Anda di halaman 1dari 37

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Cephalo pelvic disproportion (CPD) yang berhubungan dengan ukuran janin

yang berlebihan (4000 gram atau lebih) terjadi pada 5% kelahiran aterm.Ukuran

janin yang besar atau makrosomia berhubungan dengan diabetes mellitus

maternal, obesitas, multiparitas, atau ukuran besar pada salah satu atau kedua

orang tua. Distosia bahu, kondisi dimana kepala janin dapat dilahirkan, tetapi

bahu anterior tidak dapat melewati bagian bawah arkus pubis,dapat terjadi pada

makrosomia.
Pertolongan persalinan CPD melalui jalan vaginal memerlukan perhatian

karena dapat menimbulkan komplikasi kesakitan, cacat permanen sampai dengan

kemantian bayi. Memperhatikan komplikasi pertolongan persalinan CPD melalui

jalan vaginal, maka sebagian besar pertolongan persalinan cephalopelvic

disproportion dilakukan dengan sectio caesaria. Bedah caesar merupakan

pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding abdomen dan

dinding uterus dan merupakan prosedur untuk menyelamatkan kehidupan. Operasi

ini memberikan jalan keluar bagi kebanyakan kesulitan yang timbul bila

persalinan pervaginam tidak mungkin atau berbahaya.

Menurut Gerhard Martius, 1997 Sectio caesaria menempati urutan kedua

setelah ekstraksi vakum dengan frekuensi yang dilaporkan 6% sampai 15%.

Sedangkan menurut statistik tentang 3509 kasus sectio caesaria yang disusun oleh

Peel dan Chamberlein, indikasi untuk sectio caesaria dalah disproporsi janin-

panggul 21%, gawat janin 14%, plasenta previa 11%, pernah sectio caesaria 11%,

kelainan letak janin 10%, pre eklampsi dan hipertensi 7%, dengan angka kematian

1
ibu sebelum dikoreksi 17%, dan sesudah dikoreksi 0,5% sedangkan kematian

janin 14,5%.

Angka kematian ibu dan perinatal di Indonesia masih tinggi. Kejadian

persalinan terbesar adalah persalinan normal, persalinan tertinggi terjadi pada

usia 19-24 tahun, dan paritas tertinggi adalah primiparitas. Insidensi pengakhiran

paling tinggi adalah ”Sectio Caesaria”, dengan indikasi paling

tinggi ”Cephalo pelvicdisproportion”. Pertolongan persalinan Cephalo pelvic

disproportion melalui jalan vaginal memerlukan perhatian karena dapat

menimbulkan komplikasi kesakitan,cacat permanen sampai dengan kematian bayi.

Memperhatikan komplikasipertolongan persalinan Cephalo pelvic

disproportionmelalui jalan vaginal, maka sebagian besar pertolongan persalinan

Cephalo pelvic disproportion dilakukan dengan sectio caesaria.

1.2. Tujuan Penulisan

1.2.1. TujuanUmum

Mengetahui tentang Cephalopelvic Disporpotion dan penatalaksanaannya

1.2.2. TujuanKhusus

 Untuk dapat menegakkan diagnosis Cephalopelvic Disporpotionpada


pasien

 Untuk dapat mengetahuifaktor resiko Cephalopelvic Disporpotion

 Untuk mengetahu tatalaksana yang tepat pada Cephalopelvic

Disporpotion.

2
1.3. ManfaatPenulisan

- Untuk mengetahui pencegahan / menurunkan faktor resiko terjadinya

Cephalopelvic Disporpotion

- Untuk menambah wawasan mengenai Cephalopelvic Disporpotion

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

CPD (cephalopelvic disporpotion) adalah keadaan dimana kepala bayi


dianggap terlalu besar untuk melewati panggul wanita . CPD ini disebabkan oleh
panggul sempit, janin yang besar ataupun kombinasi keduanya.

Pada umumnya (85%) persalinan berlangsung spontan. Suatu proses persalinan


yang berlangsung pada wanita hamil sangat dipengaruhi oleh tiga parameter :

 Power yaitu kekuatan His dan kekuatan mengedan dari ibu.


 Pelvis yaitu keadaan jalan lahir.
 Passenger yaitu keadaan janin yang dikandung.

2.1.1 Anatomi Panggul dan Ukuran Panggul

a. Anatomi Panggul

Jalan lahir dibagi atas (1) bagian tulang, terdiri atas tulang-tulang panggul
dengan persendiannya (artikulasio), (2) bagian lunak, terdiri atas otot, jaringan
dan ligament.1,2

Panggul/pelvis terdiri dari 4 tulang yaitu: (1) sacrum (2) coccygis (3)
duatulang inominata (os coxae) yang mrp gabungan dari ilium, ischium, dan
pubis. Secara fungsional panggul terdiri atas 2 bagian yang disebut pelvis mayor
dan pelvis minor oleh bidang aperture pelvis superior (disebut juga PAP). PAP
dibentuk oleh: promontorium os sacrum di bagian posterior, linea illiopectinea
(linea terminalis dan pectin os pubis) di lateral, dan symfisis os pubis di posterior.
1,2

Rongga panggul ialah pelvis verum/pelvis minor. Bentuk pelvis minor ini
meyerupai suatu saluran yang mempunyai sumbu melengkung ke depan (sumbu
carus) sampai dekat H III sumbu itu lurus, sejajar sacrum, untuk seterusnya
melengkung ke depan. 2

4
Gambar 1. Anatomi Panggul

b. Ukuran Panggul dalam:

- Pintu Atas Panggul

Pintu atas panggul dibentuk oleh promontorium corpus vertebra


sacrum 1, linea innominata, serta pinggir atas simfisis. Konjugata
diagonalis adalah jarak dari pinggir bawah simfisis ke promontorium,
Secara klinis, konjugata diagonalis dapat diukur dengan memasukkan jari
telunjuk dan jari tengah yang dirapatkan menyusur naik ke seluruh
permukaan anterior sacrum, promontorium teraba sebagai penonjolan
tulang. Dengan jari tetap menempel pada promontorium, tangan di vagina
diangkat sampai menyentuh arcus pubis dan ditandai dengan jari telunjuk
tangan kiri. Jarak antara ujung jari pada promontorium sampai titik yang
ditandai oleh jari telunjuk merupakan panjang konjugata diagonalis.

