELASAN :
a. Frasa “Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa”.
Kata frasa yang berbunyi “Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa” merupakan
kata yang harus ditulis dalam Peraturan Desa, cara penulisannya seluruhnya
huruf kapital dan tidak diakhiri tanda baca.
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
b. JABATAN
87
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
c. Konsiderans
Konsiderans harus diawali dengan kata “Menimbang” yang memuat uraian singkat
mengenai
pokok-pokok pikiran yang menjadi latar belakang, alasan-alasan serta landasan
yuridis
dibentuknya Peraturan Desa dan Peraturan Kepala Desa.
Jika konsiderans terdiri dari lebih satu pokok pikiran, maka tiap-tiap pokok
pikiran
dirumuskan pengertian, dan tiap-tiap pokok pikiran diawali dengan huruf a,b,c, dst.
dan
diakhiri dengan tanda titik koma (;).
Contoh :
Menimbang
:
a. ........………....................................................…;
b. ………................................................................;
c. ….……...........................................................….;
d. Dasar Hukum
1. Dasar Hukum diawali dengan kata “Mengingat” yang harus memuat dasar hukum bagi
pembuatan produk hukum. Pada bagian ini perlu dimuat pula jika ada peraturan
perundang-undangan yang memerintahkan dibentuknya Peraturan Desa, Peraturan
Kepala Desa dan Keputusan Kepala Desa atau yang mempunyai kaitan langsung dengan
materi yang akan diatur.
2. Dasar Hukum dapat dibagi 2, yaitu :
a) Landasan yuridis kewenangan membuat Peraturan Desa, Peraturan Kepala Desa dan
Keputusan Kepala Desa; dan
b) Landasan yuridis materi yang diatur.
3. Yang dapat dipakai sebagai dasar hukum hanyalah jenis peraturan perundang-
undangan
yang tingkat derajatnya sama atau lebih tinggi dari produk hukum yang dibuat.
4. Dasar hukum dirumuskan secara kronologis sesuai dengan hierarkii peraturan
perundangundangan, atau apabila peraturan perundang-undangan tersebut sama
tingkatannya,
maka dituliskan berdasarkan urutan tahun pembentukannya, atau apabila peraturan
perundang-undangan tersebut dibentuk pada tahun yang sama, maka dituliskan
berdasarkan nomor urutan pembuatan peraturan perundang-undangan tersebut.
88
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
5. Penulisan dasar hukum harus lengkap dengan Lembaran Negara, Tambahan Lembaran
Negara, Lembaran Daerah, dan Tambahan Lembaran Daerah (kalau ada).
6. Jika dasar hukum lebih dari satu peraturan perundang-undangan, maka tiap dasar
hukum
diawali dengan angka arab 1, 2, 3 dst dan diakhiri dengan tanda baca titik koma
(;).
89
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
Contoh:
Mengingat :
MEMUTUSKAN :
…………..…........................................…………dst
90
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
Penulisan kembali nama Peraturan Desa dan Peraturan Kepala Desa yang
bersangkutan dilakukan sesudah kata “Menetapkan”,
adalah :
Menuliskan kembali nama yang tercantum dalam judul;
Nama tersebut diatas, didahului dengan jenis peraturan yang bersangkutan;
Nama dan jenis peraturan tersebut, ditulis dengan huruf kapital dan diakhiri
dengan
tanda baca titik (.).
Pada Peraturan Desa sebelum kata “MEMUTUSKAN” dicantumkan frasa :
Dengan Persetujuan Bersama
BADAN PERMUSYAWARATAN DESA
dan
KEPALA DESA
Catatan :
a) Jenis Peraturan Desa
MEMUTUSKAN :
Menetapkan :
TATA
CARA
TENTANG
Catatan :
Contoh pembukaan Peraturan Desa dan Peraturan Kepala Desa secara keseluruhan
dapat dirumuskan sebagai berikut :
a) Peraturan Desa
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
KEPALA DESA ……………………..,
Menimbang
:
a. ........………....................................................…;
b. ………................................................................;
c. ….……...........................................................….;
Mengingat
:
1. ……………...................................….;
2. .……………..............................…….;
3. ………….................................….dst;
Dengan Persetujuan Bersama
BADAN PERMUSYAWARATAN DESA
91
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
dan
KEPALA DESA
MEMUTUSKAN :
Menetapkan :
92
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
b) Peraturan Kepala Desa.
PERATURAN KEPALA DESA ………………..,
Menimbang
:
a. ........………....................................................…;
b. ………................................................................;
c. ….……...........................................................….;
Mengingat
:
1. ……………...................................….;
2. .……………..............................…….;
3. ………….................................….; dst;
MEMUTUSKAN :
PERATURAN KEPALA DESA ……… TENTANG TATA CARA
PENDIRIAN BADAN USAHA MILIK DESA.
Menetapkan :
……………………………………………;
……………………………………………;
………………………………………..dst;
Menetapkan : KEPUTUSAN
KEPALA
DESA
CIMANGGIS
PENETAPAN PETUGAS SISKAMLING.
: ……………………………………………………………...
KESATU
: ………………………………………………………………
KEDUA
: ……………………………………………………..dst
KETIGA
TENTANG
C. Batang Tubuh
Batang Tubuh memuat semua materi yang dirumuskan dalam pasal-pasal dan
diktumdiktum. Batang tubuh yang dirumuskan dalam pasal-pasal adalah Peraturan Desa
dan
Peraturan Kepala Desa yang bersifat mengatur (Regelling), sedangkan jenis Peraturan
Kepala Desa yang bersifat penetapan (Beschikking), batang tubuhnya dirumuskan
dalam diktum-diktum.
Uraian masing-masing batang tubuh, sebagai berikut :
1. Batang Tubuh Peraturan Desa :
a) Peraturan Desa, pengelompokan batang tubuhnya terdiri atas :
1) Ketentuan Umum;
2) Materi yang diatur;
3) Ketentuan Peralihan (kalau ada); dan
4) Ketentuan Penutup.
93
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
Pengelompokan materi dalam Bab, Bagian dan Paragraf tidak merupakan
keharusan. Jika Peraturan Desa mempunyai materi yang ruang lingkupnya sangat
luas
dan
mempunyai
banyak
pasal,
maka
pasal-pasal
tersebut
dapat
95
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
Jika unsur atau rincian dalam tabulasi dimaksudkan sebagai rincian yang kumulatif,
maka perlu ditambahkan kata “dan” di belakang rincian kedua dari belakang.
Contoh :
a. Tiap-tiap rincian ditandai dengan huruf a dan seterusnya.
(3) ……………………………………………… :
a. ………………………………….; dan
b. ……………………………
b. Jika suatu rincian memerlukan perincian lebih lanjut, maka perincian itu
ditandai dengan angka 1, 2, dan seterusnya.
(4) ………………………………………………..:
a. …………………………………..;
b. ……………………………………; dan
c. …………………………….:
1. ………………………………………;
2. ………………………………….; dan
3. …………………………… :
a) ……………………………………..;
b) ………………………………..; dan
c) …………………………..:
1) …………………………………;
2) ……………………………; dan
3) ………………………………
Gambaran penulisan kelompok Batang Tubuh secara keseluruhan adalah :
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
(Isi Pasal 1)
BAB II
(Judul Bab)
Pasal …
(Isi pasal)
BAB III
(Judul Bab)
Bagian Pertama
(Judul Bagian)
Paragraf
(Judul paragraf)
Pasal …..
(1) (Isi ayat)
(2) (Isi ayat ) :
Perincian ayat :
a. ……………………
b. ……………………. :
1. Isi sub ayat.
2. …………………
3. …………………..
96
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
a) (perincian sub ayat)
b) ………………………..
c) ………………………….
1) (perincian mendetail dari sub ayat)
2) ……………………………..
Penjelasan masing-masing kelompok Batang Tubuh adalah :
a. Ketentuan Umum.
Ketentuan Umum diletakkan dalam Bab Pertama atau dalam pasal pertama, jika
tidak ada pengelompokan dalam bab.
Ketentuan umum berisi :
1) Batasan dari pengertian;
2) Singkatan atau akronim yang digunakan dalam Peraturan Kepala Desa; dan
3) Hal-hal lain yang bersifat umum yang berlaku bagi pasal-pasal berikutnya.
Jika ketentuan umum berisi lebih dari satu hal, maka setiap batasan dari
pengertian dan singkatan atau akronim diawali dengan angka arab dan diakhiri
dengan tanda baca titik (.).
Contoh :
Pasal 1
Dalam Peraturan Kepala Desa ini yang dimaksud dengan :
1. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Daerah Kabupaten Banjarnegara.
2. …………………………………………………………………….
3. ………………………………………………………….
Urutan pengertian atau istilah dalam bab Ketentuan Umum hendaknya mengikuti
ketentuan sebagai berikut :
1. Pengertian atau istilah yang ditemukan lebih dahulu dalam materi yang diatur
ditempatkan teratas.
2. Jika pengertian atau istilah mempunyai hubungan atau kaitan dengan pengertian
atau istilah terdahulu, maka pengertian atau istilah yang ada hubungannya itu
diletakkan dalam satu kelompok berdekatan.
b. Ketentuan Materi yang akan diatur.
Materi yang diatur adalah semua obyek yang diatur secara sistimatik sesuai
dengan luas lingkup dan pendekatan yang dipergunakan. Materi yang diatur harus
memperhatikan dasar-dasar dan kaidah-kaidah yang ada seperti :
1) Landasan hukum materi yang diatur.
Dalam menyusun materi Peraturan Desa harus memperhatikan dasar hukumnya.
2) Landasan filosofis, artinya alasan yang mendasari diterbitkannya Peraturan
Kepala Desa.
97
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
3) Landasan sosiologis, maksudnya agar Peraturan Desa yang diterbitkan jangan
sampai bertentangan dengan nilai-nilai yang hidup di tengah-tengah masyarakat,
misalnya adat istiadat, agama.
4) Landasan politis, maksudnya agar Peraturan Desa yang diterbitkan dapat berjalan
sesuai dengan tujuan tanpa menimbulkan gejolak di tengah-tengah masyarakat.
5) Tata cara penulisan materi yang diatur adalah :
a) Materi yang diatur ditempatkan langsung setelah Bab Ketentuan Umum atau
pasal-pasal ketentuan umum jika tidak ada pengelompokan dalam bab.
b) Dihindari adanya Bab tentang Ketentuan Lain-lain. Materi yang akan dijadikan
materi Ketentuan Lain-lain, hendaknya ditempatkan dalam kelompok materi
yang diatur dengan judul yang sesuai dengan materi tersebut.
Ketentuan Lain-lain hanya dicantumkan untuk ketentuan yang lain dari materi
yang diatur, namun mempunyai kaitan dan perlu diatur. Penempatan bab
Ketentuan Lain-lain dicantumkan pada bab atau pasal terakhir sebelum Bab
Ketentuan Peralihan.
c. Ketentuan Peralihan
Ketentuan Peralihan timbul sebagai cara mempertemukan antara azas mengenai
akibat kehadiran peraturan baru dengan keadaan sebelum peraturan baru itu
berlaku. Pada azasnya pada saat peraturan baru berlaku, maka semua peraturan
lama beserta akibat-akibatnya menjadi tidak berlaku. Kalau azas ini diterapkan
tanpa memperhitungkan keadaan yang sudah berlaku, maka dapat timbul
kekacauan hukum, ketidakpastian hukum atau kesewenang-wenangan hukum.
Untuk menampung akibat berlakunya peraturan baru terhadap peraturan lama
atau pelaksanaan peraturan lama, diadakan ketentuan atau aturan peralihan.
Dengan demikian Ketentuan Peralihan berfungsi :
1) Menghindari kemungkinan terjadinya kekosongan hukum (Rechtsvacuum)
2) Menjamin kepastian hukum (Rechtszekerheid)
3) Perlindungan hukum (Rechtsbescherming), bagi rakyat atau kelompok
tertentu atau orang tertentu.
Jadi pada dasarnya, Ketentuan Peralihan merupakan “penyimpangan” terhadap
peraturan baru itu sendiri. Suatu penyimpangan yang tidak dapat dihindari
(Necessery evil) dalam rangka mencapai atau mempertahankan tujuan hukum
secara keseluruhan (ketertiban, keamanan dan keadilan).
Penyimpangan ini bersifat sementara, karena itu dalam rumusan Ketentuan
Peralihan harus dimuat keadaan atau syarat-syarat yang akan mengakhiri masa
peralihan tersebut. Keadaan atau syarat tersebut dapat berupa pembuatan
98
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
peraturan pelaksanaan baru (dalam rangka melaksanakan peraturan baru) atau
penentuan jangka waktu tertentu atau mengakui secara penuh keadaan yang
lama menjadi keadaan baru.
d. Ketentuan Penutup
Ketentuan Penutup merupakan bagian terakhir Batang Tubuh Peraturan Desa,
yang biasanya berisi ketentuan-ketentuan sebagai berikut :
1) Penunjukan
organ
atau
alat
kelengkapan
yang
diikutsertakan
dalam
.........................................................................
KEDUA
.........................................................................
Adakalanya
suatu
Peraturan
Desa
atau
Peraturan
Kepala
Desa
100
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
penjelasan
sama
dengan
judul
Peraturan
Desa
yang
bersangkutan.
6. Penjelasan terdiri atas penjelasan umum dan penjelasan pasal yang
pembagiannya dirinci dengan angka romawi.
7. Penjelasan Umum memuat uraian sistimatis mengenai latar belakang
pemikiran, maksud dan tujuan penyusunan
101
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
103
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
Jika istilah “wilayah Dusun Samin” akan diubah menjadi “wilayah Dusun Saman”,
maka janganlah hanya mengubah perkataan “Samin” menjadi “Saman”, tetapi
seyogyanya perubahan tersebut dilakukan sebagai berikut : “wilayah Dusun Samin”
diganti dengan “wilayah Dusun Saman”.
X.
2) Pencabutan Peraturan Desa, Peraturan Kepala Desa dan Keputusan Kepala Desa
juga dilakukan oleh Pejabat yang berwenang membentuknya dan dengan peraturan
yang sejenis.
XI.
RAGAM BAHASA
dimuat
dalam
Ketentuan
Umum,
maka
setelah
tulisan
lengkapnya,
108
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
Maksud dan tujuan dari sosialisasi kerangka aturan sebelum ditetapkan menjadi
Peraturan Desa antara lain sebagai berikut :
1. Masyarakat Desa mengetahui akan kedudukan dari Peraturan Desa yaitu bahwa
Peraturan Desa mempunyai kekuatan hukum yang sifatnya mengikat terhadap seluruh
kepentingan masyarakat desa.
2. Substansi akan materi yang diatur dalam Peraturan Desa agar diketahui oleh
masyarakat desa sehingga hal-hal yang sifatnya berupa pembebanan masyarakat dan
menyangkut pembebanan perekonomian desa diketahui oleh masyarakat.
3. Menjaring informasi yang berkembang di masyarakat berkaitan penyusunan Peraturan
Desa sehingga Peraturan Desa setelah masyarakat Desa merasa memiliki dan ikut
bertanggungjawab dalam hal pelaksanaannya.
Dalam hal pelaksanaan sosialisasi sebagai sasaran utama adalah masyarakat desa
setempat, sehingga media sosialisasi yang dapat digunakan adalah kelompok-kelompok
masyarakat atau organisasi organisasi kemasyarakatan yang ada di desa, seperti
kelompok pengajian, dasawisma, organisasi pemuda, dan lainnya sesuai kondisi sosial
budaya berkembang pada masyarakat tersebut. Pelaksanaan sosialisasi rancangan
Peraturan desa tidak harus dari unsur Pemerintahan Desa, akan tetapi bisa
melibatkan
stakeholders lainnya yang ada di Desa. Hal ini mengingat rancangan Peraturan Desa
bisa
disusun dan diusulkan dari pihak lain (kelompok masyarakat) sehingga Pemerintahan
Desa wajib menfasilitasi dalam pelaksanaan sosialisasi.
Hasil dari pelaksanaan sosialisasi merupakan rekomendasi untuk penyempurnaan
rancangan Peraturan Desa dan dibahas bersama dengan BPD, untuk penetapan
rancangan menjadi Peraturan Desa. Hal ini dimaksudkan agar Peraturan Desa setelah
ditetapkan akan benar-benar bermanfaat bagi kepentingan dari kebutuhan masyarakat
desa setempat.
109
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
TUJUAN
SOSIALISASI
MATERI
SOSIALISASI
METODE
SOSIALISASI
SASARAN
SOSIALISASI
Prasarana
Waktu
Biaya
Pelaksanaan
sosialisasi
EVALUASI
SOSIALISASI
Rekomendasi :
Bagi rapat
Pemerintah
Desa bersama
dengan
Peraturan Desa
110
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
BAGAN PROSES
PENYUSUNAN DAN PENETAPAN PERATURAN DESA
D
E
M
O
K
R
A
S
I
KEPENTINGAN MASYARAKAT
KEPALA DESA
Mengusulkan
Rancangan Perdes
BPD
Mengusulkan Rancangan
Perdes
Pembahasan
Rancangan
Rapat pembahasan
dihadiri sekurangkurangnya 2/3 dari
jumlah anggota
RANCANGAN
P
A
N
C
A
S
I
L
A
PERDES
Ditetapkan oleh Kepala Desa
setelah disetujui BPD.
