4. Tipologi Lansia
Tipe lansia yang paling menonjol Menurut Maryam (2008):
a. Tipe arif dan bijaksana: lansia yang kaya akan hikmah pengalaman
b. Tipe mandiri: lansia akan mengganti kegiatan yang hilang dengan
kegiatan yang baru
c. Tipe tidak puas: lansia menentang terjadinya proses penuaan
d. Tipe pasrah: selalu menerima dan menunggu nasib baik
e. Tipe bingung: lansia akan mengalami kehilangan kepribadian dan
akan mengasingkan diri
2. Etiologi
Penyebab hipertensi menurut ganong (2014) sebagai berikut:
a. Usia
b. Jenis kelamin, laki-laki mempunyai risiko lebih tinggi untuk menderita
hipertensi lebih awal.
c. Riwayat keluarga
d. Bahaya merokok, zat yang terdapat dalam rokok dapat merusak
lapisan dinding arteri berupa plak.
e. Aktivitas, pada orang yang kuat aktivitas akan cenderung
mempunyai frekuensi denyut jantung yang lebih tinggi sehingga
otot jantung akan bekerja lebih keras pada tiap kontraksi akibatnya
makin besar tekanan yang dibebankan pada arteri
f. Stress, hubungan antara stress dengan hipertensi diduga melalui
aktivitas saraf simpatis peningkatan saraf dapat menaikan takanan darah
secara intermiten (tidak menentu).
b. Fisiologi Jantung
Fungsi jantung secara umum adalah bekerja sebagai
pompa.Fungsi pompa ini adalah kaitannya dengan sistem peredaran
tubuh sehingga ketika jantung bekerja untuk dan dalam rangka
memompakan darah ke seluruh jaringan tubuh kita. Jantung adalah
sebuah pompa yang memiliki empat bilik.Dua bilik yang terletak di
atas disebut Atrium (serambi), dan dua yang di bawah disebut
Ventrikel (bilik). Jantung juga dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu
bagian kanan yang bertugas memompa darah ke paru-paru, dan bagian
kiri yang bertugas memompa darah ke seluruh tubuh manusia.
c. Siklus Jantung
Sebelum mempelajari siklus jantung secara detail, terlebih
dahulu kita melihat tentang sirkulasi jantung. Empat ruang jantung
ini tidak bisa terpisahkan antara satu dengan yang lainnya karena ke
empat ruangan ini membentuk hubungan tertutup atau bejana
berhubungan yang satu sama lain berhubungan (sirkulasi sistemik,
sirkulasi pulmonal dan jantung sendiri). Di mana jantung yang
berfungsi memompakan darah ke seluruh tubuh melalui cabang-
cabangnya untuk keperluan metabolisme demi kelangsungan hidup.
Atrium kanan menerima kotor atau vena atau darah yang miskin
oksigen dari: Superior Vena Kava, Inferior Vena Kava dan Sinus
Coronarius. Dari atrium kanan, darah akan dipompakan ke ventrikel
kanan melewati katup trikuspid. Dari ventrikel kanan, darah
dipompakan ke paru-paru untuk mendapatkan oksigen melewati :
Katup pulmonal, Pulmonal Trunk dan empat (4) arteri pulmonalis, 2
ke paru-paru kanan dan 2 ke paru-paru kiri. Darah yang kaya akan
oksigen dari paru-paru akan di alirkan kembali ke jantung melalui 4
vena pulmonalis (2 dari paru-paru kanan dan 2 dari paru-paru
kiri)menuju atrium kiri. Dari atrium kiri darah akan dipompakan ke
ventrikel kiri melewati katup biskupid atau katup mitral. Dari
ventrikel kiri darah akan di pompakan ke seluruh tubuh termasuk
jantung (melalui sinus valsava) sendiri melewati katup aorta. Dari
seluruh tubuh,darah balik lagi ke jantung melewati vena kava
superior,vena kava inferior dan sinus koronarius menuju atrium
kanan.
