Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

A. RASIONAL
Program bimbingan dan konseling merupakan bagian yang terpadu dari
keseluruhan program pendidikan di sekolah. Sebagai bagian yang terpadu, program
bimbingan dan konseling diarahkan kepada upaya untuk memfasilitasi peserta didik
mengenal dan menerima dirinya sendiri serta lingkungannya secara positif dan dinamis,
dan mampu mengambil keputusan yang bertanggung jawab, mengembangkan dan
mewujudkan diri secara efektif dan produktif, sesuai peranan yang diinginkan di masa
depan serta menyangkut upaya memfasilitasi peserta didik agar mampu
mengembangkan potensi dirinya atau mencapai tugas-tugas perkembangannya.
Peserta didik sebagai individu sedang berada dalam proses berkembang atau
menjadi (becoming), yaitu berkembang ke arah kematangan atau kemandirian. Upaya
mencapai kematangan tersebut, peserta didik memerlukan bimbingan dan konseling
karena mereka masih kurang memiliki pemahaman atau wawasan tentang dirinya dan
lingkungannya juga pengalaman dalam menentukan arah kehidupannya. Di samping itu,
terdapat suatu keniscayaan bahwa proses perkembangan peserta didik tidak selalu
berlangsung secara mulus atau steril dari masalah. Dengan kata lain, proses
perkembangan itu tidak selalu berjalan dalam alur linier, lurus, atau searah dengan
potensi, harapan dan nlai-nilai yang dianut. Berdasarkan hal tersebut, perlu disusun
suatu program bimbingan dan konseling yang dirancang secara baik agar mampu
menfasilasi peserta didik kearah kematangan dan kemandirian yang meliputi aspek
pribadi, sosial, belajar, dan karir.
Dewasa ini realita di sekolah tingkat satuan menegah pertama maupun sekolah
menengah atas, menunjukkan bahwa begitu banyaknya kekurangan personil guru
bimbingan dan konseling (disingkat guru BK), akhirnya banyak guru BK yang bukan
berasal dari latar belakang sarjana bimbingan dan konseling ditugaskan untuk
mengampu bimbingan dan konseling, sehingga seringkali dalam memberikan
layanannya dilakukan secara “asal-asalan”. Ironisnya, ada juga guru BK yang berlatar
belakang sarjana bimbingan dan konseling, namun kurang memiliki motivasi untuk
mengubah citra bimbingan dan konseling ke arah yang lebih baik. Contohnya banyak
guru BK yang sudah mendapatkan tunjangan gaji guru profesional (sertifikasi), namun
pada kenyataannya segala berkas portofolionya banyak yang mencontek (bukan hasil
kerja sendiri) karena tidak tahu bagaimana melakukan need assessment apalagi membuat
program kerja bimbingan dan konseling. Oleh karena itu, guru BK harus selalu
meningkatkan kompetensinya baik dalam hal wawasan keilmuan bimbingan dan
konseling maupun keterampilan dalam melakukan konseling.
Selain dari pada itu, di sekolah masih ada anggapan bahwa pekerjaan bimbingan
dan konseling kerap kali dipandang sebelah mata oleh orang-orang yang justru memiliki
kepentingan dengan bimbingan dan konseling. Misalnya oleh peserta didik, guru mata
pelajaran, bahkan kepala sekolah, sehingga berdampak pada mempersempitnya ruang
gerak para guru BK di sekolah. Oleh karena itu, untuk menepis anggapan yang kurang
baik sekaligus untuk mencapai tujuan yang optimal dalam pelaksanaan layanan
bimbingan dan konseling di sekolah, maka diperlukan suatu pengelolaan administrasi
dan pola kerja yang sesuai dengan tataran keilmuan yang ada, agar program layanan
bimbingan dan konseling dapat berjalan dengan efektif dan optimal. Di dalam hal ini,
guru BK harus benar-benar menguasai bagaimana cara menyusun program kerja dan
mengelolanya dengan baik, sehingga dapat tercipta mekanisme hubungan kerja yang
harmonis antar pihak terkait di sekolah maupun luar sekolah yang pada akhirnya tujuan
pendidikan dapat terealisasi dengan baik.
Dalam rangka upaya merealisasikan tujuan pendidikan dan menunjang kegiatan
sekolah, sedikitnya diperlukan tiga komponen pokok, yaitu:
1. Pengelolaan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan perkembangan peserta didik
yang berazaskan Pancasila dan UUD 1945.
2. Program/pengelolaan administrasi yang dilandasi oleh kemampuan manajerial yang
memadai .

1
3. Pelayanan bimbingan dan konseling untuk membantu mengarahkan peserta didik
menuju perkembangan diri secara optimal sehingga memiliki kemampuan hidup
sebagai pribadi dan warganegara yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif guna
mencapai kebahagiaan lahir dan batin.
Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, ketiga komponen di atas saling
menunjang dan tidak dapat dipisahkan. Ketiga komponen tersebut saling terjalin menjadi
satu kesatuan yang utuh dan dinamis untuk bekerja sama dalam rangka mencapai tujuan
pendidikan di sekolah.
Bimbingan dan konseling merupakan salah satu dari ketiga komponen penunjang
penyelenggaraan pendidikan, sehingga keberadaannya sangat dibutuhkan dalam dunia
pendidikan di tingkat sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas, khususnya
bagi para peserta didik kami di SMP Negeri 1 Cihaurbeuti. Di samping itu, sebagian
besar para peserta didik di sekolah kami sedang dalam tahapan perkembangan fisik dan
mental, oleh karena itu mereka perlu dibimbing ke arah yang positif dalam hal
memahami diri, lingkungan sekolah, dan informasi dunia kerja (sesuai amanat
kurikulum 2013).
Bimbingan dan konseling merupakan proses yang menunjang pelaksanaan
pendidikan di sekolah, karena isi dari program bimbingan dan konseling merupakan
aspek tugas perkembangan peserta didik, khususnya menyengkut kawasan kematangan
pendidikan dan karir, kematangan personal dan emosional, serta kematangan sosial.
Sehubungan dengan upaya proses pemberian layanan kepada peserta didik untuk
membantu mengarahkan menuju perkembangan diri yang optimal, maka kami sebagai
guru BK SMP Negeri 1 Cihaurbeuti berusaha menyusun program kerja bimbingan dan
konseling yang disesuaikan dengan konsep kurikulum 2013 yang salah satunya
menitikberatkan pada program peminatan yang berorientasi pada karakteristik
kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik sehingga diharapkan
memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warganegara yang produktif, kreatif,
inovatif, dan afektif guna mencapai kebahagiaan lahir dan batin.

B. LANDASAN / DASAR HUKUM


1. Undang-undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional.
2. Undang-undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen,
3. Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
4. Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 061/U/1993 tentang
Pedoman, Bimbingan, Kurikulum SMP Tahun 1994.
5. Permen Diknas RI No. 27 Tahun 2008 tentang Standar Kualifikasi Akademik
dan Kompetensi Guru BK.
6. Peraturan Pemerintah No. 74 tahun 2008 tentang Guru.
7. Permen Diknas RI No. 23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan
(SKL).
8. Permen Diknas RI No. 22 tahun 2006 tentang Standar Isi.
9. Permen Diknas RI No. 41 tahun 2007 tentang Standar Proses.
10. Permen Diknas RI No. 20 Tahun 2007 tentang Standar Penilaian Pendidikan.
11. Permendikbud RI No. 81A Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum
Pedoman Umum Pembelajaran.
12. Dasar Standarisasi Profesi Konseling yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi Tahun 2004 untuk memberi arah pengembangan profesi
konseling di sekolah dan di luar sekolah.

C. VISI DAN MISI


1. Visi dan Misi Sekolah
a. Visi Sekolah
Mewujudkan sekolah yang bermutu dan berakhlak mulia.
b. Misi Sekolah
Disiplin dalam kerja, profesional dalam melaksanakan tugas didasari dengan
keimanan dan ketaqwaan.

2
2. Visi dan Misi Bimbingan dan Konseling SMP Negeri 1 Cihaurbeuti
a. Visi Bimbingan dan Konseling
Mewujudkan peserta didik yang unggul dalam prestasi dan handal dalam
iman dan taqwa (IMTAQ) serta mampu menjadi pribadi yang mandiri.
b. Misi Bimbingan dan Konseling
(1) Melaksanakan layanan bimbingan dan konseling for all sesuai rambu-
rambu penyelenggaraan bimbingan dan konseling dalam jalur pendidikan
formal di bidang pribadi, sosial, belajar, dan karir.
(2) Mengembangkan model bimbingan dan konseling yang komprehensif dan
berorientasi pada perkembangan peserta didik.
(3) Membantu peserta didik agar mampu berkembang dengan optimal
sehingga mampu memahami diri dan mengatasi masalah-masalah yang
muncul.
(4) Memantapkan arah dan pilihan peminatan untuk kepentingan melanjutkan
sekolah dan masa depan peserta didik.
(5) Mengarahkan peserta didik untuk bertingkah laku sesuai aturan dan
norma yang ada di sekolah maupun masyarakat.

D. TUJUAN
1. Tujuan Sekolah
Membentuk karakter peserta didik untuk memiliki ilmu pengetahuan dan
kemampuan dasar yang handal dalam berbagai aspek kehidupan sehingga
berguna bagi diri, agama, bangsa dan negara.
2. Tujuan Bimbingan dan konseling di SMP Negeri 1 Cihaurbeuti
a. Tujuan Umum
Secara umum layanan bimbingan dan konseling bertujuan untuk membantu
mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimiliki peserta didik
dalam mengenal diri, menyesuaikan diri dengan lingkungan sekolah-
masyarakat-dunia kerja, serta memiliki pengetahuan, sikap, dan keterampilan
tertentu sehingga terhindar dari masalah.
b. Tujuan Khusus
Secara khusus pemberian layanan bimbingan dan konseling bertujuan untuk
membantu peserta didik agar dapat mengembangkan diri secara mandiri dan
optimal sesuai dengan visi-misi sekolah dan visi-misi bimbingan dan
konseling, sehingga mampu mencapai tugas-tugas perkembangannya yang
meliputi aspek pribadi, sosial, belajar (akademik), dan karir sehingga
diharapkan akan lebih memantapkan arah wawasan pengetahuan, sikap, dan
keterampilan dalam pilihan peminatan untuk kepentingan melanjutkan
sekolah dan masa depannya.

