Anda di halaman 1dari 26

WALK THROUGH SURVEY DI PERUSAHAAN

PT. ALAKASA EXTRUSINDO


14 DESEMBER 2015
KELOMPOK 2
ERGONOMI DAN KESEHATAN KERJA

Anggota:
AnastiPutriParamatasari, S.Ked
MailianiSafitri H., S.Ked
MellisaAslamiaAslim, S.Ked
Mentari, S.Ked
Nabila Syafira Audi S., S.Ked
RaysaAnggraini, S.Ked
SindyJanuarta, S.Ked
Tri Kartika Utomo, S.Ked
Windy AyuSafitri, S.Ked
YelsenSumalim, S.Ked

PELATIHAN HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA


KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA
PERIODE 07 – 15 DESEMBER 2015
JAKARTA

1
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah


Di dalam suatu proses produksi, setiap tenaga kerja selain menanggung beban kerja
fisik dan mental juga berhadapan dengan berbagai potensi bahaya (potensial hazard) di
tempat kerja. Berbagai potensi bahaya tersebut sering disebut sebagai faktor bahaya
lingkungan kerja fisika, kimia, biologis, fisiologis/ergonomi dan psikologis yang bersumber
dari berbagai peralatan, bahan, proses kerja dan kondisi lingkungan kerja. Beban kerja
semakin berat apabila tenaga kerja juga dituntut untuk bekerja dengan ritme pekerjaan yang
lebih cepat dan target produksi yang lebih tinggi. Sedangkan berat ringannya dampak potensi
bahaya tergantung dari jenis, besar potensi bahaya dan tingkat risikonya.
Dampak yang dapat ditimbulkan akibat adanya beban kerja dan potensi bahaya yang
dihadapi tenaga kerja antara lain berupa kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja dan
gangguan kesehatan lainnya seperti kelelahan dan ketidaknyamanan. Selain itu, tenaga kerja
juga dapat menderita penyakit dan gangguan kesehatan yang didapat dari lingkungan di luar
tempat kerja sehingga dapat diperberat atau memperberat penyakit atau gangguan kesehatan
akibat kerja. Apabila kondisi tersebut tidak diantisipasi maka kesehatan tenaga kerja sangat
terganggu sehingga produktifitas kerja akan menurun.
Untuk mengantisipasi keadaan tersebut di atas dan meminimalkan dampak yang
terjadi apabila tenaga kerja mengalami kecelakaan, penyakit akibat kerja dan gangguan
kesehatan lainnya, maka setiap perusahaan diwajibkan memberikan pelayanan kesehatan
kerja kepada semua tenaga kerjanya sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan Menteri
Tenaga Kerja Nomor Per. 03/Men/1982 tentang Pelayanan Kesehatan Kerja.
Sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor Per. 03/Men/1982 tersebut,
penyelanggaraan pelayanan kesehatan kerja harus dilaksanakan secara menyeluruh dan
terpadu (komprehensif), meliputi upaya kesehatan preventif, promotif, kuratif dan
rehabilitatif yang hasilnya dilaporkan kepada instansi yang membidangi ketenagakerjaan.
Melalui upaya kesehatan preventif dan promotif (pencegahan dan peningkatan), sebagian
besar kasus kecelakaan dan penyakit akibat kerja (PAK) serta gangguan kesehatan lainnya
seperti kelelahan dan ketidaknyamanan dapat dicegah. Dengan upaya kesehatan kuratif dan
rehabilitatif (pengobatan dan pemulihan), dampak yang ditimbulkan akibat kecelakaan dan
penyakit yang terjadi dapat ditekan seminimal mungkin. Pada akhirnya dengan upaya
2
kesehatan kerja yang komprehensif akan meningkatkan derajat kesehatan tenaga kerja dan
produktivitas kerjanya.

I.2 Dasar Hukum


Dengan alasan untuk melindungi para tenaga kerja dan pengembangan usaha demi
tercapainya tidak adanya kecelakaan dan penyakit akibat kerja maka ada beberapa landasan
yang digunakan oleh perusahaan, sebagai berikut :
A. UU No.I tahun 1970 tentang kesehatan dan keselamatan kerja
B. UU No 13 tahun 2003 pasal 86 dan 87 tentang ketenagakerjaan
C. UU No.23 tahun 1992 tentang kesehatan
D. UU No 3 tahun 1992 tentang jaminan sosial tenaga kerja
E. Permenakertrans No.03/Men/1982 tentang pelayanan kesehatan kerja
F. Kepres RI No.22 tahun 1993 tentang penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan
atau lingkungan kerja
G. Kepmenakertrans No.68 tahun 2004 tentang pencegahan dan penanggulangan
HIV/AIDS di tempat kerja
H. Permenakertrans No.11/Men/VI/2005 tentang pencegahan penyalahgunaan
narkoba, psikotropika dan zat adiktif lainnya di tempat kerja
I. Permenakertrans No.01/Men/1976 tentang kewajiban pelatihan hiperkes bagi
dokter perusahaan
J. Permenakertrans No.01/Men/1979 tentang kewajiban pelatihan hiperkes bagi
paramedic perusahaan
K. Permenakertrans No.Per 02/Men/1980 tentang pemeriksaan kesehatan tenaga
kerja dalam penyelanggaraan keselamatan kerja
L. Permenakertrans No.Per 03/Men/1983 tentang pelayanan kesehatan kerja.
M. SE.Menakertrans No.SE.01/Men/1979 tentang pengadaan kantin dan ruang
makan
N. SE.Dirjen binawas No.SE.86/BW/1989 tentang perusahaan catering yang
mengelola makanan bagi tenaga kerja
O. Permenakertrans No.Per 05/MEN/VIII/2008 tentang pertolongan pertama pada
kecelakaan di tempat kerja.

