Anda di halaman 1dari 49

MAKALAH KEPAILITAN

“ANALISA HUKUM KEPAILITAN DI INDONESIA DENGAN HUKUM KEPAILITAN


DI AMERIKA”

Disusun Oleh:

1. Elsa Florentia-125170320
2. Thalia Pricilla-125170311

Kelas :

MY

UNIVERSITAS TARUMANEGARA

FALKUTAS EKONOMI

AKUNTANSI

JAKARTA

OKTOBER 2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami hanturkan kepada kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan
kesehatan jasmani dan rohani kepada kami, sehingga makalah yang diberi judul “ANALISA
HUKUM KEPAILITAN DI INDONESIA DENGAN HUKUM KEPAILITAN DI AMERIKA "
ini dapat kami selesaikan dengan tepat waktu.

Makalah ini disusun dan dibuat berdasarkan materi – materi yang ada dari buku dan internet
tentang Kepailitan dalam membandingkan Hukum Kepailitan yang ada di Indonesia dengan
Hukum Kepailitan Amerika. Materi – materi ini bertujuan agar kami dapat menambah
pengetahuan dan wawasan dalam belajar dalam salah satu program studi kami yaitu Kepailitan.

Besar harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca. Kiranya makalah tentang “Kepailitan “ ini dapat dijadikan pegangan terkait
materi yang bersangkutan untuk para pembaca .

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.Akhir kata, kami ucapkan terima
kasih.

Jakarta , 30 Oktober 2017

Penyusun

i|Page
DAFTAR PUSTAKA

KATA PENGANTAR......................................................................................................................................... 1
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................... 2
BAB I .............................................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ............................................................................................................................................. 1
A. Latar Belakang................................................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................................................. 3
C. Tujuan Penulisan ............................................................................................................................... 3
BAB 2 ........................................................................................................................................................... 4
PEMBAHASAN ........................................................................................................................................... 4
PENGERTIAN ......................................................................................................................................... 4
HUKUM KEPAILITAN INDONESIA .................................................................................................. 13
HUKUM KEPAILITAN AMERIKA SERIKAT ................................................................................... 19
PERSAMAAN HUKUM KEPAILITAN INDONESIA DENGAN HUKUM KEPAILITAN
AMERIKA SERIKAT ............................................................................................................................ 26
PERBEDAAN HUKUM KEPAILITAN INDONESIA DENGAN HUKUM KEPAILITAN AMERIKA
SERIKAT................................................................................................................................................ 28
ANALISIS DAN PEMBAHASAN ............................................................................................................ 36
CONTOH KASUS KEPAILITAN DI AMERIKA FRAUD AUDITOR ............................................... 36
ANALISIS KASUS FRAUD AUDITOR ............................................................................................... 37
CONTOH KASUS KEPAILITAN PANDAWA GROUP ..................................................................... 39
ANALISIS KASUS KEPAILITAN PANDAWA GROUP .................................................................... 40
BAB IV ....................................................................................................................................................... 42
PENUTUP .................................................................................................................................................. 42
KESIMPULAN ....................................................................................................................................... 42
SARAN ................................................................................................................................................... 43
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................ 45

ii | P a g e
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebenarnya peraturan kepailitan sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda


S.1905-217 juncto S.1906-348, dalam praktik peraturan tersebut hampir-hampir tidak
dipakai. Sangat sedikit kasus-kasus yang ada saat itu yang mencoba memakai peraturan
tersebut . seandainya kalaupun ada peraturan tersebu diterapkan, hanya terhadap kasus-
kasus kecil. Untuk menjamin kepastian hukum yang lebih pasti maka pada tanggal 22
April 1998 dikeluarkanlah Perpu Nomor 1 tahun 1998 yang kemudian disahkan dengan
Undang-Undang No.1 Tahun 1998 , yang memperbaharui peraturan kepailitan yang
lama, maka serta-merta dunia hukum diramaikan oleh diskusi dan kasus-kasus kepailitan
di pengadilan, dalam hal ini pengadilan niaga.Apalagi, salah satu keunggulan Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 1998 ini adalah prosedurnya yang serbacepat bila kita
bandingkan dengan peraturan yang terdahulu yang memakan waktu lama dalam
prosedurnya. Selanjutnya, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1998 tersebut diperbaiki dan
diganti dengan Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan
Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU). Sekarang banyak debitor ( baik yang
nakal maupun yang jujur) yang mulai waswas untu dipailitkan. Dan sekarang sudah
banyak kasus digelar di pengadilan. Bahkan, banyak kreditor memakai kebangkrutan ini
sebgai gertakan kepada debitornya, dalam arti jika mereka tidak membayar utang debitor
tersebut akan segera dipailitkan. Lalu, biasanya hal ini akan memebuat debitor gentar
bahkan sangat ketakutan.

Jadi , ternyata bahwa tujuan dari hukum kebangkrutan dari salah satu upaya
hukum yang biasa sebagai sarana penagihan utang, ternyata telah berubah menjadi
monster yang seolah-lah siap mengisap darah debitor ( yang nakal atau yang jujur).

1|Page
Bahkan, faktanya ancaman mempailitkan seorang debitor ini jauh lebih ampuh daripada
ditakuti oleh debtcolector sekalipun.

Demikianlah maka hukum kepailitan yang semula sangat jarang dipakai dan
sudah seperti layaknya disimpan di dalam museum, dengan berlakunya Undang-Undang
Nomor 4 Tahun 1998 yang disempurnakan dengan Undang-Undang Nomor 37 Tahun
2004 kemudian menjadi sangat banyak dipakai dan merupakan pemandangan sehari-hari
di pengadilan niaga. Layaknya sang pendekar yang sudah lama bertapa dan kemudian
turun gunung untuk berjuang mengalahkan ketidakadilan.

Akan tetapi, tentunya hukum kepailitan yang berlaku sekarang haruslah


memenuhi syarat-syarat hukum yang efektif , adil, efisien, cepat, pasti , modern , dan
terekam dengan baik . Jadi tidak demikian , hukum kepailitan ini benar-benar menjadi
drakula pengisap darah atau pembantai debitor di Indonesia ini. Undang-undang
kepailitan, juga dimaksudkan untuk mewujudkan keadilan dan pembagian menurut
tagihan masing-masing diantara para Kreditur.1Ada beberapa faktor mengenai perlunya
pengaturan mengenai kepailitan dan penundaan kewajiban pembayaran utang, antara lain
untuk menghindari perebutan harta Debitur apabila dalam waktu yang sama ada beberapa
Kreditur yang menagih piutangnya dari Debitur. Kemudian, untuk menghindari adanya.
Kreditur pemegang hak jaminan kebendaan yang menuntut haknya dengan cara menjual
barang milik Debitur tanpa memperhatikan kepentingan Debitur atau para Kreditur
lainnya. Dan yang terakhir adalah untuk menghindari adanya kecurangan-kecurangan
yang dilakukan oleh salah seorang Kreditur atau Debitur sendiri. Misalnya, Debitur
berusaha untuk memberi keuntungan kepada seorang atau beberapa orang Kreditur
tertentu sehingga Kreditur lainnya dirugikan, atau adanya perbuatan curang dari Debitur
untuk melarikan semua harta kekayaannya dengan maksud untuk melepaskan tanggung
jawabnya terhadap para Kreditur.2

1
Emmy Yuhassarie, Kepailitan dan Transfer Aset Secara Melawan Hukum (Jakarta: Pusat Pengkajian Hukum), hlm.
75.
2
Op.cit, Penjelasan Umum.

2|Page
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka terdapat beberapa pokok permasalahan yang
akan dijelaskan sebagai kajian dalam makalah ini, antara lain:

1. Apa itu kepailitan serta hukum yang mengatur kepailitan yang ada di negara
Indonesia serta negara Amerika Serikat?
2. Bagaimanakah perbandingan antara proses kepailitan berdasarkan hukum yang
berlaku di negara Indonesia bila dibandingkan dengan proses kepailitan
berdasarkan hukum yang berlaku di Indonesia?

C. Tujuan Penulisan

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya maka
makalah ini dibuat dengan tujuan :

1. Untuk mengetahui hukum yang mengatur kepailitan yang ada di negara Indonesia
serta negara Amerika Serikat.
2. Untuk dapat membandingkan antara proses kepailitan berdasarkan hukum yang
berlaku di negara Indonesia bila dibandingkan dengan proses kepailitan
berdasarkan hukum yang berlaku di Indonesia.

3|Page
BAB 2

PEMBAHASAN

PENGERTIAN
Kepailitan berasal dari kata pailit. Pailit adahal segala sesuatu yang berhubungan dengan
peristiwa keadaan berhenti membayar utang-utang debitur yang telah jatuh tempo.

Bangkrut atau pailit adalah seorang pedagang yang bersembunyi melakukan tindakan tertentu
yang cenderung untuk mengelabui pihak kreditornya.3Dalam ensiklopedia Ekonomi Keuangan
Perdagangan disebutkan bahwa yang dimaksudkan dengan pailit atau bangkrut, antara lain,
seseorang yang oleh suatu pengadilan dinyatakan bankruptdan aktivanya atau warisannya telah
diperuntkkan untuk membayar utang-utangnya.4 Dari sudut sejarah hukum, undang-undang
kepailitan pada mulanya bertujuan untuk melindungi para kreditur dengan memberikan jalan
yang jelas dan pasti untuk menyelesaikan utang yang tidak dapat dibayar.

Si pailit adalah debitur yang mempunyai dua orang atau lebih kreditor dan tdak mampu
membayar satu atau lebih utangnya yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih.

Pihak yang tergolong debitur atau seseorang yang dapat dinyatakan pailit adalah :5

1. Siapa saja/setiap orang yang menjalankan perusahaan atau tidak menjalankan


perusahaan;
2. Badan hukum, baik yang berbentuk perseroan terbatas, firma, koperasi, perusahaan
negara dan badanbadan hukum lainnya;
3. Harta warisan dari seseroang yang meningga dunia dapat dinyatakan aiit apabila orang
yang meninggal dunia itu semasa hidupnya berada dalam keadaan berhenti membayar

3
Black,Henry Campbell,op.cit.,hlm.186.
4
Abdurrachman,A ,op.cit.,hlm 89.
5
Zainal Asikin,op.,cit hlm 34

4|Page
utangnya, atau harta warisannya pada saat meninggal dunia si pewaris tidak mencukup
untuk membayar utangnya;
4. Setiap wanita bersuami ( si istri) yang dengan tenaga sendiri melakukan suatu pekerjaan
tetap atau suatu perusahaan atau mempunyai kekayaan sendiri.

Seorang debitur hanya dapat dikatakan pailit apabila telah diputuskan oleh Pengadilan Niaga.
Pihak yang dapat mengajukan permohonan agar seorang debitur dikatakan pailit adalah sebagai
berikut.

1. Debitur itu sendiri


Dikatakan debitur itu sendiri yang dikatakan pailit jika dalam hal berikut ini.
a) Debitur adalah bank, permohonan pernyataan pailitnya hanya dapat diajukan
oleh Bank Indonesia.
b) Debitur adalah perusahaan efek, bursa efek, lembaga miring dan
perjaminan,permohonan pernyataan pailitnya hanya dapat diajukan oleh
Badan Pengawas Pasar Modal.
c) Debitur adalah perusahaan asuransi, dana pension, atau badan usaha milik
negara yang bergerak di bidang kepentingan public, permohonan pernyataan
pailitnya hanya dapat dilakukan oleh Menteri Keuangan.
2. Para kreditor
3. Kejaksaan untuk kepentingan umum. Maksud “untuk kepentingan umum” adalah
kepentingan bangsa dan negara dan/atau kepentingan masyarakat luas Kejaksaaan dalam
ini dapat sebagai pemohon pernyataan kepailitankarena dikhawatirkan terjadinya hal-hal
berikut.
a) Debitur melarikan diri.
b) Debitur menggelapkan bagian dari harta kekayaan.
c) Debitur mempunyai utang pada Badan Usaha Milik Negara atau badan usaha lain
yang menghimpun dana dari masyarakat
d) Debitur mempunyai utang yang berasal dari penghimpunan dan masyarakat luas.
e) Debitur tidak beriktikad baik atau tidak kooperatif dalam menyelesailkan masalah
utang piutang yang telah jatuh tempo; atau
f) Dalam hal lainnya menurut kejaksaan merupakan kepentingan umum.

