MAKALAH PRESENTASI KASUS Jody Felizio
MAKALAH PRESENTASI KASUS Jody Felizio
KATARAK
Disusun oleh:
Jody Felizio
0906508213
Narasumber:
JAKARTA 2013
1
BAB I
PENDAHULUAN
Indonesia sebagai negara berkembang, tidak luput dari masalah kebutaan. Disebutkan,
saat ini terdapat 45 juta penderita kebutaan di dunia 60% diantaranya berada di negara
miskin atau berkembang. Indonesia, dalam catatan WHO berada diurutan ketiga
dengan terdapat angka kebutaan sebesar 1,47%.
48% kebutaan yang terjadi di dunia ini disebabkan oleh katarak. Untuk Indonesia,
survei pada 1995/1996 menunjukkan prevalensi kebutaan mencapai 1,5% dengan
0,78% di antaranya disebabkan oleh katarak , dan yang terbesar karena katarak
senilis.
Katarak adalah perubahan lensa mata yang semula jernih dan tembus cahaya menjadi
keruh, sehingga cahaya sulit mencapai retina akibatnya penglihatan menjadi kabur.
Katarak terjadi secara perlahan-lahan sehingga penglihatan penderita terganggu secara
berangsur. Perubahan ini dapat terjadi karena proses degenerasi atau ketuaan trauma
mata, komplikasi penyakit tertentu, maupun bawaan lahir.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Mata Normal
Bola mata memiliki 3 lapisan. Bola mata memiliki 3 lapisan. Dari permukaan
luar, terdapat lapisan fibrosa, yang terdiri dari sklera di belakang dan kornea di
bagian depan. Lapisan kedua yaitu lapisan berpigmen dan vaskular, yang terdiri
dari koroid, korpus siliaris, dan iris. Lapisan ketiga yaitu lapisan neural yang
dikenal sebagai retina. Bola mata orang dewasa normal hampir mendekati bulat,
dengan diameter anteroposterior sekitar 24, 5 mm.
a. Konjungtiva
b. Sklera
3
Merupakan pembungkus fibrosa pelindung mata di bagian luar. Jaringan
bersifat padat dan berwarna putih, serta bersambungan dengan kornea di
sebelah anterior, dan durameter nervus optikus di posterior. Permukaan luar
sklera anterior dibungkus oleh sebuah lapisan tipis dari jaringan elastik halus
yang mengandung banyak pembuluh darah yang memasuk sklera, yang
disebut sebagai episklera.
c. Kornea
d. Uvea
Uvea terdiri atas iris, korpus siliaris, dan koroid. Bagian ini adalah lapisan
vaskular tengah mata dan dilindungi oleh kornea dan sklera.
e. Iris
f. Pupil
Pupil berwarna hitam pekat yang mengatur jumlah sinar masuk kedalam bola
mata. Pada pupil terdapat m.sfinger pupil yang bila berkontraksi akan
mengakibatkan mengecilnya pupil (miosis) dan m.dilatator pupil yang bila
berkontriksi akan mengakibatkan membesarnya pupil (midriasis)
4
g. Corpus siliaris
h. Lensa
i. Retina
Merupakan selembar tipis jaringan saraf yang semi transparan yang melapisi
dua per tiga bagian dalam posterior dinding bola mata. Dalam aksis
penglihatan, retina berfungsi untuk menangkap rangsangan jatuhnya cahaya
dan akan diteruskan berupa bayangan benda sebagai impuls elektrik ke otak
untuk membentuk gambaran yang dilihat. Pada retina terdapat sel batang
sebagai sel pengenal sinar dan sel kerucut yang mengenal frekuensi sinar.
j. Nervus Optikus
5
Saraf penglihatan yang meneruskan rangsangan listrik dari mata ke korteks
visual untuk dikenali bayangannya
1. Kapsul lensa
6
Kapsul lensa merupakan membran dasar yang transparan. Kapsul lensa tersusun
dari kolagen tipe-IV yang berasal dari sel-sel epitel lensa. Kapsul berfungsi
untuk mempertahankan bentuk lensa saat akomodasi. Kapsul lensa paling tebal
pada bagian anterior dan posterior zona preekuator (14 um,) dan paling tipis
pada bagian tengah kutub posterior (3um).