Ditandatangani
Desa.
oleh
Kepala
111
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
TATA NASKAH PENYUSUNAN
PERATURAN DESA, PERATURAN KEPALA DESA DAN
KEPUTUSAN KEPALA DESA
2. PERATURAN DESA
: a. bahwa ...;
b. bahwa ...;
c. bahwa ...;
Mengingat
: 1. Undang - Undang Nomor ... Tahun ... tentang ... (Lembaran Negara
Tahun ... Nomor ..., Tambahan Lembaran Negara Nomor ...);
2. …;
3. ...;
4. ...;
Dengan Persetujuan Bersama
BADAN PERMUSYAWARATAN DESA ... (Nama Desa)
dan
KEPALA DESA ... (Nama Desa)
MEMUTUSKAN :
Menetapkan
Pasal 1
Pasal 3
...................................................................................
......................................................................
.........................................................................
Pasal 4
...................................................................................
......................................................................
.........................................................................
BAB III
...................................................................................
..............................
...................................................................................
..............................
Pasal 5
...................................................................................
..............................
Pasal 6
(1) ...............................................................................
............................
(2) ...............................................................................
............................
BAB IV
...................................................................................
..............................
Pasal 7
(1) ...............................................................................
............................
(2) ...............................................................................
............................
BAB V
113
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
...................................................................................
..............................
114
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
Pasal 8
(1) ...............................................................................
............................
(2) ...............................................................................
............................
BAB VI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 9
...................................................................................
..............................
Pasal 10
(NAMA)
Diundangkan di … (Nama Kab/Kota)
Pada Tanggal…
SEKRETARIS DAERAH … (Nama Kab/Kota)
(tanda tangan)
(NAMA)
BERITA DAERAH … (Nama Kab/Kota) TAHUN… NOMOR…,
115
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
PENJELASAN ATAS
PERATURAN DESA …. (Nama Desa)
NOMOR ... TAHUN ...
TENTANG
PENDIRIAN BADAN USAHA MILIK DESA
III. UMUM
...................................................................................
.................…
...................................................................................
....................
...................................................................................
................….
Pasal 1
Cukup jelas
Pasal 11
Ayat (1) yang dimaksud dengan ... adalah ...
Pasal 12
Cukup jelas
Pasal ...dst
116
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
3. PERATURAN KEPALA DESA
: a. bahwa ...;
b. bahwa ...;
c. bahwa ...;
Mengingat
: 1.
2.
3.
4.
5.
…;
…;
...;
...;
…. dst;
MEMUTUSKAN :
Menetapkan
BAB I
KETENTUAN UMUM
I. Pasal 1
Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan :
Pasal ...
...................................................................................
..............................
...................................................................................
..............................
117
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
BAB III
...
Pasal ...
...................................................................................
..............................
Pasal ...
...................................................................................
..............................
BAB ...
KETENTUAN PENUTUP
Pasal ...
...................................................................................
..............................
Pasal ...
Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
(Nama jelas)
118
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
4. KEPUTUSAN KEPALA DESA
: d. bahwa ...;
e. bahwa ...;
f. bahwa ...;
Mengingat
: 1.
2.
3.
4.
5.
…;
…;
...;
...;
…. dst;
MEMUTUSKAN :
Menetapkan
KESATU
KEDUA
:
: Mengangkat Badan Pengawas dan Badan Pengurus Badan Usaha Milik
Desa dengan susunan sebagaimana tercantum dalam Lampiran Keputusan
ini.
: Badan Pengawas dan Badan Pengurus Badan Usaha Milik Desa
mempunyai tugas :
a. ... ;
b. … ;
c. ... dst;
KETIGA
KEEMPAT
KELIMA
NAMA
JABATAN
KET.
120
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
5. PERUBAHAN PERATURAN DESA
: a. bahwa ...;
b. bahwa ...;
c. bahwa ...;
Mengingat
: 1.
2.
3.
4.
5.
…;
…;
...;
...;
…. dst;
Dengan Persetujuan Bersama
MEMUTUSKAN :
Menetapkan
Pasal 1
Peraturan Desa… Nomor ... Tahun ... tentang ..., diubah sebagai berikut :
a. Pasal 5 dihapus.
b. Ayat (3) Pasal 7 dihapus.
c.
Pasal 8
(1) ... ;
(2) ...
121
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
d. Pada Pasal 10 ditambah ayat (5), yang berbunyi :
(5) ...
e. Diantara Pasal 14 dan Pasal 15, disisipkan 1 (satu) pasal “Pasal 14A” baru
berbunyi
sebagai berikut :
Pasal 14 A
...
f.
g. Dalam ayat (2) dari Pasal 20, diantara perkataan “...” dan “...” disisipkan
perkataan
“...”
h. Dalam ayat (2) dari Pasal 27, perkataan “...” dihapuskan.
Pasal 15
Peraturan Desa ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di … (Nama Desa)
Pada tanggal ...
KEPALA DESA…, (Nama Desa)
(Nama Jelas)
122
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
6. PENCABUTAN PERATURAN DESA
: a. bahwa ...;
b. bahwa ...;
c. bahwa ...;
Mengingat
: 1.
2.
3.
4.
5.
…;
…;
...;
...;
…. dst;
Pasal 1
Mencabut Peraturan Desa … (Nama Desa) Nomor ... Tahun ... Tentang ...
Pasal 2
(Nama Jelas)
123
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
124
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
7. PERUBAHAN PERATURAN KEPALA DESA
: a. bahwa ...;
b. bahwa ...;
c. bahwa ...;
Mengingat
: 1.
2.
3.
4.
5.
…;
…;
...;
...;
…. dst;
MEMUTUSKAN :
Menetapkan
Pasal 1
Peraturan Kepala Desa … Nomor ... Tahun ... tentang ..., diubah sebagai berikut :
a. Pasal 5 dihapus.
b. Ayat (3) Pasal 7 dihapus.
c.
Pasal 8
(1) ...............................................................................
......................
125
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
e. Diantara Pasal 14 dan Pasal 15, disisipkan 1 (satu) pasal “Pasal 14A” baru yang
berbunyi
sebagai berikut :
126
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
Pasal 14 A
...
f.
g. Dalam ayat (2) dari Pasal 20, diantara perkataan “...” dan “...” disisipkan
perkataan “...”
h. Dalam ayat (2) dari Pasal 27, perkataan “...” dihapuskan.
Pasal 2
Peraturan Kepala Desa ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di … (Nama Desa)
Pada tanggal ...
KEPALA DESA….,(Nama Desa)
(Nama Jelas)
127
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
8. PENCABUTAN PERATURAN KEPALA DESA
: a. bahwa ...;
b. bahwa ...;
c. bahwa ...;
Mengingat
: 1.
2.
3.
4.
5.
…;
…;
...;
...;
…. dst.
MEMUTUSKAN :
Menetapkan
Pasal 1
Mencabut Keputusan Kepala Desa … (Nama Desa) Nomor ... Tahun ... tentang ...
Pasal 2
Peraturan Kepala Desa ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di … (Nama Desa)
Pada tanggal ...
KEPALA DESA…,(Nama Desa)
(Nama Jelas)
128
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
PEMERINTAH KABUPATEN ………………
KECAMATAN ……………
BADAN PERMUSYAWARATAN DESA …………….
KEPUTUSAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA
NOMOR ……… TAHUN 20….
TENTANG
PERSETUJUAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA
TERHADAP PERATURAN DESA TENTANG APB-DESA ………..
TAHUN ANGGARAN 20….
BADAN PERMUSYAWARATAN DESA …………….,
Menimbang
Mengingat
b. Anggaran Belanja
- Belanja Langsung
- Belanja Tidak Langsung
KEDUA
: Rp.
: Rp.
Rp.
c. Pembiayaan
: Rp
: Surat Keputusan ini beraku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di ..........................
pada tanggal ..........................
KETUA BPD ..........................
................................
131
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
132
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
Lembar Bacaan
M.3.5.2
PENDAHULUAN
„‟kewenangan‟‟
mempunyai
menyusun
perencanaan
pembangunan,
bahwa
posisi
Desa
berada
dalam
subsistem
pemerintahan
kabupaten/kota, bukan berdiri sendiri sebagai subsistem yang otonom dan menjadi
bagian dari NKRI. Karena posisi itu juga, Desa tidak diberikan otoritas untuk
menyusun perencanaan sendiri (village self planning) atau decentralized planning
sesuai dengan batas-batas kewenangan Desa.
Perencanaan Desa adalah peraturan Desa tentang arah pembangunan Desa
jangka pendek dan jangka panjang yang menjadi pijakan didalam merumuskan rencana
APBDes dan bahan masukan Pemerintah Kabupaten/Kota dalam menyusun kebijakan
tentang ADD. Dilihat dari segi jangka waktu, perencanaan dapat dibedakan menjadi 2
(dua) :
1. Rencana Pembangunan Jangka Pendek (tahunan) yang selanjutnya disebut Rencana
Kerja Pembangunan Desa (RKP Desa) adalah hail musyawarah masyarakat desa
tentang program dan kegiatan yang akan dilaksanakan untuk periode 1 (satu) tahun.
2. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa yang selanjutnya disingkat
RPJMDes adalah dokumen perencanaan desa untuk periode 5 (lima) tahun.
Keuangan
Desa
adalah
semua
hak
dan
kewajiban
dalam
rangka
133
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
perencanaan,
penganggaran,
penatausahaan,
pelaporan,
proses
yang
terintegrasi
sehingga
output
dari
perencanaan
adalah
penganggaran. Proses perencanaan arah dan kebijakan pembangunan desa tahunan dan
rencana anggaran tahunan (APBDes) pada hakikatnya merupakan perencanaan instrumen
kebijakan publik sebagai upaya meningkatkan pelayanan kepada masyarakat
Oleh karena pentingnya anggaran tersebut maka perencanaan anggaran/
penyusunan anggaran juga menjadi sesuatu yang penting dalam penyelenggaranaan
pemerintah desa. Penyusunan anggaran merupakan suatu rencana tahunan sebagai
aktualisasi pelaksanaan rencana jangka panjang dan rencana jangka menegah perlu
diperhatikan. Salah satu fungsi anggaran adalah membantu manajemen pemerintahan
desa dalam mengambil keputusan sekaligus sebagai alat untuk mengevaluasi kinerja
unit
kerja dibawahnya. Pengeluaran Pemerintah Desa terutama pada anggaran desa akan
membantu
pemerintah
desa
dalam
mengambil
keputusan
dan
merencanakan
Provinsi,
Pemerintah
Hibah;
2. Belanja
Belanja desa merupakan perkiraan beban pengeluaran desa yang dialokasikan secara
135
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
adil dan merata agar dapat dinikmati oleh seluruh kelompok masyarakat tanpa
diskriminasi, khususnya dalam pemberian pelayanan umum.
Struktur belanja terdiri dari :
(4) Belanja desa meliputi semua pengeluaran dari rekening desa yang merupakan
kewajiban desa dalam 1 (satu) tahun anggaran yang tidak akan diperoleh
pembayarannya kembali oleh desa.
(5) Belanja Desa terdiri dari :
a. Belanja langsung, dan
b. Belanja tidak langsung
(6) Belanja Langsung terdiri dari :
a. Belanja Pegawai;
b. Belanja Barang dan Jasa
c. Belanja Modal;
(7) Belanja Tidak Langsung terdiri dari :
a. Belanja Pegawai/Penghasilan Tetap;
b. Belanja Subsidi;
c. Belanja Hibah (Pembatasan Hibah);
d. Belanja Bantuan Sosial;
e. Belanja Bantuan Keuangan;
f.
3. Pembiayaan
Pembiayaan desa adalah setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan atau
pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang
bersangkutan maupun pada tahun-tahun berikutnya.
Struktur pembiayaan terdiri dari :
(8) Pembiayaan desa meliputi semua penerimaan yang perlu dibayar kembali
dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran
yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya.
(9) Pembiayaan Desa terdiri dari :
a. Penerimaan Pembiayaan; dan
b. Pengeluaran Pembiayaan.
(10) Penerimaan Pembiayaan mencakup :
a. Sisa lebih perhitungan anggaran (SilPA) tahun sebelumnya.
b. Pencairan Dana Cadangan.
c. Hasil penjualan kekayaan desa yang dipisahkan.
d. Penerimaan Pinjaman.
(11) Pengeluaran Pembiayaan mencakup :
136
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
a. Pembentukan Dana Cadangan.
b. Penyertaan Modal Desa.
c. Pembayaran Utang.
Berkenaan dengan pendapatan desa, yang rencananya tertuang dalam Anggaran
Pendapatan dan Belanja Desa, merupakan jenis perencanaan jangka pendek yang
tujuannya menetapkan besarnya target penerimaan Desa yang harus dicapai dalam satu
tahun anggaran. Target pendapatan desa yang akan dicapai tersebut penyusunannya
harus seksama dan memperhatikan kondisi dan potensi yang dimiliki oleh Desa itu
sendiri,
karena pencapaiannya akan berpengaruh langsung terhadap pendapatan, belanja dan
pembiayaan desa. Pengelolaan keuangan desa harus berdasarkan pada prinsip-prinsip
sebagai berikut :
1. Transparan dan Akuntabilitas Anggaran
APBDes yang disusun harus dapat menyajikan informasi secara terbuka dan mudah
diakses oleh masyarakat meliputi : tujuan, sasaran, sumber pendanaan pada setiap
jenis objek belanja serta korelasi antara besaran anggaran dengan manfaat dan hasil
yang ingin dicapai dari suatu kegiatan yang dianggarkan. Oleh karena itu, setiap
pengguna anggaran harus bertanggung jawab terhadap penggunaan sumber daya
yang dikelola untuk mencapai hasil yang ditetapkan.
2. Partisipasi Masyarakat
Hal ini mengandung makna bahwa pengambilan keputusan dalam proses penyusunan
dan penetapan APBDes sedapat mungkin melibatkan partisipasi masyarakat sehingga
masyarakat mengetahui hak dan kewajibannya dalam pelaksanaan APBDes.
3. Disiplin Anggaran
Beberapa prinsip dalam disiplin anggaran yang perlu diperhatikan antara lain : 1)
pendapatan yang direncanakan merupakan perkiraan yang terukur secara rasional dan
dapat dicapai untuk setiap sumber pendapatan sedangkan belanja yang dianggarkan
merupakan batas tertinggi pengeluaran belanja; 2) penganggaran pengeluaran harus
didukung adanya kepastian tersedianya penerimaan dalam jumlah yang cukup dan
tidak dibenarkan melaksanakan kegiatan yang belum tersedia dan atau tidak mencukupi
kredit anggarannya dalam APBDes/perubahan APBDes; dan 3) semua penerimaan dan
pengeluaran daerah dalam tahun anggaran yang bersangkutan harus dianggarkan
dalam APBDes dan dilakukan melalui rekening kas desa.
4. Keadilan Anggaran
Retribusi Desa, dan Pungutan desa lain yang dibebankan kepada masyarakat harus
mempertimbangkan kemampuan untuk membayar. Masyarakat yang memiliki
kemampuan pendapatan rendah secara proporsional diberi beban yang sama,
137
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
sedangkan masyarakat yang mempunyai kemampuan untuk membayar tinggi pula.
Untuk menyeimbangkan kedua kebijakan tersebut, Pemerintah desa dapat melakukan
diskriminasi tarif secara rasional guna menghilangkan rasa ketidakadilan. Selain
itu
dalam mengalokasikan belanja desa juga harus mempertimbangkan keadilan dan
pemerataan agar dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat tanpa diskriminasi
pemberian pelayanan.
5. Efisiensi dan Efektivitas Anggaran
Dana yang tersedia harus dimanfaatkan dengan sebaik mungkin untuk dapat
menghasilkan peningkatan pelayanan dan kesejahteraan yang maksimal guna
kepentingan masyarakat. Oleh karena itu untuk dapat mengendalikan tingkat efisiensi
dan efektivitas anggaran, dalam perencanaan perlu diperhatikan : 1) penetapan
tujuan
dan sasaran secara jelas,hasil dan manfaat, serta indikator kinerja yang ingin
dicapai;
2) penetapan prioritas kegiatan dan penghitungan beban kerja, serta penetapan harga
satuan yang rasional.
