Anda di halaman 1dari 28

PROPOSAL PENYULUHAN

“Diet dan Penatalaksanaan Diabetes Mellitus”

DISUSUN OLEH :

Ketua Pembimbing : Rifa Atul Mahmudah, S.Kep. Ners., M.Kep


Anggota : Muhammad Helmy
Muhammad Reza Apriandi
Paujiah Permata Sari
Sri Martiwi

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SARI MULIA BANJARMASIN

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

TA.2018
LEMBAR PENGESAHAN

1. Judul : Diet dan Penatalaksanaan Diabetes Mellitus


2. Ketua
a. Nama : Rifa Atul Mahmudah, S.Kep. Ns., M.Kep
b. NIK : 1121048702
c. Program Studi : PSIK
d. Perguruan Tinggi : STIKES Sari Mulia
e. Alamat Institusi : Jl.Pramuka No.02 Rt.22
3. Anggota Tim Pengusul
a. Jumlah Anggota : 4 orang
b. Nama anggota I : Muhammad Helmy
c. Nama anggota II : Muhammad Reza Apriandi
d. Nama anggota III : Paujiah Permata Sari
e. Nama anggota IV : Sri Martiwi

Banjarmasin, Maret 2018

Pembimbing Akademik
Pembimbing Clinik

------------------------------ ----------------------------------------

NIK. …............................ NIK. .............................................


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat ALLAH SWT, yang telah memberi kekuatan dan
kesempatan kepada kami, sehingga Proposal penyuluhan ini dapat terselesaikan
dengan waktu yang di harapkan walaupun dalam bentuk yang sangat sederhana,
dimana Proposal ini membahas tentang “Diabetes Mellitus” dan kiranya proposal
ini dapat meningkatkan pengetahuan kita khususnya tentang bagaimana diet dan
bagaimana penatalaksanaan dari penyakit diabetes mellitus.
Dengan adanya proposal ini, mudah-mudahan dapat membantu
kesejahteraan belajar teman-teman. Selain itu kami juga berharap semua dapat
mengetahui dan memahami tentang pengajuan ini, karena akan meningkatkan
mutu individu kita.
Kami sangat menyadari bahwa dalam pembuatan proposal ini masih
sangat minim, sehingga saran dari dosen pengajar serta kritikan dari semua
pihak masih kami harapkan demi perbaikan proposal ini. Kami ucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan
proposal ini.
RINGKASAN

Diabetes melitus adalah suatu penyakit dimana kadar glukosa


(gula sederhana) di dalam darah tinggi karena tubuh tidak dapat
melepaskan atau menggunakan insulin secara cukup Diabetes Melitus
(DM) adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai
kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan
berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf, dan pembuluh
darah, disertai lesi pada membran basalis dalam pemeriksaan
dengan mikroskop electron. Perawat sebagai salah satu tenaga
kesehatan yang bertanggung jawab dalam menyukseskan melaksanakan
program penatalaksanaan DM yang bertujuan untuk menurunkan angka
kesakitan dan kematian dengan memberikan penatalaksanaan yang
tepat, dalam pelaksanaanya tidak terlepas dari memberikan asuhan
keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan, pelaksanaan
lebih ditekankan pada upaya preventif dan promotif tanpa mengabaikan
upaya kuratif dan rehabilitative dan juga ditekankan pada pengawasan
diet bagi penderita yang menjalani pengobatan, memberikan pendidikan
kesehatan agar penderita dan keluarga dapat melakukan tindakan kuratif
dan rehabilitative sehingga dapat diaplikasikan untuk sehari-hari.
Dikarenakan penting nya untuk dilakukan pendidikan kesehatan
bagi pasien serta keluarga. Bukan hanya untuk mengobati namun
diperlukan nya pengetahuan pasien dan keluarga agar mematuhi diet dan
mematuhi pengobatan sehingga gula darah pasien normal.
Strategi yang kami gunakan dalam penkes ini yaitu dengan
mendatangi kamar pasien, membagikan leaflet disertai dengan sedikit
pemaparan informasi menggunakan media laptop dan LCD.
DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan .................................................................................................. 1

Kata Pengantar .......................................................................................................... 2

Ringkasan ................................................................................................................... 3

Daftar Isi

Bab I Pendahuluan

1. Latar Belakang ........................................................................................... 5

Bab II Target Luaran

A. Target ...................................................................................................... 10

B. Luaran ..................................................................................................... 10

Bab III Metode Pelaksaan

1. Tujuan ...................................................................................................... 11

2. Saran ....................................................................................................... 11

3. Waktu dan Tempat ................................................................................... 11

4. Media dan Alat ......................................................................................... 11

5. Metode ..................................................................................................... 11

6. Susunan Kepanitiaan ............................................................................... 12

7. Skema Kegiatan ....................................................................................... 12

8. Alur .......................................................................................................... 12

Bab IV Biaya

1. Anggaran Biaya ....................................................................................... 15

Bab V Penutup
Daftar Pustaka .......................................................................................................... 16

