Anda di halaman 1dari 28

LANDASAN TEORI

PENGUKURAN WAKTU CARA


LANGSUNG : JAM HENTI
GAMBARAN UMUM

Manufaktur adalah salah satu cabang industri yang melibatkan mesin,


peralatan, dan pekerja dalam mengolah suatu bahan mentah menjadi produk yang
memiliki nilai jual dan nilai tambah. Pekerja sangat berperan dalam industri
manufaktur, pekerja harus memiliki keterampilan yang baik saat melakukan
pekerjaannya yang dapat dilihat dari gerakan pekerja pada saat operator melakukan
pekerjaannya sehingga perusahaan dapat meningkatkan kuantitas dan kualitas dari
produk yang dihasilkan dan juga perusahaan dapat mengefektifkan mengefisiensikan
waktu kerja. Perusahaan dapat melakukan berbagai cara salah satunya adalah dengan
cara mengatur cara kerja yang baik atau sistem kerja terhadap operator. Pengaturan
cara kerja yang baik terhadap operator dapat dilakukan dengan cara pengukuran
terhadap waktu baku dalam proses produksi dengan menggunakan metode pengukuran
waktu jam henti dengan menggunakan peta-peta kerja keseluruhan.
Pengukuran waktu jam henti merupakan suatu pengamatan terhadap suatu
obyek yang ingin diteliti tidak perlu dilaksanakan secara menyeluruh (populasi)
melainkan cukup dilaksanakan secara mengambil sampel pengamatan yang diambil
secara acak (random) (Wignosoebroto, 2006), sedangkan analisis peta-peta kerja
adalah suatu alat yang menggambarkan kegiatan kerja secara sistematis dan jelas untuk
berkomunikasi secara luas (Sutalaksana, 2006).
Implementasi yang dilakukan pada modul tiga yaitu mengamati dan melakukan
perakitan pada ragum menggunakan aplikasi Autocad dan membuat beberapa peta-peta
kerja keseluruhan pada ragum yang terdiri dari peta perakitan, peta proses operasi, peta
aliran proses, dan diagram alir dengan tujuan memperoleh waktu baku dengan
mengguankan metode perhitungan waktu jam henti dan untuk mengetahui gambaran
kegiatan kerja secara sistematis dan jelas kemudian dilakukan usulan jika terdapat cara
kerja ataupun peletakan alat kerja yang kurang efisien dan efektif.
Pengukuran Waktu Jam Henti
Pengukuran waktu kerja menggunakan jam henti metode ini utamanya
diaplikasikan untuk pekerjaan-pekerjaan yang berlangsung singkat dan berulang-ulang
(repetitive). (Miner, 2007 dalam Sukma, dkk., 2012). Pengukuran waktu jam henti
melakukan suatu pengamatan pada suatu obyek yang hendak diamati/diteliti dan
peneliti tidak harus melaksanakan penelitian secara menyeluruh melainkan hanya
melakukan dengan secara mengambil sampel pengamatan yang diambil secara acak
(random).
Beberapa langkah-angkah sebelum melakukan pengukuran yang perlu
dijalankan untuk mendapatkan hasil yang baik. Langkah-langkah tersebut sebagai
berikut :
a) Penetapan tujuan pengukuran
Dalam pengukuran waktu, hal- hal penting yang harus diketahui dan ditetapkan
adalah untuk apa hasil pengukuran digunakan, berapa tingkat ketelitian dan tingkat
keyakinan yang diinginkan dari hasil pengukuran tersebut. (Sutalaksana, 2006).
b) Melakukan penelitian pendahuluan
Tujuan yang ingin dicapai dari pengukuran waktu adalah memperoleh waktu yang
pantas unutk diberikan kepada pekerja dalam menyelesaikan suatu pekerjaan.
(Sutalaksana, 2006).
c) Memilih operator
Operator yang akan melakukan pekerjaan yang akan diukur merupakan orang yang
harus memenuhi beberapa persyaratan tertentu agar pengukuran dapat berjalan baik
dan dapat diandalkan hasilnya. Syarat-syarat tersebut adalah berkemampuan
normal dan dapat diajak bekerja sama. Selain itu operator harus dapat bekerja
secara wajar tanpa canggung walupun dirinya sedang diukur ddan pengukur berada
di dekatnya. Distribusi kemampuan pekerja dapat dilihat pada gambar 2.1
(Sutalaksana, 2006).
Gambar 2. 1 Distribusi Kemampuan Pekerja
(Sumber : Sutalaksana, 2006)

d) Melatih operator
Operator harus dilatih terlebih dahulu karena sebelum diukur operator harus
terbiasa dengan kondisi dan cara kerja yang telah ditetapkan (dan telah dibakukan)
itu. Harap diingat bahwa yang dicari adalah waktu penyelesaian pekerjaan yang
didapat dari suatu penyelesaian wajar bukan penyelesaian dari orang yang bekerja
kaku dengan kesalahan. Kurva pengembangan penguasaan pekerjaan oleh operator
sejak mulai mengenalnya sampai terbiasa dapat dilihat pada gambar 2.2

