Anda di halaman 1dari 13

NON-ALCOHOLIC FATTY LIVER DISEASE

I. Pendahuluan
Perlemakan hati non alkoholik atau Non-Alcoholic Fatty Liver Disease
(NAFLD) merupakan salah satu penyakit yang mulai mendapat perhatian dari
penduduk dunia. NAFLD adalah istilah yang digunakan untuk menyebut suatu
kondisi akumulasi lemak pada hati tanpa adanya konsumsi alkohol yang berlebih
(kurang dari 20 gram per minggu).1 NAFLD sangat erat hubungannya dengan
obesitas, diabetes dan sindroma metabolik.
Obesitas merupakan masalah kesehatan yang banyak mengenai anak dan
menyebabkan gangguan kesehatan yang dapat berlangsung seumur hidup.2
National health and nutrition examination survey (NHANES) melaporkan 17,4 -
18,8% anak menderita obesitas dan nantinya mereka akan menjadi dewasa yang
obes pula.3-5
Penumpukan jaringan lemak dapat mengenai banyak organ sehingga anak
yang obes akan berisiko tinggi untuk mengalami sindrom metabolik yang terdiri
atas obesitas sentral, dislipidemia, hipertensi dan diabetes melitus (DM) tipe 2.6, 7
Resistensi insulin memegang peranan penting dalam etiopatogenesis timbulnya
berbagai macam manifestasi klinis yang sering ditemukan pada anak obes,
termasuk penyakit perlemakan hati non alkoholik (nonalcoholic fatty liver
disease, NAFLD).2, 8, 9
Penyakit perlemakan hati non alkoholik merupakan penyebab penyakit
hati kronik pada remaja di negara barat.10, 11 Kelainan ini pertama kali dilaporkan
oleh Ludwig pada tahun 1980.2 Berbeda dengan penderita dewasa, maka standar
diagnosis dari NAFLD pada anak belum ada.6

II. Definisi
Penyakit perlemakan hati non alkoholik adalah diagnosis klinikopatologis
yang ditandai secara histologis dengan adanya penumpukan lemak terutama
trigliserida di hepatosit dimana penyebab lain dari penyakit hati telah disingkirkan
(termasuk penggunaan alkohol secara kronik, hepatitis B, hepatitis C dan
defisiensi α1 antitripsin).6, 10
Akibat penumpukan lemak tersebut, berat hati
bertambah mencapai 5% dari berat awalnya.12

III. Epidemiologi
Tominaga K dkk pada tahun 1995 (dikutip oleh Nobili V dkk pada tahun
2008) melaporkan prevalensi NAFLD sebesar 2,6-9,8% pada anak dan remaja
serta meningkat menjadi 77% pada anak yang obes.10 Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Schwimmer JB dkk pada tahun 2006 didapatkan prevalensi
NAFLD sebesar 38% pada anak yang obes.6 Selain itu juga didapatkan adanya
peningkatan prevalensi sesuai dengan bertambahnya umur, yaitu 0,7% pada umur
2-4 tahun dan 17,3% pada umur 15-19 tahun.6 Prevalensi perlemakan hati juga
berbeda berdasarkan ras dan etnis dimana pada ras hispanik ditemukan sebesar
11,8%, ras Asia 10,2%, ras kulit putih 8,6% dan ras kulit hitam 1,5%.6

IV. Faktor risiko


Obesitas, hiperglikemia dan hipertrigliseridemia merupakan faktor risiko
yang berhubungan dengan NAFLD pada penderita dewasa dan anak.6 Walaupun
sebagian besar kasus terjadi pada penderita yang berusia 50-60 tahun, namun saat
ini ditemukan kecenderungan peningkatan kasus pada anak.6, 11
Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh El-Karaksy HM dkk di Mesir pada tahun 2011
didapatkan bahwa data antropometri seperti IMT, ketebalan lipatan kulit
subskapula, perbandingan lingkaran perut dengan paha, gambaran ekogenisitas
hati melalui pemeriksaan USG dan pemeriksaan laboratorium seperti resistensi
insulin dan dislipidemia merupakan prediktor NASH pada anak yang obes.11
Penyebab NAFLD : 4, 12
1. Primer, yaitu sindrom metabolik
2. Sekunder :
a. Nutrisional
Seperti total parenteral nutrition, kehilangan berat badan yang cepat,
kelaparan, pembedahan bypass pada saluran cerna.
b. Obat-obatan
Seperti glukokortikoid, estrogen, tamoxifen, metotreksat, zidovudin,
amiodaron, tetrasiklin intravena, didadosin, kokain, perhexilen,
hipervitaminosis A, diltiazem.
c. Toksin
Seperti toksin jamur (Amanita phalloides, lepiota), bahan petrokimia,
fosfor, toksin Bacillus cereus.
d. Metabolik
Seperti lipodistrofi, disbetalipoproteinemia, penyakit Weber-Christian,
penyakit Wolman dan sindrom Reye.
e. Lain-lain
Seperti inflammatory bowel disease, HIV, divertikulosis usus halus dengan
pertumbuhan bakteri.