Diameter anteroposterior (konjugata vera, panjang ± 11cm ): jarak


antara promontorium os sacrum sampai ke tepi atas simfisis os pubis.
Tidak dapat diukur secara klinik pada pemeriksaan fisik. Secara klinik
dapat diukur konjugata diagonalis, jarak antara promontorium os sacrum
dengan tepi bawah simfisis os pubis. CV = CD-1,5. (normal konjugata
vera ≥11 cm) ingat bila kita tidak dapat meraba promontorium maka pasti
ukuran konjugata vera itu normal. Diameter transversa: diameter
terpanjang kiri-kanan PAP. (panjang ±12,5-13 cm)

5
simfisis dengan promontorium, Selisih antara konjugata vera
dengan konjugata obstetrika sedikit sekali.

Gambar 2. Diameter pada Pintu Atas Panggul

- Panggul Tengah (Pelvic Cavity)


Ruang panggul ini memiliki ukuran yang paling luas. Pengukuran
klinis panggul tengah tidak dapat diperoleh secara langsung. Terdapat
penyempitan setinggi spina isciadika, sehingga bermakna penting pada
distosia setelah kepala engagement. Jarak antara kedua spina ini yang
biasa disebut distansia interspinarum merupakan jarak panggul terkecil
yaitu sebesar 10,5 cm. Diameter anteroposterior setinggi spina isciadica
berukuran 11,5 cm. Diameter sagital posterior, jarak antara sacrum dengan
garis diameter interspinarum berukuran 4,5 cm.

Gambar 3. Pintu tengah panggul

- Pintu Bawah Panggul

6
Pintu bawah panggul bukanlah suatu bidang datar namun terdiri
dari dua segitiga dengan dasar yang sama yaitu garis yang
menghubungkan tuber isciadikum kiri dan kanan. Pintu bawah panggul
yang dapat diperoleh melalui pengukuran klinis adalah jarak antara kedua
tuberositas iscii atau distansia tuberum (10,5 cm), jarak dari ujung sacrum
ke tengah-tengah distensia tuberum atau diameter sagitalis posterior (7,5
cm), dan jarak antara pinggir bawah simpisis ke ujung sacrum (os.
Coccygeus) 11,5 cm.

Gambar 4. Pintu bawah panggul

c. Ukuran luar panggul

1. Diameter spinarum: jarak antara kedua spina iliaka anterior superior


sinistra dan dekstra (24 cm-26 cm).
2. Diameter kristarum : jarak yang terpanjang antara dua tempat yang
simetris pada Krista iliaka sinistra dan dekstra. (28 cm-30 cm)
3. Diameter oblikua eksterna: jarak antara spina iliaka posterior sinistra
dengan spina iliaka anterior superior dekstra dan sebaliknya. (bila
asimetrik maka ukuran kedua diameter oblikua akan jauh berbeda)
4. Distansia intertrokanterika (±31 cm): jarak antara kedua buah trokanter
mayor

5. Distansia Intertuberum : >90º (normal)

7
Dalam obstetric dikenal 4 jenis panggul (pembagian Caldwell dan Moloy, 1933)
yang mempunyai ciri2 PAP sebagai berikut:1,2,6

1. Jenis ginekoid panggul baik untuk perempuan. Ditemukan pada 45%


perempuan. Panjang diameter AP hampir sama dengan diameter transversa
2. Jenis anthropoid: Ditemukan pada 35% perempuan, Bentuk lonjong seperti
telur dengan panjang diameter AP lebih besar dari pada diameter
transversa.
3. Jenis android: bentuk panggul pria. Ditemukan pada 15% perempuan.
Bentuk segitiga dimana panjang diameter AP hampir sama dengan
diameter transversa, diameter transversa terbesar terletak di posterior dekat
sacrum, sedangkan bagian depannya menyempit ke depan.
4. Jenis platipeloid: ditemukan pada 5% perempuan. Panjang diameter AP
lebih kecil daripada diameter transversa.

Gambar 5. Bentuk panggul

2.2 Etiologi
Penyebab dari cephalopelvic disproportion:
1. Janin yang besar
2. Kelainan posisi dan presentasi
3. Panggul sempit

I. Janin yang Besar

8
Janin yang besar ialah janin yang beratnya lebih dari 4000 gram. Menurut
kepustakaan lain, anak yang besar dapat menimbulkan kesulitan dalam persalinan
jika beratnya lebih dari 4500 gram.
Penyebab anak besar yaitu:
 Diabetes mellitus
 Herediter
 Multiparitas
Kesukaran yang ditimbulkan dalam persalinan karena besarnya kepala atau
besarnya bahu. Karena regangan dinding rahim oleh anak yang sangat besar, dapat
timbul inersia uteri dan kemungkinan perdarahan postpartum akibat atonia uteri
juga lebih besar.
Jika panggul normal biasanya diusahakan persalinan pervaginam karena
penentuan besarnya anak dengan palpasi Leopold sangat sulit. Pemeriksaan USG
dapat membantu diagnosis bila anak letak kepala dan kepala belum masuk pintu
atas panggul.

II. Kelainan Posisi dan Presentasi


Yang termasuk kelainan posisi dan presentasi yaitu :
a.Presentasi muka
Presentasi muka adalah presentasi kepala dengan defleksi maksimal hingga
oksiput mengenai punggung dan muka terarah ke bawah (kaudal terhadap ibu).
Presentasi muka dapat disebabkan:
 Panggul sempit
 Bayi besar
 Multiparitas
 Lilitan tali pusat di leher
 Anencephal
Presentasi muka kadang-kadang dapat dicurigai dalam kehamilan jika dari
pemeriksaan luar ditemukan:
o Tonjolan kepala sepihak dengan punggung
o Ditemukan sudut fabre
o BJJ sepihak dengan bagian kecil.

9
Sedangkan dalam persalinan yaitu dengan pemeriksaan dalam, pada pembukaan
yang cukup besar, akan teraba pinggir orbita, hidung, tulang pipi, mulut, dan dagu.

Gambar 6. Presentasi Muka

Pengelolaan pada presentasi muka:


Kala I : observasi sampai pembukaan lengkap
Kala II : Bila dagu di depan, persalinan pervaginam atau ekstraksi forceps. Tetapi,
bila dagu tetap di belakang, dilakukan seksio sesarea.

b. Presentasi Dahi
Presentasi dahi adalah presentasi kepala dengan defleksi yang sedang.
Etiologinya hampir sama dengan presentasi muka. Biasanya merupakan keadaan
sementara dan sering berubah menjadi presentasi muka atau belakang kepala.
Presentasi dahi jarang dapat diketahui dalam kehamilan. Namun dapat
dicurigai keadaan tersebut bila dengan pemeriksaan luar ditemukan:
o Tonjolan kepala teraba sepihak dengan punggung anak.
o BJJ sepihak dengan bagian kecil.
Biasanya presentasi dahi baru didiagnosis saat persalinan yaitu dengan
pemeriksaan dalam. Pada pembukaan yang cukup besar, akan teraba sutura
frontalis, ubun-ubun besar, pinggir orbita, dan pangkal hidung.
Pada presentasi dahi yang bersifat sementara, anak dapat lahir spontan
sebagai presentasi belakang kepala atau muka. Jika presentasi dahi menetap, janin

10
tidak mungkin lahir pervaginam sehingga persalinan diakhiri dengan seksio
sesarea, kecuali bila janin sangat kecil (TBBJ < 1800 gram).