Gambar. Fisiologi Jantung
Secara umum, siklus jantung dibagi menjadi 2 bagian besar,
yaitu:
1) Sistole atau kontraksi jantung
2) Diastole atau relaksasi atau ekspansi jantung
Secara spesific, siklus jantung dibagi menjadi 5 fase yaitu :
1) Fase Ventrikel Filling
2) Fase Atrial Contraction
3) Fase Isovolumetric Contraction
4) Fase Ejection
5) Fase Isovolumetric Relaxation
Perlu anda ingat bahwa siklus jantung berjalan secara bersamaan
antara jantung kanan dan jantung kiri, dimana satu siklus jantung = 1
denyut jantung = 1 beat EKG (P,q,R,s,T) hanya membutuhkan waktu
kurang dari 0.5 detik.
Total volume darah yang terisi setelah fase pengisian ventrikel
secara pasip maupun aktif ( fase ventrikel filling dan fase atrial
contraction) disebut dengan End Diastolic Volume (EDV). Total EDV
di ventrikel kiri sekitar 120ml. Total sisa volume darah di ventrikel
kiri setelah kontraksi/sistolic disebut End SystolicVolume (ESV)
sekitar 50 ml. Perbedaan volume darah di ventrikel kiri antara EDV
dengan ESV adalah 70 ml atau yang dikenal dengan stroke volume.
(EDV-ESV= Stroke volume) (120-50= 70)
4. Manifestasi Klinis
Menurut Rokhaeni (2011) manifestasi klinis beberapa pasien yang
menderita hipertensi yaitu: mengeluh sakit kepala, pusing lemas,
kelelahan, sesak nafas, gelisah, mual muntah, epistaksis, kesadaran
menurun. Manifestasi klinis pada klien dengan hipertensi adalah:
a. Peningkatan tekanan darah > 140/90 mmHg.
b. Sakit kepala
c. Pusing / migraine
d. Pandangan gelap
e. Rasa berat ditengkuk
f. Penyempitan pembuluh darah
g. Sukar tidur
h. Lemah dan lelah
i. Nokturia
j. Azotemia
k. Sulit bernafas saat beraktivitas
5. Klasifikasi
The joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation,
and treatment of High Bloodpressure (JNC VII) pada tahun 2004
menjelaskan mengenai klasifikas terbaru hipertensi dimana :
6. Patofisiologi
Otak mempunyai suatu mekanisme otoregulasi terhadap kenaikan
ataupun penurunan tekanan darah. Batas perubahan pada orang normal
adalah sekitar 60-160 mmHg. Apabila tekanan darah melampaui tonus
pembuluh darah sehingga tidak mampu lagi menahan kenaikan tekanan
darah maka akan terjadi udem otak. Tekanan diastolik yang sangat tinggi
memungkinkan pecahnya pembuluh darah otak yang dapat mengakibatkan
kerusakan otak yang irreversible.
Apabila menuju ke otak maka akan terjadi peningkatan TIK yang
menyebabkan pembuluh darah serebral sehingga O2 di otak menurun dan
trombosis perdarahan serebri yang mengakibatkan obstruksi aliran darah
ke otak sehingga suplai darah menuru dan terjadi iskemik yang
menyebabkan gangguan perfusi tonus dan berakibat kelemahan anggota
gerak sehingga terjadi gangguan mobilitas fisik, sedangkan akibat dari
penurunan O2 di otak akan terjadi gangguan perfusi jaringan. Dan bila
di pembuluh darah koroner (jantung) menyebabkan miokardium miskin
O2 sehingga penurunan O2 miokardium dan terjadi penurunan
kontraktilitas yang berakibat penurunan COP.
Paru-paru juga akan terjadi peningkatan volum darah paru yang
menyababkan penurunan ekspansi paru sehingga terjadi dipsnea dan
penurunan oksigenasi yang menyebabkan kelemahan. Pada mata akan
terjadi peningkatan tekanan vaskuler retina sehingga terjadi diplopia bisa
menyebabkan injury.