V. Patogenesis
Patogenesis NAFLD masih belum diketahui dengan jelas sampai
sekarang.13 Day CP dan James OFW pada tahun 1999 (dikutip oleh Das SK dkk
pada tahun 2006) mengusulkan hipotesis ‘beberapa pukulan’ dalam patogenesis
NASH dimana hipotesis ‘2 pukulan’ merupakan hipotesis yang banyak
digunakan.14 Hipotesis tersebut adalah :3, 4, 15
A. ‘Pukulan pertama’,
Yaitu resistensi insulin. Resistensi insulin dapat menyebabkan terjadinya
peningkatan sintesis asam lemak, peningkatan asam lemak yang dikirim ke
hati, sedikit penghancuran asam lemak dan sedikit trigliserida yang dilepaskan
dari hati. Akibatnya terjadi akumulasi trigliserida di hepatosit.
B. ‘Pukulan kedua’
Yaitu stres oksidatif dan sitokin. Stres oksidatif dapat menyebabkan terjadinya
peroksidasi lipid yang akan mengaktifkan sel stelata di hati serta kematian
hepatosit.
VI. Perjalanan Alamiah
Perjalanan alamiah NAFLD dimulai dari perlemakan hati sederhana
(steatosis), kemudian berkembang menjadi steatohepatitis (NASH), selanjutnya
terjadi peningkatan peradangan dan fibrosis, dan dapat menjadi sirosis hati.
Dikarenakan belum ada studi prospektif jangka panjang, maka perjalanan alamiah
NAFLD yang sebenarnya masih belum diketahui dengan jelas. Pada pantauan
biopsi hati serial pada penderita NAFLD, pada sebagian kasus terlihat jelas
perkembangannya mulai steatosis menuju steatohepatitis, sampai akhirnya
menjadi sirosis hati.16 Pada studi dengan pantauan biopsy hati secara serial selama
3.5 tahun sampai 11 tahun terhadap 257 penderita PPHNA, didapatkan 28% kasus
mengalami kerusakan hati progresif, 59% kasus tidak terjadi perubahan, dan 19%
kasus membaik.16 Peneliti lain mendapatkan hasil biopsi pada 37% kasus
berkembang menjadi fibrosis, 34% kasus tidak berubah, 29% terjadi perbaikan.
Suatu studi tentang probabilitas kesintasan (survival probability) terhadap 30
penderita NAFLD dibandingkan kontrol yang sesuai umur dan jenis kelamin,
didapatkan kesintasan yang lebih pendek 5-10 tahun pada kelompok NAFLD.
Studi terbaru terhadap 30 penderita NAFLD yang dipantau selama lebih 10 tahun,
didapatkan kesintasan 5 tahun 67% dan kesintasan 10 tahun 59%.16 Banyak faktor
yang diduga berperan dalam mortalitas penderita NAFLD, seperti komplikasinya
dan ko-morbiditasnya dari obesitas dan DM, serta faktor kondisi hatinya. Dari
berbagai studi prognosis mortalitas jangka panjang pada penderita NAFLD,
hasilnya dapat disimpulkan sebagai berikut: (a) dibandingkan populasi kontrol
yang seimbang, terdapat peningkatan angka kematian pada penderita NAFLD. (b)
penyebab kematian terbanyak pada NAFLD adalah berhubungan dengan penyakit
kardiovaskuler, dan (c) pada penderita NASH (bukan NAFL) terdapat
peningkatan kematian yang berhubungan dengan penyakit hati.

VII. Manifestasi Klinis


Kejadian NAFLD pada anak rata-rata terdiagnosis pada usia 11-13 tahun.
Penyakit ini biasanya bersifat asimptomatik pada saat diagnosis ditegakkan
walaupun sebagian besar penderita mengeluhkan adanya fatigue atau malaise
serta rasa penuh dan tidak enak pada perut kanan atas,15 atau manifestasi klinis
akan timbul jika terdapat kerusakan yang signifikan pada hepar atau sistem lain
yang terlibat seperti terjadinya resistensi insulin dan Diabetes Mellitus tipe II.
Sehingga seringkali NAFLD terdiagnosis secara tidak sengaja pada pasien obes
dengan faktor risiko metabolik.
Beberapa anak mengeluhkan gejala yang tidak khas, seperti nyeri perut
akibat peregangan kapsul hepar, kelelahan, mudah tersinggung, nyeri kepala dan
sulit berkonsentrasi. Hepatomegali dapat dijumpai pada 50% kasus, dan biasanya
merupakan satu-satunya gejala yang ditemukan dari pemeriksaan fisik namun
pada anak obes akan sulit dinilai. Pada anak dapat juga ditemukan akantosis
nigrikan pada 33-50% kasus, yaitu pigmentasi hitam di daerah lipatan kulit atau
aksila yang berhubungan dengan hiperinsulinemia.15
NAFLD pada anak sangat berkaitan dengan beberapa faktor risiko
sindrom metabolik, seperti resistensi insulin, dislipidemia, penyakit
kardiovaskuler dan yang paling erat kaitannya dengan adipositas viseral. Sekitar
56-79% penderita mengalami overweight (IMT > 25 kg/m2) dan sepertiganya
menderita sindrom metabolik.13
Pada obesitas dibawah usia 3 tahun biasanya tidak menimbulkan steatosis
pada hepar, apabila terjadi maka dapat menjadi indikasi terdapatnya disfungsi
metabolik yang lebih berat dengan prognosis yang lebih buruk. Dengan demikian,
jika didapatkan gambaran “brightness” pada hasil USG dan adanya peningkatan
aminotransferase pada kelompok usia ini perlu dilakukan pemeriksaan yang lebih
lengkap untuk menyingkirkan kemungkinan adanya kelainan metabolik atau
penyakit sistemik yang terkait dengan steatosis hepar.
A. NAFLD dan obesitas
Faktor risiko terbesar NAFLD pada anak adalah obesitas, dengan
prevalensi 50-80% anak dengan overweight dan obes, 2-7% dengan berat
badan normal. sebuah studi crossectional pada 182 anak dan remaja
menunjukkan korelasi yang positif antara peningkatan lemak perut dengan
kejadian NAFLD, terlepas dari adanya resistensi insulin dan dislipidemia.17
Dengan demikian ukuran lingkar pinggang dapat dijadikan alat skrining
untuk kejadian NAFLD.
Obesitas diperkirakan menyebabkan kadar asam lemak bebas dalam darah
tinggi yang meningkatkan risiko steatosis hati serta berkontribusi terhadap
kejadian resistensi insulin. Adapun mekanisme patofisiologis risiko obesitas
terhadap kejadian NAFLD pada anak masih belum dapat digambarkan
dengan jelas.18 Walaupun semua anak obesitas tidak berkembang menjadi
NAFLD, namun faktor lain yang dapat meningkatkan risiko adalah adanya
penumpukan jaringan lemak visceral.18
Jaringan adiposa visceral merupakan sumber utama lemak di hepar pada
orang dewasa, dimana 59% trigliserid yang ditemukan dihati merupakan
komponen utama akumulasi lemak pada kejadian NAFLD.18 Terdapat
beberapa bukti mengenai peranan penting jaringan adiposa visceral tersebut
dalam sistem endokrin, dimana akan menghasilkan sitokin pro inflamasi
termasuk TNF-α, IL-6, leptin dan adiponectin, yang terlibat dalam
terbentuknya NAFLD dan NASH serta sirosis hepar.11 Peranan pentoxifylline
sebagai phosphodiesterase inhibitor dan jalur antagonis TNF-α non spesifik
dapat menurunkan kadar alanine aminotransferase dalam serum dan
meningkatkan risiko NASH secara histologi pada pasien dewasa. Inhibitor
TNF-α seperti infliximab (antibodi monoklonal selektif terhadap TNF-α) dan
resveratrol (polifenol dengan aktifitas anti inflamasi) juga berperan pada uji
klinis pasien dewasa.19 Selain itu jaringan adiposa visceral mempunyai
karakteristik tersendiri, dimana aktifitas lipolisis yang lebih tinggi dan
pelepasan adipokin yang lebih besar. Terdapat bukti yang menunjukkan
bahwa saat jaringan adiposa meluas dan berkembang, maka terdapat sel
adiposit yang mengalami mikrohipoksia dikarenakan jaringan vaskularisasi
yang kurang memadai, sehingga mengakibatkan kerusakan dan kematian sel
yang berdampak terpicunya kaskade pro inflamasi. Adipokin yang beredar
untuk proses penyimpanan lemak akan mengaktifkan stres oksidatif yang
dapat memicu respon inflamasi lokal atau sistemik.18 Namun massa jaringan
adiposa pada anak lebih sedikit perkembangannya dibandingkan dewasa,
sehingga peranan jaringan adiposa subkutan yang dikatakan kurang aktif
secara metabolik dapat memiliki peranan yang penting dalam pembentukan
NAFLD pada anak. Pada penelitian terbaru menunjukkan perbedaan yang
spesifik terhadap distribusi jaringan adiposa subkutan pada anak dengan
NAFLD dan tidak. Perbedaan yang dilaporkan terlihat pada usia 3 tahun,
bukan saat lahir. Dimana hal ini menunjukkan bahwa tiga tahun pertama
kehidupan merupakan critical window terjadinya berbagai interaksi antara
faktor genetik, lingkungan, epigenetik dan metabolik yang berkontribusi
terhadap NAFLD dimasa depan.18

Gambar 1. Obesitas dan NAFLD18


B. Komplikasi hepar pada NAFLD
NASH (Non Alcoholic Steatohepatitis) pada umumnya dianggap sebagai
bentuk lanjut dari NAFLD, dimana steatosis beriringan dengan
hepatocellular injury dan inflamasi, yang memicu terjadinya nekrosis hepar,
fibrosis dan sirosis dan secara signifikan meningkatkan risiko karsinoma
hepar. NASH secara signifikan meningkatkan angka mortalitas terkait dengan
hepar, dengan penyebab kematian paling sering akibat sirosis dan gagal hati,
neoplasia, sepsis, perdarahan akibat varises dan penyakit kardiovaskuler.
NAFLD saat ini merupakan penyebab fibrosis dan sirosis hati yang paling
umum pada anak dan dewasa dengan kenaikan kadar alanin aminotransferase
yang tidak dapat dijelaskan. Namun fibrosis stadium lanjut dapat
menunjukkan kadar aminotransferase yang normal pada steatosis sederhana.18
1. Fibrosis
Sekitar 25% anak obes akan berkembang menjadi NASH. Sebuah
penelitian pada 24 pasien remaja obes yang menjalani operasi bariatrik
63% menunjukkan memiliki NASH dan 25% pada borderline NASH.20
Pada studi retrospektif menunjukkan sepertiga pasien dewasa dengan
NASH mengalami fibrosis hepar dikemudian hari.21 Prediktor utama
keparahan fibrosis hepar adalah dengan bertambahnya usia, BMI > 28-30
kg/ m2, hipertensi, tingkat resistensi insulin dan diabetes. Kejadian
fibrosis hepar juga meningkat pada remaja dengan obesitas berat (83%
banding 29%.18
2. Sirosis
Risiko sirosis pasien dewasa dengan NASH setelah 10 tahun sebesar 15-
25%, dan risiko kematian setelah terjadi sirosis pada 10 tahun berikutnya
sebesar 30-40%. Bukti saat ni menunjukkan bahwa anak-anak memiliki
risiko yang sama terhadap berkembangnya NASH menjadi penyakit
hepar stadium akhir yang memerlukan transplantasi. NASH stadium
akhir merupakan penyebab tersering dari sirosis kriptogenik.18
3. Karsinoma hepatoseluler
Karsinoma hepatoseluler dapat terjadi pada NASH yang sirosis dan non
sirosis. Prevalensinya lebih besar pada pasien NAFLD dengan obesitas
atau diabetes. Dalam studi kohort di Kopenhagen disebutkan indeks
massa tubuh yang lebih tinggi di masa kanak-kanak dikaitkan dengan
peningkatan risiko kejadian kanker hati di usia dewasa.18
C. Komplikasi ekstrahepatal
Meskipun NAFLD bukan merupakn komponen dari kriteria diagnostik
untuk sindrom metabolik, namun NAFLD memiliki faktor risiko utama yang
sama, termasuk obesitas sentarl, kadar trigliserid dan HDL yang tinggi,
hipertensi dan resistensi insulin. Hampir 90% pasien NAFLD mempunyai
satu gejala dari sindrom metabolik dan 33% memenuhi kriteria diagnosis
lengkap.18
Kehadiran NAFLD dan sindrom metabolik secara bersamaan akan
memperburuk kondisi pasien. Kehadiran sindrom metabolik merupakan
prediktor klinis yang kuat terhadap kejadian NASH, terutama pada
overweight dan obesitas pada anak. Hal tersebut dapat menciptakan suatu
kondisi lingkaran setan yang semakin memrburuk kondisi dan menyebabkan
disfungsi metabolik semakin luas. Sehingga terdapat patofisiologi yang
tumpang tindih antara kedua kondisi tersebut.18
1. Penyakit kardiovaskuler
NAFLD merupakan faktor risiko independen terjadinya penyakit arteri
koroner, dan juga dikaitkan dengan penyakit kardiovaskuler lain, termasuk
resistensi insulin multiorgan, dislipidemia dan gangguan vasodilatasi.
Aterosklerosis karotid secara signifikan terbukti pada pasien NAFLD pada
5-10 tahun sebelumnya, dan steatosis hati dikaitkan dengan peningkatan
ketebalan media intima karoten dan timbulnya plak karotid.18
2. Resistensi insulin dan diabetes mellitus tipe II
Resistensi insulin adalah kelainan metabolisme yang paling sering
dikaitkan dengan NAFLD dan merupakan indikator paling bermanfaat
terhadap tingkat keparahan penyakit pada orang dewasa dan anak. Tingkat
keparahan resistensi insulin sangat terkait dengan jumlah akumulasi lemak
hati, terlepas dari adipositas global dan intra abdomen. Prevalensi NAFLD
lebih besar pada pasien hiperglikemia dan diabetes tipe II.18
3. Gangguan endokrin lain
Terdapat gangguan endokrin lain seperti hipotiroidisme, hipogonadisme,
hipopituitarisme, dan sindrom ovarium polikistik yang mebnjadi faktor
risiko penting pada NAFLD.18 Beberapa penelitian menghubungkan antara
disfungsi tiroid dan NAFLD. Didapatkan korelasi yang positif antara tes
fungsi tiroid dan kejadian NAFLD pada anak overweight dan obesitas.18
VIII. Diagnosis
Pada pemeriksaan laboratorium terdapat peningkatan ringan sampai sedang
dari kadar SGOT, SGPT atau keduanya merupakan abnormalitas pemeriksaan
laboratorium yang banyak ditemukan dan sering merupakan satu satunya
abnormalitas yang ada pada penderita NAFLD.22 Alkali fosfatase, γ glutamil
transferase (GGT) serum atau keduanya mengalami peningkatan pada sebagian
besar penderita walaupun peningkatan tersebut tidak sebesar pada hepatitis
alkoholik.(13) Selain itu juga dapat ditemukan hipoalbuminemia,
hiperbilirubinemia dan pemanjangan waktu protrombin pada penderita NAFLD
yang sudah mencapai tahap sirosis.23
Indeks resistensi insulin diukur dengan menggunakan metoda homeostasis
model assessment for IR (HOMA-IR) yang ditentukan dengan menggunakan
rumus :9
HOMA-IR = kadar insulin puasa (μIU/L) X kadar gula darah puasa (mmol/L)
22,5
HOMA-IR ≥ 3 dinyatakan resistensi insulin.9, 15
NAFLD pada anak dan remaja dikelompokkan atas 2 tipe, yaitu :2
1. Tipe 1
Ditandai dengan adanya degenerasi balon hepatosit, fibrosis perisinusoid dan
steatosis, sedangkan inflamasi dan fibrosis di daerah portal tidak ditemukan.
2. Tipe 2
Ditandai dengan adanya steatosis, inflamasi dan fibrosis di daerah portal,
sedangkan degenerasi balon dan fibrosis persinusoid tidak ditemukan.
Algoritme dalam menegakkan diagnosis NAFLD dapat dilihat pada gambar
berikut:
Gambar1. Algoritme dalam diagnosis NAFLD/NASH24
VII. Penatalaksanaan
Sampai saat ini belum ada suatu konsensus mengenai tatalaksana NAFLD
pada anak.2, 3 Prinsip utamanya adalah menurunkan berat badan dan melindungi
hepatosit.3 Oleh karena itu terdapat 5 hal yang direkomendasikan kepada
penderita, yaitu : 3
1. Kurangi berat badan (jika penderita mengalami overweight atau obesitas)
2. Konsumsi diet yang sehat dan seimbang
3. Tingkatkan aktivitas fisik dengan berolahraga
4. Hindari pemakaian alkohol
5. Hindari pemakaian obat yang berlebihan

a. Pengaturan diet dan olahraga


Sampai saat ini penurunan berat badan melalui peningkatan aktivitas fisik
merupakan satu-satunya terapi yang terbukti bermanfaat pada anak.10, 15

Penelitian yang dilakukan oleh Wang CL dkk pada tahun 2008 terhadap
penderita anak mendapatkan bahwa penurunan berat badan dapat menurunkan
kadar ALT, mengurangi infiltrasi lemak dan nekroinflamasi di hati, walaupun
tidak ditemukan perubahan pada derajat fibrosis yang terjadi.25 Wang CL juga
menganjurkan penurunan berat badan tidak melebihi 1 kg/minggu pada anak
yang obes.25 Penurunan berat badan melebihi 5% berhubungan dengan
perbaikan yang signifikan pada gambaran histologis hati. Program olahraga
yang dianjurkan adalah yang bersifat aerobik selama 45 menit/hari.10
Berdasarkan patogenesis NAFLD, maka diet yang diberikan sebaiknya
yang bersifat low glycemic index karena dapat menurunkan kadar ALT serum
dan mencegah terjadinya steatosis.10 Nobili V dkk pada tahun 2009
merekomendasikan pemberian diet hipokalorik sebesar 25-30 kal/kg/hari pada
anak yang menderita overweight dan obesitas serta diet isokalorik (40-45
kal/kg/hari) pada anak dengan berat badan normal.10 Komposisi diet yang
dianjurkan adalah karbohidrat 50-60%, lemak 23-30% dan protein 15-
20%.(10,17) Komposisi lemak yang dianjurkan adalah lemak tidak jenuh
sebanyak 2/3 bagian dan sisanya lemak jenuh.10
b. Antioksidan
Vitamin E dapat melindungi hepatosit dari kerusakan akibat radikal bebas
dan hasil dari peroksidasi lipid.23 Pemberian vitamin E 300-1200 IU/hari
selama 2-4 bulan dapat memperbaiki kadar ALT dan resistensi insulin anak
dengan NASH.25
c. Insulin sensitisizers
Metformin merupakan satu satunya obat yang telah dievaluasi
pemakaiannya pada anak.5, 10 Obat ini juga aman dan efektif dalam terapi DM
tipe 2 pada anak.10 Metformin akan mengurangi kadar glukosa plasma dengan
jalan mengurangi produksi glukosa di hati melalui aktivasi AMP kinase.26
Aktivasi enzim ini juga akan mengurangi sintesis lipid dan meningkatkan
oksidasi lemak.26
d. Asam ursodeoksikolat
Asam ursodeoksikolat dapat berfungsi sebagai sitoprotektor dan
antioksidan.10 Pemberian dengan dosis 10-12,5 mg/kg/hari selama 12 bulan
pada anak yang menderita NASH dapat mengurangi kadar enzim hati serta
memperbaiki derajat steatosis.10, 22
Berdasarkan penelitian lain didapatkan
bahwa pemberian asam ursodeoksikolat yang dikombinasikan dengan vitamin
E dapat memperbaiki kadar ALT serum dan gambaran histologis hati.10
e. Tindakan pembedahan
Tindakan pembedahan Bariatric dapat memperbaiki NAFLD pada
sebagian besar kasus.15 Selain itu Silverman EM dkk pada tahun 1995 (dikutip
oleh Das SK pada tahun 2006) melaporkan bahwa tindakan gastric bypass atau
gastroplasti yang dilakukan pada penderita obes secara signifikan dapat
mengurangi steatosis.14 Transplantasi hati merupakan terapi pilihan apabila
telah terjadi sirosis yang disertai dengan komplikasi seperti gagal hati.13, 25

Hasil transplantasi hati pada penderita ini biasanya cukup baik walaupun ada
laporan mengenai timbulnya kembali NASH pada penderita tersebut.25

VIII. Prognosis
Beberapa penelitian melaporkan adanya penyakit yang berlanjut menjadi
sirosis pada anak dan beberapa penelitian lain melaporkan kasus NAFLD pada
anak yang berlanjut menjadi sirosis pada masa remaja muda. Namun demikian,
perjalanan alami dan prognosis tersebut masih belum diketahui pada penderita
anak sehingga diperlukan pemantauan jangka panjang. Berdasarkan penelitian
yang dilakukan oleh Feldstein dkk pada tahun 2009 didapatkan bahwa anak
dengan NAFLD berisiko untuk mengalami penyakit hati stadium akhir sehingga
membutuhkan tindakan transplantasi hati.8

Anda mungkin juga menyukai