Lampiran 1 ................................................................................................................ 17

Lampiran 2 ................................................................................................................ 20

Lampiran 3 ................................................................................................................ 27

Lampiran 4 ................................................................................................................ 29

Lampiran 5 ................................................................................................................ 30

Lampiran 6 ................................................................................................................ 32
BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Diabetes Mellitus (DM) yang umum dikenal sebagai kencing manis
adalah penyakit yang ditandai dengan hiperglikemia (peningkatan kadar
gula darah) yang terus-menerus dan bervariasi, terutama setelah makan.
Diabetes mellitus merupakan keadaan hiperglikemia kronik disertai
berbagai kelainan metabolic akibat gangguan hormonal, yang
menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, dan pembuluh
darah, disertai lesi pada membran basalis dalam pemeriksaan dengan
mikroskop elektron (Bilous, 2002).
Jumlah penduduk dunia yang sakit diabetes mellitus cenderung
meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini berkaitan dengan jumlah populasi
meningkat, pola hidup, prevalensi obesitas meningkat dan kegiatan fisik
kurang (Smeltzer & Bare, 2002).
Laporan dari WHO mengenai studi populasi DM di berbagai
Negara, jumlah penderita diabetes mellitus pada tahun 2000 di Indonesia
menempati urutan ke-4 terbesar dalam jumlah penderita diabetes mellitus
dengan prevalensi 8,4 juta jiwa. Urutan diatasnya adalah India (31,7 juta
jiwa), China (20,8 juta jiwa), dan Amerika Serikat (17,7 juta jiwa)
(Darmono,2007).
Pada tahun 2010 jumlah penderita DM di Indonesia minimal
menjadi 5 juta dan di dunia 239,9 juta penderita. Diperkirakan pada tahun
2030 prevalensi diabetes mellitus di Indonesia meningkat menjadi 21,3
juta. Angka kesakitan dan kematian akibat DM di Indonesia cenderung
berfluktuasi setiap tahunnya sejalan dengan perubahan gaya hidup
masyarakat yang mengarah pada makanan siap saji dan sarat
karbohidrat (Depkes RI, 2006).
Jumlah tersebut semakin membuktikan bahwa penyakit Diabetes
Mellitus merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius. Data
Departemen Kesehatan RI menyebutkan bahwa jumlah pasien rawat inap
maupun rawat jalan di Rumah Sakit menempati urutan pertama dari
seluruh penyakit endokrin adalah Diabetes mellitus. Organisasi yang
peduli terhadap permasalahan Diabetes, Diabetic Federation
mengestimasi bahwa jumlah penderita Diabetes mellitus di Indonesia
pada tahun 2008, terdapat 5,6 juta penderita Diabetes untuk usia diatas
20 tahun, akan meningkat menjadi 8,2 juta pada tahun 2020, bila tidak
dilakukan upaya perubahan pola hidup sehat pada penderita (Tandra,
2008). Prevalensi DM menurut WHO, bahwa lebih dari 382 juta jiwa orang
di dunia telah mengidap penyakit diabetes mellitus. Prevalensi DM
didunia dan Indonesia akan mengalami peningkatan, secara
epidemiologi, diperkirakan bahwa pada tahun 2030 prevalensi Diabetes
Melitus (DM) di Indonesia mencapai 21,3 juta orang Selain itu diabetes
melitus menduduki peringkat ke enam penyebab kematian terbesar di
Indonesia. Menurut data Riset Kesehatan Dasar di Propinsi Kalimantan
Selatan, Prevalensi dari tahun 2007 1,0% dan mengalami peningkatan
menjadi 1,4% pada tahun 2013). Di RSUD ulin Banjarmasin dari laporan
terakhir prevalensi jumlah kunjungan rawat jalan penderita diabetes
mellitus pada tahun 2014 jumlah kunjungan rawat jalan pasien
diabetes mellitus sebanyak 1.013 .
Saat ini, banyak orang masih menanggap penyakit Diabetes
Mellitus merupakan penyakit orang tua atau penyakit yang hanya timbul
karena factor keturunan. Namun, setiap orang dapat mengidap Diabetes
Mellitus baik tua maupun muda. Tingginya kadar glukosa darah secara
terus menerus atau berkepanjangan dapat menyebabkan komplikasi
diabetes.
Berdasarkan penelitian Murray (2000) tiap 19 menit ada satu
orang di dunia yang terkena stroke, ada satu orang yang buta dan ada
satu orang di dunia diamputasi akibat komplikasi Diabetes Mellitus
(Maulana, 2009).
Berbagai komplikasi dapat terjadi jika penatalaksanaan Diabetes
Mellitus tidak optimal. Penatalaksanaan Diabetes Melitus dikenal 4 pilar
utama pengelolaan yaitu: penyuluhan, perencanaan makan, latihan
jasmani, dan obat hipoglikemia.
BAB II
TARGET DAN LUARAN
A. Target
Target yang ingin dicapai melalui kegiatan penyuluhan ini
1. Menyebutkan pengertian DM dengan benar
2. Menyebutkan Klasifikasi DM dengan benar
3. Menyebutkan tanda dan gejala DM dengan benar
4. Menyebutkan Penyebab DM dengan benar
5. Menyebutkan Terapi Diet DM dengan benar
6. Menyebutkan penatalaksanaan DM dengan benar