6. Taat Asas
Penyusunan APBDes sebagai kebijakan Desa yang ditetapkan dengan
Peraturan Desa tidak boleh bertentangan dengan Peraturan perundang-undangan
yang lebih tinggi, kepentingan umum, dan Peraturan Daerah.
a. Tidak bertentangan dengan Peraturan Perundang-Undangan yang lebih tinggi
mengandung arti bahwa apabila pendapatan, belanja dan pembiyaan yang
dicantumkan dalam rancangan peraturan daerah tersebut telah sesuai dengan
Ketentuan
Undang-Undang,
Peraturan
Pemerintah,
Peraturan
Presiden,
pertumbuhan
ekonomi
masyarakat,
pemborosan
keuangan/memicu
ketidakberdayaan masyarakat kepada Pemerintah desa dan menganggu stabilitas
keamanan serta ketertiban masyarakat yang secara keseluruhan menganggu
jalannya penyelenggaraan Pemerintahan Di desa.
138
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
c. Tidak bertentangan dengan Peraturan Desa lainnya mengandung arti bahwa
apabila kebijakan yang dituangkan dalam Peraturan Desa
tersebut telah sesuai dengan Ketentuan Peraturan Desa
tentang APBDesa
sebagai penjabaran
tarif
pendapatan
Desa
dari
masing-masing
sumber
140
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
-
2) Perangkat Desa
Tugas perangkat desa adalah membantu Kepala Desa dalam pemungutan
pendapatan Desa secara operasional dilapangan dengan jalan :
-
b. Cara Pemungutan
1) Mendatangi dan secara langsung melakukan peungutan terhadap warga
Desa/pihak lain yang berdasarkan Peraturan Desa menjadi sasaran/obyek
pungutan Desa.
2) Menerima pungutan Desa dikantor desa khususnya untuk pungutan Desa,
yang proses penyelesaian administrasinya berlangsung di kantor Desa.
3) Cara lain di luar kedua cara di atas.
c. Tarif pungutan/pendapatan desa
Ada beberapa hal penting yang menjadi dasar dalam menetapkan tarif
pendapatan Desa.
1) Besarnya penghasilan yang diperoleh dari sumber-sumber pendapatan asli
desa yang ditetapkan dengan Peraturan Desa.
2) Penentuan
besarnya
perkembangan
kondisi
tarif/perubahan
perekonomian
tarif
desa
disesuaikan
pada
dengan
khususnya
dan
V.
bersama
sebelum ditetapkan oleh Kepala Desa paling lambat 3 (tiga) hari kerja
disampaikan kepada Bupati/Walikota untuk dievaluasi.
7. Rancangan Peraturan Desa tentang APBDes ditetapkan paling lambat 1(satu)
bulan setelah APBD Kabupaten/Kota ditetapkan.
C. Evaluasi Rancangan APBDesa
1. Bupati/Walikota harus menetapkan evaluasi Rancangan APBDesa paling lama 20
(dua puluh) hari kerja;
2. Apabila hasil evaluasi melampui batas waktu, Kepala Desa dapat menetapkan
Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa menjadi Peraturan Desa;
3.
4. Apabila hasil evaluasi tidak ditindaklanjuti oleh Kepala Desa dan BPD, dan
Kepala
Desa tetap menetapkan Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa menjadi
Peraturan Desa, Bupati/Walikota membatalkan Peraturan Desa dimaksud dan
sekaligus menyatakan berlakunya pagu APBDesa tahun anggaran sebelumnya;
5. Pembatalan Peraturan Desa dan pernyataan berlakunya pagu tahun anggaran
sebelumnya ditetapkan dengan Peraturan Bupati/Walikota;
6. Paling lama 7 (tujuh) hari kerja setelah pembatalan
tentang
ditetapkan
VI.
PELAKSANAAN APBDES
1. Semua Pendapatan Desa dilaksanakan melalui rekening kas desa;
2. Khusus bagi desa yang belum memiliki pelayanan perbankan diwilayahnya maka
pengaturannya diserhkan kepada daerah;
3. Program dan kegiatan yang masuk desa merupakan sumber penerimaan dan
pendapatan desa dan wajib dicatat dalam APBDesa;
4. Setiap pendapatan desa harus didukung olehg bukti yang lengkap dan sah;
5. Kepala desa wajib mengintensifkan pemungutan pendapatan desa yang menjadi
wewenang dan tanggungjawabnya;
6. Pemerintah desa dilarang melakukan pungutan selain daro yang ditetapkan dalam
peraturan desa;
7. Pengembalian atas kelebihan pendapatan desa dilakukan dengan membebankan pada
pendapatan desa yang bersangkutan untuk pengembalian pendapatan desa yang
terjadi dalam tahun yang sama;
8. Untuk pengembalian kelebihan pendapatan desa yang terjadi pada tahun-tahun
sebelumnya dibebankan pada belanja tidak terduga;
9. Pengembalian harus didukung dengan bukti yang lengkap dan sah;
10. Setiap pengeluaran belanja atas beban APBDesa harus didukung dengan bukti yang
lengkap dan sah;
11. Bukti harus
Mendanai kewajiban lainnya yang sampai dengan akhir tahun anggaran belum
diselesaikan.
Apabila hasil evaluasi melampaui batas waktu, Kepala Desa dapat menetapkan
Rancangan Peraturan Desa tentang perubahan APBDesa menjadi Peraturan Desa;
peraturan
Desa
dilakukan
dengan
Peraturan Desa
tentang
Sekretaris
Desa
menyusun
Rancangan
Peraturan
Desa
tentang
Sekretaris
Desa
menyampaikan
rancangan
Peraturan
Desa
tentang
Jangka Waktu penyampaian dilakukan paling lambat 1 (satu) bulan setelah tahun
anggaran berakhir.
147
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
B. Penyampaian Laporan Pentanggungjawaban Pelaksanaan APBDesa
1. Kepala Desa
menyampaikan
Peraturan
Desa
tentang
pertanggung-
148
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
Contoh Berita Acara Musrenbang Desa (RPJM–Desa dan RKP–Desa)
BERITA ACARA
MUSRENBANG DESA
(RPJM–DESA DAN RKP–DESA)
Berkaitan dengan rencana pelaksanaan Musrenbang Desa tahun ……. di Desa …………….…
Kecamatan ..…………….. Kabupaten/Kota …………….……….. Provinsi ………………. Dalam
rangka penyusunan dan pembahasan RPJM–DESA dan RKP–DESA, maka pada hari ini :
Hari dan Tanggal
Pukul
Tempat
: …………………………………………………….
: …………………………………………….………
: …………………………………………………….
B.
dari ………………….……..
dari ………………….……..
dari …………………………
dari …………..……………..
dari …………………………
dari …………………………
dari …………………………
Setelah dilakukan pembahasan dan diskusi terhadap materi atau topik di atas
selanjutnya
seluruh peserta Musrenbang Desa menyetujui serta memutuskan beberapa hal yang
berketetapan menjadi Keputusan Akhir dari Musrenbang Desa yaitu :
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
Keputusan diambil secara: musyawarah mufakat/aklamasi dan pemungutan suara/voting.
149
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
Demikian berita acara ini dibuat dan disahkan dengan penuh tanggung jawab agar
dapat
dipergunakan sebagaimana mestinya.
………………, tanggal ……………………
Pimpinan Musrenbang
Notulis/Sekretaris
Mengetahui,
Kepala Desa
Nama
Alamat
Ttd.
Catatan :
*> coret yang tidak perlu
150
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
Contoh Peraturan Desa tentang RPJMDesa
LAMBANG
DAERAH
Mengingat
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
Menetapkan
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Desa ini yang dimaksud dengan :
1. Pemerintahan Desa adalah penyelenggara urusan pemerintahan oleh Pemerintah Desa
.......... dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD).
2. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa Desa .......... dan Perangkat Desa sebagai
unsur
penyelenggara Pemerintahan Desa.
3. Peraturan Desa adalah semua peraturan yang ditetapkan oleh Kepala Desa dengan
persetujuan bersama BPD.
4. Keputusan Kepala Desa Desa adalah semua keputusan yang bersifat mengatur dan
merupakan pelaksanaan dari peraturan desa dan kebijaksanaan Kepala Desa desa yang
menyangkut pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan.
5. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa yang selanjutnya disingkat RPJM Desa
adalah dokumen perencanaan Desa untuk periode 5 (lima) tahunan yang memuat arah
kebijakan pembangunan desa, arah kebijakan keuangan desa, kebijakan umum, program,
program Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), lintas SKPD dan program prioritas
kewilayahan, disertai dengan rencana kerja.
6. Rencana Kerja Pembangunan Desa yang selanjutnya disingkat RKP - Desa adalah
dokumen perencanaan untuk periode 1 (satu) tahun yang merupakan penjabaran
mempertimbangkan kerangka pendanaan yang dimuthakirkan, program prioritas
pembangunan desa, rencana kerja dan pendanaan serta perkiraan maju, baik yang
dilaksanakan langsung oleh pemerintah desa maupun yang ditempuh dengan mendorong
partisipasi masyarakat dengan mengacu kepada Rencana Kerja Pemerintah (RKP).
7. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat/Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa yang
selanjutnya
152
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
disingkat LPM/LKMD adalah lembaga yang dibentuk oleh masyarakat sesuai dengan
kebutuhan dan merupakan mitra pemerintah desa dalam memberdayakan masyarakat.
8. Kader Pemberdayaan Masyarakat yang selanjutnya disingkat KPM adalah anggota
masyarakat desa yang memiliki pengetahuan. Kemauan untuk menggerakkan masyarakat
berpartisipasi dalam pemberdayaan masyarakat dan pembangunan partisipatif.
9. Profil Desa adalah gambaran menyeluruh tentang karakter desa yang meliputi data
dasar
keluarga, potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, kelembagaan, prasarana dan
sarana serta perkembangan kemajuan dan permasalahan yang dihadapi desa.
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
BAB II
TATA CARA PENYUSUNAN DAN PENETAPAN RPJM-DESA
Pasal 2
Rancangan RPJM-Desa dapat diajukan oleh pemerintah desa.
Dalam menyusun rancangan RPJM-Desa, pemerintah desa harus memperhatikan dengan
sungguh-sungguh aspirasi yang berkembang dimasyarakat yang diwadahi oleh LPM/LKMD.
Rancangan RPJM-Desa yang berasal dari pemerintah desa disampaikan oleh Kepala Desa
kepada pemangku kepentingan yaitu, LPM/LKMD, LK, PKK Desa, KPM, Tokoh Masyarakat
dan sebagainya.
Setelah menerima rancangan RPJM-Desa, pemerintah desa melaksanakan musrenbang
desa dengan mendengarkan penjelasan Kepala Desa tentang perencanaan
pembangunan desa.
Jika rancangan RPJM-Desa berasal dari pemerintah desa, maka pemerintah desa
mengundang LPM/LKMD, lembaga-lembaga kemasyarakan, tokoh agama dan tokoh
masyarakat dan lain lain untuk melakukan musrenbang desa membahas RPJM-Desa.
Setelah dilakukan Musrenbang Desa sebagimana dimaksud dalam ayat (4) dan (5), maka
pemerintah desa menyelenggarakan rapat paripurna yang dihadiri oleh BPD dan
Pemerintah Desa serta LPM/LKMD dan Lembaga Kemasyarakatan dalam acara penetepan
persetujuan BPD atas rancangan RPJM-Desa menjadi RPJ-Desa yang dituangkan dalam
Peraturan Desa.
Setelah mendapatkan persetujuan pemerintah desa sebagimana dimaksud dalam ayat (6),
maka Kepala Desa menetapkan RPJM-Desa, serta memerintahkan sekretaris desa atau
kepala urusan yang ditunjuk untuk mengundangkandalam lembaran desa.
BAB III
MEKANISME PENGAMBILAN KEPUTUSAN
PENETAPAN RPJM-DESA
Pasal 3
(1) Pemerintah Desa wajib mengembangkan nilai-nilai demokrasi para anggotanya untuk
mengambil keputusan yang dikoordinir oleh LPM/LKMD atau sebutan lain dalam Forum
Musrenbang Desa.
(2) Mekanisme pengambilan keputusan dalam forum Musrenbang Desa dalam perencanaan
pembangunan desa berdasarkan musyawarah mufakat.
BAB IV
SISTEMATIKA PENYUSUNAN RPJM-DESA
Pasal 4
(1) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa .......... Tahun 20…-20….
(2) Disusun dengan Sitematika sebagai berikut;
BAB I.
PENDAHULUAN
BAB II.
PROFIL DESA
BAB III.
POTENSI DAN MASALAH
BAB IV.
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA
BAB V.
PENUTUP
153
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
(3) Isi Rencana Pembangunan Jangka Menegah Desa Tahun 2009-2013 merupakan landasan
dan pedoman bagi Pemerintah Desa dalam melaksanakan pembangunan dan merupakan
satu kesatuan dan bagian yang tak terpisahkan dari Peraturan Desa ini.
Pasal 5
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJM Desa) Tahun 20....-20.... merupakan
landasan dan pedoman bagi Pemerintah Desa, Badan Permusyawaratan Desa dan
masyarakat
dalam pelaksanaan pembangunan lima tahun.
Pasal 6
Berdasarkan Peraturan Desa ini disusun Rencana Kerja Pemerintahan Desa (RKP Desa)
yang
ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa dan merupakan penjabaran kegiatan dari RPJM
Desa yang selanjutnya disusun dalam APB Desa.
Pasal 7
Pelaksanaan Pembangunan dapat dilaksanakan tidak sesuai/mengalami perubahan dari
RPJM
desa karena ada kondisi bencana (force majeure).
BAB III
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 8
Hal – hal yang belum cukup diatur dalam peraturan RPJM – Desa ini akan diatur oleh
keputusan Kepala Desa.
Pasal 9
Peraturan Desa tentang RPJM – Desa ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang dapat mengetahui, memerintahkan pengundangan peraturan desa ini
dengan
menempatkannya dalam Lembaran Daerah.
Ditetapkan di …..
Pada tanggal …………… 20….
KEPALA DESA ……………..,
(NAMA)
Diundangkan di … (Nama Kab/Kota)
Pada Tanggal…
SEKRETARIS DAERAH … (Nama Kab/Kota)
(NAMA)
BERITA DAERAH … (Nama Kab/Kota) TAHUN… NOMOR…
154
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
Contoh Berita Acara Musrenbang Desa Penyusunan RKP–Desa
BERITA ACARA
MUSRENBANG DESA
DALAM PENYUSUNAN RKP–DESA
Berkaitan dengan rencana pelaksanaan Musrenbang Desa tahun ……. di Desa …………….…
Kecamatan ..…………….. Kabupaten/Kota …………….……….. Provinsi ……………. Dalam
rangka penyusunan dan pembahasan RKP–DESA, maka pada hari ini :
Hari dan Tanggal : …………………………………………………….
Pukul
: …………………………………………….………
Tempat
: …………………………………………………….
Telah diselenggarakan Musrenbang Desa yang dihadiri oleh wakil–wakil dari kelompok,
dusun
dan tokoh masyarakat serta unsur lain yang terkait di desa sebagaimana tercantum
dalam
Daftar Hadir terlampir.
Materi atau topik yang dibahas dalam musyawarah ini serta yang bertindak selaku
unsur
pimpinan rapat dan narasumber adalah :
A. Materi atau Topik
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
B. Unsur Pimpinan Rapat dan Narasumber
Pemimpin Rapat : ………………………… dari ………………….……..
Sekretaris/Notulis : .…………………..…… dari ………………….……..
Narasumber
: 1 …….……………….. dari …………………………
2. ……………..……… dari …………..……………..
3..…………..………… dari …………………………
4..………………..…… dari …………………………
5..…………………..… dari …………………………
Setelah dilakukan pembahasan dan diskusi terhadap materi atau topik di atas
selanjutnya
seluruh peserta Musrenbang Desa menyetujui serta memutuskan beberapa hal yang
berketetapan menjadi Keputusan Akhir dari Musrenbang Desa yaitu :
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
Keputusan diambil secara: musyawarah mufakat/aklamasi dan pemungutan suara/voting
155
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
Demikian berita acara ini dibuat dan disahkan dengan penuh tanggung jawab agar
dapat
dipergunakan sebagaimana mestinya.
…………………… , tanggal ……………………
Pimpinan Musrenbang
Notulis/Sekretaris
Mengetahui,
Kepala Desa
Nama
Alamat
Ttd.
Catatan :
*> coret yang tidak perlu
156
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
Contoh Keputusan Kepala Desa tentang RKPDesa
LAMBANG
DAERAH
Mengingat
157
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
MEMUTUSKAN:
Menetapkan
KESATU
KEDUA
KETIGA
KEEMPAT
KELIMA
:
: Melaksanakan musyawarah perencanaan pembangunan desa dalam
menyusun RKP-Desa dan melaporkan kepada Bupati/walikota melalui
Kecamatan.
: RKP-Desa disusun berdasarkan RPJM-Desa 5 (lima) tahunan melalui
forum Musrenbang-Desa.
: Berita acara RKP-Desa ditandatangani oleh Pemerintahan Desa dan
LPM/LKMD atau dengan sebutan lain sebagai koordinator penyusunan
RKP-Desa.
