Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

1.1 KONSEP KELUARGA


1.1.1 Pengertian Keluarga
Menurut Departemen Kesehatan (1998) mendefinisikan keluarga
adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga serta
beberapa orang yang berkumpul dan tinggal disatu atap dalam keadaan
saling bergantungan.
Menurut Friedman (2010) keluarga merupakan bagian dari
masyarakat sesungguhnya mempunyai peranan yang sangat penting dalam
membentuk budaya dan perilaku sehat.
Dari pengertian diatas keluarga adalah sekumpulan orang dengan
ikatan perkawinan yang bertujuan untuk menciptakan atau
mempertahankan budaya dan mneingkatkan perkembangan fisik, mental,
emosional, serta sosial dari setiap anggota keluarga.
1.1.2 Tipe Keluarga
Menurut Allender dan Spradley (2001)
1.1.2.1 Keluarga Tradisional
1) Keluarga Inti (nuclear family), yaitu keluarga yang terdiri dari suami, istri,
dan anak kandung atau anak angkat.
2) Keluarga besar (extended family), yaitu keluarga inti ditambah dengan
keluarga lain yang mempunyai hubungan darah, misalnya kakek, nenek,
paman, dan bibi.
3) Keluarga dyad, yaitu rumah tangga yang terdiri dari suami istri tanpa anak.
4) Single parent, yaitu rumah tangga yang terdiri dari satu orang tua dengan
anak kandung atau anak angkat, yang disebabkan karena perceraian atau
kematian.
5) Single adult, yaitu rumah tangga yang hanya terdiri dari seorang dewasa
saja.
6) Keluarga usia lanjut, yaitu rumah tangga yang terdiri dari suami istri yang
berusia lanjut.

1
1.1.2.2 Keluarga Non Tradisional
1) Commune family, yaitu lebih dari satu keluarga tanpa pertalian darah hidup
serumah.
2) Orang tua (ayah/ ibu) yang tidak ada ikatan perkawinan dan anak hidup
bersama dalam satu rumah.
3) Homoseksual, yaitu dua individu yang sejenis kelamin hidup bersama
dalam satu rumah tangga.
1.1.3 Stuktur Keluarga
Dalam Setiadi (2008), struktur keluarga terdiri dari bermacam –
macam, diantarannya adalah :
1) Patrilineal : adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara
sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui
jalur garis ayah.
2) Matrilineal : adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara
sedarah dalam beberapa generasi di mana hubungan itu disusun melalui
jalur garis ibu.
3) Matrilokal : adalah sepasang suami istri yang tingga bersama keluarga
sedarah istri.
4) Patrilokal : adalah sepasang suami istri yang tingga bersama keluarga
sedarah suami.
5) Keluarga kawinan : adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi
pembina keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian
keluarga karena adanya hubungan dengan suami atau istri.
1.1.4 Fungsi Keluarga
Fungsi keluarga merupakan hasil atau konsekuensi dari struktur
keluarga atau sesuatu tentang apa yang dilakukan oleh keluarganya.
Fungsi keluarga menurut Friedman (1998) adalah antara lain :
1) Fungsi Afektif, merupakan fungsi keluarga dalam memenuhi kebutuhan
pemeliharaan kepribadian anggota keluarga.
2) Fungsi Sosialisasi, melakukan pembinaan sosialisasi pada anak,
membentuk nilai dan norma yang diyakini anak, memberikan batasan

2
perilaku yang boleh dan tidak boleh pada anak, meneruskan nilai-nilai
budaya anak.
3) Fungsi Perawatan Kesehatan, merupakan fungsi keluarga dalam
melindungi keamanan dan kesehatan seluruh anggota keluarga serta
menjamin pemenuhan kebutuhan perkembangan fisik, mental, dan
spiritual, dengan cara memelihara dan merawat anggota keluarga serta
mengenali kondisi sakit tiap anggota keluarga.
4) Fungsi Ekonomi, untuk memenuhi kebutuhan keluarga seperti sandang,
pangan, dan papan, dan kebutuhan lainnya melalui keefektifan sumber
daya keluarga.
5) Fungsi Biologis, bukan hanya ditujukan untuk meneruskan keturunan
tetapi untuk memelihara dan membesarkan anak untuk kelanjutan generasi
selanjutnya.
6) Fungsi Psikologis, terlihat bagaimana keluarga memberikan kasih sayang
dan rasa aman/memberikan perhatian diantara anggota keluarga, membina
pendewasaan kepribadian anggota keluarga dan memberikan identitas
keluarga.
7) Fungsi Pendidikan, diberikan keluarga dalam rangka memberikan penge-
tahuan, keterampilan membentuk perilaku anak, mempersiapkan anak
untuk kehidupan dewasa mendidik anak sesuai dengan tingkatan
perkembangannya.
1.1.5 Tugas Keluarga
Tugas keluarga merupakan pengumpulan data yang berkaitan
dengan ke-tidakmampuan keluarga dalam menghadapi masalah kesehatan.
Asuhan keperawatan keluarga mencantumkan lima tugas keluarga sebagai
paparan etiologi/penyebab masalah. Lima tugas keluarga yang dimaksud,
yaitu :
1) Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah, termasuk bagaimana
persepsi keluarga terhadap tingkat keparahan penyakit, pengertian, tanda
dan gejala, faktor penyebab dan persepsi keluarga terhadap masalah yang
dialami keluarga.

