PENDAHULUAN
yang berlebihan (4000 gram atau lebih) terjadi pada 5% kelahiran aterm.Ukuran
maternal, obesitas, multiparitas, atau ukuran besar pada salah satu atau kedua
orang tua. Distosia bahu, kondisi dimana kepala janin dapat dilahirkan, tetapi
bahu anterior tidak dapat melewati bagian bawah arkus pubis,dapat terjadi pada
makrosomia.
Pertolongan persalinan CPD melalui jalan vaginal memerlukan perhatian
ini memberikan jalan keluar bagi kebanyakan kesulitan yang timbul bila
Sedangkan menurut statistik tentang 3509 kasus sectio caesaria yang disusun oleh
Peel dan Chamberlein, indikasi untuk sectio caesaria dalah disproporsi janin-
panggul 21%, gawat janin 14%, plasenta previa 11%, pernah sectio caesaria 11%,
kelainan letak janin 10%, pre eklampsi dan hipertensi 7%, dengan angka kematian
1
ibu sebelum dikoreksi 17%, dan sesudah dikoreksi 0,5% sedangkan kematian
janin 14,5%.
usia 19-24 tahun, dan paritas tertinggi adalah primiparitas. Insidensi pengakhiran
1.2.1. TujuanUmum
1.2.2. TujuanKhusus
Disporpotion.
2
1.3. ManfaatPenulisan
Cephalopelvic Disporpotion
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
a. Anatomi Panggul
Jalan lahir dibagi atas (1) bagian tulang, terdiri atas tulang-tulang panggul
dengan persendiannya (artikulasio), (2) bagian lunak, terdiri atas otot, jaringan
dan ligament.1,2
Panggul/pelvis terdiri dari 4 tulang yaitu: (1) sacrum (2) coccygis (3)
duatulang inominata (os coxae) yang mrp gabungan dari ilium, ischium, dan
pubis. Secara fungsional panggul terdiri atas 2 bagian yang disebut pelvis mayor
dan pelvis minor oleh bidang aperture pelvis superior (disebut juga PAP). PAP
dibentuk oleh: promontorium os sacrum di bagian posterior, linea illiopectinea
(linea terminalis dan pectin os pubis) di lateral, dan symfisis os pubis di posterior.
1,2
Rongga panggul ialah pelvis verum/pelvis minor. Bentuk pelvis minor ini
meyerupai suatu saluran yang mempunyai sumbu melengkung ke depan (sumbu
carus) sampai dekat H III sumbu itu lurus, sejajar sacrum, untuk seterusnya
melengkung ke depan. 2
4
Gambar 1. Anatomi Panggul
5
simfisis dengan promontorium, Selisih antara konjugata vera
dengan konjugata obstetrika sedikit sekali.
6
Pintu bawah panggul bukanlah suatu bidang datar namun terdiri
dari dua segitiga dengan dasar yang sama yaitu garis yang
menghubungkan tuber isciadikum kiri dan kanan. Pintu bawah panggul
yang dapat diperoleh melalui pengukuran klinis adalah jarak antara kedua
tuberositas iscii atau distansia tuberum (10,5 cm), jarak dari ujung sacrum
ke tengah-tengah distensia tuberum atau diameter sagitalis posterior (7,5
cm), dan jarak antara pinggir bawah simpisis ke ujung sacrum (os.
Coccygeus) 11,5 cm.
7
Dalam obstetric dikenal 4 jenis panggul (pembagian Caldwell dan Moloy, 1933)
yang mempunyai ciri2 PAP sebagai berikut:1,2,6
2.2 Etiologi
Penyebab dari cephalopelvic disproportion:
1. Janin yang besar
2. Kelainan posisi dan presentasi
3. Panggul sempit
8
Janin yang besar ialah janin yang beratnya lebih dari 4000 gram. Menurut
kepustakaan lain, anak yang besar dapat menimbulkan kesulitan dalam persalinan
jika beratnya lebih dari 4500 gram.
Penyebab anak besar yaitu:
Diabetes mellitus
Herediter
Multiparitas
Kesukaran yang ditimbulkan dalam persalinan karena besarnya kepala atau
besarnya bahu. Karena regangan dinding rahim oleh anak yang sangat besar, dapat
timbul inersia uteri dan kemungkinan perdarahan postpartum akibat atonia uteri
juga lebih besar.
Jika panggul normal biasanya diusahakan persalinan pervaginam karena
penentuan besarnya anak dengan palpasi Leopold sangat sulit. Pemeriksaan USG
dapat membantu diagnosis bila anak letak kepala dan kepala belum masuk pintu
atas panggul.
