Document PDF
Document PDF
PENDAHULUAN
3
Pendahuluan
4
AREAL DAN
TARGET EKSPLORASI
KOMPILASI
DATA STUDI LITERATUR
RECONNAISSANCE
MODEL GEOLOGI
REGIONAL
MODEL GEOLOGI
TIDAK
BATUBARA SECARA PROSPEK ? BERHENTI
REGIONAL
YA
DESIGN PROGRAM
EKSPLORASI
DAERAH TARGET
PENERAPAN PROGRAM
EKSPLORASI
STUDI GEOLOGI BATUBARA
PEMASTIAN MODEL
ENDAPAN BATUBARA
GEOMETRI ENDAPAN
BATUBARA
JORC
8
Kondisi SUMBERDAYA
Kriteria
Geologi Hipotetik Tereka Tertunjuk Terukur
Tidak
Sederhana Jarak titik informasi (m) 1000 < X ≤ 1500 500 < X ≤ 1000 X ≤ 500
Terbatas
Tidak
Moderat Jarak titik informasi (m) 500 < X ≤ 1000 250 < X ≤ 500 X ≤ 250
Terbatas
Tidak
Komplek Jarak titik informasi (m) 200 < X ≤ 400 100 < X ≤ 200 X ≤ 100
Terbatas
11
• Sumberdaya batubara hipotetik (hypothetical coal resource): Jumlah batubara di daerah penyelidikan
atau bagian dari daerah penyelidikan yang dihitung berdasarkan data yang memenuhi syarat-syarat yang
ditetapkan untuk tahap survei tinjau.
• Sumberdaya batubara tereka (inferred coal resource): Jumlah batubara di daerah penyelidikan atau
bagian dari daerah penyelidikan yang dihitung berdasarkan data yang memenuhi syarat-syarat yang
ditetapkan untuk tahap prospeksi.
• Sumberdaya batubara terindikasi (indicated coal resource): Jumlah batubara di daerah penyelidikan
atau bagian dari daerah penyelidikan yang dihitung berdasarkan data yang memenuhi syarat-syarat yang
ditetapkan untuk tahap eksplorasi pendahuluan.
• Sumberdaya batubara terukur (measured coal resource): Jumlah batubara di daerah penyelidikan
atau bagian dari daerah penyelidikan yang dihitung berdasarkan data yang memenuhi syarat-syarat yang
ditetapkan untuk tahap eksplorasi rinci.
• Cadangan batubara terkira (probable coal reserve): Sumberdaya batubara terindikasi dan sebagian
sumberdaya batubara terukur, tetapi berdasarkan kajian kelayakan semua faktor yang terkait telah
terpenuhi sehingga penambangan dapat dilakukan secara layak.
• Cadangan batubara terbukti (proved coal reserve): Sumberdaya batubara terukur yang berdasarkan
kajian kelayakan semua faktor yang terkait telah terpenuhi sehingga penambangan dapat dilakukan
secara layak.
12
JORC
16
• Air dry basis (adb), adalah basis dimana batubara dianalisis dalam
kondisi kandungan air permukaannya sudah tidak ada.
• Sebelum analisis batubara harus diletakkan dalam kondisi terbuka
dengan udara bebas sehingga kandungan air permukaan akan
hilang dan berat batubara konstan.
• Dry basis (db), adalah basis dimana batubara sudah tidak mempunyai
kandungan air termasuk air dalam pori-pori (inherent moisture).
• Untuk mencapai basis ini, sebelum analisis dilakukan batubara
harus dipanaskan terlebih dahulu pada suhu sekitar 110 oC
sehingga semua kandungan air akan terlepas.