Waktu
Gambar 2. 2 Kurva Belajar
(Sumber : Sutalaksana, 2006)
Lengkungannya dikenal sebagai lengkungan belajar (learning curve). Operator,
baru dapat diukur jika sudah berada pada tingkat penguasaan maksimum yang pada
gambar ditunjukkan oleh garis stabil yang mendatar pada kurva. (Sutalaksana,
2006).
e) Mengurai pekerjaan atas elemen-elemen pekerjaan
Ada beberapa langkah yang menyebabkan penytingnya melaukan poenguraian
pekerjaan atas elemen-elemennya. Pertama, untuk menjelaskan catatan tentang tata
cara kerja yang dibakukan. Kedua, adalah untuk memungkinkan melakukan
penyesuaian bagi setiap elemen. Ketiga, adalah untuk memudahkan mengamati
terjadinya elemen yang tidak baku yang mungkin saja dilakukan pekerja. Dan yang
terakhir adalah untuk memungkinkan dikembangkannya data waktu standar
f) Menyiapkan alat-alat pengukuran
Setelah kelima langkah diatas dijalankan dengan baik, sekarang pada langkah
terakhir sebelum melakukan pengukuran, yaitu menyiapkan alat- alat yang
diperlukan. Alat-alat tersebut adalah: (Sutalaksana, 2006).
• Jam henti (stopwatch)
• Lembaran pengamatan
• Pena atau pensil
• Papan pengamatan

Gambar 2. 3 Alat Ukur Jam Henti (Stopwatch)

g) Pengukuran
Berikut beberapa hal yang harus dilakukan dalam melakukan perhitungan atau
pengukuran :
• Tingkat Ketilitian dan Tinglat Keyakinan
Tingkat ketelitian menunjukkan penyimpangan maksimum hasil pengukuran
dari waktu penyelesaian sebenarnya. Hal ini biasanya dinyatakan dalam persen
dari waktu penyelesaian sebenarnya, yang seharusnya dicari. Sedangkan
tingkat keyakinan menunjukkan besarnya keyakinan pengukur bahwa hasil
yang diperoleh memenuhi syarat ketelitian tadi. Inipun dinyatakan dalam
persen. Jadi tingkat ketelitian 10 dan tingkat keyakinan 95 memberi arti bahwa
pengukur memberoleh rata-rata hasil pengukurannya menyimpang sejauhnya
10 dari rata-rata sebenarnya, dan kemungkinan berhasil mendapatkan hal ini
adalah 95. Dengan lain perkataan jika pengukuran sampai memperoleh rata-
rata pengukuran yang menyimpang lebih dari 10 seharusnya, hal ini dibolehkan
terjadi hanya dengan kemungkinan 5 = 100-95. Mengenai pengaruh tingkat
tingkat ketelitian dan keyakinan terhadap jumlah pengukuran yang diperlukan
dapat dipelajari secara statistik. Tetapi secara intuitif hal ini dapat diduga yaitu
bahwa semakin tinggi tingkat ketelitian dan semakin besar tingkat keyakinan,
maka semakin banyak pengukuran yang diperlukan. (Sutalaksana, 2006).
• Pengujian Keseragaman Data
Pengujian ini dilakukan berdasarkan teori statistik mengenai peta kontrol yang
digunakan dalam pengendaluan kualitas di suatu perusahaan. Tugas pengukur
adalah mendaptkan data yang seragam, sekelompok data dikatakan seragam
apabila berada diantara kedua batas control, apabila diluar diluar batas-batas itu
maka dinyatakan sebagai data-data yang tak seragam. Berikut ini adalah urutan
dalam pengujian keseragman data. (Sutalaksana, 2006).
o Hitung rata-rata untuk setiap subgrup dengan :
∑ 𝑋𝑖
𝑋̅ = ………………………………………………………..(2.1)
𝑛

Dimana,
- ∑𝑋𝐼 : Jumlah data dalam sub grup
-𝑛 : Banyaknya data dalam sub grup
o Hitung rata-rata dari harga rata-rata setiap subgrup dengan :
∑𝑋 ̅
𝑋̅ = 𝑘 ………………………………………………………..(2.2)

Dimana,
- ∑𝑋̅ : Jumlah rata-rata dari setiap sub grup
-k : Banyaknya sub grup
o Hitung standar deviasi dengan :
∑(𝑋𝑖 −𝑋̅)2
𝜎=√ …………………………………………………(2.3)
𝑁−1

Dimana ,
𝜎 = Standar Deviasi Xi = Data ke-i
𝑋̅ = Rata-rata Sebenarnya
N = Banyaknya data
o Hitung simpangan baku dari distribusi harga rata-rata subgrup dengan :
𝜎
𝜎𝑖 = ……………………..…………………………………..(2.4)
√𝑛
o Tentukan Batas Kontrol Atas (BKA) dan Batas Kontrol Bawah (BKB)
dengan :
BKA = 𝑋̿ + 𝑍𝜎𝑥̅ ……………………………………….……..(2.5)
BKB = 𝑋̿ − 𝑍𝜎𝑥̅ …………………………………….……….(2.6)
Dimana,
𝑋̅ = Rata-rata Sebenarnya
Z = Nilai Tingkat Kepercayaan
𝜎 = Standar Deviasi
Jika semua rata-rata sudah berada dalam subgrup batas kontrol maka
selanjutnya dapat melakukan perhitungan banyaknya pengukuran yang akan
diperlukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
2
Z
.√∑𝑋𝑖2 −(∑𝑋𝑖 )2
α
𝑁′ = [ ] …………………………………….……(2.7)
∑𝑋𝑖

• Waktu Baku
Jika pengukuran-pengukuran telah selesai, yaitu semua data memiliki
keseragaman yang sudah dalam batas control, dan jumlahnya telah memenuhi
tingkat tingkat-tingkat ketrelitian dan keyakinan yang diinginkan, maka
langkah selanjutnya adalah mengolah data tersebut sehingga memberikan
waktu baku. Cara untuk mendaptakan waktu baku dari data yang telah didapat
adalah sebagai berikut :
o Hitung Waktu Siklus
Waktu siklus adalah waktu penyelesaiaan rata-rata selama pengukuran
(Sutalaksana, 2006).
Σ𝑋𝑖
Ws = ………………………………………………………….(2.8)
𝑁
Dimana,
Ws = Waktu siklus
ΣXi = Jumlah data pengukuran
N = Banyaknya data/pengukuran
o Hitung Waktu Normal
Wn = Ws x p…………………………………………………………(2.9)
Dimana,
Wn : Waktu normal
Ws : Waktu siklus
P : Penyesuaian
Tujuan menghitung waktu normal adalah untuk mendaptkan waktu
siklus rata-rata yang wajar, jika pekerja bekerja dengan wajar, faktor
penyesuaiannya , p, sama dengan 1. Jika bekerjanya terlalu lambat maka untuk
menormalkannya pengukur harus memberi harga p < 1, dan sebaliknya p > 1,
jika dianggap dianggap bekerja cepat. (Sutalaksana, 2006).
o Hitung Waktu Baku