3
2) Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan, termasuk sejauh mana
keluarga mengerti mengenai sifat dan luasnya masalah, bagaimana
masalah dirasakan keluarga, bagaimana keluarga menanggapi masalah
yang dihadapi, adakah rasa takut terhadap akibat atau adakah sifat negatif
dari keluarga terhadap masalah kesehatan, bagaimana sistem pengambilan
keputusan yag dilakukan keluarga terhadap anggota keluarga yang sakit.
3) Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit, seperti
bagaimana keluarga mengetahui keadaan sakitnya, sifat, dan
perkembangan perawatan yang diperlukan, sumber-sumber yang ada
dalam keluarga serta sikap keluarga terhadap anggota keluarga yang sakit.
4) Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan seperti pentingnya
hygiene sanitasi bagi keluarga, upaya pencegahan penyakit yang dilakukan
keluarga. Upaya pemeliharaan lingkungan yang dilakukan keluarga,
kekompakan anggota keluarga dalam menata lingkungan dalam dan
lingkungan luar rumah yang berdampak terhadap kesehatan keluarga.
5) Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan,
seperti kepercayaan keluarga terhadap petugas kesehatan dan fasilitas
pelayanan kesehatan, keberadaan fasilitas kesehatan yang ada, keuntungan
keluarga terhadap penggunaan fasilitas kesehatan, apakah pelayanan
kesehatan terjangkau oleh keluarga, adakah pengalaman yang kurang baik
yang dipersepsikan keluarga.
1.1.6 Tahap dan Tugas Perkembangan Keluarga
Tahap dan siklus tumbuh kembang keluarga menurut Friedman
1998 ada 8, yaitu :
1) Tahap I : Keluarga pemula
Keluarga pemula merujuk pada pasangan menikah/tahap pernikahan.
Tugas perkembangan keluarga saat ini adalah membangun perkawinan
yang saling memuaskan, menghubungkan jaringan persaudaraan secara
harmonis, merencanakan keluarga berencana.
2) Tahap II : Keluarga sedang mengasuh anak (anak tertua bayi sampai umur
30 bulan)

4
Tugas perkembangan keluarga pada tahap II, yaitu membentuk
keluarga muda sebagai sebuah unit, mempertahankan hubungan
perkawinan yang memuaskan, memperluas persahabatan dengan keluarga
besar dengan menambahkan peran orang tua kakek dan nenek dan
mensosialisasikan dengan lingkungan keluarga besar masing-masing
pasangan.
3) Tahap III : Keluarga dengan anak usia pra sekolah (anak tertua berumur 2-
6 tahun)
Tugas perkembangan keluarga pada tahap III, yaitu memenuhi
kebutuhan anggota keluarga, mensosialisasikan anak, mengintegrasikan
anak yang baru sementara tetap memenuhi kebutuhan anak yang lainnya,
mempertahankan hubungan yang sehat dalam keluarga dan luar keluarga,
menanamkan nilai dan norma kehidupan, mulai mengenalkan kultur
keluarga, menanamkan keyakinan beragama, memenuhi kebutuhan
bermain anak.
4) Tahap IV : Keluarga dengan anak usia sekolah (anak tertua usia 6-13
tahun)
Tugas perkembangan keluarga tahap IV, yaitu mensosialisasikan anak
termasuk meningkatkan prestasi sekolah dan mengembangkan hubungan
dengan teman sebaya, mempertahankan hubungan perkawinan yang
memuaskan, memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga,
membiasakan belajar teratur, memperhatikan anak saat menyelesaikan
tugas sekolah.
5) Tahap V : Keluarga dengan anak remaja (anak tertua umur 13-20 tahun)
Tugas perkembangan keluarga pada tahap V, yaitu menyeimbangkan
kebebasan dengan tanggung jawab ketika remaja menjadi dewasa dan
mandiri, memfokuskan kembali hubungan perkawinan, berkomunikasi
secara terbuka antara orang tua dan anak-anak, memberikan perhatian,
memberikan kebebasan dalam batasan tanggung jawab, mempertahankan
komunikasi terbuka dua arah.
6) Tahap VI : Keluarga yang melepas anak usia dewasa muda (mencakup
anak pertama sampai anak terakhir yang meninggalkan rumah)