9
Sedangkan dalam persalinan yaitu dengan pemeriksaan dalam, pada pembukaan
yang cukup besar, akan teraba pinggir orbita, hidung, tulang pipi, mulut, dan dagu.
b. Presentasi Dahi
Presentasi dahi adalah presentasi kepala dengan defleksi yang sedang.
Etiologinya hampir sama dengan presentasi muka. Biasanya merupakan keadaan
sementara dan sering berubah menjadi presentasi muka atau belakang kepala.
Presentasi dahi jarang dapat diketahui dalam kehamilan. Namun dapat
dicurigai keadaan tersebut bila dengan pemeriksaan luar ditemukan:
o Tonjolan kepala teraba sepihak dengan punggung anak.
o BJJ sepihak dengan bagian kecil.
Biasanya presentasi dahi baru didiagnosis saat persalinan yaitu dengan
pemeriksaan dalam. Pada pembukaan yang cukup besar, akan teraba sutura
frontalis, ubun-ubun besar, pinggir orbita, dan pangkal hidung.
Pada presentasi dahi yang bersifat sementara, anak dapat lahir spontan
sebagai presentasi belakang kepala atau muka. Jika presentasi dahi menetap, janin
10
tidak mungkin lahir pervaginam sehingga persalinan diakhiri dengan seksio
sesarea, kecuali bila janin sangat kecil (TBBJ < 1800 gram).
11
Gambar 8.Presentasi puncak kepala
12
Gambar 9. Abdomen Pendulum dengan Kehamilan.
13
Pengaruh pada anak :
1. Kematian perinatal meningkat pada partus yang lama.
2. Prolapsus foeniculi
3. Perdarahan otak karena moulage yang kuat, terutama jika diameter
biparietal berkurang lebih dari 0,5 cm.
14
1. Kelainan karena gangguan pertumbuhan intrauterine: panggul Naegele,
panggul Robert, split pelvis, panggul asimilasi.
2. Kelainan karena kelainan tulang dan/ sendi: rakitis, osteomalasia,
neoplasma, fraktur, atrofi, nekrosis, penyakit pada sendi sakroiliaka dan
sendi sakrokoksigea.
3. Kelainan panggul karena kelainan tulang belakang: kifosis, skoliosis,
spondilolistesis.
4. Kelainan panggul karena kelainan pada kaki: koksitis, luksasio koksa,
atrofi atau kelumpuhan satu kaki.
2.3 Diagnosis
Terhentinya kemajuan pembukaan serviks dan penurunan kepala walaupun
His adekuat. CPD terjadi akibat janin terlalu besar dan atau panggul ibu kecil.
Teraba promontorium
15
Kriteria diagnosis :
a. Kesempitan pintu atas pangul
Panggul sempit relatif : Jika konjugata vera > 8,5-10 cm
Panggul sempit absolut : Jika konjugata vera < 8,5 cm
b. Kesempitan panggul tengah
Bidang tengah panggul terbentang antara pinggir bawah simfisis dan spina
os ischii dan memotong sacrum kira-kira pada pertemuan ruas sacral ke-4
dan ke-5.
Ukuran yang terpenting dari bidang ini ialah:
1. Diameter transversa (diameter antara kedua spina) – 10,5 cm.
2. Diameter anteroposterior dari pinggir bawah simfisis ke pertemuan
ruas sakral ke-4 dan ke-5 – 11,5 cm.
3. Diameter sagitalis posterior dari pertengahan garis antara kedua spina
ke pertemuan sacral ke-4 dan ke-5 – 5 cm.
Dikatakan bahwa bidang tengah panggul itu sempit jika :
1. Jumlah diameter transversa dan diameter sagitalis posterior 13,5
cm atau kurang (10,5 cm + 5 cm = 15,5 cm).
2. Diameter antara spina kurang dari 9 cm .
Ukuran-ukuran bidang tengah panggul tidak dapat diperoleh secara
klinis harus diukur secara rontgenologis, tetapi jika dapat juga
menduga adanya kesempitan bidang tengah panggul jika:
1. Spina ischiadica sangat menonjol.
2. Dinding samping panggul konvergen.
3. Diameter antara tuber ischii 8,5 cm atau kurang.
c. Kesempitan pintu bawah panggul
Bila jarak antara tuber os ischii 8 cm atau kurang.
16
Gambar 10. Bidang Panggul
17
- Kepala dapat ditekan sedikit, terdapat sedikit tumpang tindih dari tulang
parietal, sekitar 0,5 cm, berarti CPD sedang. Pemeriksaan dilanjutkan
dengan perasat Muller.