B. Luaran
Luaran yang diharapkan melalui kegiatan penyuluhan ini
1. Pasien dapat menerapkan pengetahuan pada sehari-hari
2. Pasien atau keluarga tanggap terhadap penatalaksanaan penyakit DM
3. Pasien dapat mengetahui Terapi diet DM
BAB III
METODE PELAKSANAAN

1. Tujuan
a. Umum
Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit, diharapkan pasien
dan keluarga dapat mengetahui tentang penyakit DM sehingga dapat
mengurangi angka kesakitan dan kematian penderita DM.
b. Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan selama 30 menit, diharapkan siswa(i)
dapat :
1) Menjelaskan pengertian DM
2) Menyebutkan penyebab DM
3) Menyebutkan Klasifikasi DM
4) Menyebutkan tanda dan gejala DM
5) Menjelaskan tentang Penatalaksanaan dan Diet pada pasien DM

2. Sasaran
a. Pasien dan keluarga pasien di ruang berlian
b. Pasien yang ada di ruangan Berlian
c. Seluruh keluarga pasien yang ada di ruangan Berlian

d. Waktu dan Tempat


Hari/Tanggal : Sabtu, 10 Maret 2018
Pukul : 11.00 WITA
Tempat : Ruang Berlian

e. Media dan Alat


Media :
a. Leaflet
b. Laptop
c. Proyektor
f. Metode
a. Ceramah
b. Tanya jawab ( Kuis )
g. Susunan Kepanitiaan
Ketua Pelaksana : Muhammad Helmy
Anggota : Muhammad Reza Apriandi
Paujiah Permata Sari
Sri Martiwi

h. Skema Kegiatan

LCD

Fasilitator Peserta Fasilitator

Ket :

= Pembicara

= Pasien dan Keluarga

= Anggota

= Preseptor Klinik/C.I dan CT


i. Alur Kegiatan
No Tahap Waktu Kegiatan Sasaran Media
Kegiatan
Penyuluhan

1. Pembukaan 2 menit  Memberi salam Pasien dan Kata-


 Menjelaskan tujuan Keluarga pasien kata/
Promosi kesehatan di ruang berlian kalimat
 Menyebutkan
pokok/pembahasan
yang akan
disampaikan
2. Pelaksanaa 25 1. Menjelaskan Pasien dan Leaflet /
n menit materi penyuluhan Keluarga pasien Power
secara berurutan di ruang berlian point
dan teratur :
 Pengertian DM
 Klasifikasi DM
 Penyebab DM
 Gejala-gejala DM
 Diet Untuk Pasien
DM
 Penatalaksanaan
DM
2. Feedback
3. Sesi tanya
jawab(kuis) Hadiah

3. Penutup 3 menit Mengucapkan Pasien dan Kata-


terimakasih dan Keluarga pasien kata/
salam di ruang berlian kalimat
BAB IV
BIAYA

I. Anggaran Biaya

No. Jenis Barang Ukuran/Satuan Jumlah


1. Konsumsi Rp.5000,- Rp.75000,-
2. Fotocopy Leaflet Rp. 2000,- Rp. 4000,-
3. Transportasi Rp. 20.000,- Rp. 20.000,-
4. Hadiah Rp. 50.000,- Rp. 50.000,

5. Dana Tak Terduga Rp.59.000,- Rp. 59.000,-


Jumlah Total Rp. 250.000
BAB V

PENUTUP

a. Kesimpulan
Setelah kami melakukan penkes kepada pasien dan keluarga
kurang lebih 30 menit mengenai pengertian, penyebab, klasifikasi,
gejala, diet dan penatalaksanaan,DM . Pasien dapat memahami dan
mengerti apa yang kami sampaikan, pasien bersikap kooperatif terbuka
dan mudah memahami apa yang kami sampaikan. Tidak ada kesulitan
saat pemaparan acara penkes berjalan dengan sebagaimana mestinya
sesuai yang dijadwalkan, saat diminta menjawab dan mengulangi apa
yang telah disampaikan pasien dan keluarga mampu menyebutkan nya
kembali.
b. Saran
Saran yang dapat di sampaikan adalah bahwa pendidikan
kesehatan itu perlu untuk diterapkan oleh pasien dan keluarga. Dengan
adanya pendidikan kesehatan, pasien dan keluarga dapat bertindak
sesuai dengan ketentuan dalam kesehatan sehingga dapat mencegah
terjadinya penyakit-penyakit yang membahayakan diri sendiri dan
keluarga.
Pendidikan ini baik adanya untuk membantu pasien dan keluarga
terlepas dari serangan penyakit serta mengurangi angka kesakitan dan
kematian penderita DM.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth, 2014, Buku Ajar KeperawatanMedikal Bedah, alih bahasa.
Jakarta: EGC

