Anda di halaman 1dari 4

KARTU INDONESIA SEHAT DALAM SUDUT PANDANG ASURANSI SOSIAL

Presenter : Muhammad Iqbal

Kartu Indonesia Sehat (KIS) merupakan jenis kartu atau program yang dimana

memiliki fungsi untuk memberikan jaminan kesehatan kepada masyarakat untuk

mendapatkan pelayanan kesehatan secara gratis, pemegang kartu KIS dapat

menggunakannya di setiap fasilitas kesehatan tingkat pertama dan tingkat lanjut.

Kartu ini merupakan program yang bertujuan untuk melakukan perluasan dari program

kesehatan yang sebelumnya telah diluncurkan oleh mantan presiden SBY (Susilo

Bambang Yudhoyono) pada tanggal 1 Maret 2014 yang diberi nama BPJS. Ada dua

undang-undang yang menjadi dasar diterbitkannya KIS, yaitu Undang-undang No 40

tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) dan UU No. 24 tahun 2011

tentang BPJS Kesehatan.

KIS merupakan perluasan dari masyarakat miskin yang tidak tercakup dalam

Penerima Bantuan Iuran (PBI). Pasal 34 UUD 194 juga mengamanatkan bahwa fakir

miskin dan anak terlantar dipelihara oleh negara. Dalam hal ini, BPJS Kesehatan

adalah badan yang menyelenggarakan, sedangkan KIS adalah programnya. Sehingga

KIS pun dasar hukumnya adalah undang-undang BPJS Kesehatan dan undang-undang

DJSN.

Presiden Joko Widodo mempublikasikan Instruksi Presiden No. 7/2014 yang

berisi perintah Presiden Joko Widodo kepada para pejabat untuk melaksanakan
program tiga kartu perlindungan sosial (Kartu Indonesia Sehat, Kartu Indonesia Pintar

dan Kartu Keluarga Sejahtera). Inpres tersebut menjadi dokumen tertulis pertama

dari Presiden yang mencantumkan tiga program perlindungan sosial atau yang disebut

media sebagai program kartu sakti Jokowi. Presiden menegaskan bahwa KIS dengan

BPJS Kesehatan tidak bisa dipertentangkan, karena ini satu kesatuan sistemik.

Surapaty (2014) menambahkan bahwa KIS merupakan kartu peserta Jaminan

Kesehatan yang berlaku secara nasional dalam kerangka SJSN. Sehingga semua

penduduk wwajib menjadi peserta dengan membayar iuran. Bagi fakir, miskin dan

tidak mampu, iurannya dibayarkan oleh pemerintah. Kemudian setiap peserta

memperoleh Kartu Indonesia Sehat. KIS akan menjamin dan memastikan masyarakat

kurang mampu yang belum tercover dalam PBI untuk mendapatkan manfaat pelayanan

kesehatan. Secara bertahap, cakupan peserta juga akan diperluas meliputi

Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) dan bayi yang lahir dari PBI. Saat ini

jumlah PBI sebanyak 86,4 juta jiwa. Sementara PMKS jumlahya diperkirakan mencapai

1,7 juta jiwa meliputi gelandangan, yatim piatu, orang cacat, penghuni panti asuhan

dan panti jompo.

Secara regulatif, KIS berkait dan sejalan dengan amanat:

a) Pasal 15 Ayat (1) UU Nomor 40/2004 tentang SJSN bahwa “Badan

PenyelenggaraJaminan Sosial wajib memberikan nomor identitas tunggal

kepada setiap peserta dananggota keluarganya”;

b) Pasal 13 Huruf (a) UU Nomor 24/2011 tentang BPJS bahwa dalam

melaksanakan tugasnya, BPJS berkewajiban untuk “memberikan nomor

identitas tunggal kepada peserta”;


c) Pasal 8 Peraturan Pemerintah Nomor 101/2011 tentang Penerima Bantuan

Iuran Jaminan Kesehatan bahwa “BPJS kesehatan wajib memberikan nomor

identitas tunggalkepada peserta Jaminan Kesehatan yang telah didaftarkan

oleh menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang

Kesehatan”.

Menilik beberapa hal tersebut di atas, dapatlah kita simpulkan bahwa KIS

merupakan:

(i) program untuk percepatan kepesertaan semesta Jaminan Kesehatan yang se

jalan dengan SJSN. Dengan KIS, Jaminan Kesehatan universal coverage

dapat diwujudkan dalam tempocepat dan tidak harus menunggu sampai

2019

(ii) KIS merupakan pelaksanaan dari amanat beberapa regulasi terkait dengan

kewajiban penyelenggaraan Jaminan Kesehatan dalam memberikan

identitas tunggal kepada peserta dan keluarganya.

(iii) Pemenuhan hak-hak penduduk untuk mendapatkan jaminan kesehatan yang

merupakan hak dasar.

(iv) KIS merupakan program penyempurnaan pelaksanaan SJSN bidang Jaminan

Kesehatan agar sejalan dengan SJSN sehingga tidak akan ada lagi tumpang

tindih kewenangan bidang regulasi, pengawasan dan penyelenggaraan

Prosedur pelayanan KIS prinsipnya sama dengan jaminan kesehatan lainnya.

Peserta dapat mendatangi tempat pelayanan kesehatan tingkat pertama yaitu di

puskesmas setempat untuk melakukan pemeriksaan dan jika kondisi penyakitnya harus
mendapatkan pelayanan kesehatan tingkat lanjutan, maka pihak puskesmas akan

memberikan surat rujukan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan lanjutan atau

rumah sakit daerah. Namun jika sedang dalam keadaan darurat, maka peserta bisa

langsung mendapatkan pelayanan kesehatan tingkat lanjutan.

Anda mungkin juga menyukai