- Kepala tidak dapat dimasukkan ke dalam tulang panggul, tulang parietal
menggantung di atas simfisis dengan dibatasi jari, berarti CPD positif.
18
Pada kesempitan pintu atas panggul, banyak faktor yang mempengaruhi hasil
persalinan pada panggul dengan CV antara 8,5-10 cm (panggul sempit relatif),
antara lain:
- Riwayat persalinan yang lampau
- Besarnya presentasi dan posisi anak
- Pecahnya ketuban sebelum waktunya memperburuk prognosis
- His
- Lancarnya pembukaan
- Adanya infeksi intrapartum
- Bentuk panggul dan derajat kesempitannya.
Karena banyaknya faktor tersebut, pada panggul sempit relative dilakukan partus
percobaan.
2.4 Penatalaksanaan
1. Partus percobaan
Partus percobaan adalah percobaan untuk melakukan persalinan per
vaginam pada wanita-wanita dengan pangul relatif sempit. Partus
percobaan hanya dilakukan pada letak belakang kepala.
Partus percobaan dimulai pada permulaan persalinan dan berakhir setelah
kita mendapat keyakinan bahwa persalinan tidak dapat berlangsung per
vaginam atau setelah anak lahir per vaginam. Partus percobaan dikatakan
berhasil jika anak lahir per vaginam secara spontan atau dibantu dengan
ekstraksi (forceps atau vakum) dan anak serta ibu dalam keadaan baik
19
bagian kepala dengan diameter terbesar dalam 1 jam tetap tidak
mau melewati pintu atas panggul.
Forseps atau vakum gagal.
2. Seksio sesarea
Seksio sesarea elektif dilakukan pada kesempitan panggul berat dengan
kehamilan aterm, atau disproporsi sephalopelvik yang nyata. Seksio juga
dapat dilakukan pada kesempitan panggul ringan apabila ada komplikasi
seperti primigravida tua dan kelainan letak janin yang tak dapat diperbaiki.
Seksio sesarea sekunder (sesudah persalinan selama beberapa waktu)
dilakukan karena peralinan perobaan dianggap gagal atau ada indikasi
untuk menyelesaikan persalinan selekas mungkin sedangkan syarat
persalinan per vaginam belum dipenuhi.
Seksio sesarea elektif dilakukan pada kesempitan panggul berat
dengan kehamilan aterm, atau disproporsi sephalopelvik yang nyata.
Seksio juga dapat dilakukan pada kesempitan panggul ringan apabila ada
komplikasi seperti primigravida tua dan kelainan letak janin yang tak
dapat diperbaiki.
Seksio sesarea sekunder (sesudah persalinan selama beberapa
waktu) dilakukan karena peralinan perobaan dianggap gagal atau ada
indikasi untuk menyelesaikan persalinan selekas mungkin sedangkan
syarat persalinan per vaginam belum dipenuhi
Bila seksio sesarea dilakukan pada saat pembukaan belum lengkap
atas indikasi ibu atau anak yang kurang baik (partus percobaan belum
lengkap/gagal), persalinan percobaan yang dipersingkat dapat dicoba lagi
pada persalinan berikutnya. Dalam hal ini, pimpinan persalinan berikutnya
mengikuti protocol yang berlaku bagi persalinan pada bekas seksio
sesarea.
20
Pada kesempitan bidang tengah panggul, dapat timbul gangguan
putaran paksi jika diameter antara kedua spina <9 cm sehingga kadang-
kadang diperlukan seksio sesarea.
Jika persalinan terhenti karena kesempitan bidang tengah panggul,
baiknya dipergunakan ekstraktor vakum karena ekstraksi dengan forceps
memperkecil ruangan jalan lahir. Upaya ini dapat digolongkan ekstraksi
vakum percobaan, yang berarti tidak bolah dipaksakan.
Pintu bawah panggul dikatakan sempit jika jarak antara tuber os
ischii < 8 cm. Jika jarak ini berkurang, dengan sendirinya arkus pubis
meruncing. Oleh karena itu, biasanya arkus pubis dapat dipergunakan
untuk menentukan kesempitan pintu bawah panggul.
Menurut Thoms, distosia dapat terjadi jika jumlah ukuran antar
kedua tuber ischii dan diameter sagitalis posterior <15 cm (normal 11 cm
+ 7,5 cm = 18,5 cm).