E. MANFAAT
Berikut ini adalah beberapa manfaat yang sekiranya dapat diambil dari
pelaksanaan program layanan bimbingan dan konseling di sekolah, di antaranya yaitu:
1. Manfaat bagi sekolah
a. Guru BK membantu menegakkan disiplin dan tata tertib sekolah.
b. Guru BK Menjadi mediator antar peserta didik dan/atau antara peserta didik
dengan guru.
c. Mempermudah penanganan kasus yang muncul.
2. Manfaaf bagi guru bimbingan dan konseling
a. Memudahkan guru BK dalam menghemat waktu, usaha, dan biaya karena lebih
meminimalisir kesalahan-kesalahan serta usaha coba-coba dalam memberikan
layanan BK.
b. Memudahkan guru BK untuk mengevaluasi layanan yang telah diberikan sehingga
berguna bagi kemajuan sendiri dan kepentingan peserta didik.
3. Manfaat bagi guru mata pelajaran
a. Mempermudah penanganan kasus yang dihadapi guru di kelas,
b. Membantu memperlancar proses kegiatan belajar mengajar di kelas dan sekolah
pada umumnya.

3
4. Manfaat bagi peserta didik
a. Peserta didik dibantu dalam mengatasi masalah-masalah di sekolah, baik
masalah pribadi, sosial, belajar, maupun karir.
b. Tempat konsultasi dan menumpahkan segala permasalahan peserta didik di
sekolah.
c. Memungkinkan peserta didik untuk mendapatkan hak pelayanan bimbingan dan
konseling secara seimbang dan menyeluruh, baik dalam kesempatan maupun
dalam jenis pelayanan bimbingan dan konseling yang dibutuhkan.
5. Manfaat bagi Masyarakat
a. Masalah yang sering muncul di masyarakat dapat diminimalisir sejak dari sekolah.
b. Tempat konsultasi dan koordinasi mengenai permasalahan peserta didik baik di
sekolah maupun di luar sekolah.

F. SASARAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING


Sasaran utama dalam layanan bimbingan dan konseling di SMP Negeri 1
Cihaurbeuti adalah seluruh peserta didik kelas VII, VIII, dan IX seperti digambarkan
dalam Matriks di bawah ini (termasuk keterangan jumlah konseli yang dibimbing oleh
masing-masing guru BK).
Matriks 1
Rincian Sasaran Layanan BK dan Petugas BK
MEMBIMBING BANYAKNYA
NO GURU BK KELAS KONSELI JML
L P
VII. A - - 32
VII. B - - 32
VII. C - - 34
VII. D - - 32
IX. A - - 34
IX. B - - 33
Elis Faoziah, S.Pd.
1 IX . C - - 35
(Koordonator BK)
IX . D - - 35
IX . E - - 35
IX . F - - 36
IX. G - - 34
IX. H - - 34
IX . I - - 36
TOTAL KONSELI YANG DIBIMBING oleh Elis Faoziah, S.Pd. 442
VII. E - - 32
VII. F - - 34
VII. G - - 32
VII. H - - 32
VII. I - - 32
VIII. A - - 33
VIII. B - - 34
2 Euis Neni Marlina, S.Pd.
VIII. C - - 34
VIII. D - - 33
VIII. E - - 33
VIII. F - - 34
VIII. G - - 34
VIII. H - - 34
VIII. I - - 33
TOTAL KONSELI YANG DIBIMBING oleh Euis Neni Marlina, S.Pd. 464
TOTAL JUMLAH KONSELI YANG ADA DI SEKOLAH 906

4
G. DESKRIPSI KEBUTUHAN
Penyusunan program bimbingan dan konseling di SMP Negeri 1 Cihaurbeuti
didasarkan pada hasil need assessment yang dilakukan guru BK yaitu dengan cara
mengidentifikasi aspek-aspek yang dibutuhkan (need assessment) oleh peserta didik
maupun sekolah. Di antaranya didasarkan pada dua tahapan penilaian kebutuhan, yaitu
identifikasi kebutuhan lingkungan dan identifikasi kebutuhan peserta didik. Hasil
analisisnya sebagai berikut:
1. Identifikasi kebutuhan lingkungan
Identifikasi kebutuhan lingkungan menggunakan analisis SWOT yang hasilnya
dapat digambarkan sebagai berikut:
(1) Strength (kekuatan)
Peserta didik SMP Negeri 1 Cihaurbeuti berjumlah 906 orang. Hal ini
merupakan peluang yang sangat besar untuk memberikan layanan bimbingan dan
konseling kemudian didukung juga oleh guru-guru yang handal dengan tingkat
pendidikan 100 % berijazah sarjana S1 dan sebagian sarjana S2.
(2) Weakness (kelemahan)
Jumlah peserta didik yang besar memungkinkan muncul permasalahan baru yaitu
permasalahan peserta didik, sedangkan personil guru BK di sekolah masih
kurang. Di SMP Negeri 1 Cihaurbeuti hanya terdapat dua orang personil guru
BK. Apabila merujuk kepada jumlah minimal peserta didik yang harus
dibimbing oleh seorang guru BK (minimal 150/guru BK), maka idealnya harus
ada enam orang Guru BK.
(3) Opportunity (peluang)
Apapun dan bagaimanapun kondisinya, semua kelemahan itu merupakan peluang
yang besar bagi guru BK untuk terus berjuang menunjang semua visi dan misi
sekolah pada umumnya, maupun visi dan misi BK pada khususnya.
(4) Threat (kendala)
a) Dari unsur peserta didik, masih adanya kesan guru BK sebagai polisi sekolah,
sehingga masih ada peserta didik yang merasa takut berkunjung ruang BK
(meskipun kesan tersebut sedikit demi sedikit mulai terkikis sejalan dengan
unjuk kerja dan layanan informasi mengenai tugas dan fungsi BK di sekolah).
b) Dari unsur personil sekolah, masih ada anggapan semua masalah adalah
urusan guru BK, sehingga kadangkala kasus/permasalahan peserta didik yang
seharusnya ditangani oleh bagian kesiswaan tetapi diserahkan kepada guru
BK, sehingga terjadi tumpang tindih pekerjaan.
c) Dari unsur jumlah guru BK, masih kekurangan tenaga profesional bimbingan
dan konseling dibandingkan dengan jumlah peserta didik yang ada.
d) Dari unsur waktu yang tersedia, di SMP Negeri 1 Cihaurbeuti tidak ada
jadwal khusus bimbingan dan konseling, sehingga secara teknis guru BK
kurang optimal dalam memberikan layanan bimbingan yang sifatnya klasikal.

2. Identifikasi kebutuhan peserta didik (konseli)


Berikut akan disebutkan deskripsi kebutuhan peserta didik (konseli)
berdasarkan hasil analisis beberapa instrumen dan sumber yang relevan, di antaranya
yaitu:
1) Analisis Tugas Perkembangan peserta didik SMP (ITP),
2) Analisis Sosiometri,
3) Evaluasi program bimbingan dan konseling tahun ajaran 2013-2014,
4) Leger kelas VIII dan IX,
5) Rekapitulasi absensi semua peserta didik setiap minggu, bulan, dan semester

5
Matriks 2
Hasil identifikasi kebutuhan peserta didik (konseli) kelas VII
Instrumen /
No Identifikasi kebutuhan / Masalah Peserta Didik
Sumber
Hasil pengolahan dan análisis tugas perkembangan
peserta didik kelas VII secara umum tingkat
perkembangannya masih rendah berada pada tahapan
perlindungan diri dan konformitas, sehingga perlu
diberikan layanan bimbingan dan konseling lebih
lanjut. Adapun aspek-aspek perkembangan yang
1 ITP
masih rendah yaitu:
1. Landasan hidup religius
2. Landasan perilaku etis
3. Kematangan emosional
4. Kesadaran tanggung jawab
5. Penerimaan diri dan pengembangannya
Analisis Data sosiogram menunjukkan masih terdapat beberapa
2
Sosiometri peserta didik yang terisolir di dalam kelas VII.
Masih rendahnya minat belajar peserta didik kelas VII
Rekapitulasi untuk datang ke sekolah, analisisnya menunjukkan
3
absensi masih banyak peserta didik yang absen (alfa) pada tiap
hari pembelajaran efektif, rata-rata 3-5 orang.

Matriks 3
Hasil identifikasi kebutuhan peserta didik (konseli) kelas VIII
Instrumen /
No Identifikasi kebutuhan / Masalah Peserta Didik
Sumber
Hasil pengolahan dan análisis tugas perkembangan
peserta didik kelas VIII secara umum tingkat
perkembangannya masih rendah berada pada tahapan
perlindungan diri dan konformitas, sehingga perlu
diberikan layanan bimbingan dan konseling lebih
1 ITP lanjut. Adapun aspek-aspek perkembangan yang
masih rendah yaitu:
1. Landasan hidup religius
2. Landasan perilaku etis
3. Kematangan emosional
4. Kesadaran tanggung jawab
Analisis Data sosiogram menunjukkan masih terdapat beberapa
2
Sosiometri peserta didik yang terisolir di dalam kelas VIII.
Evaluasi
program Pada tahun ajaran 2013-2014, masih ada program
3 layanan BK layanan yang belum tuntas, yaitu pada aspek
tahun ajaran pengentasan permasalahan pribadi dan sosial.
2013-2014
Nilai-nilai yang tercantum di leger/rapot sebagian
didasarkan pada nilai-nilai yang sebenarnya belum
tuntas sesuai KKM. Artinya tingkat pemahaman dan
4 Leger
penguasaan materi peserta didik masih rendah yang
salah satu sebabnya adalah malas belajar (baca) dan
malas mengulang materi pelajaran di rumah
Masih rendahnya minat belajar peserta didik kelas
VIII untuk datang ke sekolah, analisisnya
Rekapitulasi
5 menunjukkan masih banyak peserta didik yang absen
absensi
(alfa) pada tiap hari pembelajaran efektif, rata-rata 3-6
orang.

6
Matriks 4
Hasil identifikasi kebutuhan peserta didik (konseli) kelas IX

Instrumen /
No Identifikasi kebutuhan / Masalah Peserta Didik
Sumber
Hasil pengolahan dan análisis tugas perkembangan
peserta didik kelas IX secara umum tingkat
perkembangannya masih rendah berada pada tahapan
perlindungan diri dan konformitas, sehingga perlu
diberikan layanan bimbingan dan konseling lebih
1 ITP lanjut. Adapun aspek-aspek perkembangan yang
masih rendah yaitu:
1. Landasan hidup religius
2. Landasan perilaku etis
3. Kesadaran tanggung jawab
4. Wawasan kesiapan karir
Analisis Data sosiogram menunjukkan masih terdapat beberapa
2
Sosiometri peserta didik yang terisolir di dalam kelas IX.
Evaluasi
program Pada tahun ajaran 2013-2014, masih ada program
3 layanan BK layanan yang belum tuntas, yaitu pada aspek
tahun ajaran pengentasan permasalahan pribadi, sosial dan karir.
2013-2014
Nilai-nilai yang tercantum di leger/rapot sebagian
didasarkan pada nilai-nilai yang sebenarnya belum
tuntas sesuai KKM. Artinya tingkat pemahaman dan
4 Leger
penguasaan materi peserta didik masih rendah yang
salah satu sebabnya adalah malas belajar (baca) dan
malas mengulang materi pelajaran di rumah
Masih rendahnya minat belajar peserta didik kelas IX
Rekapitulasi untuk datang ke sekolah, analisisnya menunjukkan
5
absensi masih banyak peserta didik yang absen (alfa) pada tiap
hari pembelajaran efektif, rata-rata 3-4 orang.

