Anda di halaman 1dari 9

KEBIJAKAN PUBLIK TERKAIT DENGAN PELAYANAN KESEHATAN DAN BPJS DI

RSUD TANGERANG SELATAN

Pendahuluan

Kesehatan adalah hak dasar setiap individu dan semua warga negara berhak

mendapatkan pelayanan kesehatan termasuk masyarakat miskin. Konstitusi Negara

dan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang sistem Jaminan Sosial Nasional

mengamanatkan untuk memberikan perlindungan bagi fakir miskin, anak dan orang

terlantar serta orang tidak mampu yang pembiayaan kesehatannya dijamin oleh

pemerintah. Menurut amanah Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28 H ayat (1) yang

berbunyi setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan

mendapatkan lingkungan hidup baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan

kesehatan maka Pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah

satu hak dasar rakyat, yaitu hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan. Sedangkan

menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan dalam

penjelasannya mengamanatkan bahwa peningkatan taraf kesejahteraan masyarakat

dan kesadaran hidup sehat merupakan keberhasilan pembangunan diberbagai bidang.

Pemerintah pada saat ini telah memantapkan penjaminan kesehatan melalui

Jaminan Kesehatan sebagai awal dari pencapaian jaminan kesehatan bagi seluruh

penduduk. Berdasarkan pengalaman masa lalu dan belajar dari pengalaman berbagai

negara lain, sistem jaminan kesehatan sosial merupakan suatu pilihan yang tepat

untuk menata subsistem pelayanan kesehatan yang searah dengan subsistem

pembiayaan kesehatan. Dengan pemberian jaminan kesehatan kepada masyarakat,


bukannya program yang tanpa permasalahan, khususnya permasalahan koordinasi

lintas sektoral yang memberikan dampak terhadap pemberian pelayanan kesehatan.

Dalam mengatur masalah kesehatan diperlukan suatu badan khusus yang

bertanggung jawab dalam menyelenggarakan jaminan kesehatan, dimana badan

tersebut harus memberikan mutu pelayanan yang baik agar dapat tercapainya

kepuasan pelayanan

Di Indonesia, pada tanggal 1 Januari 2014 telah didirikan suatu Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan yang selaras dengan tujuan Organisasi

Kesehatan Dunia dalam mengembangkan jaminan kesehatan untuk semua penduduk.

BPJS Kesehatan ini merupakan badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan

program kesehatan (Peraturan BPJS Kesehatan Nomor 1 Tahun 2014).

BPJS Kesehatan harus memahami kebutuhan pelayanan kesehatan masyarakat

yang dilayaninya dalam menentukan cara yang paling efektif menyelenggarakan

pelayanan kesehatan bermutu. Zeithaml et al (dalam Rangkuti, 2006) menyatakan

bahwa pelayanan yang bermutu terbentuk dari lima dimensi Service Quality (Servqual)

yaitu, kehandalan, daya tanggap, jaminan, empati, dan bukti fisik (Rangkuti, 2006).

Dengan banyaknya jumlah peserta BPJS Kesehatan secara nasional dan sebagai

suatu sistem yang besar dan baru berlangsung dalam tempo yang relatif singkat,

Dewan Jaminan Sosial Nasional (DJSN) melakukan monitoring dan evaluasi terhadap

pelayanan BPJS.

Selain dari sudut pandang kepersertaan BPJS, fasilitas kesehatan dinilai perlu

untuk dievaluasi baik dari segi pelayanan pasien-pasien BPJS maupun dari segi peng-

claiman berkas-berkas dimana rerata Rumah Sakit di Indonesia mengandalkan dana


dari pengembalian BPJS khususnya RS Swasta yang sudah berkerja sama dengan BPJS.

Hal ini menjadi daya tarik bagi penulis dikarenakan permasalahan yang terjadi di

Rumah Sakit terkait dengan BPJS ini cukup banyak.