: RKP-Desa merupakan bahan baku rencana kegiatan pembangunan di
Desa untuk/wajib diusulkan ke RKP-Daerah.
: Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di ………….
pada tanggal ………….
KEPALA DESA ………………,
( …………………………….)
158
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
LATIHAN 3
Buatlah Rincian APBDes dalam Raperdes desa anda !
LAMBANG
DAERAH
Mengingat
Rp.
4.000.000,00 (-)
Pembiayaan Netto
Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun sebelumnya
Rp.
Rp.
143.321.000,00
(-)
Pasal 2
(1) Pendapatan Desa sebagaimana dimaksud pasal 1 terdiri dari :
a. Pendapatan Asli Desa Rp. 88.565.000,00
b. Bagi Hasil Pajak Rp. 4.000.000,00
c. Bagian Dana Perimbangan Pusat dan Daerah Rp. 429.575.000,00
d. Bantuan Keuangan Pemeritnah, Pemerintah Provinsi, Kota dan Desa lainnya Rp.
85.800.000,00
e. Lain-lain Pendapatan Asli Desa yang sah Rp. 6.460.000,00
(2) Pendapatan Asli Desa sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf a terdiri dari :
a. Hasil Usaha Desa Rp. 8.840.000,00
b. Hasil Pengelolaan Kekayaan Desa Rp. 24.975.000,00
c. Hasil Swadaya dan Partisipasi Rp. 20.000.000,00
d. Hasil Gotong-royong Rp. 22.000.000,00
e. Hasil Pungutan Desa Rp. 4.750.000,00
(3) Bagi Hasil Pajak sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf b terdiri dari :
a. Bagi Hasil PBB Rp. 4.000.000,00
(4) Bagian Dana Perimbangan Pusat dan Daerah sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf c
terdiri dari :
a. ADD untuk Program Pemberdayaan Rp. 289.575.000,00
b. ADD untuk Program Penyelenggaraan Pemerintahan Desa Rp. 115.000.000,00
c. Program LINMAS Rp. 25.000.000,00
(5) Bantuan Keuangan Pemeritnah, Pemerintah Provinsi, Kota dan Desa lainnya
sebagaimana
dimaksud ayat (1) huruf d terdiri dari :
a. Bantuan Keuangan Pemerintah Kota Rp. 85.800.000,00
(6) Lain-lain Pendapatan Asli Desa sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf e terdiri
dari :
a. Sumbangan RKL Rp. 3.960.000,00
b. Sumbangan PHBN Rp. 2.500.000,00
Pasal 3
Pasal 4
Uraian lebih lanjut Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa sebagaimana Pasal 1,
tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
Peraturan Desa ini.
Pasal 6
……………………
Diundangkan di Kabupaten …………..
pada tanggal ................. 20....
SEKRETARIS DAERAH
KABUPATEN …………..,
……………..
BERITA DAERAH KABUPATEN ………. TAHUN 20…. NOMOR …..
162
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
Lampiran
RINCIAN
ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA
DESA LANGSEP KECAMATAN KLENGKENG
URAIAN
2
PENDAPATAN
Pendapatan Asli Desa
Hasil Usaha Desa
PAM Desa
Polindes 12 bl x 50.000
Hasil Pengelolaan Kekayaan Desa
Tanah Kas Desa
Pasar Desa
Sewa Balai Desa 56 mgg x 178.125
Hasil Swadaya dan Partisipasi Masyarakat
Hasil Gotong Royong
Pungutan Desa
Pungutan Administrasi Pernikahan 25 x 30.000
Pungutan Rekomendasi IMB 10 x 100.000
Pungutan/Retribusi Hotel/Losmen 20 x 20.000
Pungutan Rekomendasi Ijin Keramaian
Bagi Hasil Pajak
Upah Pungutan PBB
Bagian Dana Perimbangan Pusat dan Daerah
ADD Kegiatan Pemerintahan
ADD Kegiatan Pemberdayaan
Bantuan Keuangan Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Kota dan
Desa lainnya
Bantuan Keuangan Pemerintah Kota
Tunjangan Kepala Desa dan Perangkat Desa
Lain-lain Pendapatan Asli Desa yang Sah
Sumbangan RKL
Sumbangan Selamatan Desa
JUMLAH PENDAPATAN
BELANJA
Belanja Langsung
Belanja Pegawai
Honorarium Kepala Desa 1 x 12 x 300.000
Honorarium PTPKD 1 x 12 x 200.000
Honorarium Bendahara Desa 1 x 12 x 200.000
Honorarium Karyawan Desa 4 x 12 x 100.000
Belanja Barang dan Jasa
Belanja Alat Tulis Kantor Sekretariat Desa
Belanja Jasa Komunikasi, Sumber Daya Air dan Listrik
Belanja Jasa Perbaikan Peralatan Kerja
JUMLAH
Pindahan
TAHUN
SEBELUMNYA
3
8.240.000
607.000
15.000.000
9.975.000
20.000.000
30.000.000
TAHUN
BERJALAN
4
88.565.000
8.840.000
8.240.000
600.000
24.975.000
15.000.000
850.000
100.000
3.480.000
100.000
9.975.000
20.000.000
30.000.000
4.750.000
750.000
100.000
3.500.000
400.000
3.096.000
4.000.000
115.000.000
324.675.000
115.000.000
289.575.000
52.800.000
85.800.000
2.400.000
4.500.000
615.823.000
3.960.000
2.500.00
614.400.00
2.400.000
1.800.000
1.800.000
4.800.000
8.200.000
3.667.150
1.500.000
22.367.150
22.367.150
KET.
5
PAD
PAD
ADD
ADD
13.200.000
3.600.000
2.400.000
2.400.000
4.800.000
50.015.000
7.500.000
3.750.000
2.000.000
24.450.000
24.450.000
163
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
KODE
REKENING
1
2.1.2.4
2.1.2.5
2.1.2.6
2.1.2.7
2.1.2.8
2.1.2.9
2.1.2.10
2.1.2.11
2.1.2.12
2.1.2.13
2.1.2.14
2.1.3
2.1.3.1
2.1.3.2
2.1.4
2.1.4.1
2.1.4.2
2.1.4.3
2.1.4.4
2.1.4.5
2.1.4.6
2.1.4.7
2.1.5
2.1.5.1
2.1.5.2
2.1.5.3
2.1.5.4
2.1.6
2.1.6.1
2.1.6.2
2.1.6.3
2.1.6.4
2.1.6.5
2.1.6.6
2.1.6.7
2.1.6.8
2.1.6.9
2.1.6.10
2.1.6.11
2.1.7
2.1.7.1
2.1.7.2
2.1.7.3
2.1.7.4
2.1.7.5
2.1.7.6
2.1.7.7
2.1.7.8
2.1.7.9
2.1.7.10
2.1.7.11
2.1.7.12
URAIAN
2
Belanja Peralatan dan Perlengkapan Kantor
Belanja Rapat dan Koordinasi
Belanja Makanan dan Minuman
Belanja Pakaian Dinas dan Perlengkapannya
Belanja Pakaian Batik 10 x 165.000
Belanja Pejalanan Dinas Kepala Desa
Belanja Pejalanan Dinas Sekretaris Desa
Biaya Perjalanan Dinas Kepala Urusan
Biaya Perjalanan Dinas Kepala Dusun 4 dusun
Biaya Perjalanan Lainnya
Belanja Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur
Belanja Modal
Belanja Sound System 1 unit
Belanja Taplak 15 x 100.000
Program Prasarana Dasar Lingkungan
Pembangunan Rabatan Jalan
Pembangunan Pos Kamling 10 x 1.000.000
Pembangunan Drainase dan Selokan
Pembangunan Plengsengan
Pembangunan Masjid 2 masjid x 4.000.000
Pembelian Mobil Pengangkut Sampah
Pembuatan Tempat Sampah 49 x 100.000
Program Ekonomi Produktif
Dana Revolving (Simpan Pinjam)
Home Industri (Industri Rumah Tangga)
Program Pemberdayaan Fakir Miskin
Sembako Gratis bagi Keluarga Miskin
Program Sosial Kemasyarakatan
Bantuan Kelompok Kerukunan Kematian
Bantuan Pembinaan Seni dan Budaya
Bantuan Perbaikan Rumah Tidak Layak Huni
Pembinaan Pemuda dan Olah Raga
Lomba Desa
Insentif Karang Taruna 12 x 250.000
BOP dan ATK Karang Taruna
Pemberdayaan Kelompok Usaha Karang Taruna 2 plthn x 5.000.000
BOP PAUD dan TPQ
Kegiatan Bulan Kerja Bakti Gotong Royong 1 x 3.000.000
Perhitungan Kerja Bakti Gotong Royong
Program Kelembagaan
BOP LPMD dan Insentif
BOP RW/RT
Perencanaan, Pelaksanaan, Pelaporan Kegiatan oleh PJAK
Insentif Tim Fasilitasi Desa
Insentif PKK Desa
BOP PKK Desa
Insentif PKK untuk Pokja 1,2,3,4
BOP dan ATK RW PKK Pokja 1,2,3,4
BOP PKK RW 1 sampai 8
Insentif Kelompok Yandu Balita/Lansia 12 x 375.000
BOP Kelompok Yandu Balita/Lansia
Biaya ATK PKK Desa
JUMLAH
TAHUN
SEBELUMNYA
3
6.000.000
1.500.000
5.045.000
1.925.000
1.200.000
1.000.000
750.000
450.000
1.000.000
18.000.000
2.250.000
30.000.000
7.500.000
12.500.000
27.000.000
26.462.000
24.350.000
40.587.500
6.000.000
2.000.000
6.000.000
3.715.000
1.000.000
3.000.000
2.000.000
10.000.000
3.000.000
3.000.000
30.000.000
10.000.000
11.550.000
5.000.000
11.000.000
3.000.000
4.000.000
3.000.000
2.000.000
8.000.000
5.000.000
3.000.000
2.000.000
TAHUN
BERJALAN
4
KET.
5
1.500.000
7.500.000
1.790.000
1.925.000
1.650.000
1.200.000
1.000.000
750.000
450.000
1.000.000
18.000.000
25.000.000
23.500.000
1.500.000
77.900.000
15.000.000
10.000.000
22.000.000
8.000.000
8.000.000
10.000.000
4.900.000
115.825.000
40.137.500
18.187.500
50.000.000
7.500.000
76.450.000
4.500.000
6.000.000
9.500.000
4.000.000
1.000.000
3.000.000
2.000.000
10.000.000
3.450.000
3.000.000
30.000.000
69.400.000
10.000.000
11.150.000
4.000.000
10.000.000
2.000.000
2.000.000
4.000.000
1.000.000
6.000.000
4.500.000
2.250.000
1.000.000
164
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
KODE
REKENING
1
2.1.7.13
2.1.7.14
2.1.7.15
2.1.8
2.1.9
2.2
2.2.1
2.2.1.1
2.2.1.2
2.2.1.3
2.2.1.4
2.2.1.5
2.2.1.6
2.2.1.7
2.2.1.8
2.2.1.9
2.2.2
3
3.1
3.1.1
3.1.2
3.1.3
3.2
3.2.1
TAHUN
SEBELUMNYA
3
URAIAN
2
Pindahan
Insentif Pengurus UPK dan BUMDes
Studi Banding
Biaya Lain-lain (Rapat, Transportasi, Konsumsi)
Belanja Kegiatan PHBN dan Adat Desa
Biaya Kunjungan Kerja Antar Daerah
Belanja Tidak Langsung
Belanja Pegawai
Penghasilan Kepala Desa 1 x 12 x 250.000
Penghasilan Sekretaris Desa 1 x 12 x 150.000
Penghasilan Kepala Urusan 5 x 12 x 70.000
Penghasilan Kepala Dusun 4 x 12 x 125.000
Honorarium dan Operasional BPD
Tunjangan Kesejahteraan Kepala Desa 1 x 12 x 1.000.000
Tunjangan Kesejahteraan Sekretaris Desa 1 x 12 x 750.000
Tunjangan Kesejahteraan Kepala Urusan
Tunjangan Kesejahteraan Kepala Dusun
Belanja Tidak Terduga
JUMLAH BELANJA
PEMBIAYAAN
Penerimaan Pembiayaan
Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SILPA) tahun sebelumnya.
Dana Cadangan
Bunga Dana Cadangan
Pengeluaran Pembiayaan
Pembayaran Hutang
JUMLAH PEMBIAYAAN
TAHUN
BERJALAN
4
1.585.000
7.500.000
2.000.000
10.000.000
25.000.000
4.000.000
6.000.000
1.500.000
12.000.000
25.000.000
3.000.000
1.800.000
4.200.000
6.000.000
15.000.000
8.400.000
6.000.000
19.200.000
19.200.000
19.850.000
526.088.150
3.000.000
1.800.000
4.200.000
6.000.000
15.000.000
12.000.000
9.000.000
32.400.000
32.400.000
19.850.000
610.400.000
KET.
5
147.321.000
828.850
135.000.000
3.546.000
139.374.850
135.000.000
12.321.000
4.000.000
4.000.000
143.321.000
……………………………….
165
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
Contoh: SK BPD ttg Persetujuan BPD terhadap APBDes
PEMERINTAH KABUPATEN ………………
KECAMATAN ……………
BADAN PERMUSYAWARATAN DESA …………….
KEPUTUSAN
BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD)
DESA …………. KECAMATAN ……….
NOMOR : …………….
TENTANG
PERSETUJUAN BPD ………….. KECAMATAN …………
TERHADAP PERATURAN DESA TENTANG APBDES DESA ………..
TAHUN ANGGARAN 20….
BADAN PERMUSYAWARATAN DESA …………….,
Menimbang
Mengingat
- Belanja Langsung
: Rp.
- Belanja Tidak Langsung : Rp.
Kedua
Rp.
f. Pembiayaan
:
Rp.
: Surat Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan, dengan
ketentuan apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan, maka akan
diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di ..........................
pada tanggal ..........................
KETUA BPD ..........................
...............................
168
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
IX.
PENUTUP
2. Selama ini keuangan Desa ditopang dengan 2 (dua) sumber utama, yakni Pendapatan
Asli Desa (pungutan, hasil kekayaan Desa, gotong royong dan swadaya masyarakat)
serta bantuan dari pemerintah (termasuk ADD salah satu sumber pendapatan Desa).
3. Perencanaan Desa merupakan system yang terpadu dan dibuat system budgeter
(budgetary system) di Desa melalui skema APBDes.
4. Pengelolaan APBDes, meliputi : (a) perencanaan dan penganggaran; (b) pelaksanaan
dan penatausahaan; (c) pelaporan dan pertanggungjawaban; dan (d) pengawasan
keuangan desa.
5. Perencanaan APBDes melalui pembahasan bersama oleh Kepala Desa dan BPD yang
penggunaanya dikelola secara bertanggungjawab oleh Pemerintah Desa.
6. Anggaran lain masuk desa, berupa proyek sektor yang anggarannya tidak menyatu
dengan sistem perencanaan dan APBDes menggunakan birokrasi tersendiri.