7
BAB II
PELAKSANAAN PROGRAM
LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING

A. TUGAS PERKEMBANGAN YANG HENDAK DICAPAI


Tugas perkembangan yang diharapkan dicapai oleh peserta didik SMP Negeri 1
Cihaurbeuti dalam perkembangan pribadi, sosial, belajar, dan karir dirumuskan
berdasarkan analisis hasil need assessment menggunakan ITP yang dilakukan kepada
kelas VII, VIII, dan IX.
Berdasarkan hasil analisis ITP dan dipadukan dengan beberapa data yang kami
dapatkan, maka rumusan kompetensi kemandirian yang harus dicapai oleh peserta didik
kelas VII, VIII, dan IX di SMP Negeri 1 Cihaurbeuti pada tahun ajaran 2014-2015
adalah aspek-aspek sebagai berikut: (tidak semua aspek ITP dimulculkan)
1. Aspek Perkembangan Landasan Hidup Religius
a) mengenal arti dan tujuan ibadah
b) berminat mempelajari arti dan tujuan setiap bentuk ibadah
c) melakukan berbagai kegiatan ibadah dengan kemauan sendiri
2. Aspek Perkembangan Landasan Perilaku Etis
a) mengenal alasan perlunya mentaati aturan/norma berperilaku
b) memahami keragaman aturan berperilaku dalam kontek budaya
c) bertindak atas pertimbangan diri terhadap norma yang berlaku
3. Aspek Perkembangan Kematangan Emosi
a. mengenal cara-cara mengekspresikan perasaan secara wajar
b. memahami keragaman ekpresi perasaan diri dan orang lain
c. mengekpresikan perasaan atas dasar pertimbangan kontekstual
4. Aspek Perkembangan Kesadaran Tanggug Jawab Sosial
a. mempelajari cara-cara memperoleh hak dan memenuhi kewajiban dalam
lingkungan kehidupan sehari-hari
b. menghargai nilai-nilai persahabatan dan keharmonisan dalam kehidupan sehari-
hari
c. berinteraksi dengan orang lain atas dasar nilai-nilai persahabatan dan
keharmonisan hidup
5. Aspek Perkembangan Pengembangan Pribadi / penerimaan diri
a. mengenal kemampuan dan keinginan diri
b. menerima keadaan diri secara positif
c. menampilkan perilaku yang merefleksikan keragaman diri dalam lingkungan
6. Aspek Perkembangan Wawasan Kesiapan Karir
a. mengekspresikan ragam pekerjaan, pendidikan dan aktivitas dalam kaitan dengan
kemampuan diri
b. menyadari keragaman nilai, persyaratan, dan aktivitas yang menuntut pemenuhan
kemampuan tertentu
c. mengidentifikasikan ragam alternatif pekerjaan, pendidikan dan aktivitas yang
mengandung relevansi dengan kemampuan diri

Pemaparan dan aplikasi aspek-aspek perkembangan dan indikator ketercapaian


di atas, selanjutnya akan dijabarkan dalam layanan menggunakan Satuan Layanan
(Satlay) atau Rencana Pelaksanaan Layanan (RPL) yang dikelompokkan per bidang
bimbingan, yaitu pribadi, sosial, belajar, dan karir (RPL terlampir).

B. PELAKSANAAN LAYANAN PROGRAM PENELUSURAN PEMINATAN


Layanan penelusuran minat peserta didik merupakan proses bantuan yang
bertahap, agar peserta didik memperoleh informasi yang cukup lengkap tentang pilihan
minat kelompok mata pelajaran, lintas mata pelajaran, pendalaman mata pelajaran, dan
arah karir yang ada, serta kemungkinan melanjutkan studi ke jenjang pendidikan
menengah (SMA/SMA/MA/MAK).

8
Penelusuran minat merupakan bagian dari layanan bimbingan dan konseling,
yang diselenggarakan secara sinabung dari kelas VII, VIII, sampai kelas IX. Objek-
objek layanan penelusuran minat dalam kurikulum 2013 sudah dikelompokkan per level
kelas, di antaranya yaitu:
N TAHAPAN
KELAS LAYANAN PEMINATAN KET.
O PELAKSANAAN
1. Pengungkapan
Kelas 1. Pemahaman diri 2. Pemahaman
1 VII 2. Pemahaman nilai-nilai
3. Penentuan pilihan Semua jenis layanan
kehidupan
4. Tindak lanjut peminatan dan
1. Pengungkapan tahapan
1. Pengenalan lingkungan
Kelas 2. Pemahaman pelaksanaan berikut
pendidikan
2 VIII instrumennya
2. Pengenalan lingkungan 3. Penentuan pilihan
pekerjaan terdapat di buku
4. Tindak lanjut
pedoman
1. Tahap pengungkapan penelusuran minat
minat 1. Pengungkapan
Kelas 2. Pemahaman peserta didik SMP
2. Tahap pemahaman
3 IX mulai halaman 43
minat 3. Penentuan pilihan
3. Tahap penentuan 4. Tindak lanjut
pilihan minat

Adapun rincian tahapan identifikasi program peminatan dapat digambarkan sebagai


berikut:
N PELAKSANA
KEGIATAN WAKTU
O KEGIATAN
PENGUMPULAN DATA DAN INFORMASI
1. Dokumentasi (Buku CR, dll), angket,
wawancara, observasi
Awal
1 2. Identifikasi prestasi belajar (nilai Raport, dan Guru BK
semester 1
Nilai UN)
3. ITP
4. DCM
INFORMASI PEMINATAN
1. Peminatan akademik= minat belajar
2. Peminatan studi lanjutan=info sekolah
September
2 (SMA/SMK/MA/MAK) Guru BK
– Februari
3. Peminatan kejuruan= pemahaman tentang
pekerjaan/karir dan kemungkinan bekerja

IDENTIFIKASI DAN REKOMENDASI


1. Pelaksanaan tes minat Januari –
3 Guru BK
2. Analisis Mei
3. Rekomendasi peminatan
PEMANTAPAN / PENYESUAIAN
4 Peserta didik sudah dapat memahami dan Semester 2 Guru BK
menentukan pilihan minat
MONITORING DAN TINDAK LANJUT
Guru BK, guru mata pelajaran, dan wali kelas Guru BK,
bekerjasama (kolaborasi) melakukan monitoring Guru mata
5 Semester 2
kegiatan peserta didik secara keseluruhan dalam pelajaran, wali
menjalani program pendidikannya khususnya kelas
lanjutan studi

9
C. PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING
Layanan bimbingan dan konseling dilaksanakan sesuai materi berdasarkan
kebutuhan peserta didik dengan mempertimbangkan:
1. Bidang Bimbingan dan Konseling
a. Pengembangan kehidupan pribadi, yaitu bidang layanan yang membantu peserta
didik dalam memahami, menilai, dan mengembangkan potensi dan kecakapan,
bakat dan minat, serta kondisi sesuai dengan karakteristik kepribadian dan
kebutuhan peserta didik secara realistik.
b. Pengembangan kehidupan sosial, yaitu bidang layanan yang membantu peserta
didik dalam memahami dan menilai serta mengembangkan kemampuan hubungan
sosial yang sehat dan efektif dengan teman sebaya, anggota keluarga, dan warga
lingkungan sosial yang lebih luas.
c. Pengembangan kemampuan belajar, yaitu bidang layanan yang membantu peserta
didik mengembangkan kemampuan belajar dalam rangka mengikuti pendidikan
sekolah/madrasah dan belajar secara mandiri.
d. Pengembangan karir, yaitu bidang layanan yang membantu peserta didik dalam
memahami dan menilai informasi, serta memilih dan mengambil keputusan karir.
2. Jenis Layanan Bimbingan dan Konseling
a. Orientasi, yaitu layanan yang membantu peserta didik memahami lingkungan
baru, terutama lingkungan sekolah/madrasah dan obyek-obyek yang dipelajari,
untuk menyesuaikan diri serta mempermudah dan memperlancar peran peserta
didik di lingkungan yang baru.
b. Informasi, yaitu layanan yang membantu peserta didik menerima dan memahami
berbagai informasi diri, sosial, belajar, karir/jabatan, dan pendidikan lanjutan.
c. Penempatan dan Penyaluran, yaitu layanan yang membantu peserta didik
memperoleh penempatan dan penyaluran yang tepat di dalam kelas, kelompok
belajar, jurusan/program studi, program latihan, magang, dan kegiatan ekstra
kurikuler.
d. Penguasaan Konten, yaitu layanan yang membantu peserta didik menguasai
konten tertentu, terutama kompetensi dan atau kebiasaan yang berguna dalam
kehidupan di sekolah, keluarga, dan masyarakat.
e. Konseling Perorangan, yaitu layanan yang membantu peserta didik dalam
mengentaskan masalah pribadinya.
f. Bimbingan Kelompok, yaitu layanan yang membantu peserta didik dalam
pengembangan pribadi, kemampuan hubungan sosial, kegiatan belajar,
karir/jabatan, dan pengambilan keputusan, serta melakukan kegiatan tertentu
melalui dinamika kelompok.
g. Konseling Kelompok, yaitu layanan yang membantu peserta didik dalam
pembahasan dan pengentasan masalah pribadi melalui dinamika kelompok.
h. Konsultasi, yaitu layanan yang membantu peserta didik dan atau pihak lain dalam
memperoleh wawasan, pemahaman, dan cara-cara yang perlu dilaksanakan dalam
menangani kondisi dan atau masalah peserta didik.
i. Mediasi, yaitu layanan yang membantu peserta didik menyelesaikan permasalahan
dan memperbaiki hubungan antar mereka.
j. Advokasi yaitu layanan pembelaan atas pelanggaran hak atau kepentingan
pendidikan/perkembangan peserta didik.