5
Tahap ini adalah tahap keluarga melepas anak dewasa muda dengan
tugas perkembangan keluarga antara lain : memperluas siklus keluarga
dengan memasukkan anggota keluarga baru yang didapat dari hasil
pernikahan anak-anaknya, melanjutkan untuk memperbaharui dan
menyelesaikan kembali hubungan perkawinan, membantu orang tua lanjut
usia dan sakit-sakitan dari suami dan istri.
7) Tahap VII : Orang tua usia pertengahan (tanpa jabatan atau pensiunan)
Tahap keluarga pertengahan dimulai ketika anak terakhir
meninggalkan rumah dan berakhir atau kematian salah satu pasangan.
Tahap ini juga dimulai ketika orang tua memasuki usia 45-55 tahun dan
berakhir pada saat pasangan pensiun. Tugas perkembangannya adalah
menyediakan lingkungan yang sehat, mempertahankan hubungan yang
memuaskan dan penuh arah dengan lansia dan anak-anak, memperoleh
hubungna perkawinan yang kokoh.
8) Tahap VIII : Keluarga dalam tahap pensiunan dan lansia
Dimulai dengan salah satu atau kedua pasangan memasuki masa
pensiun terutama berlangsung hingga salah satu pasangan meninggal dan
berakhir dengan pasangan lain meninggal. Tugas perkembangan keluarga
adalah mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan,
menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun, mempertahankan
hubungan perkawinan, menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan
dan mempertahankan ikatan keluarga antara generasi.

6
1.2 Konsep Gastristis
1.2.1 Pengertian Gastristis
Gastritis merupakan salah satu penyakit yang paling banyak dijumpai di
klinik penyakit dalam dan kehidupan sehari-hari. Gastritis adalah proses inflamasi
pada mukosa dan submukosa lambung atau gangguan kesehatan yang disebabkan
oleh faktor iritasi dan infeksi. Secara histopatologi dapat dibuktikan dengan
adanya infiltrasi sel-sel radang pada daerah tersebut (Hirlan, 2009). Gastritis atau
lebih dikenal sebagai magh berasal dari bahasa yunani yaitu gastro, yang berarti
perut/lambung dan itis yang berarti inflamasi/peradangan. Gastritis adalah suatu
keadaan peradangan atau peradangan mukosa lambung yang bersifat akut, kronis,
difus dan lokal. Ada dua jenis gastritis yang terjadi yaitu gastritis akut dan kronik
(Price dan Wilson, 2005). Inflamasi ini mengakibatkan sel darah putih menuju ke
dinding lambung sebagai respon terjadinya kelainan pada bagian tersebut.
Berdasarkan pemeriksaan endoskopi ditemukan eritema mukosa, 9 sedangkan
hasil foto memperlihatkan iregularitas mukosa (Wibowo, 2007).
1.2.2 Klasifikasi

Klasifikasi gastritis (Mansjoer, 2001): 1. Gastritis Akut Gastritis akut adalah


suatu peradangan permukaan mukosa lambung yang akut dengan kerusakan erosi
pada bagian superfisial. Pada gastritis ditemukan sel inflamasi akut dan neutrofil
mukosa edema, merah dan terjadi erosi kecil dan perdarahan (Price dan Wilson,
2005). Gastritis akut terdiri dari beberapa tipe yaitu gastritis stres akut, gastritis
erosif kronis, dan gastritis eosinofilik. Semua tipe gastritis akut mempunyai gejala
yang sama. Episode berulang gastritis akut dapat menyebabkan gastritis kronik
(Wibowo, 2007). 2. Gastritis kronik Gastritis kronik adalah suatu peradangan
permukaan mukosa lambung yang bersifat menahun sering bersifat multifaktor
dengan perjalanan klinik bervariasi (Wibowo, 2007). Gastritis kronik ditandai
dengan atropi progresif epitel kelenjar disertai hilangnya sel parietal dan chief cell
di lambung, dinding lambung menjadi tipis dan permukaan mukosa menjadi rata.
Gastritis kronik diklasifikasikan dengan tiga perbedaan yaitu gastritis superfisial,
gastritis atropi dan gastritis hipertropi (Price dan Wilson, 2005). 10 a. Gastritis
superfisial, dengan manifestasi kemerahan, edema, serta perdarahan dan erosi
mukosa; b. Gastritis atropi, dimana peradangan terjadi pada seluruh lapisan

7
mukosa. Pada perkembangannya dihubungkan dengan ulkus dan kanker lambung,
serta anemia pernisiosa. Hal ini merupakan karakteristik dari penurunan jumlah
sel parietal dan sel chief; c. Gastritis hipertropi, suatu kondisi dengan
terbentuknya nodulnodul pada mukosa lambung yang bersifat irregular, tipis dan
hemoragik.