Gambar 7. Presentasi Dahi

c. Presentasi puncak kepala


Presentasi puncak kepala adalah presentasi kepala dengan
defleksi/ekstensi minimal dengan sinsiput merupakan bagian terendah.dengan
bagian terbawah janin yaitu puncak kepala, pada pemeriksaan dalam teraba UUB
yang paling rendah, dan UUB sudah berputar ke depan
Pada umumnya presentasi puncak kepala merupakan kedudukan sementara
yang kemudian berubah menjadi presentasi belakang kepala. Mekanisme
persalinannya hampir sama dengan posisi oksipitalis posterior persistens,
sehingga keduanya sering kali dikacaukan satu dengan yang lainnya.
Perbedaannya ialah : pada presentasi puncak kepala tidak terjadi fleksi kepala
yang maksimal, sedangkan lingkaran kepala yang melalui jalan lahir adalah
sirkumferensia frontooksipitalis.

11
Gambar 8.Presentasi puncak kepala

d. Kelainan Posisi (Positio Occipito Posterior Persistent)

Keadaan Positio Occipito Posterior Persistent atau presentasi ubun-ubun


kecil di belakang adalah suatu keadaan yang disebabkan kegagalan rotasi interna.
Etiologinya yaitu kelainan panggul, kesempitan panggul tengah, KPD,
fleksi kepala kurang serta inersia uteri.
Adakalanya oksiput berputar ke belakang dan anak lahir dengan muka di
bawah simfisis. Ini terutama terjadi bila fleksi kepala kurang. Untuk menghindari
rupture perinei totalis, episiotomi harus dibuat lebih lebar karena dalam hal ini
perineum diregang oleh sirkumferensia oksipito frontalis. Hanya sebagian kecil
(4%) dari posisi oksipito posterior yang memerlukan pertolongan pembedahan.
Penyulit yang timbul dalam persalinan yaitu kala II yang lebih panjang.
Umumnya dapat lahir spontan, namun bila ada indikasi dapat dipilih antara vakum
atau forceps.

III. Panggul Sempit

Batasan panggul sempit menurut Pedoman diagnosis dan Terapi Obstetri


dan Ginekologi RSHS yaitu setiap kelainan pada diameter panggul yang
mengurangi kapasitas panggul, sehingga dapat menimbulkan distosia pada
persalinan.

Pengaruh panggul sempit pada kehamilan :


1. Retroflexi uteri gravidi incarcerate
2. Kepala tidak dapat turun pada bulan terakhir
3. Fundus menonjol ke depan hingga perut menggantung
4. Abdomen pendulum pada primi gravid
5. Biasanya anak lebih kecil dari ukuran bayi rata-rata

12
Gambar 9. Abdomen Pendulum dengan Kehamilan.

Pengaruh pada persalinan :


1. Persalinan lebih lama dari biasanya, karena gangguan pembukaan ataupun
banyaknya waktu yang diperlukan untuk moulage kepala anak. Kelainan
pembukaan dapat terjadi karena ketuban belum pecah sebelum waktunya
karena bagian depan kurang menutup pintu atas panggul, selanjutnya
setelah ketuban pecah kepala tidak dapat menekan pada serviks karena
tertahan pada pintu atas panggul.
2. Sering terjadi kelainan presentasi atau posisi
3. Ruptur uteri, jika his menjadi telalu kuat dalam usaha mengatasi rintangan
yang ditimbulkan panggul sempit.
4. Sebaliknya, jika otot rahim menjadi lelah karena rintangan oleh pangul
sempit, dapat terjadi infeksi intrapartum.
5. Fistel vesikovaginal dan rektovaginal, akibat tekanan lama pada jaringan
yang dapat menimbulkan iskemi yang menyebabkan nekrosis.
6. Ruptur simfisis (simfisiolisis), pasien merakan nyeri di daerah simfisis dan
tidak dapat mengangkat tungkainya.
7. Paresis kaki ibu akibat tekanan dari kepala pada urat-urat saraf di dalam
rongga panggul. Yang paling sering terjadi adalah kelumpuhan nervus
peroneus.

13
Pengaruh pada anak :
1. Kematian perinatal meningkat pada partus yang lama.
2. Prolapsus foeniculi
3. Perdarahan otak karena moulage yang kuat, terutama jika diameter
biparietal berkurang lebih dari 0,5 cm.

Tabel 1.Pola Persalinan Kriteria Diagnostik Penanganan yang dianjurkan


Penanganan Khusus

Panggul dengan ukuran normal tidak akan mengalami kesukaran kelahiran


pervaginam pada janin dengan berat badan yang normal. Ukuran panggul dapat
menjadi lebih kecil karena pengaruh gizi, lingkungan atau hal lain sehingga
menimbulkan kesulitan pada persalinan pervaginam. Panggul sempit yang penting
pada obstetric bukan sempit secara anatomis namun panggul sempit secara
fungsional artinya perbandingan antara kepala dan panggul. Selain panggul sempit
dengan ukuran yang kurang dari normal, juga terdapat panggul sempit lainnya.
Panggul ini digolongkan menjadi empat, yaitu:

14
1. Kelainan karena gangguan pertumbuhan intrauterine: panggul Naegele,
panggul Robert, split pelvis, panggul asimilasi.
2. Kelainan karena kelainan tulang dan/ sendi: rakitis, osteomalasia,
neoplasma, fraktur, atrofi, nekrosis, penyakit pada sendi sakroiliaka dan
sendi sakrokoksigea.
3. Kelainan panggul karena kelainan tulang belakang: kifosis, skoliosis,
spondilolistesis.
4. Kelainan panggul karena kelainan pada kaki: koksitis, luksasio koksa,
atrofi atau kelumpuhan satu kaki.

Setiap penyempitan pada diameter panggul yang mengurangi kapasitas


panggul dapat menyebabkan distosia saat persalinan. penyempitan dapat terjadi
pada pintu atas panggul, pintu tengah panggul, pintu bawah panggul, atau panggul
yang menyempit seluruhnya

Klasifikasi panggul sempit :


a. Kesempitan pintu atas panggul
b. Kesempitan bidang tengah
c. Kesempitan pintu bawah panggul

2.3 Diagnosis
Terhentinya kemajuan pembukaan serviks dan penurunan kepala walaupun
His adekuat. CPD terjadi akibat janin terlalu besar dan atau panggul ibu kecil.