Mansjoer, A dkk. 2016. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapius

Corwin, EJ. 2015. Buku Saku Patofisiologi, 3 Edisi Revisi. Jakarta: EGC

Rab, T. 2014. Agenda Gawat Darurat (Critical Care). Bandung: PT Alumni


LAMPIRAN

Lampiran 1. Materi penyuluhan

A. Pengertian
Diabetes berasal dari bahasa Yunani yang berarti “mengalirkan atau
mengalihkan” (siphon). Mellitus berasal dari bahasa latin yang bermakna
manis atau madu. Penyakit diabetes melitus dapat diartikan individu yang
mengalirkan volume urine yang banyak dengan kadar glukosa tinggi.
Diabetes melitus adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai dengan
ketidakadaan absolute insulin atau penurunan relative insensitivitas sel
terhadap insulin (Corwin, 2009).
Diabetes Melitus (DM) adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai
berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, yang
menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf, dan
pembuluh darah, disertai lesi pada membran basalis dalam pemeriksaan
dengan mikroskop elektron (Mansjoer dkk, 2007)
Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2005, diabetus
merupakan suatu kelompok panyakit metabolik dengan karakterristik
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin
atau kedua-duanya.
Diabetes Mellitus (DM) adalah kelainan defisiensi dari insulin dan
kehilangan toleransi terhadap glukosa ( Rab, 2008)
DM merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh
kelainan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia yang disebabkan
defisiensi insulin atau akibat kerja insulin yang tidak adekuat (Brunner &
Suddart, 2002).

B. Klasifikasi
Dokumen konsesus tahun 1997 oleh American Diabetes Association’s
Expert Committee on the Diagnosis and Classification of Diabetes
Melitus, menjabarkan 4 kategori utama diabetes, yaitu: (Corwin, 2009)
1. Tipe I: Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM)/ Diabetes Melitus
tergantung insulin (DMTI)
Lima persen sampai sepuluh persen penderita diabetik adalah tipe I.
Sel-sel beta dari pankreas yang normalnya menghasilkan insulin
dihancurkan oleh proses autoimun. Diperlukan suntikan insulin untuk
mengontrol kadar gula darah. Awitannya mendadak biasanya terjadi
sebelum usia 30 tahun.
2. Tipe II: Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM)/ Diabetes
Mellitus tak tergantung insulin (DMTTI)
Sembilan puluh persen sampai 95% penderita diabetik adalah tipe II.
Kondisi ini diakibatkan oleh penurunan sensitivitas terhadap insulin
(resisten insulin) atau akibat penurunan jumlah pembentukan insulin.
Pengobatan pertama adalah dengan diit dan olah raga, jika kenaikan
kadar glukosa darah menetap, suplemen dengan preparat
hipoglikemik (suntikan insulin dibutuhkan, jika preparat oral tidak
dapat mengontrol hiperglikemia). Terjadi paling sering pada mereka
yang berusia lebih dari 30 tahun dan pada mereka yang obesitas.
3. DM tipe lain
Karena kelainan genetik, penyakit pankreas (trauma pankreatik), obat,
infeksi, antibodi, sindroma penyakit lain, dan penyakit dengan
karakteristik gangguan endokrin.
4. Diabetes Kehamilan: Gestasional Diabetes Melitus (GDM)
Diabetes yang terjadi pada wanita hamil yang sebelumnya tidak
mengidap diabetes.

