a. Makrosit
Ukuran eritrosit yang lebih dari 8,2 Nm terjadi karena pematangan inti eritrosit
terganggu, dijumpai pada defisiensi vitamin B₁₂ atau asam folat. Penyebab lainnya
hemoglobin dan meningkatkan pelepasan retikulosit kedalam sirkulasi darah. Sel ini
didapatkan pada anemia megaloblastik, penyakit hati menahun berupa thin macrocytes
dan pada keadaan dengan retikulositosis, seperti anemia hemolitik atau anemia paska
pendarahan.
b. Mikrosit
Ukuran eritrosit yang kurang dari 6,2 Nm. Terjadinya karena menurunnya sintesa
mitokondria yang mempengaruhi unsure hem dalam molekul hemoglobin. Sel ini
didapatkan pada anemia hemolitik, anemia megaloblastik, dan pada anemia defisiensi
besi.
c. Anisositosis
Pada kelainan ini tidak ditemukan suatu kelainan hematologic yang spesifik, keadaan ini
ditandai dengan adanya eritrosit dengan ukuran yang tidak sama besar dalam sediaan
apusan darah tepi (bermacam-macam ukuran). Sel ini didapatkan pada anemia
mikrositik yang ada bersamaan anemia makrositik seperti pada anemia gizi.
a. Hipokromia
Penurunan warna eritrosit yaitu peningkatan diameter central pallor melebihi normal
sehingga tampak lebih pucat. Terjadi pada anemia defisiensi besi, anemia sideroblastik,
b. Hiperkromia
Warna tampak lebih tua biasanya jarang digunakan untuk menggambarkan ADT.
c. Anisokromasia
umumnya menunjukkan adanya perubahan kondisi seperti kekurangan zat besi dan
d. Polikromasia
Eritrosit berwarna merah muda sampai biru. Terjadi pada anemia hemolitik, dan
hemopoeisis ekstrameduler.
a. Ovalosit
Eritrosit yang berbentuk lonjong . Evalosit memiliki sel dengan sumbu panjang kurang
dari dua kali sumbu pendek. Evalosit ditemukan dengan kemungkinan bahwa pasien
b. Sferosit
Sel yang berbentuk bulat atau mendekati bulat. Sferosit merupakan sel yang telah
kehilangan sitosol yang setara. Karena kelainan dari sitoskelekton dan membran
eritrosit.
c. Schistocyte
Merupakan fragmen eritrosit berukuran kecil dan bentuknya tak teratur, berwarna
lebih tua. Terjadi pada anemia hemolitik karena combusco reaksi penolakan pada
transplantasi ginjal.
Berbentuk seperti buah pir. Terjadi ketika ada fibrosis sumsum tulang atau
e. Blister cells
Eritrosit yang terdapat lepuhan satu atau lebih berupa vakuola yang mudah pecah, bila
pecah sel tersebut bisa menjadi keratosit dan fragmentosit. Terjadi pada anemia
hemolitik mikroangiopati.
menyebabkan sensitif terhadap pengaruh dari dalam maupun luar sel. Terjadi pada
sirosis hati yang disertai anemia hemolitik, hemangioma hati, hepatitis pada neonatal.
Eritrosit yang berbentuk sabit. Terjadi pada reaksi transfusi, sferositosis congenital,
h. Stomatocyte
Eritrosit bentuk central pallor seperti mulut. Tarjadi pada alkoholisme akut, sirosis
thallasemia.
i. Target cells
Eritrosit yang bentuknya seperti tembak atau topi orang meksiko. Terjadi pada
a. Basophilic stipping
Suatu granula berbentuk ramping / bulat, berwarna biru tua. Sel ini sulit ditemukan
b. Kristal
Bentuk batang lurus atau bengkok, mengandung pollimer rantai beta Hb A, dengan
c. Heinz bodies
Benda inklusi berukuran 0,2 -22,0 Nm. Dapat dilihat dengan pewarnaan crystal violet
d. Howell-jouy bodies
Bentuk bulat, berwarna biru tua atau ungu, jumlahnya satu atau dua mengandung
DNA. Karena percepatan atau abnormalitas eritropoeisis. Terjadi pada anemia hemolitik,
e. Pappenheimer bodies
Berupa bintik, warna ungu dengan pewarnaan wright. Dijumpai pada hiposplenisme,
anemia hemolitika.