Jika pintu bawah panggul sempit, biasanya bidang tengah panggul
juga sempit. Kesempitan pintu bawah panggul jarang memaksa kita
melakukan seksio sesarea, yang biasanya dapat diselesaikan dengan
forceps dan dengan episiotomy yang cukup luas.
3. Simfisiotomi
Tindakan ini dilakukan dengan memisahkan panggul kiri dan kanan pada
simfisis. Tindakan ini sudah tidak dilakukan lagi.
Pada janin yang telah mati dapat dilakukan kraniotomi atau kleidotomi.
Apabila panggul sangat sempit sehingga janin tetap tidak dapat dilahirkan,
maka dilakukan seksio sesarea.
21
BAB III
LAPORAN KASUS
IDENTITAS
Nama : Ny. AD
Umur : 19 tahun
Pekerjaan : IRT
22
NO.MR : 160375
Alamat : Kandang Aur
Tanggal Masuk : 19 Desember 2017
3.2 ANAMNESA
Keluhan Utama
Seorang wanita berusia 19 tahun datang ke IGD RSUD Solok pada tanggal 19
Desember 2017 pukul 21.45 WIB datang diantar keluarga dengan Keluhan
23
Tidak ada riwayat alergi, asma dan penyakit paru lainnya, penyakit darah
tinggi, penyakit kencing manis, penyakit jantung, paru, hati, dan ginjal lainnya
Riwayat Menstruasi
Menarche umur 12 th, siklus haid teratur, lama nya 5-6 hari, 2-3x ganti
duk, nyeri haid (-)
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Sedang
Kesadaran : Compos Mentis Cooperatif
Tinggi Badan : 149 cm
Berat Badan sebelum hamil : 45 Kg
Berat Badan sesudah hamil : 52 Kg
BMI : 20,2 Kg/m² (Normoweight)
Status gizi : Baik
Vital sign :
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Nadi : 85 x/menit
Nafas : 18 x/menit
Temperatur : 36,6 0C
24
Kepala : Normochepal
Mata : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-
Leher : JVP 5-2 cm H2O, kelenjar tiroid tidak teraba membesar
Thorak :
Cor
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis teraba di LMCS ICS V
Perkusi : batas jantung dalam batas normal
o Kanan : ICS IV parasternal dekstra
o Kiri : ICS II midclavikula sinistra
o Atas : ICS II parasternal sinistra
Auskultasi : bunyi jantung murni reguler, murmur (-), Gallop
(-)
Pulmo
Inspeksi : simetris, kiri=kanan
Palpasi : vokal fremitus, kiri=kanan
Perkusi : sonor, kiri=kanan
Auskultasi : vesikuler +/+, ronkhi -/-, wheezing -/-
Abdomen : lihat status obstetrikus
Genitalia : lihat status obstetrikus
Ekstremitas : edema -/-, Refleks Fisiologis +/+, Refleks Patologis -/-
Status Obstetrikus
Muka : Chloasma gravidarum (+)
Mammae : membesar, tegang, areolla & papilla hiperpigmentasi,
colostrum(+)
Abdomen :
25
Teraba massa besar, lunak, noduler.
L4 : konvergen
Auskultasi : BU (+) N
Genitalia :
Inspeksi : V/U tenang, tumor (-), fluksus (-)
Vaginal Toucher : Ø (1-2 cm), Ketuban (-)
Teraba portio tebal, presentasi kepala floating
Perasat Osborn : (+)
Perasat Muller : (+)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
26
Laboratorium :
Hemoglobin : 12,9gr%
Hematokrit : 39,2 %
Leukosit : 12.260 /mm3
Trombosit : 421.000 /mm3
HBsAg : (-)
HIV : (-)
PT : 10,8 detik
APTT : 29,4 detik
DIAGNOSIS KERJA
G1P0A0H0 Parturien aterm 40-41 minggu kala 1 fase laten + CPD panggul sempit
absolut
Janin hidup tunggal intrauterine presentasi kepala floating.