5|Page
Dalam putusan pernyataan kepailitan, selain dapat menetapkan debitur dalam keadaan pailit,
hakim juga dapat menetapkan curator tetap dan Hakim pengawas sepanjang dimintar oleh
debitur atau kreditor.Akan tetapi, apabila debitur atau kreditor tidak meminta , Balai Harta
Peninggalan (BHP) bertindak selaku Kurator.

Kurator adalah pihak yang diberi tugas untuk melakukan pengurusan dan/atau pemberesan atas
harta pailit.

1. Dalam tugasnya:
a) Tidak diharuskan memperoleh persetujuan terlebih dahulu dari debitur atau salah satu
organ debitur;
b) Atau menyampaikan pemberitahuan terlebih dahulu kepada debitur atau salah satu organ
debitur (meskipun diluar kepailitan hal ini diharuskan)
c) Dapat melakukan pinjaman kepada pihak ketiga, semata-mata dalam rangka
meningkatkan nilai harta pailit.
2. Ada dua macam kurator
a) Balai Harta Peninggalan (BHP)
b) Perorangan atau persekutuan perdata yang berdomisili di Indonesia yang memiliki
keahlian khusus yang dibutuhkan dalam rangka mengurus dan/atau membereskan harta
pailit,dan telah terdaftar pada Departemen Kehakiman.
3. Persyaratan sebagai kurator/pengurus:
a) Perorangan domisisli di Indonesia
b) Memiliki tanda lulus ujian yang diselenggarakan oleh Asosiasi Kurator dan Pengurus
Indonesia (AKPI)
c) Apabila pengurus berbentuk persekutuan perdata, maka salah satu partner harus
kurator/pengurus yang memenuhi syarat di atas.
4. Berakhirnya kepailitan (insolvency) adalah dengan akoor/perdamaian dan Kepailitan
Lintas batas ( Crossborder Insolvency)
a) Terkait dengan masalah transaksi bisnis internasional ( hukum perdata internasional)
b) Terjadi suatu keadaan dimana sebuah perusahaan telah dinyatakan pailit di suatu negara
lain, akan didirikan berdasarkan hukum setempat.

Berakhirnya Kepailitan

6|Page
Suatu kepailitan dapat dikatakan berakhir apabila telah terjadi hal-hal sebagai berikut.

1. Perdamaian
Debitur pailit berhak untuk menawarkan suatu perdamaian kepada semua
kreditor. Rencana perdamaian tersebut wajib dibicarakan dan diambil keputusan segera
setelah selesainya pencocokan piutang.
Keputusan rencana perdamaian diterima apabila disetujui dalam rapat kreditor
oleh lebih dari seperdua jumlah kreditor konkuren yang hadir dalam rapat dan yang
mewakili paling sedikit dua pertiga dari jumlah seluruh piutang konkuren yang diakui
atau untuk sementara diakui oleh kreditor konkuren atau kuasanya yang hadir dalam rapat
tersebut.
Apabila lebih dari seperdua jumlah kreditor yang hadir dalam rapat kreditor dan
mewakili paling paling sedikit seperdua dari jumlah piutang kreditor yang mempunyai
hak suara menyetujui untuk menerima rencana perdamaian, dalam jangka waktu paling
sedikit delapan hari setelah pemungutan suara pertama diadakan, harus diselenggarakan
pemungutan suara kedua. Pada pemungutan suara kedua kreditor tidak terikat pada suara
yang dikeluarkan pada pemungutan suara pertama.

Dalam setiap rapat kreditor wajib dibuatkan berita acara yang ditandatangani oleh Hakim
Pengawas dan panitera pengganti.

Berita acara rapat tersebut harus memuat:

a) Isi perdamaian
b) Nama kreditor yang hadir dan berhak mengeluarkan suara dan menghadap
c) Suara yang dikeluarkan
d) Hasil pemungutan suara, dan
e) Segala sesuatu yang terjadi dalam rapat (pasal 154 UU No. 37 Th 2004)

Setiap orang yang berkepentingan dapat melihat dengan Cuma-Cuma berita acara rapat
yang disediakan paling lambat tujuh hari setelah tanggal berakhirnya rapat di Kepaniteraan
Pengadilan.

Isi perdamaian yang termuat dalam berita acara perdamaian harus dimohonkan
pengesahan kepada pengadilan yang megeluarkan keputusan kepailitan. Pengadilan harus

7|Page
mengeluarkan penetapan pengesahan paling lambat tujuh hari sejak dimulainya sidang
pengesahan.

Namun demikian, pengadilan wajib menolak pengesahan apabila:

a) Harta debitur, termasuk benda untuk mana dilaksanakan hak untuk menahan suatu
benda, jauh lebih besar daripada jumlah yang disetujui dalam perdamaian
b) Pelaksanaan perdamaian tidak cukup terjamin, dan
c) Perdamaian itu terjadi karena penipuan, atau persengkongkolan dengan satu atau
lebih kreditor, atau karena pemakaian upaya lain yang tidak jujur dan tanpa
menghiraukan apakah debitur atau pihak lain bekerja sama untuk mencapai
perdamaian. (pasal 159 ayat (2) UU No.37 Th 2004).

Selanjutnya, dalam hal permohonan pengesahan perdamaian ditolak, baik kreditor yang
menyetujui rencana perdamaian maupun debitur pailit, dalam jangka waktu delapan hari
setelah putusan pengadilan diucapkan dapat mengajukan kasasi. Sebaliknya, dalam hal
rencana perdamaian sisahkan atau dikabulkan, dalam jangka waktu delapan hari setelah
putusan pengadilan diucapkan dapat diajukan kasasi oleh:

a) Kreditor yang menolak perdamaian atau yang hadir pada saat pemungutan suara
b) Kreditor yang menyetujui perdamaian setelah mengetahui bahwa perdamaian tersebut
dicapai berdasarkan alasan yang tercantum dalam pasal 159 ayat (2) UU No. 37 Th
2004 diatas
2. Insolvensi
Insolvensi merupakan fase terakhir kepailitan. Insolvensi adalah suatu kejadian di
mana harta kekayaan (boedel) pailit harus dijual lelang di muka umum, yang hasil
penjualannya akan dibagikan kepada kreditor sesuai dengan jumlah piutangnya yang
disahkan dalam akor.
Dengan adanya insolvensi tersebut, Zainal Asikin menulis bahwa curator/Balai
Harta Peninggalan mulai mengambil tindakan yang menyangkut pemberesan harta
pailit,yaitu:
a) Melakukan pelelangan atas seluruh harta pailit dan melakukan penagihan
terhadap piutang-piutang si pailit yang mungkin ada di tangan pihak

8|Page
ketiga, di mana penjualan terhadap harta pailit itu dapat saja dilakukan di
bawah tangan sepanjang mendapat persetujuan dari Hakim Komisaris
b) Melanjutkan pengelolaan perusahaan si pailit apabila dipandang
menguntungkan, namun pengelolaan itu harus mendapat persetujuan
Hakim Komisaris
c) Membuat daftar pembagian yang berisi: jumlah uang yang diterima dan
dikeluarkan selama kepailitan, nama-nama kreditor dan jumlah tagihan
yang disahkan, pembayaran yang akan dilakukan terhadap tagihan tersebut
d) Melakukan pembagian atas seluruh harta pailit yang telah dilelang atau
diuangkan itu.

Dengan demikian, apabila insolvensi sudah selesai dan para kreditor sudah menerima
piutangnya sesuai dengan yang disetujui, kepailitan itu dinyatakan berakhir. Debitur
kemudian akan kembali dala keadaan semula, dan tidak lagi berada di bawah pengawasan
curator/Balai Harta Peninggalan.

Penundaan Pembayaran

Permohonan penundaan pembayaran itu harus diajukan oleh debitur kepada pengadilan dan
oleh penasihat Hukumnya, disertai dengan :

1. Daftar-daftar para kreditor beserta besar piutangnya masing-masing;


2. Daftar harta kekayaan (aktiva/pasiva) dari si debitur.

Surat permohonan dan lampiran tersebut diletakkan di kepaniteraan pengadilan agar dapat
dilihat oleh semua pihak yang berkepentingan.

Selanjutnya, prosedur permohonan penundaan pembayaran tersebut adalah sebagai berikut:

1. Setelah pengadilan menerima permohonan penundaan pembayaran, secara langsung


atau seketika pengadilan harus mengabulkan permohonan untuk sementara dengan
memberikan izin penundaan pembayaran.
2. Hakim pengadilan paling lambat 45 hari melalui panitera harus memanggil para
kreditor, debitur dan pengurus untuk diadakan sidang.

9|Page
3. Dalam sidang tersebut akan diadakan pemungutan suara (jika perlu) untuk
memutuskan apakah penundaan pembayaran tersebut dikabulkan atau ditolak.
Berdasarkan hasil pemungutan suara inilah pengadilan akan dapat memutuskan
secara definitif terhadap permohonan penundaan pembayaran.
a) Permohonan penundaan pembayaran utang akan dikabulkan atau ditetapkan
apabila disetujui lebih dari setengah kreditor konkuren yang hadir dan
mewakili paling sedikit dua pertiga bagian dari seluruh tagihan yang diakui
atau yang sementara diakui dari kreditor konkuren atau kuasanya yang hadir
dalam sidang tersebut.
b) Permohonan penundaan pembayaran utang tidak akan dikabulkan apabila :
1) Adanya alasan yang mengkhawatirkan bahwa debitur selama
penundaan pembayaran akan mencoba merugikan kreditor-
kreditornya.
2) Apabila tidak ada harapan bagi debitur, selama penundaan
pembayaran dan setelah itu, untuk memenuhi kewajibannya kepada
kreditor.
4. Dalam putusan hakim yang mengabulkan penundaan pembayaran definitif tersebut,
ditetapkan pula lamanya waktu penundaan pembayaran paling lama 270 hari
terhitung sejak penundaan sementara ditetapkan.
5. Pengurus wajib segeramengumumkan putusan penundaan kewajiban pembayaran
utang sementara dalam berita Negara Republik Indonesia, dan paling sedikit dalam
dua surat kabar harian yang ditunjuk oleh Hakim Pengawas, dan pengumuman
tersebut harus memuat undangan untuk hadir dalam persidangan yang merupakan
rapat permusyawaratan hakim berikut tanggal, tempat, dan waktu siding tersebut,
nama Hakim Pengawas, dan nama serta alamat pengurus.
6. Setelah pengadilan mengabulkan penundaan kewajiban pembayaran utang, panitera
pengadilan wajib mengadakan daftar umum perkara penundaan kewajiban
pembayaran utang dengan mencantumkan untuk setiap penundaan kewajiban
pembayaran utang, di antaranya:
a) Tanggal putusan penundaan kewajiban pembayaran utang sementara dan tetap
berikut perpanjangannya

10 | P a g e
b) Kutipan putusan pengadilan yang menetapkan penundaan kewajiban
pembayaran utang sementara maupun tetap dan perpanjangannya
c) Nama hakim pengawas dan pengurus yang diangkat
d) Ringkasan isi perdamaian dan pengesahan perdamaian tersebut oleh
pengadilan,dan
e) Pengakhiran perdamaian

Sepanjang jangka waktu yang ditetapkan untuk penundaan pembayaran, atas permintaan
pengurus, kreditor, hakim pengawas atau atas prakarsa pengadilan, penundaan kewajiban
pembayaran utang dapat diakhiri dengan alasan-alasan berikut ini (pasal 255 UU No. 37 Th
2004)

1. Debitur selama waktu penundaan kewajiban pembayaran utang bertindak dengan


iktikad tidak baik dala melakukan pengurusan terhadap hartanya.
2. Debitur mencoba merugika para kreditornya
3. Debitur tidak dapat melakukan tindakan kepengurusan atau memindahkan hak atas
sesuatu bagian dari hartanya
4. Debitur lalai melakukan kewajiban yang ditentukan oleh pengadilan dan yang
disyaratkan oleh pengurus
5. Keadaan harta debitur selama penundaan pembayaran tidak memungkinkan lagi bagi
debitur untuk melakukan kewajibannya pada waktunya

Dengan dicabutnya penundaan kewajiban pembayaran utang, hakim dapat menetapkan si


debitur dalam keadaan pailit sehingga ketentuan kepailitan berlaku bagi si debitur.