3
I.3 Profil Perusahaan
Identitas Perusahaan
1. Nama : PT Alakasa Extrusindo
2. Sektor usaha : Manufaktur aluminium ekstrusi
3. Alamat : Jl. Pulogadung no. 4, Kawasan Industri Pulogadung,
Jakarta Timur
4. Jumlah pekerja : 175 orang, terdiri dari 70% bagian produksi, 30%
bagian staf
5. Waktu kerja :
Staff : Pukul 08.00 – 16.30
Operator : Shift 1: pukul 08.00 – 16.00 WIB
Shift 2: pukul 16.00 – 00.00 WIB
Shift 3: pukul 00.00 – 08.00 WIB
“Penerapan jadwal 3 shift dilakukan bila perusahaan sedang menerima
banyak order”
6. Dokter perusahaan : 1 orang
Denah Perusahaan

4
I.4 Alur Produksi
PT. Alakasa Extrusindo merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam kegiatan
manufaktur produk aluminium melalui proses extrusi. Di dalamnya terdapat serangkaian
proses mulai dari pengolahan raw material menjadi produk siap jadi, diantaranya adanya
proses melting, die manufacturing and correction, extrusion, fabrication, anodizing, powder
coating, dan packing.

A. Melting
Pada tahap ini dilakukan proses peleburan sisa-sisa aluminium yang tidak terpakai
menjadi sebuah aluminium billet atau log. Pada PT. Alakasa Extrusindo terdapat dua
sumber billet, yaitu billet hasil recycle dan billet hasil impor dari Abu Dhabi.
B. Die Manufacturing and Correction
Pada tahap ini, dilakukan proses pembuatan dies yang akan digunakan sebagai
cetakan yang akan digunakan pada proses ekstrusi. Die manufacturing akan
menentukan bentuk dari aluminium yang akan diproduksi. Selain manufacturing, pada
PT. Alakasa Extrusindo juga dilakukan proses correction terhadap dies yang sudah
dipakai. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk membersihkan dies yang sudah
terpakai dari debu dan juga untuk memperbaiki bagian-bagian yang dianggap perlu.
C. Extrusion
Pada tahap ini dilakukan proses ekstrusi terhadap billet aluminium dengan sistem
press. Billet aluminium dimasuukan ke dalam mesin ekstrusi dan melewati die yang
telah dibentuk. Dengan tahap ini, aluminium yang berbentuk billet akan berubah
bentuk menjadi pelat-pelat aluminium yang sesuai dengan cetakan yang ada

5
D. Anodizing
Pada tahap anodizing, pelat aluminium akan dimasukkan ke dalam larutan untuk
dilakukan proses pelapisan sehingga aluminium tahan terhadap oksidasi. Selain itu,
pada tahap ini, aluminium juga dapat diberikan pewarnaan.
E. Powder Coating
Pada tahap ini, pelat aluminium yang telah jadi akan dilapisi dengan bubuk yang
digunakan sebagai pelapis dan pewarna. Bubuk yang menempel pada aluminium
kemudian akan diproses di dalam mesin sehingga melapisi seluruh permukaan
aluminium dengan rata.
F. Fabrication
Pada tahap ini, pelat-pelat aluminium yang masih dalam bentuk panjang akan diolah
menjadi produk siap pakai, misalnya dibentuk menjadi lis jendela, kusen, trails pintu,
dan lainnya. Tahap fabrikasi sendiri terdiri dari proses pemotongan, las, dan grinding.
G. Packing
Produk aluminium yang telah diproduksi dan sesuai dengan permintaan klien akan
dipindahkan ke bagian pengemasan dan siap untuk dikirim.