19
Perhitungan Sumberdaya
Data Singkapan Data Lubang
(x y z) Bor ( x y z )
Rekapitulasi
dan
Tabulasi Data
Klasifikasi Sumberdaya
Poligon Pengaruh
Lubang (titik) Bor
Batas KP Struktur Geologi
Batasan Alamiah Batas Cropline
Sumberdaya
Batubara
20
Mining Losses
• Mining Losses
▫ Secara umum, Strip Mining (10%), Tambang Bawah Tanah
(Long Wall Rec. 60-70% ; Room & Pillar Rec. 40-60%),
Auger Mining (Rec. 30-40%) sesuai dengan spesifikasi
peralatannya.
▫ Pada Strip Mining (open pit), kadang-kadang juga
digunakan pendekatan ketebalan lapisan yang akan
ditinggalkan, yaitu 10 cm pada roof & 10 cm pada floor.
• Processing Losses
▫ Bergantung pada hasil uji ketercucian (washability test),
dimana harga perolehan (yield) ditentukan dari hasil uji
tersebut
24
Pit Potensial
LOKASI
PIT
POTENSIAL
25
Jumlah Cadangan
LOKASI
PIT POTENSIAL
Sebaran Garis
Penampang
Data Geoteknik
(Geometri Lereng) Penampang
Perhitungan
Rancangan Awal Cadangan Optimasi
Penambangan Cadangan
Faktor Losses
Jumlah Cadangan
Tertambang
Open Pit
Pit Limit
Waste
Waste
Ore
Pit Limit
Mineable
Mineral Inventory
(Resources)
150 150
S. Lawai
100 100
50 50
0 0
27
Aspek Geologi
• Jenis dan komposisi batuan proses mineralisasi
dan tipe endapan.
• Struktur Geologi :
▫ Patahan (sesar) mengganggu susunan litologi
pengetahuan umur penting untuk interpretasi
kemenerusan endapan mineral.
▫ Lipatan membuat geometri menjadi lebih
kompleks.
• Kerapatan dan arah rekahan/urat dapat
mengontrol tatanan spasial mineralisasi.
• Urutan fase mineralisasi (paragenesa) dapat
berpengaruh pada tingkat kompleksitas endapan.
29
Domain-1
Domain-2
30
Non Mineralisasi
Dominasi arah struktur
31
160 KD-12
140
KD-30
120 KD-29
KD-27
100
KD-28
KD-36
KD-14
?
80
60
40
?
ncuran)
20 ?
Zona Sesar (ha
0
? ?
-20
?
-40 Skala Vertikal : Horizontal = 1 : 1
Endapan Sedimen
Karakteristik Implikasi
• Kontak dengan batuan • Sampling (interval),
samping tegas, • Design/pola data dapat
• Fluktuasi perubahan kadar bervariasi
gradual,
• Rentan dengan kemungkinan
sisipan/parting,
• Variasi ketebalan gradual,
• Anomali-anomali (washout,
struktur geologi)
35
Intensitas sisipan
Parting
Parting
Parting
37
Due to differenciated
Depositional Common
rate of coal accumulation
Due to synsedimetary
Common
bassin morphology
Due to synsedimetary
Common
subsidence (splitting)
Due to synsedimetary
Rather rare
erosion
Due to synsedimetary
Rare
faulting
Due to synsedimetary
Rare
karst
Erosional Common
Post
depositional
Tectonic Rather rare
Kontinuitas
Kontinuitas geologi Kontinuitas nilai
• Kontinuitas geologi adalah • Kontinuitas nilai adalah ukuran
keterdapatan geometri atau fisik karakteristik spasial kadar,
dari gejala geologi yang kelimpahan mineral, ketebalan,
mengontrol lokalisasi dan atau nilai kualitas sejenis yang
disposisi endapan. lain.