Debitur yang memohon penundaan kewajiban pembayaran utang dapat mengajukan


rencana perdamaian melalui pengadilan. Perdamaian itu diajukan pada saat atau setelah
mengajukan permohonan penundaan kewajiban pembayaran utang. Hal ini berbeda dengan
perdamaian pada kepailitan, yaitu sebagai berikut:

1. Dari segi waktu, akor penundaan pembayaran diajukan pada saat atau setelah
permohonan penundaan pembayaran, sedangkan akor pada kepailitan diajukan
setelah adanya putusan hakim

11 | P a g e
2. Pembicaraan (penyelesaian) akor dilakukan pada siding pengadilan memeriksa
permohonan penundaan pembayaran, sedangkan akor kepailitan dibicarakan pada
saat rapat verifikasi, yaitu setelah adanya putusan pengadilan
3. Syarat penerimaan akor pada penundaan pembayaran haruslah disetujui setengah
dari jumlah kreditor konkuren yang diakui atau sementara diakui yang hadir pada
rapat permusyawaratan hakim, yang bersama-sama mewakili dua pertiga bagian
dari seluruh tagihan yang diakui atau sementara diakui dari kreditor konkuren
atau kuasanya yang hadir dalam rapat tesebut, dan mewakili tiga perempat dari
jumlah piutang yang diakui. Sementara itu, akor pada kepailitan harus disetujui
oleh dua pertiga dari kreditor konkuren, yang mewakili tiga perempat jumlah
semua tagihan yang tidak mempunyai tagihan istimewa.
4. Kekuatan mengikatnya akor pada penundaan kewajiban pembayaran utang
berlaku pada semua kreditor (baik konkuren maupun prepent), sedangkan akor
kepailitan hanya berlaku bagi kreditor konkuren.

Akibat hukum apabila akor penundaan kewajibanpembayaran utang ditolak adalah hakim
dapat langsung menyatakan debitur dalam pailit. Sementara itu, apabila akor diterima, harus
dimintakan pengesahan kepada hakim. Dengan tercapainya penyelesaian melalui perdamaian
(akor) yang telah disahkan, berakhirlah penundaan kewajiban pembayaran utang.

12 | P a g e
HUKUM KEPAILITAN INDONESIA
Berdasarkan Undang-undang No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan
Kewajiban Pembayaran Utang, disebutkan mengenai syarat-syarat kepailitan agar suatu
permohonan atas pernyataan pailit dapat dikabulkan oleh Pengadilan Niaga. Syarat – syarat
tersebut ialah sebagai berikut:6

1. Pailit ditetapkan apabila debitor yang mempunyai dua atau lebih kreditor tidak
mampu membayar sedikitnya satu utang yang telah jatuh tempo.
2. Pailit sedikitnya harus terdapat dua (2) kreditor (concursus creditorum).
3. Terdapat utang.
4. Terdapat utang yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih.
5. Syarat cukup satu utang telah jatuh tempo dan dapat ditagih.
6. Debitor harus dalam keadaan insolvent, yaitu keadaan tidak mampu membayar
lebih dari 50% (lima puluh persen) utang-utangnya.

Undang-undang No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran
Utang juga menentukan pihak-pihak yang dapat mengajukan permohonan pailit kepada
pengadilan niaga, pihak-pihak yang dapat mengajukan permohonan pailit, antara lain:

1. Debitur itu sendiri (voluntary petition);


2. Satu atau lebih kreditur (Unvoluntary petition);
3. Kejaksaan untuk kepentingan umum;
4. Bank Indonesia jika debiturnya adalah bank;
5. Badan Pengawas Pasar Modal jika debiturnya adalah perusahaan efek, bursa efek,
lembaga kliring dan penjaminan, lembaga penyimpanan dan penyelesaian;
6. Menteri Keuangan jika debiturnya adalah perusahaan asuransi, perusahaan reasuransi,
dana pensiun, atau badan usaha milik negara yang bergerak di bidang kepentingan
publik.

6
Adrian Sutedi, op.cit., hlm. 31-32

13 | P a g e
Namun hal ini mengalami perubahan , sejak adanya Pasal 6 UU OJK mengatur tugas OJK,
yaitu:

“OJK melaksanakan tugas pengaturan dan pengawasan terhadap:

a. kegiatan jasa keuangan di sektor Perbankan;

b. kegiatan jasa keuangan di sektor Pasar Modal; dan

c. kegiatan jasa keuangan di sektor Perasuransian, Dana Pensiun, Lembaga Pembiayaan, dan
Lembaga Jasa Keuangan Lainnya.”

Sebelum adanya OJK, tugas-tugas di atas dilaksanakan oleh Menteri Keuangan, Badan
Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) dan Bank Indonesia.

Dengan berlakunya UU OJK, peralihan kewenangan tersebut secara efektif berlaku sejak 31
Desember 2012 dari Menteri Keuangan dan Bapepam-LK ke OJK untuk fungsi, tugas dan
wewenang pengaturan dan pengawasan kegiatan jasa keuangan di sektor Pasar Modal,
Perasuransian, Dana Pensiun, Lembaga Pembiayaan, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya
(Pasal 55 ayat (1) UU OJK).

Sedangkan peralihan dari Bank Indonesia ke OJK untuk fungsi, tugas dan wewenang pengaturan
dan pengawasan kegiatan jasa keuangan di sektor perbankan mulai berlaku sejak 31 Desember
2013 (Pasal 55 ayat (2) UU OJK.

Hal ini memperngaruhi prosedur permohonan pailit. Mengacu kepada ketentuan Pasal 55 ayat
(1) Jo Pasal 55 ayat (2) UU OJK hanya Badan Pengawas Pasar Modal yang mengalihkan seluruh
fungsi, tugas dan wewenang pengaturan dan pengawasan keuangan di sektor Pasal Modal kepada
OJK, sedangkan terhadap Bank Indonesia dan Menteri Keuangan masih menjalankan tugas dan
wewenang lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Oleh sebab itu dengan adanya OJK, otomatis telah mengubah prosedur permohonan pailit
terbatas pada perusahaan perusahaan efek, bursa efek, lembaga kliring dan penjaminan, lembaga
penyimpanan dan penyelesaian yang dahulu menjadi kewenangan Badan Pengawas Pasar Modal

14 | P a g e
(Bapepam-LK) dan tersebut beralih ke OJK.. Sedangkan prosedur permohonan pailit terhadap
Bank tetap diajukan oleh Bank Indonesia dan untuk Perusahaan Asuransi, Perusahaan
Reasuransi, Dana Pensiun, atau Badan Usaha Milik Negara yang bergerak di
bidang kepentingan publik, tetap diajukan oleh Menteri Keuangan.

Menurut hukum kepailitan yang berlaku di Indonesia, kepailitan mengakibatkan Debitor


yang dinyatakan pailit kehilangan segala hak perdata untuk menguasai dan mengurus harta
kekayaan yang telah dimasukan ke dalam harta pailit. “Pembekuan” hak perdata ini
diberlakukan oleh Pasal 24 ayat (1) Undang-Undang Kepailitan dan PKPU terhitung sejak
saat keputusan pernyataan pailit diucapkan.7

Terhadap putusan pengadilan niaga baik yang menyangkut permohonan pernyataan pailit
maupun menyangkut permohonan penundaan kewajiban pembayaran utang, dapat dilakukan
upaya hukum. Upaya hukum yang dimaksud berupa kasasi dan peninjauan kembali kepada
Mahkamah Agung RI.

Permohonan kasasi diajukan dalam jangka waktu delapan hari terhitung sejak tanggal
putusan yang dimohonkan kasasi ditetapkan dengan mendaftarkannya kepada panitera
dimana pengadilan yang telah menetapkan putusan atas permohonan pernyataan pailit
berada. Dalam jangka waktu paling lambat 14 hari terhitung sejak tanggal permohonan
kasasi didaftarkan, panitera wajib menyampaikan permohonan kasasi, memori kasasi, dan
kontra memori kasasi kepada Mahkama Agung RI.8Putusan atas permohonan kasasi
diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum paling lambat 60 (enam puluh) hari setelah
tanggal permohonan kasasai diterima oleh Mahkamah Agung. Hal ini berbeda dengan
ketentuan mengenai putusan permohonan kasasi dalam perkara yang bukan perkara
kepailitan.9Kemudian terhadap putusan atas permohonan pernyataan pailit yang telah
memiliki kekuatan hukum tetap, dapat diajukan peninjauan kembali ke Mahkamah Agung.
Permohonan peninjauan kembali dapat diajukan, apabila:10

7
Gunawan Widjaya, op.cit., hlm. 46-47.
8
UU No. 37 tahun 2004. Pasal 12 ayat 4.
9
UU No. 37 tahun 2004. Pasal 13 angka 4
10
UU No. 37 tahun 2004. Pasal 295 ayat 2.

15 | P a g e
1. Setelah perkara diputus ditemukan bukti baru yang bersifat menentukan yang
pada waktu perkara diperiksa di Pengadilan sudah ada, tetapi belum ditemukan;
atau
2. Dalam putusan hakim yang bersangkutan terdapat kekeliruan yang nyata.

Batas waktu pengajuan permohonan peninjauan kembali tersebut dihitung dari tanggal
dikeluarkannya putusan kepailitan tersebut. Terhadap permohonan yang didasarkan pada alasan
pertama, diberi waktu paling lambat 180 (seratus delapan puluh) hari. Sementara untuk alasan
yang kedua diberi waktu maksimal hingga 30 (tiga puluh hari) saja. Dalam jangka waktu paling
lambat 32 (tiga puluh dua) hari setelah tanggal permohonan diterima panitera Mahkamah Agung,
Mahkamah Agung wajib menyampaikan kepada para pihak salinan putusan peninjauan kembali
yang memuat secara lengkap pertimbangan hukum yang mendasari putusan tersebut.