I.5 Landasan Teori


ERGONOMI
Ergonomi menurut Badan Buruh Internasional (ILO=International Labor
Organization) adalah penerapan ilmu biologi manusia sejalan dengan ilmu rekayasa untuk
mencapai penyesuaian bersama antara pekerjaan dan manusia secara optimum agar
bermanfaat demi efisiensi dan kesejahteraan. Pada prosesnya dibutuhkan kerjasama antara
lingkungan kerja (ahli hiperkes), manusia (dokter dan paramedik) serta mesin perusahaan
(ahli tehnik). Kerjasama ini disebut segitiga ergonomi.
Tujuan dari ergonomi adalah efisiensi dan kesejahteraan yang berkaitan erat dengan
produktivitas dan kepuasan kerja.
Adapun sasaran dari ergonomi adalah seluruh tenaga kerja baik sektor formal,
informal dan tradisional.
Pendekatan ergonomi mengacu pada konsep total manusia, mesin dan lingkungan yang
bertujuan agar pekerjaan dalam industri dapat berjalan secara efisien, selamat dan nyaman.
Dengan demikian dalam penerapannya harus memperhatikan beberapa hal yaitu: tempat
kerja, posisi kerja, proses kerja.
Adapun tujuan penerapan ergonomi adalah sebagai berikut: 1) meningkatkan
6
kesejahteraan fisik dan mental, dengan meniadakan beban kerja tambahan (fisik dan mental),
mencegah penyakit akibat kerja, dan meningkatkan kepuasan kerja,
2) meningkatkan kesejahteraan sosial dengan jalan meningkatkan kualitas kerjasama sesama
pekerja, pengorganisasian yang lebih baik dan menghidupkan sistem kebersamaan dalam
tempat kerja, 3) berkontribusi di dalam keseimbangan rasional antara aspek-aspek teknik,
ekonomi, antropologi dan budaya dari sistem manusia-mesin untuk tujuan meningkatkan
efisiensi sistem manusia-mesin.
Adapun manfaat pelaksanaan ergonomi adalah menurunnya angka kesakitan akibat
kerja, menurunnya kecelakaan kerja, biaya pengobatan dan kompensasi berkurang, stress
akibat kerja berkurang, produktivitas membaik, alur kerja bertambah baik, rasa aman karena
bebas dari gangguan cedera, kepuasan kerja meningkat.
Ruang lingkup ergonomi sangat luas aspeknya, antara lain meliputi :
1. Teknik
2. Fisik
3. Pengalaman psikis
4. Anatomi, utamanya yang berhubungan dengan kekuatan dan gerakan otot dan
persendian
5. Anthropometri
6. Sosiologi
7. Fisiologi, terutama berhubungan dengan temperatur tubuh, Oxygen up take dan
aktivitas otot.
8. Desain, dll.

Aplikasi/penerapan Ergonomik pada tenaga kerja:


1. Posisi Kerja
Terdiri dari posisi duduk dan posisi berdiri, posisi duduk dimana kaki tidak terbebani
dengan berat tubuh dan posisi stabil selama bekerja. Sedangkan posisi berdiri dimana
posisi tulang belakang vertikal dan berat badan tertumpu secara seimbang pada dua
kaki.

2. Proses Kerja
Para pekerja dapat menjangkau peralatan kerja sesuai dengan posisi waktu bekerja
dan sesuai dengan ukuran anthropometrinya. Harus dibedakan ukuran anthropometri

7
barat dan timur.

3. Tata Letak Tempat Kerja


Display harus jelas terlihat pada waktu melakukan aktivitas kerja. Sedangkan simbol
yang berlaku secara internasional lebih banyak digunakan daripada kata-kata.

4. Mengangkat beban
Bermacam-macam cara dalam mengangkat beban yakni, dengan kepala, bahu, tangan,
punggung, dll. Beban yang terlalu berat dapat menimbulkan cedera tulang punggung,
jaringan otot dan persendian akibat gerakan yang berlebihan.

Penyakit-penyakit di tempat Kerja yang Berkaitan dengan Ergonomi


Semua pekerja secara kontinyu harus mendapat supervisi medis teratur. Supervisi
medis yang biasanya dilakukan terhadap pekerja antara lain :
1. Pemeriksaan sebelum bekerja
Bertujuan untuk menyesuaikan dengan beban kerjanya.
2. Pemeriksaan berkala
Bertujuan untuk memastikan pekerja sesuai dengan pekerjaannya
danmendeteksibila ada kelainan.
3. Nasehat
Harus diberikan tentang hygiene dan kesehatan, khususnya pada wanita muda
danyang sudah berumur.

KESEHATAN KERJA
Kesehatan kerja adalah upaya penyeserasian antara kapasitas kerja, beban kerja dan
lingkungan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan dirinya
sendiri maupun masyarakat di sekelilingnya, agar diperoleh produktivitas kerja yang optimal
(UU Kesehatan 1992 Pasal 23). Kesehatan kerja bertujuan untuk memperoleh derajat
kesehatan yang setinggi – tingginya, baik fisik, mental dan sosial bagi masyarakat pekerja
dan masyarakat yang berada di lingkungan perusahaan. Aplikasi kesehatan kerja berupa
upaya promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif.
Promosi kesehatan merupakan ilmu pengetahuan dan seni yang membantu seseorang
untuk mengubah gaya hidup menuju kesehatan yang optimal, yaitu terjadinya keseimbangan
kesehatan fisik, emosi, spiritual dan intelektual. Tujuan promosi kesehatan di tempat kerja
8
adalah terciptanya perilaku dan lingkungan kerja sehat juga produktivitas yang tinggi.
Tujuan dari promosi kesehatan adalah:
 Mengembangkan perilaku kerja sehat
 Menumbuhkan lingkungan kerja sehat
 Menurunkan angka absensi sakit
 Meningkatkan produktivitas kerja
 Menurunnya biaya kesehatan
 Meningkatnya semangat kerja
Upaya preventif dilakukan untuk mencegah terjadinya penyakit akibat kerja yang
disebabkan oleh alat/ mesin dan masyarakat yang berada di sekitar lingkungan kerja ataupun
penyakit menular umumnya yang bisa terjangkit pada saat melakukan pekerjaan yang
diakibatkan oleh pekerja. Upaya preventif diperlukan untuk menunjang kesehatan optimal
pekerja agar didapat kepuasan antara pihak pekerja dan perusahaan sehingga menimbulkan
keuntungan bagi kedua belah pihak.Aplikasi upaya preventif diantaranya pemakaian alat
pelindung diri dan pemberian gizi makanan bagi pekerja.
Salah satu aspek yang harus diimplementasikan dalam kesehatan kerja adalah adanya
pemeriksaan kesehatan bagi tenaga kerja, baik sejak awal sebelum bekerja, selama bekerja,
maupun sesudah bekerja. Tujuan dari pemeriksaan kesehatan ini ditujukan agar selain tenaga
kerja yang diterima di awal berada dalam kondisi kesehatan setinggi-tingginya, juga untuk
memantau status kesehatan pekerja dan juga meminimalisir dan mendeteksi dini apakah ada
penyakit akibat kerja yang ditimbulkan akibat proses produksi.
Pemeriksaan kesehatan yang dilakukan oleh PT. Alakasa Extrusindo, menjalin kerja sama
dengan Puskesmas Pulo Gadung.
a. Pemeriksaan Kesehatan Awal (Pre-Employment)
- PT. Alakasa Extrusindo, melakukan pemeriksaan kesehatan awal pada setiap
calon tenaga kerja yang melamar pekerjaan ke perusahaan tersebut.
- Pemeriksaan kesehatan ini juga dilakukan pada pekerja yang hendak dipindahkan
ke lokasi kerja yang lain dengan risiko yang berbeda
- Pada pemeriksaan kesehatan awal ini dilakukan pemeriksaan berupa wawancara
tentang riwayat kesehatan pekerja, pemeriksaan fisik umum, pemeriksaan status
mental, rontgen toraks, laboratorium rutin, dan pemeriksaan lain yang dianggap
perlu.