Wb = Wn x (1 + i)…………………………………………..(2.10)
Dimana :
Wb : Waktu baku
Wn : Waktu normal
I : Faktor kelonggaran
Dimana I adalah kelonggaran yang diberikan kepada pekerja untuk
menyelesaikan pekerjaannya di samping waktu normal. Kelonggran diberikan atas
dasar tiga hal, yaitu pertama kebutuhan pribadi, kedua menghilangkan rasa fatigue, dan
terakhir agar terhindar dari gangguan yang mungkin terjadi selama bekerja.
(Sutalaksana, 2006).
• Faktor Penyesuaian dan Faktor Kelonggaran
o Faktor Penyesuaian
Penyesuaian adalah proses dimana analisa pengukuran waktu
membandingkan penampilan operator (kecepatan atau tempo) dalam
pengamatan dengan konsep pengukur sendiri tentang bekerja secara wajar.
Waktu baku yang telah kita cari adalah waktu yang diperoleh dari kondisi dan
cara kerja yang diselesaikan secara wajar dan benar oleh operator. Bila
ketidakwajaran terjadi, maka pengukur harus menilainya dan berdasarkan
penilaian inilah penyesaian dilakukkan. Terdapat beberapa cara untuk
menentukan faktor penyesuaian, antara lain : (Taufiqur Rachman, 2013)
o Cara Persentase
Cara ini adalah cara yang paling awal digunakan dalam melakukan penyesuaian
dan merupakan cara yang paling mudah dan sederhana. Kelemahan cara ini
adalah mudah terlihat kekurangtelitian sebagai akibat dari kasarnya cara
penilaian. Pada cara ini, faktor penyesuaian ditentukan sepenuhnya oleh
sipengukur melalui pengamatannya selama melakukan pengukuran. Waktu
normal diperoleh dengan mengalikan waktu siklus dengan faktor penyesuaian
(dalam persentase).
o Cara Schumard
Yaitu dengan memberikan batas penilaian melalui kelas-kelas performance
kerja dimana setiap kelas mempunyai nilai sendiri-sendiri. Tabel 1 merupakan
tabel Schumard yang menunjukan besarnya penyesuaian masing-masing kelas.
Tabel 1 Penyesuaian Menurut Shummard
Kelas Penyesuaian
Superfast 100
Fast + 95
Fast 90
Fast - 85
Excellent 80
Good + 75
Good 70
Good - 65
Normal 60
Fair + 55
Fair 50
Fair - 45
Poor 40
(Sumber : Sutalaksana dalamTaufiqur Rachman, 2013)

o Cara Westinghouse
Cara ini terdiri dari 4 faktor yang menentukan kewajaran dan ketidakwajaran dalam
bekerja, yaitu keterampilan, usaha, kondisi kerja serta konsistensi. Keterampilan
atau skill merupakan kemampuan mengikuti cara kerja yang ditetapkan. Latihan
dapat mengkatkan keterampilan hingga tingkat tertentu. Keterampilan dapat
menurun bila terlalu lama tidak menangani pekerjaan tersebut, kesehatan
terganggu, rasa fatique berlebihan, dan lain-lain.
Tabel 2 Penyesuaian Menurut Westinghouse
Penyes
Faktor Kelas Lambang Penyesuaian Faktor Kelas Lambang
uaian
A1 0.15 A1 0.13
Superskill Superskill
A2 0.13 A2 0.12
B1 0.11 B1 0.1
Excellent Excellent
B2 0.08 B2 0.08
C1 0.06 C1 0.05
Good Good
Keterampilan C2 0.03 Usaha C2 0.02
Average D 0 Average D 0
E1 -0.05 E1 -0.04
Fair Fair
E2 -0.1 E2 -0.08
F1 -0.16 F1 -0.12
Poor Poor
F2 -0.22 F2 -0.17

Ideal A 0.06 Ideal A 0.04

Excellent B 0.04 Excellent B 0.03

Good C 0.02 Good C 0.01


Kondisi Konsistensi

Average D 0 Average D 0

Fair E -0.03 Fair E -0.02

Poor F -0.07 Poor F -0.04

(Sumber : Sutalaksana dalamTaufiqur Rachman, 2013)


