Disusun Oleh:
1. Elsa Florentia-125170320
2. Thalia Pricilla-125170311
Kelas :
MY
UNIVERSITAS TARUMANEGARA
FALKUTAS EKONOMI
AKUNTANSI
JAKARTA
OKTOBER 2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami hanturkan kepada kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan
kesehatan jasmani dan rohani kepada kami, sehingga makalah yang diberi judul “ANALISA
HUKUM KEPAILITAN DI INDONESIA DENGAN HUKUM KEPAILITAN DI AMERIKA "
ini dapat kami selesaikan dengan tepat waktu.
Makalah ini disusun dan dibuat berdasarkan materi – materi yang ada dari buku dan internet
tentang Kepailitan dalam membandingkan Hukum Kepailitan yang ada di Indonesia dengan
Hukum Kepailitan Amerika. Materi – materi ini bertujuan agar kami dapat menambah
pengetahuan dan wawasan dalam belajar dalam salah satu program studi kami yaitu Kepailitan.
Besar harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca. Kiranya makalah tentang “Kepailitan “ ini dapat dijadikan pegangan terkait
materi yang bersangkutan untuk para pembaca .
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.Akhir kata, kami ucapkan terima
kasih.
Penyusun
i|Page
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR......................................................................................................................................... 1
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................... 2
BAB I .............................................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ............................................................................................................................................. 1
A. Latar Belakang................................................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................................................. 3
C. Tujuan Penulisan ............................................................................................................................... 3
BAB 2 ........................................................................................................................................................... 4
PEMBAHASAN ........................................................................................................................................... 4
PENGERTIAN ......................................................................................................................................... 4
HUKUM KEPAILITAN INDONESIA .................................................................................................. 13
HUKUM KEPAILITAN AMERIKA SERIKAT ................................................................................... 19
PERSAMAAN HUKUM KEPAILITAN INDONESIA DENGAN HUKUM KEPAILITAN
AMERIKA SERIKAT ............................................................................................................................ 26
PERBEDAAN HUKUM KEPAILITAN INDONESIA DENGAN HUKUM KEPAILITAN AMERIKA
SERIKAT................................................................................................................................................ 28
ANALISIS DAN PEMBAHASAN ............................................................................................................ 36
CONTOH KASUS KEPAILITAN DI AMERIKA FRAUD AUDITOR ............................................... 36
ANALISIS KASUS FRAUD AUDITOR ............................................................................................... 37
CONTOH KASUS KEPAILITAN PANDAWA GROUP ..................................................................... 39
ANALISIS KASUS KEPAILITAN PANDAWA GROUP .................................................................... 40
BAB IV ....................................................................................................................................................... 42
PENUTUP .................................................................................................................................................. 42
KESIMPULAN ....................................................................................................................................... 42
SARAN ................................................................................................................................................... 43
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................ 45
ii | P a g e
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jadi , ternyata bahwa tujuan dari hukum kebangkrutan dari salah satu upaya
hukum yang biasa sebagai sarana penagihan utang, ternyata telah berubah menjadi
monster yang seolah-lah siap mengisap darah debitor ( yang nakal atau yang jujur).
1|Page
Bahkan, faktanya ancaman mempailitkan seorang debitor ini jauh lebih ampuh daripada
ditakuti oleh debtcolector sekalipun.
Demikianlah maka hukum kepailitan yang semula sangat jarang dipakai dan
sudah seperti layaknya disimpan di dalam museum, dengan berlakunya Undang-Undang
Nomor 4 Tahun 1998 yang disempurnakan dengan Undang-Undang Nomor 37 Tahun
2004 kemudian menjadi sangat banyak dipakai dan merupakan pemandangan sehari-hari
di pengadilan niaga. Layaknya sang pendekar yang sudah lama bertapa dan kemudian
turun gunung untuk berjuang mengalahkan ketidakadilan.
1
Emmy Yuhassarie, Kepailitan dan Transfer Aset Secara Melawan Hukum (Jakarta: Pusat Pengkajian Hukum), hlm.
75.
2
Op.cit, Penjelasan Umum.
2|Page
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka terdapat beberapa pokok permasalahan yang
akan dijelaskan sebagai kajian dalam makalah ini, antara lain:
1. Apa itu kepailitan serta hukum yang mengatur kepailitan yang ada di negara
Indonesia serta negara Amerika Serikat?
2. Bagaimanakah perbandingan antara proses kepailitan berdasarkan hukum yang
berlaku di negara Indonesia bila dibandingkan dengan proses kepailitan
berdasarkan hukum yang berlaku di Indonesia?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya maka
makalah ini dibuat dengan tujuan :
1. Untuk mengetahui hukum yang mengatur kepailitan yang ada di negara Indonesia
serta negara Amerika Serikat.
2. Untuk dapat membandingkan antara proses kepailitan berdasarkan hukum yang
berlaku di negara Indonesia bila dibandingkan dengan proses kepailitan
berdasarkan hukum yang berlaku di Indonesia.
3|Page
BAB 2
PEMBAHASAN
PENGERTIAN
Kepailitan berasal dari kata pailit. Pailit adahal segala sesuatu yang berhubungan dengan
peristiwa keadaan berhenti membayar utang-utang debitur yang telah jatuh tempo.
Bangkrut atau pailit adalah seorang pedagang yang bersembunyi melakukan tindakan tertentu
yang cenderung untuk mengelabui pihak kreditornya.3Dalam ensiklopedia Ekonomi Keuangan
Perdagangan disebutkan bahwa yang dimaksudkan dengan pailit atau bangkrut, antara lain,
seseorang yang oleh suatu pengadilan dinyatakan bankruptdan aktivanya atau warisannya telah
diperuntkkan untuk membayar utang-utangnya.4 Dari sudut sejarah hukum, undang-undang
kepailitan pada mulanya bertujuan untuk melindungi para kreditur dengan memberikan jalan
yang jelas dan pasti untuk menyelesaikan utang yang tidak dapat dibayar.
Si pailit adalah debitur yang mempunyai dua orang atau lebih kreditor dan tdak mampu
membayar satu atau lebih utangnya yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih.
Pihak yang tergolong debitur atau seseorang yang dapat dinyatakan pailit adalah :5
3
Black,Henry Campbell,op.cit.,hlm.186.
4
Abdurrachman,A ,op.cit.,hlm 89.
5
Zainal Asikin,op.,cit hlm 34
4|Page
utangnya, atau harta warisannya pada saat meninggal dunia si pewaris tidak mencukup
untuk membayar utangnya;
4. Setiap wanita bersuami ( si istri) yang dengan tenaga sendiri melakukan suatu pekerjaan
tetap atau suatu perusahaan atau mempunyai kekayaan sendiri.
Seorang debitur hanya dapat dikatakan pailit apabila telah diputuskan oleh Pengadilan Niaga.
Pihak yang dapat mengajukan permohonan agar seorang debitur dikatakan pailit adalah sebagai
berikut.
5|Page
Dalam putusan pernyataan kepailitan, selain dapat menetapkan debitur dalam keadaan pailit,
hakim juga dapat menetapkan curator tetap dan Hakim pengawas sepanjang dimintar oleh
debitur atau kreditor.Akan tetapi, apabila debitur atau kreditor tidak meminta , Balai Harta
Peninggalan (BHP) bertindak selaku Kurator.
Kurator adalah pihak yang diberi tugas untuk melakukan pengurusan dan/atau pemberesan atas
harta pailit.
1. Dalam tugasnya:
a) Tidak diharuskan memperoleh persetujuan terlebih dahulu dari debitur atau salah satu
organ debitur;
b) Atau menyampaikan pemberitahuan terlebih dahulu kepada debitur atau salah satu organ
debitur (meskipun diluar kepailitan hal ini diharuskan)
c) Dapat melakukan pinjaman kepada pihak ketiga, semata-mata dalam rangka
meningkatkan nilai harta pailit.