C. Etiologi
1. Diabetes Melitus tergantung insulin (DMTI)
a. Faktor genetic :
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi
mewarisi suatu presdisposisi atau kecenderungan genetic kearah
terjadinya diabetes tipe I. Kecenderungan genetic ini ditentukan
pada individu yang memililiki tipe antigen HLA (Human Leucocyte
Antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang
bertanggung jawab atas antigen tranplantasi dan proses imun
lainnya.
b. Faktor imunologi :
Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon autoimun.
Ini merupakan respon abnormal dimana antibody terarah pada
jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan
tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing.
c. Faktor lingkungan
Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel β pancreas,
sebagai contoh hasil penyelidikan menyatakan bahwa virus atau
toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang dapat
menimbulkan destuksi sel β pancreas.
2. Diabetes Melitus tak tergantung insulin (DMTTI)
Secara pasti penyebab dari DM tipe II ini belum diketahui, factor
genetic diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya
resistensi insulin.
Diabetes Melitus tak tergantung insulin (DMTTI) penyakitnya
mempunyai pola familiar yang kuat. DMTTI ditandai dengan kelainan
dalam sekresi insulin maupun dalam kerja insulin. Pada awalnya
tampak terdapat resistensi dari sel-sel sasaran terhadap kerja insulin.
Insulin mula-mula mengikat dirinya kepada reseptor-reseptor
permukaan sel tertentu, kemudian terjadi reaksi intraselluler yang
meningkatkan transport glukosa menembus membran sel. Pada
pasien dengan DMTTI terdapat kelainan dalam pengikatan insulin
dengan reseptor. Hal ini dapat disebabkan oleh berkurangnya jumlah
tempat reseptor yang responsif insulin pada membran sel. Akibatnya
terjadi penggabungan abnormal antara komplek reseptor insulin
dengan system transport glukosa. Kadar glukosa normal dapat
dipertahankan dalam waktu yang cukup lama dan meningkatkan
sekresi insulin, tetapi pada akhirnya sekresi insulin yang beredar tidak
lagi memadai untuk mempertahankan euglikemia (Price,
1995 cit Indriastuti 2008). Diabetes Melitus tipe II disebut juga
Diabetes Melitus tidak tergantung insulin (DMTTI) atau Non Insulin
Dependent Diabetes Melitus (NIDDM) yang merupakan suatu
kelompok heterogen bentuk-bentuk Diabetes yang lebih ringan,
terutama dijumpai pada orang dewasa, tetapi terkadang dapat timbul
pada masa kanak-kanak. Faktor risiko yang berhubungan dengan
proses terjadinya DM tipe II, diantaranya adalah:
a) Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di
atas 65 tahun)
b) Obesitas
c) Riwayat keluarga
d) Kelompok etnik

D. Patofisiologi
Diabetes tipe I. Pada diabetes tipe satu terdapat ketidakmampuan untuk
menghasilkan insulin karena sel-sel beta pankreas telah dihancurkan oleh
proses autoimun. Hiperglikemi puasa terjadi akibat produkasi glukosa
yang tidak terukur oleh hati. Di samping itu glukosa yang berasal dari
makanan tidak dapat disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam
darah dan menimbulkan hiperglikemia posprandial (sesudah makan).
Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi maka ginjal tidak
dapat menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar, akibatnya
glukosa tersebut muncul dalam urin (glukosuria). Ketika glukosa yang
berlebihan di ekskresikan ke dalam urin, ekskresi ini akan disertai
pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan. Keadaan ini
dinamakan diuresis osmotik. Sebagai akibat dari kehilangan cairan
berlebihan, pasien akan mengalami peningkatan dalam berkemih
(poliuria) dan rasa haus (polidipsia).
Defisiensi insulin juga akan menggangu metabolisme protein dan lemak
yang menyebabkan penurunan berat badan. Pasien dapat mengalami
peningkatan selera makan (polifagia), akibat menurunnya simpanan
kalori. Gejala lainnya mencakup kelelahan dan kelemahan. Dalam
keadaan normal insulin mengendalikan glikogenolisis (pemecahan
glukosa yang disimpan) dan glukoneogenesis (pembentukan glukosa
baru dari dari asam-asam amino dan substansi lain), namun pada
penderita defisiensi insulin, proses ini akan terjadi tanpa hambatan dan
lebih lanjut akan turut menimbulkan hiperglikemia. Disamping itu akan
terjadi pemecahan lemak yang mengakibatkan peningkatan produksi
badan keton yang merupakan produk samping pemecahan lemak. Badan
keton merupakan asam yang menggangu keseimbangan asam basa
tubuh apabila jumlahnya berlebihan. Ketoasidosis yang diakibatkannya
dapat menyebabkan tanda-tanda dan gejala seperti nyeri abdomen, mual,
muntah, hiperventilasi, nafas berbau aseton dan bila tidak ditangani akan
menimbulkan perubahan kesadaran, koma bahkan kematian. Pemberian
insulin bersama cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan akan memperbaiki
dengan cepat kelainan metabolik tersebut dan mengatasi gejala
hiperglikemi serta ketoasidosis. Diet dan latihan disertai pemantauan
kadar gula darah yang sering merupakan komponen terapi yang penting.
Diabetes tipe II. Pada diabetes tipe II terdapat dua masalah utama yang
berhubungan dengan insulin yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi
insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada
permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan resptor tersebut,
terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa di dalam sel.
Resistensi insulin pada diabetes tipe II disertai dengan penurunan reaksi
intrasel ini. Dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk
menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan.
Untuk mengatasi resistensi insulin dan untuk mencegah terbentuknya
glukosa dalam darah, harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang
disekresikan. Pada penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini
terjadi akibat sekresi insulin yang berlebihan dan kadar glukosa akan
dipertahankan pada tingkat yang normal atau sedikit meningkat. Namun
demikian, jika sel-sel beta tidak mampu mengimbangi peningkatan
kebutuhan akan insulin, maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadi
diabetes tipe II. Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin yang
merupakan ciri khas DM tipe II, namun masih terdapat insulin dengan
jumlah yang adekuat untuk mencegah pemecahan lemak dan produksi
badan keton yang menyertainya. Karena itu ketoasidosis diabetik tidak
terjadi pada diabetes tipe II. Meskipun demikian, diabetes tipe II yang
tidak terkontrol dapat menimbulkan masalah akut lainnya yang
dinamakan sindrom hiperglikemik hiperosmoler nonketoik (HHNK).
Diabetes tipe II paling sering terjadi pada penderita diabetes yang berusia
lebih dari 30 tahun dan obesitas. Akibat intoleransi glukosa yang
berlangsung lambat (selama bertahun-tahun) dan progresif, maka awitan
diabetes tipe II dapat berjalan tanpa terdeteksi. Jika gejalanya dialami
pasien, gejala tersebut sering bersifat ringan dan dapat mencakup
kelelahan, iritabilitas, poliuria, polidipsi, luka pada kulit yang lama
sembuh-sembuh, infeksi vagina atau pandangan yang kabur (jika kadra
glukosanya sangat tinggi).
E. Manifestasi Klinis
1. Penglihatan kabur
2. Gatal-gatal terutama didaerah kemaluan
3. Cepat lelah dan mengantuk
4. Luka sulit sembuh
5. Banyak kencing
6. Sering merasa haus
7. Penurunan berat badan
8. Banyak makan
a. Diabetes Tipe I
1. hiperglikemia berpuasa
2. glukosuria, diuresis osmotik, poliuria, polidipsia, polifagia
3. keletihan dan kelemahan
4. ketoasidosis diabetik (mual, nyeri abdomen, muntah,
hiperventilasi, nafas bau buah, ada perubahan tingkat kesadaran,
koma, kematian)
b. Diabetes Tipe II
1. Lambat (selama tahunan), intoleransi glukosa progresif
2. Gejala seringkali ringan mencakup keletihan, mudah tersinggung,
poliuria, polidipsia, luka pada kulit yang sembuhnya lama, infeksi
vaginal, penglihatan kabur
3. Komplikasi jangka panjang (retinopati, neuropati, penyakit
vaskular perifer)