Untuk keperluan penyesuaian, keterampilan dibagi menjadi enam kelas dengan ciri –
ciri dari setiap kelas srbagai berikut. (Sutalaksana, 2006)
SUPER SKILL :
▪ Secara bawaan cocok sekali dengan pekerjaannya.
▪ Bekerja dengan sempurna
▪ Tampak seperti telah terlatih dengan sangat baik
▪ Gerakan – gerakannya halus tetapi sangat cepat sehingga sulit untuk diikuti.
▪ Kadang – kadang terkesan tidak berbeda dengan gerakan – gerakan mesin.
▪ Perpindahan dari satu elemen pekerjaan ke elemen lainnya tidak terlampau
terlihat karena lancarnya.
▪ Tidak terkesan adanya gerakan – gerakan berpikir dan merencanakan dan
merencanakan tentang apa yang dikerjakan (sudah sangat otomatis).
▪ Secara umum dapat dikatakan bahwa pekerjaan bersangkutan adalah pekerjaan
yang baik.
EXCELLENT SKILL :
▪ Percaya pada diri sendiri
▪ Tampak cocok dengan pekerjaannya.
▪ Terlihat telah terlatih baik.
▪ Bekerjanya teliti dengan tidak banyak melakukan pengukuran– pengukuran
atau pemeriksaan–pemeriksaan.
▪ Gerakan–gerakan kerja beserta urutan–urutannya dijalankan tanpa kesalahan.
▪ Menggunakan peralatan dengan baik. 16.Bekerjanya cepat tanpa
mengorbankan mutu. 17.Bekerjanya cepat tetapi halus.
▪ Bekerja berirama dan terkoordinasi.
GOOD SKILL :
▪ Kualitas hasil baik.
▪ Bekerjanya tampak lebih baik dari pada kebanyakan pekerjaan pada umumnya.
▪ Dapat memberikan petunjuk – petunjuk pada pekerja lain yang
keterampilannya lebih rendah.
▪ Tampak jelas sebagai kerja yang cakap.
▪ Tidak memerlukan banyak pengawasan.
▪ Tiada keragu – raguan
▪ Bekerjanya “stabil”
▪ Gerakannya – gerakannya terkoordinasi dengan baik.
▪ Gerakan – gerakannya cepat.
AVERAGE SKILL :
▪ Tampak adanya kepercayaan pada diri sendiri.
▪ Gerakannya cepat tetapi tidak lambat.
▪ Terlihatnya ada pekerjaan – pekerjaan yang perencana.
▪ Tampak sebagai pekerja yang cakap.
▪ Gerakan – gerakannya cukup menunjukan tidak adanya keragu – raguan.
▪ Mengkoordinasikan tangan dan pikiran dengan cukup baik.
▪ Tampak cukup terlatih dan karenanya mengetahui seluk beluk pekerjaannya.
▪ Bekerjanya cukup teliti.
▪ Secara keseluruhan cukup memuaskan.
FAIR SKILL :
▪ Tampak terlatih tetapi belum cukup baik.
▪ Mengenal peralatan dan lingkuan secukupnya.
▪ Terlihat adanya perencanaan – perencanaan sebelum melakukan gerakan.
▪ Tidak mempunyai kepercayaan diri yang cukup.
▪ Tampaknya seperti tidak cocok dengan pekerjaannya tetapi telah ditempatkan
dipekerjaan itu sejak lama.
▪ Mengetahui apa yang dilakukan dan harus dilakukan tetapi tampak selalu tidak
yakin.
▪ Sebagian waktu terbuang karena kesalahan – kesalahan sendiri.
▪ Jika tidak bekerja sungguh – sungguh outputnya akan sangat rendah
▪ Biasanya tidak ragu – ragu dalam menjalankan gerakan – gerakanya.
POOR SKILL :
▪ Tidak bisa mengkoordinasikan tangan dan pikiran.
▪ Gerakan – gerakannya kaku.
▪ Kelihatan ketidak yakinannya pada urutan – urutan gerakan.
▪ Seperti yang tidak terlatih untuk pekerjaan yang bersangkutan.
▪ Tidak terlihat adanya kecocokan dengan pekerjaannya
▪ Ragu – ragu dalam menjalankan gerakan – gerakan kerja
▪ Sering melakukan kesalahan – kesalahan
▪ Tidak adanya kepercayaan pada diri sendiri.
▪ Tidak bisa mengambil inisiatif sendiri.
Untuk usaha atau Effort cara Westinghouse membagi juga kedalam kelas - kelas
dengan ciri tersendiri. Yang dimaksud dengan usaha disini adalah kesungguhan
yang ditunjukan atau diberikan operator ketika melakukan pekerjaannya. Berikut
ini enam kelas usaha dengan ciri – cirinya, sebagai berikut :
EXCESSIVE EFFORT :
▪ Kecepatan sangat berlebihan.
▪ Usaha sangat bersungguh-sungguh tetapi dapat membahyakan kesehatannya
▪ Kecepatan yang ditimbulkannya tidak dapat dipertahankan sepanjang hari
kerja.
EXELLENT EFFORT :
▪ Jelas terlihat kecepatan kerjannya yang tinggi
▪ Gerakan - gerakan lebih “ekonomis” daripada operator - operator biasa.
▪ Penuh perhatian pada pekerjaannya.
▪ Banyak memberi saran - saran.
▪ Menerima saran – saran dan petunjuk dengan senang.
▪ Percaya pada kebaikan maksud pengukuran waktu.
▪ Tidak dapat bertahan lebih dari beberapa hari.
▪ Bangga atas kelebihannya.
▪ Gerakan – gerakan yang salah terjadi sangat jarang sekali.
▪ Bekerja sitematis.
▪ Karena lancarnya, perpindahan dari satu elemen-keelemen lainnya tidak
terlihat.
GOOD EFFORT :
▪ Bekerja berirama
▪ Saat – saat menganggur sangat sedikit, bahkan kadang - kadang tidak ada.
▪ Penuh perhatian pada pekerjaan.
▪ Senang pada pekerjaannya
▪ Kecepatannya baik dan dapat dipertahankan sepanjang hari.
▪ Percaya pada kebaikan maksut pengukuran waktu.
▪ Menerima saran - saran dan petunjuk - petunjuk dengan senang.
▪ Dapat memberikan saran – saran untuk perbaikan kerja.
▪ Tempat kerjanya diatur dengan baik dan rapi. 10.Menggunakan alat – alat yang
tepat dengan baik. 11.memelihara dengan baik kondisi peralatan.
AVERAGE EFFORT :