3. Kegiatan Pendukung Layanan Bimbingan dan Konseling


a. Aplikasi Instrumentasi, yaitu kegiatan mengumpulkan data tentang diri peserta
didik dan lingkungannya, melalui aplikasi berbagai instrumen, baik tes maupun
non-tes.
b. Himpunan Data, yaitu kegiatan menghimpun data yang relevan dengan
pengembangan peserta didik yang diselenggarakan secara berkelanjutan,
sistematis, komprehensif, terpadu, dan bersifat rahasia.
c. Konferensi Kasus, yaitu kegiatan membahas permasalahan peserta didik dalam
pertemuan khusus yang dihadiri oleh pihak-pihak yang dapat memberikan data,

10
kemudahan dan komitmen bagi terentaskannya masalah peserta didik, yang
bersifat terbatas dan tertutup.
d. Kunjungan Rumah, yaitu kegiatan memperoleh data, kemudahan dan komitmen
bagi terentaskannya masalah peserta didik melalui pertemuan dengan orang tua
dan atau keluarganya.
e. Tampilan Kepustakaan, yaitu kegiatan menyediakan berbagai bahan pustaka yang
dapat digunakan peserta didik dalam pengembangan pribadi, kemampuan sosial,
kegiatan belajar, dan wawasan karir / jabatan.
f. Alih Tangan Kasus, yaitu kegiatan untuk memindahkan penanganan masalah
peserta didik ke pihak lain sesuai keahlian dan kewenangannya.
4. Fungsi Layanan Bimbingan dan Konseling
Di dalam buku Penataan Pendidikan Profesional Konselor dan Layanan
Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal (2008: 200) dinyatakan
bahwa terdapat sepuluh fungsi bimbingan dan konseling, di antaranya yaitu:
a. Fungsi Pemahaman, yaitu bimbingan dan konseling berfungsi membantu peserta
didik agar memiliki pemahaman terhadap dirinya (potensinya) dan lingkungannya
(pendidikan, pekerjaan, dan norma agama). Berdasarkan pemahaman ini, peserta
didik diharapkan mampu mengembangkan potensi dirinya secara optimal, dan
menyesuaikan dirinya dengan lingkungan secara dinamis dan konstruktif.
b. Fungsi Fasilitasi, memberikan kemudahan kepada peserta didik dalam mencapai
pertumbuhan dan perkembangan yang optimal, serasi, selaras dan seimbang pada
seluruh aspek dalam diri konseli.
c. Fungsi Penyesuaian, yaitu bimbingan dan konseling berfungsi dalam membantu
peserta didik agar dapat menyesuaikan diri dengan diri dan lingkungannya secara
dinamis dan konstruktif.
d. Fungsi Penyaluran, yaitu bimbingan dan konseling berfungsi dalam membantu
peserta didik memilih kegiatan ekstrakurikuler, jurusan atau program studi, dan
memantapkan penguasaan karir atau jabatan yang sesuai dengan minat, bakat,
keahlian dan ciri-ciri kepribadian lainnya. Dalam melaksanakan fungsi ini, guru BK
perlu bekerja sama dengan pendidik lainnya di dalam maupun di luar lembaga
pendidikan.
e. Fungsi Adaptasi, yaitu membantu para pelaksana pendidikan, kepala
Sekolah/Madrasah dan staf, guru BK, dan guru untuk menyesuaikan program
pendidikan terhadap latar belakang pendidikan, minat, kemampuan, dan kebutuhan
peserta didik. Dengan menggunakan informasi yang memadai mengenai peserta
didik, pembimbing/guru BK dapat membantu para guru dalam memperlakukan
peserta didik secara tepat, baik dalam memilih dan menyusun materi
Sekolah/Madrasah, memilih metode dan proses pembelajaran, maupun menyusun
bahan pelajaran sesuai dengan kemampuan dan kecepatan peserta didik.
f. Fungsi Pencegahan (Preventif), yaitu fungsi yang berkaitan dengan upaya guru BK
untuk senantiasa mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi dan
berupaya untuk mencegahnya, supaya tidak dialami oleh peserta didik. Melalui fungsi
ini, guru BK memberikan bimbingan kepada peserta didik tentang cara
menghindarkan diri dari perbuatan atau kegiatan yang membahayakan dirinya.
Adapun teknik yang dapat digunakan adalah pelayanan orientasi, informasi, dan
bimbingan kelompok. Beberapa masalah yang perlu diinformasikan kepada para
peserta didik dalam rangka mencegah terjadinya tingkah laku yang tidak diharapkan,
diantaranya : bahayanya minuman keras, merokok, penyalahgunaan obat-obatan,
drop out, dan pergaulan bebas (free sex).
g. Fungsi Perbaikan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling untuk membantu peserta
didik sehingga dapat memperbaiki kekeliruan dalam berfikir, berperasaan dan
bertindak (berkehendak). Guru BK melakukan intervensi (memberikan perlakuan)
terhadap peserta didik supaya memiliki pola berfikir yang sehat, rasional dan
memiliki perasaan yang tepat sehingga dapat mengantarkan mereka kepada tindakan
atau kehendak yang produktif dan normatif.
h. Fungsi Penyembuhan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang bersifat kuratif.
Fungsi ini berkaitan erat dengan upaya pemberian bantuan kepada peserta didik yang

11
telah mengalami masalah, baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar, maupun
karir. Teknik yang dapat digunakan adalah konseling, dan remedial teaching.
i. Fungsi Pemeliharaan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling untuk membantu
peserta didik supaya dapat menjaga diri dan mempertahankan situasi kondusif yang
telah tercipta dalam dirinya. Fungsi ini memfasilitasi konseli agar terhindar dari
kondisi-kondisi yang akan menyebabkan penurunan produktivitas diri. Pelaksanaan
fungsi ini diwujudkan melalui program-program yang menarik, rekreatif dan
fakultatif (pilihan) sesuai dengan minat peserta didik.
j. Fungsi Pengembangan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang sifatnya lebih
proaktif dari fungsi-fungsi lainnya. Guru BK senantiasa berupaya untuk menciptakan
lingkungan belajar yang kondusif, yang memfasilitasi perkembangan peserta didik.
Guru BK dan personel Sekolah/Madrasah lainnya secara sinergi sebagai teamwork
berkolaborasi atau bekerja sama merencanakan dan melaksanakan program
bimbingan secara sistematis dan berkesinambungan dalam upaya membantu peserta
didik mencapai tugas-tugas perkembangannya. Teknik bimbingan yang dapat
digunakan di sini adalah pelayanan informasi, tutorial, diskusi kelompok atau curah
pendapat (brain storming), home room, dan karyawisata.
5. Prinsip Bimbingan dan Konseling
Di dalam buku Penataan Pendidikan Profesional Konselor dan Layanan
Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal (2008: 202) dinyatakan
bahwa terdapat enam prinsip dasar yang dipandang sebagai fundasi atau landasan bagi
layanan bimbingan. Prinsip-prinsip ini berasal dari konsep-konsep filosofis tentang
kemanusiaan yang menjadi dasar bagi pemberian layanan bantuan atau bimbingan, baik
di Sekolah/Madrasah maupun di luar Sekolah/Madrasah. Prinsip-prinsip itu adalah:
a. Bimbingan dan konseling diperuntukkan bagi semua peserta didik. Prinsip ini
berarti bahwa bimbingan diberikan kepada semua peserta didiki, baik yang tidak
bermasalah maupun yang bermasalah; baik pria maupun wanita; baik anak-anak,
remaja, maupun dewasa. Dalam hal ini pendekatan yang digunakan dalam bimbingan
lebih bersifat preventif dan pengembangan dari pada penyembuhan (kuratif); dan
lebih diutamakan teknik kelompok dari pada perseorangan (individual).
b. Bimbingan dan konseling sebagai proses individuasi. Setiap peserta didik bersifat
unik (berbeda satu sama lainnya), dan melalui bimbingan, peserta didik dibantu untuk
memaksimalkan perkembangan keunikannya tersebut. Prinsip ini juga berarti bahwa
yang menjadi fokus sasaran bantuan adalah peserta didik, meskipun layanan
bimbingannya menggunakan teknik kelompok.
c. Bimbingan menekankan hal yang positif. Dalam kenyataan masih ada peserta didik
yang memiliki persepsi yang negatif terhadap bimbingan, karena bimbingan
dipandang sebagai satu cara yang menekan aspirasi. Sangat berbeda dengan
pandangan tersebut, bimbingan sebenarnya merupakan proses bantuan yang
menekankan kekuatan dan kesuksesan, karena bimbingan merupakan cara untuk
membangun pandangan yang positif terhadap diri sendiri, memberikan dorongan, dan
peluang untuk berkembang.
d. Bimbingan dan konseling Merupakan Usaha Bersama. Bimbingan bukan hanya
tugas atau tanggung jawab guru BK, tetapi juga tugas guru-guru dan kepala
Sekolah/Madrasah sesuai dengan tugas dan peran masing-masing. Mereka bekerja
sebagai teamwork.
e. Pengambilan Keputusan Merupakan Hal yang Esensial dalam Bimbingan dan
konseling. Bimbingan diarahkan untuk membantu peserta didik agar dapat
melakukan pilihan dan mengambil keputusan. Bimbingan mempunyai peranan untuk
memberikan informasi dan nasihat kepada peserta didik, yang itu semua sangat
penting baginya dalam mengambil keputusan. Kehidupan peserta didik diarahkan
oleh tujuannya, dan bimbingan memfasilitasi peserta didik untuk mempertimbangkan,
menyesuaikan diri, dan menyempurnakan tujuan melalui pengambilan keputusan
yang tepat. Kemampuan untuk membuat pilihan secara tepat bukan kemampuan
bawaan, tetapi kemampuan yang harus dikembangkan. Tujuan utama bimbingan
adalah mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memecahkan masalahnya
dan mengambil keputusan.