1.2.3 Etiologi

1. Gastritis akut
Banyak faktor yang menyebabkan gastritis akut, seperti merokok,
jenis obat, alkohol, bakteri, virus, jamur, stres akut, radiasi, alergi
12 atau intoksitasi dari bahan makanan dan minuman, garam
empedu, iskemia dan trauma langsung (Muttaqin, 2011).
2. Gastritis kronik
Penyebab pasti dari penyakit gastritis kronik belum diketahui, tetapi ada dua
predisposisi penting yang bisa meningkatkan kejadian gastritis kronik, yaitu
infeksi dan non infeksi (Muttaqin, 2011).

1.2.4 Patofisiologi

Gastritis akut merupakan penyakit yang sering ditemukan, biasanya bersifat


jinak dan merupakan respons mukosa lambung terhadap berbagai iritan lokal.
Patofisiologi terjadinya gastritis dan tukak peptik ialah bila terdapat
ketidakseimbangan faktor penyerang (ofensif) dan faktor pertahanan (defensif)
pada mukosa gastroduodenal, yakni peningkatan faktor ofensif dan atau
penurunan kapasitas defensif mukosa. Faktor ofensif tersebut meliputi asam
lambung, pepsin, asam empedu, enzim pankreas, infeksi Helicobacter pylori yang
bersifat gram-negatif, OAINS, alkohol dan radikal bebas. Sedangkan sistem
pertahanan atau faktor defensif mukosa gastroduodenal terdiri dari tiga lapis yakni
elemen preepitelial, epitelial, dan subepitelial (Pangestu, 2003). Elemen
preepitelial sebagai lapis pertahanan pertama adalah berupa lapisan mucus
bicarbonate yang merupakan penghalang fisikokimiawi terhadap berbagai bahan
kimia termasuk ion hidrogen (Kumar, 2005). Lapis pertahanan kedua adalah sel
epitel itu sendiri. Aktifitas pertahanannya meliputi produksi mukus, bikarbonat,

8
transportasi ion untuk mempertahankan pH, dan membuat ikatan antar sel
(Kumar, 2005). Lapisan pertahanan ketiga adalah aliran darah dan lekosit.
Komponen terpenting lapis pertahanan ini ialah mikrosirkulasi subepitelial yang
adekuat (Pangestu, 2003). 17 Endotoksin bakteri setelah menelan makanan
terkontaminasi, kafein, alkohol dan aspirin merupakan agen pencetus yang lazim.
Infeksi H. pylori lebih sering dianggap sebagai penyebab gastritis akut.
Organisme tersebut melekat pada epitel lambung dan menghancurkan lapisan
mukosa pelindung, meninggalkan daerah epitel yang gundul. Obat lain juga
terlibat, misalnya OAINS (indomestasin, ibuprofen, naproksen), sulfonamid,
steroid, dan digitalis. Asam empedu, enzim pankreas, dan etanol juga diketahui
mengganggu sawar mukosa lambung. Apabila alkohol diminum bersama dengan
aspirin, efeknya akan lebih merusak dibandingkan dengan efek masing-masing
agen tersebut bila diminum secara terpisah (Price dan Wilson, 2005).

9
1.2.5 Pathway

1.2.6 Manifestasi Klinis

Gambaran klinis pada gastritis yaitu:

1. Gastritis Akut, gambaran klinis meliputi:


1) Dapat terjadi ulserasi superfisial dan dapat menimbulkan hemoragi.
2) Rasa tidak nyaman pada abdomen dengan sakit kepala, kelesuan, mual, dan
anoreksia. disertai muntah dan cegukan.
3) Beberapa pasien menunjukkan asimptomatik.

10
4) Dapat terjadi kolik dan diare jika makanan yang mengiritasi tidak
dimuntahkan, tetapi malah mencapai usus. 18
5) Pasien biasanya pulih kembali sekitar sehari, meskipun nafsu mungkin akan
hilang selama 2 sampai 3 hari. (Smeltzer, 2001)
2. Gastritis Kronis
Pasien dengan Gastritis tipe A secara khusus asimtomatik kecuali untuk gejala
defisiensi vitamin B12 . pada gastritis tipe B, pasien mengeluh anoreksia (
nafsu makan menurun ), nyeri ulu hati setelah makan, kembung, rasa asam di
mulut, atau mual dan muntah. (Smeltzer dan Bare, 2001)

1.2.7 Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan dignostik menurut Dermawan( 2010) dan Doenges( 2000 ) sebagai


berikut :