▪ Tidak sebaik good, tetapi lebih baik dari poor.
▪ Bekerja dengan Stabil.
▪ Menerima saran – saran tetapi tidak melaksanakannya.
▪ Set Up dilakukan dengan baik. 10.Melakukan kegiatan – kegiatan perencanaan.
FAIR EFFORT :
▪ Saran – saran yang baik diterima dengan kesal.
▪ Kadang – kadang perhatian tidak ditujukan pada pekerjaanya.
▪ Kurang sungguh – sungguh.
▪ Tidak mengeluarkan tenaga dengan secukupnya
▪ Terjadi sedikit penyimpangan dari cara kerja baku.
▪ Alat – alat yang dipakainya tidak selalu yang terbaik.
▪ Terlihat adanya kecendrungan kurang perhatian pada pekerjaannya
▪ Terlampau hati–hati.
▪ Sitematika kerjanya sedang – sedang aja.
▪ Gerakan – gerakan tidak terencana
POOR EFFORT :
▪ Banyak membuang – buang waktu. 11.Tidak memperhatikan adanya minat
bekerja. 12.Tidak mau menerima saran – saran.
▪ Tampak malas dan lambat bekerja.
▪ Melakukan gerakan – gerakan yang tidak perlu untuk mengambil alat-alat dan
bahan – bahan.
▪ Tempat kerjanya tidak diatur rapi.
▪ Tidak perduli pada cocok/ baik tidaknya peralatan yang dipakai.
▪ Mengubah-ubah tata letak tempat kerja yang telah diatur.
▪ Set Up kerjanya terlihat tidak baik
2.2 Peta-peta Kerja
Peta-peta kerja merupakan salah satu alat yang sistematis dan jelas untuk
berkomunikasi secara luas dan sekaligus melalui peta-peta kerja ini kita bisa
mendapatkan informasi-informasi yang diperlukan untuk memperbaiki suatu metode
kerja. Contoh informasi-informasi yang diperlukan untuk memperbaiki suatu metoda
kerja, terutama dalam suatu proses produksi adalah sebagai berikut :
✓ jumlah kerja yang harus dibuat
✓ waktu operasi mesiN
✓ kapasitas mesin
✓ bahan-bahan khusus yang harus disediakan
✓ alat-alat khusus yang harus disediakan, dan sebagainya.
Jadi peta kerja adalah suatu alat yang menggambarkan kegiatan kerja secara
sistematis dan jelas (biasanya kerja produksi). Lewat peta-peta ini kita bisa melihat
semua langkah atau kejadian yang dialami oleh suatu benda kerja dari mulai masuk ke
pabrik (berbentuk bahan baku) kemudian menggambarkan semua langkah yang
dialaminya seperti transformsi, operasi mesin, pemeriksaan dan perakitan sampai
akhirnya menjadi sebuah produk jadi, baik produk lengkap atau merupakan bagian dari
suatu produk lengkap. (Sutalaksana, 2006).
o Usaha atau effort
Merupakan kesungguhan yang diberikan atau ditunjukkan operator dalam
melakukan pekerjaannya. Kondisi kerja merupakan kondisi fisik
lingkungannya seperti keadaan pencahayaan, temperatur dan kebisingan
ruangan. Faktor ini disebut faktor manajemen karena pihak ini yang berwenang
merubah dan memperbaikinya. Konsistensi ini perlu diperhatikan karena
kenyataannya bahwa pada setiap pengukuran waktu angka-angka yang dicatat
tidak pernah semuanya sama, waktu penyelesaian yang ditunjukkan pekerja
selalu berubah-ubah dari satu siklus ke siklus lainnya. Faktor-faktor tersebut
dapat dilihat pada tabel 2. Dalam keaadan wajar faktor p=1, sedangkan terhadap
penyimpangan dari keadaan ini harga p ditambah dengan angka-angka yang
sesuai dengan keempat faktor diatas.
o Cara Objektif
Ada 2 faktor yang harus diperhatikan untuk cara ini yaitu: kecepatan dan tingkat
kesulitan pekerjaan. Kedua faktor inilah yang dipandang secara bersama-sama
untuk mendapatkan waktu normal. Kecepatan kerja adalah kecepatan dalam
melakukan pekerjaan dalam pengertian biasa. Jika operator bekerja normal,
maka p1=1. Kecepatannya terlalu tinggi p1>1 dan kecepatan terlalu lambat
p1<1. Cara menentukan p ini sama dengan cara menentukan faktor penyesuaian
dengan persentase. Untuk tingkat kesulitan kerja, faktor penyesuaian disebut
p2. Tabel 3 merupakan tabel objektif yang menunjukkan berbagai keadaan
kesulitan kerja.
• Faktor Kelonggaran
Waktu normal suatu pekerjaan tidak terdiri atas kelonggaran. Suatu hal
yang tidak mungkin bahwa seorang tidak mungkin bekerja seharian tanpa
gangguan. Operator mungkin mengambil waktu untuk kebutuhan pribadi, untuk
istirahat dan hambatan-hambatan yang tidak dapat dihindarkan lagi. Kelonggaran
merupakan waktu yang dibutuhkan oleh pekerja yang terlatih agar dapat mencapai
performansi kerja sesungguhnya jika ia bekeja secara normal. Seorang pekerja
tidak mungkin dapat bekerja sepanjang hari tanpa adanya beberapa intrupsi untuk
kebutuhan tertentu yang sifatnya manusiawi. Disamping itu karena tujuan
pengukuran waktu adalah untuk menentukan waktu baku penyelesaian yang akan
dijadikan waktu standart, maka waktu baku ini selain meliputi waktu operasi yang
normal, juga mengandung kelonggaran-kelonggaran yang dibutuhkan.
Kelonggaran diberikan untuk tiga hal, yaitu untuk :
(1) Kebutuhan pribadi
(2) Melepaskan Lelah
(3) Hal-hal tidak terduga.
Ketiganya merupakan hal-hal yang secara nyata dibutuhkan oleh pekerja dan yang
selama melakukan pengukuran tidak diamati, diukur, dicatat ataupun dihitung.
(Taufiqur Rachman, 2013).