Sikap :
Kontrol keadaan umum, vital sign, his, dan DJJ
Informed consent
IVFD RL 20 tpm
Inj. Ceftriaxon 1 x 2gr
Kateterisasi urin
Konsul anestesi
Konsul perinatologi
Pukul 22.15
27
• Dilakukan insisi pfannenstiel
• Setelah peritoneum terbuka tampak uterus gravid sesuai palpasi dari luar
Pukul 22.30
Lahir bayi :
JK : Perempuan
BB : 3670 gram
PB : 50 cm
A/S : 7/8
Plasenta dilahirkan dengan tarikan ringan pada tali pusat, lahir lengkap 1 buah
utuh, ukuran 17 x 15 x 4 cm, berat ± 500 gram, PJTP ± 50 cm
28
A/ P1A0H1 Post SCTTP ai CPD panggul sempit absolut
S/ Kontrol KU, VS, PPV, Kontraksi Uterus ,urin
Awasi kala 4
R/ IVFD RL + drip Oxytocin : Metergin (1:1) 28tpm
Kateter Urin
Cefadroxil 2x500mg
Asammefenamat 3x500mg
Vitamin c 3x50mg
Sulfas Ferosus 1x300mg
Sikap
Awasi kala IV
WAKTU TD NADI
NAFA SUH TFU KONTRAK URIN PERDARAHA
S U SI E N
23.00 110/80 80x/i 20x/i 36,5 Sejajar Baik 200cc 15cc
mmHg pusat dari
jam
00.30
29
00.30
Jam
00.30
Pukul 08.00
S/ Nyeri luka post op (+), Demam (-),ASI (-/-), BAK (+), BAB (-)
O/ KU Kes TD Nd Nfs T
Abdomen :
Perkusi : Timpani
Genitalia :
30
A/ P1A0H1 post SCTTP ai CPD panggul sempit absolut
P/ IVFD RL 28 tpm
Kateter Urin
Vitamin C 50mg 3x 1
Pukul 08.00
S/ Nyeri luka post op (+), Demam (-),ASI (+/+), BAK (+), BAB (+)
O/ KU Kes TD Nd Nfs T
Abdomen :
Perkusi : Timpani
Genitalia :
P/ IVFD RL 20 tpm à af
Kateter Urin à af
Vitamin C 50mg 3x 1
31
Sulfas Ferosus 200cmg 1 x 1
R/ Ganti perban
BAB IV
32
ANALISIS KASUS
pada tanggal 19 Desember 2017 pukul 21.45, pasien datang dengan keluhan nyeri
pinggang menjalar ke ari-ari sejak 12 jam yang lalu sebelum masuk rumah sakit.
Sebagai panduan untuk diskusi pada target akademia komprehensif ilmiah maka
Dari anamnesa diketahui pasien primipara, tidak haid sejak 9 bln yang lalu.
perut tampak membuncit sesuai dengan usia kehamilan, fundus uteri teraba 3
kanan ibu, dan bagian bagian kecil di sisi kiri ibu, dengan TFU 35 cm. Maka
pinggang menjalar ke ari-ari sejak 12 jam yang lalu, keluar lendir campur darah
sejak 12 jam yang lalu. Keluar air-air yang banyak dari kemaluan ada, keluar
darah yang banyak dari kemaluan tidak ada. Ini menandakan adanya inpartu.
33
Dari pemeriksaan dalam, pasien didapatkan promontorium yang teraba
(CD = 10 cm), spina ischiadika sedikit menonjol, linea innominata teraba > 1/3 –
1/3. Osborn Test (+), Muller test (+). Ø 1 – 2 cm, ketuban (-), presentasi kepala
floating.
G1P0A0H0 Parturien aterm 40-41 minggu kala 1 fase laten + CPD panggul
sempit absolut.
kehamilan aterm, atau disproporsi sephalopelvik yang nyata. Seksio juga dapat
primigravida tua dan kelainan letak janin yang tak dapat diperbaiki. Seksio
dipenuhi.
34
Pertolongan persalinan CPD melalui jalan vaginal memerlukan perhatian
ini memberikan jalan keluar bagi kebanyakan kesulitan yang timbul bila
Sedangkan menurut statistik tentang 3509 kasus sectio caesaria yang disusun oleh
Peel dan Chamberlein, indikasi untuk sectio caesaria dalah disproporsi janin-
panggul 21%, gawat janin 14%, plasenta previa 11%, pernah sectio caesaria 11%,
kelainan letak janin 10%, pre eklampsi dan hipertensi 7%, dengan angka kematian
ibu sebelum dikoreksi 17%, dan sesudah dikoreksi 0,5% sedangkan kematian
janin 14,5 %.
Teraba promontorium
35
Pada primigravida bagian terbawah tidak masuk ke pintu atas panggul
36
DAFTAR PUSTAKA
1. Cunningham FG, Gant FN, Leveno KJ, dkk. Obstetri Williams. Edisi 21.
Jakarta: EGC, 2005.
2. Saifudin AB, Gulardi H, dkk. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo.
Edisi keempat. Jakarta: Tridasa Printer, 2008.
3. Israr YA, Irwan M, Lestari, dkk. Arrest of Decent- Cephalopelvc
Disproportion (CPD). 2008.
37