2. Ada dua macam kurator
a) Balai Harta Peninggalan (BHP)
b) Perorangan atau persekutuan perdata yang berdomisili di Indonesia yang memiliki
keahlian khusus yang dibutuhkan dalam rangka mengurus dan/atau membereskan harta
pailit,dan telah terdaftar pada Departemen Kehakiman.
3. Persyaratan sebagai kurator/pengurus:
a) Perorangan domisisli di Indonesia
b) Memiliki tanda lulus ujian yang diselenggarakan oleh Asosiasi Kurator dan Pengurus
Indonesia (AKPI)
c) Apabila pengurus berbentuk persekutuan perdata, maka salah satu partner harus
kurator/pengurus yang memenuhi syarat di atas.
4. Berakhirnya kepailitan (insolvency) adalah dengan akoor/perdamaian dan Kepailitan
Lintas batas ( Crossborder Insolvency)
a) Terkait dengan masalah transaksi bisnis internasional ( hukum perdata internasional)
b) Terjadi suatu keadaan dimana sebuah perusahaan telah dinyatakan pailit di suatu negara
lain, akan didirikan berdasarkan hukum setempat.
Berakhirnya Kepailitan
6|Page
Suatu kepailitan dapat dikatakan berakhir apabila telah terjadi hal-hal sebagai berikut.
1. Perdamaian
Debitur pailit berhak untuk menawarkan suatu perdamaian kepada semua
kreditor. Rencana perdamaian tersebut wajib dibicarakan dan diambil keputusan segera
setelah selesainya pencocokan piutang.
Keputusan rencana perdamaian diterima apabila disetujui dalam rapat kreditor
oleh lebih dari seperdua jumlah kreditor konkuren yang hadir dalam rapat dan yang
mewakili paling sedikit dua pertiga dari jumlah seluruh piutang konkuren yang diakui
atau untuk sementara diakui oleh kreditor konkuren atau kuasanya yang hadir dalam rapat
tersebut.
Apabila lebih dari seperdua jumlah kreditor yang hadir dalam rapat kreditor dan
mewakili paling paling sedikit seperdua dari jumlah piutang kreditor yang mempunyai
hak suara menyetujui untuk menerima rencana perdamaian, dalam jangka waktu paling
sedikit delapan hari setelah pemungutan suara pertama diadakan, harus diselenggarakan
pemungutan suara kedua. Pada pemungutan suara kedua kreditor tidak terikat pada suara
yang dikeluarkan pada pemungutan suara pertama.
Dalam setiap rapat kreditor wajib dibuatkan berita acara yang ditandatangani oleh Hakim
Pengawas dan panitera pengganti.
a) Isi perdamaian
b) Nama kreditor yang hadir dan berhak mengeluarkan suara dan menghadap
c) Suara yang dikeluarkan
d) Hasil pemungutan suara, dan
e) Segala sesuatu yang terjadi dalam rapat (pasal 154 UU No. 37 Th 2004)
Setiap orang yang berkepentingan dapat melihat dengan Cuma-Cuma berita acara rapat
yang disediakan paling lambat tujuh hari setelah tanggal berakhirnya rapat di Kepaniteraan
Pengadilan.
Isi perdamaian yang termuat dalam berita acara perdamaian harus dimohonkan
pengesahan kepada pengadilan yang megeluarkan keputusan kepailitan. Pengadilan harus
7|Page
mengeluarkan penetapan pengesahan paling lambat tujuh hari sejak dimulainya sidang
pengesahan.
a) Harta debitur, termasuk benda untuk mana dilaksanakan hak untuk menahan suatu
benda, jauh lebih besar daripada jumlah yang disetujui dalam perdamaian
b) Pelaksanaan perdamaian tidak cukup terjamin, dan
c) Perdamaian itu terjadi karena penipuan, atau persengkongkolan dengan satu atau
lebih kreditor, atau karena pemakaian upaya lain yang tidak jujur dan tanpa
menghiraukan apakah debitur atau pihak lain bekerja sama untuk mencapai
perdamaian. (pasal 159 ayat (2) UU No.37 Th 2004).
Selanjutnya, dalam hal permohonan pengesahan perdamaian ditolak, baik kreditor yang
menyetujui rencana perdamaian maupun debitur pailit, dalam jangka waktu delapan hari
setelah putusan pengadilan diucapkan dapat mengajukan kasasi. Sebaliknya, dalam hal
rencana perdamaian sisahkan atau dikabulkan, dalam jangka waktu delapan hari setelah
putusan pengadilan diucapkan dapat diajukan kasasi oleh:
a) Kreditor yang menolak perdamaian atau yang hadir pada saat pemungutan suara
b) Kreditor yang menyetujui perdamaian setelah mengetahui bahwa perdamaian tersebut
dicapai berdasarkan alasan yang tercantum dalam pasal 159 ayat (2) UU No. 37 Th
2004 diatas
2. Insolvensi
Insolvensi merupakan fase terakhir kepailitan. Insolvensi adalah suatu kejadian di
mana harta kekayaan (boedel) pailit harus dijual lelang di muka umum, yang hasil
penjualannya akan dibagikan kepada kreditor sesuai dengan jumlah piutangnya yang
disahkan dalam akor.
Dengan adanya insolvensi tersebut, Zainal Asikin menulis bahwa curator/Balai
Harta Peninggalan mulai mengambil tindakan yang menyangkut pemberesan harta
pailit,yaitu:
a) Melakukan pelelangan atas seluruh harta pailit dan melakukan penagihan
terhadap piutang-piutang si pailit yang mungkin ada di tangan pihak
8|Page
ketiga, di mana penjualan terhadap harta pailit itu dapat saja dilakukan di
bawah tangan sepanjang mendapat persetujuan dari Hakim Komisaris
b) Melanjutkan pengelolaan perusahaan si pailit apabila dipandang
menguntungkan, namun pengelolaan itu harus mendapat persetujuan
Hakim Komisaris
c) Membuat daftar pembagian yang berisi: jumlah uang yang diterima dan
dikeluarkan selama kepailitan, nama-nama kreditor dan jumlah tagihan
yang disahkan, pembayaran yang akan dilakukan terhadap tagihan tersebut
d) Melakukan pembagian atas seluruh harta pailit yang telah dilelang atau
diuangkan itu.
Dengan demikian, apabila insolvensi sudah selesai dan para kreditor sudah menerima
piutangnya sesuai dengan yang disetujui, kepailitan itu dinyatakan berakhir. Debitur
kemudian akan kembali dala keadaan semula, dan tidak lagi berada di bawah pengawasan
curator/Balai Harta Peninggalan.
Penundaan Pembayaran
Permohonan penundaan pembayaran itu harus diajukan oleh debitur kepada pengadilan dan
oleh penasihat Hukumnya, disertai dengan :
Surat permohonan dan lampiran tersebut diletakkan di kepaniteraan pengadilan agar dapat
dilihat oleh semua pihak yang berkepentingan.
9|Page
3. Dalam sidang tersebut akan diadakan pemungutan suara (jika perlu) untuk
memutuskan apakah penundaan pembayaran tersebut dikabulkan atau ditolak.
Berdasarkan hasil pemungutan suara inilah pengadilan akan dapat memutuskan
secara definitif terhadap permohonan penundaan pembayaran.
a) Permohonan penundaan pembayaran utang akan dikabulkan atau ditetapkan
apabila disetujui lebih dari setengah kreditor konkuren yang hadir dan
mewakili paling sedikit dua pertiga bagian dari seluruh tagihan yang diakui
atau yang sementara diakui dari kreditor konkuren atau kuasanya yang hadir
dalam sidang tersebut.
b) Permohonan penundaan pembayaran utang tidak akan dikabulkan apabila :
1) Adanya alasan yang mengkhawatirkan bahwa debitur selama
penundaan pembayaran akan mencoba merugikan kreditor-
kreditornya.
2) Apabila tidak ada harapan bagi debitur, selama penundaan
pembayaran dan setelah itu, untuk memenuhi kewajibannya kepada
kreditor.
4. Dalam putusan hakim yang mengabulkan penundaan pembayaran definitif tersebut,
ditetapkan pula lamanya waktu penundaan pembayaran paling lama 270 hari
terhitung sejak penundaan sementara ditetapkan.