9
b. Pemeriksaan Kesehatan Berkala
- PT. Alakasa Extrusindo, tidak melakukan pemeriksaan kesehatan berkala menurut
keterangan pekerja.
- Apabila ditemukan kelainan atau gangguan kesehatan pada para pekerja, pihak
manajemen akan menindak lanjut sesuai kebijakannya.
c. Pemeriksaan Kesehatan Khusus
PT. Alakasa Extrusindo akan melakukan pemeriksaan kesehatan khusus terhadap
tenaga kerja tertentu apabila dinilai memerlukan pemeriksaan tersebut sesuai dengan
keluhannya.

PT. Alakasa Extrusindo memiliki satu unit poliklinik perusahaan yang letaknya di
depan dan cukup terjangkau oleh semua tenaga kerja, dengan personil kesehatan sejumlah 1
orang, terdiri dari satu orang dokter perusahaan yang hadir pada hari Selasa dan Kamis pada
pukul 10.00 – 16.30 WIB.
Sarana P3K terletak di perbatasan antara beberapa departemen dengan letak yang
agak tersembunyi, hal ini bertolakbelakang dengan kebijakan Permenakertrans RI No.
15/MEN/VIII/2008. Dalam Permenakertrans tersebut, dijabarkan bahwa Pertolongan Pertama
Pada Kecelakaan di tempat kerja (P3K) adalah upaya memberikan pertolongan pertama
secara cepat dan tepat kepada pekerja/buruh/dan/atau orang lain yang berada di tempat kerja,
yang mengalami sakit atau cidera di tempat kerja.
Fasilitas P3K yang dimaksud dalam Permenakertrans ini meliputi ruang P3K, kotak
P3K dan isinya sesuai standar, alat evakuasi dan alat transportasi, fasilitas tambahan berupa
alat pelindung diri dan/atau peralatan khusus di tempat kerja yang memiliki potensi bahaya
yang bersifat khusus. Pengusaha wajib menyediakan ruang P3K dalam hal proses produksi
mempekerjakan pekerja/buruh 100 orang atau lebih atau kurang dari 100 orang dengan
potensi bahaya tinggi.
Ruang P3K juga diatur standarnya, salah satunya meliputi lokasi yang harus dekat
dengan toilet/kamar mandi, jalan keluar, mudah dijangkau, dan dekat dengan tempat parker
kendaraan.
Kotak P3K juga harus memenuhi persyaratan sebagai berikut, yaitu terbuat dari bahan
yang kuat dan mudah dibawa, berwarna dasar putih dengan lambang P3K berwarna putih
dengan lambang P3K berwarna hijau dengan isi kotak sesuai dengan Permenakertrans yang
mengatur. Penempatan kotak P3K juga harus pada tempat yang mudah dilihat dan dijangkau
dengan diberi tanda arah yang jelas dan cukup cahaya serta mudah diangkat apabila
10
digunakan dan disesuaikan dengan jumlah tenaga kerja yang ada, dan dalam hal tempat kerja
dengan unit kerja berjarak 500 meter atau lebih masing-masing unit kerja harus menyediakan
kotak P3K sesuai jumlah pekerja/buruh.