1
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
CONTOH
RENCANA PENGGUNAAN DANA (RPD)
ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA LANGSEP TAHUN ANGGARAN 20…
DESA
KECAMATAN
KABUPATEN/KOTA
PROVINSI
N
O
1
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
KODE
REKENING
2
2
2.1
2.1.1
2.1.1.1
2.1.1.2
2.1.1.3
2.1.1.4
2.1.2
2.1.2.1
2.1.2.2
2.1.2.3
2.1.2.4
2.1.2.5
2.1.2.6
2.1.2.7
2.1.2.8
2.1.2.9
2.1.2.10
2.1.2.11
2.1.2.12
2.1.2.13
2.1.2.14
2.1.3
2.1.3.1
2.1.3.2
2.1.4
2.1.4.1
2.1.4.2
2.1.4.3
2.1.4.4
2.1.4.5
2.1.4.6
2.1.4.7
2.1.5
2.1.5.1
2.1.5.2
2.1.5.3
2.1.5.4
2.1.6
2.1.6.1
2.1.6.2
2.1.6.3
2.1.6.4
2.1.6.5
2.1.6.6
:
:
:
:
LANGSEP
KLENGKENG
BARENG
JAWA TIMUR
URAIAN
3
BELANJA
Belanja Langsung
Belanja Pegawai
Honorarium Kepala Desa 1 x 12 x 300.000
Honorarium PTPKD 1 x 12 x 200.000
Honorarium Bendahara Desa 1 x 12 x 200.000
Honorarium Karyawan Desa 4 x 12 x 100.000
Belanja Barang dan Jasa
Belanja Alat Tulis Kantor Sekretariat Desa
Belanja Jasa Komunikasi, Sumber Daya Air dan Listrik
Belanja Jasa Perbaikan Peralatan Kerja
Belanja Peralatan dan Perlengkapan Kantor
Belanja Rapat dan Koordinasi
Belanja Makanan dan Minuman
Belanja Pakaian Dinas dan Perlengkapannya
Belanja Pakaian Batik 10 x 165.000
Belanja Pejalanan Dinas Kepala Desa
Belanja Pejalanan Dinas Sekretaris Desa
Biaya Perjalanan Dinas Kepala Urusan
Biaya Perjalanan Dinas Kepala Dusun 4 dusun
Biaya Perjalanan Lainnya
Belanja Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur
Belanja Modal
Belanja Sound System 1 unit
Belanja Taplak 15 x 100.000
Program Prasarana Dasar Lingkungan
Pembangunan Rabatan Jalan
Pembangunan Pos Kamling 10 x 1.000.000
Pembangunan Drainase dan Selokan
Pembangunan Plengsengan
Pembangunan Masjid 2 masjid x 4.000.000
Pembelian Mobil Pengangkut Sampah
Pembuatan Tempat Sampah 49 x 100.000
Program Ekonomi Produktif
Dana Revolving (Simpan Pinjam)
Home Industri (Industri Rumah Tangga)
Program Pemberdayaan Fakir Miskin
Sembako Gratis bagi Keluarga Miskin
Program Sosial Kemasyarakatan
Bantuan Kelompok Kerukunan Kematian
Bantuan Pembinaan Seni dan Budaya
Bantuan Perbaikan Rumah Tidak Layak Huni
Pembinaan Pemuda dan Olah Raga
Lomba Desa
Insentif Karang Taruna 12 x 250.000
JUMLAH
ANGGARAN
( RP )
4
474,750,000
13,200,000
3,600,000
2,400,000
2,400,000
4,800,000
50,015,000
7,500,000
3,750,000
2,000,000
1,500,000
7,500,000
1,790,000
2,500,000
1,650,000
1,200,000
1,000,000
750,000
450,000
1,000,000
18,000,000
25,000,000
23,500,000
1,500,000
102,900,000
25,000,000
10,000,000
22,000,000
18,000,000
8,000,000
15,000,000
119,785,000
40,137,500
18,187,500
50,000,000
11,460,000
76,450,000
4,500,000
6,000,000
9,500,000
4,000,000
1,000,000
3,000,000
TAHAP I
(Rp)
5
TAHAP II
(Rp)
6
1,800,000
1,200,000
1,200,000
2,400,000
1,800,000
1,200,000
1,200,000
2,400,000
3,750,000
1,875,000
1,000,000
750,000
3,750,000
895,000
1,250,000
825,000
600,000
500,000
375,000
225,000
500,000
9,000,000
3,750,000
1,875,000
1,000,000
750,000
3,750,000
895,000
1,250,000
825,000
600,000
500,000
375,000
225,000
500,000
9,000,000
11,750,000
750,000
11,750,000
750,000
12,500,000
5,000,000
11,000,000
9,000,000
4,000,000
7,500,000
12,500,000
5,000,000
11,000,000
9,000,000
4,000,000
7,500,000
59,892,500
20,068,750
9,093,750
25,000,000
5,730,000
59,892,500
20,068,750
9,093,750
25,000,000
5,730,000
2,250,000
3,000,000
4,750,000
2,000,000
500,000
1,500,000
2,250,000
3,000,000
4,750,000
2,000,000
500,000
1,500,000
JUMLAH
(Rp)
7
474,750,000
13,200,000
3,600,000
2,400,000
2,400,000
4,800,000
50,015,000
7,500,000
3,750,000
2,000,000
1,500,000
7,500,000
1,790,000
2,500,000
1,650,000
1,200,000
1,000,000
750,000
450,000
1,000,000
18,000,000
25,000,000
23,500,000
1,500,000
102,900,000
25,000,000
10,000,000
22,000,000
18,000,000
8,000,000
15,000,000
119,785,000
40,137,500
18,187,500
50,000,000
11,460,000
76,450,000
4,500,000
6,000,000
9,500,000
4,000,000
1,000,000
3,000,000
2
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
N
O
1
KODE
REKENING
2
46
47
2.1.6.7
2.1.6.8
48
2.1.6.9
2.1.6.10
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
69
71
72
73
74
75
76
78
79
80
81
82
2.1.6.11
2.1.7
2.1.7.1
2.1.7.2
2.1.7.3
2.1.7.4
2.1.7.5
2.1.7.6
2.1.7.7
2.1.7.8
2.1.7.9
2.1.7.10
2.1.7.11
2.1.7.12
2.1.7.13
2.1.7.14
2.1.7.15
2.1.8
2.1.9
2.2
2.2.1
2.2.1.1
2.2.1.2
2.2.1.3
2.2.1.4
2.2.1.5
2.2.1.6
2.2.1.7
2.2.1.8
2.2.1.9
2.2.2
ANGGARAN
( RP )
4
URAIAN
3
PINDAHAN
BOP dan ATK Karang Taruna
Pemberdayaan Kelompok Usaha Karang Taruna 2
plthn x 5.000.000
BOP PAUD dan TPQ
Kegiatan Bulan Kerja Bakti Gotong Royong 1 x
3.000.000
Perhitungan Kerja Bakti Gotong Royong
Program Kelembagaan
BOP LPMD dan Insentif
BOP RW/RT
Perencanaan, Pelaksanaan, Pelaporan Kegiatan
oleh PJAK
Insentif Tim Fasilitasi Desa
Insentif PKK Desa
BOP PKK Desa
Insentif PKK untuk Pokja 1,2,3,4
BOP dan ATK RW PKK Pokja 1,2,3,4
BOP PKK RW 1 sampai 8
Insentif Kelompok Yandu Balita/Lansia 12 x 375.000
BOP Kelompok Yandu Balita/Lansia
Biaya ATK PKK Desa
Insentif Pengurus UPK dan BUMDes
Studi Banding
Biaya Lain-lain (Rapat, Transportasi, Konsumsi)
Belanja Kegiatan PHBN dan Adat Desa
Biaya Kunjungan Kerja Antar Daerah
Belanja Tidak Langsung
Belanja Pegawai
Penghasilan Kepala Desa 1 x 12 x 250.000
Penghasilan Sekretaris Desa 1 x 12 x 150.000
Penghasilan Kepala Urusan 5 x 12 x 70.000
Penghasilan Kepala Dusun 4 x 12 x 125.000
Honorarium dan Operasional BPD
Tunjangan Kesejahteraan Kades 1 x 12 x 1.000.000
Tunjangan Kesejahteraan Sekdes 1 x 12 x 750.000
Tunjangan Kesejahteraan Kepala Urusan
Tunjangan Kesejahteraan Kepala Dusun
Belanja Tidak Terduga
JUMLAH
JUMLAH TOTAL
TAHAP I
(Rp)
5
TAHAP II
(Rp)
6
JUMLAH
(Rp)
7
2,000,000
1,000,000
1,000,000
2,000,000
10,000,000
5,000,000
5,000,000
10,000,000
3,450,000
1,725,000
1,725,000
3,450,000
3,000,000
1,500,000
1,500,000
3,000,000
30,000,000
69,400,000
10,000,000
11,150,000
15,000,000
15,000,000
5,000,000
5,575,000
5,000,000
5,575,000
30,000,000
69,400,000
10,000,000
11,150,000
4,000,000
2,000,000
2,000,000
4,000,000
10,000,000
2,000,000
2,000,000
4,000,000
1,000,000
6,000,000
4,500,000
2,250,000
1,000,000
4,000,000
6,000,000
1,500,000
12,000,000
6,000,000
135,650,000
130,650,000
5,000,000
1,000,000
1,000,000
2,000,000
500,000
3,000,000
2,250,000
1,125,000
500,000
2,000,000
3,000,000
750,000
6,000,000
3,000,000
5,000,000
1,000,000
1,000,000
2,000,000
500,000
3,000,000
2,250,000
1,125,000
500,000
2,000,000
3,000,000
750,000
6,000,000
3,000,000
65,325,000
65,325,000
10,000,000
2,000,000
2,000,000
4,000,000
1,000,000
6,000,000
4,500,000
2,250,000
1,000,000
4,000,000
6,000,000
1,500,000
12,000,000
6,000,000
135,650,000
130,650,000
5,000,000
2,500,000
2,500,000
5,000,000
………………………….
………………………….
Mengetahui
Kepala Desa Langsep,
………………………….
3
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
LATIHAN 1
Susunlah Daftar Usulan Rencana Kegiatan Pembangunan Desa, berikut !
(Sesuai dengan desa anda)
: …………………………
: …………………………
: …………………………
: …………………………
No
1
1.
2.
3.
4.
5.
Kegiatan
2
Kegiatan PKK serta Ibu dan Anak
Penguatan Kelembagaan
Kegiatan U E P
Pembangunan Sarana dan Prasarana
Dan seterusnya ……..
Jumlah
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
4
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
III. Bahwa DU-RKP-Desa yang telah disahkan sebagai dasar bank penyalur untuk
pemindahbukuan, bantuan kepada rekening giro Sekretaris Des sebagai
penanggungjawab pelaksanaan kegiatan. Selanjutnya pencairan dana dilaksanakan
secara bertahap sesuai dengan kebutuhan dan kesiapan swadaya masyarkat atau mitra
ketiga desa. Oleh Sekretaris Desa bersama-sama dengan bendahara.
………., ………….., 20….
Mengetahui :
Kepala Desa,
Pembina dan Pengendali
Sekretaris Desa,
Penanggungjawab Pelaksanaan Kegiatan,
( ……………………………)
( ……………………………)
Menyetujui :
Camat …………….,
(…………………………..)
NIP. ………………..
( ……………………………… )
NIP. ……………………….
5
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
LATIHAN 2
Isilah RKA-Desa berikut ! (Sesuai dengan desa anda)
FORMULIR
RKA-DESA
:
:
:
:
:
RINCIAN ANGGARAN BELANJA DESA
KODE
REKENING
URAIAN
RINCIAN PERHITUNGAN
Harga
Volume
Satuan
Satuan
3
4
5
JUMLAH
(RP)
6={3X5}
JUMLAH BELANJA
……………………………….
6
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
FORMULIR
RKA-DESA
:
:
:
:
:
RINCIAN ANGGARAN BELANJA DESA
KODE
REKENING
URAIAN
RINCIAN PERHITUNGAN
Harga
Volume
Satuan
Satuan
3
4
5
JUMLAH
(RP)
6={3X5}
JUMLAH BELANJA
……………………………….
7
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
8
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
Lembar Bacaan
PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN
BADAN PERMUSYAWARATAN DESA
I.
PENDAHULUAN
Pengelolaan keuangan desa sebagaimana diamanahkan dalam Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa ini
merupakan sub sistem keuangan desa dari sistem pengelolaan keuangan daerah.
Pengelolaan
keuangan
Negara
dan
Daerah
Pemerintahan Desa. Sehubungan hal tersebut maka dalam pengelolaan keuangan desa
diperlukan
suatu
standar
pengaturan
yang
dimulai
dari
aspek
perencanaan,
II.
III.
Desa
uang
wajib
mempertanggungjawabkan
yang
menjadi
penerimaan
tanggungjawabnya
melalui
dan
laporan
Pertanggungjawaban;
- Sekretaris
Desa
menyusun
Rancangan
Peraturan
Desa
tentang
Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBDesa dan Rancangan Keputusan
Kepala Desa tentang Pertanggungjawaban Kepala Desa Sebagai lampiran
bukti-bukti penerimaan dan pengeluaran keuangan desa.
g. Pengawasan keuangan.
- Interanal
- External
2. Susunan Tim Pengelola Keuangan Desa :
Pemegang Kekuasaan Pengelola Keuangan Desa (PKPKD) yang bertindak selaku
Kuasa Pemegang Anggaran keuangan Desa (KPA) adalah Kepala Desa karena
jabatannya
mempunyai
kewenangan
menyelenggarakan
seluruh
pengelolaan
Kepala
Desa
keuangan desa.
3. Penanggungjawab
Operasional
Kegiatan
(PJOK)
adalah
yang
10
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
4. Pelaksana Teknis Pengelolaan Keuangan Desa yang selanjutnya di sebut PTPKD atau
dengan sebutan lain adalah Penanggungjawab Kegiatan Teknis (PJKT) ditunjuk dari
perangkat desa (terdiri Sekretaris Desa atau perangkat desa lainnya) atau Ketua
Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa oleh Kepala Desa untuk melakukan
pengelolaan keuangan desa. Untuk memudahkan pengelolaan keungaan desa,
Kepala Desa dapat menunjuk PTPKD/PJKT lebih dari satu orang, contoh :
a. Untuk pengelolaan anggaran operasional pemerintahan desa maka yang ditunjuk
PTPKD/PJKT adalah dari perangkat desa;
b. Untuk mengelolaan anggaran program pemberdayaan masyarakat desa maka
yang ditunjuk PTPKD/PJKT adalah Ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat
Desa;
5. Bendahara Desa adalah perangkat desa yang diangkat oleh Kepala Desa untuk
melaksanakan kegiatan :
a. Menerima seluruh dana perolehan pendapatan desa, menarik dana dari bank;
b. Menyimpan seluruh dana dari pendapatan desa , pajak yang dipungut dari pihak
ke tiga ke Bank Pemerintah atau bank yang ditunjuk;.
c. Menatausahakan, melakukan
g. Melukukan setoran pajak yang dipungut paling lambat 10 (sepuluh) hari kerja
setelah pajak dipiungut oleh bendahara, kepada kantor pos atau bank persepsi;
6. Penanggung jawab Administrasi Kegiatan (PJAK) diangkat oleh Kepala Desa yang
mempunyai tugas sebagai Bendahara Desa disetiap kegiatan.
IV.
11
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
MEKANISME
KADES (PKPKD/KPA/PJOK)
PTPKP/PJKT
(OPERASIOAL PEMDES)
PTPKP/PJKT
(PROGRAM PM)
PIHAK KE TIGA
Keterangan:
1. Kepala Desa selaku PKPKD atau KPA mempertimbangkan dan mengambil keputusan
terhadap semua transaksi keuangan desa.
2. PTPKD bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan yang diakibatkan oleh
transaksi
keuangan desa.
3. Bendahara desa bertanggung jawab atas penerimaan dan pengeluaran pada setiap
transaksi.
4. Pihak ke tiga adalah penyedia barang dan jasa atau masyarakat yang menerima dana
bantuan dari pemerintahan desa.
V.
BUKTI PEMBAYARAN
Dalam pertangungjawaban pengelolaan keuangan desa seorang Bendahara Desa
atau Penanggungjawab Administrasi Kegiatan (PJAK) mempunyai kewajiban untuk
membuat bukti pembayaran yang disebut dengan Kuitansi pada setiap transaksi
penerimaan atau pengeluaran.
SYARAT – SYARAT KUITANSI :
Kuitansi yang benar
dilakukan oleh bendahara desa, agar kuitansi dapat dinyatakan syah sebagai alat
bukti
pembayaran maka harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut;
1. Kuitansi, harus mencantumkan nama Desa, Kecamatan, Kabupaten/Kota Desa
bersangkutan.
2. Kuitansi, harus mencantumkan nomor urut kuitansi sesuai dengan terjadinya
transaksi.
3. Kuitansi, harus mencantumkan jumlah nominal baik tertulis dengan huruf besar
diawali
dan diakhiri dengan tanda baca ( #, -,(...), =, ”) sedangkan penulisan angka
diawali
dengan simbul Rupiah (Rp.) dan diakhiri dengan tanda baca( ,- , 0,00).
12
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
4. Kuitansi, harus tertulis urian transaksi secara jelas dan terperinci, apabila
penulisan
urian transaksi belum terperinci maka kuitansi harus dilampirkan perincian
penerimaan
misal ; rincian penerimaan honor, rincian penerimaan uang saku, jenis barang dll.
5. Kuitansi, harus mencantumkan tanggal dan tempat Desa terjadinya transaksi.
6. Kuitansi,
harus
mencantumkan
tanda
tangan
dan
stempel;
Pihak
ketiga,
13
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
KUITANSI/BUKTI PEMBAYARAN
Sudah Terima
Dari
Jumlah Uang
Terbilang
Untuk
Pembayaran
Setuju dibayar :
Kepala Desa Langsep
Pelaksana Teknis
Pengelola Keuangan
Desa (PTPKD)
Bendahara Desa
ttd
ttd
ttd
(nama terang)
(nama terang)
(nama terang)
14
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
: 2012
: 02/IV/PDL/2012
: 2.XX.XXX
KUITANSI/BUKTI PEMBAYARAN
Sudah Terima
Dari
Jumlah Uang
Rp. 950.000,-
Terbilang
Untuk
Pembayaran
Setuju dibayar :
Kepala Desa Langsep
Pelaksana Teknis
Pengelola Keuangan
Desa (PTPKD)
ttd
Bendahara
Desa
ttd
ttd
(nama terang)
(nama terang)
(nama terang)
16
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
: 2012
: 06/IV/PDL/2012
: 2.XX.XXX
KUITANSI/BUKTI PEMBAYARAN
Sudah Terima
Dari
Jumlah Uang
Rp. 3.750.000,-
Terbilang
Untuk
Pembayaran
Setuju dibayar :
Kepala Desa Langsep
Selaku Penanggungjwab
Operasional Kegiatan
ttd
(nama terang)
PEMBANGUNAN DRAINASE RW 07
DESA LANGSEP KEC. KLENGKENG KABUPATEN BARENG
18
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
VI.