• Bentuk fisik geometri secara • Merupakan distribusi secara
spasial dan fenomenanya. spasial berupa ukuran atau
▫ Primer: urat, shear fracture kondisi fisik endapan seperti
yang termineralisasi, kualitas, ketebalan dalam zona
perlapisan yang kontinuitas geologi.
termineralisasi • Besaran ditentukan oleh
▫ Sekunder: perlipatan atau hubungan secara spasial dan
pergeseran badan endapan arah homogenitas (trend).
mineral
40
KONTINUITAS
• Kontinuitas Geometri
• Kontinuitas Nilai
41
an
itk
MATERIAL ASAL
s in
fu
Tumbuhan Dan Binatang
r
N
te
ia HO
g
an
at HT
ly
AUTOCHTHON
C
LO
er
AL
M
Udara RAWA GAMBUT/MOOR Air
Dibedakan berdasarkan macam
Air Tanah Lingkungan pengendapan/ Fasies Sedimen
DIAGENESA
PENGGAMBUTAN
Perusakan oleh Mikroba dan
Pembentukan Humin,
Penurunan Keseimbangan Biotektonik
Air GAMBUT
LIGNITE
SUB - BITUMINOUS
METAMORFOSA
HIGH VOL. BITUMINOUS
MEDIUM VOL. BITUMINOUS
LOW VOL. BITUMINOUS
SEMI ANTHRACITE
ANTRHRACITE
H2O %
C % (daf)
VM % (daf)
Rmax
H % (daf)
CV (af)
O % (daf)
43
1. Resources vs Reserve
• Sumberdaya Mineral (Mineral Resource) adalah
endapan mineral yang dapat dimanfaatkan secara
nyata.
▫ Sumberdaya mineral dengan keyakinan geologi
tertentu dapat berubah menjadi cadangan setelah
dilakukan pengkajian kelayakan tambang dan
memenuhi kriteria layak tambang.
• Cadangan (Reserve) adalah endapan mineral yang
telah diketahui ukuran, bentuk, sebaran, kuantitas,
dan kualitasnya dan yang secara ekonomis, teknis,
hukum, lingkungan, dan sosial dapat ditambang
pada saat perhitungan dilakukan
45
46
• WASTE :
▫ Bagian bahan galian (material) yang bukan bijih.
47
3. Dilusi
• Pencampuran material bukan bijih (waste) ke
dalam material bijih sehingga dapat menaikkan
tonase dan menurunkan kadar rata-rata.
• Jenis Dilusi :
▫ Dilusi Internal : material kadar rendah terletak di
dalam material kadar tinggi.
▫ Dilusi Eksternal : material kadar rendah terpisah
dengan material kadar tinggi.
48
DH-01 DH-02
Batas Bijih
Batas endapan (interpretasi atau yang direncanakan)
4. Densitas (Density)
• Density : massa per unit volume.
• Specific Gravity : density relatif (tanpa satuan).
▫ SG = 2 adalah memiliki berat 2 kali terhadap berat
air pada volume yang sama.
• Bulk density : digunakan sebagai dasar dalam
menghitung tonnage factor pada suatu endapan.
50
5. LOSSES
• Geological losses : faktor koreksi (kehilangan)
akibat proses interpretasi badan bijih,
• Mining losses : faktor koreksi (kehilangan)
akibat proses penambangan,
• Processing/metallurgical losses : faktor
koreksi (kehilangan) akibat proses pengolahan.
51
Contoh Sederhana
53
7. VARIABEL TERREGIONAL
• Variabel terregional adalah variabel yang
terdistribusi dalam ruang yang mempunyai
struktur teratur.
▫ Sifat-sifat terstruktur disebut regionalisasi dan
dicirikan bahwa sampel-sampel yang dekat lebih
mempunyai nilai yang mirip daripada sampel-
sampel yang terletak lebih berjauhan.
54
7. VARIABEL TERREGIONAL
• Umumnya variabel-variabel yang berhubungan
dengan endapan mineral adalah variabel yang
teregional misalnya tebal urat, kadar, kerapatan
rekahan, dll.
▫ Variabel terregional seperti kadar juga
mempunyai hubungan erat dengan support
sampel.