Waspadai CPD terutama pada keadaan

 Arkus pubis <90˚

 Teraba promontorium

 Teraba spina ischiadika

 Teraba linea innominate

 Pada primigravida bagian terbawah tidak masuk ke pintu atas panggul


pada usia > 36 minggu

15
Kriteria diagnosis :
a. Kesempitan pintu atas pangul
Panggul sempit relatif : Jika konjugata vera > 8,5-10 cm
Panggul sempit absolut : Jika konjugata vera < 8,5 cm
b. Kesempitan panggul tengah
Bidang tengah panggul terbentang antara pinggir bawah simfisis dan spina
os ischii dan memotong sacrum kira-kira pada pertemuan ruas sacral ke-4
dan ke-5.
Ukuran yang terpenting dari bidang ini ialah:
1. Diameter transversa (diameter antara kedua spina) – 10,5 cm.
2. Diameter anteroposterior dari pinggir bawah simfisis ke pertemuan
ruas sakral ke-4 dan ke-5 – 11,5 cm.
3. Diameter sagitalis posterior dari pertengahan garis antara kedua spina
ke pertemuan sacral ke-4 dan ke-5 – 5 cm.
Dikatakan bahwa bidang tengah panggul itu sempit jika :
1. Jumlah diameter transversa dan diameter sagitalis posterior 13,5
cm atau kurang (10,5 cm + 5 cm = 15,5 cm).
2. Diameter antara spina kurang dari 9 cm .
Ukuran-ukuran bidang tengah panggul tidak dapat diperoleh secara
klinis harus diukur secara rontgenologis, tetapi jika dapat juga
menduga adanya kesempitan bidang tengah panggul jika:
1. Spina ischiadica sangat menonjol.
2. Dinding samping panggul konvergen.
3. Diameter antara tuber ischii 8,5 cm atau kurang.
c. Kesempitan pintu bawah panggul
Bila jarak antara tuber os ischii 8 cm atau kurang.

16
Gambar 10. Bidang Panggul

Persangkaan panggul sempit – Seseorang harus ingat akan kemungkinan panggul


sempit jika:
a. Pada primipara, kepala anak belum turun setelah minggu ke 36.
b. Pada primipara ada perut menggantung.
c. Pada multipara, persalinan yang dulu-dulu sulit.
d. Ada kelainan letak pada hamil tua.
e. Terdapat kelainan bentuk badan ibu (cebol, skoliosis, pincang, dll.)
f. Tanda Osborn positif

Teknik perasat Osborn:


1. Pasien terlentang, tungkai sedikit fleksi.
2. Kepala janin dipegang oleh tangan kiri pemeriksa.
3. Dua jari lainnya di atas simfisus, permukaan jari berada pada permukaan
anterior dari simfisis.
4. Tentukan derajat tumpang tindih ketika kepala janin ditekan ke bawah dan
ke belakang.
Interpretasi perasat Osborn:
- Kepala dapat ditekan ke dalam panggul, tidak terdapat tumpang tindih dari
tulang parietal, berarti CPD (-).

17
- Kepala dapat ditekan sedikit, terdapat sedikit tumpang tindih dari tulang
parietal, sekitar 0,5 cm, berarti CPD sedang. Pemeriksaan dilanjutkan
dengan perasat Muller.
- Kepala tidak dapat dimasukkan ke dalam tulang panggul, tulang parietal
menggantung di atas simfisis dengan dibatasi jari, berarti CPD positif.

Teknik perasat Muller:


1. Pasien terlentang, tungkai sedikit fleksi.
2. Satu tangan memegang kepala dari luar di atas simfisis.
3. Dua jari dari tangan yang lain masuk ke dalam vagina, sampai pintu atas
panggul.
4. Tangan luar mendorong kepala anak ke arah simfisis.

Interpretasi perasat Muller:


- Kepala anak teraba oleh kedua jari, berarti CPD (-).
- Kepala anak tidak teraba oleh kedua jari, berarti CPD (+).

Prognosis persalinan dengan panggul sempit tergantung pada berbagai factor,


diantaranya:
1. Bentuk Panggul
2. Ukuran panggul jadi derajat kesempitan.
3. Kemungkinan pergerakan dalam sendi-sendi panggul.
4. Besarnya kepala dan kesanggupan moulage kepala.
5. Presentasi dan posisi kepala.
6. His.
Diantara faktor-faktor tersebut, yang dapat diukur secara pasti dan sebelum
persalinan berlangsung hanya ukuran-ukuran panggul. Oleh karena itu, ukuran
tersebut sering menjadi dasar untuk memperkirakan jalannya persalinan.
Pada panggul sempit absolute, yaitu CV < 8,5 cm, dilakukan seksio sesarea.
Berdasarkan literatur, tidak ada anak yang cukup bulan yang dapat lahir
pervaginam dengan selamat jika CV < 8,5 cm.

18
Pada kesempitan pintu atas panggul, banyak faktor yang mempengaruhi hasil
persalinan pada panggul dengan CV antara 8,5-10 cm (panggul sempit relatif),
antara lain:
- Riwayat persalinan yang lampau
- Besarnya presentasi dan posisi anak
- Pecahnya ketuban sebelum waktunya memperburuk prognosis
- His
- Lancarnya pembukaan
- Adanya infeksi intrapartum
- Bentuk panggul dan derajat kesempitannya.

Karena banyaknya faktor tersebut, pada panggul sempit relative dilakukan partus
percobaan.

2.4 Penatalaksanaan

Penanganan pada disproporsi kepala panggul yaitu :

1. Partus percobaan
Partus percobaan adalah percobaan untuk melakukan persalinan per
vaginam pada wanita-wanita dengan pangul relatif sempit. Partus
percobaan hanya dilakukan pada letak belakang kepala.
Partus percobaan dimulai pada permulaan persalinan dan berakhir setelah
kita mendapat keyakinan bahwa persalinan tidak dapat berlangsung per
vaginam atau setelah anak lahir per vaginam. Partus percobaan dikatakan
berhasil jika anak lahir per vaginam secara spontan atau dibantu dengan
ekstraksi (forceps atau vakum) dan anak serta ibu dalam keadaan baik

Kita hentikan partus percobaan jika:


 Pembukaan tidak atau kurang sekali kemajuannya.
 Keadaaan ibu atau anak menjadi kurang baik.
 Adanya lingkaran retraksi yang patologis.
 Setelah pembukaan lengkap dan ketuban pecah walaupun his
cukup baik dan dilakukan pimpinan persalinan dengan baik,

19
bagian kepala dengan diameter terbesar dalam 1 jam tetap tidak
mau melewati pintu atas panggul.
 Forseps atau vakum gagal.