Faktor Contoh Pekerjaan Ekivalen Beban Kelonggaran (%)


A. Tenaga yang dikeluarkan Pria Wanita
1 Dapat Diabaikan Bekerja dimeja, duduk tanpa beban 0,0-6,0 0,0-6,0
2 Sangan ringan Bekerja dimeja, berdiri 0,00-2,25 kg 6,0-7,5 6,0-7,5
3 Ringan Menyekop, ringan 2,25-9,00 7,5-12,0 7,5-16,0
4 Sedang Mencangkul 9,00-18,00 12,0-19,0 16,0-30,0
5 Berat Mengayun palu yang berat 18,00-27,00 19,0-30,0
6 Sangat berat Memanggul beban 27,00-50,00 30,0-50,0
7 Luar biasa berat Memanggul karung berat diatas 50 kg
B. Sikap Kerja
1 Duduk Bekerja duduk, ringan 0,00-1,0
2 Berdiri di atas dua kaki Badan tegak, ditumpu dua kaki 1,0-2,5
3 Berdiri di atas satu kaki Satu kaki mengerjakan alat kontrol 2,5-4,0
4 Berbaring Pada bagian sisi, belakang atau depan badan 2,5-4,0
5 Membungkuk Badan dibungkukkan bertumpu pada kedua kaki 4,0-10,0
C. Gerakan Kerja
1 Normal Ayunan bebas dari palu 0
2 Agak terbatas Ayunan terbatas dari palu 0-5
3 Sulit Membawa beban berat dengan satu tangan 0-5
4 Pada anggota-anggota badan terbatas Bekerja dengan tangan diatas kepala 5-10
5 Seluruh anggota badan terbatas Bekerja di lorong pertambangan yang sempit 10-15
D. Kelelahan mata Pencahayaan Baik Buruk
1 Pandangan yang terputus-putus 0,0-6,0 0,0-6,0
2 Pandangan yang hampir terus menerus 6,0-7,5 6,0-7,5
3 Pandangan terus menerus dengan fokus tetap 7,5-12,0 7,5-16,0
4 Pandangan terus menerus dengan fokus berubah-ubah 12,0-19,0 16,0-30,0
5 Pandangan terus menerus dengan konsentrasi tinggi 19,0-30,0
6 Pandangan terus-menerus dengan konsentrasi tinggi dan fokus berubah-ubah 30,0-50,0
E. Keadaan suhu tempat kerja Suhu (˚C) Kelelahan normal Berlebihan
1 Beku dibawah 0 diatas 10 diatas 12
2 Rendah 0-13 10-0 12-5
3 Sedang 13-22 5-0 8-0
4 Normal 22-28 0-5 0-8
5 Tinggi 28-38 5-40 8-100
6 Sangat tinggi diatas 38 diatas 40 diatas 100
F. Keadaan atmosfer
1 Baik Ruang yang berventilasi baik, udara segar 0
2 Cukup Ventilasi kurang baik, ada bau-bauan (tidak berbahaya) 0-5
3 Kurang baik Adanya debu-debuan beracun atau tidak beracun tetapi banyak 5-10
Adanya bau-bauan berbahaya yang mengharuskan menggunakan
4 Baik
alat pernapasan 10-20
G. Keadaan lingkungan yang baik
1 Bersih, sehat, cerah dengan kebisingan rendah 0
2 Siklus kerja berulang-ulang antara 5-10 detik 0-1
3 Siklus kerja berulang-ulang antara 0-5 detik 1-3
4 Sangat bising 0-5
5 Jika faktor-faktor yang berpengaruh dapat menurunkan kualitas 0-5
6 Terasa adanya getaran lantai 5-10
7 Keadaan-keadaan yang luar biasa (bunyi,kebersihan,dll) 5-15

(Sumber : Sutalaksana dalamTaufiqur Rachman, 2013)


Catatan : kelonggaran untuk kebutuhan pribadi bagi :
Pria = 0 - 2,5 % ; Wanita = 2 – 5 %
PENGOLAHAN DATA

Perhitungan Waktu Baku dengan metode Jam henti ada 2 jenis data hasil pengukuran:
1. Data hasil pengukuran dalam bentuk Array (data pengukuran dihasilkan
dalam satu kali pengukuran dengan sejumlah data hasil pengukuran. Misalnya
dalam satu kali/ hari diukur 35 kali.
Rumus pengujian data pengukuran sebagai berikut :
❖ Menghitung simpangan baku
Berikut adalah persamaan yang digunakan:

❖ Menentukan batas kontrol atas (BKA) dan batas kontrol bawah (BKB)
Berikut adalah persamaan yang digunakan:

❖ Uji Kecukupan
Dilakukan setelah semua harga rata-rata sub group berada dalam batas kontrol,
dimana persamaan dari kecukupan data ini adalah:

N’ adalah jumlah data pengukuran minimum yang dibutuhkan.