55
7. VARIABEL TERREGIONAL
• Efek smoothing (menurunkan variabilitas)
terhadap suatu nilai, atau disebut juga
regularisasi, umumnya disertai dengan
meningkatkan support
56
7. VARIABEL TERREGIONAL
57
DATA BASED
PENAKSIRAN
PETA-PETA ISOLINE
(Ply-Ply atau Komposit)
MODEL
BLOK
60
DATA
File Design
Data Input
Edit Data
Konsep Penaksiran
• Penaksiran tanpa grid teratur
▫ Data awal :
Data individual Data komposit.
▫ Informasi :
kadar/kualitas, ketebalan, kadar nilai batas.
▫ Metoda :
isoline, triangular grouping, poligon.
▫ Hasil :
kadar rata-rata, outline bijih, volume bijih, tonase
bijih.
62
Konsep Penaksiran
• Penaksiran dengan grid teratur
▫ Data awal :
Data individual, data komposit, komposit bench.
▫ Informasi :
kadar/kualitas, ketebalan, kadar nilai batas, ukuran grid.
▫ Metoda :
Isoline (linier interpolation ?), nearest point, inverse
distance
▫ Hasil :
kadar rata-rata, outline bijih, volume bijih, tonase bijih.
64
Konsep Penaksiran
65
1. Metoda Isoline
• Penerapan (aplikasi) :
▫ Penentuan kadar rata-rata.
▫ Penentuan volume (sumberdaya).
• Data yang diperlukan/dihasilkan :
▫ Data kadar rata-rata,
▫ Luasan dan volume bidang pada interval kadar
tertentu
66
K3 K3
L3b
L1
L3a L4b
K4
L4a
K4
L2
K2 K1
L = luas
K = kadar
67
gp
(g .v )
i i
v i
68
S1 S2 S1S2
V h
3
70
A1
(X1,Y1) A
A2 A3
(X3,Y3)
72
(k1,t1) A
• Penentuan Volume :
▫ Jika tebal tidak homogen, maka :
Volume A = Luasan A x Tebal rata-rata.
75
3. Metoda Poligon
• Pada endapan-endapan yang relatif homogen
dan geometri sederhana.
• Kadar pada suatu luasan tertentu ditaksir
dengan nilai data yang berada di tengah-tengah
poligon.
• Belum memperhitungkan tata letak (ruang) nilai
data,
• Tidak ada batasan yang pasti sejauh mana nilai
conto mempengaruhi distribusi ruang.
78
Konstruksi Poligon
79
80
81
82
83
84
2,100
2,100
2,000
2,000
0.53
1,900
1,900
DH-20
1.25 1.47
1,800
1,800
DH-22 DH-21
1,700
1,700
1,600
1,600
1,500
1,500
1,400
1,400
1,300
1,300
1,200
1,200
1,100
1,100
0.31
DH-40
0.07 4.10 2.75 4.01 1.56 0.22 0.12
1,000
1,000
900
900
DH-07
0.77 1.91 4.85 2.30 1.40 0.10
800
800
700
700
DH-39 DH-28
0.50 0.19 1.22 2.99 0.04
600
600
500
500
DH-51
0.67 0.56 1.19
400
400
300
300
0.68
200
200
DH-34
100
100
0
0
0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1,000 1,100 1,200 1,300 1,400 1,500 1,600 1,700 1,800 1,900 2,000 2,100
93
2,100
2,100
2,000
2,000
0.53
1,900
1,900
DH-20
1.25 1.47
1,800
1,800
DH-22 DH-21
1,700
1,700
1,600
1,600
1,500
1,500
1,400
1,400
1,300
1,300
1,200
1,200
1,100
1,100
0.31
DH-40
0.07 4.10 2.75 4.01 1.56 0.22 0.12
1,000
1,000
900
900
DH-07
0.77 1.91 4.85 2.30 1.40 0.10
800
800
700
700
DH-39 DH-28
0.50 0.19 1.22 2.99 0.04
600
600
500
500
DH-51
0.67 0.56 1.19
400
400
300
300
0.68
200
200
DH-34
100
100
0
0
0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1,000 1,100 1,200 1,300 1,400 1,500 1,600 1,700 1,800 1,900 2,000 2,100
94
5. Inverse Distance
• Merupakan pengembangan dari
Constant Distance Weight
• Hughes & Davey (1979) :
▫ Faktor bobot untuk jarak yang lebih n
gi
dekat seharusnya lebih tinggi (besar)
daripada jarak yang jauh 2
i 1 d i
pembobotan seperjarak. g n
1
2
i 1 d i
100
d (C-7) = 260 m
d (C-41) = 158 m C-7 (0.644)
d (C-8) = 212 m
d (C-46) = 158 m G = ??