5. Pengurus wajib segeramengumumkan putusan penundaan kewajiban pembayaran
utang sementara dalam berita Negara Republik Indonesia, dan paling sedikit dalam
dua surat kabar harian yang ditunjuk oleh Hakim Pengawas, dan pengumuman
tersebut harus memuat undangan untuk hadir dalam persidangan yang merupakan
rapat permusyawaratan hakim berikut tanggal, tempat, dan waktu siding tersebut,
nama Hakim Pengawas, dan nama serta alamat pengurus.
6. Setelah pengadilan mengabulkan penundaan kewajiban pembayaran utang, panitera
pengadilan wajib mengadakan daftar umum perkara penundaan kewajiban
pembayaran utang dengan mencantumkan untuk setiap penundaan kewajiban
pembayaran utang, di antaranya:
a) Tanggal putusan penundaan kewajiban pembayaran utang sementara dan tetap
berikut perpanjangannya
10 | P a g e
b) Kutipan putusan pengadilan yang menetapkan penundaan kewajiban
pembayaran utang sementara maupun tetap dan perpanjangannya
c) Nama hakim pengawas dan pengurus yang diangkat
d) Ringkasan isi perdamaian dan pengesahan perdamaian tersebut oleh
pengadilan,dan
e) Pengakhiran perdamaian
Sepanjang jangka waktu yang ditetapkan untuk penundaan pembayaran, atas permintaan
pengurus, kreditor, hakim pengawas atau atas prakarsa pengadilan, penundaan kewajiban
pembayaran utang dapat diakhiri dengan alasan-alasan berikut ini (pasal 255 UU No. 37 Th
2004)
1. Dari segi waktu, akor penundaan pembayaran diajukan pada saat atau setelah
permohonan penundaan pembayaran, sedangkan akor pada kepailitan diajukan
setelah adanya putusan hakim
11 | P a g e
2. Pembicaraan (penyelesaian) akor dilakukan pada siding pengadilan memeriksa
permohonan penundaan pembayaran, sedangkan akor kepailitan dibicarakan pada
saat rapat verifikasi, yaitu setelah adanya putusan pengadilan
3. Syarat penerimaan akor pada penundaan pembayaran haruslah disetujui setengah
dari jumlah kreditor konkuren yang diakui atau sementara diakui yang hadir pada
rapat permusyawaratan hakim, yang bersama-sama mewakili dua pertiga bagian
dari seluruh tagihan yang diakui atau sementara diakui dari kreditor konkuren
atau kuasanya yang hadir dalam rapat tesebut, dan mewakili tiga perempat dari
jumlah piutang yang diakui. Sementara itu, akor pada kepailitan harus disetujui
oleh dua pertiga dari kreditor konkuren, yang mewakili tiga perempat jumlah
semua tagihan yang tidak mempunyai tagihan istimewa.
4. Kekuatan mengikatnya akor pada penundaan kewajiban pembayaran utang
berlaku pada semua kreditor (baik konkuren maupun prepent), sedangkan akor
kepailitan hanya berlaku bagi kreditor konkuren.
Akibat hukum apabila akor penundaan kewajibanpembayaran utang ditolak adalah hakim
dapat langsung menyatakan debitur dalam pailit. Sementara itu, apabila akor diterima, harus
dimintakan pengesahan kepada hakim. Dengan tercapainya penyelesaian melalui perdamaian
(akor) yang telah disahkan, berakhirlah penundaan kewajiban pembayaran utang.
12 | P a g e
HUKUM KEPAILITAN INDONESIA
Berdasarkan Undang-undang No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan
Kewajiban Pembayaran Utang, disebutkan mengenai syarat-syarat kepailitan agar suatu
permohonan atas pernyataan pailit dapat dikabulkan oleh Pengadilan Niaga. Syarat – syarat
tersebut ialah sebagai berikut:6
1. Pailit ditetapkan apabila debitor yang mempunyai dua atau lebih kreditor tidak
mampu membayar sedikitnya satu utang yang telah jatuh tempo.
2. Pailit sedikitnya harus terdapat dua (2) kreditor (concursus creditorum).
3. Terdapat utang.
4. Terdapat utang yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih.
5. Syarat cukup satu utang telah jatuh tempo dan dapat ditagih.
6. Debitor harus dalam keadaan insolvent, yaitu keadaan tidak mampu membayar
lebih dari 50% (lima puluh persen) utang-utangnya.
Undang-undang No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran
Utang juga menentukan pihak-pihak yang dapat mengajukan permohonan pailit kepada
pengadilan niaga, pihak-pihak yang dapat mengajukan permohonan pailit, antara lain:
6
Adrian Sutedi, op.cit., hlm. 31-32
13 | P a g e
Namun hal ini mengalami perubahan , sejak adanya Pasal 6 UU OJK mengatur tugas OJK,
yaitu:
c. kegiatan jasa keuangan di sektor Perasuransian, Dana Pensiun, Lembaga Pembiayaan, dan
Lembaga Jasa Keuangan Lainnya.”
Sebelum adanya OJK, tugas-tugas di atas dilaksanakan oleh Menteri Keuangan, Badan
Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) dan Bank Indonesia.
Dengan berlakunya UU OJK, peralihan kewenangan tersebut secara efektif berlaku sejak 31
Desember 2012 dari Menteri Keuangan dan Bapepam-LK ke OJK untuk fungsi, tugas dan
wewenang pengaturan dan pengawasan kegiatan jasa keuangan di sektor Pasar Modal,
Perasuransian, Dana Pensiun, Lembaga Pembiayaan, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya
(Pasal 55 ayat (1) UU OJK).
Sedangkan peralihan dari Bank Indonesia ke OJK untuk fungsi, tugas dan wewenang pengaturan
dan pengawasan kegiatan jasa keuangan di sektor perbankan mulai berlaku sejak 31 Desember
2013 (Pasal 55 ayat (2) UU OJK.
Hal ini memperngaruhi prosedur permohonan pailit. Mengacu kepada ketentuan Pasal 55 ayat
(1) Jo Pasal 55 ayat (2) UU OJK hanya Badan Pengawas Pasar Modal yang mengalihkan seluruh
fungsi, tugas dan wewenang pengaturan dan pengawasan keuangan di sektor Pasal Modal kepada
OJK, sedangkan terhadap Bank Indonesia dan Menteri Keuangan masih menjalankan tugas dan
wewenang lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Oleh sebab itu dengan adanya OJK, otomatis telah mengubah prosedur permohonan pailit
terbatas pada perusahaan perusahaan efek, bursa efek, lembaga kliring dan penjaminan, lembaga
penyimpanan dan penyelesaian yang dahulu menjadi kewenangan Badan Pengawas Pasar Modal
14 | P a g e
(Bapepam-LK) dan tersebut beralih ke OJK.. Sedangkan prosedur permohonan pailit terhadap
Bank tetap diajukan oleh Bank Indonesia dan untuk Perusahaan Asuransi, Perusahaan
Reasuransi, Dana Pensiun, atau Badan Usaha Milik Negara yang bergerak di
bidang kepentingan publik, tetap diajukan oleh Menteri Keuangan.
Terhadap putusan pengadilan niaga baik yang menyangkut permohonan pernyataan pailit
maupun menyangkut permohonan penundaan kewajiban pembayaran utang, dapat dilakukan
upaya hukum. Upaya hukum yang dimaksud berupa kasasi dan peninjauan kembali kepada
Mahkamah Agung RI.