11
PT. Alakasa Extrusindo menyediakan sarana P3K. Hanya saja, saat dilakukan
wawancara, tidak dijabarkan berapa jumlah kotak P3K dan pada saat dilakukan walkthrough
survey tidak ditemukan adanya kotak P3K di tempat kami melakukan survey. Petugas P3K
ditangani oleh rekan tenaga kerja sendiri.
Gizi kerja adalah gizi /nutrisi yang diperlukan oleh tenaga kerja untuk memenuhi
kebutuhan sesuai dengan jenis pekerjaan dan beban kerja tambahan. Gizi kerja menjadi
masalah disebabkan beberapa hal yaitu rendahnya kebiasaan makan pagi, kurangnya
perhatian pengusaha, kurangnya pengetahuan tenaga kerja tentang gizi, tidak mendapat uang
makan, serta jumlah, kapan dan apa dimakan tidak diketahui. Efek dari gizi kerja yang
kurang bagi pekerja adalah :
 Pekerja tidak bekerja dengan maksimal
 Pertahanan tubuh terhadap penyakit berkurang
 Kemampuan fisik pekerja yang berkurang
 Berat badan pekerja yang berkurang atau berlebihan
 Reaksi pekerja yang lamban dan apatis,
 Pekerja tidak teliti
 Efisiensi dan produktifitas kerja berkurang
Jenis pekerjaan dan gizi yang tidak sesuai akan menyebabkan timbulnya berbagai
penyakit seperti obesitas, penyakit jantung koroner, stroke, penyakit degenerative,
arteriosklerotik, hipertensi, kurang gizi dan mudah terserang infeksi akut seperti gangguan
saluran nafas. Ketersediaan makanan bergizi dan peran perusahaan untuk memberikan
informasi gizi makanan atau pelaksanaan pemberian gizi kerja yang optimal akan
meningkatkan kesehatan dan produktivitas yang setinggi – tingginya.
PT. Alakasa Extrusindo tidak menyediakan fasilitas kantin maupun ruang makan.
Tenaga kerja hanya diberikan uang makan yang sudah terliput dalam gaji bulanan. Menurut
keterangan, beberapa pekerja membawa bekal dari rumah atau membeli di lingkungan sekitar
perusahaan.

12
BAB II
PELAKSANAAN

2.1 Tanggal dan waktu pengamatan


Pengamatan tempat kerja (walkthrough survey) di PT. Alakasa Extrusindo. ini
dilakukan pada hari Senin, 14Desember 2015 pada pukul 08.45 hingga 12.00.

2.2 Lokasi Pengamatan


Pengamatan dilakukan di PT. Alakasa Extrusindo yang beralamatkan di Jl.
Pulogadung 4 Rawa Terate Cakung Jakarta Timur DKI Jakarta, 13920, Indonesia.

13
BAB III
HASIL PENGAMATAN DAN PEMECAHAN MASALAH

Dampak yang Upaya


No Unit Kerja Hasil pengamatan Standar/PP Pemecahan Masalah
dapat terjadi perusahaan
Terdapat unit pelayanan
Tidak ada Menunjuk dokter
kesehatan berupa klinik Keputusan direktur jenderal
penanggung perusahaan menjadi
di lingkungan pembinaan pengawasan
jawab terhadap Belum ada dokter penanggung
perusahaan yang ketenagakerjaan nomor kep.
pelayanan jawab pelayanan
dikepalai oleh seorang 22/DJPPK/V/2008
kesehatan kesehatan kerja
dokter perusahaan.
Terdapat perbaikan
Unit pelayanan Pelayanan jadwal untuk dokter
Fasilitas kesehatan perusahaan kesehatan perusahaan agar unit
1 pelayanan hanya tersedia pada hari terhadap tenaga Belum ada - pelayanan kesehatan
kesehatan selasa dan kamis mulai kerja kurang dapat diakses oleh
pukul 10.00 - 16.30WIB maksimal tenaga kerja setiap
hari
- UU no 24 tahun 2011
Langkah yang
Tenaga kerja terdaftar tentang BPJS
diambil pihak
dalam BPJS kesehatan - - - UU no 40 tahun 2004
perusahaan sudah
dan ketenagakerjaan tentang sistem jaminan sosial
tepat
nasional

14
Dilakukan pembinaan
Promotif :Penyuluhan kesehatan
kesehatan berkala hanya kerjakepada tenaga
dilakukan 1 tahun sekali Kemungkinan kerja minimal 1 bulan
dan tidak melibatkan terjadinya sekali.
semua tenaga kerja. kecelakaan kerja
dan penyakit Dilakukan
Tidak adanya poster akibat kerja di pemasangan media
Keputusan direktur jenderal
atau media iklan lainnya kemudian hari Belum ada iklan berupa poster
pembinaan pengawasan
2 mengenai penggunaan memiliki atau sejenisnya untuk
ketenagakerjaan nomor kep.
kesehatan kerja, peluang yang mengingatkan tenaga
22/DJPPK/V/2008
keselamatan kerja, dan tinggi kerja akan pentingnya
APD yang baik di kesehatan dan
tempat kerja. keselamatan dalam
PP No. 50 tahun 2012
bekerja
tentang penerapan Sistem
Keselamatan dan Kesehatan
Program Preventif :Dokter
Kerja (SMK3) Melengkapi sarana
Kesehatan perusahaan melakukan
APD bagi tenaga
pemantauan lingkungan
Dapat terjadi kerja dan memberi
kerja secara berkala.
kecelakaan kerja Belum ada peringatan bagi
sewaktu-waktu tenaga kerja yang
Penggunaan APD tidak
di perusahaan tidak menggunakan
berjalan dengan baik di
APD pada saat
perusahaan.
bekerja.