Dalam keadaan –keadaan tersebut, dilakukan seksio sesarea, Jika seksio


sesarea dilakukan pada saat pembukaan sudah lengkap dan atas indikasi
sebab-sebab yang menetap(patus percobaan lengkap dan gagal), pada
persalinan berikutnya tidak ada gunanya untuk melakukan persalinan
percobaan lagi.

2. Seksio sesarea
Seksio sesarea elektif dilakukan pada kesempitan panggul berat dengan
kehamilan aterm, atau disproporsi sephalopelvik yang nyata. Seksio juga
dapat dilakukan pada kesempitan panggul ringan apabila ada komplikasi
seperti primigravida tua dan kelainan letak janin yang tak dapat diperbaiki.
Seksio sesarea sekunder (sesudah persalinan selama beberapa waktu)
dilakukan karena peralinan perobaan dianggap gagal atau ada indikasi
untuk menyelesaikan persalinan selekas mungkin sedangkan syarat
persalinan per vaginam belum dipenuhi.
Seksio sesarea elektif dilakukan pada kesempitan panggul berat
dengan kehamilan aterm, atau disproporsi sephalopelvik yang nyata.
Seksio juga dapat dilakukan pada kesempitan panggul ringan apabila ada
komplikasi seperti primigravida tua dan kelainan letak janin yang tak
dapat diperbaiki.
Seksio sesarea sekunder (sesudah persalinan selama beberapa
waktu) dilakukan karena peralinan perobaan dianggap gagal atau ada
indikasi untuk menyelesaikan persalinan selekas mungkin sedangkan
syarat persalinan per vaginam belum dipenuhi
Bila seksio sesarea dilakukan pada saat pembukaan belum lengkap
atas indikasi ibu atau anak yang kurang baik (partus percobaan belum
lengkap/gagal), persalinan percobaan yang dipersingkat dapat dicoba lagi
pada persalinan berikutnya. Dalam hal ini, pimpinan persalinan berikutnya
mengikuti protocol yang berlaku bagi persalinan pada bekas seksio
sesarea.

20
Pada kesempitan bidang tengah panggul, dapat timbul gangguan
putaran paksi jika diameter antara kedua spina <9 cm sehingga kadang-
kadang diperlukan seksio sesarea.
Jika persalinan terhenti karena kesempitan bidang tengah panggul,
baiknya dipergunakan ekstraktor vakum karena ekstraksi dengan forceps
memperkecil ruangan jalan lahir. Upaya ini dapat digolongkan ekstraksi
vakum percobaan, yang berarti tidak bolah dipaksakan.
Pintu bawah panggul dikatakan sempit jika jarak antara tuber os
ischii < 8 cm. Jika jarak ini berkurang, dengan sendirinya arkus pubis
meruncing. Oleh karena itu, biasanya arkus pubis dapat dipergunakan
untuk menentukan kesempitan pintu bawah panggul.
Menurut Thoms, distosia dapat terjadi jika jumlah ukuran antar
kedua tuber ischii dan diameter sagitalis posterior <15 cm (normal 11 cm
+ 7,5 cm = 18,5 cm).
Jika pintu bawah panggul sempit, biasanya bidang tengah panggul
juga sempit. Kesempitan pintu bawah panggul jarang memaksa kita
melakukan seksio sesarea, yang biasanya dapat diselesaikan dengan
forceps dan dengan episiotomy yang cukup luas.

3. Simfisiotomi
Tindakan ini dilakukan dengan memisahkan panggul kiri dan kanan pada
simfisis. Tindakan ini sudah tidak dilakukan lagi.

4. Kraniotomi dan Kleidotomi

Pada janin yang telah mati dapat dilakukan kraniotomi atau kleidotomi.
Apabila panggul sangat sempit sehingga janin tetap tidak dapat dilahirkan,
maka dilakukan seksio sesarea.

21
BAB III

LAPORAN KASUS

IDENTITAS

Nama : Ny. AD
Umur : 19 tahun
Pekerjaan : IRT

22
NO.MR : 160375
Alamat : Kandang Aur
Tanggal Masuk : 19 Desember 2017

3.2 ANAMNESA

Keluhan Utama

Seorang wanita berusia 19 tahun datang ke IGD RSUD Solok pada tanggal 19

Desember 2017 pukul 21.45 WIB datang diantar keluarga dengan Keluhan

Utama nyeri perut menjalar ke ari-ari sejak 12 jam SMRS.

Riwayat Penyakit Sekarang :

 Nyeri pinggang (+) menjalar ke ari-ari sejak 12 jam SMRS

 Keluar darah bercampur lendir dari kemaluan sejak 12 jam SMRS

 Keluar air-air dari kemaluan (+)

 Keluar darah yang banyak dari kemaluan (-)

 HPHT : 2 Maret 2017 TP : 9 Desember 2017

 Tidak haid sejak ± 9 bulan yang lalu

 Gerak anak dirasakan sejak ± 5 bulan yang lalu

 RHM : Mual (-), muntah (-), perdarahan (-)

 RHT : Mual (-), muntah (-), perdarahan (-)

 ANC : kontrol ke bidan 5 kali pada usia kehamilan 2, 4, 6, 7, 8 bulan

Riwayat Penyakit Dahulu:

23
Tidak ada riwayat alergi, asma dan penyakit paru lainnya, penyakit darah
tinggi, penyakit kencing manis, penyakit jantung, paru, hati, dan ginjal lainnya

Riwayat Menstruasi

Menarche umur 12 th, siklus haid teratur, lama nya 5-6 hari, 2-3x ganti
duk, nyeri haid (-)

Riwayat Penyakit Keluarga :


Tidak ada riwayat keluarga mempunyai penyakit keturunan, menular dan
kejiwaan.