Pada jantung kenaikan tekanan darah yang cepat dan tinggi akan
menyebabkan kenaikan afterload, sehingga terjadi payah jantung.
Sedangkan pada hipertensi kronis hal ini akan terjadi lebih lambat karena
ada mekanisme adaptasi. Penderita feokromositoma dengan krisis
hipertensi akan terjadi pengeluaran norefinefrin yang menetap atau
berkala.
Meningkatnya tekanan darah di dalam arteri bisa terjadi melalui
beberapa cara:
a. Meningkatnya tekanan darah di dalam arteri bisa terjadi sehingga
mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap detiknya.
b. Arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku sehingga
mereka tidak dapat mengembang pada saat jantung memompa darah
melalui arteri tersebut. Karena itu darah pada setiap denyut jantung
dipaksa untuk melalui pembuluh yang sempit daripada biasanya dan
menyebabkan naiknya tekanan. Inilah yang terjadi pada usia lanjut,
dimana dinding arterinya telah menebal dan kaku karena
arteriosklerosis. Dengan cara yang sama, tekanan darah juga meningkat
pada saat terjadi vasokonstriksi, yaitu jika arteri kecil (arteriola) untuk
sementara waktu mengkerut karena perangsangan saraf atau hormon di
dalam darah.
c. Bertambahnya cairan dalam sirkulasi bisa menyebabkan meningkatnya
tekanan darah. Hal ini terjadi jika terdapat kelainan fungsi ginjal
sehingga tidak mampu membuang sejumlah garam dan air dari dalam
tubuh. Volume darah dalam tubuh meningkat, sehingga tekanan darah
juga meningkat.Sebaliknya, jika aktivitas memompa jantung berkurang,
arteri mengalami pelebaran, dan banyak cairan keluar dari sirkulasi
maka tekanan darah akan menurun. (Price and Wilson, 2006)
7. Pathway
Penurunan Status
HIPERTENSI Peningkatan
Kesehatan
norepinefrin
mm
Paparan Informasi Defisiensi
Kurang Vasokontriksi
Pengetahuan
pembuluh darah
Peningkatan
Medulla spinalis Infark serebral (strok)
ventilasi
10. Komplikasi
Ada beberapa komplikasi yang dapat timbul pada penderita hipertensi
yaitu : organ yang paling sering menjadi target kerusakan akibat hipertensi
adalah pada mata, ginjal, jantung dan otak.
a. Mata
Komplikasi pada mata dapat menyebabkan retinopati hipertensi
yaitu kelainan pembuluh darah retina yang hanya bisa diketahui
melalui pemeriksaan oftalmaskop / funsduskopi, dapat juga
menyebabkan gangguan penglihatan sampai dengan kebutaan.
Retinopati hipertensi ditentukan derajat tinggi dan lamanya tekanan
darah dan keadaan arteriol.
b. Ginjal
Pada ginjal dapat menyebabkan penyakit ginjal kronik dan gagal
ginjal terminal. Gagal ginjal sering dijumpai sebagai komplikasi
hipertensi yang lama dan pada proses akut seperti pada hipertensi
maligna yaitu hipertensi yang sangat parah, yang apabila tidak diobati
akan menimbulkan kematian dalam 3 – 6 tahun, hipertensi ini jarang
terjadi, hanya 1 dari 200 orang yang menderita hipertensi.
c. Jantung
Pada jantung dapat menyebabkan penyakit jantung koroner
(PJK) dan gagal jantung merupakan kelainan yang sering ditemukan
pada hipertensi berat disamping kelainan koroner dan miokard.