PAJAK
Dalam peraturan perpajakan bahwa transaksi pengadaan barang dan jasa yang
nominalnya lebih dari pada Rp. 1.000.000,- (satu juta rupiah) sudah dipungut
pajaknya
dari Pihak Ketiga atau Rekanan. Pemungutan Pajak dilakukan oleh Bendahara atau
Penanggungjawab Administrasi Kegiatan dan disetor langsung ke rekening Negara
melalui kantor pos atau bank yang ditunjuk.
Pajak Lunas :
Pungutan pajak yang dihitung dari jumlah nominal yang ada di kuitansi dikalikan
langsung dengan prosentase pajaknya.
Contoh :
NAMA
PENERIMAAN
SEBELUM
PAJAK
Amin
Rp. 150.000,-
Budi
Rp. 150.000,-
Dani
Rp. 150.000,-
Yanti
Rp. 150.000,-
Tono
Rp. 150.000,-
Total
Rp.750.000,-
PAJAK
15 %
Rp.22.500,-
PENERIMAAN
SETELAH
PAJAK
Rp. 127.500,-
Rp.22.500,-
Rp. 127.500,-
Rp.22.500,-
Rp. 127.500,-
Rp.22.500,-
Rp. 127.500,-
Rp.22.500,-
Rp. 127.500,-
TANDA
TANGAN
1 ................
2 .................
3 .................
4..................
5.................
Rp.112.500,- Rp.637.500,-
= 0%
Contoh :
Cara menghitung DPP =
= Rp.
= Rp.
272.728,- (PPn)
40.909,- (PPh 22)
CATATAN
1. Semua pembelian barang diatas Rp.2.000.000,- (dua juta rupiah) akan dikenakan
pajak
(PPn dan PPh 22);
- Untuk jasa katering berapapun besar pemesanan dikenakan pajak (PPn dan PPh)
- Pemesanan makanan di warung/toko kue dalam satu bulan dengan nilai pemesanan
diatas Rp. 1.000.000,- (satu juta rupiah) kena PPh 23
2. Transaksi jasa sewa dibawah Rp. 1.000.000,- (satu juta rupiah) akan dikenakan
pajak (PPh
23) dan untuk transaksi diatas Rp. 1.000.000,- (satu juta rupiah) kena pajak (PPn
dan PPh
22);
3. Transaksi-transaksi yang tidak kena pajak adalah :
- BBM (Bahan Bakar Minyak)
- Rekening listrik, air, telepon (karena sudah dipungut di instansi yang
bersangkutan)
- Pembelian gas elpiji
- Pembelian materai
- Foto copy untuk kegiatan administrasi pelaporan (kegiatan yang berhubugan dengan
SPJ)
4. Ketentuan materai untuk pembelian barang/jasa dengan
Nominal Rp. 250.000,- s/d Rp. 1.000.000,-
= materai Rp. 3.000,-
=0
PPh 21
= ................
= Nilai Nominal x 15%
= ................
= DPP x 10%
= Nilai Nominal x 1,5%
= .................
= .................
=0
= Nilai Nominal x 1,5%
= .................
= .................
3. Pembelian barang/ATK
PPn
= DPP x 10%
PPh 22
= DPP x 1,5%
= .................
= .................
= DPP x 10%
PPh 23
= DPP x 6%
= .................
= .................
= DPP x 10%
PPh 23
= .................
= DPP x 6%
= .................
=0
PPh 23
= .................
= Nilai Nominal x 3%
= .................
= DPP x 10%
= DPP x 1,5%
= .................
= .................
= DPP x 10%
= DPP x 1,5%
= .................
= .................
= DPP x 10%
= DPP x 1,5%
= .................
= .................
21
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
CONTOH FAKTUR PAJAK DAN SURAT SETORAN
Faktur Pajak Standar terdiri dari 5 (lima) lembar :
1. Untuk Arsip WP
2. Untuk KPP melalui KPKN
3. Untuk Dilaporkan oleh WP ke KPP
4. Untuk Bank Persepsi/Kantor Pos dan Giro
5. Untuk Arsip Wajib Pungut/Pihak Lain
FAKTUR PAJAK STANDAR
Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak
Pengusaha Kena Pajak
Nama
:
Alamat
:
NPWP
:
Tanggal Pengukuhan PKP
:
: ………………………………
22
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
LEMBAR
(SSP)
……………………….
NPWP
Untuk Arsip WP
NAMA WP
ALAMAT
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
MAP/Kode Jenis Pajak
Kode Jenis Setoran
Uraian Pembayaran
……………………………………………………………
……………………………………………………………
……………………………………………………………
Masa Pajak
Tahun
Jan
Peb
:
:
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Ags
Sep
Okt
Nop
Des
Beri tanda silang pada salah satu kolom bulan untuk masa yang berkenaan
Nomor Ketetapan
Jumlah Pembayaran
Diisi dengan rupiah penuh
Terbilang
Rp. ……………………………………...
………………………………………………………….
………………………………………………………….
………………………………………………………….
23
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
24
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
VII. PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN APBDES
A. Penetapan Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBDes
1. Sekretaris Desa menyusun Rancangan Peraturan Desa tentang Pertanggungjawaban
Pelaksanaan APBDes serta Rancangan Keputusan Kepala Desa tentang
Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Desa.
2. Sekretaris
Desa
menyampaikan
Rancangan
Peraturan
Desa
tentang
25
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
LAMBANG
DAERAH
Mengingat
Menetapkan
Pasal 1
Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa Langsep Tahun Anggaran 20…. adalah semula
berjumlah Rp. 614.400.000,- realisasi sejumlah Rp. 615.971.000,-sehingga menjadi
selisih
(surplus) Rp.1.571.000,- dengan rincian sebagai berikut :
1. Pendapatan Desa
a. Sejumlah
Rp. 614.400.000,b. Realisasi
Rp. 615.971.000,Jumlah selisih (surplus) pendapatan setelah realisasi
Rp.
1.571.000,2. Belanja Desa
a. Sejumlah
Rp. 610.400.000,b. Realisasi
Rp. 576.700.000,Jumlah selisih (surplus) belanja setelah realisasi
Rp. 33.700.000,3. Pembiayaan Desa
1) Penerimaan
a. Sejumlah
Rp. 147.321.000,b. Realisasi
Rp. 147.321.000,Jumlah selisih penerimaan setelah realisasi
Rp.
0
27
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
2) Pengeluaran
a. Sejumlah
Rp.
b. Realisasi
Rp.
Jumlah selisih pengeluaran setelah realisasi
Jumlah pembiayaan netto setelah realisasi
Sisa lebih pembiayaan anggaran setelah realisasi
4.000.000,4.000.000,Rp.
Rp.
Rp.
0
0
Pasal 2
(1) Pendapatan Desa sebagaimana dimaksud Pasal 1 terdiri dari :
1) Pendapatan Asli Desa
a. Sejumlah
Rp.
88.565.000,b. Realisasi
Rp.
89.640.000,Jumlah selisih (surplus) Pendapatan Asli Desa setelah realisasi
Rp.
1.075.000,2) Bagi Hasil Pajak
a. Sejumlah
Rp.
4.000.000,b. Realisasi
Rp.
3.850.000,Jumlah selisih (surplus) Bagi Hasil Pajak setelah realisasi
Rp.
150.000,3) Bagian Dana Perimbangan Pusat dan Daerah
a. Sejumlah
Rp. 429.575.000,b. Realisasi
Rp. 429.575.000,Jumlah selisih Bagian Dana Perimbangan Pusat dan Daerah
setelah realisasi
Rp.
0
4) Bantuan Keuangan Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kota dan Desa
lainnya
a. Sejumlah
Rp.
85.500.000,b. Realisasi
Rp.
85.500.000,Jumlah selisih Bantuan Keuangan Pemerintah, Pemerintah
Provinsi, Pemerintah Kota dan Desa lainnya setelah realisasi
Rp.
0
5) Lain-lain Pendapatan Asli Desa yang Sah
a. Sejumlah
Rp.
6.460.000,b. Realisasi
Rp.
6.460.000,Jumlah selisih (surplus) Lain-lain Pendapatan Asli Desa yang
Sah setelah realisasi
Rp.
0
(2) Pendapatan Asli Desa sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf a terdiri dari :
1) Hasil Usaha Desa
a. Sejumlah
Rp.
8.840.000,b. Realisasi
Rp.
8.790.000,Jumlah selisih (surplus) Hasil Usaha Desa setelah realisasi
Rp.
2) Hasil Pengelolaan Kekayaan Desa
a. Sejumlah
Rp.
74.975.000,b. Realisasi
Rp.
76.400.000,Jumlah selisih (defisit) Hasil Pengelolaan Kekayaan Desa
setelah realisasi
Rp.
3) Hasil Swadaya dan Partisipasi
a. Sejumlah
Rp.
20.000.000,b. Realisasi
Rp.
21.000.000,Jumlah selisih (defisit) Hasil Swadaya dan Partisipasi setelah
realisasi
Rp.
4) Hasil Gotong Royong
a. Sejumlah
Rp.
30.000.000,b. Realisasi
Rp.
30.000.000,Jumlah selisih Hasil Gotong Royong setelah realisasi
Rp.
50.000,-
(575.000,-)
(1.000.000,-)
0
28
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
5) Pungutan Desa
a. Sejumlah
Rp.
4.750.000,b. Realisasi
Rp.
4.850.000,Jumlah selisih (defisit) Pungutan Desa setelah realisasi
Rp.
(100.000,-)
(3) Bagi Hasil Pajak sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf b terdiri dari :
1) Bagi Hasil PBB
a. Sejumlah
Rp.
4.000.000,b. Realisasi
Rp.
3.850.000,Jumlah selisih (surplus) Bagi Hasil PBB setelah realisasi
Rp.
150.000,-
(4) Bagian Dana Perimbangan Pusat dan Daerah sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf c
terdiri dari :
1) ADD
a. Sejumlah
Rp. 429.575.000,b. Realisasi
Rp. 429.575.000,Jumlah selisih ADD setelah realisasi
Rp.
0
(5) Bantuan Keuangan Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kota dan Desa
lainnya
sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf d terdiri dari :
1) Bantuan Keuangan Pemerintah Kabupaten
a. Sejumlah
Rp.
85.800.000,b. Realisasi
Rp.
85.800.000,Jumlah selisih Bantuan Keuangan Pemerintah Kabupaten
setelah realisasi
Rp.
0
(6) Lain-lain Pendapatan Asli Desa yang Sah sebagaimana
dari :
1) Sumbangan RKL
a. Sejumlah
Rp.
b. Realisasi
Rp.
Jumlah selisih Sumbangan RKL setelah realisasi
2) Selamatan Desa
a. Sejumlah
Rp.
b. Realisasi
Rp.
Jumlah selisih Selamatan Desa setelah realisasi
Rp.
Pasal 3
(4) Belanja Desa sebagaimana dimaksud Pasal 1 terdiri dari :
1) Belanja Langsung
a. Sejumlah
Rp. 426.790.000,b. Realisasi
Rp. 431.000.000,Jumlah selisih (surplus) Belanja Langsung setelah realisasi
Rp.
4.210.000,-
500.000,-
2.500.000,2.500.000,-
29
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
(2) Belanja Langsung sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf a terdiri dari :
1) Belanja Pegawai
a. Sejumlah
Rp.
13.200.000,b. Realisasi
Rp.
13.200.000,Jumlah selisih Belanja Pegawai setelah realisasi
Rp.
2) Belanja Barang dan Jasa
a. Sejumlah
Rp.
49.015.000,b. Realisasi
Rp.
51.025.000,Jumlah selisih (surplus) Belanja Barang dan Jasa setelah
realisasi
Rp.
3) Belanja Modal
a. Sejumlah
Rp. 364.575.000,b. Realisasi
Rp. 362.775.000,Jumlah selisih (surplus) Belanja Modal setelah realisasi
Rp.
(3) Belanja Tidak Langsung sebagaimana dimaksud ayat (2) huruf b terdiri dari :
1) Belanja Pegawai/Penghasilan Tetap
a. Sejumlah
Rp. 130.000.000,b. Realisasi
Rp. 129.500.000,Jumlah selisih (surplus) Belanja Pegawai setelah realisasi
Rp.
2) Belanja Tak Terduga
a. Sejumlah
Rp.
5.000.000,b. Realisasi
Rp.
3.000.000,Jumlah selisih (surplus) Belanja Tak Terduga setelah realisasi Rp.
2.010.000,-
2.200.000,-
500.000,-
2.000.000,-
Pasal 4
(1) Pembiayaan Desa sebagaimana dimaksud Pasal 1 terdiri dari :
1) Penerimaan
a. Sejumlah
Rp. 147.321.000,b. Realisasi
Rp. 147.321.000,Jumlah selisih Penerimaan setelah realisasi
Rp.
2) Pengeluaran
a. Sejumlah
Rp.
4.000.000,b. Realisasi
Rp.
4.000.000,Jumlah selisih Pengeluaran setelah realisasi
Rp.
0
(2) Penerimaan sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf a terdiri dari jenis
pembiayaan :
1) Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA) Tahun sebelumnya
a. Sejumlah
Rp.
b. Realisasi
Rp.
Jumlah selisih Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA)
Tahun sebelumnya setelah realisasi
Rp.
2) Dana Cadangan
a. Sejumlah
Rp. 135.000.000,b. Realisasi
Rp. 135.000.000,Jumlah selisih Dana Cadangan setelah realisasi
Rp.
3) Bunga Dana Cadangan
a. Sejumlah
Rp.
12.321.000,b. Realisasi
Rp.
12.321.000,Jumlah selisih Bunga Dana Cadangan setelah realisasi
Rp.
30
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
(3) Pengeluaran sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf b terdiri dari jenis pembiayaan
:
1) Pembayaran Hutang
a. Sejumlah
Rp.
4.000.000,b. Realisasi
Rp.
4.000.000,Jumlah selisih Pembayaran Hutang setelah realisasi
Rp.
Pasal 5
Uraian lebih lanjut Target dan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa
sebagaimana
Pasal 1, tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
Peraturan Desa ini.
Pasal 6
Peraturan Desa ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
MOCHAMAD
JAZULI
BERITA DAERAH KABUPATEN BARENG TAHUN 20…. NOMOR 23
31
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
Lampiran Peraturan Desa Langsep
Nomor : 3
Tanggal : 10 Desember 20…..
TARGET DAN REALISASI
ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA
DESA LANGSEP KECAMATAN KLENGKENG
TAHUN ANGGARAN 20….
KODE
REKENING
1
1.