Mengenai berakhirnya suatu kepailitan, menurut hukum kepailitan yang berlaku di


Indonesia, Kepailitan dapat berakhir dengan cara, antara lain:

1. Pembatalan kepailitan oleh pengadilan setelah adanya upaya hukum,


2. Pencabutan Kepailitan Atas Usulan Hakim Pengawas,
3. Pemberesan/Likuidasi, dan
4. Perdamaian.

Selain itu, hukum kepailitan Indonesia juga mengenal suatu bentuk yang disediakan bagi debitur
untuk menyelesaikan kesulitan finansial, agar debitur tersebut tetap dapat melanjutkan
kelangsungan usahanya. Bentuk tersebut dikenal dengan penundaan kewajiban pembayaran
utang, atau PKPU yang diatur dalam Bab II Undang-undang No. 37 Tahun 2004 tentang
Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, merupakan prosedur hukum yang
memberikan hak kepada setiap debitur yang tidak dapat atau memperkirakan bahwa tidak akan
dapat melanjutkan utang-utang yang sudah jatuh tempo dan dapat ditagih, dapat memohon
penundaan kewajiban pembayaran utang dengan maksud untuk mengajukan rencana perdamaian
yang meliputi tawaran pembayaran seluruh atau sebagian utang kepada kreditur konkuren.11

Dengan begitu, dapat disimpulkan bahwa PKPU bertujuan menjaga jangan sampai
debitur, yang karena suatu keadaan semisal keadaan tidak likuid dan sulit mendapat kredit

11
Ellyana S, op.cit., hlm. 21.

16 | P a g e
dinyatakan pailit, sedangkan kalau debitur tersebut diberi waktu dan kesempatan, besar harapan
debitor akan dapat membayar utangnya.

Mengenai pihak yang dapat mengajukan permohonan PKPU diatur dalam Pasal 222 s.d.
pasal 294 UU kepailitan, antara lain PKPU dapat diajukan oleh debitur maupun oleh
kreditur.12Selain pihak-pihak tersebut, juga ditentukan mengenai pengecualian terhadap pihak-
pihak yang dapat mengajukan proses penundaan kewajiban pembayaran utang di Indonesia, yaitu
Debitur Bank, Perusahaan Efek, Bursa Efek, Lembaga Kliring, Dan penjaminan, Lembaga
Penyimpanan dan Penyelesaian, Perusahaan Asuransi, Perusahaan Reasuransi, Dana Pensiun,
dan Badan Usaha Milik Negara yang bergerak di bidang kepentingan publik. Dalam hal
Debiturnya adalah bank, maka permohonan PKPU hanya dapat diajukan oleh Bank Indonesia.
Dalam hal debiturnya adalah perusahaan Efek, Bursa Efek, Lembaga Kliring dan penjaminan,
Lembaga Penyimpanan dan penyelesaian, permohonan PKPU hanya dapat diajukan oleh Badan
pengawas pasar modal. Dan dalam hal Debiturnya adalah Perusahaan Asuransi, Perusahaan
Reasuransi, Dana Pensiun, atau Badan Usaha Milik Negara yang bergerak di bidang kepentingan
publik, permohonan PKPU hanya dapat diajukan oleh menteri keuangan.

Permohonan PKPU harus diajukan kepada ketua Pengadilan Niaga di daerah tempat
kedudukan hukum debitur dengan ketentuan:

1. Dalam hal debitur telah meninggalkan wilayah Negara republik Indonesia,


pengadilan yang berwenang menjatuhkan putusan atas permohonan PKPU adalah
pengadilan yang berwenang menjatuhkan putusan atas permohonan PKPU
adalahpengadilan yang daerah hukumnya meliputi tempat kedudukan hukum
terakhir debitur.
2. Dalam hal debitur adalah persero suatu firma, pengadilan yang daerah hukumnya
meliputi tempat kedudukan hukum firma tersebut juga berwenang memutuskan.
3. Dalam hal debitur tidak berkedudukan di wilayah Negara republik Indonesia
tetapi menjalankan profesi atau usahanya di wilayah Negara Republik Indonesia,
pengadilan yang berwenang memutuskan adalah pengadilan yang daerah
hukumnya meliputi tempat kedudukan atau kantor pusat debitur menjalankan

12
Jono, Op. Cit.,, hal. 169-171

17 | P a g e
profesi atau usahanya diwilayah Negara republik Indonesia. Dalam hal debitur
merupakan badan hukum, tempat kedudukan hukumnya adalah sebagaimana
dimaksud anggaran dasarnya.13

13
Ibid.

18 | P a g e
HUKUM KEPAILITAN AMERIKA SERIKAT

Charle Jordan Tabb menjelaskan bahwa : Bankruptcy has permeated our national
consciousness and conscience. A federal bankruptcy law has been on the books for as long as
any but the oldest among us has been alive. To most American, bankruptcy probably is
synonymous with the idea of a discharge from one’s debts. Little wonder, since the United States
may well have the most liberal discharge laws in the world. The idea of a bankruptcy law
without a freely available discharge seems unimaginable.Yet, the unimaginable is the historical
norm. Bankruptcy has been around for almost half a millenium in Anglo – American
jurisprudence. Yet the discharge as we know it in the United States did not exist until the turn of
this century. Other civilized countries in the world today do not offer overburdened debtors a
discharge from their debts at all. Even England, the source of our own bankruptcy law, offers
debtor a much less generous discharge than the United States.14

Sejarah hukum kepailitan di Amerika Serikat dimulai pada tahun 1787. Dalam The
Federalist Papers, seorang pendiri bangsa Amerika Serikat yaitu James Madison, mendiskusikan
mengenai apa yang disebut dengan Bankruptcy Clause, yaitu sebagai kewenangan untuk
menciptakan sebuah aturan hukum yang seragam mengenai kepailitan, yang sangat erat
hubungannya dengan aturan mengenai perekonomian (commerce), dan diharapkan akan mampu
mencegah terjadinya begitu banyak penipuan, dimana para pihak atau harta kekayaannya dapat
dicurangi atau dipindahkan ke negara bagian yang lain secara tidak patut.15

Kemudian pada tahun 1800, kongres Amerika Serikat pada akhirnya mengundangkan
peraturan pertama mengenai kepailitan dengan isi yang memiliki kemiripan dengan peraturan
mengenai kepailitan yang berlaku di negara Inggris pada saat itu. Akan tetapi, di abad ke 18, di
beberapa negara bagian Amerika Serikat telah bermunculan peraturan negara bagian yang

14
Charles Jordan Tabb, The Historical Evolution of the Bankruptcy Discharge, Copy rught © 1991 National
Conference of the Bankruptcy Judges.
15
Doglas G. Baird, op.cit., hlm. 24.

19 | P a g e
bertujuan untuk melindungi debitur (dari hukuman penjara karena tidak membayar hutang) yang
dikenal dengan Insolvency Law.

Selanjutnya Undang-undang Federal Amerika Serikat Tahun 1800 tersebut diubah


beberapa kali pada tahun 1841, 1867, 1878, 1898, 1938 (yang dikenal sebagai The Candhler
Act), 1867, 1898, 1978 dan pada tahun 1984. Antara tahun 1841 sampai tahun 1867, tidak
terdapat sama sekali peraturan mengenai kepailitan. Sebab peraturan lama telah dicabut
sementara peraturan pengganti mengenai kepailitan tersebut baru terbentuk di tahun 1867.16

Henry R. Cheeseman menyebutkan kongres mengundangkan peraturan mengenai


kepailitan yang asli pada tahun 1878. Kemudian diamandemen pada tahun 1938 melalui
Chandler Act, dan kemudian peraturan mengenai kepailitan baru benar-benar diberlakukan
melalui reformasi peraturan kepailitan pada tahun 1978. Peraturan tahun 1978 tersebut, dimana
baru berlaku efektif pada tanggal 1 Oktober 1979. Beberapa tahun kemudian, Kongres Amerika
Serikat memberlakukan amandemen terhadap kepailitan dan peraturan mengenai pengadilan
federal untuk kasus kepailitan di tahun 1984. Reformasi peraturan kepailitan ini kemudian di
amandemen pada tahun 1984 inilah yang kemudian dikenal sebagai Bankruptcy Code. Peraturan
mengenai kepailitan melalui Bankruptcy Code mengalami banyak perubahan atau amandemen
oleh kongres Amerika Serikat salah satunya melalui Bankruptcy Abuse Prevention and
Consumer Protection Act pada tahun 2005. Dan dalam perkembangan terakhirnya, kongres
Amerika Serikat mengamandemen kembali peraturan mengenai kepailitan di Amerika Serikat
yang berlaku efektif sejak tanggal 1 Desember 2012.

Struktur dari Kode Kepailitan di Amerika Serikat

1. Ada delapan bab yang bernomor ganjil. l -15.


2. Ada tiga jenis dasar dari kebangkrutan: Bab 7 likuidasi ;Bab l l romrganisasi dan
bab 13 rencana upah pencari nafkah

Berdasarkan hukum kepailitan Amerika Serikat permohonan pailit dapat diajukan oleh
debitur maupun kreditur. Pengajuan kepailitan kepada pengadilan federal Amerika Serikat
berdasarkan Bankruptcy Code Title 11 dapat dilakukan hanya terhadap pihak yang memiliki

16
Lawrence M. Friedman, op.cit., hlm 549

20 | P a g e
domisili, tempat bisnis, atau aset di Amerika Serikat,17 kecuali untuk perusahaan yang bergerak
dibidang konstruksi jalan kereta api, perusahaan asuransi dalam negeri, bank, bank penyimpan
dana, bank korporasi, lembaga simpan pinjam, lembaga bangunan dan pinjaman, lembaga
rumah dan pekarangannya perusahaan pembiayaan kapital baru, lembaga investasi untuk bisnis
kecil, serikat kredit atau bank industri atau institusi serupa, atau perusahaan asuransi asing, dan
bank asing.18

Untuk pengajuan kepailitan oleh kreditur (Involuntary Case) dipersyaratkan antara lain :19

1. Dilakukan oleh 3 atau lebih kreditur, dimana masing-masing kreditur memiliki


utang yang dapat diklaim kepada debitur yang harus merupakan utang pokok
setidaknya sebesar 14.425 Dolar Amerika.
2. Jika ada kurang dari 12 orang pemegang klaim utang, namun tidak termasuk
pegawai atau orang dalam perusahaan, dan utang pokoknya belum terpenuhi,
maka dapat menggabungkan dirinya sehingga utang pokok sebesar minimal
14.425 Dolar Amerika terpenuhi.
3. Jika debitur dalam bentuk persekutuan, maka :
a) Dilakukan oleh sebagian kecil mitra utama dalam persekutuan tersebut;
b) Jika upaya peringanan telah diperintahkan berdasarkan peraturan yang
ada dalam Bankruptcy Code, maka pengajuan kepailitan dilakukan oleh
para mitra utama dalam persekutuan, kurator yang ditunjuk oleh para
mitra utama, atau pemegang klaim utang atas persekutuan tersebut.
4. Dilakukan oleh perwakilan asing atas aset, atas proses kepailitan asing terhadap
debitur.

Sedangkan untuk pengajuan permohonan kepailitan oleh debitur (Voluntary Case)


berdasarkan peraturan yang ada dalam bab 7 Title 11 Bankruptcy Code, debitur dapat berupa
suatu individu, persekutuan, atau korporasi atau badan usaha lainnya.20 Sebelum debitur
mengajukan permohonan pernyataan kepailitan ke pengadilan federal kepailitan di Amerika
Serikat berdasarkan peraturan yang ada dalam bab 7 Title 11 Bankruptcy Code, debitur harus

17
U.S.C Title 11 § 109 (a)
18
U.S.C Title 11 § 109 (b)
19
U.S.C Title 11 § 303 (b)
20
U.S.C Title 11 § 101 (41)

21 | P a g e
terlebih dahulu melihat apakah ada kemungkinan untuk dilakukan alternatif lain selain
mengajukan proses likuidasi seperti dalam bab 7 Title 11 Bankruptcy Code. Dengan dasar bab
11 Title 11 Bankruptcy Code, debitur dapat meminta penyesuaian atas utang yang debitur miliki,
penyesuaian atas utang dapat berupa pengurangan utang tersebut atau memperpanjang masa
jatuh tempo atas suatu utang, atau meminta restrukturisasi yang lebih komprehensif atau yang
lebih dikenal dengan sebutan reorganization. Selain itu, seorang debitur dalam hal mengajukan
permohonan kepailitan, juga harus melihat kemungkinan penyelesaian lain atas utangnya dengan
kreditur melalui perjanjian-perjanjian yang telah disepakati.