1. Radiology: sinar x gastrointestinal bagian atas


2. Endoskopy : gastroscopy ditemukan muksa yang hiperemik
3. Laboratorium: mengetahui kadar asam hidroklorida
4. EGD (Esofagagastriduodenoskopi): tes diagnostik kunci untuk perdarahan
gastritis, dilakukan untuk melihat sisi perdarahan atau derajat ulkus jaringan
atau cidera
5. Pemeriksaan Histopatologi: tampak kerusakan mukosa karena erosi tidak
pernah melewati mukosa muskularis.
6. Analisa gaster: dapat dilakukan untuk menentukan adanya darah, mengkaji
aktivitas sekretori mukosa gaster, contoh peningkatan asam hidroklorik dan
pembentukan asam noktura
7. l penyebab ulkus duodenal.
8. Feses: tes feses akan positifH. PyloryKreatinin : biasanya tidak meningkat
bila perfusi ginjal di pertahankan.
9. Amonia: dapat meningkat apabila disfungsi hati berat menganggu
metabolisme dan eksresi urea atau transfusi darah lengkap dan jumlah besar
diberikan.
10. Natrium: dapat meningkat sebagai kompensasi hormonal terhadap simpanan
cairan tubuh.

11
11. Kalium: dapat menurun pada awal karena pengosongan gaster berat atau
muntah atau diare berdarah. Peningkatan kadar kalium dapat terjadi setelah
trasfusi darah.
12. Amilase serum: meningkat dengan ulkus duodenal, kadar rendah diduga
gastritis.

1.2.8 Penatalaksanaan Medis

Menurut Suzanne C. Smeltzer dan Brenda G. Bare (2002) penatalaksanaan


gastristis terdiri dari :
1. Gastritis akut
Diatasi dengan menginstruksikan untuk menghindari minuman alcohol dan
makanan sampai gejala berkurang. Bila pasien mampu makan melalui mulut, diet
mengandung gizi dianjurkan. Bila gejala menelan cairan perlu diberikan secara
parenteral. Bila gastritis diakibatkan oleh mencerna makanan yang sangat asam
atau alkalis.
Pengobatan gastritis akut terdiri dari pengenceran dan penetralisasi agen penyebab
1) Untuk menetralkan asam, digunakan antasida asam (missal alumunium
hidroksida), untuk menetralisasi alkali dengan makan jus lemon encer atau
cuka encer.
2) Bila korosi luas atau berat, emotik dan loyase dihindari karena bahaya
perforasi.
Terapi pendukung mencakup intubasi sederhana, antasida serta cairan intravena.
Endoskopi fiberoptik mungkin diperlukan pembedahan darurat mungkin
diperlukan untuk mengangkat gangren atau jaringan perforasi.
Gastrojejenostomi/ reseksi lambung mungkin diperlukan untuk mengatasi
obstruksi pylorus.
2. Gastritis kronis
Diatasi dengan memodifikasi diet pasien, meningkatkan istirahat,
mengurangi stress dan melalui farmakoterapi II. Pylori dapat diatasi dengan
antibiotik (seperti tetra siklin atau amoksisilin) dan garam bismus (pepto-bismol).
Pasien gastritis A biasanya mengalami malabsorbsi vitamin B12 yang disebabkan
oleh adanya antibodi terhadap faktor intrinsik.

12
1.2.9 Komplikasi

Komplikasi yang mungkin dapat terjadi pada gastritis menurut Dermawan (


2010) adalah:
1. Perdarahan saluran cerna bagian atas.
2. Ulkus peptikum, perforasi dan anemia karena gangguan absorbsi vitamain
B12.