Permasalahan terkait dengan pelayanan BPJS

Rumah Sakit Umum Daerah Tangsel adalah Rumah Sakit Pemerintah Kota

Tangerang Selatan yang baru diresmikan tahun 2013 lalu, Rumah Sakit ini berdiri

sebagai rumah sakit tipe C dimana terdapat minimal empat spesialis dasar yaitu :

Spesialis Penyakit Dalam, Spesialis Bedah, Spesialis Anak dan Spesialis Kandungan.

Seiring berjalan nya waktu dan tuntutan masyarakat akan adanya jaminan Kesehatan

Nasional maka RSUD Tangsel pun termasuk dalam salah satu dari Sembilan RS yang

bekerja sama dengan BPJS di Wilayah Tangerang Selatan.

Sebagai rumah sakit daerah, Pemkot Tangsel menyiapkan mayoritas kamar untuk

kelas menengah ke bawah. Seperti kelas VIP, kelas I, II dan III. Dari 70 kamar di RSUD,

ujar Dadang juga, tetap memprioritaskan ruangan kelas III. Kelas III dapat menampung

4-5 orang, kelas II sekitar 3 orang, kelas I sebanyak 2 pasien dan VIP untuk 1 pasien.

Terkait dengan pelayanan BPJS di RSUD Tangsel, banyak sekali keluhan yang

dirasakan baik oleh masyarakat maupun dari pihak RS sendiri. Penulis akan membagi

permasalahan yang terjadi di RSUD Tangsel, pertama dari sudut pandang masyarakat

itu sendiri. Permasalahan yang terjadi tidak terlepas dari masalah pelayanan yang

dilakukan oleh RSUD Tangsel terhadap pasien BPJS yang dinilai adanya diskriminasi

antara pasien umum dan pasien BPJS, bahkan kerapkali pasien BPJS yang notabene

nya “free” dari segala biaya masih saja di pungut biaya baik itu obat-obatan ataupun
alat kesehatan. Kemudian permasalahan administrasi, seringkali pasien dipersulit

dimulai dari bagian pendaftaran sampai pengambilan obat, pasien merasa ketika

menggunakan fasilitas BPJS mereka merasa di nomor duakan dibandingkan mereka

menggunakan dana pribadi, terlihat dari antrian pendaftaran yang harus mereka

lakukan dari pukul lima pagi, itupun belum ada jaminan mereka dapat diperiksa pada

hari yang sama.

Kedua, permasalahan yang dilihat dari sudut pandang RSUD Tangsel itu sendiri.

Sebenarnya permasalahan yang terjadi cukup banyak, akan tetapi penulis akan lebih

focus tentang permasalahan pengajuan klaim RSUD kepada pihak BPJS Tangerang. Ada

beberapa masalah dalam pengajuan klaim BPJS kesehatan antara lain; kurangnya

pengetahuan dan pemahaman dari dokter, perawat, dan petugas rekam medik

terhadap kelengkapan dokumen rekam medis, dokumen klaim dan lambatnya

penyerahan dokumen klaim dari ruangan perawatan ke petugas ruangan medik dan ke

ruangan klaim rumah sakit, sehingga operasional rumah sakit terhambat karena dana

klaim juga akan terlambat, belum lagi untuk RSUD Tangsel dana terlebih dulu masuk

ke Kas Daerah Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan.

Hasil dan Pembahasan

Pelayanan kesehatan adalah sebuah konsep yang digunakan dalam memberikan

layanan kesehatan kepada masyarakat. definisi pelayanan kesehatan menurut Prof.

Dr. Soekidjo Notoatmojo adalah sebuah subsistem pelayanan kesehatan yang tujuan

utamanya adalah pelayanan preventif (pencegahan) dan promotif (peningkatan

kesehatan) dengan sasaran masyarakat. Sedangkan menurut Levey dan Loomba


(1973), Pelayanan Kesehatan Adalah upaya yang diselenggarakan sendiri/secara

bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan

kesehatan, mencegah, dan mencembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan

peroorangan, keluarga, kelompok, atau masyarakat.

Definisi Pelayanan Kesehatan menurut Depkes RI (2009) adalah setiap upaya

yang diselenggarakan sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk

memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit

serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok masyarakat.