2. Data hasil pengukuran dibuat dalam bentuk sub grup. Misalnya dalam
satu kali pengukuran/hari hanya dilakukan 4-8 kali pengukuran tapi berulang
sampai hari ke-n dengan pengulangan pengukuran yang sama. Rumus yang
digunakan :

o Hitung standar deviasi dengan :


∑(𝑋 𝑖 −𝑋̅ )2
𝜎=√ 𝑁−1
…………………………………………………(2.3)

Dimana ,
𝜎 = Standar Deviasi Xi = Data ke-i
𝑋̅ = Rata-rata Sebenarnya
N = Banyaknya data
o Hitung simpangan baku dari distribusi harga rata-rata subgrup
dengan :
𝜎
𝜎𝑖 = ……………………..…………………………………..(2.4)
√𝑛
o Tentukan Batas Kontrol Atas (BKA) dan Batas Kontrol Bawah (BKB)
dengan :
BKA = 𝑋̿ + 𝑍𝜎𝑥̅ ……………………………………….……..(2.5)
BKB = 𝑋̿ − 𝑍𝜎𝑥̅ …………………………………….……….(2.6)
Dimana,
𝑋̅ = Rata-rata Sebenarnya
Z = Nilai Tingkat Kepercayaan
𝜎 = Standar Deviasi
Jika semua rata-rata sudah berada dalam subgrup batas kontrol maka
selanjutnya dapat melakukan perhitungan banyaknya pengukuran yang
akan diperlukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
2
Z
.√∑𝑋𝑖2 −(∑𝑋 𝑖 )2
α
𝑁′ = [ ] …………………………………….……(2.7)
∑𝑋 𝑖
Contoh Perhitungan Waktu Baku dengan Pola Data Array
Pada sub bab ini akan menjelaskan perhitungan pada waktu baku dengan jam
henti. Berikut merupakan perhitungan waktu baku dengan jam henti .

Perhitungan Waktu Baku dengan Jam Henti


Pada perhitungan waktu baku dengan meode jam henti ini menggunakan tingat
kepercayaan dan tingkat ketelitian adalah 95 % dan 5 % karena, ketentuan 95% tersebut
digunakan sebagai taraf umum pada penelitian karena tingkat kebenarannya dapat
dipercaya dan hasilnya dekat dengan 100%, sedangkan untuk 5% taraf kebenarannya
belum dapat sepenuhnya dikatakan benar atau dengan kata lain bahwa peneliti
menginginkan tingkat error maksimal sebesar 5%. Berikut merupakan perhitungan
waktu baku dengan metode jam henti :
I. Uji data pengukuran
a. Uji Keseragaman
Pada sub bab ini menjelaskan perhitungan dalam menguji keseragaman data
pada setiap komponen dan setiap proses kegiatannya. Berikut merupakan perhitungan
untuk menguji keseragaman data komponen landasan 1 pada proses pengukuran:
Data Waktu Jam Henti Proses Pengkuran Landasan 1 (Menit)
2,4 2,3 2,4 2,41 2,4 2,4 2,39 2,8 2,81 2,6
2,4 2,2 2,24 1,92 2,5 2,44 2,08 2,19 2,18 2,4
2,3 2,4 2,41 2,4 2,4 2,39 2,8 2,81 2,6 1,92
2 2,1 1,9 2,5 2,08 2,1 2,33 2,12 2,4 2,2
2,28 2,1 2,26 2,15 2,5 2,4 2 1,96 2,2 2,4

• Menghitung rata :
∑𝑋𝑖
𝑋̅ =
𝑛
Dimana
∑𝑋𝑖 = Jumlah data
N = Banyaknya data
Maka diperoleh :
115,87
𝑋̅ = = 2,3174 menit
50

Berikut dibawah ini merupakan tabel uji keseragaman data komponen landasan
1 pada proses kegiatan pengukuran dapat dilihat pada Tabel …
Tabel …Uji Keseragaman Data Komponen Landasan 1
Pengukuran Ke- Xi (menit) Xi-X ̅ (Xi-X ̅)²
1 2,4 2,4 5,76
2 2,3 2,3 5,29
3 2,4 2,4 5,76
4 2,41 2,41 5,8081
5 2,4 2,4 5,76
6 2,4 2,4 5,76
7 2,39 2,39 5,7121
8 2,8 2,8 7,84
9 2,81 2,81 7,8961
10 2,6 2,6 6,76
11 2,4 2,4 5,76
12 2,2 2,2 4,84
13 2,24 2,24 5,0176
14 1,92 1,92 3,6864
15 2,5 2,5 6,25
16 2,44 2,44 5,9536
17 2,08 2,08 4,3264
18 2,19 2,19 4,7961
19 2,18 2,18 4,7524
20 2,4 2,4 5,76
21 2,3 2,3 5,29
22 2,4 2,4 5,76
23 2,41 2,41 5,8081
24 2,4 2,4 5,76
25 2,4 2,4 5,76
26 2,39 2,39 5,7121
27 2,8 2,8 7,84
28 2,81 2,81 7,8961
29 2,6 2,6 6,76
30 1,92 1,92 3,6864
31 2 2 4
32 2,1 2,1 4,41
33 1,9 1,9 3,61
34 2,5 2,5 6,25
35 2,08 2,08 4,3264
36 2,1 2,1 4,41
37 2,33 2,33 5,4289
38 2,12 2,12 4,4944
39 2,4 2,4 5,76
40 2,2 2,2 4,84
41 2,28 2,28 5,1984
42 2,1 2,1 4,41
43 2,26 2,26 5,1076
44 2,15 2,15 4,6225
45 2,5 2,5 6,25
46 2,4 2,4 5,76
47 2 2 4
48 1,96 1,96 3,8416
49 2,2 2,2 4,84
50 2,4 2,4 5,76
Jumlah 115,87 271,081

• Menghitung Simpangan Baku (σ) dengan rumus :


∑(𝑋𝑖−𝑋̅ )2
σ=√ 𝑁−1

2.56
σ = √ 49

σ = 0.228
Dengan tingkat kepercayaan 95% diperoleh nilai kepercayaan sebesar 1,96.
Berikut adalah perhitungan menggunakan tingkat kepercayaan 95%. Nilai Z dicari
dengan menggunakan Tabel Distribusi Normal.
𝛼 0,05
α = 1 – 95% = = 0,025
2 2

α = 0,05
Luas kurva menjadi 1 – 0,025 = 0,975, dengan menggunakan tabel distribusi normal
maka didapat nilai Z = 1,96
Maka batas kendali atas yang dihitung adalah :
BKA = 𝑋̅ + 𝑍𝜎 = 2,317 + (1,96 x 0,228) = 2,887 menit
BKB = 𝑋̅ − 𝑍𝜎 = 2,137 - (1,96 x 0,228) = 1,943 menit
Berikut merupakan grafik keseragaman data komponen landasam 1 pada proses
kegiatan pengukuran :

Keseragaman Data Pengukuran


Landasan 1
3,5
3
2,5
2
1,5
1
0,5
0
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35 37 39 41 43 45 47 49

BKA DATA BKB

Kesimpulan semua data (50 data ) berada dalam batas kendali artinya data seragam,
data berasal dari system sebab yang sama.