15
Kuratif: Dokter
perusahaan melakukan
Upaya kuratif
pengobatan untuk -
- dilaksanakan dengan
karyawan yang berobat
baik
ke poliklinik

Program Rehabilitatif: Untuk


Kesehatan pekerja yang mengalami
cacat karena pekerjaan, Peraturan Pemerintah No.43
Program rehabilitasi
dilakukan pengobatan tahun 1998 tentang upaya
- - sudah berjalan
berkala di poliklinik dan peningkatan kesejahteraan
dengan seharusnya
diupayakan agar dapat social penyandang cacat
bekerja kembali di
lingkungan sebelumnya
PER. 11/MEN/VI/2005
Menjadwalkan dan
tentang Pencegahan dan
melakukan
Penanggulangan
penyuluhan tentang
Penyalahgunaan dan
Tingkat narkoba dan HIV
Perusahaan belum Peredaran Gelap Narkotika,
Pencegahan kesadaran dan secara berkala
mengadakan program Psikotropika, dan Zat Adiktif
3 HIV, AIDS, pengetahuan Belum ada
pencegahan HIV, AIDS, Lainnya di Tempat Kerja
dan narkoba tenaga kerja Menerapkan prosedur
dan narkoba
rendah K3 khusus untuk
Kep. 68/MEN/2004 tentang
pencegahan dan
Pencegahan dan
penanggulan
penanggulangan HIV/AIDS
HIV/AIDS
di tempat kerja

16
Medical Check Up
Awaldilakukan setiap
kali rekrutmen karyawan
yang datanya akan
disimpan oleh tim Peraturan Menteri Tenaga
dokter perusahaan Kerja Dan Transmigrasi No. Sudah sesuai dengan
- -
Per.02/MEN/1980 pasal 1 prosedur
Medical Check Up dan 2
dilakukan oleh RS yang
bekerja sama dengan
perusahaan PT. Alakasa
Extrusindo
Pemeriksaan Re-sosialisasi tentang
Kesehatan pentingnya
4.
(Medical Dari keterangan tenaga Penyakit akibat Peraturan Menteri Tenaga memeriksaan
Check Up) kerja, tidak ada kerja sulit untuk Kerja Dan Transmigrasi No. kesehatan kepada
Belum ada
pemeriksaan Medical dicegah sedini Per.02/MEN/1980 Pasal 3 para kayawan
Check Up berkala mungkin dan 4 walaupun tidak
dirasakan adanya
keluhan yang berarti
Perlu perhatian
khusus bagi
Kemungkinan
Tidak ada pemeriksaan karyawan yang sudah
tenaga kerja Peraturan Menteri Tenaga
kesehatan khusus bagi bekerja dengan lama
mengalami PAK Belum ada Kerja Dan Transmigrasi No.
karyawan dengan dan dengan paparan
dalam pabrik ini Per.02/MEN/1980 Pasal 5
kebutuhan atau butuh khusus (contoh :
sangat tinggi
perhatian khusus, seperti pencahayaan atau
: audiometri, spirometri, bising)

17
pemeriksaanmata, dll.

5.
Sebagian besar kursi Belum ada
UU no.1 th 1970 ttg
tidak memiliki sandaran substitusi
Musculoskeletal keselamatan kerja
meskipun jam kerja dengan kursi
Disorder
yang lama dengan posisi yang memiliki
yang statis sandaran
Kursi yang dapat
diatur tingginya
UU RI no. 13 th 2003 ttg Pengadaaan alat kerja
akan membuat
Kursi dapat diatur naik - ketenagakerjaan yang sesuai dengan
pekerja bisa
turun prinsip-prinsip
mencari posisi
ergonomi
yang nyaman
Kesesuaian Posisi yang tidak
pekerja ergonomis akan
dengan alat cepat membuat Belum ada
(Ergonomi) Tinggi meja tempat lelah dan dapat penggantian
bekerja terlalu rendah menyebabkan dengan meja PP no.50 th 2012 ttg
pada pekerja dengan penyakit akibat yang sesuai penerapan SMK3
posisi berdiri kerja yang pada dengan tinggi
akhirnya pekerjaan
menurunkan
produktivitas

18
Diadakan penyuluhan
Pekerja mengangkat Belum pernah
dilakukan atau pelatihan
barang dengan posisi
mengenai ergonomi
yang tidak ergonomis penyuluhan
Penyakit Akibat serta posisi dan
bagaimana
Kerja yang Permenakertrans postur kerja yang
posisi yang
berhubungan no.PER.03/MEN/1982 ttg ergonomis dan
ergonomis
dengan pelayanan kesehatan kerja manfaat ergonomi
Pekerja tidak dalam
ergonomi pada tenaga kerja
mengetahui mengenai melakukan
postur kerja yang ergois pekerjaan

Menyediakan
makanan untuk
Tenaga kerja
tenaga kerja, uang
Tidak disediakan makan tidak mendapat
makan tidak
untuk tenaga kerja, uang asupan gizi yang
Surat Edaran Menteri Tenaga dimasukkan kedalam
Program makan dimasukkan sesuai dengan
Kerja dan Transmigrasi No. gaji karena tidak
pemenuhan kedalam gaji sehingga Kebutuhannya
SE. 01/ Men/1979 tentang semua tenaga kerja
6. gizi tenaga tenaga kerja membawa selama delapan
Belum ada pengadaan kantin dan ruang menggunakan uang
kerja, kantin atau membeli makanan jam bekerja. Hal
makan. makan tersebut untuk
atau ruang sendiri dan tidak ini dapat
membeli makanan
makan tersedianya kantin atau menimbulkan
yang sesuai dengan
ruang makan untuk berkurangnya
kebutuhan gizi untuk
tenaga kerja. produktivitas
bekerja selama
tenaga kerja.
delapan jam.