Permohonan kasasi diajukan dalam jangka waktu delapan hari terhitung sejak tanggal
putusan yang dimohonkan kasasi ditetapkan dengan mendaftarkannya kepada panitera
dimana pengadilan yang telah menetapkan putusan atas permohonan pernyataan pailit
berada. Dalam jangka waktu paling lambat 14 hari terhitung sejak tanggal permohonan
kasasi didaftarkan, panitera wajib menyampaikan permohonan kasasi, memori kasasi, dan
kontra memori kasasi kepada Mahkama Agung RI.8Putusan atas permohonan kasasi
diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum paling lambat 60 (enam puluh) hari setelah
tanggal permohonan kasasai diterima oleh Mahkamah Agung. Hal ini berbeda dengan
ketentuan mengenai putusan permohonan kasasi dalam perkara yang bukan perkara
kepailitan.9Kemudian terhadap putusan atas permohonan pernyataan pailit yang telah
memiliki kekuatan hukum tetap, dapat diajukan peninjauan kembali ke Mahkamah Agung.
Permohonan peninjauan kembali dapat diajukan, apabila:10
7
Gunawan Widjaya, op.cit., hlm. 46-47.
8
UU No. 37 tahun 2004. Pasal 12 ayat 4.
9
UU No. 37 tahun 2004. Pasal 13 angka 4
10
UU No. 37 tahun 2004. Pasal 295 ayat 2.
15 | P a g e
1. Setelah perkara diputus ditemukan bukti baru yang bersifat menentukan yang
pada waktu perkara diperiksa di Pengadilan sudah ada, tetapi belum ditemukan;
atau
2. Dalam putusan hakim yang bersangkutan terdapat kekeliruan yang nyata.
Batas waktu pengajuan permohonan peninjauan kembali tersebut dihitung dari tanggal
dikeluarkannya putusan kepailitan tersebut. Terhadap permohonan yang didasarkan pada alasan
pertama, diberi waktu paling lambat 180 (seratus delapan puluh) hari. Sementara untuk alasan
yang kedua diberi waktu maksimal hingga 30 (tiga puluh hari) saja. Dalam jangka waktu paling
lambat 32 (tiga puluh dua) hari setelah tanggal permohonan diterima panitera Mahkamah Agung,
Mahkamah Agung wajib menyampaikan kepada para pihak salinan putusan peninjauan kembali
yang memuat secara lengkap pertimbangan hukum yang mendasari putusan tersebut.
Selain itu, hukum kepailitan Indonesia juga mengenal suatu bentuk yang disediakan bagi debitur
untuk menyelesaikan kesulitan finansial, agar debitur tersebut tetap dapat melanjutkan
kelangsungan usahanya. Bentuk tersebut dikenal dengan penundaan kewajiban pembayaran
utang, atau PKPU yang diatur dalam Bab II Undang-undang No. 37 Tahun 2004 tentang
Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, merupakan prosedur hukum yang
memberikan hak kepada setiap debitur yang tidak dapat atau memperkirakan bahwa tidak akan
dapat melanjutkan utang-utang yang sudah jatuh tempo dan dapat ditagih, dapat memohon
penundaan kewajiban pembayaran utang dengan maksud untuk mengajukan rencana perdamaian
yang meliputi tawaran pembayaran seluruh atau sebagian utang kepada kreditur konkuren.11
Dengan begitu, dapat disimpulkan bahwa PKPU bertujuan menjaga jangan sampai
debitur, yang karena suatu keadaan semisal keadaan tidak likuid dan sulit mendapat kredit
11
Ellyana S, op.cit., hlm. 21.
16 | P a g e
dinyatakan pailit, sedangkan kalau debitur tersebut diberi waktu dan kesempatan, besar harapan
debitor akan dapat membayar utangnya.
Mengenai pihak yang dapat mengajukan permohonan PKPU diatur dalam Pasal 222 s.d.
pasal 294 UU kepailitan, antara lain PKPU dapat diajukan oleh debitur maupun oleh
kreditur.12Selain pihak-pihak tersebut, juga ditentukan mengenai pengecualian terhadap pihak-
pihak yang dapat mengajukan proses penundaan kewajiban pembayaran utang di Indonesia, yaitu
Debitur Bank, Perusahaan Efek, Bursa Efek, Lembaga Kliring, Dan penjaminan, Lembaga
Penyimpanan dan Penyelesaian, Perusahaan Asuransi, Perusahaan Reasuransi, Dana Pensiun,
dan Badan Usaha Milik Negara yang bergerak di bidang kepentingan publik. Dalam hal
Debiturnya adalah bank, maka permohonan PKPU hanya dapat diajukan oleh Bank Indonesia.
Dalam hal debiturnya adalah perusahaan Efek, Bursa Efek, Lembaga Kliring dan penjaminan,
Lembaga Penyimpanan dan penyelesaian, permohonan PKPU hanya dapat diajukan oleh Badan
pengawas pasar modal. Dan dalam hal Debiturnya adalah Perusahaan Asuransi, Perusahaan
Reasuransi, Dana Pensiun, atau Badan Usaha Milik Negara yang bergerak di bidang kepentingan
publik, permohonan PKPU hanya dapat diajukan oleh menteri keuangan.
Permohonan PKPU harus diajukan kepada ketua Pengadilan Niaga di daerah tempat
kedudukan hukum debitur dengan ketentuan:
12
Jono, Op. Cit.,, hal. 169-171
17 | P a g e
profesi atau usahanya diwilayah Negara republik Indonesia. Dalam hal debitur
merupakan badan hukum, tempat kedudukan hukumnya adalah sebagaimana
dimaksud anggaran dasarnya.13
13
Ibid.
18 | P a g e
HUKUM KEPAILITAN AMERIKA SERIKAT
Charle Jordan Tabb menjelaskan bahwa : Bankruptcy has permeated our national
consciousness and conscience. A federal bankruptcy law has been on the books for as long as
any but the oldest among us has been alive. To most American, bankruptcy probably is
synonymous with the idea of a discharge from one’s debts. Little wonder, since the United States
may well have the most liberal discharge laws in the world. The idea of a bankruptcy law
without a freely available discharge seems unimaginable.Yet, the unimaginable is the historical
norm. Bankruptcy has been around for almost half a millenium in Anglo – American
jurisprudence. Yet the discharge as we know it in the United States did not exist until the turn of
this century. Other civilized countries in the world today do not offer overburdened debtors a
discharge from their debts at all. Even England, the source of our own bankruptcy law, offers
debtor a much less generous discharge than the United States.14
Sejarah hukum kepailitan di Amerika Serikat dimulai pada tahun 1787. Dalam The
Federalist Papers, seorang pendiri bangsa Amerika Serikat yaitu James Madison, mendiskusikan
mengenai apa yang disebut dengan Bankruptcy Clause, yaitu sebagai kewenangan untuk
menciptakan sebuah aturan hukum yang seragam mengenai kepailitan, yang sangat erat
hubungannya dengan aturan mengenai perekonomian (commerce), dan diharapkan akan mampu
mencegah terjadinya begitu banyak penipuan, dimana para pihak atau harta kekayaannya dapat
dicurangi atau dipindahkan ke negara bagian yang lain secara tidak patut.15
Kemudian pada tahun 1800, kongres Amerika Serikat pada akhirnya mengundangkan
peraturan pertama mengenai kepailitan dengan isi yang memiliki kemiripan dengan peraturan
mengenai kepailitan yang berlaku di negara Inggris pada saat itu. Akan tetapi, di abad ke 18, di
beberapa negara bagian Amerika Serikat telah bermunculan peraturan negara bagian yang
14
Charles Jordan Tabb, The Historical Evolution of the Bankruptcy Discharge, Copy rught © 1991 National
Conference of the Bankruptcy Judges.
15
Doglas G. Baird, op.cit., hlm. 24.
19 | P a g e
bertujuan untuk melindungi debitur (dari hukuman penjara karena tidak membayar hutang) yang
dikenal dengan Insolvency Law.