F. Komplikasi
Komplikasi yang berkaitan dengan kedua tipe DM (Diabetes
Melitus) digolongkan sebagai akut dan kronik (Mansjoer dkk, 2007)
1. Komplikasi akut
Komplikasi akut terjadi sebagai akibat dari ketidakseimbangan jangka
pendek dari glukosa darah
a. HIPOGLIKEMIA/ KOMA HIPOGLIKEMIA
Hipoglikemik adalah kadar gula darah yang rendah. Kadar gula
darah yang normal 60-100 mg% yang bergantung pada berbagai
keadaan. Salah satu bentuk dari kegawatan hipoglikemik adalah
koma hipoglikemik. Pada kasus spoor atau koma yang tidak
diketahui sebabnya maka harus dicurigai sebagai suatu
hipoglikemik dan merupakan alasan untuk pembarian glukosa.
Koma hipoglikemik biasanya disebabkan oleh overdosis insulin.
Selain itu dapat pula disebabkan oleh karana terlambat makan
atau olahraga yang berlebih. Diagnosa dibuat dari tanda klinis
dengan gejala hipoglikemik terjadi bila kadar gula darah dibawah
50 mg% atau 40 mg% pada pemeriksaaan darah jari.
b. SINDROM HIPERGLIKEMIK HIPEROSMOLAR NON KETOTIK
(HHNC/ HONK).
HONK adalah keadaan hiperglikemi dan hiperosmoliti tanpa
terdapatnya ketosis. Konsentrasi gula darah lebih dari 600 mg
bahkan sampai 2000, tidak terdapat aseton, osmolitas darah tinggi
melewati 350 mOsm perkilogram, tidak terdapat asidosis dan
fungsi ginjal pada umumnya terganggu dimana BUN banding
kreatinin lebih dari 30 : 1, elektrolit natrium berkisar antara 100 –
150 mEq per liter kalium bervariasi.
c. KETOASIDOSIS DIABETIC (KAD)
DM Ketoasidosis adalah komplikasi akut diabetes mellitus yang
ditandai dengan dehidrasi, kehilangan elektrolit dan asidosis.
Tidak adanya insulin atau tidak cukupnya jumlah insulin yang
nyata, yang dapat disebabkan oleh :
1) Insulin tidak diberikan atau diberikan dengan dosis yang
dikurangi
2) Keadaan sakit atau infeksi
3) Manifestasi pertama pada penyakit diabetes yang tidak
terdiagnosis dan tidak diobati.
2. Komplikasi kronik
Umumnya terjadi 10 sampai 15 tahun setelah awitan.
a) Makrovaskular (penyakit pembuluh darah besar), mengenai
sirkulasi koroner, vaskular perifer dan vaskular serebral.
b) Mikrovaskular (penyakit pembuluh darah kecil), mengenai mata
(retinopati) dan ginjal (nefropati). Kontrol kadar glukosa darah
untuk memperlambat atau menunda awitan baik komplikasi
mikrovaskular maupun makrovaskular.
c) Penyakit neuropati, mengenai saraf sensorik-motorik dan
autonomi serta menunjang masalah seperti impotensi dan ulkus
pada kaki.
d) Rentan infeksi, seperti tuberkulosis paru dan infeksi saluran kemih
e) Ulkus/ gangren/ kaki diabetik