Riwayat Perkawinan :Satu kali di tahun 2017


Riwayat Kehamilan / Abortus / Persalinan :1 / 0 / 0
1. Kehamilan sekarang
Riwayat Kontrasepsi: (-)
Riwayat Imunisasi :(-)

Riwayat pendidikan : Tamatan SMP

Riwayat pekerjaan : Ibu rumah tangga

PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Sedang
Kesadaran : Compos Mentis Cooperatif
Tinggi Badan : 149 cm
Berat Badan sebelum hamil : 45 Kg
Berat Badan sesudah hamil : 52 Kg
BMI : 20,2 Kg/m² (Normoweight)
Status gizi : Baik
Vital sign :
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Nadi : 85 x/menit
Nafas : 18 x/menit
Temperatur : 36,6 0C

24
Kepala : Normochepal
Mata : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-
Leher : JVP 5-2 cm H2O, kelenjar tiroid tidak teraba membesar
Thorak :
 Cor
 Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
 Palpasi : ictus cordis teraba di LMCS ICS V
 Perkusi : batas jantung dalam batas normal
o Kanan : ICS IV parasternal dekstra
o Kiri : ICS II midclavikula sinistra
o Atas : ICS II parasternal sinistra
 Auskultasi : bunyi jantung murni reguler, murmur (-), Gallop
(-)
 Pulmo
 Inspeksi : simetris, kiri=kanan
 Palpasi : vokal fremitus, kiri=kanan
 Perkusi : sonor, kiri=kanan
 Auskultasi : vesikuler +/+, ronkhi -/-, wheezing -/-
Abdomen : lihat status obstetrikus
Genitalia : lihat status obstetrikus
Ekstremitas : edema -/-, Refleks Fisiologis +/+, Refleks Patologis -/-

Status Obstetrikus
Muka : Chloasma gravidarum (+)
Mammae : membesar, tegang, areolla & papilla hiperpigmentasi,
colostrum(+)

Abdomen :

Inspeksi : Tampak membuncit sesuai dengan usia kehamilan aterm, Linea


mediana hiperpigmentasi, striae gravidarum(+), sikatrik (-)

Palpasi : L1 : TFU teraba 3 jari dibawah processus xyphoideus

25
Teraba massa besar, lunak, noduler.

L2 : Teraba tahanan terbesar janin di sebelah kanan ibu

Teraba bagian-bagian kecil janin di sebelah kiri ibu.

L3 : Teraba massa bulat, keras, floating

L4 : konvergen

TFU = 35 cm TBA : 3410 gr His : 2-3x’/25”/S

DJJ : 135-145 x/i

Perkusi : Tidak dilakukan

Auskultasi : BU (+) N

Genitalia :
Inspeksi : V/U tenang, tumor (-), fluksus (-)
Vaginal Toucher : Ø (1-2 cm), Ketuban (-)
Teraba portio tebal, presentasi kepala floating
Perasat Osborn : (+)
Perasat Muller : (+)

UPD : Promontorium Teraba ( CD = 10 cm)


Linea inominata teraba > 1/3-1/3
Dinding samping panggul lurus
Os sakrum cekung
Spina ischiadika sedikit menonjol
Os coccygeus mudah digerakkan
Arcus Pubis < 90˚
UPL : DIT tidak dapat dilalui oleh satu tinju orang dewasa < 10,5 cm
UPD dan UPL : kesan panggul sempit

PEMERIKSAAN PENUNJANG

26
Laboratorium :
Hemoglobin : 12,9gr%
Hematokrit : 39,2 %
Leukosit : 12.260 /mm3
Trombosit : 421.000 /mm3
HBsAg : (-)
HIV : (-)
PT : 10,8 detik
APTT : 29,4 detik

DIAGNOSIS KERJA

G1P0A0H0 Parturien aterm 40-41 minggu kala 1 fase laten + CPD panggul sempit
absolut
Janin hidup tunggal intrauterine presentasi kepala floating.

Sikap :
 Kontrol keadaan umum, vital sign, his, dan DJJ
 Informed consent
 IVFD RL 20 tpm
 Inj. Ceftriaxon 1 x 2gr
 Kateterisasi urin
 Konsul anestesi
 Konsul perinatologi

Rencana : Sectio Caesarea

Laporan SC : Tanggal 19 Desember 2017

Pukul 22.15

• Pasien tidur telentang di atas meja operasi dalam anestesi spinal

• Dilakukan tindakan aseptik dan antiseptik di lapangan operasi

• Dipasang duk steril

27
• Dilakukan insisi pfannenstiel

• Insisi dilanjutkan lapis demi lapis sampai menembus peritoneum

• Setelah peritoneum terbuka tampak uterus gravid sesuai palpasi dari luar

• Dilakukan insisi semilunar pada SBR

• Tampak selaput ketuban utuh, ketuban dipecahkan, cairan ketuban jernih

• Bayi dilahirkan dengan cara meluksir kepala.

• Dilakukan explorasi untuk membersihkan sisa perlekatan plasenta di


uterus

• Uterus di jahit 2 lapis

• Dinding abdomen dijahit lapis demi lapis

• Perdarahan selama tindakan ± 200 cc

Kondisi pasien pasca operasi baik.

Pukul 22.30

Lahir bayi :

JK : Perempuan

BB : 3670 gram

PB : 50 cm

A/S : 7/8

Plasenta dilahirkan dengan tarikan ringan pada tali pusat, lahir lengkap 1 buah
utuh, ukuran 17 x 15 x 4 cm, berat ± 500 gram, PJTP ± 50 cm

28
A/ P1A0H1 Post SCTTP ai CPD panggul sempit absolut
S/ Kontrol KU, VS, PPV, Kontraksi Uterus ,urin
Awasi kala 4
R/ IVFD RL + drip Oxytocin : Metergin (1:1) 28tpm
Kateter Urin
Cefadroxil 2x500mg
Asammefenamat 3x500mg
Vitamin c 3x50mg
Sulfas Ferosus 1x300mg

Sikap
 Awasi kala IV
WAKTU TD NADI
NAFA SUH TFU KONTRAK URIN PERDARAHA
S U SI E N
23.00 110/80 80x/i 20x/i 36,5 Sejajar Baik 200cc 15cc
mmHg pusat dari
jam
00.30

23.15 100/70 80x/i 18x/i 36,5 Sejajar Baik 250cc 10cc


mmHg pusat dari
jam
00.30

23.30 120/80 84x/I 18x/i 36,5 Sejajar Baik 250cc 10cc


mmHg pusat dari
jam

29
00.30

23.45 120/80 84x/I 18x/i 36,5 Sejajar Baik 300cc 10cc


mmHg pusat dari
jam
00.30

00.15 110/80 80x/i 18x/i 36,5 1 jari Baik 300cc


mmHg dibawa dari
h pusat jam
00.30

00.45 120/70 80x/I 20x/i 36,5 1 jari Baik 350cc -


mmHg dibawa
h pusat Dari

Jam

00.30

Follow up 20 Desember 2017

Pukul 08.00

 S/ Nyeri luka post op (+), Demam (-),ASI (-/-), BAK (+), BAB (-)