Berdasarkan hukum kepailitan Amerika Serikat permohonan pailit dapat diajukan oleh
debitur maupun kreditur. Pengajuan kepailitan kepada pengadilan federal Amerika Serikat
berdasarkan Bankruptcy Code Title 11 dapat dilakukan hanya terhadap pihak yang memiliki
16
Lawrence M. Friedman, op.cit., hlm 549
20 | P a g e
domisili, tempat bisnis, atau aset di Amerika Serikat,17 kecuali untuk perusahaan yang bergerak
dibidang konstruksi jalan kereta api, perusahaan asuransi dalam negeri, bank, bank penyimpan
dana, bank korporasi, lembaga simpan pinjam, lembaga bangunan dan pinjaman, lembaga
rumah dan pekarangannya perusahaan pembiayaan kapital baru, lembaga investasi untuk bisnis
kecil, serikat kredit atau bank industri atau institusi serupa, atau perusahaan asuransi asing, dan
bank asing.18
Untuk pengajuan kepailitan oleh kreditur (Involuntary Case) dipersyaratkan antara lain :19
17
U.S.C Title 11 § 109 (a)
18
U.S.C Title 11 § 109 (b)
19
U.S.C Title 11 § 303 (b)
20
U.S.C Title 11 § 101 (41)
21 | P a g e
terlebih dahulu melihat apakah ada kemungkinan untuk dilakukan alternatif lain selain
mengajukan proses likuidasi seperti dalam bab 7 Title 11 Bankruptcy Code. Dengan dasar bab
11 Title 11 Bankruptcy Code, debitur dapat meminta penyesuaian atas utang yang debitur miliki,
penyesuaian atas utang dapat berupa pengurangan utang tersebut atau memperpanjang masa
jatuh tempo atas suatu utang, atau meminta restrukturisasi yang lebih komprehensif atau yang
lebih dikenal dengan sebutan reorganization. Selain itu, seorang debitur dalam hal mengajukan
permohonan kepailitan, juga harus melihat kemungkinan penyelesaian lain atas utangnya dengan
kreditur melalui perjanjian-perjanjian yang telah disepakati.
Dalam jangka waktu antara 21 dan 40 hari setelah pengajuan permohonan kepailitan
diajukan ke pengadilan federal kepailitan Amerika Serikat, kurator akan mengadakan pertemuan
diantara para kreditur. Dalam pertemuan tersebut, kurator akan meletakkan debitur dibawah
sumpah, dan baik kurator maupun kreditor akan menanyakan beberapa pertanyaan. Debitur
diwajibkan hadir dalam pertemuan tersebut dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan
oleh kurator dan kreditur terkait dengan permasalahan keuangan dan aset-aset yang dimiliki oleh
debitur.22 Dalam hal menyesuaikan keringanan atas utang debitur, Title 11 Bankruptcy Code
memberikan kesempatan bagi debitur untuk merubah permohonan pernyataan kepailitan yang
sebelumnya berada dibawah peraturan bab 7 menjadi dibawah peraturan dalam bab 11, 12, atau
13 selama debitur memenuhi persyaratan untuk berada dibawah peraturan bab yang baru.23
21
U.S.C Title 11 § 362
22
U.S.C Title 11 § 343
23
U.S.C Title 11 § 706 (a)
22 | P a g e
Dalam hukum kepailitan yang berlaku di negara Amerika Serikat, tidak mengenal istilah
upaya hukum atas putusan kepailitan. Hal ini dikarenakan hukum kepailitan yang berlaku di
Amerika Serikat berdasarkan Bankruptcy Code, berlaku secara federal atau secara menyeluruh.
Dalam Bussines Law Text and Cases, John W.Collins dkk, menguraikan latar belakang
Hukum federal kebangkrutan yaitu:
Pernyataan kepailitan yang masuk dibawah bab 11 Title 11 Bankruptcy Code seringkali
merujuk sebagai reorganisasi atau restrukturisasi dalam hukum kepailitan di Amerika Serikat.
Bab 11 dalam Bankruptcy Code menyediakan suatu jalan untuk mereorganisasi segala hal yang
berkaitan dengan keuangan debitur dibawah pengawasan dari pengadilan federal kepailitan
dalam hukum kepailitan yang berlaku di Amerika Serikat. Tujuan dari adanya bab 11 ini adalah
untuk mereorganisasi debitur dengan struktur modal baru yang akan timbul dari suatu pernyataan
kepailitan.24
24
Henry R. Cheeseman. op.cit., hlm 494
23 | P a g e
Pengajuan yang dilakukan oleh debitur (Voluntary Petition) harus mengikuti format yang
terdapat dalam formulir 1 di formulir resmi yang dikeluarkan oleh Judicial Conference of the
United States.
Debitur dapat mengajukan rencana reorganisasi sesuai dengan yang ada dalam bab 11
Bankruptcy Code meskipun debitur itu sendiri yang mengajukan permohonan kepailitan
(Voluntary Case), atau debitur dapat mengajukan rencana reorganisasi segera setelah
permohonan pernyataan kepailitan oleh kreditur (Involuntary Case) diumumkan.27 Isi atau
rencana reorganisasi tersebut harus direncanakan sesuai dengan peraturan yang berlaku dan
direncanakan dengan secara rinci.
Ketika permohonan reorganisasi diajukan oleh debitur atau kreditur, debitur secara
langsung akan diasumsikan berada dalam identitas tambahan, yaitu debtor in possesion
(DIP).28DIP adalah suatu istilah dimana debitur tetap memiliki dan mengontrol segala aset yang
dimilikinya saat menjalani proses reorganisasi dibawah aturan bab 11 Title 11 Bankruptcy Code,
25
Bankruptcy Rules. Fed. R. Bankr. P. 1007(b)
26
Bankruptcy Code §§ 1121(b)(c).
27
Bankruptcy Code §§ 1121(a).
28
U.S.C Title 11 § 1101.
24 | P a g e
tanpa ada kurator yang ditunjuk. Namun, pengadilan melalui permintaan dari para pihak yang
memiliki kepentingan tanpa harus memberikan rencana konfirmasi terlebih dahulu dapat
menunjuk kurator dalam hal reorganisasi, apabila:29
Seorang debitur akan tetap berada dalam posisi DIP hingga rencana reorganisasi debitur
disetujui, pernyataan kepailitan debitur berakhir atau dirubah kembali menjadi dibawah yuridiksi
bab 7 Title 11 Bankruptcy Code, atau kurator dalam bab 11 Title 11 Bankruptcy Code ditunjuk.
Pada umumnya, debitur dalam keadaan debtor in possession mempunyai kewenangan dan fungsi
dalam menjalankan bisnisnya hampir sama seperti kewenangan dan fungsi kurator dalam Title
11 Bankruptcy Code.30Debitur dalam kondisi debtor in possession juga diizinkan tetap dapat
menjalankan usahanya, kecuali jika pengadilan melalui permohonan dari pihak yang memiliki
kepentingan, dan telah diadakan peradilan, memerintahkan sebaliknya, dalam kondisi seperti ini,
usaha debitur dijalankan oleh kurator.31
29
U.S.C Title 11 § 1104.
30
U.S.C Title 11 § 1107(a).
31
U.S.C. Title 11 § 1108.
25 | P a g e
PERSAMAAN HUKUM KEPAILITAN INDONESIA DENGAN HUKUM KEPAILITAN
AMERIKA SERIKAT
Meskipun terdapat perbedaan atas sistem hukum yang dianut antara Indonesia dengan Amerika
Serikat, yaitu system hukum yang dianut oleh Indonesia Sistem Eropa Kontinental dan Amerika
Latin (civil law system) sedangkan Amerika menganut Sistem Anglo – American (common law
system) namun ternyata masih terdapat beberapa persamaan dalam hukum kepailitan diantara
kedua negara ini . Persamaan yang terdapat dalam perbandingan antara hukum kepailitan yang
berlaku di Indonesia dengan hukum kepailitan yang berlaku di Amerika Serikat antara lain
terhadap definisi atas pengertian antara kreditur, debitur, dan kurator, dimana antara kedua
hukum kepailitan mempunyai definisi yang nyaris serupa terhadap ketiga hal tersebut. Kemudian
dalam pihak yang dapat melakukan pengajuan permohonan pernyataan kepailitan, baik hukum
kepailitan yang berlaku di Indonesia maupun hukum yang berlaku di Amerika Serikat terdapat
kesamaan, yaitu kreditur dan debitur. Dalam lembaga Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang
juga terdapat kemiripan antara lembaga Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang berdasarkan
hukum kepailitan yang berlaku di Indonesia dengan Reorganization Bussiness dalam bab 11
Title 11 Bankruptcy Code di Amerika Serikat. Bila dalam hukum kepailitan di Amerika Serkat
dikenal adanya reorganization perusahaan yang diatur dalam bab 11 Tittle Backrupcty Code,
maka hal ini tidak dikenal dalam hukum kepailitan di Indonesia namun bila diteliti lebih jauh
tentang hukum kepailitan di Indonesia yang tidak mengatur tentang adanya kemungkinan untuk
melakukan reorganisasi perusahaan, sesungguhnya lembaga reorganisasai perusahaan ini mirip
dengan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang keduanya cukup mirip walaupun tidak sama
persis.