Setelah mengetahui permasalahan yang ada terkait dengan pelayanan kesehatan

terhadap pasien BPJS dan Pengajuan Klaim RSUD Tangsel ke BPJS Tangerang, maka

penulis ingin mencoba memberikan solusi mengenai masalah yang terjadi. Mengenai

permasalahan tentang pelayanan pasien BPJS ada beberapa kebijakan yang dapat di

ambil oleh pihak RSUD Tangsel yaitu :

a. Memberikan informasi yang sejelas-jelasnya bagi pasien BPJS mengenai alur

pelayanan pasien BPJS baik di rawat inap, rawat jalan maupun UGD melalu

berbagai media misalnya standing banner, flyer, ataupun sekedar papan

pengumuman, misalnya :
b. Memberikan instruksi untuk semua SMF Spesialis untuk membuat Clinical

Pathway khususnya bagi diagnosa yang sering muncul yang disahkan oleh

Direktur Utama RSUD Tangsel, hal ini sangat penting di lakukan karena

dengan adanya clinical pathway ini, masing-masing dokter memiliki acuan

dalam melakukan pengobatan kepada pasien, sehingga tidak terjadi

pengeluaran yang berlebihan dan mengurangi risiko pasien untuk membayar

lebih seperti yang sudah sering terjadi di RSUD Tangsel. Clinical Pathway

juga dapat di gunakan untuk lebih mengoptimalkan obat-obatan dan alat

kesehatan sehingga tidak terjadi pembengkakan biaya di RSUD Tangsel.

c. Tidak adanya pembatasan pasien yang mengakibatkan pasien harus

mengantri dari pukul lima pagi, sehingga kebijakan yang diambil oleh RSUD
Tangsel adalah menambah SDM dokter-dokter spesialis di RSUD Tangsel,

sehingga tidak ada alasan bagi RSUD untuk menolak pasien-pasien BPJS

Sedangkan dalam hal pengajuan klaim ke BPJS Tangerang, ada beberapa

kebijakan yang dapat diambil oleh RSUD Tangerang Selatan, antara lain :

a. Membuat SOP pengajuan klaim Pengajuan klaim BPJS Kesehatan di RSUD

Tangsel, hal ini sangatlah diperlukan, karena dengan adanya SOP ini, para

staff BPJS RSUD Tangsel akan lebih mudah dalam menyelesaikan kerja sesuai

tupoksi nya masing-masing.

b. Mengikut sertakan petugas rekam medis pada pelatihan kursus-kursus yang

berhubungan dengan pengisian dokumen klaim dan rekam medis serta

meningkatkan kualitas SDM dengan memberikan bantuan pendidikan Formal

di bidang Rekam Medis kepada petugas rekam medis melalui rencana kerja

anggaran RSUD Tangsel.

c. Membuat komputerisasi sistem informasi rumah sakit. Sehingga dapat

membuat billing system komputerisasi untuk meningkatkan mutu dan

kualitas pelayanan serta mempercepat pengusulan pengajuan.

d. Menambah kuantitas SDM personil di RSUD Tangsel khususnya petugas rekam

medis dan petugas koder. Hal ini dikarenakan karena kesulitan utama dalam

penyusunan berkas klaim adalah proses koding, dimana pengetahuan tentang

hal ini hanya dimiliki oleh seorang dokter dan rekam medis, oleh karena itu

perlu ditambah personil yang bertugas di RSUD Tangsel untuk mempercepat

proses pengajuan klaim.


Kesimpulan dan Saran

Masih terdapat banyak permasalahan yang terjadi di RSUD Tangsel terkait

masalah BPJS Kesehatan baik dari segi pelayanan dan pengajuan klaim ke BPJS

Tangerang. Akan tetapi penulis melihat persoalan tersebut masi dapat ditangani oleh

pihak RSUD Tangsel diantaranya melalui kebijakan-kebijakan yang telah disebutkan.


DAFTAR PUSTAKA

BPJS, Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan

Peraturan Menteri kesehatan 269/Menkes/III/2008 Mengenai Rekam Medis dan

Informasi Kesehatan

http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jikmu/article/view/7852

Anda mungkin juga menyukai