 O/ KU Kes TD Nd Nfs T

Sdg CMC 110/70 84x/m 20x/m 36,5 0

Urin : 150 cc dari jam 06.00

Abdomen :

 Inspeksi : Luka operasi tertutup verban, darah (-)

 Palpasi : TFU 1 jari dibawah pusat, kontraksi baik NT (-), NL (-)

 Perkusi : Timpani

 Auskultasi : BU (+) Normal

Genitalia :

 Inspeksi : V/U tenang, PPV (+) 10cc

30
A/ P1A0H1 post SCTTP ai CPD panggul sempit absolut

P/ IVFD RL 28 tpm

Kateter Urin

Cefadroxil cap 500mg 2 x 1

Asam mefenamat 500 mg tab 3x1

Vitamin C 50mg 3x 1

Sulfas Ferosus 200cmg 1 x 1

Follow up 21 Desember 2017

Pukul 08.00

S/ Nyeri luka post op (+), Demam (-),ASI (+/+), BAK (+), BAB (+)

O/ KU Kes TD Nd Nfs T

Sdg CMC 90/60 84x/m 19x/m 36,6 0

Urin : 200 cc dari jam 06.00

Abdomen :

 Inspeksi : Luka operasi tertutup verban, darah (-)

 Palpasi : TFU 1 jari di bawah pusat , kontraksi baik NT (-), NL (-)

 Perkusi : Timpani

 Auskultasi : BU (+) Normal

Genitalia :

 Inspeksi : V/U tenang, PPV (+)

A/ P1A0H1 post SCTTP ai CPD panggul sempit absolut

P/ IVFD RL 20 tpm à af

Kateter Urin à af

Cefadroxil cap 2 x 500mg

Asam mefenamat 3 x 500 mg

Vitamin C 50mg 3x 1

31
Sulfas Ferosus 200cmg 1 x 1

R/ Ganti perban

Pasien Boleh pulang

BAB IV

32
ANALISIS KASUS

Telah didiagnosa seorang wanita berusia 19 th masuk ke IGD RSUD solok

pada tanggal 19 Desember 2017 pukul 21.45, pasien datang dengan keluhan nyeri

pinggang menjalar ke ari-ari sejak 12 jam yang lalu sebelum masuk rumah sakit.

Sebagai panduan untuk diskusi pada target akademia komprehensif ilmiah maka

kita akan membahas beberapa pertanyaan referensi sebagai berikut :

1. Apakah diagnosa pada pasien ini sudah benar ?

2. Apakah tatalaksana pada pasien ini sudah tepat?

3. Apa penyebab CPD pada pasien ini ?

1. Apakah diagnosa pada pasien ini sudah benar ?

Dari anamnesa diketahui pasien primipara, tidak haid sejak 9 bln yang lalu.

HPHT 02 Maret 2017 ( TP : 09 Desember 2017). Dari pemeriksaan fisik,

perut tampak membuncit sesuai dengan usia kehamilan, fundus uteri teraba 3

jari di bawah proccessus xyphiodeus,teraba tahanan terbesar janin di sebelah

kanan ibu, dan bagian bagian kecil di sisi kiri ibu, dengan TFU 35 cm. Maka

pasien dalam kehamilan aterm 40-41 minggu.

Dari anamnesa, diketahui sebelumnya pasien kontrol kebidan sebanyak 5 kali

yaitu bulan ke 2, 4, 6, 7, dan 8 kehamilan,saat ini pasien mengalami nyeri

pinggang menjalar ke ari-ari sejak 12 jam yang lalu, keluar lendir campur darah

sejak 12 jam yang lalu. Keluar air-air yang banyak dari kemaluan ada, keluar

darah yang banyak dari kemaluan tidak ada. Ini menandakan adanya inpartu.

33
Dari pemeriksaan dalam, pasien didapatkan promontorium yang teraba

(CD = 10 cm), spina ischiadika sedikit menonjol, linea innominata teraba > 1/3 –

1/3. Osborn Test (+), Muller test (+). Ø 1 – 2 cm, ketuban (-), presentasi kepala

floating.

Dari pemeriksaan laboratorium di dapatkan dalam batas normal

Bardasarkan dari anamnesa, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang,

maka diagnosa pada pasien sudah benar yaitu

G1P0A0H0 Parturien aterm 40-41 minggu kala 1 fase laten + CPD panggul

sempit absolut.

Janin hidup tunggal intrauterine presentasi kepala floating

2. Apakah tatalaksana pada pasien ini sudah tepat ?

Pasien ini direncanakan terminasi dengan cara secio caesarea. Setelah

ditegakkan adanya Cephalopelvic Disproporsion (CPD). Pemilihan degan partus

percobaan dapat dilakukan, namun resiko dalam menangani dengan partus

percobaan lebih besar.

Seksio sesarea elektif dilakukan pada kesempitan panggul berat dengan

kehamilan aterm, atau disproporsi sephalopelvik yang nyata. Seksio juga dapat

dilakukan pada kesempitan panggul ringan apabila ada komplikasi seperti

primigravida tua dan kelainan letak janin yang tak dapat diperbaiki. Seksio

sesarea sekunder (sesudah persalinan selama beberapa waktu) dilakukan karena

peralinan perobaan dianggap gagal atau ada indikasi untuk menyelesaikan

persalinan selekas mungkin sedangkan syarat persalinan per vaginam belum

dipenuhi.

34
Pertolongan persalinan CPD melalui jalan vaginal memerlukan perhatian

karena dapat menimbulkan komplikasi kesakitan, cacat permanen sampai dengan

kemantian bayi. Memperhatikan komplikasi pertolongan persalinan CPD melalui

jalan vaginal, maka sebagian besar pertolongan persalinan cephalopelvic

disproportion dilakukan dengan sectio caesaria. Bedah caesar merupakan

pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding abdomen dan

dinding uterus dan merupakan prosedur untuk menyelamatkan kehidupan. Operasi

ini memberikan jalan keluar bagi kebanyakan kesulitan yang timbul bila

persalinan pervaginam tidak mungkin atau berbahaya.

Menurut Gerhard Martius, 1997 Sectio caesaria menempati urutan kedua

setelah ekstraksi vakum dengan frekuensi yang dilaporkan 6% sampai 15%.

Sedangkan menurut statistik tentang 3509 kasus sectio caesaria yang disusun oleh

Peel dan Chamberlein, indikasi untuk sectio caesaria dalah disproporsi janin-

panggul 21%, gawat janin 14%, plasenta previa 11%, pernah sectio caesaria 11%,

kelainan letak janin 10%, pre eklampsi dan hipertensi 7%, dengan angka kematian

ibu sebelum dikoreksi 17%, dan sesudah dikoreksi 0,5% sedangkan kematian

janin 14,5 %.