PKPU adalah suatu cara untuk menghindari kepailitan yang lazimnya bermuara pada likuidasi
harta kekayaan debitur.
Bagi perusahaan, PKPU bertujuan memperbaiki keadaan ekonomis dan kemampuan debitur
membuat laba. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa PKPU bertujuan menjaga jangan
sampai debitur, yang karena suatu keadaan semisal keadaan tidak likuid dan sulit mendapat
kredit dinyatakan pailit, sedangkan kalau debitur tersebut diberi waktu dan kesempatan, besar
harapan ia ia akan dapat membayar utangnya.
26 | P a g e
Putusan pailit dalam keadaan tersebut di atas akan berakibat pengurangan nilai perusahaan dan
ini akan merugikan para kreditur. PKPU bukan dimaksudkan untuk kepentingan debitur semata,
juga untuk kepentingan para krediturnya khususnya kreditur konkuren. Dengan diberikannya
waktu dan kesempatan, debitur nelalui reorganisasi usahanya dan atau restrukturisasi utang-
utangnya dapat melanjutkan usahanya.
Apabila dalam Chapter 11 telah diatur tentang plan of reorganization, maka dalam UU
Kepailitan diatur juga tentang rencana perdamaian dalam PKPU. Dari prinsip dasar di atas, maka
dapat kita simpulkan bahwa PKPU memiliki kesamaan dengan reorganisasi dalam Chapter 11,
dimana debitur diberi kesempatan untuk melakukan restrukturisasi perusahaannya maupun
restrukturisasi utang-utangnya sehingga dapat tetap eksis sebelum dinyatakan pailit oleh hakim.
27 | P a g e
PERBEDAAN HUKUM KEPAILITAN INDONESIA DENGAN HUKUM KEPAILITAN
AMERIKA SERIKAT
Dapat dikatakan terdapat banyak sekali perbedaan antara hukum kepailitan yang berlaku di
Indonesia dengan hukum kepailitan di Amerika Serikat. Perbedaan yang terlihat paling jelas
adalah sistem hukum dan hukum acara yang digunakan, hukum kepailitan di Amerika Serikat
menganut sistem hukum dan hukum acara Common Law, sedangkan hukum kepailitan di
Indonesia menganut sistem hukum dan hukum acara Civil Law.
Kemudian dalam hukum kepailitan di Amerika Serikat disebutkan pihak-pihak yang tidak
dapat diajukan permohonan kepailitan, yaitu perusahaan yang bergerak dibidang konstruksi jalan
kereta api, perusahaan asuransi dalam negeri, bank, bank penyimpan dana, bank korporasi,
lembaga simpan pinjam, lembaga bangunan dan pinjaman, lembaga rumah dan pekarangannya
perusahaan pembiayaan kapital baru, lembaga investasi untuk bisnis kecil, serikat kredit atau
bank industri atau institusi serupa, atau perusahaan asuransi asing, dan bank asing . Permohonan
kepailitan juga tidak dapat diajukan kepada petani, keluarga petani, atau perusahaan nirlaba,
bisnis, atau perusahaan niaga, dalam hukum kepailitan yang berlaku di Amerika Serikat.
Sedangkan di Indonesia tidak disebutkan secara mendetail siapa saja pihak yang tidak dapat
diajukan permohonan pernyataan kepailitan. Debitur itu sendiri (voluntary petition);
28 | P a g e
Sedangkan hukum kepailitan yang berlaku di Amerika Serikat tidak dilakukan pemisahan
terhadap pihak yang dapat mengajukan permohonan pernyataan kepailitan seperti dalam
peraturan yang berlaku di Indonesia.
Dalam hukum kepailitan yang berlaku di Amerika Serikat, suatu utang dapat diartikan
sebagai hak untuk menerima pembayaran atau hak untuk mendapat ganti kerugian oleh debitur
kepada kreditur. Sedangkan dalam hukum kepailitan yang berlaku di Indonesia, suatu utang
diartikan hanya sebagai kewajiban dari debitur kepada kreditur yang dapat dinyatakan dalam
bentuk uang.
29 | P a g e
Sedangkan dalam hukum kepailitan yang berlaku di Amerika Serikat, prosedur kepailitan hanya
berdasarkan kreditur (involuntary case) atau debitur (voluntary case) saja.
Dalam hukum kepailitan Amerika Serikat, Debitur memiliki hak terbatas ketika
pernyataan kepailitan diumumkan. Sedangkan dalam hukum kepailitan Indonesia, ketika
pernyataan pailit diumumkan hak untuk debitur atas aset-asetnya diputus sama sekali.
Mengajukan permohonan pernyataan pailit dalam hukum kepailitan yang berlaku di Indonesia
berdampak pada debitur yang kehilangan segala hak perdata untuk menguasai dan mengurus
harta kekayaan yang dimilikinya. Sedangkan pengajuan permohonan pernyataan kepailitan di
Amerika Serikat debitur tidak serta merta kehilangan haknya terhadap harta yang dimilikinya,
ada beberapa harta atau aset debitur yang tetap dapat menjadi hak debitur, terutama yang
berkaitan dengan kelangsungan hidup debitur dan keluarganya.Dalam hukum kepailitan di
Amerika Serikat debitur juga memiliki hak untuk tetap mendapatkan tunjangan-tunjangan yang
berkaitan dengan kelangsungan hidup debitur dan keluarganya.
30 | P a g e
Utang. Sedangkan dalam hukum kepailitan yang berlaku di Amerika Serikat, berdasarkan bab 11
Title 11 Bankruptcy Code, proses restrukturisasi dipercayakan sepenuhnya kepada manajemen
perusahaan.
Berikut kami menyediakan table Persamaan dan Perbedaan antara Hukum Kepailitan di
Indonesia dengan Hukum Kepailitan di Amerika untuk memudahkan pemahaman pembaca:
31 | P a g e
bergerak di bidang
kepentingan publik.
32 | P a g e
perusahaan
pembiayaan kapital
baru,
lembaga investasi
untuk bisnis kecil,
serikat kredit
bank industri
institusi serupa,
perusahaan asuransi
asing,
bank asing .
petani,
keluarga petani
perusahaan nirlaba,
bisnis,
perusahaan niaga
Persyaratan Hukum Persayaratan hukum
kepailitan Pailit ditetapkan apabila kepailitan di AS lebih rinci
debitor yang mempunyai dilakukan oleh 3 atau
dua atau lebih kreditor lebih kreditur,
tidak mampu membayar dimana masing-
sedikitnya satu utang masing kreditur
yang telah jatuh tempo. memiliki utang yang
Pailit sedikitnya harus dapat diklaim kepada
terdapat dua (2) kreditor debitur yang harus
(concursus creditorum). merupakan utang
Terdapat utang. pokok setidaknya
Terdapat utang yang sebesar 14.425 Dolar
telah jatuh tempo dan Amerika
dapat ditagih.
