Anda di halaman 1dari 2

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gangguan penglihatan adalah salah satu keluhan utama yang menyebabkan

seorang pasien datang ke dokter mata. Dimana gangguan penglihatan tersebut

sebagian besar sangat erat kaitannya dengan refraksi. Hal ini sesuai dengan hasil

studi dan laporan WHO dimana kelainan refraksi yang tak terkoreksi adalah

penyebab pertama gangguan penglihatan di seluruh dunia yaitu sebanyak 43%

(Hashemi H, Fotouhi A, Yekta A, Pakzad R, Ostadimoghaddam H, dan

Khabazkhoob M, 2018).

Mata tanpa gangguan refraksi (emetropia) adalah keadaan dimana sinar dari

jauh datang ke mata akan difokuskan tepat di retina tanpa akomodasi. Sedangkan

ametropia, sinar jauh datang ke mata tidak difokuskan tepat di retina. Ametropia

terdiri atas myopia, hipermetropia, dan juga astigmatisma (Suharjo dan Hartono,

2007 dan Ilyas HS dan Yulianti SR, 2013).

Adanya kelainan refraksi yang tidak dikoreksi ini dapat menurunkan

kualitas hidup pasien dari berbagai aspek seperti adanya kesulitan melakukan

berbagai aktifitas fisik, atau bahkan aktifitas sehari-hari . Oleh karena itu, penting

untuk dilakukan koreksi kelainan refraksi untuk meningkatkan kualitas hidup

maupun untuk mencegah komplikasi yang dapat timbul. Kelainan refraksi ini dapat

dikoreksi dengan kacamata, lensa kontak, dan juga operasi. Banyak yang memilih

mengkoreksi kelainan refraksinya dengan operasi untuk alasan kosmetik atau untuk

menghindari ketidaknyamanan menggunakan kaca mata maupun kontak lensa.

Namun ada pula yang memilih dilakukan operasi untuk memfasilitasi aktifitas

1
kerja, hobi, maupun olah raga yang dilakukan (The Swedish Council on

Technology Assessment in Health Care, 2007 dan Lamoureux EL, Mei Saw S,

Thumboo J et al, 2009). Dalam referat ini akan dibahas mengenai perkembangan

terapi bedah dari awal hingga yang saat ini sering dilakukan untuk mengatasi

kelainan refraksi.

Anda mungkin juga menyukai