Mengajukan permohonan kepailitan berdasarkan hukum kepailitan di Amerika Serikat


dibawah ketentuan bab 7 Title 11 Bankruptcy Code, mengakibatkan debitur berada dalam
keadaan Automatically Stays atau menghentikan terhadap sebagian besar tindakan debitur atau
aset-aset yang dimiliki oleh debitur.21 Namun, pengajuan permohonan pernyataan kepailitan
tidak serta merta memberhentikan beberapa hal yang disebutkan dalam Section 362 (b) bab 7
Title 11 Bankruptcy Code, dan upaya penghentian tersebut berlaku efektif dalam waktu yang
tidak lama dalam kondisi tertentu.

Dalam jangka waktu antara 21 dan 40 hari setelah pengajuan permohonan kepailitan
diajukan ke pengadilan federal kepailitan Amerika Serikat, kurator akan mengadakan pertemuan
diantara para kreditur. Dalam pertemuan tersebut, kurator akan meletakkan debitur dibawah
sumpah, dan baik kurator maupun kreditor akan menanyakan beberapa pertanyaan. Debitur
diwajibkan hadir dalam pertemuan tersebut dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan
oleh kurator dan kreditur terkait dengan permasalahan keuangan dan aset-aset yang dimiliki oleh
debitur.22 Dalam hal menyesuaikan keringanan atas utang debitur, Title 11 Bankruptcy Code
memberikan kesempatan bagi debitur untuk merubah permohonan pernyataan kepailitan yang
sebelumnya berada dibawah peraturan bab 7 menjadi dibawah peraturan dalam bab 11, 12, atau
13 selama debitur memenuhi persyaratan untuk berada dibawah peraturan bab yang baru.23

21
U.S.C Title 11 § 362
22
U.S.C Title 11 § 343
23
U.S.C Title 11 § 706 (a)

22 | P a g e
Dalam hukum kepailitan yang berlaku di negara Amerika Serikat, tidak mengenal istilah
upaya hukum atas putusan kepailitan. Hal ini dikarenakan hukum kepailitan yang berlaku di
Amerika Serikat berdasarkan Bankruptcy Code, berlaku secara federal atau secara menyeluruh.

Dalam Bussines Law Text and Cases, John W.Collins dkk, menguraikan latar belakang
Hukum federal kebangkrutan yaitu:

1. Kepailitan hukum didasarkan pada konstitusi.


2. Dari tahun 1800-1801 keb hanya ersedia untuk pedagang, pedagang atau calo dan
kasus disengaja.
3. Pada tahun 184 semua debitur bisa mengambil keuntungan dari kebangkrutan
aftar dan ada kedua ketentuan sukarela dan tidak sukarela.
4. Pada lahun 1978. uindakan Relormasi kebangkrulan disahkan dan menjadi efektif
pada tahun 1979. Dan ini telah diubah seiak saat tertentu, terutama untuk masalah
yang berurusan dengan yurisdiksi undang-undang ini yang Lidak konstitusional.
Di lahun 1978 yang ber ndak dan mengkoreksi selanjulnya diseb scbagai kode
kebangkrutan.

Meskipun begitu, hukum kepailitan di Amerika Serikat masih memberikan kesempatan


kepada debitur untuk menyelesaikan tunggakan kewajiban-kewajibannya kepada kreditur
melalui pengaturan yang diatur dalam bab 11 Bankruptcy Code.

Pernyataan kepailitan yang masuk dibawah bab 11 Title 11 Bankruptcy Code seringkali
merujuk sebagai reorganisasi atau restrukturisasi dalam hukum kepailitan di Amerika Serikat.
Bab 11 dalam Bankruptcy Code menyediakan suatu jalan untuk mereorganisasi segala hal yang
berkaitan dengan keuangan debitur dibawah pengawasan dari pengadilan federal kepailitan
dalam hukum kepailitan yang berlaku di Amerika Serikat. Tujuan dari adanya bab 11 ini adalah
untuk mereorganisasi debitur dengan struktur modal baru yang akan timbul dari suatu pernyataan
kepailitan.24

24
Henry R. Cheeseman. op.cit., hlm 494

23 | P a g e
Pengajuan yang dilakukan oleh debitur (Voluntary Petition) harus mengikuti format yang
terdapat dalam formulir 1 di formulir resmi yang dikeluarkan oleh Judicial Conference of the
United States.

Kecuali pengadilan memerintahkan sebaliknya, debitur kepada pengadilan juga harus


mengajukan jadwal atas aset dan utang, jadwal atas pendapatan dan pengeluaran yang ada,
jadwal atas pelaksanaan kontrak dan pinjaman yang belum daluars, dan pernyataan permasalahan
keuangan. 25 Kecuali jika diputuskan oleh pengadilan sebaliknya, hanya debitur yang dapat
mengajukan rencana reorganisasi 120 hari setelah tanggal perintah reorganisasi diumumkan.
Semua pihak yang memiliki kepentingan dalam permohonan kepailitan, termasuk debitur,
kurator, komite kreditur, komite pemegang surat berharga, kreditur, pemegang surat berharga,
atau kurator rangkap dua, dapat mengajukan rencana reorganisasi, jika, dan hanya jika:26

1. Kurator telah ditunjuk berdasarkan bab 11 Bankruptcy Code.


2. Debitur belum menyerahkan rencana reorganisasi sebelum 120 hari setelah
perintah atas keringanan diumumkan.
3. Debitur belum menyerahkan rencana reorganisasi yang sebelumnya sudah
disepakati, sebelum 180 hari setelah perintah atas keringanan diumumkan.

Debitur dapat mengajukan rencana reorganisasi sesuai dengan yang ada dalam bab 11
Bankruptcy Code meskipun debitur itu sendiri yang mengajukan permohonan kepailitan
(Voluntary Case), atau debitur dapat mengajukan rencana reorganisasi segera setelah
permohonan pernyataan kepailitan oleh kreditur (Involuntary Case) diumumkan.27 Isi atau
rencana reorganisasi tersebut harus direncanakan sesuai dengan peraturan yang berlaku dan
direncanakan dengan secara rinci.

Ketika permohonan reorganisasi diajukan oleh debitur atau kreditur, debitur secara
langsung akan diasumsikan berada dalam identitas tambahan, yaitu debtor in possesion
(DIP).28DIP adalah suatu istilah dimana debitur tetap memiliki dan mengontrol segala aset yang
dimilikinya saat menjalani proses reorganisasi dibawah aturan bab 11 Title 11 Bankruptcy Code,

25
Bankruptcy Rules. Fed. R. Bankr. P. 1007(b)
26
Bankruptcy Code §§ 1121(b)(c).
27
Bankruptcy Code §§ 1121(a).
28
U.S.C Title 11 § 1101.

24 | P a g e
tanpa ada kurator yang ditunjuk. Namun, pengadilan melalui permintaan dari para pihak yang
memiliki kepentingan tanpa harus memberikan rencana konfirmasi terlebih dahulu dapat
menunjuk kurator dalam hal reorganisasi, apabila:29

1. Dikarenakan, penipuan, ketidakjujuran, inkompeten, atau terjadi salah urus atas


debitur dalam kepemilikan (DIP) terhadap usaha atau bisnis yang sedang
dijalaninya.
2. Jika penunjukan debitur dalam kepemilikan (DIP) atas kepentingan kreditur,
pemegang surat berharga, dan kepentingan aset-aset debitur.

Seorang debitur akan tetap berada dalam posisi DIP hingga rencana reorganisasi debitur
disetujui, pernyataan kepailitan debitur berakhir atau dirubah kembali menjadi dibawah yuridiksi
bab 7 Title 11 Bankruptcy Code, atau kurator dalam bab 11 Title 11 Bankruptcy Code ditunjuk.
Pada umumnya, debitur dalam keadaan debtor in possession mempunyai kewenangan dan fungsi
dalam menjalankan bisnisnya hampir sama seperti kewenangan dan fungsi kurator dalam Title
11 Bankruptcy Code.30Debitur dalam kondisi debtor in possession juga diizinkan tetap dapat
menjalankan usahanya, kecuali jika pengadilan melalui permohonan dari pihak yang memiliki
kepentingan, dan telah diadakan peradilan, memerintahkan sebaliknya, dalam kondisi seperti ini,
usaha debitur dijalankan oleh kurator.31

29
U.S.C Title 11 § 1104.
30
U.S.C Title 11 § 1107(a).
31
U.S.C. Title 11 § 1108.

25 | P a g e
PERSAMAAN HUKUM KEPAILITAN INDONESIA DENGAN HUKUM KEPAILITAN
AMERIKA SERIKAT

Meskipun terdapat perbedaan atas sistem hukum yang dianut antara Indonesia dengan Amerika
Serikat, yaitu system hukum yang dianut oleh Indonesia Sistem Eropa Kontinental dan Amerika
Latin (civil law system) sedangkan Amerika menganut Sistem Anglo – American (common law
system) namun ternyata masih terdapat beberapa persamaan dalam hukum kepailitan diantara
kedua negara ini . Persamaan yang terdapat dalam perbandingan antara hukum kepailitan yang
berlaku di Indonesia dengan hukum kepailitan yang berlaku di Amerika Serikat antara lain
terhadap definisi atas pengertian antara kreditur, debitur, dan kurator, dimana antara kedua
hukum kepailitan mempunyai definisi yang nyaris serupa terhadap ketiga hal tersebut. Kemudian
dalam pihak yang dapat melakukan pengajuan permohonan pernyataan kepailitan, baik hukum
kepailitan yang berlaku di Indonesia maupun hukum yang berlaku di Amerika Serikat terdapat
kesamaan, yaitu kreditur dan debitur. Dalam lembaga Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang
juga terdapat kemiripan antara lembaga Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang berdasarkan

hukum kepailitan yang berlaku di Indonesia dengan Reorganization Bussiness dalam bab 11
Title 11 Bankruptcy Code di Amerika Serikat. Bila dalam hukum kepailitan di Amerika Serkat
dikenal adanya reorganization perusahaan yang diatur dalam bab 11 Tittle Backrupcty Code,
maka hal ini tidak dikenal dalam hukum kepailitan di Indonesia namun bila diteliti lebih jauh
tentang hukum kepailitan di Indonesia yang tidak mengatur tentang adanya kemungkinan untuk
melakukan reorganisasi perusahaan, sesungguhnya lembaga reorganisasai perusahaan ini mirip
dengan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang keduanya cukup mirip walaupun tidak sama
persis.

PKPU adalah suatu cara untuk menghindari kepailitan yang lazimnya bermuara pada likuidasi
harta kekayaan debitur.

Bagi perusahaan, PKPU bertujuan memperbaiki keadaan ekonomis dan kemampuan debitur
membuat laba. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa PKPU bertujuan menjaga jangan
sampai debitur, yang karena suatu keadaan semisal keadaan tidak likuid dan sulit mendapat
kredit dinyatakan pailit, sedangkan kalau debitur tersebut diberi waktu dan kesempatan, besar
harapan ia ia akan dapat membayar utangnya.

26 | P a g e
Putusan pailit dalam keadaan tersebut di atas akan berakibat pengurangan nilai perusahaan dan
ini akan merugikan para kreditur. PKPU bukan dimaksudkan untuk kepentingan debitur semata,
juga untuk kepentingan para krediturnya khususnya kreditur konkuren. Dengan diberikannya
waktu dan kesempatan, debitur nelalui reorganisasi usahanya dan atau restrukturisasi utang-
utangnya dapat melanjutkan usahanya.