Hipertensi memegang peranan penting dalam potiogenesa penyakit
jantung koroner (PJK). Hipertensi merupakan gangguan mekanisme
pengaturan tekanan darah, membawa efek merugikan organ tubuh
terutama jantung. Kelainannya bisa berupa angina pectoris, infark
miokard, payah jantung dan kematian mendadak. Data dari
framinghan dan polling project research group menurunkan angka
morbiditas dan mortalitas kardiovaskuler
d. Pada otak dapat menyebabkan stroke
Hipertensi dapat terjadi perubahan patologik pada pembuluh
darah otak sehingga menggangu perfusi darah ke otak dan berakibat
kelainan pada jaringan otak. Manifestasi kelainan ini dikenal dengan
cerebrovascular desease (CVD) atau stroke.
Hipertensi merupakan faktor risiko utama stroke, mencapai
angka 50%. Penderita hipertensi berisiko 6 kelipatan terkena stroke,
baik hipertensi sistolik maupun diastolik. Hipertensi dan stroke
merupakan dua kondisi klinis yang bisa timbul saling berkaitan dan
timbl balik. Hipertensi bisa merupakan faktor risiko stroke.
Sebaliknya stroke dapat menyebabkan tekanan darah meningkat yang
umumnya terjadi pada fase akut stroke. Keadaan ini disebut reaktif
atau sekunder.
Keterangan:
Mandiri berarti tanpa pengawasan, pengarahan atau bantuan aktif dari orang lain.
Seseorang yang menolak untuk melakukan suatu fungsi dianggap tidak
melakukan fungsi, meskipun dianggap mampu.
f. Pola Persepsi/Kognitif
1) Status pendengaran
2) Status penglihatan
3) Status perabaan
4) Status pengecapan
5) Status penciuman
6) Kaji orientasi terhadap waktu, orang, tempat dan daya ingat
komunikasi (bahasa, baca tulis)
7) Riwayat pingsan, nyeri, kejang atau sakit kepala
8) Keluhan lainnya
Interpretasi Hasil:
Salah 0-3 : fungsi intelektual tubuh
Salah 4-5 : kerusakan intelektual ringan
Salah 6-8 : kerusakan intelektual sedang
Salah 9-10 : kerusakan intelektual sedang
Identifikasi aspek kognitif dari fungsi mental dengan menggunakan MMSE (Mini
Mental Status Exam) kerusakan intelektual dengan menggunakan SPMSQ (Short
Portable Mental Status Quesioner
Total
i. Pola seksualitas
1) Kecemasan terhadap seksualitas
2) Orientasi seksual
3) Hubungan seksual (bila ada derajat kepuasan)
4) Fase reproduksi wanita (waktu mempunyai anak, menstruasi,
menopause)
5) Pemeriksaan payudara/ testis
6) Pemeriksaan PAP smear
7) Riwayat reproduksi (Gravidae, partus, abortus)
8) Riwayat proses persalinan (normal, SC, vacum, kesulitan dalam
melahirkan, kembar, kalinan kongenital)
9) KB
10) Riwayat PMS (Aada/ tidak, pencegahan PMS)
l. Keamanan/ proteksi
1) Infeksi
2) Suhu tubuh
3) Gangguan termoregulasi
4) Penyakit autoimenne (cedera otak, komplikasi usia, kekerasan,
hazards)
5) Resiko terhadap (komplikasi immobilisasi, jatuh, aspirasi, hipertensi,
perdarahan, hipoglikemia, dan lainnya)
6) Keluhan lainnya
m. Kenyamanan
1) Nausea
2) Nyeri (skala indikator)
3) Kecemasan, menangis, gangguan pola tidur, ketakutan
4) Perubahan tekanan darah, diaporesis
5) Keluhan lainnya
Pengkajian fisik
a. Data Klinik :
1) TTV : hasil tekanan darah diatas normal
2) Kepala : Simetris (Normal)
3) Leher : Normal (Tidak ada pembesaran kelenjar thiroid)
4) Thorax
a) Paru-paru (IPPA) :
I : Simetris, tidak ada jejas, tidak ada hiperpigmentasi
P: Pengembangan dada normal (tidak ada yang tertinggal), Tidak
ada krepitasi), Fremitus Taktil Normal