13
1.3 Manajemen Asuhan Keperawatan
1.2.1 Pengkajian
Pengkajian Keperawatan Pengkajian fokus terkait dengan penyakit gastritis
meliputi :
1. Pola Pemeliharaan Kesehatan
Menggambarkan persepsi, pemeliharaan dan penanganan kesehatan. Persepsi
terhadap arti kesehatan dan penatalaksanaan kesehatan, kemampuan menyusun
tujuan, pengetahuan tentang praktek kesehatan.
2. Pola Nurtisi –Metabolik
Menggambarkan masukan nutrisi, balance cairan dan elektrolit, nafsu makan,
pola makan, diet, kesulitan menelan, mual/muntah, makanan kesukaan.
3. Pola Eliminasi
Menjelaskan pola fungsi eksresi, kandung kemih dan Kulit. Kebiasaan
defekasi, ada tidaknya masalah defekasi, masalah miksi (oliguri, disuri dll),
penggunaan kateter, frekuensi defekasi dan miksi, Karakteristik urin dan feses,
pola input cairan, infeksi saluran kemih dll.
4. Pola Latihan-Aktivitas
Menggambarkan pola latihan, aktivitas, fungsi pernafasan dan sirkulasi.
Pentingnya latihan/gerak dalam keadaan sehat dan sakit, gerak tubuh dan
kesehatan berhubungan satu sama lain, Range Of Motion (ROM), riwayat
penyakit jantung, frekuensi, irama dan kedalaman nafas, bunyi nafas riwayat
penyakit paru. 22
5. Pola Kognitif Perseptual
Menjelaskan Persepsi sensori dan kognitif.Pola persepsi sensori meliputi
pengkajian fungsi penglihatan, pendengaran, perasaan, pembau dan
kompensasinya terhadap tubuh. Sedangkan pola kognitif didalamnya
mengandung kemampuan daya ingat klien terhadap persitiwa yang telah lama
terjadi dan atau baru terjadi dan kemampuan orientasi klien terhadap waktu,
tempat, dan nama (orang, atau benda yang lain).Tingkat pendidikan, persepsi
nyeri dan penanganan nyeri, kemampuan untuk mengikuti, menilai nyeri skala
0-10, pemakaian alat bantu dengar, melihat, kehilangan bagian tubuh atau

14
fungsinya, tingkat kesadaran, orientasi pasien, adakah gangguan penglihatan,
pendengaran, persepsi sensori (nyeri), penciuman dan lain-lain.
6. Pola Istirahat-Tidur
Menggambarkan Pola Tidur, istirahat dan persepasi tentang energi. Jumlah jam
tidur pada siang dan malam, masalah selama tidur, insomnia atau mimpi buruk,
penggunaan obat, mengeluh letih.
7. Pola Konsep Diri-persepsi Diri
Menggambarkan sikap tentang diri sendiri dan persepsi terhadap kemampuan.
Kemampuan konsep diri antara lain gambaran diri, harga diri, peran, identitas
dan ide diri sendiri. Manusia sebagai system terbuka dimana keseluruhan
bagian manusia akan berinteraksi dengan lingkungannya. Disamping sebagai
system terbuka, manuasia juga sebagai mahkluk bio-psiko-sosio-kultural
spriritual dan dalam pandangan secara holistik.Adanya kecemasan, ketakutan
atau penilaian terhadap diri., dampak sakit terhadap diri, kontak mata, isyarat
non verbal, ekspresi wajah, merasa tak berdaya, gugup atau relaks.
8. Pola Peran dan Hubungan
Menggambarkan dan mengetahui hubungan dan peran klien terhadap anggota
keluarga dan masyarakat tempat tinggal 23 klien.Pekerjaan, tempat tinggal,
tidak punya rumah, tingkah laku yang passive/agresif terhadap orang lain,
masalah keuangan dll.
9. Pola Reproduksi/Seksual
Menggambarkan kepuasan atau masalah yang aktual atau dirasakan dengan
seksualitas. Dampak sakit terhadap seksualitas, riwayat haid, pemeriksaan
mamae sendiri, riwayat penyakit hubungan seksual, pemeriksaan genital.
10. Pola mekanisme koping
Menggambarkan kemampuan untuk menangani stress dan penggunaan
systempendukung. Penggunaan obat untuk menangani stress, interaksi dengan
orang terdekat, menangis, kontak mata, metode koping yang biasa digunakan,
efek penyakit terhadap tingkat stress.
11. Pola Keyakinan Dan Spiritual
Menggambarkan dan Menjelaskan pola nilai, keyakinan termasuk
spiritual.Menerangkan sikap dan keyakinan klien dalam melaksanakan agama

15
yang dipeluk dan konsekuensinya.Agama, kegiatan keagamaan dan
budaya,berbagi denga orang lain,bukti melaksanakan nilai dan kepercayaan,
mencari bantuan spiritual dan pantangan dalam agama selama
sakit(Perry,2005)(Asmadi, 2008).

2.3.2 Diagnosa Keperawatan


Diagnosa Keperawatan Menurut Doenges (2000) pada klien gastritis ditemukan
diagnosakeperawatan sebagaiberikut
1. Nyeri berhungan dengan mukosa lambung teriritasi
2. Resiko kekurangan volume cairan, (kehilangan aktif) b/d perdarahan, mual,
muntah dan anoreksia
3. Resiko ketidak seimbangan Nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh yang
berhubungan dengan anoreksia, mual dan muntah
4. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan, ancaman
kematian, nyeri