Apabila dalam Chapter 11 telah diatur tentang plan of reorganization, maka dalam UU
Kepailitan diatur juga tentang rencana perdamaian dalam PKPU. Dari prinsip dasar di atas, maka
dapat kita simpulkan bahwa PKPU memiliki kesamaan dengan reorganisasi dalam Chapter 11,
dimana debitur diberi kesempatan untuk melakukan restrukturisasi perusahaannya maupun
restrukturisasi utang-utangnya sehingga dapat tetap eksis sebelum dinyatakan pailit oleh hakim.

Dalam hukum kepailitan yang berlaku di Indonesia dimungkinkan adanya penyelesaian


sengketa atas permohonan kepailitan diluar pengadilan. Penyelesaian masalah diluar pengadilan
ini bisa bedasrakan oleh perjanjian arbitrasi maupun dengan cara-cara lainnya secara
musyawarah antara lain konsultasi, negosiasi, mediasi, konsiliasi, dan penilaian para ahli. Begitu
juga dengan hukum kepailitan yang berlaku di Amerika Serikat, debitur dan kreditur juga dapat
menyelesaikan sengketa kepailitan di luar pengadilan sesuai dengan kesepakatan kedua belah
pihak atau bisa dikenal dengan ADR (Alternative Dispute Resolution) yang diantaranya meliputi
negosiasi, mediasi, dan arbitrase.

27 | P a g e
PERBEDAAN HUKUM KEPAILITAN INDONESIA DENGAN HUKUM KEPAILITAN
AMERIKA SERIKAT

Dapat dikatakan terdapat banyak sekali perbedaan antara hukum kepailitan yang berlaku di
Indonesia dengan hukum kepailitan di Amerika Serikat. Perbedaan yang terlihat paling jelas
adalah sistem hukum dan hukum acara yang digunakan, hukum kepailitan di Amerika Serikat
menganut sistem hukum dan hukum acara Common Law, sedangkan hukum kepailitan di
Indonesia menganut sistem hukum dan hukum acara Civil Law.

Kemudian dalam hukum kepailitan di Amerika Serikat disebutkan pihak-pihak yang tidak
dapat diajukan permohonan kepailitan, yaitu perusahaan yang bergerak dibidang konstruksi jalan
kereta api, perusahaan asuransi dalam negeri, bank, bank penyimpan dana, bank korporasi,
lembaga simpan pinjam, lembaga bangunan dan pinjaman, lembaga rumah dan pekarangannya
perusahaan pembiayaan kapital baru, lembaga investasi untuk bisnis kecil, serikat kredit atau
bank industri atau institusi serupa, atau perusahaan asuransi asing, dan bank asing . Permohonan
kepailitan juga tidak dapat diajukan kepada petani, keluarga petani, atau perusahaan nirlaba,
bisnis, atau perusahaan niaga, dalam hukum kepailitan yang berlaku di Amerika Serikat.
Sedangkan di Indonesia tidak disebutkan secara mendetail siapa saja pihak yang tidak dapat
diajukan permohonan pernyataan kepailitan. Debitur itu sendiri (voluntary petition);

1. Satu atau lebih kreditur (Unvoluntary petition);


2. Kejaksaan untuk kepentingan umum;
3. Bank Indonesia jika debiturnya adalah bank;
4. Badan Pengawas Pasar Modal jika debiturnya adalah perusahaan efek, bursa efek,
lembaga kliring dan penjaminan, lembaga penyimpanan dan penyelesaian;
5. Menteri Keuangan jika debiturnya adalah perusahaan asuransi, perusahaan reasuransi,
dana pensiun, atau badan usaha milik negara yang bergerak di bidang kepentingan
publik.

28 | P a g e
Sedangkan hukum kepailitan yang berlaku di Amerika Serikat tidak dilakukan pemisahan
terhadap pihak yang dapat mengajukan permohonan pernyataan kepailitan seperti dalam
peraturan yang berlaku di Indonesia.

Persyaratan atas pengajuan permohonan kepailitan yang berlaku di Indonesia juga


memiliki perbedaan yang sangat jelas dengan hukum kepailitan di Amerika Serikat. Dalam
hukum kepailitan yang berlaku di Indonesia, seorang debitur dapat dimohonkan untuk
dinyatakan pailit apabila debitor tersebut memiliki dua atau lebih kreditor dan tidak mampu
membayar sedikitnya satu utang yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih. Sedangkan hukum
kepailitan yang berlaku di Amerika Serikat memberikan persyaratan untuk pengajuan
permohonan kepailitan dengan lebih rinci, yaitu dilakukan oleh 3 atau lebih kreditur, dimana
masing-masing kreditur memiliki utang yang dapat diklaim kepada debitur yang harus
merupakan utang pokok setidaknya sebesar 14.425 Dolar Amerika, dan jika ada kurang dari 12
orang pemegang klaim utang, namun tidak termasuk pegawai atau orang dalam perusahaan, dan
utang pokoknya belum terpenuhi, maka dapat menggabungkan dirinya sehingga utang pokok
sebesar minimal 14.425 Dolar Amerika terpenuhi barulah dapat mengajukan permohonan
pernyataan kepailitan.

Dalam hukum kepailitan yang berlaku di Amerika Serikat, suatu utang dapat diartikan
sebagai hak untuk menerima pembayaran atau hak untuk mendapat ganti kerugian oleh debitur
kepada kreditur. Sedangkan dalam hukum kepailitan yang berlaku di Indonesia, suatu utang
diartikan hanya sebagai kewajiban dari debitur kepada kreditur yang dapat dinyatakan dalam
bentuk uang.

Prosedur kepailitan bedasarkan hukum kepailitan yang berlaku di Indonesia dibagi


berdasarkan subjek dari debitur, yaitu:

1. Kejaksaan untuk kepentingan umum;


2. Bank Indonesia jika debiturnya adalah bank;
3. Badan Pengawas Pasar Modal jika debiturnya adalah perusahaan efek, bursa efek,
lembaga kliring dan penjaminan, lembaga penyimpanan dan penyelesaian;
4. Menteri Keuangan jika debiturnya adalah perusahaan asuransi, perusahaan
reasuransi, dana pensiun, atau badan usaha milik negara yang bergerak di bidang
kepentingan publik.

29 | P a g e
Sedangkan dalam hukum kepailitan yang berlaku di Amerika Serikat, prosedur kepailitan hanya
berdasarkan kreditur (involuntary case) atau debitur (voluntary case) saja.

Dalam hukum kepailitan Amerika Serikat, Debitur memiliki hak terbatas ketika
pernyataan kepailitan diumumkan. Sedangkan dalam hukum kepailitan Indonesia, ketika
pernyataan pailit diumumkan hak untuk debitur atas aset-asetnya diputus sama sekali.
Mengajukan permohonan pernyataan pailit dalam hukum kepailitan yang berlaku di Indonesia
berdampak pada debitur yang kehilangan segala hak perdata untuk menguasai dan mengurus
harta kekayaan yang dimilikinya. Sedangkan pengajuan permohonan pernyataan kepailitan di
Amerika Serikat debitur tidak serta merta kehilangan haknya terhadap harta yang dimilikinya,
ada beberapa harta atau aset debitur yang tetap dapat menjadi hak debitur, terutama yang
berkaitan dengan kelangsungan hidup debitur dan keluarganya.Dalam hukum kepailitan di
Amerika Serikat debitur juga memiliki hak untuk tetap mendapatkan tunjangan-tunjangan yang
berkaitan dengan kelangsungan hidup debitur dan keluarganya.

Di Indonesia dalam hukum kepailitannya terdapat upaya hukum terhadap putusan


kepailitan berupa kasasi atau peninjauan kembali yang diputuskan oleh Mahkamah Agung
Republik Indonesia. Dalam hukum kepailitan di Amerika Serikat tidak mengenal adanya suatu
upaya hukum, hal ini dikarenakan pengajuan permohonan kepailitan diajukan kepada
pengadilan federal, pengadilan federal adalah pengadilan tertinggi dalam hirearki system
peradilan di Amerika Serikat. Dalam proses pengadilan kepailitan di Amerika Serikat, hakim
pengadilan federal kepailitan Amerika Serikat akan mendorong debitur untuk melakukan
reorganisasi atau restrukturisasi terhadap permasalahan keuangannya. Sedangkan di Indonesia
proses reorganisasi atau restrukturisasi debitur didapatkan jika permohonan tersebut tidak
didorong atau ditawarkan terlebih dahulu oleh hakim pengadilan niaga, namun harus diajukan
oleh debitur yang memiliki lebih dari 1 (satu) kreditur atau oleh kreditur dalam mengajukan
permohonan atas Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang kepada pengadilan niaga dalam
sidang pertama kepailitan.31

Dalam hukum kepailitan yang berlaku di Indonesia, suatu Penundaan Kewajiban


Pembayaran Utang dibentuk semacam kurator atau pengurus yang bertugas mendampingi
manajemen perusahaan dalam melakukan restrukturisasi. Pengurus ini kemudian sekaligus
berfungsi sebagai pengawas jalannya restrukturisasi dalam Penundaan Kewajiban Pembayaran

30 | P a g e
Utang. Sedangkan dalam hukum kepailitan yang berlaku di Amerika Serikat, berdasarkan bab 11
Title 11 Bankruptcy Code, proses restrukturisasi dipercayakan sepenuhnya kepada manajemen
perusahaan.

Berikut kami menyediakan table Persamaan dan Perbedaan antara Hukum Kepailitan di
Indonesia dengan Hukum Kepailitan di Amerika untuk memudahkan pemahaman pembaca:

PERSAMAAN dan PERBEDAAN HUKUM KEPAILITAN INDONESIA DAN AMERIKA


Pihak yang dapat 1. Debitur itu sendiri 1. Debitur itu sendiri
mengajukan pailit (voluntary petition); (voluntary position)
2. Satu atau lebih kreditur Satu atau lebih kreditur
(Unvoluntary petition); (Unvoluntary petition)
3. Kejaksaan untuk
kepentingan umum;
4. Bank Indonesia jika
debiturnya adalah bank;
5. Badan Pengawas Pasar
Modal ( sekarang
digantikan oleh OJK)
jika debiturnya adalah
perusahaan efek, bursa
efek, lembaga kliring
dan penjaminan,
lembaga penyimpanan
dan penyelesaian;
6. Menteri Keuangan jika
debiturnya adalah
perusahaan asuransi,
perusahaan reasuransi,
dana pensiun, atau badan
usaha milik negara yang

31 | P a g e
bergerak di bidang
kepentingan publik.

Rekstrukturisasi PKPU 2. Reorganization


Bussiness dalam Bab
11 Tittle 11
Bankcrupty
Penyelesaian sengketa atas Perjanjian Arbitrase ADR (Alternative Dispute
permohonan kepailitan di Dengan cara musyawarah: Resolution)
luar pengadilan  Konsultasi  Negosiasi
 Negosiasi  Mediasi
 Mediasi Arbitrase
 Konsiliasi
Penilaian para ahli
Sistem Hukum  Civil Law  Common Law
Pihak yang tidak dapat Tidak dijelaskan-  perusahaan yang
mengajukan permohonan bergerak dibidang
pailit konstruksi jalan kereta
api
 perusahaan asuransi
dalam negeri
 bank
 bank penyimpan dana,
 bank korporasi,
 lembaga simpan
pinjam,
 lembaga bangunan
dan pinjaman,
 lembaga rumah dan
pekarangannya

32 | P a g e
 perusahaan
pembiayaan kapital
baru,
 lembaga investasi
untuk bisnis kecil,
 serikat kredit
 bank industri
 institusi serupa,
 perusahaan asuransi
asing,
 bank asing .
 petani,
 keluarga petani
 perusahaan nirlaba,
 bisnis,
perusahaan niaga
Persyaratan Hukum Persayaratan hukum
kepailitan  Pailit ditetapkan apabila kepailitan di AS lebih rinci
debitor yang mempunyai  dilakukan oleh 3 atau
dua atau lebih kreditor lebih kreditur,
tidak mampu membayar  dimana masing-
sedikitnya satu utang masing kreditur
yang telah jatuh tempo. memiliki utang yang
 Pailit sedikitnya harus dapat diklaim kepada
terdapat dua (2) kreditor debitur yang harus
(concursus creditorum). merupakan utang
 Terdapat utang. pokok setidaknya
 Terdapat utang yang sebesar 14.425 Dolar
telah jatuh tempo dan Amerika
dapat ditagih.