1.1
1.1.1
1.1.1.1
1.1.1.2
1.1.2
1.1.2.1
1.1.2.2
1.1.2.3
1.1.3
1.1.4
1.1.5
1.1.5.1
1.1.5.2
1.1.5.3
1.1.5.4
1.2
1.2.1
1.3
1.3.1
1.3.2
1.3.3
1.4
1.4.1
1.5
1.5.1
1.5.2
2
2.1
2.1.1
2.1.1.1
2.1.1.2
2.1.1.3
2.1.1.4
2.1.2
2.1.2.1
2.1.2.2
2.1.2.3
URAIAN
TARGET
REALISASI
SELISIH
2
PENDAPATAN
Pendapatan Asli Desa
Hasil Usaha Desa
PAM Desa
Polindes 12 bl x 50.000
Hasil Pengelolaan Kekayaan Desa
Tanah Kas Desa
Pasar Desa
Sewa Balai Desa 56 mgg x 178.125
Hasil Swadaya dan Partisipasi Masyarakat
Hasil Gotong Royong
Pungutan Desa
Pungutan Administrasi Pernikahan 25 x 30.000
Pungutan Rekomendasi IMB 10 x 100.000
Pungutan/Retribusi Hotel/Losmen 20 x 20.000
Pungutan Rekomendasi Ijin Keramaian
Bagi Hasil Pajak
Upah Pungutan PBB
Bagian Dana Perimbangan Pusat dan Daerah
ADD Kegiatan Pemerintahan
ADD Kegiatan Pemberdayaan
Bantuan Langsung LINMAS
Bantuan Keuangan Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Kota dan
Desa lainnya
Bantuan Keuangan Pemerintah Kabupaten
Tunjangan Kepala Desa dan Perangkat Desa
Lain-lain Pendapatan Asli Desa yang Sah
Sumbangan RKL
Sumbangan Selamatan Desa
JUMLAH PENDAPATAN
88.565.000
8.840.000
8.240.000
600.000
74.975.000
15.000.000
89.640.000
8.790.000
8.240.000
550.000
76.400.000
15.000.000
9.975.000
20.000.000
30.000.000
4.750.000
750.000
100.000
3.500.000
400.000
4.000.000
4.000.000
429.575.000
115.000.000
289.575.000
25.000.000
10.000.000
21.000.000
30.000.000
4.850.000
850.000
100.000
3.450.000
450.000
3.850.000
3.850.000
429.575.000
115.000.000
289.575.000
25.000.000
85.800.000
85.800.000
85.800.000
6.460.000
3.960.000
2.500.00
614.400.000
85.800.000
6.460.000
3.960.000
2.500.00
615.971.000
BELANJA
Belanja Langsung
Belanja Pegawai
Honorarium Kepala Desa 1 x 12 x 300.000
Honorarium PTPKD 1 x 12 x 200.000
Honorarium Bendahara Desa 1 x 12 x 200.000
Honorarium Karyawan Desa 4 x 12 x 100.000
Belanja Barang dan Jasa
Belanja Alat Tulis Kantor Sekretariat Desa
Belanja Jasa Komunikasi, Sumber Daya Air dan Listrik
Belanja Jasa Perbaikan Peralatan Kerja
JUMLAH
426.790.000
13.200.000
3.600.000
2.400.000
2.400.000
4.800.000
49.015.000
7.500.000
3.750.000
2.000.000
431.000.000
13.200.000
3.600.000
2.400.000
2.400.000
4.800.000
51.025.000
8.000.000
3.500.000
1.500.000
50.000
(25.000)
(1.000.000)
(100.000)
50.000
50.000
150.000
(500.000)
250.000
500.000
32
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
KODE
REKENING
1
2.1.2.4
2.1.2.5
2.1.2.6
2.1.2.7
2.1.2.8
2.1.2.9
2.1.2.10
2.1.2.11
2.1.2.12
2.1.2.13
2.1.2.14
2.1.3
2.1.3.1
2.1.3.2
2.1.4
2.1.4.1
2.1.4.2
2.1.4.3
2.1.4.4
2.1.4.5
2.1.4.6
2.1.4.7
2.1.5
2.1.5.1
2.1.5.2
2.1.5.3
2.1.5.4
2.1.6
2.1.6.1
2.1.6.2
2.1.6.3
2.1.6.4
2.1.6.5
2.1.6.6
2.1.6.7
2.1.6.8
2.1.6.9
2.1.6.10
2.1.6.11
2.1.7
2.1.7.1
2.1.7.2
2.1.7.3
2.1.7.4
2.1.7.5
2.1.7.6
2.1.7.7
2.1.7.8
2.1.7.9
2.1.7.10
2.1.7.11
URAIAN
TARGET
REALISASI
SELISIH
Pindahan
Belanja Peralatan dan Perlengkapan Kantor
Belanja Rapat dan Koordinasi
Belanja Makanan dan Minuman
Belanja Pakaian Dimas dan Perlengkapannya
Belanja Pakaian Batik 10 x 165.000
Belanja Pejalanan Dinas Kepala Desa
Belanja Pejalanan Dinas Sekretaris Desa
Biaya Perjalanan Dinas Kepala Urusan
Biaya Perjalanan Dinas Kepala Dusun 4 dusun
Biaya Perjalanan Lainnya
Belanja Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur
Belanja Modal
Belanja Sound System 1 unit
Belanja Taplak 15 x 100.000
Program Prasarana Dasar Lingkungan
Pembangunan Rabatan Jalan
Pembangunan Pos Kamling 10 x 1.000.000
Pembangunan Drainase dan Selokan
Pembangunan Plengsengan
Pembangunan Masjid 2 masjid x 4.000.000
Pembelian Mobil Pengangkut Sampah
Pembuatan Tempat Sampah 49 x 100.000
Program Ekonomi Produktif
Dana Revolving (Simpan Pinjam)
Home Industri (Industri Rumah Tangga)
Program Pemberdayaan Fakir Miskin
Sembako Gratis bagi Keluarga Miskin
Program Sosial Kemasyarakatan
Bantuan Kelompok Kerukunan Kematian
Bantuan Pembinaan Seni dan Budaya
Bantuan Perbaikan Rumah Tidak Layak Huni
Pembinaan Pemuda dan Olah Raga
Lomba Desa
Insentif Karang Taruna 12 x 250.000
BOP dan ATK Karang Taruna
Pemberdayaan Kelompok Usaha Karang Taruna 2 plthn x 5.000.000
BOP PAUD dan TPQ
Kegiatan Bulan Kerja Bakti Gotong Royong 1 x 3.000.000
Perhitungan Kerja Bakti Gotong Royong
Program Kelembagaan
BOP LPMD dan Insentif
BOP RW/RT
Perencanaan, Pelaksanaan, Pelaporan Kegiatan oleh PJAK
Insentif Tim Fasilitasi Desa
Insentif PKK Desa
BOP PKK Desa
Insentif PKK untuk Pokja 1,2,3,4
BOP dan ATK RW PKK Pokja 1,2,3,4
BOP PKK RW 1 sampai 8
Insentif Kelompok Yandu Balita/Lansia 12 x 375.000
BOP Kelompok Yandu Balita/Lansia
JUMLAH
1.500.000
7.500.000
1.790.000
1.925.000
1.650.000
1.200.000
1.000.000
750.000
450.000
1.000.000
18.000.000
364.575.000
23.500.000
1.500.000
77.900.000
15.000.000
10.000.000
22.000.000
8.000.000
8.000.000
10.000.000
4.900.000
115.825.000
40.137.500
18.187.500
50.000.000
7.500.000
76.450.000
4.500.000
6.000.000
9.500.000
4.000.000
1.000.000
3.000.000
2.000.000
10.000.000
3.450.000
3.000.000
30.000.000
69.400.000
10.000.000
11.150.000
4.000.000
10.000.000
2.000.000
2.000.000
4.000.000
1.000.000
6.000.000
4.500.000
2.250.000
1.500.000
8.500.000
2.000.000
1.925.000
1.650.000
1.200.000
1.000.000
750.000
500.000
1.000.000
18.000.000
362.775.000
23.000.000
1.500.000
76.000.000
14.000.000
10.000.000
22.000.000
7.500.000
8.000.000
9.500.000
5.000.000
115.825.000
40.137.500
18.187.500
50.000.000
7.500.000
77.550.000
4.500.000
6.000.000
9.500.000
4.000.000
1.100.000
3.000.000
2.000.000
10.000.000
3.450.000
3.000.000
31.000.000
68.900.00
10.000.000
11.150.000
4.000.000
10.000.000
2.000.000
2.000.000
4.000.000
1.000.000
6.000.000
4.500.000
2.250.000
(1.000.000)
(210.000)
(50.000)
500.000
1.000.000
500.000
500.000
(100.000)
(100.000)
(1.000.000)
33
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
KODE
REKENING
1
2.1.7.12
2.1.7.13
2.1.7.14
2.1.7.15
2.1.8
2.1.9
2.1.10
2.1.11
2.2
2.2.1
2.2.1.1
2.2.1.2
2.2.1.3
2.2.1.4
2.2.1.5
2.2.1.6
2.2.1.7
2.2.1.8
2.2.1.9
2.2.2
3
3.1
3.1.1
3.1.2
3.1.3
3.2
3.2.1
URAIAN
TARGET
REALISASI
SELISIH
Pindahan
Biaya ATK PKK Desa
Insentif Pengurus UPK dan BUMDes
Studi Banding
Biaya Lain-lain (Rapat, Transportasi, Konsumsi)
Belanja Kegiatan PHBN dan Adat Desa
Belanja Operasional LINMAS
Biaya Kunjungan Kerja Antar Daerah
Biaya Operasional SATLAK K-3
Belanja Tidak Langsung
Belanja Pegawai
Penghasilan Kepala Desa 1 x 12 x 250.000
Penghasilan Sekretaris Desa 1 x 12 x 150.000
Penghasilan Kepala Urusan 5 x 12 x 70.000
Penghasilan Kepala Dusun 4 x 12 x 125.000
Honorarium dan Operasional BPD
Tunjangan Kesejahteraan Kepala Desa 1 x 12 x 1.000.000
Tunjangan Kesejahteraan Sekretaris Desa 1 x 12 x 750.000
Tunjangan Kesejahteraan Kepala Urusan
Tunjangan Kesejahteraan Kepala Dusun
Belanja Tidak Terduga
JUMLAH BELANJA
PEMBIAYAAN
Penerimaan Pembiayaan
Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SILPA) tahun sebelumnya.
Dana Cadangan
Bunga Dana Cadangan
Pengeluaran Pembiayaan
Pembayaran Hutang
JUMLAH PEMBIAYAAN
1.000.000
4.000.000
6.000.000
1.500.000
12.000.000
25.000.000
6.000.000
3.960.000
135.000.000
130.000.000
3.000.000
1.800.000
4.200.000
6.000.000
15.000.000
2.350.000
12.500.000
12.000.000
9.000.000
5.000.000
610.400.000
1.000.000
4.000.000
6.000.000
1.000.000
12.000.000
25.000.000
6.000.000
3.960.000
132.500.000
129.500.000
3.000.000
1.800.000
4.200.000
6.000.000
15.000.000
2.350.000
13.000.000
12.000.000
9.000.000
3.000.000
576.700.000
147.321.000
147.321.000
135.000.000
12.321.000
4.000.000
4.000.000
151.321.000
135.000.000
12.321.000
4.000.000
4.000.000
151.321.000
500.000
(500.000)
2.000.000
MOCHAMAD
34
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
LAMBANG
DAERAH
Mengingat
:
: Pendapatan dari APBDes Tahun 20…. diterima sebesar Rp. 615.971.000,-
KEDUA
KETIGA
KEEMPAT
KELIMA
37
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
Lembar Bacaan
LAPORAN KETERANGAN
PERTANGGUNGJAWABAN PEMERINTAH DESA
VI. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Laporan Keterangan Pertanggung jawaban (LKPj) merupakan suatu proses
kegiatan pelaporan Kepala Desa kepada rakyat melalui Badan Permusyawaratan
Desa (BPD) yang meliputi keterangan seluruh proses pelaksanaan peraturanperaturan
desa termasuk Anggaran Pendapatan Belanja Desa (APBDes) selama satu
tahun anggaran. LKPj yang disampaikan Pemerintah Desa harus tertulis dan
disesuaikan dengan situasi, kondisi sosial budaya masyarakat setempat, dimana LKPj
dan mekanisme laporan keterangan pertanggung jawaban Kepala desa kepada BPD
ini diatur dalam Peraturan Desa. Evaluasi terhadap LKPJ yang sudah dilakukan oleh
BPD dilaporkan kepada Bupati/Walikota melalui camat selambat-lambatnya 15 hari
sejak diterimanya LKPj. Dimana Hasilnya dijadikan dasar untuk melakukan
pengawasan dalam penyelenggaraan pemerintahan desa.
Mengapa Kepala desa membuat LKPj ? Hal ini dikarenakan kedudukan BPD
sebagai penyelenggara Pemerintahan desa dan fungsi BPD sebagai pengawas
penyelenggara kinerja pemerintahan desa. Sehingga konsekuensi tersebut membawa
dampak pada pemerintahan desa untuk membuat LKPj yang diserahkan pada BPD.
Ruang lingkup LKPj meliputi Urusan pemerintahan berdasarkan hak asal
usul
desa,
urusan
pemerintahan
yang
diserahkan
Kabupaten/Kota,
Tugas
Pedoman
Umum
Tata
Cara
Pelaporan
dan
Pertanggungjawaban
Penyelenggaraan Pemerintahan Desa.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 35 Tahun 2007 tentang Pedoman
Umum
Tata
Cara
Pelaporan
dan
Pertanggungjawaban
Penyelenggaraan
Pemerintahan Desa, maka Pemerintahan Desa dituntut untuk lebih kreatif di dalam
menjalankan roda pemerintahan yang otonom.
38
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
C. Gambaran Umum Desa
Sejarah Terbentuknya Desa
Sejarah Pemerintahan Desa
Sejarah Pembangunan Desa
1. Kondisi Geografis
Menjelaskan tentang luas wilayah, ketinggian, dan suhu udara di suatu desa.
Serta batas wilayah, Aset Desa, jumlah Dusun, RW, RT.
2. Gambaran Umum Demografis
Gambaran umum demografis Desa pada tabel dibawah ini :
NO
1
2
3
4
TINGKATAN PENDUDUK
Jumlah Penduduk Desa
Jumlah Menurut Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
Jumlah Menurut Kepala Keluarga
Jumlah Menurut Umur
0 - 12 bulan
1 tahun
2 tahun
3 tahun
4 tahun
5 tahun
6 tahun
7 tahun
8 tahun
9 tahun
10 tahun
11 tahun
12 tahun
13 tahun
14 tahun
15 tahun
16 tahun
17 tahun
18 tahun
19 tahun
20 tahun
21 tahun
22 tahun
23 tahun
24 tahun
25 tahun
26 tahun
27 tahun
28 tahun
29 tahun
30 tahun
31 tahun
JUMLAH (Jiwa)
39
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
NO
TINGKATAN PENDUDUK
JUMLAH (Jiwa)
32 tahun
33 tahun
34 tahun
35 tahun
36 tahun
37 tahun
38 tahun
39 tahun
40 tahun
41 tahun
42 tahun
43 tahun
44 tahun
45 tahun
46 tahun
47 tahun
48 tahun
49 tahun
50 tahun
51 tahun
52 tahun
53 tahun
54 tahun
55 tahun ke atas
Total
Tabel 1
Jumlah Penduduk Desa Menurut Jenis Kelamin dan Golongan Umur.
Jumlah penduduk Desa menurut Jenis Pekerjaan selengkapnya dapat dilihat pada
tabel dibawah ini :
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Pekerjaan
Jumlah
Petani
Pelajar/Mahasiswa
Ibu Rumah Tangga
Pedagang
Pegawai Swasta
Pensiunan
Guru / Dosen
Industri / Wiraswasta
TNI
Dokter
Buruh Tani / Buruh Harian Lepas
Bidan / Tenaga Medis Lain
Pegawai Negeri
Belum Kerja / Tidak Bekerja
Lainnya
Total
Tabel 2
Jumlah Penduduk Desa menurut Jenis Pekerjaan
40
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
Jumlah penduduk menurut keadaan cacat di Desa selengkapnya dapat dilihat
pada tabel di bawah ini :
NO
1.
2.
3.
4.
5.
KEADAAN CACAT
JUMLAH
Cacat Fisik
Tuna Rungu
Tuna Wicara
Tuna Netra
Lumpuh
Total
Tabel 3
Jumlah Penduduk Desa menurut keadaan cacat
Jumlah penduduk menurut tenaga kerja di Desa pada tabel di bawah ini :
NO
TENAGA KERJA
JUMLAH
Penduduk Usia Produktif (15-55 th)
Tidak Produktif
Total
Tabel 4
Jumlah Penduduk Desa menurut tenaga kerja
Jumlah penduduk Desa menurut agama yang dipeluk dapat dilihat pada tabel di
bawah ini :
NO
1
2
3
4
5
AGAMA
JUMLAH PENGANUT
ISLAM
KATHOLIK
PROTESTAN
HINDU
BUDHA
JUMLAH
Tabel 5
Jumlah Penduduk Desa Menurut agama yang dianut
JENIS PENDIDIKAN
JUMLAH
Belum tamat SD/Sederajat
SD/Sederajat
SLTP
SLTA
D-1 / D-2
D-3
S-1
S-2
Tidak / Belum Sekolah
JUMLAH
Tabel 6
Jumlah Penduduk Desa Menurut tingkat pendidikan
41
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
3. Kondisi Ekonomi
Menjelaskan tentang lahan pertanian, budidaya tanaman, sektor industri kecil,
Pemasaran Hasil pertanian, dan kelompok Tani yang ada.
MISI
42
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
C. Prioritas Desa
Pembangunan Desa diprioritaskan pada hasil musrenbangdes sebagai perwujudan
dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMD). Di dalam
penyusunan RPJMD melibatkan unsur-unsur antara lain Badan Permusyawaratan
Desa (BPD), perangkat desa, Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa (LPMD),
tokoh masyarakat, tokoh agama, RT, RW, karang taruna, PKK.
43
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
NO
BIDANG
Th 20…
KEGIATAN
1. Jalan
FISIK PRASARANA
2. Pengairan
3. Air bersih
EKONOMI
SOSIAL BUDAYA
1. Peningkatan kesejahteraan
Petani
2. Peningkatan produksi pertanian
3. Penurunan angka kemiskinan
4. Peningkatan ketahanan pangan
5. Peningkatan pengembangan
pariwisata
6. Pengenbangan ekonomi lokal
KETERANGAN
- Kegiatan ini menggunakan
dana yang bersumber dari
swadaya masyarakat dan
juga bersumber dari bantuan
pemerintah
Tabel 7
Prioritas pembangunan Desa tahun 20…
44
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
pendapatan
desa.
Intensifikasi
yang
dimaksud
adalah
upaya
Tahun
Anggaran 20... :
NO
1
1
TARGET
Rp.