12
f. Bimbingan dan konseling Berlangsung dalam Berbagai Setting (Adegan)
Kehidupan. Pemberian layanan bimbingan tidak hanya berlangsung di
Sekolah/Madrasah, tetapi juga di lingkungan keluarga, perusahaan/industri, lembaga-
lembaga pemerintah/swasta, dan masyarakat pada umumnya. Bidang layanan
bimbinganpun bersifat multi aspek, yaitu meliputi aspek pribadi, sosial, pendidikan,
dan pekerjaan.
6. Asas Bimbingan dan Konseling
Di dalam buku Penataan Pendidikan Profesional Konselor dan Layanan
Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal (2008: 204) dinyatakan
bahwa keterlaksanaan dan keberhasilan pelayanan bimbingan dan konseling sangat
ditentukan oleh diwujudkannya sebelas asas-asas berikut:
a. Asas Kerahasiaan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menuntut
dirahasiakanya segenap data dan keterangan tentang peserta didik yang menjadi
sasaran pelayanan, yaitu data atau keterangan yang tidak boleh dan tidak layak
diketahui oleh orang lain. Dalam hal ini guru BK berkewajiban penuh memelihara
dan menjaga semua data dan keterangan itu sehingga kerahasiaanya benar-benar
terjamin.
b. Asas kesukarelaan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki adanya
kesukaan dan kerelaan peserta didik mengikuti/menjalani pelayanan/kegiatan yang
diperlukan baginya. Dalam hal ini guru BK berkewajiban membina dan
mengembangkan kesukarelaan tersebut.
c. Asas keterbukaan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar
peserta didik yang menjadi sasaran layanan/kegiatan bersifat terbuka dan tidak
berpura-pura, baik di dalam memberikan keterangan tentang dirinya sendiri maupun
dalam menerima berbagai informasi dan materi dari luar yang berguna bagi
pengembangan dirinya. Dalam hal ini guru BK berkewajiban mengembangkan
keterbukaan peserta didik. Keterbukaan ini amat terkait pada terselenggaranya asas
kerahasiaan dan adanya kesukarelaan pada diri peserta didik yang menjadi sasaran
layanan/kegiatan. Agar peserta didik dapat terbuka, guru BK terlebih dahulu harus
bersikap terbuka dan tidak berpura-pura.
d. Asas kegiatan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar peserta
didik (konseli) yang menjadi sasaran layanan berpartisipasi secara aktif di dalam
penyelenggaraan layanan/kegiatan bimbingan. Dalam hal ini guru BK perlu
mendorong peserta didik untuk aktif dalam setiap layanan/kegiatan bimbingan dan
konseling yang diperuntukan baginya.
e. Asas kemandirian, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menunjuk pada tujuan
umum bimbingan dan konseling, yakni: peserta didik (konseli) sebagai sasaran
layanan bimbingan dan konseling diharapkan menjadi peserta didik yang mandiri
dengan ciri-ciri mengenal dan menerima diri sendiri dan lingkungannya, mampu
mengambil keputusan, mengarahkan serta mewujudkan diri sendiri. Guru BK
hendaknya mampu mengarahkan segenap layanan bimbingan dan konseling yang
diselenggarakannya bagi berkembangnya kemandirian peserta didik.
f. Asas Kekinian, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar objek
sasaran layanan bimbingan dan konseling ialah permasalahan peserta didik (konseli)
dalam kondisinya sekarang. Layanan yang berkenaan dengan “masa depan atau
kondisi masa lampau pun” dilihat dampak dan/atau kaitannya dengan kondisi yang
ada dan apa yang diperbuat sekarang.
g. Asas Kedinamisan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar isi
layanan terhadap sasaran layanan (konseli) yang sama kehendaknya selalu bergerak
maju, tidak monoton, dan terus berkembang serta berkelanjutan sesuai dengan
kebutuhan dan tahap perkembangannya dari waktu ke waktu.
h. Asas Keterpaduan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar
berbagai layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling, baik yang dilakukan oleh
guru BK maupun pihak lain, saling menunjang, harmonis, dan terpadu. Untuk ini
kerja sama antara guru BK dan pihak-pihak yang berperan dalam penyelenggaraan
layanan bimbingan dan konseling perlu terus dikembangkan. Koordinasi segenap
layanan/kegiatan bimbingan dan konseling itu harus dilaksanakan dengan sebaik-
baiknya.

13
i. Asas Keharmonisan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar
segenap layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling didasarkan pada dan tidak
boleh bertentangan dengan nilai dan norma yang ada, yaitu nilai dan norma agama,
hukum dan peraturan, adat istiadat, ilmu pengetahuan, dan kebiasaan yang berlaku.
Bukanlah layanan atau kegiatan bimbingan dan konseling yang dapat
dipertanggungjawabkan apabila isi dan pelaksanaannya tidak berdasarkan nilai dan
norma yang dimaksudkan itu. Lebih jauh, layanan dan kegiatan bimbingan dan
konseling justru harus dapat meningkatkan kemampuan konseli dalam memahami,
menghayati, dan mengamalkan nilai dan norma tersebut.
j. Asas Keahlian, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar layanan
dan kegiatan bimbingan dan konseling diselenggarakan atas dasar kaidah-kaidah
profesional. Dalam hal ini, para pelaksana layanan dan kegiatan bimbingan dan
konseling hendaklah tenaga yang benar-benar ahli dalam bidang bimbingan dan
konseling. Keprofesionalan guru BK harus terwujud baik dalam penyelenggaraan
jenis-jenis layanan, kegiatan, dan konseling maupun dalam penegakan kode etik
bimbingan dan konseling.
k. Asas Alih Tangan Kasus, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki
agar pihak-pihak yang tidak mampu menyelenggarakan layanan bimbingan dan
konseling secara tepat dan tuntas atas suatu permasalahan konseli mengalihtangankan
permasalahan itu kepada pihak yang lebih ahli. Guru BK dapat menerima alih tangan
kasus dari orang tua, guru-guru lain, atau ahli lain; dan demikian pula guru BK dapat
mengalihtangankan kasus kepada guru mata pelajaran/praktik dan lain-lain.

D. KOMPONEN PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING


Kegiatan bimbingan dan konseling memiliki 4 komponen layanan, di antaranya
yaitu:
1. Pelayanan Dasar
Pelayanan dasar diartikan sebagai proses pemberian bantuan kepada seluruh
peserta didik melalui penyiapan pengalaman terstruktur secara klasikal atau kelompok
yang disajikan secara sistematis dalam rangka pengembangan perilaku jangka panjang
sesuai dengan tahap-tahap perkembangan yang diperlukan dalam pengembangan
kemampuan memilih dan mengambil keputusan dalam menjalani kehidupannya. Untuk
mencapai tujuan membantu peserta didik agar mereka dapat mencapai tugas-tugas
perkembangannya, maka fokus perilaku yang dikembangkan menyangkut aspek-aspek
pribadi, sosial, belajar dan karir.
Layanan Bimbingan dan konseling di SMP Negeri 1 Cihaurbeuti secara umum
dilaksanakan secara terprogram namun dalam tataran teknis dilakukan secara insidental
(tidak rutin masuk ke dalam kelas). Untuk tingkat kelas VII, VIII dan IX, layanan BK
diberikan secara klasikal setiap hari Senin dan Jum’at. Senin setelah selesai upacara dan
Jum’at setelah pelaksanaan shalat Dhuha di lapangan olah raga. Artinya layanan
diberikan secara fleksibel, bekerja sama dengan wali kelas dan guru lainnya. Sedangkan
untuk lebih mengoptimalkan layanan, guru BK secara khusus masuk kelas dalam rangka
tugas tambahan mengajar PAI (pendidikan agama Islam) yang kadangkala digunakan
untuk memberikan layanan bimbingan kepada peserta didik.
2. Pelayanan Responsif
Pelayanan responsif merupakan pemberian bantuan kepada peserta didik yang
menghadapi kebutuhan dan masalah yang memerlukan pertolongan dengan segera.
Membantu peserta didik agar dapat memenuhi kebutuhannya dan memecahkan masalah
yang dialami atau membantu peserta didik yang mengalami hambatan, kegagalan dalam
mencapai tugas-tugas perkembangannya. Masalah atau gejala masalah yang sering
timbul dalam pemberian pelayanan responsif antara lain: (1) merasa cemas tentang masa
depan, (2) merasa rendah diri (3) berprilaku impulsif (kekanak-kanakan atau melakukan
sesuatu tanpa mempertimbangkannya secara matang), (4) membolos sekolah (5) malas
belajar, (6) kurang memiliki kebiasaan belajar yang positif, (7) kurang bisa bergaul, (8)
prestasi belajar rendah, (9) malas beribadah, (10) masalah pergaulan bebas, (11) masalah
tawuran, (12) manajemen stress, dan (13) masalah dalam keluarga.
3. Perencanaan individual.

14
Perencanaan individual diartikan sebagai bantuan kepada peserta didik agar
mampu merumuskan dan melakukan aktifitas yang berkaitan dengan perencanaan masa
depan berdasarkan pemahaman akan kelebihan dan kekurangan dirinya, serta
pemahaman akan peluang dan kesempatan yang tersedia di lingkungannya. Pelayanan
ini bertujuan untuk membatu peserta didik agar: (1) memiliki pemahaman tentang diri
dan lingkungannya, (2) mampu merumuskan tujuan, perencanaan, atau pengelolaan
terhadap perkembangan dirinya, baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar, maupun
karir dan (3) dapat melakukan kegiatan berdasarkan pemahaman tujuan, dan rencana
yang telah dirumuskannya. Melalui pelayanan perencanaan individual, peserta didik
diharapkan dapat :
a. Mempersiapkan diri untuk mengikuti pendidikan kemampuan sosial-pribadi yang
didasarkan atas pengetahuan akan dirinya, informasi tentang sekolah, dunia kerja,
dan masyarakat.
b. Menganalisis kekuatan dan kelemahan dirinya dalam rangka pencapaian
tujuannya.
c. Mengukur tingkat pencapaian tujuan dirinya.
d. Mengambil keputusan yang merefleksikan perencanaan dirinya.
4. Dukungan sistem.
Ketiga komponen di atas, merupakan pemberian bimbingan dan konseling
kepada peserta didik secara langsung, sedangkan dukungan sistem merupakan
komponen pelayanan dan kegiatan manajemen, tata kerja, infrastruktur (misalnya
teknologi informasi komunikasi), dan pengembangan kemampuan profesional guru BK
secara berkelanjutan yang secara tidak langsung memberikan bantuan kepada peserta
didik atau memfasilitasi kelancaran perkembangan peserta didik. Program ini
memberikan dukungan kepada guru BK dalam memperlancar penyelenggaraaan
pelayanan di atas. Sedangkan bagi personil pendidik lainnya adalah untuk memperlancar
penyelenggaraan program pendidikan di sekolah. Dukungan sistem ini diliputi aspek-
aspek :
(1) Pengembangan jejaring (Net working) menyangkut kegiatan guru BK yang meliputi:
a) Konsultasi dengan guru-guru
b) Menyelenggarakan program kerja sama dengan orang tua atau masyarakat.
c) Berpartisipasi dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan kegiatan
sekolah.
d) Bekerjasama dengan personil sekolah lainnya dalam rangka menciptakan
lingkungan sekolah yang kondusif bagi perkembangan peserta didik.
(2) Melakukan penelitian tentang masalah masalah yang berkaitan erat dengan
bimbingan dan konseling.
(3) Melakukan kerja sama atau kolaborasi dengan ahli lain yang terkait dengan
pelayanan bimbingan dan konseling.
(4) Kegiatan manajemen merupakan berbagai upaya untuk memantapkan, memelihara
dan meningkatkan mutu program bimbingan dan konseling melalui :
a) pengembangan program
b) pengembangan staf
c) pemanfaatan sumber daya
d) pengembangan penataan kebijakan.
(5) Riset dan pengembangan,
a) Pengembangan profesionalitas, guru BK secara terus menerus untuk
memutakhirkan pengetahuan dan keterampilan-keterampilannya melalui
kegiatan:
1) In Servis Training
2) Aktif dalam organisasi profesi
3) Aktif dalam kegiatan-kegiatan ilmiah
4) Melanjutkan studi ke program yang lebih tinggi.
b) Pemberian konsultasi dan berkolaborasi. Guru BK perlu melakukan konsultasi
dan berkolaborasi dengan guru, orang tua, staf sekolah lainnya dan pihak instansi
di luar sekolah seperti instansi pemerintah, instansi swasta, organisasi profesi,
para ahli dalam bidang tertentu seperti psikolog, psikiater, dokter dan lainnya dan

15
dipandang perlu juga dengan MGBK (musyawarah guru bimbingan dan
konseling).
(6) Manajemen program, sistem pengelolaan program bimbingan dan konseling yang
bermutu.