Uji Kecukupan Data


Uji kecukupan data dilakukan untuk mengetahui apakah data yang diambil
sudah mewakili populasi dilihat dari jumlah data dalam melakukan penelitian atau
belum. Perhitungan uji kecukupan data komponen landasan 1 pada proses kegiatan
pengukuran dapat dilihat pada Tabel.
Tabel Uji Kecukupan Data Komponen Landasan 1
Pengukuran Ke- Xi (menit)
1 2,4
2 2,3
3 2,4
4 2,41
5 2,4
6 2,4
7 2,39
8 2,8
9 2,81
10 2,6
11 2,4
12 2,2
13 2,24
14 1,92
15 2,5
16 2,44
17 2,08
18 2,19
19 2,18
20 2,4
21 2,3
22 2,4
23 2,41
24 2,4
25 2,4
26 2,39
27 2,8
28 2,81
29 2,6
30 1,92
31 2
32 2,1
33 1,9
34 2,5
35 2,08
36 2,1
37 2,33
38 2,12
39 2,4
40 2,2
41 2,28
42 2,1
43 2,26
44 2,15
45 2,5
46 2,4
47 2
48 1,96
49 2,2
50 2,4
Jumlah 115,87

Perhitungan kecukupan data menggunakan rumus :


𝑧 2
(𝛼 ) 𝑥 √𝑁𝑥∑𝑋𝑖 2 − (∑𝑋𝑖)2
N′ = [ ]
∑𝑋𝑖

𝑧 2
(𝛼 ) 𝑥 √50(217,081) − (13425,9)
N′ = [ ]
115,87

N’ = 14,52 ~ 15 data
Karena N′ < N yaitu 15 data < 50 data, maka data dapat dikatakan CUKUP, artinya
hasil akhir pengukuran bisa dijadikan untuk mengeneralisir populasi.

Perhitungan Waktu Siklus, Waktu Normal, dan Waktu Baku


Tahapan perhitungan waktu baku dimulai dari penentuan Waktu Sikluas (WS),
Waktu Normal dengan mempertimbangkan factor penyesuaian dan Waktu Baku
dengan menambahkan factor kelonggaran/allowance.
a. Penentuan Faktor Penyesuaian
Faktor penyesuaian yang akan digunakan menggunakan metode Westinghouse.

Keterampilan : Good (C1) = +0,08


Usaha : Excellent (B1) = +0,01
Kondisi : Excellent (B) = 0,04
Konsistensi : Excellent (B) = +0,03
Jumlah : = +0,25
Jadi Faktor Penyesuaian (p) = (1+0,12) = 1,25
Alasan :
Ketrampilan pekerja tergolong Good (C1) karena pekerja bekerja dengan
gerakan yang cepat dan menghasilka produk yang berkualitas baik. Usaha tergolong
excellent (B1) karena pekerja bekerja dengan penuh perhatian dengan pekerjaannya.
Kondisi tergolong excellent (B) karena kondisi lingkungan kerja sangat baik.
Konsistensi tergolong excellent (B) karena pekerja sangat terlatih dalam menangani
pekerjaannya.

Penentuan Faktor Kelonggaran


Penentuan faktor kelonggaran menggunakan tabel kelonggaran dari Iftikar:
Tenaga yang dikeluarkan (dapat diabaikan) = 4%
Sikap kerja (duduk) = 1%
Gerakan kerja (normal) = 0%
Kelelahan mata (pandangan terus dan fokus tetap) = 8%
Keadaan temperature tempat kerja (normal) = 5%
Keadaan atmosfer (cukup) = 4%
Keadaan lingkungan yang baik (sangat bising) = 4%
Kebutuhan pribadi (pria) = 2%
Jumlah = 28%
Alasan :
Tenaga yang dikeluarkan dapat diabaikan karena pekerja duduk dengan kursi
sehingga, pekerja tidak mengalami kelelahan. Gerakan kerja normal karena pekerja
tida mengalami kesulitan dalam mengambil bahan-bahan baku, kelelahan mata
padangan terus menerus dan fokus tetap karena pekerja melakukan pekerjaannya
dengan sangat fokus. Keaadaan temperature tempat kerja normal dan keadaan atmosfer
cukup karena ruangan kerja pekerja nyaman dan penerangan cahaya yang baik.
Keaadaan lingkungan yang sangat bising karena tempat pembuatan ragum terdapat
banyak mesin-mesin produksi.
a. Penentuan Waktu Siklus (WS)
• Waktu Siklus (WS)
∑𝑥𝑖
Ws = 𝑁
115,87
= 50

= 2,17 menit
b. Penentuan Waktu Normal (WN)
• Waktu Normal (WN)
Wn = Ws x p
= 2,1724 x 1.25
= 2,72 menit
c. Penentuan Waktu baku (WB)
• Waktu Baku (WB)
Wb = Wn x ( 1 + i )
= 2,72 x (1 + 0,28)
= 3,48 menit

Anda mungkin juga menyukai