G. Penatalaksanaan
Tujuan utama terapi DM adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin
dan kadar glukosa darah dalam upaya mengurangi terjadinya komplikasi
vaskuler serta neuropatik. Tujuan terapeutik pada setiap tipe DM adalah
mencapai kadar glukosa darah normal tanpa terjadi hipoglikemia dan
gangguan serius pada pola aktivitas pasien. Ada lima komponen dalam
penatalaksanaan DM, yaitu :
1. Diet
Syarat diet DM hendaknya dapat :
a. Memperbaiki kesehatan umum penderita
b. Mengarahkan pada berat badan normal
c. Menekan dan menunda timbulnya penyakit angiopati diabetic
d. Memberikan modifikasi diit sesuai dengan keadaan penderita
e. Menarik dan mudah diberikan

Prinsip diet DM, adalah :


a. Jumlah sesuai kebutuhan
b. Jadwal diet ketat
c. Jenis : boleh dimakan / tidak
Dalam melaksanakan diit diabetes sehari-hari hendaklah diikuti pedoman
3 J yaitu:
1) jumlah kalori yang diberikan harus habis, jangan dikurangi atau
ditambah
2) jadwal diit harus sesuai dengan intervalnya
3) jenis makanan yang manis harus dihindari
Penentuan jumlah kalori Diit Diabetes Mellitus harus disesuaikan oleh
status gizi penderita, penentuan gizi dilaksanakan dengan
menghitung Percentage of Relative Body Weight (BBR = berat badan
normal) dengan rumus :

a) Kurus (underweight) BBR < 90 %


b) Normal (ideal) BBR 90% - 110%
c) Gemuk (overweight) BBR > 110%
d) Obesitas apabila BBR > 120%
e) Obesitas ringan BBR 120 % - 130%
f) Obesitas sedang BBR 130% - 140%
g) Obesitas berat BBR 140% - 200%
h) Morbid BBR >200 %

Sebagai pedoman jumlah kalori yang diperlukan sehari-hari untuk


penderita DM yang bekerja biasa adalah :
- Kurus (underweight) BB X 40-60 kalori sehari
- Normal (ideal) BB X 30 kalori sehari
- Gemuk (overweight) BB X 20 kalori sehari
- Obesitas apabila BB X 10-15 kalori sehari
2. Latihan
Beberapa kegunaan latihan teratur setiap hari bagi penderita DM,
adalah :
a. Meningkatkan kepekaan insulin, apabila dikerjakan setiap 1 1/2
jam sesudah makan, berarti pula mengurangi insulin resisten pada
penderita dengan kegemukan atau menambah jumlah reseptor
insulin dan meningkatkan sensivitas insulin dengan reseptornya.
b. Mencegah kegemukan bila ditambah latihan pagi dan sore
c. Memperbaiki aliran perifer dan menambah suplai oksigen
d. Meningkatkan kadar kolesterol – high density lipoprotein
e. Kadar glukosa otot dan hati menjadi berkurang, maka latihan akan
dirangsang pembentukan glikogen baru.
f. Menurunkan kolesterol (total) dan trigliserida dalam darah karena
pembakaran asam lemak menjadi lebih baik.

3. Penyuluhan
Penyuluhan merupakan salah satu bentuk penyuluhan kesehatan
kepada penderita DM, melalui bermacam-macam cara atau media
misalnya: leaflet, poster, TV, kaset video, diskusi kelompok, dan
sebagainya.