33 | P a g e
Syarat cukup satu utang jika ada kurang dari
telah jatuh tempo dan 12 orang pemegang
dapat ditagih. klaim utang, namun
Debitor harus dalam keadaan tidak termasuk
insolvent, yaitu keadaan tidak pegawai atau orang
mampu membayar lebih dari dalam perusahaan,
50% (lima puluh persen) utang- dan utang pokoknya
utangnya belum terpenuhi,
maka dapat
menggabungkan
dirinya sehingga
utang pokok sebesar
minimal 14.425 Dolar
Amerika
Pengertian Utang kewajiban dari debitur kepada sebagai hak untuk
kreditur yang dapat dinyatakan menerima
dalam bentuk uang. pembayaran atau hak
untuk mendapat ganti
kerugian oleh debitur
kepada kreditur
Hak Debitur ketika sudah Debitur memiliki hak terbatas Ketika pernyataan pailit
diyatakan pailit ketika pernyataan kepailitan diumumkan hak untuk debitur
diumumkan. atas aset-asetnya diputus
sama sekali.
Upaya hukum Di Indonesia dalam hukum Dalam hukum kepailitan di
kepailitannya terdapat upaya Amerika Serikat tidak
hukum terhadap putusan mengenal adanya suatu upaya
kepailitan berupa kasasi atau hukum, hal ini dikarenakan
peninjauan kembali yang pengajuan permohonan
diputuskan oleh Mahkamah kepailitan diajukan kepada
Agung Republik Indonesia. pengadilan federal
34 | P a g e
Pihak yang melakukan Dibentuk semacam Kurator atau Dipercayakan sepenuhnya
Rekstrukturisasi pengurus yang bertugas kepada Manajemen
mendampingi manajemen Perusahaan
perusahaan dalam melakukan
rekstrukturisasi perusahaan
35 | P a g e
BAB III
Tuntutan hukum terhadap para direktur Enron, setelah skandal tersebut, sangat menonjol karena
para direkturnya menyelesaikan tuntutan tersebut dengan membayar sejumlah uang yang sangat
besar secara pribadi. Selain itu, skandal tersebut menyebabkan dibubarkannya perusahaan
akuntansi Arthur Andersen, yang akibatnya dirasakan di kalangan dunia bisnis yang lebih luas,
seperti yang digambarkan secara lebih terinci di bawah.
Enron masih ada sekarang dan mengoperasikan segelintir aset penting dan membuat persiapan-
persiapan untuk penjualan atau spin-off sisa-sisa bisnisnya. Enron muncul dari kebangkrutan
pada November 2004 setelah salah satu kasus kebangkrutan terbesar dan paling rumit dalam
36 | P a g e
sejarah AS. Sejak itu, Enron menjadi lambang populer dari penipuan dan korupsi korporasi yang
dilakukan secara sengaja.
Ketika pemilik usaha tidak lagi mampu menyelesaikan utang atau membayar kreditor, pemilik
usaha atau kreditor bisa mengajukan perlindungan Bab 7 atau Bab 11 Undang-Undang
Kepailitan Amerika Serikat. Berdasarkan Bab 7, pemilik usaha menghentikan semua operasi
sementara wali amanat menjual semua aset, dan membagikan hasil penjualan aset kepada
kreditor atau investor. Pemilik usaha yang meminta perlindungan Bab 11 biasanya mencoba
bertahan beroperasi sementara pengadilan kepailitan mengawasi "reorganisasi" kewajiban utang
pemilik usaha. Pengadilan dapat mengabulkan pembebasan seluruh atau sebagian utang dan
kewajiban perusahaan sehingga perusahaan bisa memulai lagi usaha dari awal. Kadang-kadang,
bila utang pemilik usaha melebihi aset yang dimiliki, di akhir prosedur kepailitan, pemilik usaha
sudah tidak punya apa-apa lagi. Semua hak dan kepemilikan dari pemilik lama berakhir, dan
perusahaan yang sudah selesai direorganisasi menjadi hak milik kreditor. Eropa melaporkan
kebangkrutannya pada 30 November 2001, dengan adanya reorganization Enron dapat muncul
dari kebangkrutan pada November 2004 setelah menjadi salah satu kasus kebangkrutan terbesar
dan paling rumit dalam sejarah AS. Sejak itu, Enron menjadi lambang populer dari penipuan dan
korupsi korporasi yang dilakukan secara sengaja.
37 | P a g e
PROFIL AUDITOR
Arthur Andersen adalah sebuah perusahaan jasa akuntansi yang berbasis di Chicago,
Illinois, Amerika Serikat. Perusahaan ini didirikan oleh Arthur Andersen pada tahun 1913. Pada
tahun 2002, perusahaan ini secara sukarela menyerahkan izin praktiknya sebagai Kantor Akuntan
Publik setelah dinyatakan bersalah dan terlibat dalam skandal Enron dan menyebabkan 85.000
orang kehilangan pekerjaannya.
38 | P a g e
CONTOH KASUS KEPAILITAN PANDAWA GROUP
Koperasi Pandawa Group Investasi Remi Pailit dan Kantongi Total Tagihan Mencapai Rp3
Triliun
Setelah babak panjang akhirnya Pengadilan Negeri Jakarta Pusat (PN Jakpus) menyatakan vonis
pailit untuk Koperasi Pandawa Group yang dimiliki oleh Nuryanto. Putusan pailit ini tentunya
akan merugikan 28.489 orang kreditur [Kreditur: Orang yang memberikan pinjaman]. Putusan
pailit tersebut terjadi karena para kreditur menolak perpanjangan masa penundaan kewajiban
pembayaran utang (PKPU). Pada akhirnya: seluruh aset Koperasi Pandawa Group akan disita
dan dilelang untuk menutupi kerugian kreditur.
Melansir sumber Harian Kontan, Muhammad Deni, yang bertugas sebagai pengurus PKPU
Koperasi Pandawa Group, mencatat total tagihan ke 28.489 kreditur adalah Rp3,11 triliun.
Angka tersebut belum termasuk 8.009 kreditur lain dengan total kerugian mencapai Rp959,56
milliar.
Dapat dipastikan Koperasi Pandawa Group tidak dapat melunasi seluruh tagihan kreditur yang
mencapai Rp3 triliun. Dikabarkan saat ini, aset Koperasi Pandawa Group hanya setengah dari
total tagihan, berupa:
• 26 mobil
• 9 unit motor
• 10 bidang tanah
Sidang keputusan tersebut dipimpin oleh hakim PN Jakpus Eko Sugianto. Hasil keputusannya:
“Menyatakan Koperasi Simpan Pinjam Pandawa Group dan Nuryanto dalam keadaan pailit.”
Dan “Menunjuk dan mengangkat hakim pengawas dari pengadilan niaga, Titi Tedjaningsih dan
menunjuk lima pengurus sebagai kurator dalam perkara PKPU.”
39 | P a g e
Bagaimana Nasib Kreditur?
Permasalahannya jika debitur sedang menjalani proses pidana dan aset-aset masih disita sebagai
barang bukti oleh kepolisian. Kurator tidak dapat menggunakan aset tersebut untuk memenuhi
kewajiban kreditur, karena masih dalam proses penyidikan. Jika dalam putusan pengadilan
disebutkan aset dikembalikan kepada debitur, maka kurator berhak untuk menggunakan aset
tersebut untuk memenuhi kewajiban kreditur.
Pada kasus ini Pandawa Group dinyatakan pailit dan melanggar peraturan mengenai kepailitan
perusahaan diatur dalam Undang-undang No 37/2004 tentang Kepailitan. Para kreditur juga
menolak perpanjangan masa penundaan kewajiban pembayaran utang (PKPU) karena kreditur
yakin bahwa Pandawa Group tidak dapat melunasi seluruh tagihan kreditur yang mencapai Rp
3 triliun sedangkan asset yang dimiliki Pandawa Group ini sendiri hanya setengah dari
hutangnya tersebut. Akhirnya, seluruh aset Koperasi Pandawa Group akan disita dan dilelang
untuk menutupi kerugian kreditur Satuan Tugas (Satgas) Waspada Investasi Otoritas Jasa
Keuangan (OJK) turun untuk menyelidiki kasus yang berpusat di Kota Depok, Jawa Barat,
tersebut untuk melakukan perlindungan konsumen dan masyarakat. Terkait Pandawa, banyak
sekali masyarakat menanyakan kegiatan Pandawa, terutama karena memberi bunga 10 persen per
bulan. Pandawa Group memberi bunga 10 persen yang bukan merupakan kegiatan koperasi.