2. Epitel anterior
3. Serat lensa
Serat lensa merupakan hasil dari proliferasi epitel anterior. Serat lensa yang
matur adalah serat lensa yang telah
keihlangan nucleus, dan membentuk
korteks dari lensa. Serat-serat yang
sudah tua akan terdesak oleh serat lensa
yang baru dibentuk ke tengah lensa.
3. Fisiologi Lensa
1. Transparansi lensa
7
hanya sisi anterior lensa saja yang terkena aqueous humour. Oleh karena itu,
sel-sel yang berada ditengah lensa membangun jalur komunikasi terhadap
lingkungan luar lensa dengan membangun low resistance gap junction antar sel.
2. Akomodasi lensa
Katarak
1.
Definisi
Katarak merupakan abnormalitas pada lensa mata berupa kekeruhan lensa yang
menyebabkan tajam penglihatan penderita berkurang. Katarak lebih sering
dijumpai pada orang tua, dan merupakan penyebab kebutaan nomor 1 di seluruh
dunia. Kata katarak berasal dari Yunani “katarraktes” yang berarti air terjun.
Katarak sendiri sebenarnya merupakan kekeruhan pada lensa akibat hidrasi atau
denaturasi protein sehingga memberikan gambaran area berawan atau putih.
2. Epidimiologi
8
Lebih dari 90% kejadian katarak merupakan katarak senilis. 20-40% orang usia 60
tahun ke atas mengalami penurunan ketajaman penglihatan akibat kekeruhan lensa.
Sedangkan pada usia 80 tahun ketas insidensinya mencapai 60-80%. Prevalensi
katarak congenital pada negara maju berkisar 2-4 setiap 10000 kelahiran.
Frekuensi katarak laki-laki dan perempuan sama besar. Di seluruh dunia, 20 juta
orang mengalami kebutaan akibat katarak.
Penyebab tersering dari katarak adalah proses degenerasi, yang menyebabkan lensa
mata menjadi keras dan keruh. Pengeruhan lensa dapat dipercepat oleh faktor
risiko seperti merokok, paparan sinar UV yang tinggi, alkohol, defisiensi vit E,
radang menahun dalam bola mata, dan polusi asap motor/pabrik yang mengandung
timbal.
Cedera pada mata seperti pukulan keras, tusukan benda, panas yang tinggi, dan
trauma kimia dapat merusak lensa sehingga menimbulkan gejala seperti katarak.
Katarak juga dapat terjadi pada bayi dan anak-anak, disebut sebagai katarak
congenital. Katarak congenital terjadi akibat adanya peradangan/infeksi ketika
hamil, atau penyebab lainnya. Katarak juga dapat terjadi sebagai komplikasi
penyakit infeksi dan metabolic lainnya seperti diabetes mellitus.
4. Patofisiologi
9
mempunyai peran dalam melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah enzim
akan menurun dengan bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan
pasien yang menderita katarak.
5. Klasifikasi
Katarak Senilis
2. Patofisiologi
Komposisi lensa sebagian besar berupa air dan protein yaitu kristalin. Kristalin α
dan β adalah chaperon, yang merupakan heat shock protein. Heat shock protein
berguna untuk menjaga keadaan normal dan mempertahankan molekul protein agar
tetap inaktif sehingga lensa tetap jernih. Lensa orang dewasa tidak dapat lagi
10
mensintesis kristalin untuk menggantikan kristalin yang rusak, sehingga dapat
menyebabkan terjadinya kekeruhan lensa.
11
- Katarak Morgagni
Merupakan kelanjutan dari katarak hipermatur, di mana nukleus lensa
menggenang bebas di dalam kantung kapsul. Pengeretuan dapat berjalan
terus dan menyebabkan hubungan dengan zonula Zinii menjadi longgar.
3. Manifestasi Klinis
Manifestasi dari gejala yang dirasakan oleh pasien penderita katarak terjadi secara
progresif dan merupakan proses yang kronis. Gangguan penglihatan bervariasi,
tergantung pada jenis dari katarak yang diderita pasien.