E. STRATEGI PELAKSANAAN LAYANAN BK


Strategi pelayanan bagi masing-masing komponen bimbingan dan konseling
yaitu sebagai berikut:
1. Strategi Layanan Dasar
a. Bimbingan Klasikal, layanan bimbingan diberikan kepada peserta didik secara
terprogram untuk melakukan kontak langsung dengan para peserta didik di dalam
kelas. Kegiatan ini dapat berupa diskusi kelas atau curah pendapat (brain
storming) atau dapat juga pemberian layanan orientasi dan informasi tentang
berbagai hal yang dipandang bermanfaat bagi peserta didik.
b. Layanan orientasi pada umumnya dilaksanakan pada awal pelajaran, yang
diperuntukan bagi para peserta didik baru, sehingga mereka memiliki pengetahuan
yang utuh tentang sekolah yang dimasukinya. Kepada mereka diperkenalkan
tentang berbagai hal yang terkait dengan sekolah, seperti: organisasi sekolah,
kurikulum, personal (pimpinan, para guru, dan staf administrasi), jadwal pelajaran,
perpustakaan, laboratorium, tata-tertib sekolah, kegiatan ekstrakurikuler, dan
fasilitas sekolah lainnya.
c. Layanan informasi merupakan proses bantuan yang diberikan kepada para peserta
didik tentang berbagai aspek kehidupan yang dipandang penting bagi mereka, baik
melalui komunikasi langsung, maupun tidak langsung (melalui media cetak
maupun elektronik, seperti : buku, brosur, leaflet, majalah, dan internet).
d. Bimbingan kelompok, guru BK memberikan layanan bimbingan kepada peserta
didik melalui kelompok-kelompok kecil (5 s.d. 10 orang). Bimbingan ini
ditujukan untuk merespon kebutuhan para peserta didik. Topik yang
didiskusikan dalam bimbingan kelompok, adalah masalah yang bersifat umum
(common problem) dan tidak rahasia, seperti: cara-cara belajar yang efektif, kiat-
kiat menghadapi ujian, dan mengelola stress.
e. Layanan pengumpulan data (Aplikasi Instrumentasi), yaitu kegiatan
mengumpulkan data atau informasi tentang peserta didik dan lingkungannya.
Pengumpulan data ini dapat dilakukan dengan berbagai instrument baik tes
maupun non tes.
2. Strategi Layanan Responsif :
a. Konseling Individual atau Kelompok: kegiatan ini dilakukan untuk membantu
para peserta didik yang mengalami kesulitan, mengalami hambatan dalam
mencapai tugas tugas perkembangannya. Saat konseling guru BK membantu
peserta didik untuk dapat mengidentifikasi masalah, faktor penyebab, berbagai
cara temuan alternatif pemecahan masalah, dan pengambilan keputusan secara
tepat dan cepat.
b. Referal (Rujukan/Alih tangan kasus): Layanan referal dilakukan apabila
permasalahan peserta didik di luar batas wewenang guru BK untuk menanganinya,
sehingga langkah terbaik adalah mengalihtangankan kepada pihak lain yang lebih
berwenang/kompeten. Contohnya Psikolog, Psikiater, Dokter, Polisi. Batasan
kasus peserta didik yang direferral yaitu depresi, penyakit kronis, kriminalitas, dan
narkoba.
c. Kolaborasi dengan Guru mata Pelajaran atau Wali Kelas, guru BK
berkolaborasi dengan guru dan wali kelas dalam rangka memperoleh informasi
tentang peserta didik (seperti prestasi belajar, kehadiran peserta didik dan
pribadinya). Membantu memecahkan masalah peserta didik, dan mengidentifikasi
aspek-aspek bimbingan yang dapat dilakukan guru mata pelajaran, yaitu:
1. Menciptakan iklim sosio-emosional kelas yang kondusif bagi belajar peserta
didik di kelas
2. Memahami karakteristik peserta didik yang unik dan beragam
3. Menandai peserta didik yang diduga bermasalah

16
4. Membantu peserta didik yang mengalami kesulitan belajar melalui program
remedial teaching
5. Mereferal (mengalihtangankan) peserta didik yang memerlukan layanan
bimbingan dan konseling kepada guru BK
6. Memberikan informasi yang up to date tentang kaitan mata pelajaran dengan
bidang kerja yang diminati peserta didik
7. Memahami perkembangan dunia industri atau perusahaan sehingga dapat
memebrikan informasi yang luas kepada peserta didik tentang dunia kerja
(tuntutan keahlian kerja, suasana kerja, persyaratan penerimaan pegawai, dan
prospek kerja)
8. Menampilkan pribadi yang matang dalam aspek emosional, sosial, dan moral
spiritual (guru merupakan FIGUR CENTRAL bagi peserta didik).
9. Memberikan informasi tentang cara-cara mempelajari mata pelajaran secara
efektif.
d. Kolaborasi (kerja sama) dengan orang tua. Guru BK perlu melakukan
kerjasama dengan para orang tua peserta didik agar proses bimbingan tidak hanya
dilakukan di sekolah tetapi dilakukan juga oleh orang tua di rumah. Melalui kerja
sama ini memungkinkan terjadinya saling bertukar informasi, saling pengertian
dalam upaya mengembangkan potensi peserta didik dan mengentaskan masalah
yang mungkin muncul. Upaya yang dapat dilakukan yaitu:
1. Pihak sekolah beserta Komite mengundang para orang tua peserta didik untuk
datang ke sekolah (minimal satu kali per semester)
2. Pihak sekolah memberikan informasi (melalui surat atau media lainnya) kepada
para orang tua tentang kebijakan baru atau masalah peserta didik
3. Orang tua diminta untuk melaporkan keadaan anaknya di rumah kepada pihak
sekolah, terutama dalam hal belajar dan perilaku sehari-hari.
e. Kolaborasi (kerja sama) dengan pihak-pihak terkait di luar sekolah.
Kolaborasi ini dilakukan pihak sekolah dengan unsur-unsur masyarakat yang
dipandang relevan dengan peningkatan mutu layanan bimbingan dan konseling,
misalnya pihak:
1. Instansi pemerintah
2. Instansi swasta
3. Organisasi profesi, seperti ABKIN dll.
4. Para ahli dalam bidang tertentu, seperti Psikolog, Psikiater, Dokter, dll.
5. MGBK
6. Depnaker (analisis bursa kerja)
f. Konsultasi: guru BK memberikan konsultasi kepada guru, orang tua, atau pihak
pimpinan sekolah dalam rangka membangun kesamaan persepsi dalam rangka
memberikan bimbingan kepada peserta didik, menciptakan lingkungan sekolah
yang kondusif bagi perkembangan peserta didik, melakukan referral, dan
meningkatkan kualitas program bimbingan dan konseling.
g. Bimbingan teman sebaya (peer guidance/peer facilitation): yaitu bimbingan
yang dilakukan oleh peserta didik terhadap peserta didik yang lainnya di bawah
binaan guru BK. Peserta didik yang menjadi pembimbing sebelumnya diberikan
latihan dan pembinaan oleh guru BK dan sekaligus berfungsi sebagai mentor
dalam membantu peserta didik yang lain dalam memecahkan masalahnya.
h. Konferensi Kasus, yaitu kegiatan untuk membahas permasalahan peserta didik
dalam suatu pertemuan resmi yang dihadiri oleh pihak-pihak yang dapat
memberikan keterangan, kemudahan dan komitmen bagi terentaskannya
permasalahan peserta didik (pertemuan ini bersifat terbatas dan tertutup).
i. Kunjungan Rumah (Home Visit), yaitu kegiatan untuk memperoleh data atau
informasi tentang peserta didik tertentu yang sedang ditangani oleh guru BK
dengan harapan terntaskannya masalah peserta didik.
3. Strategi Layanan Perencanaan Individual :
Guru BK bersama peserta didik menganalisis kekuatan dan kelemahan dirinya
berdasarkan data dan informasi yang diperoleh menyangkut pencapaian tugas-tugas
perkembangan atau aspek-aspek pribadi, sosial, belajar, dan karir. Melalui kegiatan

17
penilaian diri ini, peserta didik akan memiliki pemahaman, penerimaan dan pengarahan
dirinya secara positif dan konstruktif.
Bagi peserta didik yang sudah mengetahui informasi tentang pribadi, sosial,
belajar dan karir, maka akan dapat digunakan untuk:
a. Merumuskan tujuan dan merencanakan kegiatan yang menunjang pengembangan
dirinya terutama pada aspek kelemahan dirinya,
b. Melakukan kegiatan yang sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan di awal,
c. Dapat mengevaluasi kegiatan yang telah dilakukan.
4. Strategi Dukungan Sistem :
a. Pengembangan profesional: guru BK secara terus menerus berusaha untuk ”meng-
update” pengetahuan dan keterampilan melalui (1) in-service training, (2) aktif dalam
organisasi profesi, (3) atau melanjutkan studi ke pasca sarjana.
b. Pemberian konsultasi dan berkolaborasi: strategi ini berkaitan dengan upaya sekolah
untuk meningkatkan kerja sama dengan unsur-unsur masyarakat yang dipandang
relevan.
c. Manajemen Program: Strategi ini meliputi perencanaan dan kegiatan kegiatan
manajemen, serta analisis data yang diperlukan untuk mendukung pelaksanaan
program BK.