33 | P a g e
 Syarat cukup satu utang  jika ada kurang dari
telah jatuh tempo dan 12 orang pemegang
dapat ditagih. klaim utang, namun
Debitor harus dalam keadaan tidak termasuk
insolvent, yaitu keadaan tidak pegawai atau orang
mampu membayar lebih dari dalam perusahaan,
50% (lima puluh persen) utang- dan utang pokoknya
utangnya belum terpenuhi,
maka dapat
menggabungkan
dirinya sehingga
utang pokok sebesar
minimal 14.425 Dolar
Amerika
Pengertian Utang kewajiban dari debitur kepada  sebagai hak untuk
kreditur yang dapat dinyatakan menerima
dalam bentuk uang. pembayaran atau hak
 untuk mendapat ganti
kerugian oleh debitur
kepada kreditur
Hak Debitur ketika sudah Debitur memiliki hak terbatas Ketika pernyataan pailit
diyatakan pailit ketika pernyataan kepailitan diumumkan hak untuk debitur
diumumkan. atas aset-asetnya diputus
sama sekali.
Upaya hukum Di Indonesia dalam hukum Dalam hukum kepailitan di
kepailitannya terdapat upaya Amerika Serikat tidak
hukum terhadap putusan mengenal adanya suatu upaya
kepailitan berupa kasasi atau hukum, hal ini dikarenakan
peninjauan kembali yang pengajuan permohonan
diputuskan oleh Mahkamah kepailitan diajukan kepada
Agung Republik Indonesia. pengadilan federal

34 | P a g e
Pihak yang melakukan Dibentuk semacam Kurator atau Dipercayakan sepenuhnya
Rekstrukturisasi pengurus yang bertugas kepada Manajemen
mendampingi manajemen Perusahaan
perusahaan dalam melakukan
rekstrukturisasi perusahaan

35 | P a g e
BAB III

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

3.1 ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

CONTOH KASUS KEPAILITAN DI AMERIKA FRAUD AUDITOR


Enron Corporation adalah sebuah perusahaan energi Amerika yang berbasis di Houston,
Texas, Amerika Serikat. Sebelum bangkrutnya pada akhir 2001, Enron mempekerjakan sekitar
21.000 orang pegawai dan merupakan salah satu perusahaan terkemuka di dunia dalam bidang
listrik, gas alam, bubur kertas dan kertas, dan komunikasi. Enron mengaku penghasilannya pada
tahun 2000 berjumlah $101 milyar. Fortune menamakan Enron "Perusahaan Amerika yang
Paling Inovatif" selama enam tahun berturut-turut. Enron menjadi sorotan masyarakat luas pada
akhir 2001, ketika terungkapkan bahwa kondisi keuangan yang dilaporkannya didukung
terutama oleh penipuan akuntansi yang sistematis, terlembaga, dan direncanakan secara kreatif.
Operasinya di Eropa melaporkan kebangkrutannya pada 30 November 2001, dan dua hari
kemudian, pada 2 Desember, di AS Enron mengajukan permohonan perlindungan Chapter 11.
Saat itu, kasus itu merupakan kebangkrutan terbesar dalam sejarah AS dan menyebabkan 4.000
pegawai kehilangan pekerjaan mereka .

Tuntutan hukum terhadap para direktur Enron, setelah skandal tersebut, sangat menonjol karena
para direkturnya menyelesaikan tuntutan tersebut dengan membayar sejumlah uang yang sangat
besar secara pribadi. Selain itu, skandal tersebut menyebabkan dibubarkannya perusahaan
akuntansi Arthur Andersen, yang akibatnya dirasakan di kalangan dunia bisnis yang lebih luas,
seperti yang digambarkan secara lebih terinci di bawah.

Enron masih ada sekarang dan mengoperasikan segelintir aset penting dan membuat persiapan-
persiapan untuk penjualan atau spin-off sisa-sisa bisnisnya. Enron muncul dari kebangkrutan
pada November 2004 setelah salah satu kasus kebangkrutan terbesar dan paling rumit dalam

36 | P a g e
sejarah AS. Sejak itu, Enron menjadi lambang populer dari penipuan dan korupsi korporasi yang
dilakukan secara sengaja.

ANALISIS KASUS FRAUD AUDITOR


Bab 11 Undang-Undang Kepailitan Amerika Serikat atau populer dengan sebutan
Chapter 11 adalah salah satu bab dalam Undang-Undang Kepailitan tentang reorganisasi sesuai
hukum kepailitan Amerika Serikat. Bidang usaha berbentuk apa pun bisa meminta perlindungan
Bab 11 Undang-Undang Kepailitan termasuk perseroan, perusahaan perseorangan, atau
perorangan yang memiliki utang tanpa jaminan paling sedikit AS$336.900,00 atau utang beragun
paling sedikit AS$1.010.650,00. Walaupun demikian, perlindungan Bab 11 sebagian besar hanya
diajukan oleh badan perseroan.

Sebagai perbandingan, Bab 7 mengatur prosedur likuidasi ketika terjadi kepailitan.


Sementara itu, Bab 13 mengatur prosedur reorganisasi untuk mayoritas perorangan dengan utang
tanpa jaminan kurang dari AS$336.900,00 dan utang beragun kurang dari AS$1.010.650,00
(berlaku sejak 1 April 2007).

Ketika pemilik usaha tidak lagi mampu menyelesaikan utang atau membayar kreditor, pemilik
usaha atau kreditor bisa mengajukan perlindungan Bab 7 atau Bab 11 Undang-Undang
Kepailitan Amerika Serikat. Berdasarkan Bab 7, pemilik usaha menghentikan semua operasi
sementara wali amanat menjual semua aset, dan membagikan hasil penjualan aset kepada
kreditor atau investor. Pemilik usaha yang meminta perlindungan Bab 11 biasanya mencoba
bertahan beroperasi sementara pengadilan kepailitan mengawasi "reorganisasi" kewajiban utang
pemilik usaha. Pengadilan dapat mengabulkan pembebasan seluruh atau sebagian utang dan
kewajiban perusahaan sehingga perusahaan bisa memulai lagi usaha dari awal. Kadang-kadang,
bila utang pemilik usaha melebihi aset yang dimiliki, di akhir prosedur kepailitan, pemilik usaha
sudah tidak punya apa-apa lagi. Semua hak dan kepemilikan dari pemilik lama berakhir, dan
perusahaan yang sudah selesai direorganisasi menjadi hak milik kreditor. Eropa melaporkan
kebangkrutannya pada 30 November 2001, dengan adanya reorganization Enron dapat muncul
dari kebangkrutan pada November 2004 setelah menjadi salah satu kasus kebangkrutan terbesar
dan paling rumit dalam sejarah AS. Sejak itu, Enron menjadi lambang populer dari penipuan dan
korupsi korporasi yang dilakukan secara sengaja.

37 | P a g e
PROFIL AUDITOR

Arthur Andersen adalah sebuah perusahaan jasa akuntansi yang berbasis di Chicago,
Illinois, Amerika Serikat. Perusahaan ini didirikan oleh Arthur Andersen pada tahun 1913. Pada
tahun 2002, perusahaan ini secara sukarela menyerahkan izin praktiknya sebagai Kantor Akuntan
Publik setelah dinyatakan bersalah dan terlibat dalam skandal Enron dan menyebabkan 85.000
orang kehilangan pekerjaannya.

Jenis Limited Liability Partnership


Industri Akuntansi
Jasa Profesional
Pajak
Konsultasi Izin praktik Kantor Akuntan Publik dicabut pada
tahun 2002
Didirikan 1913
Kantor Pusat Chicago, Illinois , Amerika Serikat
Produk Jasa Profesional
Pendapatan US $9,3 milyar ( pada 2002)
Karyawan Sekitar 200 pada tahun 2007
85.000 pada 2002
Situs Web www.andersen.com

38 | P a g e
CONTOH KASUS KEPAILITAN PANDAWA GROUP
Koperasi Pandawa Group Investasi Remi Pailit dan Kantongi Total Tagihan Mencapai Rp3
Triliun

Setelah babak panjang akhirnya Pengadilan Negeri Jakarta Pusat (PN Jakpus) menyatakan vonis
pailit untuk Koperasi Pandawa Group yang dimiliki oleh Nuryanto. Putusan pailit ini tentunya
akan merugikan 28.489 orang kreditur [Kreditur: Orang yang memberikan pinjaman]. Putusan
pailit tersebut terjadi karena para kreditur menolak perpanjangan masa penundaan kewajiban
pembayaran utang (PKPU). Pada akhirnya: seluruh aset Koperasi Pandawa Group akan disita
dan dilelang untuk menutupi kerugian kreditur.

Melansir sumber Harian Kontan, Muhammad Deni, yang bertugas sebagai pengurus PKPU
Koperasi Pandawa Group, mencatat total tagihan ke 28.489 kreditur adalah Rp3,11 triliun.
Angka tersebut belum termasuk 8.009 kreditur lain dengan total kerugian mencapai Rp959,56
milliar.

Dapat dipastikan Koperasi Pandawa Group tidak dapat melunasi seluruh tagihan kreditur yang
mencapai Rp3 triliun. Dikabarkan saat ini, aset Koperasi Pandawa Group hanya setengah dari
total tagihan, berupa:

• 26 mobil

• 9 unit motor

• 10 bidang tanah

• 6 bangunan dan rumah

• 3 sertifikat tanah dan akta jual beli (AJB)

Sidang keputusan tersebut dipimpin oleh hakim PN Jakpus Eko Sugianto. Hasil keputusannya:
“Menyatakan Koperasi Simpan Pinjam Pandawa Group dan Nuryanto dalam keadaan pailit.”
Dan “Menunjuk dan mengangkat hakim pengawas dari pengadilan niaga, Titi Tedjaningsih dan
menunjuk lima pengurus sebagai kurator dalam perkara PKPU.”

39 | P a g e
Bagaimana Nasib Kreditur?

Pengaturan mengenai kepailitan perusahaan diatur dalam Undang-undang No 37/2004 tentang


Kepailitan. Setelah keputusan pailit keluar, aset dari debitur [Debitur: orang atau perusahaan
yang meminjam uang] ada di tangan kurator [Kurator: profesional yang bertugas melakukan
pengurusan dan pemberesan harta pailit]. Kurator bisa melakukan lelang untuk memenuhi
kewajiban kepada kreditur.

Permasalahannya jika debitur sedang menjalani proses pidana dan aset-aset masih disita sebagai
barang bukti oleh kepolisian. Kurator tidak dapat menggunakan aset tersebut untuk memenuhi
kewajiban kreditur, karena masih dalam proses penyidikan. Jika dalam putusan pengadilan
disebutkan aset dikembalikan kepada debitur, maka kurator berhak untuk menggunakan aset
tersebut untuk memenuhi kewajiban kreditur.