4. Obat
a. Tablet OAD (Oral Antidiabetes)/ Obat Hipoglikemik Oral (OHO)
1) Mekanisme kerja sulfanilurea
Obat ini bekerja dengan cara menstimulasi pelepasan insulin
yang tersimpan, menurunkan ambang sekresi insulin dam
meningkatkan sekresi insulin sebagai akibat rangsangan
glukosa. Obat golongan ini biasanya diberikan pada penderita
dengan berat badan normal dan masih bisa dipakai pada
pasien yang berat badannya sedikit lebih.
2) Mekanisme kerja Biguanida
Biguanida tidak mempunyai efek pankreatik, tetapi mempunyai
efek lain yang dapat meningkatkan efektivitas insulin, yaitu :
a) Biguanida pada tingkat prereseptor → ekstra pankreatik
1. Menghambat absorpsi karbohidrat
2. Menghambat glukoneogenesis di hati
3. Meningkatkan afinitas pada reseptor insulin
4. Biguanida pada tingkat reseptor : meningkatkan
jumlah reseptor insulin.
b) Biguanida pada tingkat pascareseptor: mempunyai efek
intraselluler
1) Insulin
Indikasi penggunaan insulin
a) DM tipe I
b) DM tipe II yang pada saat tertentu tidak dapat
dirawat dengan OAD
c) DM kehamilan
d) DM dan gangguan faal hati yang berat
e) DM dan gangguan infeksi akut (selulitis, gangren)
f) DM dan TBC paru akut
g) DM dan koma lain pada DM
h) DM operasi
i) DM patah tulang
j) DM dan underweight
k) DM dan penyakit Grave
Beberapa cara pemberian insulin
1. Suntikan insulin subkutan
Insulin regular mencapai puncak kerjanya pada
1 – 4 jam, sesudah suntikan subcutan,
kecepatan absorpsi di tempat suntikan
tergantung pada beberapa faktor antara lain :
2. Cangkok pancreas
Pendekatan terbaru untuk cangkok adalah
segmental dari donor hidup saudara kembar
identic

Cara Perawatan Pasien DM di Rumah adalah dengan jalan :


1. Minum obat secara teratur sesuai program
2. Diet yang tepat
3. Olahraga yang teratur
4. Kontrol GD teratur
5. Pencegahan komplikasi

Cara mencegah atau menghindari agar tidak terjadi luka pada kaki pada
penderita DM
1. Hindari terlalu sering merendam kaki
2. Hindari penggunaan botol panas/penghangat kaki dari listrik
3. Hindari penggunaan pisau/silet untuk memotong kuku atau
menghilangkan kalus
4. hindari kaos kaki / sepatu yang terlalu sempit
5. Hindari Rokok
Mengapa pengidap DM beresiko terhadap Ulkus Diabetik
1. Sirkulasi darah kaki kurang baik
2. Indera rasa kedua kaki berkurang sehingga kaki mudah terluka
3. Daya Tahan tubuh terhadap infeksi menurun
Tindakan yang bisa dilakukan bila kaki terluka:
1. Bila luka kecil : bersihkan dengan antiseptik, tutup luka dengan kasa steril
dan bila dalam waktu dua hari tidak sembuh segera periksa ke dokter
2. Bila luka cukup besar / kaki mengalami kelainan segera pergi ke dokter.
Perawatan kaki Diabetik :
1. Saat mandi bersihkan dengan sabun, bila perlu gunakan batu apung /
sikat halus
2. Keringkan dengan handuk terutama sela-sela jari
3. Periksa kaki kemungkinan adanya perubahan warna (pucat
,kemerahan),bentuk (pecah-pecah, lepuh, kalus, luka), Suhu (dingin, lebih
panas)
4. Bila kaki kering,o lesi dengan lotion
5. Potong kuku / kikir tiap 2 hari, jangan terlalu pendek. Bila kuku terlalu
keras kaki direndam dahulu dalam air hangat ( 37,5’C ) selama 5 menit.
6. Gunakan kaos kaki yang terbuat dari katun / wol
7. Pakailah alas kaki, periksa alas kaki sebelum dipakai, mungkin ada
sesuatu didalamnya. Lepas alas kaki setiap 4-6 jam dan gerakkan
pergelangan kaki dan jari-jari kaki agar sirkulasi darah lancar
8. Lakukan senam kaki
9. Jangan biarkan luka sekcil apapun

Cara Memilih Sepatu yang baik bagi penderita DM :


1. Ukuran : Jangan terlalu sempit/ longgar kurang lebih ½ inchi lebih
panjang dari kaki
2. Bentuk : Ujung sepatu jangan runcing, tinggi tumit < 2 inchi
3. Bahan sepatu terbuat dari bahan yang lembut
4. Insole terbuat dari bahan yang tidak licin
LAMPIRAN

Lampiran 1. Materi penyuluhan


Lampiran 2. lefleat
Lampiran 3. PPT
Lampiran 4. Dokumentasi
Lampiran 5. Absen peserta
Lampiran 6. Absen panitia, Pembimbing CI dan CT

Anda mungkin juga menyukai