F. SARANA DAN PEMBIAYAAN


1. Ruang Bimbingan dan Konseling
Ruang bimbingan dan konseling merupakan salah satu sarana penting yang turut
mempengaruhi keberhasilan pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah. Sarana
ruang bimbingan dan konseling di SMP Negeri 1 Cihaurbeuti masih jauh dari standar
penataan ruang bimbingan dan konseling yang ideal, hal tersebut karena keterbatasan
lahan dan dana yang ada. Walaupun demikian, kami sudah memiliki ruang khusus
bimbingan dan konseling berukuran 6 x 3 meter yang diskat (diberi batas) menjadi dua
menggunakan lemari, yaitu terdiri atas:
a. Ruang tamu
Ruang tamu dilengkapi dengan satu set sofa berikut meja dan kursinya, beberapa
kursi tambahan untuk bimbingan kelompok, dan papan data. Ruang tamu di sini
digunakan untuk berbagai fungsi, yaitu:
(1) untuk menerima tamu dari orang tua peserta didik atau pihak yang terkait yang
berhubungan dengan pelaksanaan bimbingan dan konseling,
(2) untuk layanan bimbingan kelompok,
(3) untuk layanan konseling kelompok, dan
(4) untuk layanan biblio terapi.
b. Ruang kerja
Ruang kerja dilengkapi dengan dua buah meja, empat buah kursi, satu buah
lemari arsip/dokumen administrasi, satu buah rak lemari penyimpanan map peserta
didik. Ruang kerja di sini digunakan untuk berbagai fungsi, yaitu:
(1) untuk melaksanakan aktifitas kegiatan guru bimbingan dan konseling sehari-hari
terutama dalam melaksanakan administrasi,
(2) untuk menyimpan data peserta didik,
(3) untuk konseling individual.
2. Fasilitas Lain
Selain ruangan, fasilitas lain juga tersedia di SMP Negeri 1 Cihaurbeuti untuk
memperlancar penyelenggaraan bimbingan dan konseling, di antaranya yaitu:
a. Dokumen program bimbingan dan konseling, meliputi:
(1) Dokumen program tahunan
(2) Dokumen program semester
(3) Buku agenda kegiatan harian
(4) Buku kasus
(5) Buku Tamu
b. Instrumen pengumpul data dan kelengkapan administrasi, seperti:
(1) Alat pengumpul data berupa tes (tidak tersedia)
(2) Alat pengumpul data non tes

18
1. Biodata peserta didik
2. Pedoman wawancara
3. Pedoman observasi dalam kegiatan pembelajaran
4. Pedoman observasi dalam kegiatan bimbingan dan konseling kelompok
5. Catatan anekdot
6. Angket ekstrakurikuler
7. Angket peminatan
8. Angket orang tua
9. Biografi dan autobiografi
10. Angket sosiometri
11. AUM
12. ITP
13. Format satuan pelayanan
14. Format-format surat (undangan/referral)
15. Format pelaksanaan pelayanan
16. Format evaluasi
(3) Alat penyimpan data khususnya dalam bentuk himpunan data.
1. Buku pribadi (CR)
2. Map pribadi
3. Hardisk komputer
4. Flash dish / CD
5. Promint-Dongle (program peminatan)
(4) Kelengkapan penunjang teknis
1. ATK
2. Satuan Layanan / RPL
3. Laptop
4. Modul bimbingan dan konseling
5. Brosur dari MA/SMA/SMK
6. Lembar ATP
7. Cutter
8. Gunting
9. Media peraga /alat bantu bimbingan kelompok
10. Data kehadiran peserta didik (absensi)
11. Leger
12. Papan informasi bimbingan dan konseling

3. Pembiayaan
Rencana anggaran untuk kelas VII, VIII, dan IX yang diperlukan di tahun ajaran
2014-2015 adalah sebagai berikut :
N
Uraian Volume Jumlah
o
Buku catatan pribadi peserta 292 peserta didik
1. Rp 1.460.000
didik kelas VII (buku CR ) X Rp.5000
27 x12 bln x
2. Transport home visit Rp 3.240.000
Rp.10.000
292 peserta didik
3. Tes ITP kelas VII Rp 1.460.000
x Rp.5000
Map pribadi peserta didik kelas
4. 292 x Rp.3.500 Rp 1.022.000
VII
5 jenis instrument
Penggandaan instrument
5. x @40 buah x Rp. Rp 700.000
peminatan
3.500
Jumlah Rp 7.882.000

19
G. ORGANISASI PELAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING DAN
PERSONIL SEKOLAH
Layanan bimbingan dan konseling di SMP Negeri 1 Cihaurbeuti dalam
pelaksanaannya secara keseluruhan berada di bawah tanggung jawab Kepala Sekolah
dan seluruh staf. Koordinator BK bertanggung jawab dalam menyelenggarakan
bimbingan dan konseling secara operasional. Personil lain yang mencakup wakil kepala
sekolah, guru BK, guru bidang studi dan wali kelas memilki peran dan tugas masing-
masing dalam penyelenggaraan layanan bimbingan dan konseling. Secara rinci deskripsi
struktur organisasi BK serta tugas dan tanggung jawab masing-masing personil adalah
sebagai berikut:
1. Kepala Sekolah (Drs. Ruhiyat,M.M.) tugasnya yaitu:
1) Mengkoordinasikan seluruh kegiatan pendidikan yang meliputi kegiatan
pengajaran, pelatihan serta bimbingan dan konseling di sekolah;
2) Menyediakan dan melengkapi sarana prasarana yang diperlukan dalam kegiatan
bimbingan dan konseling di sekolah;
3) Memberikan kemudahan bagi terlaksananya program kegiatan bimbingan dan
konseling di sekolah;
4) Melakukan supervisi terhadap pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah;
5) Menetapkan koordinator guru BK yang bertanggungjawab atas koordinasi
pelaksana bimbingan dan konseling di sekolah berdasarkan kesepakatan bersama
guru BK;
6) Membuat surat tugas guru BK dalam proses bimbingan dan konseling pada setiap
awal semester.
7) Menyiapkan surat pernyataan melakukan kegiatan bimbingan dan konseling
sebagai bahan usulan angka kredit bagi guru BK yang akan naik pangkat atau
golongan;
8) Mengadakan kerja sama dengan instasi lain (seperti perusahaan/industri, Dinas
kesehatan, kepolisian, atau para pakar yang terkait dalam pelaksanaan kegiatan
bimbingan dan konseling (seperti psikolog, dokter);
2. Wakil Kepala Sekolah (H. Gartiwa, S.Pd.) tugasnya yaitu:
7. Mengkoordinsikan pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling kepada semua
personel sekolah.
8. Melaksanakan kebijakan pimpinan sekolah terutama dalam pelaksanaan layanan
bimbingan dan konseling.
3. Koordinator BK (Elis Faoziah, S.Pd.) tugasnya yaitu:
1) Mengkoordinasikan para guru BK dalam :
(a) Memasyarakatkan kegiatan bimbingan dan konseling.
(b) Menyusun program bimbingan dan konseling secara umum.
(c) Melaksanakan program bimbingan dan konseling.
(d) Mengadministrasikan kegiatan bimbingan dan konseling.
(e) Menilai program bimbingan dan konseling.
(f) Mengadakan tindak lanjut.
2) Membuat usulan kepada kepala sekolah dan mengusahakan terpenuhinya tenaga,
sarana dan prasarana.
3) Mempertanggungjawabkan pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling
kepada kepala sekolah.
4. Guru BK (Euis Neni Marlina, S.Pd.) tugasnya yaitu:
1) Memasyarakatkan kegiatan bimbingan dan konseling (terutama kepada peserta
didik);
2) Merencanakan program bimbingan dan konseling bersama koordinator BK;
3) Merumuskan persiapan kegiatan bimbingan dan konseling;
4) Melaksanakan layanan bimbingan dan konseling terhadap peserta didik yang
menjadi tanggung jawabnya (melaksanakan layanan dasar, responsif,
perencanaan individual, dan dukungan sistem).
5) Mengevaluasi proses dan hasil kegiatan layanan bimbingan dan konseling.
6) Menganalisis hasil evaluasi.
7) Melaksanakan tindak lanjut berdasarkan hasil analisis penilaian.
8) Mengadministrasikan kegiatan bimbingan dan konseling.

20
9) Mempertanggung jawabkan tugas dan kegiatan kepada koordinator BK atau
kepala sekolah.
10) Menampilkan pribadi sebagai figure moral yang berakhlak mulia (seperti taat
beribadah; jujur; bertanggung jawab; sabar; disiplin; respek terhadap pimpinan,
kolega dan peserta didik).
5. Guru Mata Pelajaran, tugasnya yaitu:
1) Membantu memasyarakatkan layanan bimbingan dan konseling kepada peserta
didik.
2) Melakukan kerja sama dengan guru BK dalam mengidentifikasi peserta didik
yang memerlukan bimbingan dan konseling.
3) Mengalihtangankan (merujuk) peserta didik yang memerlukan bimbingan dan
konseling kepada guru BK.
4) Mengadakan upaya tindak lanjut layanan bimbingan dan konseling (program
perbaikan dan program pengayaan atau remedial teaching).
5) Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk memperoleh layanan
bimbingan dan konseling dari guru BK.
6) Membantu mengumpulkan informasi yang diperlukan dalam rangka penilaian
layanan bimbingan dan konseling.
7) Menerapkan nilai-nilai bimbingan dalam PBM atau berinteraksi dengan peserta
didik, seperti: bersikap respek terhadap semua peserta didik, memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya, atau berpendapat, memberikan
reward kepada peserta didik yang menampilkan perilaku/prestasi yang baik,
menampilkan pribadi sebagai figure moral yang berfungsi sebagai ”uswatun
hasanah”.
6. Wali Kelas,tugasnya yaitu:
1) Membantu guru BK melaksanakan layanan bimbingan dan konseling yang
menjadi tanggung jawabnya.
2) Membantu memberikan kesempatan dan kemudahan bagi peserta didik, khususnya
di kelas yang menjadi tanggung jawabnya, untuk mengikuti layanan bimbingan
dan konseling.
3) Memberikan informasi tentang keadaan peserta didik kepada guru BK untuk
memperoleh layanan bimbingan dan konseling.
4) Menginformasikan kepada guru mata pelajaran tentang peserta didik yang perlu
diperhatikan secara khusus dalam belajarnya.
5) Ikut serta dalam konfrensi kasus.
7. Staf administrasi, tugasnya yaitu:
1) Membantu guru BK dan koordinator BK dalam mengadministrasikan seluruh
kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah;
2) Membantu guru BK dalam menyiapkan seluruh kegiatan bimbingan dan
konseling;
3) Membantu guru BK dalam menyiapkan seluruh kegiatan bimbingan dan
konseling.