ANALISIS KASUS KEPAILITAN PANDAWA GROUP


Koperasi Pandawa Group merupakan lembaga keuangan yang menawarkan pelunasan kredit atau
pelunasan utang rakyat dengan cara menerbitkan surat berharga. Modus yang digunakan oleh
Koperasi Pandawa untuk meyakinkan kliennya adalah dengan cara menerbitkan surat
pembebasan utang yang mengatas namakan Presiden & Republik Indonesia serta lembaga
Internasional negara lain . . Dengan demikian praktik yang dilakukan oleh Koperasi Pandawa
Group ini jelas sangat merugikan masyarakat karena harusnya Koperasi Pandawa Group
melapor terlebih dahulu untuk memperoleh sertifikat pembebasan utang tersebut

Pada kasus ini Pandawa Group dinyatakan pailit dan melanggar peraturan mengenai kepailitan
perusahaan diatur dalam Undang-undang No 37/2004 tentang Kepailitan. Para kreditur juga
menolak perpanjangan masa penundaan kewajiban pembayaran utang (PKPU) karena kreditur
yakin bahwa Pandawa Group tidak dapat melunasi seluruh tagihan kreditur yang mencapai Rp
3 triliun sedangkan asset yang dimiliki Pandawa Group ini sendiri hanya setengah dari
hutangnya tersebut. Akhirnya, seluruh aset Koperasi Pandawa Group akan disita dan dilelang
untuk menutupi kerugian kreditur Satuan Tugas (Satgas) Waspada Investasi Otoritas Jasa
Keuangan (OJK) turun untuk menyelidiki kasus yang berpusat di Kota Depok, Jawa Barat,
tersebut untuk melakukan perlindungan konsumen dan masyarakat. Terkait Pandawa, banyak
sekali masyarakat menanyakan kegiatan Pandawa, terutama karena memberi bunga 10 persen per
bulan. Pandawa Group memberi bunga 10 persen yang bukan merupakan kegiatan koperasi.

40 | P a g e
Ada tiga pihak di sana, Pandawa Group, Salman Nuryanto selaku pemilik, dan KSP Pandawa
Mandiri Group. Mereka menghentikan kegiatan Pandawa Group karena berpotensi merugikan
masyarakat dan diduga melakukan pelanggaran terhadap ketentuan perundang-undangan yaitu
dengan tindkannya menghimpun dana tetapi tidak ada izin sama sekali..

41 | P a g e
BAB IV

PENUTUP

KESIMPULAN
Berdasarkan analisa kami terhadap perbandingan hukum kepailitan di Indonesia dan hukum
kepailitan di Amerika yang telah dijelaskan pada bagian pembahasan makalah ini kami
menyimpulkan bahwa

Dalam hukum kepailitan di Indonesia dan hukum Kepailitan Amerika mempunyai beberpaa
kemiripan yang walaupun tidak sama persis yang ada dalam hukum kepailitan yang berlaku di
Indonesia dengan hukum kepailitan yang berlaku di Amerika Serikat. Diantaranya definisi
terhadap pengertian antara kreditur, debitur dan kurator. Selain itu terdapat persamaan dalam hal
lembaga Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang di Indonesia dengan Reorganization di
Amerika Serikat yang bila kita tinjau lebih dalam lagi mempunyai banyak kemiripian walaupun
dalam penerapannya PKPU ini belum maksmimal sehingga masih tidak sebaik dengan peraturan
bab 11 Title 11 Bankruptcy Code,. Dirasakan bahwa peraturan kepailitan yang ada, sangat tidak
dapat diandalkan. Banyak Debitor yang dihubungi oleh para kreditornya karena berusaha
mengelak untuk tanggung jawab atas penyelsaian utang-utangnya. Sedangkan restrukrisasi utang
hanyalah mungkin ditempuh apabila debitor bertemu dan duduk berunding dengan para
kreditornya atau sebaliknya. Di samping adanya kesedian untuk berunding itu, bisnis debitor
harus masih memiliki prospek yang baik untuk mendatangkan revenue, sebagai sumber
pelunasan utang yang direstrukturisasi itu.Dalam hukum kepailitan di dua negara tersebut juga
memungkinkan adanya penyelesaian masalah atau sengketa debitur dan kreditur dalam masalah
kepailitan diluar pengadilan.

Hukum kepailitan yang berlaku di Indonesia memiliki banyak perbedaan dengan hukum
kepailitan yang berlaku di Amerika Serikat. Hukum kepailitan di Indonesia yang termasuk ke
dalam kelompok negara dengan Civil Law System tentu berbeda dengan Bankruptcy Law di
Amerika Serikat yang termasuk ke dalam kelompok negara dengan Common Law System.
Perbedaan tersebut meliputi perbedaan sistematika dalam hukum kepailitan yang diatur dalam
UU No. 4 Tahun 1998 dengan Bankrupty Code pada hukum kepailitan di Amerika Serikat.

42 | P a g e
Demikian juga perbedaan terkait pihak pihak yang dapat dinyatakan pailit, pihak-pihak yang
dapat mengajukan permohonan pailit, prosedur atau tata cara pengajuan permohonan pernyataan
kepailitan, Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, jangka waktu yang harus ditempuh,
hukum acara yang dipergunakan, Reorganisasi Perusahaan , Pengertian Utang , Hak Debitur
ketika Perusahaan sudah dinyatakan pailit ,upaya hukum dalam putusan kepailitan , pihak yang
melakukan restrukturisasi perusahaan dan lain-lain.

SARAN
Menurut kelompok kami saran yang dapat kita berikan adalah UU Kepailitan yang berada di
Indonesia haruslah dapat dijalankan dengan baik yaitu karena kadang kala dalam putusannya,
hakim pengadilan niaga memutus pailit kepada perusahaan yang masih memiliki aset yang lebih
daricukup untuk melunasi kewajibannya kepada para kreditur. Selain itu, penerapan hukum
kepailitan di Indonesia dapat dikatakan belum memenuhi asas keseimbangan dimana debitur
belum mendapatkan perlindungan atas kepentingannya dalam kasus kepailitan. Dalam praktik-
nya, terdapat beberapa putusan kepailitan yang tidak sesuai dengan tujuan awal dibentuknya
Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban
Pembayaran Utang, yaitu untuk mendukung pembangunan perekonomian nasional. Beberapa
putusan kepailitan oleh pengadilan terhadapa beberapa debitur telah merubah status hukum
debitur tersebut menjadi tidak cakap untuk melakukan perbuatan hukum, menguasai, dan
mengurus harta kekayaannya sejak putusan pernyataan pailit dibacakan. Pihak yang dimohonkan
pailit tersebut, pada kenyataannya, masih memiliki kesempatan untuk dapat menjalankan
perusahaannya dalam rangka untuk pembayaran atas kewajiban atau hutang-hutang debitur
kepada kreditur . Menurut kelompok kami sebiaknya Pemerintah lebih menambah fokus atau
bahkan merivisi ulang terhadap persyaratan atas pegajuan permohonan kepailitan dan penerapan
PKPU yang lebih baik sehingga tidak semakin banyak perusahaan/debitur dikatakan pailit . Juga
sebaiknya , pemerintah membuat peraturan yang memndefiniskan istilah-istilah yang ditemukan
dalam UU no 37. Tahun 2004 tentang Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) yang
lebih jelas sehingga tidak terjadi kekeliruan nantinya dalam menjalankan hukum kepailitan di
Indonesia. Hukum kepailitan juga mestinya tidak hanya memperhatikan kreditur dan debitur
tetapi yang lebih penting lagi adalah memperhatikan kepentingan stakeholder yang dalam kaitan
ini yang terpenting adalah pekerja. Kepailitan juga harusnya menggalakkan reorganisasi
perusahaan. Hukum Kepalitan harus memberikan waktu cukup cukup bagi perusahaan untuk

43 | P a g e
melakukan pembenahan perusahaan. Hukum kepailitan mestinya tidak hanya memperhatikan
kreditur dan debitur tetapi yang lebih penting lagi adalah memperhatikan kepentingan
stakeholder yang dalam kaitan ini yang terpenting adalah pekerja.

44 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA

Buku

Fuady,Munir.2017.Hukum Pailit dalam Teori dan Praktek. Bandung:PT Citra Aditya Bakti

Widjaja, Gunawan.2003. Tanggung Jawab Direksi Atas Kepailitan Perseroan. Jakarta: PT. Raja

Anisah, Siti.2008.Perlindungan Kepentingan Kreditor dan Debitor Dalam Hukum Kepailitan Di


Indonesia. Yogyakarta: Kreasi Total Media

Asyhadie,Zaeni.2014. Hukum Bisnis Prisip dan Pelaksanaanya di Indonesia. Jakarta : Rajawail


Pers

Baird, Douglas G.2005.The Elements of Bankruptcy, Fourth Edition (Concepts and Insights).
Foundation Press

Jono.2008. Hukum Kepailitan. Jakarta: Sinar Grafika

M. Friedman, Lawrence.1985. History of American Law. New York : Simon & Schuster, Inc

Sutedi, Adrian.2009.Hukum Kepailitan. Jakarta: Ghalia Indonesia

Yuhassarie, Emmy. Kepailitan dan Transfer Aset Secara Melawan Hukum. Jakarta: Pusat
Pengkajian Hukum.

Amerika Serikat, The United States Bankruptcy Code Title 11.

Internet

Goendoel, Wawan.2014.” ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA DI LUAR


PERADILAN”, https://www.slideshare.net/WawanGoendoel/alternatif-penyelesaian-sengketa-
bisnis-di-luar-pengadilan, diakes pada 29 Oktober 19.02

Sunarmi.2014.” Perbandingan Sistem Hukum Kepailitan Antara Indonesia (Civil Law System)
Dengan Amerika Serikat (Common Law System)

45 | P a g e
“,file:///E:/Elsa%20Kristiadji/Downloads/Documents/perdata-sunarmi5.pdf, diunduh pada 30
Oktober 18.56

Budi,Panca.2012.” Perbandingan Sistem Hukum Kepailitan antara Indonesia dengan Amerika


Serikat” http://lppro.pancabudi.ac.id/news/read/perbandingan-sistem-hukum-kepailitan-antara-
indonesia-dengan-amerika-serikat , diakses pada 30 Oktober 17.45

Dani,Imam.2013.”Kepailitan Amerika”
https://www.academia.edu/11162980/Kepailitan_Amerika, diakses pada 29 Oktober 16.32

Bougenville, Lotus.2010.”Kepailitan dan Penundaan Pembayaran”,


https://lotusbougenville.wordpress.com/2010/06/16/kepailitan-dan-penundaan-pembayaran/,
diakses pada 31 Oktober 20.14

Noviansyah, Aditya.2013. “Ini Penyebab Batavia Dikatakan Pailit”,


https://bisnis.tempo.co/read/458040/ini-penyebab-batavia-air-dinyatakan-pailit, diakses pada 31
Oktober 22.06

Stephanny, Happy Rayna.”Batavia Air Pailit”,


http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt5109da6249361/batavia-air-pailit, diakses pada 31
Oktober 21.46

Sulaiman , Alfin.” Hubungan OJK terhadap Prosedur Kepailitan Perbankan dan Industri
Keuangan” , http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt52dfe654d9902/hubungan-ojk-
terhadap-prosedur-kepailitan-perbankan-dan-industri-keuangan, diakses pada 31 Oktober 21.55

Hartanto, Ade.” ANALISA KASUS KOPERASI PANDAWA GROUPDAN UN SWISSINDO”,


https://www.scribd.com/document/334676796/Analisa-Kasus-Koperasi-Pandawa-Group ,
diakses pada 01 November 19.15

Finansialku.” Koperasi Pandawa Group Investasi Remi Pailit dan Kantongi Total Tagihan
Mencapai Rp3 Triliun” https://www.finansialku.com/koperasi-pandawa-group-investasi-pailit/,
diakses pada 01 November 19.19

Pramudya, Kelil.”Kelemahan Hukum Kepailitan di Indonesia”, https://click-


gtg.blogspot.co.id/2008/10/kelemahan-hukum-kepailitan-di-indonesia.html, diakses pada 01
November 19.34

46 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai