Anda di halaman 1dari 10

BAB 1

LANDASAN TEORI

2.3 Klasifikasi ABC


2.1.0 Pengertian Klasifikasi ABC
Klasifikasi ABC merupakan klasifikasi dari suatu kelompok material
dalam susunan menurun berdasarkan biaya penggunaan material itu per
periode waktu. Periode yang digunakan adalah satu tahun. Klasifikasi ABC
juga dapat ditetapkan menggunakan kriteria lain bukan semata-mata
berdasarkan kriteria biaya, tergantung pada faktor apa saja yang menentukan
material tersebut. Klasifikasi ABC umum digunakan pada pengendalian
inventori pabrik, inventori produk akhir pada gudang, obat-obatan pad
apotek, inventori suku cadang, dan lain-lain. (Gazperz, 2012)

2.1.0 Kriteria Klasifikasi ABC


Kriteria masing-masing kelas dalam klasifikasi ABC, sebagai berikut (Heizer
& Render, 2011, hal. 501-502):
1. Kelas A
Persediaan yang memiliki volume tahunan rupiah yang tinggi. Kelas ini
mewakili sekitar 70% dari total persediaan, meskipun jumlahnya hanya
sedikit, biasanya hanya 20% dari seluruh item.
2. Kelas B
Persediaan dengan nilai volume tahunan rupiah yang menengah. Kelas ini
mewakili sekitar 20% dari total nilai persediaan tahunan, dan sekitar 30%
dari jumlah item.
3. Kelas C
Persediaan dengan nilai volume tahunan rupiah yang rendah. Kelas ini
mewakili sekitar 10% dari total nilai persediaan, tetapi sekitar 50% dari
jumlah item persediaan.

2.3 SPSS
2.2.0 Apa itu SPSS?
Paket statistik untuk Ilmu Sosial (SPSS) adalah program untuk
memanipulasi, menganalisis, dan menyajikan data, paket banyak digunakan
dalam ilmu-ilmu sosial. Ada beberapa bentuk SPSS, Program inti disebut
SPSS Base dan ada jumlah add-on modul yang memperluas jangkauan data,
statistik, atau kemampuan laporan. (Landau & Everitt, 2004, hal. 1)

2.3 Forecasting
2.3.0 Pengertian Forecasting
Adapun definisi peramalan menurut berbagai sumber, sebagai berikut :
1. Ramalan pada dasarnya merupakan perkiraan mengenai terjadinya suatu
kejadian di waktu yang akan datang. Ramalan bisa bersifat kualitatif,
artinya tidak berbentuk angka, misalkan minggu depan akan turun hujan,
tahun depan akan pecah perang antara Vietnam dan Thailand, hasil
penjualan tahun depan meningkat, bulan depan pasaran tekstil akan sepi,
dan lain sebagainya. Ramalan bisa bersifat kuantitatif, artinya berbentuk
angka, dinyatakan dalam bilangan. (Supranto, 2010, hal. 10)
2. Peramalan adalah seni dan ilmu pengetahuan untuk memprediksi peristiwa
yang akan datang. Peramalan membutuhkan historis dan memprediksi

5
6

3. masa yang akan datang dengan beberapa model matematis. Bisa berupa
prediksi subjektif atau intuitif tentang masa yang akan datang. (Heizer &
Render, 2011, hal. 136)

2.3.0 Winter’s Method


Pada metode peramalan winter digunakan untuk suatu data yang
berpola musiman. Pola kecenderungan ini biasanya dikarenakan suatu musim
tertentu. Diambil contoh di benua Eropa, karena di sana mempunyai empat
musim, pola konsumsi terhadap suatu produk mempunyai siklus yang
berpola. Misalkan, pakaian musim dingin akan banyak permintaan pada
musim dingin dan untuk musim yang lain. Sehingga, metode winters sering
disebut Winter Seasonal Method . Pola musiman Winter dapat pula dikenali
pola musiman berdasarkan kejadian yang datang atau terjadi setiap periode.
Seperti contoh, untuk Indonesia akan terjadi beberapa waktu khusus yang
cukup penting di setiap tahun, yaitu menjelang tahun baru dan hari raya.
Biasanya pada menjelang hari tersebut akan terjadi peningkatan yang cukup
besar pada permintaan bahan makanan dan pakaian. (Baroto, 2002, hal. 44)

2.3.0 Cara Forecasting dengan SPSS


1. Memasukkan Data yang ingin dihitung

Gambar 2.1 Langkah 1 Menghitung Forecast dengan SPSS

2. Pilih Data > Define Dates. Untuk menentukan satuan waktu dari data yang
dimasukkan.

Gambar 2.2 Langkah 2 Menghitung Forecast dengan SPSS


7

3. Pilih satuan waktu yang sesuai dengan data yang akan dihitung.

Gambar 2.3 Langkah 3 Menghitung Forecast dengan SPSS

4. Analyze > Forecasting > Create Models.

Gambar 2.4 Langkah 4 Menghitung Forecast dengan SPSS

5. Memasukkan variabel yang akan dihitung dan metode apa yang


digunakan.