21
BAB III
EVALUASI PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING

A. Penilaian Program Bimbingan dan Konseling


Sebagai upaya pendidikan, khususnya dalam rangka pengembangan kompetensi
peserta didik, hasil-hasil layanan bimbingan dan konseling harus dinilai, baik melalui
penilaian terhadap proses layanan maupun hasil pelaksanaannya. Penilaian ini
selanjutnya dapat dipakai untuk melihat keefektifan layanan di satu sisi dan sebagai
dasar pertimbangan bagi pengembangannya di sisi lain.
1. Penilaian Hasil Layanan
1) Untuk mengetahui keberhasilan layanan dilakukan penilaian. Dengan penilaian
ini dapat diketahui apakah layanan tersebut efektif dan membawa dampak positif
terhadap peserta didik yang mendapatkan layanan.
2) Penilaian ditujukan kepada perolehan peserta didik yang menjalani layanan.
Perolehan ini diorientasikan pada :
• Pengentasan masalah peserta didik : sejauh manakah perolehan peserta didik
menunjang bagi pengentasan masalahnya? Perolehan itu diharapkan dapat
lebih menunjang terbinanya tingkah laku positif, khususnya berkenaan dengan
permasalahan dan perkembangan diri peserta didik.
• Perkembangan aspek-aspek kepribadian peserta didik, seperti sikap, motivasi,
kebiasaan, keterampilan dan keberhasilan belajar, konsep diri, kemam-puan
berkomunikasi, kreatifitas, apresiasi terhadap nilai dan moral.
3) Secara khusus fokus penilaian diarahkan kepada berkembangnya:
• Pemahaman baru yang diperoleh melalui layanan, dalam kaitannya dengan
masalah yang dibahas.
• Perasaan positif sebagai dampak dari proses dan materi yang dibawakan
melalui layanan.
• Rencana kegiatan yang akan dilaksanakan oleh peserta didik sesudah
pelaksanaan layanan dalam rangka mewujudkan upaya lebih lanjut
pengentasan masalah yang dialaminya.
Semua fokus penilaian itu, khususnya rencana kegiatan secara jelas
mengacu kepada kompetensi yang diaplikasikan peserta didik untuk pengentasan
permasalahan yang dihadapinya dalam rangka kehidupan sehari-hari yang lebih
efektif.
4) Penilaian dapat dilakukan melalui :
• format individual, kelompok, dan/atau klasikal
• media lisan dan/atau tulisan
• penggunaan panduan dan/atau instrumen baku dan/atau yang disusun sendiri
oleh guru BK.
5) Tahap-tahap penilaian meliputi :
• Penilaian segera (laiseg), merupakan penilaian tahap awal, yang dilakukan
segera setelah atau menjelang diakhirinya layanan yang dimaksud.
• Penilaian jangka pendek (laijapen), merupakan penilaian lanjutan yang
dilakukan setelah satu (atau le bih) jenis layanan dilaksanakan selang
beberapa hari sampai paling lama satu bulan.
• Penilaian jangka panjang (laijapang), merupakan penilaian lebih menyeluruh
setelah dilaksanakannya layanan dengan selang satu unit waktu tertentu,
seperti satu semester.
2. Penilaian Proses Kegiatan
1) Penilaian dalam Bimbingan dan Konseling dilakukan juga terhadap proses
kegiatan dan pengelolaannya, yaitu terhadap :
• kegiatan layanan Bimbingan dan Konseling
• kegiatan pendukung Bimbingan dan Konseling
• mekanisme dan instrumentasi yang digunakan dalam kegiatan
• pengelolaan dan administrasi kegiatan
2) Hasil penilaian proses digunakan untuk meningkatkan kualitas kegiatan
Bimbingan dan Konseling secara menyeluruh.

22
B. EVALUASI
Evaluasi atau penilaian harus diketahui oleh Kepala Sekolah dan dibina oleh
Pengawas Sekolah. Evaluasi atau penilaian yang bertujuan keterlaksanaannya kegiatan
yang telah dituangkan dalam rencana program Pelayanan Bimbingan dan konseling
selama satu tahun ajaran secara internal. Penilaian tersebut dilaksanakan oleh Guru
Bimbingan dan konseling dan Koordinator Bimbingan dan konseling di sekolah.
Evaluasi atau penilaian dilaksanakan dalam kurun waktu yang ditentukan oleh
pihak sekolah atau berkala dan berkelanjutan. Hasilnya dianalisa serta didokumentasikan
untuk ditindaklanjuti sebagai upaya perbaikan peningkatan mutu pendidikan melalui
perencanaan dan pelaksanaan program Pelayanan Bimbingan dan konseling. Metode
evaluasi dapat dilaksanakan secara multi evaluasi sesuai kondisi dan potensi sekolah di
berbagai daerah. Aspek yang dinilai baik proses maupun hasilnya, antara lain :
1. Keseluruhan antara program dengan pelaksanaan
2. Keterlaksanaan program.
3. Hambatan hambatan yang dijumpai.
4. Dampak layanan bimbingan terhadap kegiatan belajar mengajar.
5. Respon peserta didik, personal sekolah, orangtua dan masyarakat terhadap layanan
bimbingan.
6. Perubahan kemajuan peserta didik dilihat dari pencapaian tujuan layanan bimbingan,
pencapaian tugas tugas perkembangan, hasil belajar dan keberhasilan peserta didik
setelah menamatkan sekolah.

Apabila dilihat dari sifat evaluasi, evaluasi bimbingan dan konseling lebih
bersifat ” penilaian dalam proses” yang dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut;
1. Mengamati partisipasi dan aktifitas peserta didik dalam kegiatan layanan bimbingan.
2. Mengungkapkan pemahaman peserta didik atas bahan-bahan yang disajikan atau
pemahaman atau pendalaman peserta didik atas masalah yang dialaminya.
3. Mengungkapkan kegunaan layanan bagi peserta didik dan perolehan peserta didik
sebagai hasil dari partisipasi atau aktifitasnnya dalam kegiatan layanan bimbingan.
4. Mengungkapkan minat peserta didik tentang perlunya layanan bimbingan lebuh
lanjut.
5. Mengamati perkembangan peserta didik dari waktu ke waktu (butir ini terutama
dilakukan dalam kegiatan layanan bimbingan yang berkesinambungan).
6. Mengungkapkan kelancaran proses dan suasan penyelenggaraan kegiatan layanan.

Khusus untuk bantuan kegiatan pendukung, evaluasinya dilakukan dengan cara


sebagai berikut :
1. Mengungkapkan perolehan guru BK sebagai hasil dari kegiatan pendukung, layanan
yang nantinya akan dimanfaatkan untuk kegiatan layanan bimbingan terhadap peserta
didik.
2. Mengungkapkan komitmen pihak-pihak yang terkait dalam penanganan masalah
peserta sisik (butir ini terutama untuk kegiatan konfrensi kasus, kunjungan rumah dan
alih tangan kasus)
3. Mengungkapkan kelancaran proses dan suasana penyelenggaraan kegiatan
pendukung.

Berbeda dengan hasil evaluasi pengajaran yang pada umumnya berbentuk angka
atau skor, maka hasil evaluasi bimbingan dan konseling berupa deskripsi tentang aspek-
aspek yang dievaluasi (yaitu partisipasi aktifinas dan pemahaman peserta didik,
perolehan peserta didik dari layanan dan minat peserta didik terhadap layanan lebih
lanjut, perkembangan peserta didik dari waktu ke waktu, perolehan guru BK, komitmen
pihak-pihak terkait serta kelancaran dalam penyelenggara kegiatan).

C. ANALISA
Analisa terhadap hasil evaluai atau penilaian harus melalui perencanaan.
Perencanaan dan pelaksanaan program Pelayanan Bimbingan dan Konseling selalu
mempertimbangkan kemampuan atau potensi sekolah, atau potensi daerah yang
berkaitan dengan pengembangan kehidupan pribadi dan sosial serta pengembangan

23
kehidupan belajar dan karir, berupa kemampuan akademik maupun non akademik.
Analisa yang dilakukan dapat berupa analisa kekuatan / kemampuan potensi sekolah
atau analisis SWOT (Strenghts-Weaknesses-Opportunities-Treats).

D. TINDAK LANJUT
Hasil evaluasi dan analisa, ditindaklanjuti berdasarkan potensi sumber daya
manusia dan keberadaan sumber daya alam serta keberagaman budaya yang dapat
mendukung untuk peningkatan mutu pendidikan dan pengambilan keputusan pemilihan
karir bagi peserta didik di Sekolah Menengah Pertama.

24
BAB IV
PENUTUP

Penyusunan Program merupakan strategi alternatif dalam rangka menggali dan


mengembangkan potensi peserta didik seoptimal mungkin dan merupakan salah satu
komponen sistem dalam rangka meningkatkan mutu peserta didik sebagai subjek belajar.
Bimbingan dan konseling perkembangan tidak hanya diberikan kepada peserta didik
bermasalah, mengingat fungsi bimbingan dan konseling yaitu untuk fungsi pemahaman
(understanding), fungsi pencegahan (Safety and development).
Berdasarkan Visi, Misi bimbingan serta kebutuhan peserta didik SMP, maka
tujuan bimbingan dan konseling secara umum adalah sebagai berikut: Memahami,
menerima, mengarahkan dan mengembangkan minat, bakat dan kemampuan peserta
didik SMP seoptimal mungkin.
1. Menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.
2. Merencanakan kehidupan masa depan peserta didik yang sesuai dengan tuntutan
dunia saat ini dan tuntutan di masa datang.
Secara khusus, layanan bimbingan dan konseling bertujuan untuk membantu
peserta didik agar memiliki kemampuan menginternalisasikan itu meliputi tiga tahapan,
yaitu; pemahaman (awareness), sikap (accommodation) dan keterampilan atau tindakan
(action).
Kami yakin dengan program BK yang dilakukan secara terencana, terintergratif,
komprehensif, fleksibel, dan adaptif, akan sangat menunjang terhadap cita dan citra
mutu pendidikan di SMP. Semoga Allah SWT memberikan kekuatan dan keberhasilan
kepada peserta didik-siswi kita khususnya dan guru-guru di SMP pada umumnya.

25
LAMPIRAN - LAMPIRAN
1. SK KEPALA SEKOLAH T. P. 2014-2015
2. MATRIK RENCANA PROGRAM TAHUNAN
3. MATRIK RENCANA PROGRAM SEMESTER
4. MATRIK RENCANA PROGRAM BULANAN
5. MATRIK RENCANA PROGRAM MINGGUAN
6. DAFTAR KONSELI
7. FORMAT-FORMAT KEGIATAN LAYANAN DAN KEGIATAN PENDUKUNG
BK :
1) RPL sesuai dengan jenis-jenis layanan
2) Format-format kegiatan pendukung layanan BK
8. INSTRUMEN BK
1) Inventori Tugas Perkembangan (ITP)
2) DCM
3) Sosiometri
4) Angket Peserta didik
5) Alat Ungkap Masalah
6) Instrumen penelusuran minat

26
27

Anda mungkin juga menyukai