19
Perlu disediakan
ruang makan atau
kantin untuk makan
agar tenaga kerja
dapat makan dan
beristirahat di tempat
yang seharusnya.
Upaya ini tujuannya
untuk meningkatkan
produktivitas tenaga
kerja.

7. 10 Penyakit Dari data poliklinik Produktivitas Belum ada Permenakertrans No Per. Program pelayanan
tersering selama bulan Juni 2015 pekerja dapat 01/Men/1981 tentang kesehatan promotive
pada hingga November 2015, menurun bila kewajiban lapor penyakit dan preventif harus
perusahaan didapatkan beberapa pekerja sering akibat kerja lebih diupayakan
penyakit yang sering sakit Keputusan menteri tenaga
terjadi antara lain: kerja No. 333 tahun 1989
myalgia, ISPA, diabetes tentang diagnosis dan
melitus, dan gastritis laporan penyakit akibat kerja

20
Tidak ada Data rinci
mengenai PAK yang
terjadi, tetapi diketahui Tidak adanya
pernah terjadi PAK yang bukti otentik Belum Ada
mengakibatkan cacat bahwa program UU no.1 th 1970 ttg
pada pegawai bahkan P2K3 telah di keselamatan kerja
Memulai rekap Data
sampai kematian laksanakan
dalam hal PAK yang
Penyakit
terjadi sehingga
Akibat Data kurang
8. Permenakertrans No Per. tindakan yang sesuai
Kerja yang dapat di percaya
Dalam 5 tahun terakhir 01/Men/1981 tentang dapat dilakukan
terjadi dan harus di
pada perusahaan PT kewajiban lapor penyakit sedini mungkin.
lakukan
Alakasa Extrusindo akibat kerja
wawancara
mengklaim bahwa tidak Belum Ada Keputusan menteri tenaga
terhadap
ada laporan mengenai kerja No.333 tahun 1989
karyawan yang
Penyakit Akibat Kerja tentang diagnosis dan
bekerja di PT
yang terjadi laporan penyakit akibat kerja
Alakasa
Extrusindo
Pada kunjungan kali
ini, peneliti tidak
Peraturan menteri tenaga
sempat mengakses
Terdapat ruang P3K kerja dan transmigrasi
unit P3K. Diharapkan
pada tiap departemen Republik Indonesia Nomor:
- - pada inspeksi
9 P3K dan di dalamnya PER.15/MEN/VIII/2008
berikutnya lebih
terdapat kotak P3K tentang Pertolongan Pertama
diperhatikan tentang
Pada Kecelakaan Di Tempat
syarat-syarat ruang
Kerja
P3K dan juga jenis
kotak P3K yang ada

21
Dapat terjadi
kesalahan
ataupun
Tidak ada personil P3K Mengisi unit P3K
kekeliruan
khusus, hanya dilakukan dengan unit yang
dalam Belum ada
oleh teman-teman terlatih dan memiliki
memberikan
tenaga kerja setempat sertifikat pelatihan
pertolongan
pertama pada
kecelakaan kerja
Langkah yang
Kurangnya
diambil oleh pihak
Terdapat fasilitas berupa tenaga kesehatan
 Peraturan menteri tenaga perusahaan hendaklah
klinik dengan peralatan guna membantu
kerja nomor per menambah tenaga
yang diberikan adalah dokter dalam
03/men/1982 tentang kesehatan guna
Personil seorang dokter, yang membantu
10 Belum ada pelayanan kesehatan kerja membantu dokter
kesehatan pelayanan hanya memberikan
perusahaan untuk
diberikan pada hari pelayan
 UU nomor 1 tahun 1970 memberikan
selasa dan kamis pukul kesehatan
tentang keselamatan kerja pelayanan kesehatan
10.00-12.00 WIB terhadap tenaga
yang baik kepada
kerja
para tenaga kerja

22
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Dari hasil walkthough survey yang kami lakukan di PT Alakasa Extrusindo,
kesimpulan yang dapat ditarik adalah :
 Dari aspek fasilitas pelayanan kesehatan, sebetulnya dengan adanya unit
pelayanan kesehatan di dalam lingkungan perusahan sudah sangat baik,
namun demikian bentuk pelayanan kesehatan belumlah optimal.
 Dari aspek pelayanan kesehatan, fungsi promotif dan preventif yang
dijalankan belum dilakukan secara optimal, hal ini dapat dilihat dari
lingkungan kerja yang kurang memadai dan juga ketidak patuhan tenaga
kerja dalam penggunaan APD. Untuk pelayanan kuratif dan rehabilitative
sudah cukup baik.
 Dari aspek pencegahan HIV, AIDS, dan narkoba, perusahaan masih belum
menjalankan program apapun yang terkait.
 Dari aspek pemeriksaan kesehatan. Perusahaan sudah menjalankan
pemeriksaan awal dengan baik untuk menyaring tenaga kerja yang masuk.
Pemeriksaan berkala dan khusus masih belum dilakukan.
 Dari aspek ergonomi, kursi, sikap bekerja, cara mengangkat masih belum
sesuai dengan prinsip ergonomis.
 Dari aspek pemenuhan gizi pekerja, pekerja hanya diberi uang makan yang
sudah termasuk dalam gaji bulanan. Perusahaan tidak memiliki kantin
maupun ruang makan.
 Beberapa penyakit yang sering terjadi antara lain myalgia, gastritis, diabetes
mellitus, dan ISPA.
 Belum ada data terhadap penyakit akibat kerja selama ini.
 Perusahaan memiliki ruang P3K, namun belum memiliki personil P3K yang
memadai
 Personil kesehatan hanya terdiri dari seorang dokter perusahaan