Gambar 2.5 Langkah 5 Menghitung Forecast dengan SPSS


8

6. Memilih apa saja yang akan dihitung oleh SPSS.

Gambar 2.6 Langkah 6 Menghitung Forecast dengan SPSS

7. Memilih Plots seperti apa yang diinginkan pada perhitungan forecasting.

Gambar 2.7 Langkah 7 Menghitung Forecast dengan SPSS

8. Memilih apa saja yang ingin ditampilkan pada pehitungan forecasting.

Gambar 2.8 Langkah 8 Menghitung Forecast dengan SPSS


9

9. Memasukkan satuan waktu yang ingin dilakukan untuk perhitungan


forecasting.

Gambar 2.9 Langkah 9 Menghitung Forecast dengan SPSS

10. Hasil perhitungan Forecast.

Gambar 2.10 Langkah 10 Menghitung Forecast dengan SPSS

2.3 Uji Kecukupan Data


Uji kecukupan data dilakukan ketika data yang dikumpulkan sudah
cukup untuk dilakukan pengolahan data, sehingga digunakanlah kepastian
jumlah data yang akan diambil. Jumlah data yang akan diambil dipengaruhi
oleh faktor seperti di bawah ini :
a. Tingkat ketelitian (degree of accuracy) dari hasil pengamatan.
b. Tingkat kepercayaan (level of confidence) dari hasil pengamatan.
Sehingga akan didapat sebuah rumus tes kecukupan data sebagai
berikut (Wignjosoebroto, ergonomi : studi gerak dan waktu, 2003, hal. 134):

Ni =

Dimana : S = Tingkat ketelitian yang dikehendaki


Ni = Jumlah minimal penelitian
P = Persentase terjadinya kejadian yang diamati
K = Tingkat kepercayaan yang diambil, dimana :
- 90% confidence level : k = 1.65
10

- 95% confidence level : k = 2.00


10

- 99% confidence level : k = 3.00

2.3 Uji Keseragaman Data


Dalam sebuah proses produksi dibutuhkan waktu terbaik dan
dipertahankan terus menerus, sehingga dibutuhkannya uji keseragaman data
yang bertujuan untuk memberikan batas kontrol atas dan bawah sehingga data
waktu proses yang dibuat tidak berada diluar batas kontrol. Berikut adalah
rumus uji keseragaman data (Wignjosoebroto, ergonomi : studi gerak dan
waktu, 2003, hal. 195):

BKA =
BKB =

Dimana = Waktu Siklus

SD =

2.3 Penyesuaian Waktu


(Wignjosoebroto, ergonomi : studi gerak dan waktu, 2003, hal. 196-198)
Pengukuran kerja adalah kegiatan evaluasi kecepatan atau tempo kerja operator
pada saat pekerjaan berlangsung. Pengukuran waktu kerja berdasarkan
performance dari sang operator yang akan di teliti.
Adapun faktor-faktor yang diperoleh dalam menormalkan waktu kerja
sebagai faktor penyesuaian/rating “P” sebagai berikut:
1. Jika operator bekerja terlalu cepat di atas batas kewajaran maka rating
faktor lebih besar dari pada 1 (p > 1 atau p > 100%).
2. Jika operator bekerja terlalu lambat dibawah batas kewajaran rating faktor
yang diperoleh lebih kecil dari pada 1 (p < 1 atau p < 100%).
3. Jika operator bekerja secara normal maka rating faktor yang diperoleh sama
dengan 1 (p = 1 atau p = 100%).

Tabel 2.1 Kinerja Kerja dengan Sistem Westinghouse


Skill Effort
+ 0,15 A1 Super skill + 0,13 A1 Super skill
+ 0,13 A2 + 0,12 A2
+ 0,11 B1 Excellent + 0,10 B1 Excellent
+ 0,08 B2 + 0,08 B2
+ 0,06 C1 Good + 0,05 C1 Good
+ 0,03 C2 + 0,02 C2
0,00 D Average 0,00 D Average
- 0,05 E1 Fair - 0,04 E1 Fair
- 0,10 E2 - 0,08 E2
- 0,16 F1 Poor - 0,12 F1 Poor
- 0,22 F2 - 0,17 F2
11

Tabel 2.2 Kinerja Kerja dengan Sistem Westinghouse (Lanjutan)


Condition Consistency
+ 0,06 A Ideal + 0,04 A Ideal
+ 0,04 B Excellent + 0,03 B Excellent
+ 0,02 C Good + 0,01 C Good
0,00 D Average 0,00 D Average
- 0,03 E Fair - 0,02 E Fair
- 0,07 F Poor - 0,04 F Poor