P : Sonor
A : Vesikuler
b) Jantung (IPPA) :
I : Tampak terlihat pembesaran jantung, iktus cordis
P : Tidak ada Hepatomegal
P : Redup
A : Suara Jantung Normal
c) Abdomen (IPPA) :
I : Simetris, tidak ada jejas, tidak ada hiperpigmentasi
P : Timpani
P : Tidak ada nyeri tekan, Tidak teraba mass
A : BU : 15 kali/ menit
5 5
2. Diagnosa Keperawatan:
a. Ketidakefektifan Pola Nafas berhubungan dengan nyeri
b. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis
c. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi ditandai
dengan kurang pengetahuan
d. Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan faktor resiko
perubahan frekuensi jantung
3. Nursing Care Planning Teoritis
(Nursing Dignosis) (Nursing Intervention) Intervensi Keperawatan
No
Diagnosa Keperawatan NOC (Tujuan) NIC (Intervensi keperawatan)
1 Ketidakefektifan pola nafas NOC : Respiratory Status : Airway Patency NIC :Respiratory Monitoring
Definition : inspirasi atau ekspirasi yang Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1. Monitor kecepatan, irama, kedalaman dan
tidak memberi ventilasi adekuat. 3x24 jam diharapkan pasien menunjukkan jalan usaha untuk inspirasi
Batasan Karakteristik : nafas patent, dengan kriteria hasil : 2. Monitor pola bernafas, bradypnea,
- Perubahan kedalaman pernafasan tachypnea, dyspnea
- Perubahan ekskursi dada No Kriteria Awal Tujuan 3. Monitor terjadinya dyspne, dan peristiwa
- Mengambil posisi tiga titik 1 Kecepatan pernafasan 5 yang dapat memperburuk keadaan
- Bradipnea 2 Irama pernafasan 5 4. Perhatikan lokasi trakea
- Penurunan tekanan ekspirasi 3 Kedalaman inspirasi 5 5. Buka jalan nafas dengan tekhnik chinlift
- Penurunan tekanan inspirasi 4 Cemas / kegelisahan 5 6. Membaca mekanisme ventilator
- Penurunan ventilasi semenit 7. Kolaborasi dengan tim medis dalam
5 Terengah – engah 5
- Penurunan kapasitas vital pemberian nebulizer
- Dispnea 8. Kolaborasi dengan tim medis dalam
Indikator :
- Peningkatan diameter anterior – pemberian terapi farmakologi
1. Gangguan ekstrem
posterior
2. Berat
- Pernafasan cuping hidung
3. Sedang
- Ortopnea
4. Ringan
- Fase ekspirasi memanjang
5. Tidak ada gangguan
- Pernafasan bibir
- Takipnea
- Penggunaan otot aksesorius untuk
bernafas
Faktor yang berhubungan
- Ansietas
- Posisi tubuh
- Deformitas tulang
- Deformitas dinding dada
- Keletihan
- Hiperventilasi
- Sindrom hipoventilasi
- Gangguan muskuloskeletal
- Kerusakan neurologis
- Disfungsi neuromuskular
- Obesitas
- Nyeri
- Keletihan otot pernafsan
- Cedera medula spinalis
2. Nyeri akut NOC : Pain Level NIC : Pain Management
Definition : pengalaman sensori dan Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2 x 24 jam, 1. Mengkaji lokasi, karakteristik, durasi,
emosional yang tidak menyenangkan yang klien menunjukkan perbaikan level nyeri dengan frekuensi, kualitas, intensitas, dan faktor
muncul akibat kerusakan jaringan yang kriteria hasil : pencetus nyeri secara komfrehensif
aktual atau potensial atau digambarkan 2. Kontrol lingkungan yang dapat
dalam hal kerusakan sedemikian rupa ( No Indikator Awal Tujuan mempengaruhi nyeri
international Association for study of pain ) 1 Melaporkan nyeri 3. Ajarkan tekhnik relaksasi nafas dalam
5
: awitan yang tiba-tiba atau lambat dari berkurang 4. Ajarkan prinsip dari manajemen nyeri