3. Apakah penyebab CPD pada pasien ini ?

CPD panggul sempit terutama pada keadaan :

 Arkus pubis <90˚

 Teraba promontorium

 Teraba spina ischiadika

 Teraba linea innominate

35
 Pada primigravida bagian terbawah tidak masuk ke pintu atas panggul

pada usia > 36 minggu

Dari pemeriksaan dalam, pasien didapatkan promontorium yang


teraba (CD = 10 cm), spina ischiadika sedikit menonjol, linea innominata
teraba > 1/3 – 1/3, Maka pada pasien ini di temukan adanya CPD panggul
sempit.

36
DAFTAR PUSTAKA

1. Cunningham FG, Gant FN, Leveno KJ, dkk. Obstetri Williams. Edisi 21.
Jakarta: EGC, 2005.
2. Saifudin AB, Gulardi H, dkk. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo.
Edisi keempat. Jakarta: Tridasa Printer, 2008.
3. Israr YA, Irwan M, Lestari, dkk. Arrest of Decent- Cephalopelvc
Disproportion (CPD). 2008.

4. Sofie Rifayani, dkk. Pedoman Diagnosis dan Terapi Obstetri dan


Ginekologi RSHS, Bagian Pertama (Obstetri). Edisi 2. Bagian Obgin
RSHS. 2005.
5. Sulaiman Sastrawinata, dkk. Obstetri Patologi. Cetakan Pertama. EGC:
Jakarta. 2005.
s

37

Anda mungkin juga menyukai

  • Anatomi Payudara
    Anatomi Payudara
    Dokumen12 halaman
    Anatomi Payudara
    Wulan Firsta Angelina
    Belum ada peringkat
  • TDRFVC
    TDRFVC
    Dokumen26 halaman
    TDRFVC
    Wulan Firsta Angelina
    Belum ada peringkat
  • Jhfgidu
    Jhfgidu
    Dokumen45 halaman
    Jhfgidu
    Wulan Firsta Angelina
    Belum ada peringkat
  • Case Report Hipertiroid Dalam Kehamilan
    Case Report Hipertiroid Dalam Kehamilan
    Dokumen17 halaman
    Case Report Hipertiroid Dalam Kehamilan
    Wulan Firsta Angelina
    Belum ada peringkat
  • Uterus Usg
    Uterus Usg
    Dokumen8 halaman
    Uterus Usg
    Wulan Firsta Angelina
    Belum ada peringkat
  • KTFGJHBNM
    KTFGJHBNM
    Dokumen4 halaman
    KTFGJHBNM
    Wulan Firsta Angelina
    Belum ada peringkat
  • Bedside Teaching
    Bedside Teaching
    Dokumen14 halaman
    Bedside Teaching
    Wulan Firsta Angelina
    Belum ada peringkat
  • Cjdeuhdfj
    Cjdeuhdfj
    Dokumen1 halaman
    Cjdeuhdfj
    Wulan Firsta Angelina
    Belum ada peringkat
  • 5 Rtyghj
    5 Rtyghj
    Dokumen8 halaman
    5 Rtyghj
    Wulan Firsta Angelina
    Belum ada peringkat
  • Epiglotitis
    Epiglotitis
    Dokumen18 halaman
    Epiglotitis
    tri indriani
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantarjkgfysdh
    Kata Pengantarjkgfysdh
    Dokumen3 halaman
    Kata Pengantarjkgfysdh
    Wulan Firsta Angelina
    Belum ada peringkat
  • Ryghbn
    Ryghbn
    Dokumen11 halaman
    Ryghbn
    Wulan Firsta Angelina
    Belum ada peringkat
  • Presentation 1
    Presentation 1
    Dokumen82 halaman
    Presentation 1
    Wulan Firsta Angelina
    Belum ada peringkat
  • Dryfgvjbn
    Dryfgvjbn
    Dokumen9 halaman
    Dryfgvjbn
    Wulan Firsta Angelina
    Belum ada peringkat
  • Penyakit MYIASIS PDF
    Penyakit MYIASIS PDF
    Dokumen13 halaman
    Penyakit MYIASIS PDF
    Wulan Firsta Angelina
    Belum ada peringkat
  • Referat Faring Laring Refluks
    Referat Faring Laring Refluks
    Dokumen36 halaman
    Referat Faring Laring Refluks
    ekiekieki
    Belum ada peringkat
  • Bedside Teaching
    Bedside Teaching
    Dokumen14 halaman
    Bedside Teaching
    Wulan Firsta Angelina
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen10 halaman
    Bab I
    Wulan Firsta Angelina
    Belum ada peringkat
  • Meningitis Devi
    Meningitis Devi
    Dokumen16 halaman
    Meningitis Devi
    Wulan Firsta Angelina
    Belum ada peringkat
  • Hyperlink
    Hyperlink
    Dokumen10 halaman
    Hyperlink
    Wulan Firsta Angelina
    Belum ada peringkat
  • ANTIPSIKOTIK
    ANTIPSIKOTIK
    Dokumen12 halaman
    ANTIPSIKOTIK
    Wulan Firsta Angelina
    0% (1)
  • Bab I Pendahuluan: 1.1 Latar Belakang
    Bab I Pendahuluan: 1.1 Latar Belakang
    Dokumen15 halaman
    Bab I Pendahuluan: 1.1 Latar Belakang
    Wulan Firsta Angelina
    Belum ada peringkat
  • Hernia Nukleus Pulposus
    Hernia Nukleus Pulposus
    Dokumen31 halaman
    Hernia Nukleus Pulposus
    Wulan Firsta Angelina
    Belum ada peringkat
  • TB Paru
    TB Paru
    Dokumen43 halaman
    TB Paru
    Wulan Firsta Angelina
    Belum ada peringkat
  • 2016 HPP
    2016 HPP
    Dokumen3 halaman
    2016 HPP
    Wulan Firsta Angelina
    Belum ada peringkat
  • 2016 HPP
    2016 HPP
    Dokumen3 halaman
    2016 HPP
    Wulan Firsta Angelina
    Belum ada peringkat
  • Lapsus Fix
    Lapsus Fix
    Dokumen22 halaman
    Lapsus Fix
    Wulan Firsta Angelina
    Belum ada peringkat
  • Makalah - Syok Septik
    Makalah - Syok Septik
    Dokumen28 halaman
    Makalah - Syok Septik
    Aditya Andriana
    67% (3)
  • Lapsus Fix
    Lapsus Fix
    Dokumen22 halaman
    Lapsus Fix
    Wulan Firsta Angelina
    Belum ada peringkat