2.3 Kelonggaran (Allowance)


(Wignjosoebroto, ergonomi : studi gerak dan waktu, 2003, hal. 201)
Operator tidaklah mampu bekerja secara terus-menerus sepanjang hari tanpa
adanya interupsi sama sekali. Disini kenyataannya operator akan sering
mengehentikan kerja dan membutuhkan waktu-waktu khusus untuk keperluan
seperti personal needs, istirahat melepas lelah, dan alasan-alasan lain yang
diluar kontrolnya. Waktu longgar yang dibutuhkan akan menginterupsi proses
produksi ini bisa diklasifikasikan menjadi personal allowance, fatigue
allowance, dan delay allowance. Dengan demikian maka waktu baku adalah
sama dengan waktu normal kerja dengan waktu longgar.

Tabel 2.3 ILO Recommended Allowance


A. Constant allowances:
Personal allowance 5
Basic fatigue allowance 4
B. Variable allowances:
1. Standing allowance 2
2. Abnormal position allowance:
a. Slightly awkward 0
b. Awkward (bending) 2
c. Very awkward (lying, stretching) 7
3. Use of force, or muscular energy
(lifting, pulling, or pushing):
Weight lifted, pounds:
5 0
10 1
15 2
20 3
25 4
30 5
35 11 7
40 9
13
45
17
50
22
60
70
4. Bad light:
a. Slightly below recommended 0
12

Tabel 2.4 ILO Recommended Allowance (Lanjutan)


b. Well below 2
c. Quite 5
5. Atmospheric conditions (heat and humidity) 1-100
variable
6. Close attention:
a. Fairly fine work 0
b. Fine or exacting 2
c. Very fine or very exacting 5
7. Noise level:
a. Continuous 0
b. Intermittent-loud 2
c. Intermittent-very loud 5
d. High-pitched-loud 5

8. Mental strain:
a. Fairly complex process 1
b. Complex or wide span of attention 4
c. Very complex 8
9. Monotony:
a. Low 0
b. Medium 1
c. High 4
10. Tediousness:
a. Rather tedious 0
b. Tedious 2
c. Very tedious 5
Sumber: http://industrialengineeringlabutm.blogspot.com/2011/02/table-of-
allowance.html

2.3 Penjadwalan Produksi


2.8.0 Pengertian Penjadwalan
Penjadwalan mempunyai titik acuan pada penugasan awal dan waktu
penyelesaiannya terhadap pekerjaan, manusia, atau peralatan tertentu (Evans
& Collier, 2007, hal. 589) Penjadwalan merupakan aspek yang penting dalam
setiap industri, baik industri yang bergerak di bidang manufaktur maupun
industri yang bergerak di bidang jasa.

2.8.0 Meramalkan Horison Waktu


Peramalan biasanya dikelompokkan oleh horison waktu yang akan
datang yang mendasarinya (Heizer & Render, 2011, hal. 136), waktu horison
memiliki tiga kategori adalah sebagai berikut :
1. Peramalan jangka pendek
Waktu peramalan ini dilakukan dari satu hingga tiga bulan. Untuk
perencanaan pembelian, penjadwalan kerja, jumlah tenaga kerja,
penugasan dan tingkat produksi
13

2. Peramalan jangka menengah


Waktu peramalan dilakukan dari tiga bulan sampai tiga tahun.
Bermanfaat untuk perencanaan penjualan, perencanaan produksi dan
harga, anggaran, analisa perencanaan operasi.
3. Peramalan jangka panjang
Waktu peramalan dilakukan untuk tiga tahun atau lebih. Digunakan untuk
produk baru, belanja barang modal, lokasi fasilitas dan perluasan,
penelitian dan pengembangan.

2.8.0 Pengertian Shift Kerja


(Oxford University, Press, 2005, hal. 1400) Mendefinisikan shift kerja
sebagai suatu periode waktu yang dikerjakan oleh sekelompok pekerja yang
mulai bekerja ketika kelompok yang lain selesai. (Bhattacharya & Glothlin,
1996, hal. 404) definisi shift kerja yang mendasar adalah waktu dari sehari
seorang pekerja harus berada di tempat kerja.

2.8.0 Waktu Kerja Normal


Ada tiga ketentuan waktu kerja normal menurut keputusan Menteri
Tenaga Kerja dan Transmigrasi, No. Kep. 102/MEN/VI/2004, yaitu :
1. Untuk 6 hari kerja : waktu kerja 7 jam/hari (hari ke 1 – 5), 5
jam/hari (hari ke 6), 40 jam/minggu.
2. Untuk 5 hari kerja : waktu kerja 8 jam/hari, 40 jam/minggu. Sabtu
dan Minggu libur.
3. Lebih dari waktu ini dihitung waktu kerja lembur.

Anda mungkin juga menyukai