intensitas ringan hingga berat dengan akhir 2 Ekspresi wajah saat 5. Monitor TTV
5
yang dapat diantisipasi atau diprediksi dan nyeri 6. Gunakan cara mengontrol nyeri sebelum
berlangsung < 6 bulan 3 Gelisah 5 nyeri menjadi berat
4 Mengerang / 7. Kolaborasi dengan tim medis dalam
5
Batasan karakteristik : merintih pemberian obat golongan analgetik
- Perubahan selera makan 5 TTV 5
- Perubahan tekanan darah
- Perubahan frekuensi jantung Indikator
- Perubahan frekuensi pernafasan 1. Gangguan ekstrem
- Laporan isyarat 2. Berat
- Diaforesis 3. Sedang
- Mengekspresikan perilaku ( mis : 4. Ringan
gelisah, merengek, menangis, waspada, 5. Tidak ada gangguan
iritabilitas, mendesah )
- Masker wajah ( mis : mata kurang
bercahaya, tampak kacau, gerakan mata
berpencar atau tetap pada satu fokus,
meringis )
- Sikap melindungi area nyeri
- Fokus menyempit ( miss : gangguan
persepsi nyeri, hambatan proses
berfikir, penurunan interaksi dengan
orang dan lingkungan )
- Indikasi nyeri yang dapat diamati
- Perubahan posisi untuk menghindari
nyeri
- Melaporkan nyeri secara verbal
- Fokus pada diri sendiri
- Gangguan tidur
Faktor yang berhubungan :
Agens cedera ( mis : biologis, zat kimia,
fisik, psikologis ).
3 Defisiensi Pengetahuan NOC: NIC : Teaching : disease Process
Definisi : Knowledge: disease process
1. Berikan penilaian tentang tingkat
Tidak adanya atau kurangnya informasi Knowledge: health behavior
pengetahuan pasien tentang proses
kognitif sehubungan dengan topic spesifik. Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan penyakit yang spesifik
klien menunjukkan mempertahankan status 2. Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan
Batasan karakteristik : memverbalisasikan neurologi dengan kriteria hasil: bagaimana hal ini berhubungan dengan
adanya masalah, ketidakakuratan mengikuti No Indikator A T anatomi dan fisiologi, dengan cara yang
instruksi, perilaku tidak sesuai 1. Pemahaman 5 tepat.
2. Mampu 5 3. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa
Faktor yang berhubungan : keterbatasan menjelakan muncul pada penyakit, dengan cara yang
kognitif, interpretasi terhadap informasi kembali tepat
yang salah, kurangnya keinginan untuk 3. Mampu 5 4. Gambarkan proses penyakit, dengan
mencari informasi, tidak mengetahui melaksanakan cara yang tepat
sumber-sumber informasi. 5. Identifikasi kemungkinan penyebab,
dengna cara yang tepat
6. Sediakan informasi pada pasien tentang
kondisi, dengan cara yang tepat
7. Diskusikan perubahan gaya hidup yang
mungkin diperlukan untuk mencegah
komplikasi di masa yang akan datang
dan atau proses pengontrolan penyakit
8. Diskusikan pilihan terapi atau
penanganan
4 Resiko Penurunan Curah Jantung NOC : NIC :
Cardiac Pump effectiveness
Cardiac Care
Definisi : ketidakadekuatan darah yang Circulation Status
1. Evaluasi adanya nyeri dada
dipompa oleh jantung untuk memenuhi Vital Sign Status
(intensitas,lokasi, durasi)
kebutuhan metabolic Kriteria Hasil:
2. Catat adanya disritmia jantung
Kriteria hasil Sebelum Sesudah Target
Batasan karakteristik : Tanda Vital dalam 5 5 3. Catat adanya tanda dan gejala
rentang normal penurunan cardiac putput
Perubahan frekuensi/irama jantung (Tekanan darah, Nadi,
respirasi) 4. Monitor status kardiovaskuler
- Bradikardia
Dapat mentoleransi 5 5 5. Monitor status pernafasan yang