Gejala pada penderita katarak adalah sebagai berikut:
1. Penurunan visus
2. Silau
3. Perubahan miopik
12
4. Diplopia monocular
5. Halo bewarna
6. Bintik hitam di depan mata
Tanda pada penderita katarak adalah sebagai berikut:
1. Pemeriksaan visus berkisar antara 6/9 sampai hanya persepsi cahaya
2. Pemeriksaan iluminasi oblik
3. Shadow test
4. Oftalmoskopi direk
5. Pemeriksaan sit lamp
Derajat kekerasan nukleus dapat dilihat pada slit lamp sebagai berikut.
4. Diagnosa
Diagnosa katarak senilis dapat dibuat dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Pemeriksaan laboratorium preoperasi dilakukan untuk mendeteksi adanya
penyakit-penyakit yang menyertai, seperti DM, hipertensi, dan kelainan jantung.
Pemeriksaan slit lamp tidak hanya difokuskan untuk evaluasi opasitas lensa tetapi
dapat juga struktur okuler lain, misalnya konjungtiva, kornea, iris, bilik mata
depan. Ketebalan kornea harus diperiksa dengan hati-hati, gambaran lensa harus
dicatat dengan teliti sebelum dan sesudah pemberian dilator pupil, posisi lensa dan
intergritas dari serat zonular juga dapat diperiksa sebab subluksasi lensa dapat
13
mengidentifikasi adanya trauma mata sebelumnya, kelainan metabolik, atau
katarak hipermatur. Pemeriksaan shadow test dilakukan untuk menentukan stadium
pada katarak senilis. Selain itu, pemeriksaan ofthalmoskopi direk dan indirek
dalam evaluasi dari intergritas bagian belakang harus dinilai.
5. Tatalaksana
14
pasca bedah ablasi, untuk mencegah penyulit pada saat melakukan pembedahan
katarak seperti prolaps badan kaca. Penyulit yang dapat timbul pada
pembedahan ini yaitu dapat terjadinya katarak sekunder.
3. Phacoemulsification
15
BAB III
ILUSTRASI KASUS
1. Identitas Pasien
- Nama : Ny. R
- Usia : 64 th
- Agama : Islam
2. Anamnesis
a. Keluhan utama
Pasien mengeluhkan mata kiri menjadi buram sejak 1 tahun yang lalu. Pasien
mengeluhkan pandangan dirasakan seperti berkabut. Pasien juga merasakan
16
pandangan mata kanan menjadi kebiruan sejak menjalani operasi katarak 1
bulan yang lalu. Pasien tidak mengeluhkan silau, dan pndangan dobel. Pasien
tidak merasakan nyeri pada mata, dan tidak pernah terkena benturan pada mata
sebelumnya. Sakit kepala, mual, muntah tidak dirasakan pasien.
e. Riwayat Pengobatan
OD Pemeriksaan OS
12/60 tidak terkoreksi dengan 3/60 tidak terkoreksi dengan
AV
pinhole pinhole
Orthophoria Posisi Orthophoria
Tenang Palpebra Tenang
Tenang Konjungtiva Tenang
Simpul terbenam, 5 jahitan di Jernih
Kornea
superior, loose (-)
Dalam, cells (-), flares (-) BMD Dalam cells (-), flares (-)
Bulat, di tengah, refleks Iris Bulat, di tengah, refleks
cahaya langsung (+) Pupil cahaya langsung (+)
IOL Lensa Keruh No4Nc6C1P4
Jernih Vitreus Jernih
Papil bulat, batas tegas, CDR Funduskopi Papil bulat, batas tegas,
0,3-0,4, aa/vv 2/3, reflex CDR 0,3-0,4, aa/vv 2/3,
macula (+), retina: dot/blot (-), reflex macula (+), retina:
17
eksudat (-) degenerasi macula, dot/blot
(-), eksudat (-)
4. Pemeriksaan Lab
- Hemoglobin : 11,2 g/dL
- Hematokrit : 33,3%
- Eritrosit : 3.510.000
- Leukosit : 10.620
- Trombosit : 273.000
- GDP : 138 mg/dL
- GD2PP : 199 mg/dL
5. Resume
Perempuan, 64 tahun datang dengan keluhan utama mata kiri buram perlahan sejak 1 tahun
SMRS. Pandangan berkabut (+), diplopia (-), silau(-), nyeri (-), merah (-), riwayat trauma (-), sakit
kepala (-), mual (-), muntah (-). Pasien juga mengeluhkan pandangan mata kanan menjadi
kebiruan sejak menjalani operasi katarak 1 bulan yang lalu. Pasien mengidap DM sejak 6 tahun,
tak terkontrol dan tidak rutin minum obat, Pasien juga memiliki riwayat hipertensi yang tidak
terkontrol dan tidak rutin minum obat.