4
REALISASI
Rp.
5
DANA PERIMBANGAN
LAIN - LAIN PENDAPATAN YANG SAH
Dana tambahan penghasilan tetap Kepala Desa
3
dan Perangkat Desa
Tunjangan RT dan RW
JUMLAH TOTAL PENDAPATAN
Tabel 8
Target dan Realisasi Pendapatan Desa Tahun Anggaran 20…
(Merupakan Ringkasan dari APB Desa)
3. Permasalahan dan Penyelesaian
Selama tahun anggaran berjalan, tidak ada permasalahan yang berarti dan apabila
terdapat permasalahan tentunya akan diselesaikan sesuai dengan prosedur yang
ada. Semua program pada anggaran tahun 2010 telah terealisasi 100%.
B. Pengelolaan Belanja Desa
1. Kebijakan Umum Keuangan Desa
Anggaran Pemerintah Desa merupakan dokumen formal hasil kesepakatan
antara Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa tentang belanja yang
ditetapkan untuk melaksanakan kegiatan pemerintah dan pendapatan yang
diharapkan untuk menutup keperluan belanja tersebut atau pembiayaan yang
2
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
diperlukan bila diperkirakan akan terjadi defisit atau surplus. Dengan demikian,
anggaran mengkoordinasikan aktivitas belanja pemerintah dan memberi landasan
bagi upaya perolehan pendapatan dan pembiayaan oleh Pemerintah Desa untuk
suatu periode tertentu, biasanya mencakup periode tahunan.
Maka, fungsi anggaran di lingkungan Pemerintah Desa
mempunyai
pengaruh penting dalam akuntansi dan pelaporan keuangan, antara lain karena :
a. Anggaran merupakan pernyataan kebijakan publik ;
b. Anggaran merupakan target fiskal yang menggambarkan keseimbangan antara
belanja, pendapatan, dan pembiayaan yang diinginkan ;
c. Anggaran menjadi landasan pengendalian yang memiliki konsekuensi hukum ;
d. Anggaran memberi landasan penilaian kinerja pemerintah ;
e. Hasil pelaksanaan anggaran dituangkan dalam laporan keuangan Pemerintah
Desa sebagai pernyataan pertanggungjawaban pemerintah kepada publik.
Di Desa, akuntansi dana (fund accounting) merupakan sistem akuntansi
dan pelaporan keuangan yang baru akan diterapkan secara intregatif pada tahun
anggaran 2010.
2. Target dan Realisasi Belanja
Sebagaimana disebutkan diatas, bahwa Pemerintah Desa
pada tahun
URAIAN
Belanja Langsung
Belanja Pegawai
Belanja Barang/Jasa
Belanja Pemeliharaan
Belanja Perjalanan Dinas
Belanja Lain-lain
Belanja Tak terduga
TARGET
REALISASI
tetap
dan
tanah
bengkok
yang
kosong
dikelola
oleh
Pemerintah Desa.
4
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
2. Realisasi Pelaksanaan Kegiatan
Realisasi pelaksanaan kegiatan diatas dapat dilihat pada tabel berikut :
NO
JENIS KEGIATAN
JUMLAH
ANGGARAN
( RP.)
REALISASI
( Rp . )
Pembangunan Fisik :
a. Pembangunan jalan makadam
b. Pembangunan Bak sampah, dll.
a. Pembangunan TPQ
b. dll
a. Bedah Rumah
b. dll
Pelaksanaan urusan pemerintahan
Bidang Sosial Budaya :
Pengelolaan Tanah Kas Desa
Tabel 10
Realisasi Pelaksanaan Kegiatan Urusan Hak Asal Usul Desa
(merupakan kegiatan yang berasal dari hak usul desa)
j.
Bidang Sosial
Bidang Pariwisata
u. Bidang Pertanahan
v.
Bidang Perencanaan
y.
z.
PROGRAM
ANGGARAN
Rp.
REALISASI
X.
Republik
penyelenggaraan
Indonesia
pemerintahannya
sebagai
Negara
menggunakan
Kesatuan
asas
dalm
desentralisasi,
melaporkan
pelaksanaannya
dan
mempertanggungjawabkannya
kepada yang memberi tugas. Tugas ini diselenggarakan karena tidak semua
wewenang dan tugas pemerintahan dapat dilakukan dengan menggunakan asas
desentralisasi dan asas dekonsentrasi.
Pemberian
efisiensi
dan
Tugas
efektivitas
Pembantuan
dimaksudkan
penyelenggaraan
untuk
pemerintahan,
meningkatkan
pengelolaan
7
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
Tugas Pembantuan yang diberikan oleh Pemerintah kepada Daerah dan
Desa meliputi sebagian tugas bidang politik luar negeri, pertahanan keamanan,
peradilan, moneter dan fiskal, agama dan kewenangan bidang lain yakni kebijakan
entang perencanaan nasional dan pengendalian pembangunan secara makro,
dana perimbangan keuangan, sistem administrasi Negara dan lembaga
perekonomian Negara, pembinaan dan pemberdayaan sumber daya manusia,
pendayagunaan sumber daya alam serta teknologi tinggi yang strategis,
konservasi, dan standarisasi nasional.
Tugas Pembantuan yang diberikan oleh Propinsi sebagai Daerah otonom
kepada Desa meliputi sebagian tugas dalam bidang pemerintahan yang bersifat
lintas Kabupaten dan Kota, serta sebagian tugas pemerintahan dalam bidang
tertentu lainnya, termasuk juga sebagian tugas pemerintahan yang tidak atau
belum dapat dilaksanakan oleh daerah Kabupaten dan Kota, sedangkan sebagai
wilayah administrasi mencakup sebagian tugas dalam bidang pemerintahan yang
dilimpahkan kepada Gubernur sebagai wakil Pemerintah.
Tugas Pembantuan yang diberikan oleh Kabupaten kepada Desa
mencakup sebagian tugas pemerintahan yang menjadi wewenang Kabupaten
termasuk sebagian tugas yang wajib dilaksanakan oleh Kabupaten meliputi
pekerjaan
umum,
kesehatan,
pendidikan
dan
kebudayaan,
pertanian,
KEGIATAN
2
3
4
SUMBER
ANGGARAN
(Rp.)
KET
Tabel 12
Sumber dan jumlah anggaran kegiatan yang diterima Pemerintah Desa
6. Permasalahan dan Penyelesaian
B. Tugas Pembantuan Yang Diberikan
1. Sumber Hukum
Dasar Hukum Tugas Pembantuan yang Diberikan adalah Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 52 Tahun 2001 tentang Penyelenggaran Tugas
Pembantuan.
9
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
2. Urusan Pemerintahan Yang Ditugas Pembantuankan
Urusan pemerintahan yang ditugas pembantuankan meliputi pekerjaan umum,
kesehatan, pendidikan dan kebudayaan, pertanian, industri dan perdagangan,
perhubungan, penanaman modal, lingkungan hidup, pertanahan, koperasi dan
tenaga kerja. Namun yang menjadi prioritas Pemerintah Desa adalah bidang
pertanian, kesehatan dan lingkungan hidup.
3. Sumber dan Jumlah Anggaran
Sumber
dana
untuk
menjalankan
urusan
pemerintahan
yang
ditugas
GAMBARAN UMUM
PERENCANAAN DAN REALISASINYA
TAHUN 20…
NO
PERENCANAAN
REALISASI ( % )
GAMBARAN UMUM
RENCANA DAN PROGRAM TAHUN 20…
NO
PERENCANAAN
REALISASI ( % )
11
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
12
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
Lembar Bacaan
Kepala Desa
masyarakat dan
keadaan setempat.
yaitu
melibatkan
pihak
terkait
dalam
penyusunan
perencanaan
pembangunan desa.
5. Mengawasi apakah dalam menyusun perencanaan pembangunan desa telah
melibatkan lembaga kemasyarakatan desa seperti rukun tetangga, rukun warga,
karang taruna, PKK dan lembaga pemberdayaan masyarakat.
6. Mengawasi perencanaan pembangunan desa 5 tahun (Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Desa) yang telah disusun dan ditetapkan dengan Peraturan Desa.
7. Mengawasi
apakah
RPJM-Desa
telah
dijabarkan
dalam
Rencana
Kerja
14
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
9. Pembangunan Kawasan Pedesaan.
a. Mengawasi apakah pembangunan kawasan pedesaan yang dilakukan oleh
Kabupaten/Kota dan atau pihak ketiga mengikut sertakan pemerintah desa.
b. Mengawasi
apakah
dalam
perencanaan,
pelaksanaan
pembangunan,
15
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
11. Mengawasi apakah penggunaan Alokasi Dana Perimbangan Desa telah mengacu
pada komposisi:
a. Minimal 60% digunakan untuk pembiayaan pembangunan sarana dan
prasarana desa;
b. Maksimal 30% digunakan untuk pembiyaan operasional aparatur desa dan
Badan Permusyawaratan Desa;
c. Maksimal 10% digunakan untuk bantuan kepada lembaga kemasyarakatan dan
organisasi lainnya yang diakui Pemerintah Desa.
12. Mengawasi apakah ada sumber pendapatan desa yang telah dimiliki dan dikelola
oleh desa diambil oleh pemerintah atau pemerintah provinsi.
13. Mengawasi apakah ada sumber pendapatan daerah yang berada di desa baik
pajak maupun retribusi namun masih ada pungutan tambahan oleh Pemerintah
Desa.
14. Mengawasi apakah sudah semua jenis pengeluaran sesuai dengan Rencana
kegiatan Desa yangtertuang dalam dokumen anggaran belanja desa.
15. Mengawasi apakah telah dilakukan evaluasi terhadap hasil pelaksanaan kegiatan
desa.
16. Mengawasi apakah Kepala Desa telah membuat dan menyampaikan laporan
penggunaan dana alokasi desa secara berkala kepada Bupati/Walikota.
17. Badan Usaha Milik Desa.
a. Mengawasi apakah tata cara pembentukan dan pengelolaannya telah
disesuaikan dengan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.
b. Mengawasi peraturan desa tentang pembentuk dan pengelolaan Badan Usaha
Milik Desa
c. Mengawasi apakah kontribusi (bagi hasil usaha) yang diterima desa telah
sesuai dengan perjanjian dan apakah telah disetorkan ke rekening desa.
D. Kekayaan Desa
1. Kebijakan pengelolaan kekayaan desa
Mengawasi peraturan-peraturan desa yang berkaitan dengan tata cara pengelolaan
kekayaan desa dalam rangka meningkatkan tertib pengelolaan kekayaan desa.
2. Perencanaan Kebutuhan Kekayaan Desa.
a. Mengawasi perencanaan kebutuhan kekayaan desa yang dituangkan dalam
rencana kerja dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa.
b. Apakah perencanaan kebutuhan kekayaan desa tersebut telah memperhatikan
ketersediaan barang milik desa, yaitu barang yang diadakan benar-benar
dibutuhkan.
16
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
c. Apakah biaya yang diperlukan cukup tersedia dalam Anggaran Pendapatan dan
Belanja Desa.
d. Apakah jumlah barang, standart barang dan standar harga yang dibutuhkan
wajar.
3. Inventarisasi Kekayaan Desa
a. Mengawasi ada berapa jenis kekayaan yang dimiliki desa yang bersangkutan,
seperti:
- Tanah kas desa
- Pasar desa
- Pasar hewan
- Tambatan perahu
- Bangunan desa.
- Pelelangan ikan yang dikelola desa
- Lain-lain kekayaan milik desa.
b. Mengawasi apakah jenis kekayaan milik desa tersebut telah tercatat dalam
buku kekayaan desa.
c. Mengawasi Dokumen kepemilikan kekayaan Desa, apakah semua kekayaan desa
tersebut telah memiliki dokumen yang sah atas nama desa yang bersangkutan.
4. Mengawasi lain-lain kekayaan milik Desa
a. Mengawasi barang yang diperoleh dari hasil pengadaan atas beban Anggaran
Pendapatan dan Belanja Desa/ Daerah, apakah prosedur pengadaannya telah
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yaitu:
- Melalui panitia pengadaan/pejabat pengadaan.
- Cara Pengadaan dengan pelelangan, pemilihan langsung dan pengadaan
langsung sesuai dengan besarnya nilai pengadaan.
- Kewajaran harga.
- Kualitas harga.
- Kualitas dan kuantitas barang.
- Spesifikasi barang.
- Pemeriksaan oleh panitia pemeriksa barang.
- Penerimaan barang apakah sudah sesuai dengan SPK/Surat pesanan, baik
spesifikasi jumlah dan waktu penyerahan.
- Keberadaan barangnya.
b. Mengawasi barang yang berasal dari sumbangan pihak ketiga/Hibah.
- Melihat dan menyaksikan Berita Acara Penyerahan Barang dari pemerintah
provinsi, kabupaten/kota atau dari pihak ketiga.
17
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
- Mengawasi apakah barang-barang yang diserahkan dan yang diterima sudah
sesuai dengan yang tercantum dalam Berita Acara Serah Terima Barang.
- Mengawasi Dokumen kepemilikan barang yang sudah dihibahkan apakah
sudah beralih kepemilikannya atas nama desa yang bersangkutan.
- Mengawasi apakah barang-barang yang berasal dari sumbangan/hibah
tersebut sudah tercatat sebagai barang milik desa/kekayaan desa dalam buku
kekayaan desa. Mengawasi apakah penyerahan barang-barang yang
dihibahkan/sumbangan dari pihak ketiga, pemerintah provinsi, kabupaten, kota
tersebut disertai dengan dokumen kepemilikannya/dokumen perolehannya.
5. Pemanfaatan Kekayaan Desa
a. Mengawasi apakah ada barang-barang milik desa yang tidak dipergunakan
sebagai pendukung tugas pokok dalam penyelenggaraan pemerintahan desa,
Inventarisir jenis dan jumlah barangnya.
b. Mengawasi apakah barang-barang yang tidak digunakan tersebut telah
dimanfaatkan/didayagunakan.
c. Mengawasi apakah ada kekayaan desa yang dimanfaatkan/didayagunakan berupa :
- Sewa
- Pinjam pakai
- Kerjasama pemanfatan
- Bangun serah guna
- Bangun guna serah
d. Penyewaan kekayaan desa
1) Dapatkan data barang milik desa yang disewakan dengan pihak ketiga yaitu:
• Jenis barangnya
• Surat Perjanjian Sewa menyewa
• Keputusan Kepala Desa tentang Penetapan Tarif Sewa.
2) Mengawasi apakah Keputusan Kepala Desa tentang Penetapan Tarif Sewa
mendapat persetujuan Badan Permusyawaratan Desa.
3) Mengawasi apakah Surat Perjanjian sewa menyewa telah memuat:
• Pihak - pihak yang terikat dalam perjanjian;
• Obyek perjanjian sewa menyewa;
• Jangka waktu penyewaan;
• Hak dan kewajiban para pihak;
• Penyelesaian perselisihan;
• Keadaan diluar kemampuan para pihak (force majeure);
• Penanganan pelaksanaan perjanjian;
18
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
• Besarnya sewa;
• Cara pembayaran; dan
• Sanksi.
4) Mengawasi apakah ada Surat Perjanjian Sewa Menyewa yang sudah
berakhir waktunya tetapi barangnya belum dikembalikan, berapa lamanya
dan hitung kerugian yang dialami oleh desa.
5) Mengawasi apakah ada perpanjangan sewa menyewa namun tidak diikuti
dengan
perpanjangan
Surat
Perjanjian
Sewa
Menyewa
dan
cek
penerimaan
pembayaran
apakah
pelepasan
kepemilikan
tanah
desa
tersebut
kekayaan
yang
diserahkan
sudah
sesuai
dengan
hasil
inventarisasi Tim.
22
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
2) Apakah penyerahan kekayaan desa tersebut disertai dengan dokumen
kepemilikannya.
d. Mengawasi apakah Desa baru tersebut telah melakukan inventarisasi dan
pengecekan fisik di lapangan terhadap kekayaan yang diterima dari masingmasing Desa
yang digabung dan mencatat dalam Buku kekayaan Desa Baru.
12. Pembagian Kekayaan Desa akibat Pemekaran Desa
a. Mengawasi apakah proses pembagian kekayaan Desa induk kepada Desa
pemekaran telah berdasarkan musyawarah antar desa yang difasilitasi oleh camat.
b. Mengawasi apakah pembagian kekayaan desa yang telah disepakati dalam
musyawarah
tersebut
telah
diserahkan
seluruhnya
berikut
dokumen
jenis-jenis
urusan
pemerintahan
yang
menjadi
kewenangan
Desa
apakah
ada
penambahan
penyerahan
urusan
pemerintahan
24
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Badan Permusyawaratan Desa
7. Mengawasi
apakah
Pemerintah
Desa
telah
menyampaikan
laporan
apakah
setiap
kepala
desa
telah
menyampaikan
laporan
apakah
Kepala
Desa
telah
menginformasikan
laporan
26