- Palpatasi jantung aktivitas, tidak ada
menandakan gagal jantung
- Perubahan EKG kelelahan
Tidak ada edema paru, 5 5 6. Monitor abdomen sebagai indicator
- Takikardia perifer, dan tidak ada
penurunan perfusi
Perubahan preload asites
Tidak ada penurunan 5 5 7. Atur periode latihan dan istirahat untuk
- Distensi vena jugular kesadaran
menghindari kelelahan
- Edema
8. Monitor toleransi aktivitas pasien
- Keletihan Indikator :
9. Monitor adanya dyspneu, fatigue,
- Murmur jantung 1 : Parah
tekipneu dan ortopneu
- Peningkatan berat badan 2 : Besar
10. Anjurkan untuk menurunkan stress
- Peningkatan CVP 3 : Moderat
- Peningkatan PAWP 4 : Ringan
- Penurunan pulmonary artery 5 : Tak Satupun
wedge preasuere (PAWP)
- Penurunan tekanan vena Central Vital Sign Monitoring
CVP 1. Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
Perubahan afterload 2. Catat adanya fluktuasi tekanan darah
- Dispnea 3. Monitor VS saat pasien berbaring,
- Kulit lembap duduk, atau berdiri
- Oliguria 4. Auskultasi TD pada kedua lengan dan
- Pengisian kapiler memanjang bandingkan
- Peningkatan PVR 5. Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama,
- Peningkatan SVR dan setelah aktivitas
- Penurunan nadi perifer 6. Monitor kualitas dari nadi
- Penurunan resistansi vaskuler paru 7. Monitor adanya pulsus paradoksus
- Penurunan resistansi vaskuler 8. Monitor adanya pulsus alterans
sistemik 9. Monitor jumlah dan irama jantung
- Perubahan tekanan darah 10. Monitor bunyi jantung
- Perubahan warna kulit 11. Monitor frekuensi dan irama pernapasan
- Batuk 12. Monitor suara paru
- Bunyi napas tambahan 13. Monitor pola pernapasan abnormal
- Bunyi S3 14. Monitor suhu, warna, dan kelembaban
- Bunyi S4 kulit
- Ortopnea 15. Monitor sianosis perifer
- Penurunan fraksi ejeksi 16. Monitor adanya cushing triad (tekanan
- Penurunan indeks jantung nadi yang melebar, bradikardi,
Perilaku/ emosi peningkatan sistolik)
- Ansietas 17. Identifikasi penyebab dari perubahan
- Gelisah vital sign
Brunner & Suddarth. (2002). Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah Vol 2,
Jakarta, EGC,
Goonasekera CDA, Dillon MJ. (2003). The child with hypertension. In: Webb
NJA, Postlethwaite RJ, editors. Clinical Paediatric Nephrology. 3rd
edition. Oxford: Oxford University Press
Jakarta: EGC
Medical Publisher.
Parsudi, Imam A. (1999). Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Jakarta: FKUI
Smeltzer, Suzanne C. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddart.
Alih Bhasa: Agung Waluyo. Edisi: 8. Jakarta: EGC.
Tessy Agus, Ardaya, Suwanto. (2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam: Infeksi Saluran
Kemih. Edisi: 3. Jakarta: FKUI.
Maryam, siti dkk. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta : Salemba
Medika
Setiabudhi, Tony. 1999. Panduan Gerontologi Tinjauan Dari Berbagai Aspek Menjaga
Keseimbangan Kualitas Hidup Para Lanjut Usia. Jakarta : PT Gramedia Pustaka
Utama
Darmojo, Boedhi,et al.2000.Beberapa masalah penyakit pada Usia Lanjut. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI
Pirma Siburian Sp PD (2009), empat belas masalah kesehatan yang sering terjadi pada
lansia,
http://www.waspada.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=381
2:empat-belas-masalah-kesehatan-utama-pada-
lansia&catid=28:kesehatan&Itemid=48