d (C-47) = 292 m C-46 (0.258)
d (C-28) = 212 m
Dengan menggunakan
C-28 (0.409)
metoda IDS, maka dapat
dilakukan penaksiran kadar
terhadap TITIK G. C-47 (0.165)
G = 0.411
101
• Konsekuensi :
▫ Titik G1 dan G8 tidak ikut diperhitungkan karena
berada di luar radius pencarian data.
▫ Titik G5 dan G3 tidak ikut diperhitungkan karena
adanya aturan nearest point untuk titik yang berada
dalam bidang pencarian data (sudut pencarian 18°).
104
point.
b. Tentukan kadar rata-rata pada titik G
tersebut dengan menggunakan metoda
400 mN
DH-05
DH-07 DH-08
DH-10 DH-11
1,4% 1,3%
e. Jika saudara diminta untuk
memperkirakan nilai hasil taksiran pada
titik G dengan metoda IDS, maka hasil
0 mE 100 mE 200 mE 300 mE 400 mE 500 mE taksiran tersebut akan berada pada rentang
nilai kadar berapa ?
105
Contoh IDS
• Nilai taksiran pada Titik G dengan metoda
Nearest Point adalah sama dengan nilai kadar
pada titik terdekat dengan Titik G, yaitu titik
DH-11 = 1,3%.
• Titik bor yang dapat digunakan untuk menaksir
kadar di Titik G adalah DH-08, DH-09 dan DH-
11. Kadar rata-rata yang diperoleh untuk
mewakili Titik G = (1,7 + 1,8 + 1,3)/3 = 1,6%.
500 mN 106
DH-05
• Titik bor yang akan memiliki
2,1%
DH-06 bobot terbesar adalah DH-11,
2,3% karena titik bor ini memiliki
200 mN
DH-07 DH-08
jarak terdekat kepada titik
1,9%
DH-09 Titik G
1,7% taksiran di titik G.
1,8%
• Jika dilakukan penaksiran
dengan metoda IDS, maka
100 mN
DH-10 DH-11
6. Metoda Penampang
• “Badan bijih dibagi dalam beberapa penampang
berdasarkan kondisi geologinya di sepanjang
lintasan pemboran atau penampang”
• Merupakan metode tradisional
▫ Dapat dilakukan dengan tangan
▫ Mudah untuk dimodifikasi
▫ Mudah untuk dipahami
▫ Mudah untuk dikoreksi
▫ Konsumsi waktu yang tinggi
108
Singkapan
1
ng-
Lubang bor p a
nam
Pe
Konsep Perhitungan
• Konsep :
▫ Perhitungan dilakukan dengan mengkuantifikasikan
cadangan pada suatu areal dengan membuat
penampang-penampang yang representatif (dapat
mewakili model endapan pada daerah tsb.)
• Data Awal :
▫ Peta topografi dengan skala peta yang representatif.
▫ Peta model endapan atau distribusi titik bor.
▫ Peta batasan-batasan sumberdaya (struktur geologi,
hidrologi, dll.)