B. Saran
Adapun saran yang kami ajukan antara lain:

23
 Menunjuk dokter perusahaan menjadi dokter penanggung jawab pelayanan
kesehatan kerja dan upayakan ada perbaikan jadwal untuk dokter
perusahaan agar unit pelayanan kesehatan dapat diakses oleh tenaga kerja
setiap hari
 Dilakukan pembinaan kesehatan kerjakepada tenaga kerja minimal 1 bulan
sekali.
 Dilakukan pemasangan media iklan berupa poster atau sejenisnya untuk
mengingatkan tenaga kerja akan pentingnya kesehatan dan keselamatan
dalam bekerja. Melengkapi sarana APD bagi tenaga kerja dan memberi
peringatan bagi tenaga kerja yang tidak menggunakan APD pada saat
bekerja.
 Menjadwalkan dan melakukan penyuluhan tentang narkoba dan HIV secara
berkala dan menerapkan prosedur K3 khusus untuk pencegahan dan
penanggulan HIV/AIDS
 Re-sosialisasi tentang pentingnya memeriksaan kesehatan kepada para
kayawan walaupun tidak dirasakan adanya keluhan yang berarti. Perlu
perhatian khusus bagi karyawan yang sudah bekerja dengan lama dan
dengan paparan khusus (contoh : pencahayaan atau bising)
 Pengadaaan alat kerja yang sesuai dengan prinsip-prinsip ergonomic.
Diadakan penyuluhan atau pelatihan mengenai ergonomi serta posisi dan
postur kerja yang ergonomis dan manfaat ergonomi pada tenaga kerja
 Menyediakan makanan untuk tenaga kerja, uang makan tidak dimasukkan
kedalam gaji karena tidak semua tenaga kerja menggunakan uang makan
tersebut untuk membeli makanan yang sesuai dengan kebutuhan gizi untuk
bekerja selama delapan jam.
 Perlu disediakan ruang makan atau kantin untuk makan agar tenaga kerja
dapat makan dan beristirahat di tempat yang seharusnya. Upaya ini tujuannya
untuk meningkatkan produktivitas tenaga kerja.
 Program pelayanan kesehatan promotive dan preventif harus lebih
diupayakan
 Memulai rekap Data dalam hal PAK yang terjadi sehingga tindakan yang
sesuai dapat dilakukan sedini mungkin.
 Mengisi unit P3K dengan unit yang terlatih dan memiliki sertifikat pelatihan

24
 Langkah yang diambil oleh pihak perusahaan hendaklah menambah tenaga
kesehatan guna membantu dokter perusahaan untuk memberikan pelayanan
kesehatan yang baik kepada para tenaga kerja.

DEPARTE PERMASALAHAN SARAN
MEN

Melting - -

Die Posisikerjatidakergonomi Menyediakanfasilitaskerjaberupakursidanmeja


Manufactur yang
e ergonomisesuaidenganposisisetiaptenagakerja

Extrusion Terpaparpotensibahaya Melakukanpemeriksaankhususberkalaberupaa


(hazard) berupakebisingan udiometri

Powder Terpaparpotensibahayaberup Melakukanpemeriksaankhususberkalaberupas


Coating adebudan fume dalam proses pirometri
produksi

Anodizing Terpaparpotensibahayazatki Melakukanpemeriksaanberkalaberupapemerik


mia yangterpapar saandarahrutin

Fabrication Posisikerjatidakergonomi Menyediakanfasilitaskerjaberupakursidanmeja


yang
ergonomisesuaidenganposisisetiaptenagakerja

Packing - -

Semua Belum adanya media promosi Memasang poster-poster di tempat kerja yang
Departemen kesehatan kerja berupa poster mudah terlihat oleh seluruh pekerja

Unit Kurangnya tenaga medis yang Menambah jumlah tenaga medis di


Kesehatan memberikan pelayanan perusahaan
kesehatan

25
BAB V
PENUTUP

PT. Alakasa Extrusindo merupakan perusahaan yang bergerak dalam


pengolahan produk aluminium dengan cara extrusi. Proses produksi dilakukan
langsung di lingkungan perusahaan dan melibatkan proses-proses melting, die
manufacture, extruding, anodizing, powder coating, fabrication, dan packing.
Perusahaan ini berdiri sejak 1972 dan saat ini mepekerjakan 175 tenaga kerja.
Dari hasil walkthrough survey yang kami laksanakan, masih ada beberapa hal
yang belum sempurna dan butuh perbaikan. Semoga makalah ini dapat membantu
dalam menyikapi permasalahan yang ada dan perbaikan perusahaan dalam aspek
kesehatan dan ergonomic kerja agar tenaga kerja dapat melakukan kegiatan
produksi secara maksimal.

26

Anda mungkin juga menyukai