2.3.3 Intervensi dan Rasional


Menurut Doenges(2000) pada klien gastritis ditemukan diagnosakeperawatan
dengan intervensi dan rasional sebagaiberikut:
1. Kekurangan volume cairan, (kehilangan aktif) b/d perdarahan, mual, muntah
dan anoreksia. Intervensi :
1) Catat karakteristik muntah atau drainase
Rasional: membantu dalam membedakan penyebab stress gaster
2) Monitor tanda vital
Rasional: perubahan tensi darah dan nadi dapat digunakan perkiraan kasar
kehilangan darah.
3) Awasi masukan dan haluaran dihubungkan dengan perubahan berat badan.
Ukur kehilangan darah atau cairan melalui muntah.
Rasional: memberikan pedoman untuk penggantian cairan.
4) Pertahankan tirah baring, mencegah muntah dan tegangan saat defekasi.
Rasional: aktivitas atau muntah meningkatkan tekanan antara abdominal. 26
5) Tinggikan kepala tempat tidur selama pemberian antasida.

16
Rasional: mencegah reflek gaster pada aspirasi antasida dimana dapat
menyebabkan komplikasi paru.
6) Kolaborasi dengan tim dokter dengan memberikan obat sesuai indikasi
2. Nyeri berhungan dengan mukosa lambung teriritasi Intervensi
1) Kaji nyeri, termasuk lokasi, lamanya, intensitas (skala 0-10) selidiki dan
laporkan perubahan nyeri dengan tepat.
Rasional: berguna dalam pengawasan keefektifan obat, kemajuan
penyembuhan dan perubahan pada karakteristik nyeri menunjukkan
terjadinya abses/peritonitis, memerlukan upaya evaluasi dan intervensi.
2) Pertahankan istirahat dengan posisi semi – fowler
Rasional: Gravitasi melokalisasi eksudat inflamasi dalam abdomen bawah,
menghilangkan tegangan abdomen yang bertambah dengan posisi
terlentang.
3) Dorong ambulasi dini. Rasional: Meningkatkan normalisasi fungsi organ,
merangsang peristaltik dan menurunkan ketidaknyamanan abdomen
4) Berikan aktivitas hiburan
Rasional: Menurunkan ketidaknyamanan pada peristaltik usus dini dan
iritasi gaster/muntah
3. Resiko terhadap perubahan Nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh yang
berhubungan dengan anoreksia, mual dan muntah. Intervensi:
1) Timbang berat badan sesuai indikasi
Rasional: Mengevaluasi keefektifan atau kebutuhan mengubah perubahan
nutrisi. 27
2) Auskultasi bising usus
Rasional: Membantu dalam menentukan respon untuk makan atau
berkembangnya komplikasi.
3) Berikan makanan dalam jumlah sedikit tapi sering dan teratur.
Rasional: Meningkatkan proses pencernaan dan toleransi pasien terhadap
nutrisi yang diberikan
4) Konsultasi dengan ahli gizi.
Rasional: Merupakan sumber efektif untuk mengidentifikasi kebutuhan
nutrisi

17
4. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan, ancaman
kematian, nyeri. Intervensi:
1) Awasi respon fisiologis misal: takipnea, pusing.
Rasional: Dapat menjadi indikatif derajat takut yang dialami pasien
2) Dorong pernyataan takut, berikan umpan balik \
Rasional: Membuat hubungan terapiutik.
3) Berikan lingkungan tenang untuk istirahat.
Rasional: Memindahkan pasien dari stresor luar meningkatkan relaksasi,
dapat meningkatkan ketrampilan koping.
4) Dorong orang terdekat tinggal dengan pasien.
Rasional: Membantu menurunkan takut

18
DAFTAR PUSTAKA
Darmojo R.B, Martono H.2000, Buku Ajar Geriatri, Edisi 2, Balai penerbit FKUI,
Jakarta
Price SA, Lorraine M.1995. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit,
Buku 1, Edisi IV, EGC, Jakarta
Mansjoer a,dkk. 1999 Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jilid I, Media
Euskulapius FKUI, Jakarta
Bruner & Sudart. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Vol. 2, Edisi 8,
EGC, Jakarta
FKUI, 2000, Kumpulan Makalah Pelatihan Askep Keluarga, Jakarta
Capernito L.J. 2000. Rencana Askep dan Dokumentasi Keperawatan, Edisi 2,
EGC, Jakarta
Baughman dan Haskley. 2000. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC.
Ester, Monica. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC. 2001.
Hirlan. 2001.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi Ketiga. Jakarta : FKUI.
Sineltzer, Bare G. 2001.Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC.