40 | P a g e
Ada tiga pihak di sana, Pandawa Group, Salman Nuryanto selaku pemilik, dan KSP Pandawa
Mandiri Group. Mereka menghentikan kegiatan Pandawa Group karena berpotensi merugikan
masyarakat dan diduga melakukan pelanggaran terhadap ketentuan perundang-undangan yaitu
dengan tindkannya menghimpun dana tetapi tidak ada izin sama sekali..
41 | P a g e
BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN
Berdasarkan analisa kami terhadap perbandingan hukum kepailitan di Indonesia dan hukum
kepailitan di Amerika yang telah dijelaskan pada bagian pembahasan makalah ini kami
menyimpulkan bahwa
Dalam hukum kepailitan di Indonesia dan hukum Kepailitan Amerika mempunyai beberpaa
kemiripan yang walaupun tidak sama persis yang ada dalam hukum kepailitan yang berlaku di
Indonesia dengan hukum kepailitan yang berlaku di Amerika Serikat. Diantaranya definisi
terhadap pengertian antara kreditur, debitur dan kurator. Selain itu terdapat persamaan dalam hal
lembaga Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang di Indonesia dengan Reorganization di
Amerika Serikat yang bila kita tinjau lebih dalam lagi mempunyai banyak kemiripian walaupun
dalam penerapannya PKPU ini belum maksmimal sehingga masih tidak sebaik dengan peraturan
bab 11 Title 11 Bankruptcy Code,. Dirasakan bahwa peraturan kepailitan yang ada, sangat tidak
dapat diandalkan. Banyak Debitor yang dihubungi oleh para kreditornya karena berusaha
mengelak untuk tanggung jawab atas penyelsaian utang-utangnya. Sedangkan restrukrisasi utang
hanyalah mungkin ditempuh apabila debitor bertemu dan duduk berunding dengan para
kreditornya atau sebaliknya. Di samping adanya kesedian untuk berunding itu, bisnis debitor
harus masih memiliki prospek yang baik untuk mendatangkan revenue, sebagai sumber
pelunasan utang yang direstrukturisasi itu.Dalam hukum kepailitan di dua negara tersebut juga
memungkinkan adanya penyelesaian masalah atau sengketa debitur dan kreditur dalam masalah
kepailitan diluar pengadilan.
Hukum kepailitan yang berlaku di Indonesia memiliki banyak perbedaan dengan hukum
kepailitan yang berlaku di Amerika Serikat. Hukum kepailitan di Indonesia yang termasuk ke
dalam kelompok negara dengan Civil Law System tentu berbeda dengan Bankruptcy Law di
Amerika Serikat yang termasuk ke dalam kelompok negara dengan Common Law System.
Perbedaan tersebut meliputi perbedaan sistematika dalam hukum kepailitan yang diatur dalam
UU No. 4 Tahun 1998 dengan Bankrupty Code pada hukum kepailitan di Amerika Serikat.
42 | P a g e
Demikian juga perbedaan terkait pihak pihak yang dapat dinyatakan pailit, pihak-pihak yang
dapat mengajukan permohonan pailit, prosedur atau tata cara pengajuan permohonan pernyataan
kepailitan, Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, jangka waktu yang harus ditempuh,
hukum acara yang dipergunakan, Reorganisasi Perusahaan , Pengertian Utang , Hak Debitur
ketika Perusahaan sudah dinyatakan pailit ,upaya hukum dalam putusan kepailitan , pihak yang
melakukan restrukturisasi perusahaan dan lain-lain.
SARAN
Menurut kelompok kami saran yang dapat kita berikan adalah UU Kepailitan yang berada di
Indonesia haruslah dapat dijalankan dengan baik yaitu karena kadang kala dalam putusannya,
hakim pengadilan niaga memutus pailit kepada perusahaan yang masih memiliki aset yang lebih
daricukup untuk melunasi kewajibannya kepada para kreditur. Selain itu, penerapan hukum
kepailitan di Indonesia dapat dikatakan belum memenuhi asas keseimbangan dimana debitur
belum mendapatkan perlindungan atas kepentingannya dalam kasus kepailitan. Dalam praktik-
nya, terdapat beberapa putusan kepailitan yang tidak sesuai dengan tujuan awal dibentuknya
Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban
Pembayaran Utang, yaitu untuk mendukung pembangunan perekonomian nasional. Beberapa
putusan kepailitan oleh pengadilan terhadapa beberapa debitur telah merubah status hukum
debitur tersebut menjadi tidak cakap untuk melakukan perbuatan hukum, menguasai, dan
mengurus harta kekayaannya sejak putusan pernyataan pailit dibacakan. Pihak yang dimohonkan
pailit tersebut, pada kenyataannya, masih memiliki kesempatan untuk dapat menjalankan
perusahaannya dalam rangka untuk pembayaran atas kewajiban atau hutang-hutang debitur
kepada kreditur . Menurut kelompok kami sebiaknya Pemerintah lebih menambah fokus atau
bahkan merivisi ulang terhadap persyaratan atas pegajuan permohonan kepailitan dan penerapan
PKPU yang lebih baik sehingga tidak semakin banyak perusahaan/debitur dikatakan pailit . Juga
sebaiknya , pemerintah membuat peraturan yang memndefiniskan istilah-istilah yang ditemukan
dalam UU no 37. Tahun 2004 tentang Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) yang
lebih jelas sehingga tidak terjadi kekeliruan nantinya dalam menjalankan hukum kepailitan di
Indonesia. Hukum kepailitan juga mestinya tidak hanya memperhatikan kreditur dan debitur
tetapi yang lebih penting lagi adalah memperhatikan kepentingan stakeholder yang dalam kaitan
ini yang terpenting adalah pekerja. Kepailitan juga harusnya menggalakkan reorganisasi
perusahaan. Hukum Kepalitan harus memberikan waktu cukup cukup bagi perusahaan untuk
43 | P a g e
melakukan pembenahan perusahaan. Hukum kepailitan mestinya tidak hanya memperhatikan
kreditur dan debitur tetapi yang lebih penting lagi adalah memperhatikan kepentingan
stakeholder yang dalam kaitan ini yang terpenting adalah pekerja.
44 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Fuady,Munir.2017.Hukum Pailit dalam Teori dan Praktek. Bandung:PT Citra Aditya Bakti
Widjaja, Gunawan.2003. Tanggung Jawab Direksi Atas Kepailitan Perseroan. Jakarta: PT. Raja
Baird, Douglas G.2005.The Elements of Bankruptcy, Fourth Edition (Concepts and Insights).
Foundation Press
M. Friedman, Lawrence.1985. History of American Law. New York : Simon & Schuster, Inc
Yuhassarie, Emmy. Kepailitan dan Transfer Aset Secara Melawan Hukum. Jakarta: Pusat
Pengkajian Hukum.
Internet
Sunarmi.2014.” Perbandingan Sistem Hukum Kepailitan Antara Indonesia (Civil Law System)
Dengan Amerika Serikat (Common Law System)
45 | P a g e
“,file:///E:/Elsa%20Kristiadji/Downloads/Documents/perdata-sunarmi5.pdf, diunduh pada 30
Oktober 18.56
Dani,Imam.2013.”Kepailitan Amerika”
https://www.academia.edu/11162980/Kepailitan_Amerika, diakses pada 29 Oktober 16.32
Sulaiman , Alfin.” Hubungan OJK terhadap Prosedur Kepailitan Perbankan dan Industri
Keuangan” , http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt52dfe654d9902/hubungan-ojk-
terhadap-prosedur-kepailitan-perbankan-dan-industri-keuangan, diakses pada 31 Oktober 21.55
Finansialku.” Koperasi Pandawa Group Investasi Remi Pailit dan Kantongi Total Tagihan
Mencapai Rp3 Triliun” https://www.finansialku.com/koperasi-pandawa-group-investasi-pailit/,
diakses pada 01 November 19.19
46 | P a g e