Pada pemeriksaan oftalmologi ditemukan visus OD 12/60 dan OS 3/60, keduanya tidak
terkoreksi dengan pinhole. Lensa OS keruh No4Nc6C1P4. Pada funduskopi ditemukan
degenerasi macula pasa OS. Pemeriksaan lab menunjukkan gula darah puasa dan
gula darah 2 jam post prandial tinggi.
6. Diagnosis
- Katarak senilis imatur OS
- DM type II
7. Tatalaksana
- Phaco dan IOL OS
- Biometri OS
8. Prognosis
- ad vitam : bonam
- ad fungctionam : dubia
- ad sanactionam : bonam
18
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada pasien ditemukan penurunan tajam penglihatan yang terjadi perlahan sejak satu tahun yang lalu.
Keluhan tidak disertai adanya merah dan nyeri pada mata, oleh karena itu maka pasien ini dapat
digoongkan kedalam mata tenang visus menurun. Diagnosis banding yang terpikirkan adalah
glaucoma, katarak, dan retinopati.
Pada kasus ini, tidak ditemukan adanya gejala glaucoma seperti pusing, mual, pandangan ganda, dan
sakit kepala. Namun perlu dilakukan pemeriksaan tonometri untuk mengukur tekanan bola mata.
Namun, kemungkinan glaucoma dapat dieksklusi oleh ketiadaannya gejala yang timbul pada
glaucoma. Terdapat keluhan pandangan berkabut oleh pasien, dan pasien telah menjalani operasi
ketarak pada mata kanan, disertai dengan adanya DM Maka dari temuan yang didapat, penyakit yang
paling mungkin dialami pasien adalah katarak, berdasarkan keluhan pandangan berkabut dan adanya
faktor risiko yaitu DM. Kemungkinan retinopati belum dapat disingkirkan karena katarak dan
retinopati dapat terjadi secara berbarengan. Namun, pada pemeriksaan funduskopi, hanya didapatkan
adanya degenerasi macula di mata kiri, dan tanda-tanda retinopati diabetes tidak ditemui. Oleh maka
itu kemungkinan retionopati dapat dieksklusikan. Dapat ditarik kesimpulan sementara, bahwa
working diagnosis pasien ini adalah katarak.
Mengingat umur pasien yaitu 64 tahun, maka dapat dikatakan bahwa katarak yang dialami pasien
termasuk ke dalam klasifikasi katarak senile. Ditunjang dengan pemeriksaan pada lensa mata pasien,
didapatkan kekeruhan yang belum menutupi seluruh permukaan lensa, sehingga maturasi katarak
masih berada pada tahap imatur. Dengan adanya fakta ini, maka dapat disimpulkan bahwa pasien
menderita katarak senilis imatur mata kiri.
Tatalaksana yang seharusnya diberikan pada kasus ini adalah kontrol faktor risiko, di dalam kasus ini
adalah gula darah yang tinggi. Pasien harus diberikan edukasi, dan juga terapi untuk mengkontrol
gula darah yang tinggi. Kontrol gula darah dilakukan untuk mencegah terjadinya retinopati diabetes,
dimana kondisi ini dapat memperburuk penglihatan pasien. Biometri dilakukan untuk mengkalkulasi
19
kekuatan lensa buatan yang akan digunakan oleh pasien setelah menjalani operasi. Metode
pembedahan pada pasien ini adalah tindakan phacoemulsifikasi dengan pemasangan IOL. Metode
ini dipilih karena banyaknya keuntungan yang dapat dicapai seperti pemulihan yang lebih cepat,
komplikasi intra-operatif yang lebih jarang, serta tidak membutuhkan insisi yang luas dalam prosedur
operasi. Pemasangan IOL dilakukan untuk meningkatkan fungsi penglihatan pasien, yang berperan
sebagai pengganti lensa mata yang telah dikeluarkan.
20
DAFTAR PUSTAKA
21