▫ Rekomendasi metoda penambangan
110
111
.600
120 0
10 0
11 120 1 10
150
0
13 140
12
11
0
0
0
0 10
0 11 20 130
11
1
P-1 130
.400 0
KD-07
-A
-B
AM
AM
P-3
1
SE
-C
SE
2
130
-C
KD-08 14
AM
SE
P-4
SE
140
150
P-5 160
KD-38
.200 P-6 KD-39
P-7 KD-37
P-8
150
KD-09 170
160
P-9 180
0
19
0
P-1 0
100
20
.000 0
KD-10 21
1
P-1
2 20
0
0
0
11
12
13
240 230
100
P-12
P-13
0
0
15
0
16
2 50
14
27 0 60
P-14
2
KD-11
.800
350
P-15
360
280
340
6
330
P-1
290
320
300
P-17
310
P-18
0
14
0
0
15
16
.600 P-19
0
13
320
0
0
14
13
310
P-20
300
1
P-2
29 280
0
KD-35
15
0
0
27 60
16
P-22
2
25
P-23 KD-12
0
24 220
.400
0
21 2 19
4
0 00 0
P-2 KD-34
23
SEAM - B
0
SEAM - A2
18
0
P-25
17
KD-30 0
.200 ???
P-28
SEA
SEA
110
??? KD-29
P-29
KD-33 KD-27
130
120 P-30 100
140 KD-14 130
SEAM - A2
P-31 90
SEAM - B
KD-36 120
110
150
2 P-35
-C
P-3 100
.000 ???
SEAM
3
P-3 KD-28
80
90
130
.800 KD-17 100
P-3
7
140
KD-32 110
/B
M - A2
SEA 120
150 KD-16
150 140
160
130 110
KD-18 120 P-38
100
90
8
P-4 P -4 7 P-46 P-45 P-4
4
P-4
3 P-42 P-4
1 P-40 P-39
.600
112
1
ng-
p a
nam
Pe
g -1 - 2
n g
mpa p an
n a am
Pe Pe
n
Jarak antara
Penampang-1 & Penampang-2
115
Persamaan-persamaan
• Rumus mean area
(A1 A2 )
Volume xd
2
(A1 A2 A1.A 2 )
Volume xd
3
117
Persamaan-persamaan
a2
• Rumus obelisk :
S2 b2
m= 1
a + a b +b
2 1 2
S1 b1
2 2
a1
(S 4m S )
Volume 1 2 xd
6
118
Dengan 3 penampang
• Digunakan jika diketahui adanya variasi
(kontras) pada areal di antara 2 (dua)
penampang, maka perlu ditambahkan
penampang antara untuk mereduksi kesalahan.
• Digunakan rumus prismoida
▫ (A1 dan A3 adalah luas penampang 1 dan 3; A2 adalah luas penampang
antara; d1 dan d2 adalah jarak antar penampang).
(A1 4A2 A3 )
Volume x (d1 d2 )
6
119
Dengan 3 penampang
Luas Overburden Pada Luas Overburden Pada Luas Overburden Pada
Penampang - 1 Penampang - 2 Penampang - 3
-1 2 3
pan
g
ng- ng-
a a
nam amp a mp
Pe P en Pe
n
Contoh Penerapan
a. Hitunglah masing-masing
tonase batubara Seam A
dan Seam B dengan
menggunakan rumus mean
area. Asumsikan SG = 1,3.
b. Hitunglah volume
overburden beserta nilai
stripping ratio jika
batubara seam B adalah
batubara terbawah yang
harus ditambang.
Contoh Sederhana Metoda Penampang
2 2
Luas Batubara (m ) Luas Waste (m ) Tonase Batubara Volume Waste
Penampang
Seam A Seam B OB IB TOTAL Seam A Seam B (BCM)
1 9,630.00 21,784.00 12,661.00 70,840.00 83,501.00
2 9,669.00 20,752.00 11,688.00 70,871.00 82,559.00 627,217.50 1,382,420.00 4,151,500.00
3 8,900.00 20,400.00 10,528.00 68,403.00 78,931.00 603,492.50 1,337,440.00 4,037,250.00
4 9,270.00 20,538.00 10,767.00 69,339.00 80,106.00 590,525.00 1,330,485.00 3,975,925.00
TOTAL 1,821,235.00 4,050,345.00 12,164,675.00
SR = 2.07