Ditemukan pada:
- Anemia megaloblastik
- Leuko-eritroblastik anemia
- Leukemia
- Anemia megaloblastik
- Hipoksia
- Aspeni
g. Polikromatofilik
Eritrosit muda yang mengambil zat warna asam dan basa karena RNA, ribosom dan
a. Polisitemia
Polisitemia Relatif
Peningkatan konsentrasi sel darah merah tetapi tidak disertai peningkatan jumlah masa
Polisitemia Sekunder
Merupakan polisitemia fisiologi (normal) karena merupakan respon terhadap hipoksia
b. Hiperbilirubinemia
Penyakit hati
c. Hemofilia
Penyakit keturunan berupa darah yang keluar dari pembuluh darah yang tidak dapat
membeku
d. Talasemia
Penyakit yang di tandai dengan bentuk sel darah merah yang tidak beraturan.
Akibatnya, daya ikat terhadap oksigen dan karbon dioksida kurang. Ini merupakan
penyakit keturunan.
e. Anemia
Kekurangan sel darah merah yang dapat disebabkan karena hilangnya darah yang
terlalu cepat atau produksi sel darah merah yang terlalu lambat
Macam-Macam Anemia:
Anemia Hemoragis
Anemia akibat kehilangan darah secara berlebihan. Secara normal cairan plasma yg
hilang akan diganti dalam waktu 1-3 hari namun dengan konsentrasi sel darah merah
yang tetap rendah.Sel darah merah akan kembali normal dalam waktu 3-6 minggu.
Anemia Aplastika
Sumsum tulang yang tidak berfungsi sehingga produksi sel darah merah terhambat.
Dapat dikarenakan oleh radiasi sinar gamma (bom atom), sinar X yang berlebihan,
Anemia Megaloblasitik
Vitamin B12, asam folat dan faktor intrinsik(terdapat pd mukosa lambung) merupakan
faktor2 yang berpengaruh terhadap pembentukan sel darah merah. Bila salah satu
faktor di atas tidak ada maka produksi eritroblas dalam sumsum tulang akan
bermasalah. Akibatnya sel darah tumbuh terlampau besar dengan bentuk yang aneh,
memiliki membran yg rapuh dan mudah pecah.. ciri2 ini disebut sebagai Megaloblas.
Dapat terjadi pada: Atropi mukosa lambung (faktor intrinsik terganggu), gastrektomi
total (hilangnya faktor intrinsik) dan sariawan usus (absorbsi asam folat dan B12
berkurang)
Anemia Hemolitik
Sel darah merah yang abnormal ditandai dengan rapuhnya sel dan masa hidup yg
Contoh : Sferositosis, sel darah merah kecil, bentuk sferis, tidak mempunyai struktur
bikonkaf yg elastis (mudah sobek), anemia sel sabit, 0,3-10 % orang hitam di Afrika
Barat dan Amerika sel-selnya mengandung tipe Hb yg abnormal (HbS), bila terpapar
dengan O2 kadar rendah maka Hb akan mengendap menjadi kristal-kristal panjang di
dalam sel darah merah.. sehingga sel darah merah menjadi lebih panjang dan berbentuk
mirip seperti bulan sabit. Endapan Hb merusak membran sel. Tekanan O 2 jaringan yg
rendah menghasilkan bentuk sabit dan mudah sobek. Penurunan tekanan O 2 lebih lanjut
membentuk sel darah semakin sabit dan penghancuran sel darah merah meningkat
hebat, eritroblastosis Fetalis, Ibu dengan Rh(-) yang memiliki janin Rh(+). Pada saat
kehamilah pertama, setelah ibu terpapar darah janin, maka ibu secara otomatis akan
membentuk anti bodi terhadap Rh(+), sehingga pada kehamilan yang ke dua anti Rh ibu
akan menghancurkan darah bayi, dan bayi akan mengalami anemia yg hebat hingga
Nutrional Anemia
Anemia defisiensi besi (Fe), Anemia defisiensi asam folat (akibat kekurangan asupan atau
Anemia Pernisiosa
Vitamin B12 penting untuk sintesa DNA yang berperan dalam penggandaan dan
pematangan sel. Faktor intrinsik berikatan dengan B12 sebagai transport khusus
absorbsi B12 dari usus. Anemia pernisiosa bukan karena kekurangan Intake B12
Renal Anemia
Terjadi karena sekresi eritropoietin dari ginjal berkurang akibat penyakit ginjal.
http://dessychy.blogspot.com/2013/06/kelainan-sel-eritrosit.html