19

Anda mungkin juga menyukai

  • Lembar Konsul
    Lembar Konsul
    Dokumen2 halaman
    Lembar Konsul
    Agustin Cristiyani
    Belum ada peringkat
  • Jenis Dan Bentuk Narkotika
    Jenis Dan Bentuk Narkotika
    Dokumen48 halaman
    Jenis Dan Bentuk Narkotika
    Anonymous Xqytzr3Ysq
    Belum ada peringkat
  • Laporan Pendahuluan
    Laporan Pendahuluan
    Dokumen19 halaman
    Laporan Pendahuluan
    Agustin Cristiyani
    Belum ada peringkat
  • Bab 4
    Bab 4
    Dokumen8 halaman
    Bab 4
    Agustin Cristiyani
    Belum ada peringkat
  • Mencuci Tangan Leaflet
    Mencuci Tangan Leaflet
    Dokumen2 halaman
    Mencuci Tangan Leaflet
    Agustin Cristiyani
    Belum ada peringkat
  • Dokumentasi Nusa Indah
    Dokumentasi Nusa Indah
    Dokumen4 halaman
    Dokumentasi Nusa Indah
    Agustin Cristiyani
    Belum ada peringkat
  • SAP Gastristis
    SAP Gastristis
    Dokumen6 halaman
    SAP Gastristis
    Agustin Cristiyani
    Belum ada peringkat
  • Lampiran 1. Kuesioner Penelitian
    Lampiran 1. Kuesioner Penelitian
    Dokumen8 halaman
    Lampiran 1. Kuesioner Penelitian
    Rustina
    0% (1)
  • Bab1-Bab 4 Aster
    Bab1-Bab 4 Aster
    Dokumen12 halaman
    Bab1-Bab 4 Aster
    Agustin Cristiyani
    Belum ada peringkat
  • Laporan Pendahuluan
    Laporan Pendahuluan
    Dokumen19 halaman
    Laporan Pendahuluan
    Agustin Cristiyani
    Belum ada peringkat
  • Leaflet Nyeri Selesai
    Leaflet Nyeri Selesai
    Dokumen2 halaman
    Leaflet Nyeri Selesai
    Agustin Cristiyani
    Belum ada peringkat
  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen4 halaman
    Bab 1
    Agustin Cristiyani
    Belum ada peringkat
  • Satuan Acara Penyuluhan
    Satuan Acara Penyuluhan
    Dokumen5 halaman
    Satuan Acara Penyuluhan
    Agustin Cristiyani
    Belum ada peringkat
  • Dokumentasi Nusa Indah
    Dokumentasi Nusa Indah
    Dokumen4 halaman
    Dokumentasi Nusa Indah
    Agustin Cristiyani
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen1 halaman
    Daftar Pustaka
    Agustin Cristiyani
    Belum ada peringkat
  • Materi Penyuluhan
    Materi Penyuluhan
    Dokumen11 halaman
    Materi Penyuluhan
    Agustin Cristiyani
    Belum ada peringkat
  • 6
    6
    Dokumen1 halaman
    6
    Agustin Cristiyani
    Belum ada peringkat
  • Topik
    Topik
    Dokumen1 halaman
    Topik
    Agustin Cristiyani
    Belum ada peringkat
  • BAB 3 New
    BAB 3 New
    Dokumen14 halaman
    BAB 3 New
    Agustin Cristiyani
    Belum ada peringkat
  • INFORMED CONSENT
    INFORMED CONSENT
    Dokumen9 halaman
    INFORMED CONSENT
    Agustin Cristiyani
    Belum ada peringkat
  • Leaflet Hipertensi Panarung
    Leaflet Hipertensi Panarung
    Dokumen1 halaman
    Leaflet Hipertensi Panarung
    Agustin Cristiyani
    Belum ada peringkat
  • BAB 3 New
    BAB 3 New
    Dokumen14 halaman
    BAB 3 New
    Agustin Cristiyani
    Belum ada peringkat
  • Bab 2 New
    Bab 2 New
    Dokumen2 halaman
    Bab 2 New
    Agustin Cristiyani
    Belum ada peringkat
  • Daftar Hadir Peserta Pendidikan Kesehatan
    Daftar Hadir Peserta Pendidikan Kesehatan
    Dokumen3 halaman
    Daftar Hadir Peserta Pendidikan Kesehatan
    Agustin Cristiyani
    Belum ada peringkat
  • Topik
    Topik
    Dokumen1 halaman
    Topik
    Agustin Cristiyani
    Belum ada peringkat
  • Sap PK Panarung Fiks
    Sap PK Panarung Fiks
    Dokumen5 halaman
    Sap PK Panarung Fiks
    Agustin Cristiyani
    Belum ada peringkat
  • Bab 1 New
    Bab 1 New
    Dokumen23 halaman
    Bab 1 New
    Agustin Cristiyani
    Belum ada peringkat
  • Riset Kel 2
    Riset Kel 2
    Dokumen16 halaman
    Riset Kel 2
    Agustin Cristiyani
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    Agustin Cristiyani
    Belum ada peringkat